Dokumen tersebut membahas interaksi obat antikoagulan warfarin dengan obat-obat lain yang dapat meningkatkan risiko perdarahan, serta tatalaksana gejala perdarahan ringan hingga berat. Beberapa obat seperti aspirin, ketorolac, dan amiodarone dapat meningkatkan efek antikoagulasi warfarin. Perdarahan diklasifikasikan menjadi ringan, sedang dan berat berdasarkan persentase kehilangan darah. Pertolongan pert

1. Page 1 of 2
Interaksi Obat Warfarin dan Tatalaksana Efek Samping Perdarahannya
1. Interaksi Obat Warfarin yang ↑ Efek Samping Perdarahan
No. Obat 1 Obat 2 Interaksi Obat
1 Warfarin Aspirin
(NSAIDs)
Aspirin inhibisi agregasi platelet, memperpanjang
waktu perdarahan dan induksi lesi gastrointestinal → ↑
risiko perdarahan
2 Warfarin Ketorolac
(NSAIDs)
Ketorolac ↑ efek hipoprotrombinemia dan ↑ efek
antikoagulan → ↑ risiko perdarahan
3 Warfarin Clopidogrel
(Antiplatelet)
Clopidogrel sinergistik dengan warfarin → ↑ risiko
perdarahan
4 Warfarin Amiodarone
(Antiaritmia)
Amiodarone inhibisi metabolisme hepatik CYP450 2C9
S-warfarin → hipoprotrombinemia dan ↑ efek
antikoagulan → ↑ risiko perdarahan
5 Warfarin Asam valproat
(Antikonvulsan)
Asam valproat ↑ konsentrasi antikoagulan aktif
(unbound) dalam plasma → ↑ risiko perdarahan
2. Perdarahan Ringan, Sedang dan Berat
Klasifikasi syok hemoragik berdasarkan ATLS (Advanced Trauma Life Support) :
Klasifikasi Keterangan Gejala
Kelas I
(Ringan)
➔Kehilangan volume darah <15% Lebam di beberapa bagian tubuh,
nyeri perut, gusi berdarah, epistaksis
Kelas II
(Sedang)
➔Kehilangan volume darah 15-30% Lebam di beberapa bagian tubuh,
nyeri perut, gusi berdarah, epistaksis +
takikardia
Kelas III
(Sedang)
➔Kehilangan volume darah 31-40% Lebam di beberapa bagian tubuh,
nyeri perut, gusi berdarah, epistaksis,
takikardia + perubahan status
mental, penurunan output urine
Kelas IV
(Berat)
➔Kehilangan volume darah >40% Lebam di beberapa bagian tubuh,
nyeri perut, gusi berdarah, epistaksis,
takikardia, perubahan status mental,
penurunan output urine + sakit
kepala berat, hematuria,
hemoptisis, hematemesis, feses
berwarna hitam
3. Pertolongan Pertama pada Pasien
a. Jika sakit kepala berat
➢ Pasien minum tablet paracetamol

2. Page 2 of 2
b. Jika gusi berdarah
➢ Kumur-kumur menggunakan air hangat dicampur garam untuk membantu
mengurangi inflamasi dan mencegah infeksi
➢ Mengganti sikat gigi dengan soft brush dan menggosok gigi secara
perlahan
c. Jika epistaksis (mimisan)
➢ Pasien duduk tegak dan condong ke depan, jangan berbaring
➢ Pasien embuskan napas dari hidung secara perlahan untuk membersihkan
bekuan darah dari hidung
➢ Pasien jepit kedua lubang hidung menggunakan ibu jari dan telunjuk
selama 10 menit → pasien bernapas melalui mulut
d. Jika hematuria
➢ Jika pasien tidak menderita gangguan fungsi ginjal → minum banyak air
putih
e. Jika lebam
➢ Kompres area lebam dengan handuk atau kain yang direndam dalam air
dingin atau bungkus es batu lalu tempelkan pada area lebam selama +10
menit
Referensi :
1. Husni, Teuku dan Hadi, Zikral. Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana Epistaksis.
Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika Vol. 2 No. 2. 2019.
2. Medscape Drug Interactions
3. MIMS Indonesia