Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
MAKALAH AL-QUR'AN.docx
1. i
MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“AL- QUR’AN”
Dosen Pengampu :
Adib Faishol, M. Pd.I.
Disusun oleh:
Nadila Utami
2261269
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
2022
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua berupa, ilmu dan amal.
Berkat rahmat dan karunia-nya pula, kami dapat menyelesaikan
makalah Pendidikan Agama Islam yang insyaallah tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu, kami mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah
untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Jombang, 21 Oktober 2022
Nadila Utami
3. iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ............i
KATAPENGANTAR................................................................................ ...........ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. ..........iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... ............1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... ............1
1.3 Tujuan Pembelajaran .................................................................... ............1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Al-Qur’an .................................................................... ............2
2.2 Cara Al-Qur’an di Wahyukan...................................................................3
2.3 Otentisitas Al-Qur’an..................................................................... ............3
2.4 Isi Kandungan Al-Qur’an.............................................................. ............6
2.5 Fungsi Al-Qur’an ........................................................................... ............8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... ..........18
3.2 Saran................................................................................................ ..........18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... ..........19
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai masyarakat islam
terbanyak diantara negara-negara lain di dunia, dari sekitar 178 juta penduduk
hampir 90% adalah penduduk beragama islam yang taat karena itu perhatian
pemerintah banyak dupayakan untuk membangun masyarakat mencari
kesejahteraan rohaniah keagamaan disamping kesejahteraan lahiriah.
Diantara upaya-upaya itu adalah penyediaan kitab suci Al-Quran. Kami
sebagai seorang yang beragama islam membuat makalah ini untuk lebih
mengenalkan Al-Quran di lingkungan mahasiswa.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Atas dasar penentuan latar belakang diatas, maka kami dapat mengambil
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Al-Qur’an?
2. Bagaimana cara Al-Qur’an di wahyukan?
3. Apa isi kandungan Al-Qur’an?
4. Apa fungsi Al-Qur’an?
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
Yang menjadi maksud dan tujuan di tulisnya makalah ini adalah :
1. Pengertian Al-Qur’an.
2. Cara Al-Qur’an di wahyukan.
3. Isi kandungan Al-Quran.
4. Fungsi Al-Qur’an.
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN AL-QUR’AN
Al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat islam. Selain kitab suci, Al-Qur’an
juga merupakan sumber hukum utama dalam ajaran agama islam. Al-Qur’an
berisi tentang aturan-aturan kehiduan manusia di dunia yang diturunkan kepada
nabi Muhammad SAW lewat perantaraan malaikat jibril.
Al-Quran memiliki kedudukan yang sangat tinggi bagi penganut agama
islam, sehingga umat islam akan sangat marah apabila ada orang atau pihak yang
mencoba melecehkan Al-Qur’an.
Secara bahasa (etimologi), Al-Qur’an berasal dari bahasa arab yaitu qur’an,
dimana kata “qur’an” sendiri merupakan akar kata dari رأ ق – قرأ ي – ا رآن ق .
Kata ا رآن ق secara bahasa berarti bacaan karena seluruh isi dalam Al-Qur’an adalah
ayat-ayat firman Allah dalam bentuk bacaan yang berbahasa arab. Sedangkan
pengertian Al-Qur’an menurut istilah (terminologi) ialah firman Allah yang
berbentuk mukjizat, diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, melalui malaikat
jibril yang tertulis dalam di dalam mushahif, yang diriwayatkan kepada kita
dengan mutawatir, merupakan ibadah bila membacanya,dimulai dengan surat Al-
Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas.
Ada juga menurut pendapat ahli yang berpendapat paling kuat yang
dikemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti Bacaanasal kata Al-Qur’an, qur’an
itu berbentuk masdar dengan arti islam maful yaitu maqru (dibaca).
Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-
Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan
(menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena
itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan}
bacaannya”.
Definisi atau pengertian Al-Quran menurut bahasa dan istilah di atas
merupakan kata sepakat antara ulama dan para ahli ushul. Al-Qur’an diturunkan
6. 3
oleh Allah SWT sebagai tata aturan bagi kehidupan semua bangsa, petunjuk yang
benar untuk semua makhluk, tanda bukti atas kebenaran rasulullah Muhammad
saw, dalil yang qot’ie atas ke nabian dan risalahnya. Dan sebagai hujjah yang
tetap tegak hingga hari kemudian.
2.2 CARA AL-QUR’AN DI WAHYUKAN
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Malaikat
Jibril selama 23 tahun. Nabi Muhammad Shollallohu 'alaihi wa sallam menerima
wahyu pertama kali pada usia 40 tahun dan meninggal pada usia 63 tahun. Dalam
proses pewahyuannya, terdapat beberapa cara untuk menyampaikan wahyu yang
dibawa Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, diantaranya:
1. Malaikat Jibril memasukkan wahyu ke dalam hati Nabi. Dalam hal ini,
Nabi tidak melihat sesuatu apapun, hanya merasa bahwa wahyu itu sudah
berada di dalam kalbunya. Mengenai hal ini, Nabi mengatakan: Ruhul
Qudus menyampaikan wahyu ke dalam kalbuku.
2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi menjadi seorang lelaki yang
mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga Nabi mengetahui dan dapat
menghafal kata-kata itu.
3. Wahyu datang kepada Nabi seperti gemerincingnya lonceng. Cara ini
dirasakan paling berat bagi Nabi. Kadang pada keningnya berkeringat,
meskipun turunnya wahyu di musim dingin. Kadang unta Baginda Nabi
terpaksa berhenti dan duduk karena merasa berat bila wahyu turun ketika
Nabi sedang mengendarai unta.
4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-
laki, tetapi benar-benar sebagaimana rupa aslinya
2.3 OTENSITAS AL-QUR’AN
Al-Qur’an Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat.
Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya
7. 4
dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. Inna nahnu
nazzalna al-dzikra wa inna lahu lahafizhun (Sesungguhnya Kami yang
menurunkan Al-Qu’ran dan Kamilah Pemelihara-pemelihara-Nya).
Demikianlah Allah menjamin keotentikan Al-Qur’an, jaminan yang diberikan
atas dasar Kemahakuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya
yang dilakukan oleh makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan
jaminan ayat di atas, setiap Muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan
didengarnya sebagai Al-Qur’an tidak berbeda sedikit pun dengan apa yang pernah
dibaca oleh Rasulullah SAW., dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat
Nabi Muhammad SAW.
Tetapi, dapatkah kepercayaan itu didukung oleh bukti-bukti lain? Dan,
dapatkah bukti-bukti itu meyakinkan manusia, termasuk mereka yang tidak
percaya akan jaminan Allah di atas? Tanpa ragu kita mengiyakan pertanyaan di
atas, karena seperti yang ditulis oleh almarhum ‘Abdul-Halim Mahmud, mantan
Syaikh Al-Azhar: “Para orientalis yang dari saat ke saat berusaha menunjukkan
kelemahan Al-Qur’an, tidak mendapatkan celah untuk meragukan
keotentikannya. Hal ini disebabkan oleh bukti-bukti kesejarahan yang
mengantarkan mereka kepada kesimpulan tersebut.
Ada kutipkan pendapat seorang ulama besar Syi’ah kontemporer, Muhammad
Husain Al-Thabathaba’iy, yang menyatakan bahwa sejarah Al-Qur’an demikian
jelas dan terbuka, sejak turunnya sampai masa kini. Ia dibaca oleh kaum Muslim
sejak dahulu sampai sekarang, sehingga pada hakikatnya Al-Qur’an tidak
membutuhkan sejarah untuk membuktikan keotentikannya. Kitab Suci tersebut
lanjut Thabathaba’iy memperkenalkan dirinya sebagai Firman-firman Allah dan
membuktikan hal tersebut dengan menantang siapa pun untuk menyusun seperti
keadaannya. Ini sudah cukup menjadi bukti, walaupun tanpa bukti-bukti
kesejarahan. Salah satu bukti bahwa Al-Qur’an yang berada di tangan kita
sekarang adalah Al-Qur’an yang turun kepada Nabi Muhammad SAW. tanpa
pergantian atau perubahan –tulis Thabathaba’iy lebih jauh– adalah berkaitan
dengan sifat dan ciri-ciri yang diperkenalkannya menyangkut dirinya, yang tetap
dapat ditemui sebagaimana keadaannya dahulu.
8. 5
Dr. Mustafa Mahmud, mengutip pendapat Rasyad Khalifah, juga
mengemukakan bahwa dalam Al-Qur’an sendiri terdapat bukti-bukti sekaligus
jaminan akan keotentikannya.
Huruf-huruf hija’iyah yang terdapat pada awal beberapa surah dalam Al-
Qur’an adalah jaminan keutuhan Al-Qur’an sebagaimana diterima oleh Rasulullah
saw. Tidak berlebih dan atau berkurang satu huruf pun dari kata-kata yang
digunakan oleh Al-Qur’an. Kesemuanya habis terbagi 19, sesuai dengan jumlah
huruf-huruf B(i)sm Ali(a)h Al-R(a)hm(a)n Al-R(a)him. (Huruf a dan i dalam
kurung tidak tertulis dalam aksara bahasa Arab).
1. Huruf (qaf) yang merupakan awal dari surah ke-50, ditemukan terulang
sebanyak 57 kali atau 3x19.
2. Huruf-huruf kaf, ha’, ya’, ‘ayn, shad, dalam surah Maryam, ditemukan
sebanyak 798 kali atau 42x19.
3. Huruf (nun) yang memulai surah Al-Qalam, ditemukan sebanyak 133
atau 7x19. Kedua, huruf (ya’) dan (sin) pada surah Yasin masing-masing
ditemukan sebanyak 285 atau 15x19. Kedua huruf (tha’) dan (ha’) pada
surah Thaha masing-masing berulang sebanyak 342 kali, sama dengan
19x18.
4. Huruf-huruf (ha’) dan (mim) yang terdapat pada keseluruhan surah yang
dimulai dengan kedua huruf ini, ha’ mim, kesemuanya merupakan
perkalian dari 114x19, yakni masing-masing berjumlah 2.166.
Bilangan-bilangan ini, yang dapat ditemukan langsung dari celah ayat Al-
Qur’an, oleh Rasyad Khalifah, dijadikan sebagai bukti keotentikan Al-Qu’ran.
Karena, seandainya ada ayat yang berkurang atau berlebih atau ditukar kata dan
kalimatnya dengan kata atau kalimat yang lain, maka tentu perkalian-perkalian
tersebut akan menjadi kacau.
Angka 19 di atas, yang merupakan perkalian dari jumlah-jumlah yang disebut
itu, diambil dari pernyataan Al-Qur’an sendiri, yakni yang termuat dalam surah
Al-Muddatstsir ayat 30 yang turun dalam konteks ancaman terhadap seorang
yang meragukan kebenaran Al-Qur’an. Demikianlah sebagian bukti keotentikan
yang terdapat di celah-celah Kitab Suci tersebut.
9. 6
2.4 ISI KANDUNGAN AL-QUR’AN
Aqidah, ibadah, akhlak, hukum, sejarah dan dorongan untuk berfikir dalam
garis besar / inti sari al-qu’ran.
Al-Qur’an adalah kitab suci agama islam untuk seluruh umat muslim di
seluruh dunia dari awal diturunkan hingga waktu penghabisan spesies manusia di
dunia baik di bumi maupun di luar angkasa akibat kiamat besar.
Di dalam surat-surat dan ayat-ayat alquran terkandung kandungan yang
secara garis besar dapat kita bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utama
beserta pengertian atau arti definisi dari masing-masing kandungan inti sarinya,
yaitu sebagaimana berikut ini :
1. Aqidah
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang
pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah
tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu
yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT
adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya
terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.
2. Ibadah
Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Dari
pengertian “fuqaha” ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau
dkerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam
ajaran agama islam yakni seperti yang tercantum dalam lima butir rukum islam.
Mengucapkan dua kalimah syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di
bulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah mampu
menjalankannya.
3. Akhlak
10. 7
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji
atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah
SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk
memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya
dan menjauhi laranganNya.
4. Hukum-Hukum
Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah kepada
orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman
hukum pada sesama manusia yang terbukti bersalah. Hukum dalam islam
berdasarkan Al-qur’an ada beberapa jenis atau macam seperti jinayat, mu’amalat,
munakahat, faraidh dan jihad.
5. Peringatan/Tadzkir
Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada
manusia akan ancaman Allah SWT berupa siksa neraka atau waa’id. Tadzkir juga
bisa berupa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepadaNya dengan
balasan berupa nikmat surga jannah atau waa’ad. Di samping itu ada pula
gambaran yang menyenangkan di dalam alquran atau disebut juga targhib dan
kebalikannya gambarang yang menakutkan dengan istilah lainnya tarhib.
6. Sejarah/Kisah
Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu
baik yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada juga
yang mengalami kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah SWT.
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran
yang baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikibar.
7. Dorongan Untuk Berpikir
11. 8
Di dalam al-qur’an banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan
yang memerlukan pemikiran menusia untuk mendapatkan manfaat dan juga
membuktikan kebenarannya, terutama mengenai alam semesta.
2.5 FUNGSI AL-QUR’AN
1. Petunjuk bagi manusia
Fungsi pertama al-Qur‘an adalah sebagai petunjuk bagi manusia. Seperti
diketahui, fungsi utama sebuah kitab suci dalam agama dan keyakinan apapun
adalah menjadi pedoman bagi penganutnya. Begitu pula al-Quran, menjadi
pedoman bagi umat Islam. Meskipun begitu, al-Qur‘an menyatakan bahwa ia
bukan hanya menjadi petunjuk bagi kaum Muslimin, tapi juga bagi umat manusia
seluruhnya. Kemenyeluruhan misi al-Qur‘an ini tidak lepas dari kemenyeluruhan
misi Nabi Muhammad Saw yang diutus untuk seluruh manusia. Hal ini ditegaskan
Allah Swt dalam beberapa firman-Nya yang di antaranya adalah:
Dan Kami (Allah) tidak mengutus kamu (Muhammad), melainkan kepada
umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (Q.S. Saba: 28).
Di dalam al-Qur‘an memang ada dua versi penyebutan al-Qur‘an sebagai
petunjuk. Pertama, ia petunjuk bagi seluruh manusia. Kedua, ia petunjuk bagi
orang-orang yang beriman atau bertakwa. Ayat yang menyatakan hal pertama di
antaranya adalah:
12. 9
Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)
Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (Q.S. Al-Baqarah:
185)
Sedangkan ayat yang menyatakan hal kedua di antaranya adalah:
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa. (Q.S. al-Baqarah: 2)
Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan
segala sesuatu, dan sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri. (Q.S. an-Nahl: 89).
Dua versi pernyataan yang berbeda tersebut tidak berarti ada pertentangan
di dalam al-Quran. Perbedaan antara keduanya sesungguhnya hanya pada batas
pengertian petunjuk yang dimaksud oleh masing-masing pernyataan. Para ulama
tafsir mengatakan bahwa kata huda/hidayah (petunjuk) memiliki dua pengertian,
umum dan khusus. Dalam pengertian umum, petunjuk berarti pedoman atau
bimbingan bagi siapa saja menuju jalan yang benar. Sedangkan dalam pengertian
khusus, petunjuk berarti taufik yang diberikan Allah kepada hambanya yang telah
menerima kebenaran. Yang pertama masih dalam tahap proses, yang kedua sudah
menjadi hasil. Yang pertama bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk manusia,
yang kedua hanya Allah yang bisa melakukannya.
Ketika disebut bahwa al-Qur‘an adalah petunjuk bagi manusia, kalimat ini
masih pada tataran ide dan harapan, belum menjadi kenyataan. Petunjuk dalam
pengertian ini masih berkemungkinan untuk diterima atau ditolak oleh yang
menjadi sasaran ajakan. Namun, ketika disebut bahwa al-Qur‘an adalah petunjuk
bagi orang-orang yang beriman atau bertakwa, petunjuk di sini menunjukkan
kenyataan yang sudah terjadi. Petunjuk di sini berarti taufik yang diberikan Allah
kepada orang-orang yang beriman karena mereka telah membuka hati untuk
menerima kebenaran al-Quran.
Dua pengertian petunjuk di atas terkadang hadir bersamaan dalam satu
ayat seperti pada dua ayat berikut:
13. 10
Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang meyakini. (Q.S. al-Jatsiyah: 20)
(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk
serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Ali Imran: 138)
2. Penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya
Al-Qur‘an juga berfungsi sebagai penyempurna kitab-kitab suci
sebelumnya. Fungsi ini hadir karena al-Qur‘an adalah kitab suci terakhir yang
diturunkan oleh Allah Swt kepada rasul dan nabi-Nya. Sebagai kitab suci terakhir,
al-Qur‘an membawa tugas menyempurnakan kitab-kitab suci terdahulu.
Rasionalitas di balik fungsi ini setidaknya bisa diterangkan melalui dua alasan.
Pertama, kitab-kitab suci terdahulu memang diturunkan untuk kaum tertentu dan
zaman yang terbatas.
Kedua, dalam perkembangan sejarah, kitab-kitab suci terdahulu tidak
bebas dari perubahan dan penyimpangan.
Terkait fungsi al-Qur‘an sebagai penyempurna kitab-kitab suci
sebelumnya, ada tiga rincian tugas. Pertama, membenarkan adanya kitab-kitab
suci terdahulu. Kedua, meluruskan hal-hal yang telah diselewengkan dari kitab-
kitab suci tersebut. Ketiga, menjadi kitab alternatif untuk kitab-kitab suci yang
pernah ada.
Pertama, al-Qur‘an membenarkan kitab-kitab suci yang diturunkan
sebelumnya. Al-Qur‘an hadir bukan untuk menyangkal adanya kitab-kitab suci
tersebut. Bahkan, dalam doktrin Islam, seorang Muslim diwajibkan percaya
adanya kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi sebelum Muhammad,
seperti yang terdapat pada ayat berikut:
14. 11
Dan (di antara ciri orang yang bertakwa adalah) mereka yang beriman
kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang
telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan)
akhirat. (Q.S. Al-Baqarah: 4).
Kehadiran al-Qur‘an adalah melanjutkan ajaran kitab-kitab suci
sebelumnya. Misi pokok semua kitab suci adalah mengajak manusia untuk
menyembah satu tuhan, yaitu Allah Swt. Kalau pun ada perbedaan, hal itu tidak
lebih dari hal-hal yang menyangkut masalah cabang (furuiyah), misalnya terkait
ritus peribadatan dan beberapa aspek hukum. Itu pun disebabkan karena faktor
perbedaan zaman, tempat dan masyarakat di mana kitab-kitab itu diturunkan.
Akan tetapi, dalam masalah aqidah, semua kitab suci mengajarkan hal yang sama,
yaitu penyembahan kepada satu Tuhan (tauhid). Agama ini di dalam Al-Qur‘an
disebut Islam, sebagaimana para nabi terdahulu juga sebagai kaum Muslimin.
Kesamaan aqidah yang dibawa oleh semua rasul sejak Nabi Adam sampai
Nabi Muhammad ditegaskan oleh beberapa ayat al-Quran:
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu (Muhammad)
melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)
melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".(Q.S. Al-Anbiya: 25)
15. 12
Dia (Allah) telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa
yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: Tegakkanlah
agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. (Q.S. Asy-Syura: 13)
Kedua, al-Qur‘an meluruskan hal-hal yang telah diselewengkan dari
ajaran kitab-kitab terdahulu. Hal ini karena kitab-kitab sebelum al-Quran, dalam
perjalanan sejarah, tidak bebas dari penyimpangan, perubahan, pergantian,
penambahan atau pengurangan, sehingga diperlukan upaya pemurnian. Kitab suci
terdahulu seperti Taurat, Zabur dan Injil yang ada sekarang tidak bisa disebut asli
atau sama dengan kitab yang diturunkan kepada nabi-nabinya dahulu. Fenomena
penyimpangan semacam ini telah disinggung oleh al-Quran:
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-
tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau
menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamu
sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): "Raa'ina",
dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka
mengatakan: "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah
kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah
mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman
yang sangat tipis. (Q.S. An-Nisa: 46)
16. 13
Sesungguhnya diantara mereka (ahli kitab) ada segolongan yang
memutarmutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang
dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka
mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari
sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui. (Q.S.
Ali Imran: 78)
Karena itu, al-Qur‘an datang sebagai batu ujian (verifikator, korektor)
terhadap kitab-kitab terdahulu. Al-Qur‘an bertugas mengoreksi hal-hal yang
diselewengkan dari ajaran kitab-kitab tersebut. Koreksi itu bisa menyangkut
masalah aqidah, hukum, berita masa lalu, dan sebagainya. Di antara contoh
koreksi al-Qur‘an terhadap apa yang diselewengkan dari ajaran kitab terdahulu
adalah koreksi al-Qur‘an terhadap iman kaum Nasrani yang menuhankan Nabi Isa
dan meyakini Trinitas. Dalam hal ini, Al-Qur‘an telah menyatakan kekafiran
mereka, seperti yang difirmankan Allah Swt pada ayat berikut: Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata:
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata "Sesungguhnya
Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai
Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang
zalim itu seorang penolongpun. (Q.S. al-Maidah: 72)
17. 14
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya
Allah salah satu dari (tuhan) yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan
selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan
itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang
pedih. (Q.S. al-Maidah: 73)
Fungsi al-Qur‘an sebagai batu ujian (korektor) terhadap kitab-kitab
terdahulu ditegaskan dalam ayat al-Qur‘an berikut:
Dan Kami telah turunkan kepadamu (Muhammad) Al-Qur’an dengan
membawa kebenaran, (yang berfungsi) sebagai pembenar terhadap apa yang
sebelumnya dari kitab-kitab, dan batu ujian (korektor) terhadap kitab-kitab itu;
(Q.S. Al-Maidah: 48)
Ketiga, Al-Qur‘an berfungsi sebagai alternatif pengganti kitab-kitab suci
terdahulu. Seperti diterangkan di atas, kitab-kitab terdahulu telah mengalami
perubahan, penyimpangan dan penyelewengan, sehingga sulit untuk disebut asli
seperti saat mereka diturunkan kepada nabi atau rasul yang membawanya. Karena
itu, al-Qur‘an hadir sebagai solusi dan alternatif pengganti bagi mereka.
Sebagai kitab suci terakhir, Al-Qur‘an adalah petunjuk sempurna yang
tidak perlu diragukan kebenarannya. Dilihat dari berbagai sisi, Al-Qur‘an
memiliki keunggulan yang tidak bisa ditandingi oleh kitab-kitab sebelumnya, baik
dari sisi orisinilitas, kesempurnaan, maupun kekuatannya sebagai mukjizat.
Karena itu, tidak ada alasan bagi orang yang beriman untuk tidak menjadikan Al-
Qur‘an sebagai pedoman, sebagaimana Al-Qur‘an juga mengajak mereka yang
mencari kebenaran untuk berlabuh kepada Al-Quran, seperti seruan Al-Qur‘an
kepada Ahli Kitab berikut:
18. 15
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan
banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya
dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. (Q.S. al-Maidah: 15)
Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Q.S.
An-Nahl: 64)
Dalam ayat lain ditegaskan bahwa Allah Swt mengutus Rasulullah
Muhammad Saw dengan Al-Qur‘an dan agama Islam adalah dalam rangka
memenangkan Islam atas agama-agama lain. Hal itu karena Islam adalah agama
yang benar, sementara yang lainnya tidak luput dari kesalahan, kekurangan dan
penyimpangan. Karena itu, Allah berkepentingan untuk meluruskan kesalahan
yang telah dibuat umat terdahulu dengan menghadirkan agama yang benar dari
sisi-Nya. Ada tiga ayat al-Qur‘an yang menyatakan hal seperti ini, yaitu At-
Taubah: 33; Al-Fath: 28; dan Al-Shaff: 9.
Dia (Allah) yang telah mengutus rasul-Nya (Muhammad) dengan petunjuk
(al-Quran) dan agama benar (Islam) untuk menjadikannya (Islam) unggul atas
agama seluruhnya. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (Q.S. Fath: 28)
3. Sumber pokok agama Islam
Sebagaimana diketahui, sumber agama Islam itu ada tiga, yakni: Al-Quran,
Sunnah, dan Ijtihad. Al-Qur‘an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad. Sunnah adalah sabda, tindakan dan ketetapan Rasulullah
Muhammad. Sedangkan ijtihad adalah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan
oleh ulama mujtahid untuk menyimpulkan hukum agama dengan tetap mengacu
kepada Al-Qur‘an dan Sunnah. Ada dua bentuk ijtihad yang disepakati oleh
ulama, yaitu Ijma‘ (kesepakatan umat pasca wafatnya Rasulullah) dan Qiyas
(analogi).
Al-Qur‘an merupakan sumber pokok seluruh ajaran Islam. Yusuf Al-Qardlawi
mengatakan bahwa Al-Qur‘an adalah pokok Islam dan jiwanya. Dari Al-Quran
lah diperoleh ajaran tentang keimanan (aqidah), ibadah, akhlak, dan prinsip-
19. 16
prinsip hukum serta syariat. Secara garis besar, Al-Qur‘an sebagai sumber ajaran
Islam dapat dirinci sebagai berikut:
Pertama, sumber pokok aqidah. Dalam banyak ayat, Al-Qur‘an berbicara
kepada banyak kalangan, termasuk mereka yang tidak percaya kepada Tuhan,
Hari Akhir, atau kenabian Muhammad. Al-Qur‘an berusaha meyakinkan mereka
tentang adanya Allah yang menciptakan alam semesta dengan argumen-argumen
yang bisa diterima oleh akal. Al-Qur‘an juga menjelaskan prinsip-prinsip
ketuhanan, menegaskan kenabian Muhammad Saw yang diutus sebagai penerus
para nabi dan rasul sebelumnya. Al-Qur‘an juga mengabarkan berita tentang
umat-umat terdahulu untuk dijadikan pelajaran bagi yang hidup sesudahnya. Al-
Qur‘an juga menginformasikan tentang adanya Hari Akhir dan kehidupan Akhirat
kelak dimana setiap manusia harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan
yang pernah dilakukannya di dunia.
Kedua, sumber pokok syariah. Selain sumber pokok aqidah, Al-Qur‘an
juga menjadi sumber pokok syariah Islam. Syariah adalah sistem hukum yang
mengatur amal perbuatan manusia dalam hidupnya, baik yang terkait
hubungannya dengan Allah Swt maupun hubungannya dengan sesama manusia
dan mahluk lain. Di dalam Al-Qur‘an ada sekitar 500 ayaat atau lebih yang
membicarakan masalah syariat ini.
Di antaranya, Al-Qur‘an mengajarkan tata cara menjalankan ibadah
kepada Allah Swt melalui perintah salat, zakat, puasa, haji, umrah, dan
sebagainya. Al-Qur‘an juga menerangkan beberapa unsur teknis terkait
pelaksanaan ibadah itu, seperti tata cara bersuci (thaharah) dan keharusan
menghadap qiblat sebagai syarat menjalankan salat, bagaimana melaksanakan
salat di saat perang atau dalam perjalanan, bagaimana tata cara menjalankan haji,
dan sebagainya.
Al-Qur‘an juga menerangkan hukum-hukum yang mengatur masalah
pribadi dan keluarga, seperti pernikahan, talak, pembagian waris, dan sebagainya.
Juga menerangkan hukum-hukum kemasyarakat baik yang menyangkut ekonomi,
perdagangan, transaksi, pidana, pemerintahan, kehakiman, hubungan sosial, baik
dengan sesama Muslim atau dengan umat lain, dan sebagainya. Islam, melalui al-
Qur‘an dan Sunnah, mengatur semua aspek kehidupan manusia.
20. 17
Ketetapan hukum yang ada dalam Al-Qur‘an hakikatnya bertujuan unuk
menciptakan kemaslahan dan kebaikan bagi manusia, mewujudkan keadilan, serta
menghindarkan kehidupan dari kerusakan dan kehancuran. Sebagaimana
disimpulkan oleh ulama, tujuan ketetapan hukum dalam Islam utamanya adalah
untuk menjaga unsur-unsur penting hidup, yakni agama, nyawa, akal, keturunan,
harta, dan kehormatan manusia.
Ketiga, sumber pokok akhlak. Al-Qur‘an juga merupakan sumber ajaran
agama Islam yang terkait dengan akhlak, baik akhlak ketuhanan (rabbaniyah)
maupun akhlak kemanusiaan (insaniyah). Di antara akhlak ketuhanan yang
diajarkan al-Qur‘an adalah seperti ikhlas dalam beribadah hanya untuk Allah Swt,
bertawakkal kepada-Nya, mengharap rahmat dan ridlo-Nya, takut akan siksa-Nya,
merasa malu kepada-Nya, bersyukur atas nikmat-Nya, sabar atas cobaan-Nya,
menerima dengan rela segala keputusan-Nya, mengutamakan kehidupan akhirat
daripada dunia, dan sebagainya. Akhlak rabbaniyah bertujuan untuk menjalin
hubungan intim dengan Allah dan memperkuat ketakwaan kepada-Nya.
Adapun akhlak insaniyah adalah akhlak pergaulan dengan sesama
manusia. Al-Qur‘an misalnya mengajarkan kejujuran dalam perkataan maupun
perbuatan, amanah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, keberanian
dalam memperjuangkan kebenaran, sikap rendah hati, menepati janji, santun,
sabar, adil, bijaksana, saling mengasihi, memuliakan yang lebih tua, menyayangi
yang lebih muda, menghormati sesama, menjalin hubungan baik dengan orang
lain, bekerjasama dalam kebaikan, toleransi dalam perbedaan, peduli terhadap
orangorang lemah seperti anak yatim dan orang miskin, dan sebagainya.
Dalam banyak ayat, Al-Qur‘an mengapresiasi orang-orang yang berakhlak
baik dan mencela orang-orang yang berakhlak buruk. Misalnya, dalam bagian
akhir sejumlah ayat, Al-Qur‘an sering menyebut bahwa Allah menyukai
orangorang yang bertakwa, orang-orang yang sabar, orang-orang yang berbuat
baik, dan sejenisnya. Sebaliknya, Al-Qur‘an menyebutkan bahwa Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat dholim, orang-orang yang membuat
kerusakan, orangorang yang ingkar atau kufur, dan sebagainya.
21. 18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Al-Quran adalah salah satu kalam allah S.W.T yang diturunkan kepada
nabi Muhammad S.A.W. dan arti “quran” berarti “bacaan” yaitu pedoman seluruh
umat islam diseluruh penjuru dunia yang dipakai sebagai petunjuk, pegangan dan
lain sebagainya, di dalam baik melakukan ibadah, budi pekerti dan lain-lain.
Al-Qur’an merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan
ia adalah kitab yang selalu dipelihara. Inna nahnu nazzalna al-dzikra wa inna
lahu lahafizhun (Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur’an dan Kamilah
Pemelihara-pemelihara-Nya).
Kandungan dalam Al-Qur’an yaitu Aqidah, Ibadah, Akhlak, Hukum,
Sejarah dan dorongan untuk berfikir.
Al-Qur’an merupakan mukjizat bagi Rasulullah Muhammad SAW,
pedoman hidup bagi setiap muslim, Korektor dan penyempurna terhadap kitab-
kitab Allah yang sebelumnya dan bernilai abadi.
3.2 SARAN
Kita sebagai umat islam harus selalu menjaga dan melestarikan kemurnian
Al-Quran. Disamping dengan berkembangnya moderenisasi dan globalisasi yang
mendunia, agar kita tidak melenceng dari ajaran yang dibesarkan oleh rasulullulah
S.A.W. dan tidak masuk kedalam lubang kemusyrikan.