Agresi militer Belanda I dilakukan pada 21 Juli 1947 untuk merebut wilayah Indonesia yang kaya sumber daya alam dan menghancurkan TNI. Serangan ini menuai kecaman internasional dan memaksa Belanda bernegosiasi dengan Indonesia di bawah pengawasan PBB. Walaupun berdampak buruk bagi militer dan ekonomi Indonesia, agresi ini juga meningkatkan dukungan internasional bagi kemerdekaan Indonesia.
2. Latar belakang
Setelah perundingan Linggarjati, terjadi perbedaan penafsiran antara pihak
Belanda dan Indonesia mengenai isi perjanjian Linggarjati. Belanda menganggap
pengakuan de facto wilayah Indonesia tidak dapat membuat Indonesia melakukan
hubungan luar negeri dengan negara lain. Selain itu, wilayah-wilayah di luar
Sumatera, Jawa, dan Madura dapat dikuasai oleh Belanda. Adapun Indonesia
sudah menganggap adanya pengakuan de facto tersebut membuat Indonesia
berhak melakukan hubungan luar negeri. Perbedaan penafsiran mengenai isi
perjanjian Linggarjati membuat ketegangan hubungan antara Indonesia dan
Belanda. Pada 15 Juli 1947, H.J.van Mook menyatakan bahwa Belanda sudah
tidak terikat dengan perjanjian Linggarjati. Pada 21 Juli 1947, Belanda melakukan
serangan terhadap wilayah-wilayah yang dikuasai Indonesia. Serangan tersebut
dikenal dengan nama Agresi Militer Belanda I.
3. Tujuan
• Bidang Politik Mengepung ibu kota Republik Indonesia dan
menghapus Republik Indonesia dari peta (menghilangkan de facto
Republik Indonesia).
• Bidang Ekonomi Merebut daerah-daerah penting dan kaya sumber
daya alam, seperti Jawa Barat dan Timur sebagai penghasil bahan
makanan, Sumatera sebagai wilayah perkebunan dan
pertambangan.
• Bidang Militer Menghancurkan Tentara Negara Indonesia (TNI).
4. Proses terjadinya
Agresi militer pertama dilakukan Belanda berlatar dua pokok, yaitu:
Diantaranya dengan merebut yang kaya SDA, menghapus TNI dan
perwakilan-perwakilan Republik di luar negeri (karena keduanya
merupakan atribut negara berdaulat). Melenyapkan Republik
Indonesia sebagai negara merdeka dengan menghilangkan semua
atribut kemerdekaannya, Menghilangkan sifat negara berdaulat
Republik dan menjadikannya hanya negara bagian seperti negara
boneka yang diciptakan oleh Belanda.
5. Strategi belanda
Pada agresi militer ini, Belanda menyatakan serangannya sebagai “aksi polisional” yaitu upaya Belanda untuk menertibkan
kekacauan di Indonesia, seperti hal nya polisi yang sedang menjaga keamanan wilayahnya. Dalam serangan Belanda yang pertama
itu mereka bermaksud hendak menduduki Yogyakarta yang telah menjadi ibu kota perjuangan Republik Indonesia, dan menduduki
daerah-daerah yang penting bagi perekonomian Belanda, yaitu daerah-daerah perkebunan, ladang minyak dan batu baik di
Sumatera maupun di Jawa. Usaha ini untuk sebagian berhasil; mereka berhasil menduduki daerah-daerah perkebunan yang cukup
luas, di Sumatera Timur, Palembang, Jawa Barat dan Jawa Timur. Dari hasil penjualan produksi perkebunan-perkebunan yang masih
terkumpul, mereka mengharapkan mendapatkan uang sejumlah US$ 300 juta, sedangkan biaya agresi militer diperhitungkan akan
memakan US$ 200 juta, jadi masih ada ”untung” US$ 100 juta. Dan sasaran selanjutnya adalah menduduki Yogyakarta.
Sasaran selanjutnya untuk menduduki Yogyakarta tidak tercapai, karena pada tanggal 4 Agustus 1947 Dewan Keamanan
memerintahkan penghentian tembak menembak. Selanjutnya PBB membentuk Komisi PBB yang terdiri atas tiga negara: satu dipilih
oleh Indonesia, satu oleh Belanda dan yang satu lagi dipilih bersama. Komisi Tiga Negara ini terdiri atas Amerika Serikat, Australia
dan Belgia. Pihak Indonesia diwakili oleh Sultan Syahrir dan H.Agus Salim. PBB mengambil tindakan mengentikan penyerangan
militer di dunia dan memaksa agresor agar menghentikan serangannya. Belanda yang menginginkan supaya masalah Indonesia
dianggap sebagai suatu persoalan dalam negeri antara Belanda dan jajahannya, telah gagal, dan masalah Indonesia-Belanda menjadi
menjadi masalah internasional. Kedudukan Republik Indonesia menjadi sejajar dengan kedudukan negara Belanda dalam pandangan
dunia umumnya.
6. Penyelesaian
Reaksi besar dari dunia internasional mengecam agresi militer Belanda I tersebut, berkat desakan India dan
Australia pada tanggal 30 Juli 1947 langsung menjadi pembahasan Dewan Keamanan PBB. DK PBB meminta
penghentian permusuhan kedua pihak, namun Belanda tetap tidak mempedulikan reaksi keras dari dunia
internasional tersebut. Indonesia juga secara resmi melaporkan agresi militer Belanda ke PBB karena telah
melanggar perjanjian internasional yaitu tujuan perjanjian Linggarjati.
Belanda menganggap mereka memiliki hak untuk menentukan perkembangan negara Indonesia dengan
menghancurkan RI, namun sekutu – sekutu utama Belanda seperti Inggris, Australia dan Amerika tidak mau
mengakui hak tersebut kecuali diakui oleh rakyat Indonesia. Dan hal itu tidak mungkin terjadi, yang berarti Belanda
harus terus melakukan penaklukan secara militer. Sebagai hasil dari desakan negara – negara lain, PBB kemudian
mengambil langkah pertama untuk menghentikan penyerangan militer di dunia dan memaksa penyerang untuk
menghentikan agresinya.
Dengan demikian, PBB menganggap masalah antara Belanda dan Indonesia bukan lagi sebagai masalah antara
negara jajahan dan penguasanya namun sudah menjadi masalah internasional yang bisa memicu perang dunia.
Pada tanggal 25 Agustus 1947 DK PBB membentuk komite untuk menengahi konflik bersenjata Belanda dan
Indonesia yang disebut sebagai Komisi Tiga Negara yang beranggotakan Australia, Belgia dan Amerika Serikat.
Indonesia memilih Australia, Belanda memilih Belgia dan AS sebagai pihak netral. Australia diwakili oleh Richard C.
Kirby, Belgia diwakili oleh Paul van Zeeland, AS oleh Dr. Frank Graham.
7. Dampak agresi militer Belanda I bisa diminimalkan dan dihentikan juga berkat perjuangan diplomasi
pemerintah Indonesia di luar negeri sebagai bagian dari peran Indonesia dalam hubungan
internasional dan peran Indonesia dalam PBB. Para delegasi Indonesia berusaha memperlihatkan kepada dunia
luar bahwa Indonesia layak dan mampu menjadi negara yang berdaulat, terbukti dari munculnya reaksi keras
kepada agresi militer yang dilakukan Belanda. Pada tanggal 15 Agustus 1947 pemerintah Belanda akhirnya
bersedia menerima resolusi Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan pertempuran. Walaupun demikian,
Belanda kemudian kembali mengingkari gencatan senjata yang disepakati dalam sejarah perjanjian Renville
8. Dampak agresi 1 terhadap indonesia
• Dampak Positif Bagi Indonesia
1. Aksi Belanda yang berkedok ‘Aksi Polisionil’ tidak dapat mengelabui dunia internasional yang
menentang aksi tersebut sehingga Belanda kehilangan dukungan dari dunia internasional.
2. Republik Indonesia berhasil mendapatkan dukungan dan simpati dari masyarakat
internasional.
3. Beberapa negara Arab kemudian memberikan pengakuan secara de jure akan kemerdekaan
RI, dimulai oleh Mesir pada 1947. Diikuti oleh Libanon, Syria, Irak, Afganistan dan Saudi Arabia
tahun 1947 juga. Pengakuan tersebut tidak lepas dari peranan penting Sutan Syahrir yang
mengirim delegasi pimpinan K.H. Agus Salim ke negara – negara Islam di Timur Tengah.
4. Dampak agresi militer Belanda I dengan pengakuan negara – negara Arab tersebut
memperkuat posisi Indonesia dalam perjanjian internasional.
9. Dampak Negatif Bagi Indonesia
1.Dampak agresi militer Belanda I yang negatif adalah bahwa kekuatan militer Indonesia berhasil dilemahkan oleh Belanda, sehingga
kekuatan TNI menjadi terjepit .
2.Belanda berhasil menguasai daerah – daerah penting Indonesia sehingga wilayah Indonesia semakin sempit.
3.Lebih dari 150 ribu orang pasukan Indonesia dari sekitar 500 ribu orang tewas sebagai dampak agresi militer Belanda I.
4.Tidak hanya dari militer, warga sipil juga ikut menjadi korban.
5.Serangan Belanda juga mempengaruhi ekonomi Indonesia termasuk pengeluaran biaya untuk keperluan perang.
6.Terganggunya stabilitas politik dan pemerintahan RI.
7.Pembantaian terhadap rakyat Sulawesi Selatan pada Januari 1948 yang dipimpin pasukan Kapten Westerling.
8.Pembantaian rakyat desa Rawagede sebanyai 491 orang yang dituduh menyembunyikan Lukas Kustaryo dan pasukannya pada
Desember 1947.
9.Pembantaian rakyat di Jawa Timur yang dimasukkan ke dalam gerbong kereta api maut yang ditutup rapat tanpa ventilasi sehingga
seluruh tahanan mati lemas kekurangan oksigen.
10.Daerah perkebunan Indonesia seperti Sumatera Timur, Palembang, Jawa Barat dan Jawa Timur banyak dikuasai oleh Belanda
sehingga menimbulkan kerugian untuk Indonesia.
11.Kerugian negara yang besar secara ekonomi karena biaya perang dan banyaknya bangunan yang hancur.
12.Tewasnya beberapa tentara muda seperti Komodor Muda Udara dr. Abdurahman Saleh, Komodor Muda Udara Mas Agustinus
Adisucipto, dan Perwira Muda Udara I Adisumarno Wiryokusumo karena pesawat Dakota bersimbol palang merah yang mereka
tumpangi membawa sumbangan Palang Merah Malaya untuk TNI ditembak jatuh oleh Belanda pada 29 Juli 1947.