SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
Kajian Spasial Wilayah Rawan Kebakaran Hutan dan
Lahan di Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur
Nama : Haeropan Daniko Dwiputra
NPM : 1806231821
Penguji :
1. Dr. Drs. Supriatna, M.T.M.
2. Iqbal Putut Ash Shidiq, S.Si., M.Sc.
Pembimbing :
1. Dr. Rokhmatullah, S.Si., M. Eng
2. Dr.Eng. Masita Dwi Mandini
Manessa, S.Si., M.Si., M.Eng.
Sumber: antaranews.com
Daftar Isi
01
02
04
05
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Metode Penelitian
Kesimpulan
03
Hasil dan Pembahasan
Pendahuluan
Sumber: antaranews.com
Latar Belakang
Dengan mengetahui parameter-parameter pemicu terjadinya kebakaran hutan dan, dapat dihasilkan sebuah peta
tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan di suatu wilayah (Amalina et al., 2016).
Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi di Pulau Jawa dengan total area karhutla terluas di tahun 2021, dengan
Kabupaten Situbondo sebagai wilayah yang paling terdampak. (Sipongi, 2021).
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia selalu terjadi setiap tahunnya (Adiputra & Barus, 2018) dan kerap kali terjadi
akibat adanya faktor-faktor yang bersifat alami dan antropogenik (Rasyid, 2014).
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya deforestasi hutan adalah bencana kebakaran hutan dan lahan (Fund,
2020).
Luas area hutan di Indonesia semakin berkurang akibat adanya deforestasi yang berdampak pada peningkatan suhu
permukaan (Wahyuni & Suranto, 2021).
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Situbondo?
2. Bagaimana pengaruh faktor alami dan faktor manusia terhadap tingkat kerawanan kebakaran
hutan dan lahan di Kabupaten Situbondo?
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis wilayah Kabupaten Situbondo yang rawan akan terjadinya kebakaran hutan dan
lahan
2. Menganalisis tingkat pengaruh faktor alami dan faktor manusia terhadap tingkat kerawanan
bencana kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Batasan Penelitian
1. Wilayah penelitian meliputi wilayah administrasi Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
2. Tingkat kerawanan bencana kebakaran hutan dan lahan digunakan untuk mengetahui seberapa
rawan bencana tersebut terjadi pada suatu wilayah.
3. Data citra yang digunakan merupakan data perekaman pada tahun 2021 (1 Januari hingga 31
Desember) yang di-mosaic dan diseleksi dengan tingkat tutupan awan yang rendah (<5%).
4. Data tutupan lahan, NDVI, NDMI, dan suhu permukaan daratan didapatkan dengan mengolah
data citra satelit menggunakan Google Earth Engine.
5. Faktor manusia pada penelitian ini dilihat dari variabel aksesibilitas (jarak dari jalan dan sungai)
dan jarak dari lokasi aktivitas manusia (jarak dari pemukiman, ladang, dan kebun).
Tinjauan Pustaka
Sumber: antaranews.com
Landasan Teori
Kerawanan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan
Variabel Rawan Karhutla
Kerawanan bencana (susceptibility), dapat diartikan
sebagai kondisi karakteristik suatu wilayah untuk jangka waktu
tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya pengurangan
kemampuan untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan
juga mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk
bencana (UU 24 tahun 2007).
Kebakaran hutan dapat terjadi karena adanya suatu
proses pembakaran yang penyebaran apinya terjadi secara bebas
serta turut membakar bahan bakar alam (Saharjo, 2013).
Metode SMCA dapat diartikan sebagai proses
penggabungan dan pengubahan data spasial dan nonspasial
menjadi suatu keputusan akhir yang mampu mendefinisikan
hubungan antara peta input dan peta outputnya (Malczewski,
2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi rawannya bencana
kebakaran hutan dan lahan di suatu wilayah dapat diklasifikasikan
menjadi faktor alam dan faktor manusia.
Metode SMCA
Metode Penelitian
Sumber: antaranews.com
Alur
Pikir
Alur
Kerja
Variabel
Penelitian
Variabel Penelitian Definisi Satuan
Tutupan Lahan
Visualisasi vegetasi, benda, alam, dan unsur-unsur
budaya suatu wilayah di permukaan bumi tanpa
memperhatikan faktor-faktor kegiatan manusia pada objek
yang divisualisasikannya (Townshend & Justice, 1981).
Km²
Indeks Vegetasi NDVI
Indeks yang dapat digunakan pada data citra satelit untuk
mengetahui informasi seputar vegetasi suatu (Armanto,
2013).
-
Indeks Kelembaban
NDMI
Indeks yang dapat digunakan untuk menduga kelembaban
suatu permukaan. Merupakan perbaikan dari indeks
NDWI.
-
Suhu Permukaan
Daratan
Suhu permukaan daratan merupakan suhu radiasi dari
tanah yang bersumber dari pancaran radiasi sinar
matahari.
°C
Aksesibilitas
Ukuran kemudahan dalam melakukan proses pemindahan
lokasi pada suatu sistem (Hurst, 1974).
Meter
Jarak dari Lokasi
Aktivitas Manusia
Sebagian besar bencana kebakaran hutan dan lahan
terjadi karena adanya aktivitas manusia. (Darwiati &
Tuheteru, 2010)
Meter
Data
Penelitian
No Data Sumber Data Keterangan
1 Citra Landsat-8 USGS, Google Earth Engine.
Resolusi 30M. filter date :
1/1/2021-31/12/2021
2
Batas wilayah administrasi
Kab/Kota & Kecamatan
Pengolahan data dari Peta RBI Kab.
Situbondo format SHP
Skala 1:25.000
3 Tutupan Lahan Pengolahan Data Citra Sentinel 2
Resolusi 30M. filter date :
1/1/2021-31/12/2021
4 Indeks Vegetasi NDVI Pengolahan Data Citra Landsat-8
Resolusi 30M/ filter date :
1/1/2021-31/12/2021
5 Indeks Kelembaban NDMI Pengolahan Data Citra Landsat-8
6 Suhu Permukaan Tanah Pengolahan Data Citra Landsat-8
Resolusi 100M. filter date :
1/1/2021-31/12/2021
Cloud cover : <5%
7 Jaringan Jalan Kab. Situbondo
Pengolahan data dari Peta RBI Kab.
Situbondo format SHP
Skala 1:25.000
8 Jaringan Sungai Kab. Situbondo
Pengolahan data dari Peta RBI Kab.
Situbondo format SHP
Skala 1:25.000
9 Jarak dari Aktivitas Manusia
Pengolahan data dari Peta RPR Kab.
Situbondo
Skala 1:25.000
10
Area Karhutla tahun 2016-2017,
2019-2020
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK)
-
Pengolahan Data
Klasifikasi Tutupan Lahan
Klasifikasi data tutupan lahan
dilakukan dengan menggunakan
Google Earth Engine secara
terbimbing dengan menggunakan
algoritma Classification and
Regression Trees (CART)
Uji akurasi dengan menggunakan
tabel Confussion Matrix dilakukan
untuk mengetahui tingkat
kesesuaian model tutupan lahan
dengan keadaan sebenarnya di
lapangan.
Dilakukan pemberian skoring
parameter kerawanan
karhutla terhadap data hasil
klasifikasi tutupan lahan yang
telah diuji akurasinya.
Uji Akurasi Pemberian Skor
Karakteristik Tutupan Lahan Skor Tingkat Kerawanan
Savana, Pertanian Lahan Kering 5 Paling Rawan
Hutan Tanaman dan Hutan Lahan Kering 4 Rawan
Hutan Mangrove 2 Tidak Rawan
Badan Air, Pemukiman/Transmigrasi,
Sawah
1 Paling Tidak Rawan
Sumber: (Sabaraji, 2005. Telah diolah kembali)
Kelas Referensi A B C D Piksel Pembuat
A Naa Nab Nac Nad Na+ Naa/Na+
B Nba Nbb Nbc Nbd Nb+ Nbb/Nb+
C Nca Ncb Ncc Ncd Nc+ Ncc/Nc+
D Nda Ndb Ndc Ndd Nd+ Ndd/Nd+
Total Piksel N+a N+b N+c N+d N
Akurasi Pengguna Naa/N+a Nbb/N+b Ncc/N+c Ndd/N+d
Skoring Parameter Tutupan Lahan
Tabel Confusion Matrix
Training
Sample
• Metode Penentuan Lokasi Titik Sampel : Simple Random Sampling
• Metode Pemilihan Jumlah Titik Sampel : Rumus Slovin 𝒏 =
𝑵
𝟏 + 𝑵𝒆𝟐
Pengolahan Data
Indeks NDVI dan NDMI
Data Citra Landsat-8 yang telah
dikalibrasi digunakan pada
pengolahan indeks NDVI dan NDMI
pada google earth engine.
Persamaan NDVI dan NDMI
• NDVI Landsat 8 = (Band 5 - Band 4) / (Band 5 + Band 4)
• NDMI Landsat 8 = (Band 5 - Band 6) / (Band 5 + Band 6)
Keterangan
Band 4 = Band Red
Band 5 = Band NIR
Band 6 = Band SWIR-1
Karakteristik NDVI Skor Tingkat Kerawanan
<0.15 (Tingkat Kehijauan Paling Rendah) 2 Tidak Rawan
0.25 – 0.35 (Tingkat Kehijauan Rendah) 3 Menengah
0.25 – 0.15 (Tingkat Kehijauan Menengah) 4 Rawan
>0.35 (Tingkat Kehijauan Tinggi) 5 Paling Rawan
Sumber: (Nurdiana & Risdiyanto, 2015)
Skoring Parameter Kehijauan (NDVI)
Karakteristik NDVI Skor Tingkat Kerawanan
<0.15 (Tingkat Kelembaban Paling Rendah) 5 Paling Rawan
0.25 – 0.35 (Tingkat Kelembaban Rendah) 4 Rawam
0.25 – 0.15 (Tingkat Kelembaban Menengah) 3 Menengah
>0.35 (Tingkat Kelembaban Tinggi) 2 Tidak Rawan
Sumber: (Nurdiana & Risdiyanto, 2015)
Skoring Parameter Kelembaban (NDMI)
Pengolahan Data
Suhu Permukaan Daratan
Suhu permukaan didapatkan dengan menganalisis
data digital number (DN) dari band 10 Landsat-8
(TIRS) yang terlebih dahulu dilakukan konversi
nilai Radian Spektralnya. Data radian spectral
kemudian akan dikonversi kembali menjadi
Brightness Temperature.
Persamaan Nilai Radian Spektral
• 𝐿𝜆 = 𝑀𝐿𝑄𝑐𝑎𝑙 + 𝐴𝐿
Keterangan
𝑳𝝀 = Nilai Radian Spektral
𝑴𝑳 = Radiance Multiplicative Band
𝑸𝒄𝒂𝒍 = Radiance Add band
𝑨𝑳 = Nilai Digital Citra band spesifik
Persamaan Brightness Temperature
• 𝐵𝑇 =
𝐾2
𝑙𝑛
𝐾1
𝐿𝜆
+1
Keterangan
𝑩𝑻 = Suhu Kecerahan
𝑲𝟏 = Konstanta Band Spektral 1
𝑲𝟐 = Konstanta Band Spektral 2
𝑳𝝀 = Nilai Radian Spektral
Pengolahan Data
Suhu Permukaan Daratan
Brightness Temperature kemudian digunakan
untuk menghitung nilai Land Surface Emissivity
(LSE). Perhitungan Data Suhu Permukaan
Daratan (LST) dapat dilakukan dengan
menggunakan data Brightness Temperature,
panjang gelombang radiasi, dan LSE.
Persamaan Nilai Radian Spektral
• 𝑃𝑉 =
𝑁𝐷𝑉𝐼−𝑁𝐷𝑉𝐼𝑚𝑖𝑛
𝑁𝐷𝑉𝐼𝑚𝑖𝑛−𝑁𝐷𝑉𝐼𝑚𝑎𝑥
2
, 𝐸 = 0,004𝑃𝑉 + 0,986
Keterangan
PV = Proporsi Vegetasi
NDVI = Indeks Vegetasi
E = Emisivitas Permukaan Tanah
Persamaan Brightness Temperature
• 𝐿𝑆𝑇 =
𝐵𝑇
1+ 𝜆𝐵𝑇
𝐶2
𝑙𝑛 𝐸
Keterangan
BT = Brightness Temperatur (°C)
E = Emisivitas Permukaan Tanah
λ = Panjang Gelombang Radiasi
𝑪𝟐 = 14388 μmK
Karakteristik Tutupan Lahan Skor Tingkat Kerawanan
>35°C 5 Paling Rawan
30°C - 35°C 4 Rawan
25°C - 30°C 3 Menengah
20°C - 25°C 2 Tidak Rawan
<20°C 1 Paling Tidak Rawan
Sumber: (Setyawan, 2005)
Skoring Parameter Suhu Permukaan
Pengolahan Data
Faktor Manusia
Dilakukan proses buffer pada data jaringan
jalan dan sungai yang bersumber dari peta
RBI format SHP, serta data penggunaan
lahan yang bersumber dari peta Rencana
Pola Ruang Kabupaten Situbondo.
Variabel Jenis Data/Variabel Skor Tingkat Kerawanan
Jarik dari Jalan dan
Jarak dari Sungai
<100 meter 5 Paling Rawan
100 – 200 meter 4 Rawan
200 – 300 meter 3 Menengah
300 – 400 meter 2 Tidak Rawan
>400 meter 1 Paling Tidak Rawan
Jarak dari Permukiman,
Sawah, Ladang, dan
Perkebunan
<1000 meter 5 Paling Rawan
1000 – 2000 meter 4 Rawan
2000 – 3000 meter 3 Menengah
>3000 meter 2 Tidak Rawan
Sumber: (Erten et al., 2002 ; Jaiswal et al.,2002)
Skoring Parameter Faktor Manusia
Pengolahan Data
Regresi logistik ordinal merupakan salah satu metode regresi yang dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas, dimana variabel terikat bersifat polikotomus
dan ordinal (Puspita, 2015).
Metode Suksesif Interval
Uji Hubungan Variabel
• Uji Likelihood Ratio (Uji Serentak)
• Uji Wald (Uji Parsial)
Uji Kesesuaian Model
• Pearson Chi Square
• Deviance Chi Square
Interpretasi Koefisien
• Interpretasi Nilai Odds Ratio (ψ)
Statistik Uji Wald (Uji Serentak)
H0 ∶ β1 = β2 = ⋯ = βj = 0
H1 ∶ Setidaknya ada satu βj ≠ 0; 𝑗 = 1,2, … , 𝑝
G = −2ln
n1
n
n1 n2
n
n2 n3
n
n3
∏i=1
n π1 x1
y1iπ2 x2
y2iπ3 x3
y3i
Statistik Uji Likelihood Ratio (Uji Parsial)
H0 ∶ β1 = β2 = ⋯ = βj = 0
H1 ∶ Setidaknya ada satu βj ≠ 0; 𝑗 = 1,2, … , 𝑝
W =
βj
SE(βj)
, dimana SE βj = var β
Uji Kesesuaian Model
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang nyata
antara hasil observasi dengan prediksi
model. Model dinyatakan sesuai.
H1: Terdapat perbedaan yang nyata antara
hasil observasi dengan prediksi model.
Model dinyatakan tidak sesuai.
D = −2 i−1
n
yij ln
πij
yij
+ 1 − yij ln
1−πij
1−yij
Persamaan Odds Ratio
ψ 𝑎, 𝑏 =
exp(𝛽0𝑗+𝛽𝑎 𝑎 )
exp(𝛽0𝑗+𝛽𝑏 𝑏 )
= exp exp(𝛽0𝑗 + 𝛽𝑎 𝑎 − 𝛽0𝑗 + 𝛽𝑏 𝑏
= exp 𝛽𝑖(𝑎 − 𝑏)
Titik Uji
Statistik
• Metode Pemilihan Jumlah Titik Sampel : Rumus Slovin 𝒏 =
𝑵
𝟏 + 𝑵𝒆𝟐
Analisis Data
Proses analisis menggunakan Metode SMCA dilakukan dengan menggunakan 3 persamaan yang berbeda
untuk mengetahui faktor mana, alami atau manusia, yang lebih berpengaruh terhadap terjadinya kebakaran
hutan dan lahan (Amalina et al., 2016).
Persamaan yang digunakan
• Model 1 = 0,1*(x1+x2+x3+x4) + 0.9*(x5+x6+x7+x8+x9)
• Model 2 = 0,9*(x1+x2+x3+x4) + 0.1*(x5+x6+x7+x8+x9)
• Model 3 = 0,5*(x1+x2+x3+x4) + 0.5*(x5+x6+x7+x8+x9)
Keterangan
X1 = Skor Tutupan Lahan
X2 = Skor Indeks NDVI
X3 = Skor Indeks NDMI
X4 = Skor Suhu Permukaan
X5 = Jarak dari Jalan
X6 = Jarak dari Sungai
X7 = Jarak dari Pemukiman
X8 = Jarak dari Ladang
X9 = Jarak dari Jalan
Kelas
Tingkat
Kerawanan
Kisaran
1 Rendah y < (mean – 0.5 Stdev)
2 Sedang Mean – 0.5 Stdev < y < mean + 0.5 Stdev
3 Tinggi Y > mean + 0.5 Stdev
Klasifikasi Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan
Analisis Data
• Kedua model spasial yang telah dihasilkan akan dibandingkan dengan data karhutla yang terjadi pada rentang tahun 2017-
2021, data karhutla yang bersumber dari KLHK, dan juga dengan data hotspot tahun 2021.
• Analisis spasial pada model wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan yang telah dibuat dilakukan untuk mengetahui
persamaan model mana yang paling sesuai untuk digunakan dalam menentukan wilayah rawan karhutla di Kabupaten
Situbondo.
• Analisis deskriptif pada model wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan yang telah dibuat bertujuan untuk
mengidentifikasi karakteristik kondisi wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Situbondo berdasarkan aspek-
aspek variabel terjadinya karhutla.
• Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel-variabel pada faktor alami dan faktor manusia
(variabel bebas) terhadap model kerawanan karhutla yang telah divalidasi (variabel terikat).
Hasil dan Pembahasan
Sumber: antaranews.com
Tutupan Lahan Skor Luas Area (km²)
Persentase
Luas (%)
Paling Tidak Rawan 1 519,07 31,09%
Menengah 3 4,43 0,27%
Rawan 4 501,34 30,03%
Paling Rawan 5 644,71 38,62%
Kelas Tutupan Lahan Kabupaten Situbondo
Tutupan Lahan Skor Luas Area (km²)
Persentase Luas
(%)
Badan Air 1 13,89 0,83%
Mangrove 3 4,43 0,27%
Hutan 4 501,34 30,03%
Pertanian 5 189,34 11,34%
Savana 5 455,38 27,28%
Sawah 1 328,04 19,65%
Pemukiman 1 177,14 10,61%
Tutupan Lahan Kabupaten Situbondo
Tutupan Lahan
Indeks NDVI Skor Luas Area (km²)
Persentase Luas
(%)
<0,15 (Kehijauan Sangat
Rendah)
2 19,27 1,15%
0,15 – 0,25 (Kehijauan
Rendah)
3 31,17 1,87%
0,25 – 0,35 (Kehijauan
Sedang)
4 87,97 5,27%
>0,35 (Kehijauan Tinggi) 5 1532,27 91,72%
Indeks NDVI Kabupaten Situbondo
Kehijauan Vegetasi
Indeks NDMI Skor Luas Area (km²)
Persentase Luas
(%)
<0,15 (Kelembaban Sangat
Rendah)
5 88,92 5,32%
0,15 – 0,25 (Kelembaban
Rendah)
4 1096,47 65,63%
0,25 – 0,35 (Kelembaban
Sedang)
3 483,87 28,95%
>0,35 (Kelembaban Tinggi) 2 1,37 0,08%
Indeks NDMI Kabupaten Situbondo
Kelembaban Vegetasi
Suhu Permukaan Daratan
Suhu Permukaan Daratan Kabupaten Situbondo
Suhu Permukaan Skor Luas Area (km²) Persentase Luas (%)
<20°C 1 57,30 3,43%
20°C – 25°C 2 810,31 48,52%
25°C – 30°C 3 797,00 47,72%
30°C – 35°C 4 5,38 0,32%
Aksesibilitas
Parameter Jarak dari Jalan
Tutupan Lahan Skor Luas Area (km²) Persentase Luas (%)
<100 Meter 1 465,74 27,89%
100 – 200 Meter 2 287,59 17,22%
200 – 300 Meter 3 167,53 10,03%
300 – 400 Meter 4 103,55 6,20%
>400 Meter 5 645,57 38,66%
Aksesibilitas
Parameter Jarak dari Sungai
Tutupan Lahan Skor Luas Area (km²) Persentase Luas (%)
<100 Meter 1 707,81 42,38%
100 – 200 Meter 2 387,21 23,19%
200 – 300 Meter 3 184,16 11,03%
300 – 400 Meter 4 104,70 6,27%
>400 Meter 5 286,11 17,13%
Jarak dari Aktivitas Manusia
Parameter Jarak dari Pemukiman
Tutupan Lahan Skor Luas Area (km²) Persentase Luas (%)
<1000 Meter 2 942,86 56,46%
1000 – 2000 Meter 3 200,04 11,98%
2000 – 3000 Meter 4 116,63 6,98%
>3000 Meter 5 410,47 24,58%
Jarak dari Aktivitas Manusia
Parameter Jarak dari Ladang
Tutupan Lahan Skor Luas Area (km²) Persentase Luas (%)
<1000 Meter 2 685,05 41,01%
1000 – 2000 Meter 3 272,95 16,34%
2000 – 3000 Meter 4 184,72 11,06%
>3000 Meter 5 527,59 31,59%
Jarak dari Aktivitas Manusia
Parameter Jarak dari Kebun
Tutupan Lahan Skor Luas Area (km²) Persentase Luas (%)
<1000 Meter 2 561,69 33,63%
1000 – 2000 Meter 3 317,56 19,01%
2000 – 3000 Meter 4 248,17 14,86%
>3000 Meter 5 542,89 32,50%
Model Kerawanan
Tingkat Kerawanan Luas Area (km²) Persentase Area (%)
Tidak Rawan 178,65 10,70
Kerawanan Rendah 658,59 39,44
Kerawanan Menengah 407,21 24,39
Kerawanan Tinggi 425,44 25,48
Wilayah Rawan Karhutla (Model 1)
Tingkat Kerawanan Luas Area (km²) Persentase Area (%)
Tidak Rawan 178,65 10,70
Kerawanan Rendah 303,85 18,20
Kerawanan Menengah 542,76 32,50
Kerawanan Tinggi 644,63 38,60
Wilayah Rawan Karhutla (Model 2)
Tingkat Kerawanan Luas Area (km²) Persentase Area (%)
Tidak Rawan 178,65 10,70
Kerawanan Rendah 652,76 39,09
Kerawanan Menengah 431,60 25,85
Kerawanan Tinggi 406,88 24,37
Wilayah Rawan Karhutla (Model 3)
Validasi Model Kerawanan
Tingkat Kerawanan Luas Area (Ha) Persentase Area (%)
Kerawanan Rendah 6406,15 61,51
Kerawanan Menengah 2293,23 22,02
Kerawanan Tinggi 1715,83 16,47
Total 10415,21 100
Luas Area Terbakar (Model 1)
Tingkat Kerawanan Luas Area (km²) Persentase Area (%)
Kerawanan Rendah 1372,90 13,18
Kerawanan Menengah 2609,69 25,06
Kerawanan Tinggi 6432,62 61,76
Total 10415,21 100
Luas Area Terbakar (Model 2)
Tingkat Kerawanan Luas Area (km²) Persentase Area (%)
Kerawanan Rendah 5832,18 56,00
Kerawanan Menengah 2845,84 27,32
Kerawanan Tinggi 1737,20 16,68
Total 10415,21 100
Luas Area Terbakar (Model 3)
Wilayah Rawan Karhutla
Tingkat Kerawanan Luas Area (km²) Persentase Area (%)
Tidak Rawan 178,65 10,70%
Kerawanan Rendah 303,85 18,20%
Kerawanan Menengah 542,76 32,50%
Kerawanan Tinggi 644,63 38,60%
Wilayah Rawan Karhutla
Karakteristik Wilayah Rawan Karhutla
Karakteristik Wilayah Tingkat Kerawanan Tinggi Tingkat Kerawanan Menengah Tingkat Kerawanan Rendah
Tutupan Lahan Savana Hutan Sawah
Indeks NDVI >0,35
Indeks NDMI 0,15 - 0,25 0,25 – 0,35
Suhu Permukaan 25-30°C 20-25°C
Jarak dari Sungai >400 Meter <100 Meter
Jarak dari Jalan <100 Meter >400 Meter
Jarak dari Pemukiman <1000 Meter >3000 Meter <1000 Meter
Jarak dari Ladang <1000 Meter >3000 Meter
Tabel Karakteristik Wilayah Rawan Karhutla
Uji Pengaruh Variabel Karhutla
Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 633,281
Final 405,363 227,918 2 0,000
Tabel Uji Serentak (Likelihood Ratio)
Variabel Estimator (B) Std. Error Wald df Sig. Exp(B)
[Tingkat Kerawanan = 1,00] 18,186 1,765 106,12 1 0,000 7,91E+07
[Tingkat Kerawanan = 2,00] 21,3 1,933 121,468 1 0,000 1,78E+09
Faktor Alami 1,502 0,139 116,519 1 0,000 4,489
Faktor Manusia 0,142 0,05 8,031 1 0,005 1,152
Tabel Uji Parsial (Uji Wald)
Chi-Square df Sig.
Pearson 493.229 522 0.812
Deviance 405.363 522 1
Uji Kesesuaian Model
Kesimpulan
Kesimpulan
• Dari model wilayah kerawanan karhutla yang telah dibuat, didapatkan seluas 625,85 km² (37,47%)
merupakan wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi, 614,97 km² (36,82%) merupakan wilayah
dengan tingkat kerawanan menengah, dan hanya sebesar 250,75 km² (15,01%) yang merupakan
wilayah dengan tingkat kerawanan rendah. Daerah tidak rawan pada Kabupaten Situbondo
memiliki luas area sebesar 178,66 km² (10,70%).
• Dari nilai odds ratio yang didapatkan, faktor alami memiliki tingkat pengaruh yang lebih besar (ψ =
4,489) dibandingkan dengan variabel faktor manusia (ψ =1,152). Suatu wilayah memiliki probabilitas
tingkat kerawanan yang lebih tinggi, ketika terjadi peningkatan nilai interval pada variabel faktor
alami dibandingkan dengan peningkatan nilai pada variabel faktor manusia.
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
Adiputra, A., & Barus, B. (2018). Analisis Risiko Bencana Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Pulau Bengkalis. Jurnal Geografi, Edukasi Dan Lingkungan (JGEL), 2(1),
1–8.
Amalina, P., Prasetyo, L., & Rushayati, S. (2016). Forest Fire Vulnerability Mapping in Way Kambas National Park. Procedia Environmental Sciences, 33, 239–252.
Erten, E., Kurgun, V., & Musaoglu, N. (2002). Forest Fire Risk Zone Mapping From Satellite Imagery And GIS: A Case Study.
Fund, W. W. (2020). 2020’s Most Epic Conservation. https://www.worldwildlife.org/
Jaiswal, R., Mukherjee, S., Raju, D., & Saxena, R. (2002). Forest fire risk zone mapping from satellite imagery and GIS. International Journal of Applied Earth
Observation and Geoinformation, 4, 1–10. https://doi.org/10.1016/S0303-2434(02)00006-5
Malczewski, J. (2004). GIS-based land-use suitability analysis: a critical overview. Progress in Planning, 62(1), 3–65.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.progress.2003.09.002
Nurdiana, A., & Risdiyanto, I. (2015). Indicator Determination of Forest and Land Fires Vulnerability Using Landsat-5 TM Data (Case Study: Jambi Province).
Procedia Environmental Sciences, 24. https://doi.org/10.1016/j.proenv.2015.03.019
Rasyid, F. (2014). Permasalahan dan Dampak Kebakaran Hutan. Jurnal Lingkar Widyaiswara, 1(4), 47–59.
Saharjo. (2003). Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Yang Lestari Perlukah Dilakukan. Institut Pertanian Bogor.
Sabaraji, A, 2005. Identifikasi Zone Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan dengan Aplikasi SIG di Kabupaten Kutai Timur. Samarinda. Universitas Mulawarman.
UU 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Wahyuni, H., & Suranto, S. (2021). Dampak Deforestasi Hutan Skala Besar terhadap Pemanasan Global di Indonesia. JIIP: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 6,
148–162.

More Related Content

Similar to KAJIAN KERAWANAN KEBAKARAN HUTAN

Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanbramantiyo marjuki
 
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Luhur Moekti Prayogo
 
1066 2029-1-sp
1066 2029-1-sp1066 2029-1-sp
1066 2029-1-spfujiwara5
 
Penginderaan Jauh
Penginderaan JauhPenginderaan Jauh
Penginderaan Jauhjasa16
 
Environmental Disaster Assessment And Mitigation 040906
Environmental Disaster Assessment And Mitigation 040906Environmental Disaster Assessment And Mitigation 040906
Environmental Disaster Assessment And Mitigation 040906Farhan Helmy
 
Kolokium pinardo k2e008043
Kolokium pinardo k2e008043Kolokium pinardo k2e008043
Kolokium pinardo k2e008043ferosiscaa
 
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)Amos Pangkatana
 
B 5 inderaja interpretasi citra geologi
B 5 inderaja interpretasi citra geologiB 5 inderaja interpretasi citra geologi
B 5 inderaja interpretasi citra geologiJihad Brahmantyo
 
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaPeran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaOperator Warnet Vast Raha
 
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptx
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptxKelompok3_MPD_sumber data DTM.pptx
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptxkarlossare1
 
Comparison of Normalized Difference Water Index (NDWI) and Sobel Filter Metho...
Comparison of Normalized Difference Water Index (NDWI) and Sobel Filter Metho...Comparison of Normalized Difference Water Index (NDWI) and Sobel Filter Metho...
Comparison of Normalized Difference Water Index (NDWI) and Sobel Filter Metho...Luhur Moekti Prayogo
 
Tutorial Total Suspended Sediment
Tutorial Total Suspended SedimentTutorial Total Suspended Sediment
Tutorial Total Suspended Sedimentarassya
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Luhur Moekti Prayogo
 
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan RadiometrikLaporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan RadiometrikSally Indah N
 

Similar to KAJIAN KERAWANAN KEBAKARAN HUTAN (20)

Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
 
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
 
118 343-3-pb
118 343-3-pb118 343-3-pb
118 343-3-pb
 
1066 2029-1-sp
1066 2029-1-sp1066 2029-1-sp
1066 2029-1-sp
 
Penginderaan Jauh
Penginderaan JauhPenginderaan Jauh
Penginderaan Jauh
 
Environmental Disaster Assessment And Mitigation 040906
Environmental Disaster Assessment And Mitigation 040906Environmental Disaster Assessment And Mitigation 040906
Environmental Disaster Assessment And Mitigation 040906
 
Kolokium pinardo k2e008043
Kolokium pinardo k2e008043Kolokium pinardo k2e008043
Kolokium pinardo k2e008043
 
Laporan srtm oke
Laporan srtm okeLaporan srtm oke
Laporan srtm oke
 
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
 
B 5 inderaja interpretasi citra geologi
B 5 inderaja interpretasi citra geologiB 5 inderaja interpretasi citra geologi
B 5 inderaja interpretasi citra geologi
 
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaPeran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
 
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptx
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptxKelompok3_MPD_sumber data DTM.pptx
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptx
 
Comparison of Normalized Difference Water Index (NDWI) and Sobel Filter Metho...
Comparison of Normalized Difference Water Index (NDWI) and Sobel Filter Metho...Comparison of Normalized Difference Water Index (NDWI) and Sobel Filter Metho...
Comparison of Normalized Difference Water Index (NDWI) and Sobel Filter Metho...
 
Bab%20 iv
Bab%20 ivBab%20 iv
Bab%20 iv
 
Transformasi ndvi
Transformasi ndviTransformasi ndvi
Transformasi ndvi
 
Tutorial Total Suspended Sediment
Tutorial Total Suspended SedimentTutorial Total Suspended Sediment
Tutorial Total Suspended Sediment
 
Week 07.pptx
Week 07.pptxWeek 07.pptx
Week 07.pptx
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
 
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan RadiometrikLaporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
 

Recently uploaded

Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 

KAJIAN KERAWANAN KEBAKARAN HUTAN

  • 1. Kajian Spasial Wilayah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur Nama : Haeropan Daniko Dwiputra NPM : 1806231821 Penguji : 1. Dr. Drs. Supriatna, M.T.M. 2. Iqbal Putut Ash Shidiq, S.Si., M.Sc. Pembimbing : 1. Dr. Rokhmatullah, S.Si., M. Eng 2. Dr.Eng. Masita Dwi Mandini Manessa, S.Si., M.Si., M.Eng. Sumber: antaranews.com
  • 2. Daftar Isi 01 02 04 05 Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metode Penelitian Kesimpulan 03 Hasil dan Pembahasan
  • 4. Latar Belakang Dengan mengetahui parameter-parameter pemicu terjadinya kebakaran hutan dan, dapat dihasilkan sebuah peta tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan di suatu wilayah (Amalina et al., 2016). Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi di Pulau Jawa dengan total area karhutla terluas di tahun 2021, dengan Kabupaten Situbondo sebagai wilayah yang paling terdampak. (Sipongi, 2021). Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia selalu terjadi setiap tahunnya (Adiputra & Barus, 2018) dan kerap kali terjadi akibat adanya faktor-faktor yang bersifat alami dan antropogenik (Rasyid, 2014). Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya deforestasi hutan adalah bencana kebakaran hutan dan lahan (Fund, 2020). Luas area hutan di Indonesia semakin berkurang akibat adanya deforestasi yang berdampak pada peningkatan suhu permukaan (Wahyuni & Suranto, 2021).
  • 5. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Situbondo? 2. Bagaimana pengaruh faktor alami dan faktor manusia terhadap tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Situbondo? Tujuan Penelitian 1. Menganalisis wilayah Kabupaten Situbondo yang rawan akan terjadinya kebakaran hutan dan lahan 2. Menganalisis tingkat pengaruh faktor alami dan faktor manusia terhadap tingkat kerawanan bencana kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
  • 6. Batasan Penelitian 1. Wilayah penelitian meliputi wilayah administrasi Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. 2. Tingkat kerawanan bencana kebakaran hutan dan lahan digunakan untuk mengetahui seberapa rawan bencana tersebut terjadi pada suatu wilayah. 3. Data citra yang digunakan merupakan data perekaman pada tahun 2021 (1 Januari hingga 31 Desember) yang di-mosaic dan diseleksi dengan tingkat tutupan awan yang rendah (<5%). 4. Data tutupan lahan, NDVI, NDMI, dan suhu permukaan daratan didapatkan dengan mengolah data citra satelit menggunakan Google Earth Engine. 5. Faktor manusia pada penelitian ini dilihat dari variabel aksesibilitas (jarak dari jalan dan sungai) dan jarak dari lokasi aktivitas manusia (jarak dari pemukiman, ladang, dan kebun).
  • 8. Landasan Teori Kerawanan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Variabel Rawan Karhutla Kerawanan bencana (susceptibility), dapat diartikan sebagai kondisi karakteristik suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya pengurangan kemampuan untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan juga mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bencana (UU 24 tahun 2007). Kebakaran hutan dapat terjadi karena adanya suatu proses pembakaran yang penyebaran apinya terjadi secara bebas serta turut membakar bahan bakar alam (Saharjo, 2013). Metode SMCA dapat diartikan sebagai proses penggabungan dan pengubahan data spasial dan nonspasial menjadi suatu keputusan akhir yang mampu mendefinisikan hubungan antara peta input dan peta outputnya (Malczewski, 2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi rawannya bencana kebakaran hutan dan lahan di suatu wilayah dapat diklasifikasikan menjadi faktor alam dan faktor manusia. Metode SMCA
  • 12. Variabel Penelitian Variabel Penelitian Definisi Satuan Tutupan Lahan Visualisasi vegetasi, benda, alam, dan unsur-unsur budaya suatu wilayah di permukaan bumi tanpa memperhatikan faktor-faktor kegiatan manusia pada objek yang divisualisasikannya (Townshend & Justice, 1981). Km² Indeks Vegetasi NDVI Indeks yang dapat digunakan pada data citra satelit untuk mengetahui informasi seputar vegetasi suatu (Armanto, 2013). - Indeks Kelembaban NDMI Indeks yang dapat digunakan untuk menduga kelembaban suatu permukaan. Merupakan perbaikan dari indeks NDWI. - Suhu Permukaan Daratan Suhu permukaan daratan merupakan suhu radiasi dari tanah yang bersumber dari pancaran radiasi sinar matahari. °C Aksesibilitas Ukuran kemudahan dalam melakukan proses pemindahan lokasi pada suatu sistem (Hurst, 1974). Meter Jarak dari Lokasi Aktivitas Manusia Sebagian besar bencana kebakaran hutan dan lahan terjadi karena adanya aktivitas manusia. (Darwiati & Tuheteru, 2010) Meter
  • 13. Data Penelitian No Data Sumber Data Keterangan 1 Citra Landsat-8 USGS, Google Earth Engine. Resolusi 30M. filter date : 1/1/2021-31/12/2021 2 Batas wilayah administrasi Kab/Kota & Kecamatan Pengolahan data dari Peta RBI Kab. Situbondo format SHP Skala 1:25.000 3 Tutupan Lahan Pengolahan Data Citra Sentinel 2 Resolusi 30M. filter date : 1/1/2021-31/12/2021 4 Indeks Vegetasi NDVI Pengolahan Data Citra Landsat-8 Resolusi 30M/ filter date : 1/1/2021-31/12/2021 5 Indeks Kelembaban NDMI Pengolahan Data Citra Landsat-8 6 Suhu Permukaan Tanah Pengolahan Data Citra Landsat-8 Resolusi 100M. filter date : 1/1/2021-31/12/2021 Cloud cover : <5% 7 Jaringan Jalan Kab. Situbondo Pengolahan data dari Peta RBI Kab. Situbondo format SHP Skala 1:25.000 8 Jaringan Sungai Kab. Situbondo Pengolahan data dari Peta RBI Kab. Situbondo format SHP Skala 1:25.000 9 Jarak dari Aktivitas Manusia Pengolahan data dari Peta RPR Kab. Situbondo Skala 1:25.000 10 Area Karhutla tahun 2016-2017, 2019-2020 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) -
  • 14. Pengolahan Data Klasifikasi Tutupan Lahan Klasifikasi data tutupan lahan dilakukan dengan menggunakan Google Earth Engine secara terbimbing dengan menggunakan algoritma Classification and Regression Trees (CART) Uji akurasi dengan menggunakan tabel Confussion Matrix dilakukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian model tutupan lahan dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Dilakukan pemberian skoring parameter kerawanan karhutla terhadap data hasil klasifikasi tutupan lahan yang telah diuji akurasinya. Uji Akurasi Pemberian Skor Karakteristik Tutupan Lahan Skor Tingkat Kerawanan Savana, Pertanian Lahan Kering 5 Paling Rawan Hutan Tanaman dan Hutan Lahan Kering 4 Rawan Hutan Mangrove 2 Tidak Rawan Badan Air, Pemukiman/Transmigrasi, Sawah 1 Paling Tidak Rawan Sumber: (Sabaraji, 2005. Telah diolah kembali) Kelas Referensi A B C D Piksel Pembuat A Naa Nab Nac Nad Na+ Naa/Na+ B Nba Nbb Nbc Nbd Nb+ Nbb/Nb+ C Nca Ncb Ncc Ncd Nc+ Ncc/Nc+ D Nda Ndb Ndc Ndd Nd+ Ndd/Nd+ Total Piksel N+a N+b N+c N+d N Akurasi Pengguna Naa/N+a Nbb/N+b Ncc/N+c Ndd/N+d Skoring Parameter Tutupan Lahan Tabel Confusion Matrix
  • 15. Training Sample • Metode Penentuan Lokasi Titik Sampel : Simple Random Sampling • Metode Pemilihan Jumlah Titik Sampel : Rumus Slovin 𝒏 = 𝑵 𝟏 + 𝑵𝒆𝟐
  • 16. Pengolahan Data Indeks NDVI dan NDMI Data Citra Landsat-8 yang telah dikalibrasi digunakan pada pengolahan indeks NDVI dan NDMI pada google earth engine. Persamaan NDVI dan NDMI • NDVI Landsat 8 = (Band 5 - Band 4) / (Band 5 + Band 4) • NDMI Landsat 8 = (Band 5 - Band 6) / (Band 5 + Band 6) Keterangan Band 4 = Band Red Band 5 = Band NIR Band 6 = Band SWIR-1 Karakteristik NDVI Skor Tingkat Kerawanan <0.15 (Tingkat Kehijauan Paling Rendah) 2 Tidak Rawan 0.25 – 0.35 (Tingkat Kehijauan Rendah) 3 Menengah 0.25 – 0.15 (Tingkat Kehijauan Menengah) 4 Rawan >0.35 (Tingkat Kehijauan Tinggi) 5 Paling Rawan Sumber: (Nurdiana & Risdiyanto, 2015) Skoring Parameter Kehijauan (NDVI) Karakteristik NDVI Skor Tingkat Kerawanan <0.15 (Tingkat Kelembaban Paling Rendah) 5 Paling Rawan 0.25 – 0.35 (Tingkat Kelembaban Rendah) 4 Rawam 0.25 – 0.15 (Tingkat Kelembaban Menengah) 3 Menengah >0.35 (Tingkat Kelembaban Tinggi) 2 Tidak Rawan Sumber: (Nurdiana & Risdiyanto, 2015) Skoring Parameter Kelembaban (NDMI)
  • 17. Pengolahan Data Suhu Permukaan Daratan Suhu permukaan didapatkan dengan menganalisis data digital number (DN) dari band 10 Landsat-8 (TIRS) yang terlebih dahulu dilakukan konversi nilai Radian Spektralnya. Data radian spectral kemudian akan dikonversi kembali menjadi Brightness Temperature. Persamaan Nilai Radian Spektral • 𝐿𝜆 = 𝑀𝐿𝑄𝑐𝑎𝑙 + 𝐴𝐿 Keterangan 𝑳𝝀 = Nilai Radian Spektral 𝑴𝑳 = Radiance Multiplicative Band 𝑸𝒄𝒂𝒍 = Radiance Add band 𝑨𝑳 = Nilai Digital Citra band spesifik Persamaan Brightness Temperature • 𝐵𝑇 = 𝐾2 𝑙𝑛 𝐾1 𝐿𝜆 +1 Keterangan 𝑩𝑻 = Suhu Kecerahan 𝑲𝟏 = Konstanta Band Spektral 1 𝑲𝟐 = Konstanta Band Spektral 2 𝑳𝝀 = Nilai Radian Spektral
  • 18. Pengolahan Data Suhu Permukaan Daratan Brightness Temperature kemudian digunakan untuk menghitung nilai Land Surface Emissivity (LSE). Perhitungan Data Suhu Permukaan Daratan (LST) dapat dilakukan dengan menggunakan data Brightness Temperature, panjang gelombang radiasi, dan LSE. Persamaan Nilai Radian Spektral • 𝑃𝑉 = 𝑁𝐷𝑉𝐼−𝑁𝐷𝑉𝐼𝑚𝑖𝑛 𝑁𝐷𝑉𝐼𝑚𝑖𝑛−𝑁𝐷𝑉𝐼𝑚𝑎𝑥 2 , 𝐸 = 0,004𝑃𝑉 + 0,986 Keterangan PV = Proporsi Vegetasi NDVI = Indeks Vegetasi E = Emisivitas Permukaan Tanah Persamaan Brightness Temperature • 𝐿𝑆𝑇 = 𝐵𝑇 1+ 𝜆𝐵𝑇 𝐶2 𝑙𝑛 𝐸 Keterangan BT = Brightness Temperatur (°C) E = Emisivitas Permukaan Tanah λ = Panjang Gelombang Radiasi 𝑪𝟐 = 14388 μmK Karakteristik Tutupan Lahan Skor Tingkat Kerawanan >35°C 5 Paling Rawan 30°C - 35°C 4 Rawan 25°C - 30°C 3 Menengah 20°C - 25°C 2 Tidak Rawan <20°C 1 Paling Tidak Rawan Sumber: (Setyawan, 2005) Skoring Parameter Suhu Permukaan
  • 19. Pengolahan Data Faktor Manusia Dilakukan proses buffer pada data jaringan jalan dan sungai yang bersumber dari peta RBI format SHP, serta data penggunaan lahan yang bersumber dari peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Situbondo. Variabel Jenis Data/Variabel Skor Tingkat Kerawanan Jarik dari Jalan dan Jarak dari Sungai <100 meter 5 Paling Rawan 100 – 200 meter 4 Rawan 200 – 300 meter 3 Menengah 300 – 400 meter 2 Tidak Rawan >400 meter 1 Paling Tidak Rawan Jarak dari Permukiman, Sawah, Ladang, dan Perkebunan <1000 meter 5 Paling Rawan 1000 – 2000 meter 4 Rawan 2000 – 3000 meter 3 Menengah >3000 meter 2 Tidak Rawan Sumber: (Erten et al., 2002 ; Jaiswal et al.,2002) Skoring Parameter Faktor Manusia
  • 20. Pengolahan Data Regresi logistik ordinal merupakan salah satu metode regresi yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas, dimana variabel terikat bersifat polikotomus dan ordinal (Puspita, 2015). Metode Suksesif Interval Uji Hubungan Variabel • Uji Likelihood Ratio (Uji Serentak) • Uji Wald (Uji Parsial) Uji Kesesuaian Model • Pearson Chi Square • Deviance Chi Square Interpretasi Koefisien • Interpretasi Nilai Odds Ratio (ψ) Statistik Uji Wald (Uji Serentak) H0 ∶ β1 = β2 = ⋯ = βj = 0 H1 ∶ Setidaknya ada satu βj ≠ 0; 𝑗 = 1,2, … , 𝑝 G = −2ln n1 n n1 n2 n n2 n3 n n3 ∏i=1 n π1 x1 y1iπ2 x2 y2iπ3 x3 y3i Statistik Uji Likelihood Ratio (Uji Parsial) H0 ∶ β1 = β2 = ⋯ = βj = 0 H1 ∶ Setidaknya ada satu βj ≠ 0; 𝑗 = 1,2, … , 𝑝 W = βj SE(βj) , dimana SE βj = var β Uji Kesesuaian Model H0 : Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan prediksi model. Model dinyatakan sesuai. H1: Terdapat perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan prediksi model. Model dinyatakan tidak sesuai. D = −2 i−1 n yij ln πij yij + 1 − yij ln 1−πij 1−yij Persamaan Odds Ratio ψ 𝑎, 𝑏 = exp(𝛽0𝑗+𝛽𝑎 𝑎 ) exp(𝛽0𝑗+𝛽𝑏 𝑏 ) = exp exp(𝛽0𝑗 + 𝛽𝑎 𝑎 − 𝛽0𝑗 + 𝛽𝑏 𝑏 = exp 𝛽𝑖(𝑎 − 𝑏)
  • 21. Titik Uji Statistik • Metode Pemilihan Jumlah Titik Sampel : Rumus Slovin 𝒏 = 𝑵 𝟏 + 𝑵𝒆𝟐
  • 22. Analisis Data Proses analisis menggunakan Metode SMCA dilakukan dengan menggunakan 3 persamaan yang berbeda untuk mengetahui faktor mana, alami atau manusia, yang lebih berpengaruh terhadap terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Amalina et al., 2016). Persamaan yang digunakan • Model 1 = 0,1*(x1+x2+x3+x4) + 0.9*(x5+x6+x7+x8+x9) • Model 2 = 0,9*(x1+x2+x3+x4) + 0.1*(x5+x6+x7+x8+x9) • Model 3 = 0,5*(x1+x2+x3+x4) + 0.5*(x5+x6+x7+x8+x9) Keterangan X1 = Skor Tutupan Lahan X2 = Skor Indeks NDVI X3 = Skor Indeks NDMI X4 = Skor Suhu Permukaan X5 = Jarak dari Jalan X6 = Jarak dari Sungai X7 = Jarak dari Pemukiman X8 = Jarak dari Ladang X9 = Jarak dari Jalan Kelas Tingkat Kerawanan Kisaran 1 Rendah y < (mean – 0.5 Stdev) 2 Sedang Mean – 0.5 Stdev < y < mean + 0.5 Stdev 3 Tinggi Y > mean + 0.5 Stdev Klasifikasi Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan
  • 23. Analisis Data • Kedua model spasial yang telah dihasilkan akan dibandingkan dengan data karhutla yang terjadi pada rentang tahun 2017- 2021, data karhutla yang bersumber dari KLHK, dan juga dengan data hotspot tahun 2021. • Analisis spasial pada model wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan yang telah dibuat dilakukan untuk mengetahui persamaan model mana yang paling sesuai untuk digunakan dalam menentukan wilayah rawan karhutla di Kabupaten Situbondo. • Analisis deskriptif pada model wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan yang telah dibuat bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik kondisi wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Situbondo berdasarkan aspek- aspek variabel terjadinya karhutla. • Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel-variabel pada faktor alami dan faktor manusia (variabel bebas) terhadap model kerawanan karhutla yang telah divalidasi (variabel terikat).
  • 25. Tutupan Lahan Skor Luas Area (km²) Persentase Luas (%) Paling Tidak Rawan 1 519,07 31,09% Menengah 3 4,43 0,27% Rawan 4 501,34 30,03% Paling Rawan 5 644,71 38,62% Kelas Tutupan Lahan Kabupaten Situbondo Tutupan Lahan Skor Luas Area (km²) Persentase Luas (%) Badan Air 1 13,89 0,83% Mangrove 3 4,43 0,27% Hutan 4 501,34 30,03% Pertanian 5 189,34 11,34% Savana 5 455,38 27,28% Sawah 1 328,04 19,65% Pemukiman 1 177,14 10,61% Tutupan Lahan Kabupaten Situbondo Tutupan Lahan
  • 26. Indeks NDVI Skor Luas Area (km²) Persentase Luas (%) <0,15 (Kehijauan Sangat Rendah) 2 19,27 1,15% 0,15 – 0,25 (Kehijauan Rendah) 3 31,17 1,87% 0,25 – 0,35 (Kehijauan Sedang) 4 87,97 5,27% >0,35 (Kehijauan Tinggi) 5 1532,27 91,72% Indeks NDVI Kabupaten Situbondo Kehijauan Vegetasi
  • 27. Indeks NDMI Skor Luas Area (km²) Persentase Luas (%) <0,15 (Kelembaban Sangat Rendah) 5 88,92 5,32% 0,15 – 0,25 (Kelembaban Rendah) 4 1096,47 65,63% 0,25 – 0,35 (Kelembaban Sedang) 3 483,87 28,95% >0,35 (Kelembaban Tinggi) 2 1,37 0,08% Indeks NDMI Kabupaten Situbondo Kelembaban Vegetasi
  • 28. Suhu Permukaan Daratan Suhu Permukaan Daratan Kabupaten Situbondo Suhu Permukaan Skor Luas Area (km²) Persentase Luas (%) <20°C 1 57,30 3,43% 20°C – 25°C 2 810,31 48,52% 25°C – 30°C 3 797,00 47,72% 30°C – 35°C 4 5,38 0,32%
  • 29. Aksesibilitas Parameter Jarak dari Jalan Tutupan Lahan Skor Luas Area (km²) Persentase Luas (%) <100 Meter 1 465,74 27,89% 100 – 200 Meter 2 287,59 17,22% 200 – 300 Meter 3 167,53 10,03% 300 – 400 Meter 4 103,55 6,20% >400 Meter 5 645,57 38,66%
  • 30. Aksesibilitas Parameter Jarak dari Sungai Tutupan Lahan Skor Luas Area (km²) Persentase Luas (%) <100 Meter 1 707,81 42,38% 100 – 200 Meter 2 387,21 23,19% 200 – 300 Meter 3 184,16 11,03% 300 – 400 Meter 4 104,70 6,27% >400 Meter 5 286,11 17,13%
  • 31. Jarak dari Aktivitas Manusia Parameter Jarak dari Pemukiman Tutupan Lahan Skor Luas Area (km²) Persentase Luas (%) <1000 Meter 2 942,86 56,46% 1000 – 2000 Meter 3 200,04 11,98% 2000 – 3000 Meter 4 116,63 6,98% >3000 Meter 5 410,47 24,58%
  • 32. Jarak dari Aktivitas Manusia Parameter Jarak dari Ladang Tutupan Lahan Skor Luas Area (km²) Persentase Luas (%) <1000 Meter 2 685,05 41,01% 1000 – 2000 Meter 3 272,95 16,34% 2000 – 3000 Meter 4 184,72 11,06% >3000 Meter 5 527,59 31,59%
  • 33. Jarak dari Aktivitas Manusia Parameter Jarak dari Kebun Tutupan Lahan Skor Luas Area (km²) Persentase Luas (%) <1000 Meter 2 561,69 33,63% 1000 – 2000 Meter 3 317,56 19,01% 2000 – 3000 Meter 4 248,17 14,86% >3000 Meter 5 542,89 32,50%
  • 34. Model Kerawanan Tingkat Kerawanan Luas Area (km²) Persentase Area (%) Tidak Rawan 178,65 10,70 Kerawanan Rendah 658,59 39,44 Kerawanan Menengah 407,21 24,39 Kerawanan Tinggi 425,44 25,48 Wilayah Rawan Karhutla (Model 1) Tingkat Kerawanan Luas Area (km²) Persentase Area (%) Tidak Rawan 178,65 10,70 Kerawanan Rendah 303,85 18,20 Kerawanan Menengah 542,76 32,50 Kerawanan Tinggi 644,63 38,60 Wilayah Rawan Karhutla (Model 2) Tingkat Kerawanan Luas Area (km²) Persentase Area (%) Tidak Rawan 178,65 10,70 Kerawanan Rendah 652,76 39,09 Kerawanan Menengah 431,60 25,85 Kerawanan Tinggi 406,88 24,37 Wilayah Rawan Karhutla (Model 3)
  • 35. Validasi Model Kerawanan Tingkat Kerawanan Luas Area (Ha) Persentase Area (%) Kerawanan Rendah 6406,15 61,51 Kerawanan Menengah 2293,23 22,02 Kerawanan Tinggi 1715,83 16,47 Total 10415,21 100 Luas Area Terbakar (Model 1) Tingkat Kerawanan Luas Area (km²) Persentase Area (%) Kerawanan Rendah 1372,90 13,18 Kerawanan Menengah 2609,69 25,06 Kerawanan Tinggi 6432,62 61,76 Total 10415,21 100 Luas Area Terbakar (Model 2) Tingkat Kerawanan Luas Area (km²) Persentase Area (%) Kerawanan Rendah 5832,18 56,00 Kerawanan Menengah 2845,84 27,32 Kerawanan Tinggi 1737,20 16,68 Total 10415,21 100 Luas Area Terbakar (Model 3)
  • 36. Wilayah Rawan Karhutla Tingkat Kerawanan Luas Area (km²) Persentase Area (%) Tidak Rawan 178,65 10,70% Kerawanan Rendah 303,85 18,20% Kerawanan Menengah 542,76 32,50% Kerawanan Tinggi 644,63 38,60% Wilayah Rawan Karhutla
  • 37. Karakteristik Wilayah Rawan Karhutla Karakteristik Wilayah Tingkat Kerawanan Tinggi Tingkat Kerawanan Menengah Tingkat Kerawanan Rendah Tutupan Lahan Savana Hutan Sawah Indeks NDVI >0,35 Indeks NDMI 0,15 - 0,25 0,25 – 0,35 Suhu Permukaan 25-30°C 20-25°C Jarak dari Sungai >400 Meter <100 Meter Jarak dari Jalan <100 Meter >400 Meter Jarak dari Pemukiman <1000 Meter >3000 Meter <1000 Meter Jarak dari Ladang <1000 Meter >3000 Meter Tabel Karakteristik Wilayah Rawan Karhutla
  • 38. Uji Pengaruh Variabel Karhutla Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig. Intercept Only 633,281 Final 405,363 227,918 2 0,000 Tabel Uji Serentak (Likelihood Ratio) Variabel Estimator (B) Std. Error Wald df Sig. Exp(B) [Tingkat Kerawanan = 1,00] 18,186 1,765 106,12 1 0,000 7,91E+07 [Tingkat Kerawanan = 2,00] 21,3 1,933 121,468 1 0,000 1,78E+09 Faktor Alami 1,502 0,139 116,519 1 0,000 4,489 Faktor Manusia 0,142 0,05 8,031 1 0,005 1,152 Tabel Uji Parsial (Uji Wald) Chi-Square df Sig. Pearson 493.229 522 0.812 Deviance 405.363 522 1 Uji Kesesuaian Model
  • 40. Kesimpulan • Dari model wilayah kerawanan karhutla yang telah dibuat, didapatkan seluas 625,85 km² (37,47%) merupakan wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi, 614,97 km² (36,82%) merupakan wilayah dengan tingkat kerawanan menengah, dan hanya sebesar 250,75 km² (15,01%) yang merupakan wilayah dengan tingkat kerawanan rendah. Daerah tidak rawan pada Kabupaten Situbondo memiliki luas area sebesar 178,66 km² (10,70%). • Dari nilai odds ratio yang didapatkan, faktor alami memiliki tingkat pengaruh yang lebih besar (ψ = 4,489) dibandingkan dengan variabel faktor manusia (ψ =1,152). Suatu wilayah memiliki probabilitas tingkat kerawanan yang lebih tinggi, ketika terjadi peningkatan nilai interval pada variabel faktor alami dibandingkan dengan peningkatan nilai pada variabel faktor manusia.
  • 42. Daftar Pustaka Adiputra, A., & Barus, B. (2018). Analisis Risiko Bencana Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Pulau Bengkalis. Jurnal Geografi, Edukasi Dan Lingkungan (JGEL), 2(1), 1–8. Amalina, P., Prasetyo, L., & Rushayati, S. (2016). Forest Fire Vulnerability Mapping in Way Kambas National Park. Procedia Environmental Sciences, 33, 239–252. Erten, E., Kurgun, V., & Musaoglu, N. (2002). Forest Fire Risk Zone Mapping From Satellite Imagery And GIS: A Case Study. Fund, W. W. (2020). 2020’s Most Epic Conservation. https://www.worldwildlife.org/ Jaiswal, R., Mukherjee, S., Raju, D., & Saxena, R. (2002). Forest fire risk zone mapping from satellite imagery and GIS. International Journal of Applied Earth Observation and Geoinformation, 4, 1–10. https://doi.org/10.1016/S0303-2434(02)00006-5 Malczewski, J. (2004). GIS-based land-use suitability analysis: a critical overview. Progress in Planning, 62(1), 3–65. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.progress.2003.09.002 Nurdiana, A., & Risdiyanto, I. (2015). Indicator Determination of Forest and Land Fires Vulnerability Using Landsat-5 TM Data (Case Study: Jambi Province). Procedia Environmental Sciences, 24. https://doi.org/10.1016/j.proenv.2015.03.019 Rasyid, F. (2014). Permasalahan dan Dampak Kebakaran Hutan. Jurnal Lingkar Widyaiswara, 1(4), 47–59. Saharjo. (2003). Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Yang Lestari Perlukah Dilakukan. Institut Pertanian Bogor. Sabaraji, A, 2005. Identifikasi Zone Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan dengan Aplikasi SIG di Kabupaten Kutai Timur. Samarinda. Universitas Mulawarman. UU 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Wahyuni, H., & Suranto, S. (2021). Dampak Deforestasi Hutan Skala Besar terhadap Pemanasan Global di Indonesia. JIIP: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 6, 148–162.