Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Agresi Militer 1 yang dilakukan Belanda pada tahun 1947 bertujuan untuk menghilangkan Republik Indonesia sebagai negara merdeka dengan menyerang wilayah yang dikuasai Indonesia. Serangan Belanda menimbulkan banyak korban jiwa di kalangan rakyat Indonesia. Perjuangan diplomasi dan perundingan Renville akhirnya mengakhiri agresi militer meski mengakibatkan pengakuan wilayah Indonesia yang semakin se
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Agresi militer 1 kel.3
1. AGRESI MILITER 1 (1947)
Kelompok 3
Naufal Firdaus
Permata Hatinda Putri
Ria Nurmala
Rizma Rahmatul Azizah
Windy Novarianti
XI IPA 4
SMAN 1 MAJALENGKA
2. DAFTAR ISI
Latar Belakang Agresi Militer 1
Tujuan Agresi Militer Belanda 1
Proses Terjadinya Agresi Militer Belanda 1
Strategi Belanda pada Agresi Militer 1
Penyelesaian Agresi Militer Belanda 1
Dampak Agresi Militer Belanda 1 Bagi Indonesia
Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia Terhadap Agresi Militer
Belanda 1
3. Latar Belakang Agresi Militer 1
-Setelah perundingan Linggarjati, terjadi perbedaan penafsiran antara pihak Belanda dan Indonesia
mengenai isi perjanjian Linggarjati. Belanda menganggap pengakuan de facto wilayah Indonesia tidak
dapat membuat Indonesia melakukan hubungan luar negeri dengan negara lain. Selain itu, wilayah –
wilayah di luar Sumatera, Jawa, dan Madura dapat dikuasai oleh Belanda. Adapun Indonesia sudah
menganggap adanya pengakuan de facto tersebut membuat Indonesia berhak melakukan hubungan luar
negeri.
-Perbedaan penafsiran mengenai isi perjanjian Linggarjati membuat ketegangan hubungan antara Indonesia
dan Belanda.
-Pada 15 Juli 1947, H.J.van Mook menyatakan bahwa Belanda sudah tidak terikat dengan perjanjian
Linggarjati.
-Pada 21 Juli 1947, Belanda melakukan serangan terhadap wilayah – wilayah yang dikuasai Indonesia.
Serangan tersebut dikenal dengan nama Agresi Militer Belanda I.
4. Tujuan Agresi Militer Belanda 1
oBidang Politik
Mengepung ibu kota Republik Indonesia dan menghapus Republik Indonesia dari peta (menghilangkan de
facto Republik Indonesia).
oBidang Ekonomi
Merebut daerah-daerah penting dan kaya sumber daya alam, seperti Jawa Barat dan Timur sebagai
penghasil bahan makanan, Sumatera sebagai wilayah perkebunan dan pertambangan.
oBidang Militer
Menghancurkan Tentara Negara Indonesia (TNI).
5. Proses Terjadinya Agresi Militer Belanda I
Agresi militer pertama dilakukan Belanda berlatar dua pokok, yaitu:
Diantaranya dengan merebut yang kaya SDA, menghapus TNI dan perwakilan-perwakilan Republik di luar
negeri (karena keduanya merupakan atribut negara berdaulat).
Melenyapkan Republik Indonesia sebagai negara merdeka dengan menghilangkan
semua atribut kemerdekaannya,
Menghilangkan sifat negara berdaulat Republik dan menjadikannya hanya negara
bagian seperti negara boneka yang diciptakan oleh Belanda.
6. Strategi Belanda pada Agresi Militer 1
Pada agresi militer ini, Belanda menyatakan serangannya sebagai “aksi polisional” yaitu upaya Belanda
untuk menertibkan kekacauan di Indonesia, seperti hal nya polisi yang sedang menjaga keamanan
wilayahnya.
Dalam serangan Belanda yang pertama itu mereka bermaksud hendak menduduki Yogyakarta yang telah
menjadi ibu kota perjuangan Republik Indonesia, dan menduduki daerah-daerah yang penting bagi
perekonomian Belanda, yaitu daerah-daerah perkebunan, ladang minyak dan batu baik di Sumatera
maupun di Jawa. Usaha ini untuk sebagian berhasil; mereka berhasil menduduki daerah-daerah
perkebunan yang cukup luas, di Sumatera Timur, Palembang, Jawa Barat dan Jawa Timur.
Dari hasil penjualan produksi perkebunan-perkebunan yang masih terkumpul, mereka mengharapkan
mendapatkan uang sejumlah US$ 300 juta, sedangkan biaya agresi militer diperhitungkan akan memakan
US$ 200 juta, jadi masih ada ”untung” US$ 100 juta. Dan sasaran selanjutnya adalah menduduki
Yogyakarta.
7. Penyelesaian Agresi Militer Belanda 1
Sasaran selanjutnya untuk menduduki Yogyakarta tidak tercapai, karena pada tanggal 4 Agustus 1947
Dewan Keamanan memerintahkan penghentian tembak menembak.
Selanjutnya PBB membentuk Komisi PBB yang terdiri atas tiga negara: satu dipilih oleh Indonesia, satu oleh
Belanda dan yang satu lagi dipilih bersama. Komisi Tiga Negara ini terdiri atas Amerika Serikat, Australia
dan Belgia. Pihak Indonesia diwakili oleh Sultan Syahrir dan H.Agus Salim.
PBB mengambil tindakan mengentikan penyerangan militer di dunia dan memaksa agresor agar
menghentikan serangannya. Belanda yang menginginkan supaya masalah Indonesia dianggap sebagai suatu
persoalan dalam negeri antara Belanda dan jajahannya, telah gagal, dan masalah Indonesia-Belanda
menjadi menjadi masalah internasional. Kedudukan Republik Indonesia menjadi sejajar dengan kedudukan
negara Belanda dalam pandangan dunia umumnya.
8. Dampak Agresi Militer Belanda I Bagi Indonesia
Tindakan kejam oleh pasukan Belanda, terutama di dareah-daerah yang sudah mereka duduki namun
tidak dapat dikuasai, umpamanya daerah sekitar Kerawang-Bekasi
Pada saat Belanda ingin menguasai Bekasi, pasukan Belanda menembaki rakyat desa Rawagede secara
membabi buta dan membunuh 491 orang dewasa dan anak-anak.
Pembantaian rakyat Sulawesi Selatan pada bulan Januari 1948 oleh pasukan Kapten Wasterling
menyebabkan banyak korban.
Peristiwa kapten api maut di Jawa Timur, ketika prajurit-prajurit Republik Indonesia yang tertawan oleh
Belanda diamsukkan dalam gerbong kereta api yang kemudian ditutup rapat tanpa ventilasi, sehingga
semua tawanan mati lemas karena kepanasan dan kehabisan udara.
9. Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia Terhadap Agresi Militer
Belanda I
1. Keampuhan Strategi Diplomasi
Keberhasilan perjuangan diplomasi terbukti
dari munculnya reaksi keras terhadap
tindakan agresi militer Belanda.India dan
Australia mengajukan resolusi kepada Dewan
Keamanan PBB.Amerika Serikat menyerukan
agar Indonesia dan Belanda menghentikan
permusuhan Polandia dan Uni Soviet
mendesak agar pasukan Belanda ditarik dari
wilayah RI.Di tengah reaksi dunia
internasional, pada tanggal 3 Agustus 1947,
Belanda menerima resolusi Dewan
Keamanan PBB untuk menghentikan tembak-
menembak.
2. Perundingan Renville
Dalam perundingan itu, delegasi Indonesia dipimpin
oleh Amir Syarifuddin, sedangkan delegasi Belanda
dipimpin oleh Abdullah Wijoyoatmojo.Perundingan
berlangsung alot karena baik Indonesia maupun
Belanda cenderung berpegang teguh pada
pendirian masing-masing.Akhirnya, pada tanggal 17
Januari 1948, hasil Perundingan Renville disepakati
dan ditandatangani. Namun Akibat Perundingan
Renville, wilayah Indonesia yang diakui menjadi
semakin sempit yang mengundang reaksi keras dari
kalangan partai politik, hasil perundingan itu
memperlihatkan kekalahan perjuangan diplomasi.
Bagi TNI, hasil prundingan itu mengakibatkan harus
ditinggalkannya sejumalh wilayah pertahanan yang
telah susah payah dibangun.