SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah
Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018
p-ISSN 2623-1611
e-ISSN 2623-1980
© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
196
JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI KAWASAN PESISIR PANTAI
TABANIO, KALIMANTAN SELATAN
The Fish Species Caught by Fisherman in Tabanio Coastal Area, Kalimantan
Selatan
Aulia Misniyati *, Yudi Firmanul Arifin, Danang Biyatmoko
Program Studi Magister Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjend. H. Hasan Basry. 70123. Banjarmasin, Indonesia
*Surel: auliamy1510@gmail.com
Abstract
The geographical condition of South Borneo was dominated by wetland. The potential wetland in Tabanio coastal areas
is abundant, one of potential coastal area is the fish species. Most of the local peoples work as fishermen. The existence
of fish to balance the sustainability of coastal ecosystem and become a source of livelihood for fishermen. The objective
of the research is to identify the fish spesies of caught fishermen in Tabanio coastal areas. There is no data before
about the fish species in Tabanio coastal areas. The samples collected were all caught by fishermen using cast net in
zones with a maximum depth of 5 meters. The result of identification found 15 species of coastal fish. The fish spesies is
Syanptura albomaculata, Sardinella fimbriata, Caranx tille, Takifugu oblongus, Lutjanus coeruleolineatus,
Scomberomorus commerson, Lycengraulis grossidens, Megalaspis cordyla, Eleutheronema tetradactylum, Dussumieria
acuta, Hexanematichtys sagor, Plotosus canius, Trichiurus lepturus, Mugil sp., Panna sp.
Keywords: caught, fish species, fisherman, Tabanio
1. PENDAHULUAN
Kondisi geografis Kalimantan Selatan didominasi
oleh lahan basah. Menurut Akbar (2014) Kalimantan
Selatan dalam Angka menyebutkan sebesar
855.717 ha struktur tanah di Kalimantan Selatan
adalah tanah basah (alluvial). Lahan basah
didefiniskan dalam konvensi Ramsar
(www.ramsar.org, 2017) sebagai daerah yang terus-
menerus digenangi air meliputi daerah rawa, payau,
mangrove, lahan gambut, pesisir pantai dan
perairan laut dengan kedalaman pada saat surut
terendah tidak lebih dari 6 m.
Desa Tabanio yang terletak di Kecamatan
Takisung memiliki potensi lahan basah berupa
kawasan pesisir pantai yang membentang
sepanjang ± 1 km. Keberadaan kawasan pesisir
pantai menyebabkan potensi sumberdaya alamnya
melimpah. Kondisi lingkungan kawasan pesisir yang
khas tidak semua flora dan fauna dapat
beradaptasi, oleh karena itu flora dan fauna yang
hidup di kawasan pesisir juga tergolong khas.
Potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang
disediakan kawasan pesisir menimbulkan daya tarik
berbagai pihak untuk memanfaatkannya (Yulius dan
Arifin 2014). Salah satu potensi lokal kawasan
pesisir pantai Tabanio yang dimanfaatkan adalah
sumber daya ikan yang melimpah.Temuan di
lapangan menunjukkan hampir 80% masyarakat
setempat berprofesi sebagai nelayan. Sepanjang
pantai akan banyak dijumpai aktivitas penangkapan
ikan dan udang oleh nelayan. Nelayan menangkap
ikan dan udang menggunakan jala kecil atau dalam
bahasa setempat disebut rempa. Setiap hari
selepas subuh nelayan berangkat melaut tidak jauh
dari bibir pantai yaitu pada zona pantai yang
kedalaman antara 2-5 meter.
Sebagian besar jenis ikan yang didapat
langsung dimanfaatkan sebagai lauk, sebagian lain
dijadikan ikan asin, serta bahan dasar pembuatan
kerupuk dan amplang untuk dijual. Ikan menjadi
potensi lokall yang dimanfaatkan masyarakat
namun belum dikelola dengan baik sebagai biota
laut yang haru dilestarikan.
Ikan di desa Tabanio menjadi sumber daya alam
utama bagi masyarakat setempat, namun belum
ada data mengenai jenis-jenis ikan yang tangkapan
nelayan yang diidentifikasi secara ilmiah.
Berdasarkan hal ini penting kiranya mengidentifikasi
jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan kawasan
pesisir sebagai langkah awal untuk menghitung
indeks keanekaragaman jenis ikan sebagai langkah
awal pengelolaan sumber daya ikan dan sebagai
upaya mempertahankan kestabilan sektor
perekonomian masyarakat setempat.Jenis-jenis
ikan kawasan pesisir diidentifikasi berdasarkan ciri
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah
Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018
p-ISSN 2623-1611
e-ISSN 2623-1980
© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
197
morfologinya. Acuan dalam klasifikasi didasarkan
pada ciri morfologi. Saanin (1986) menyatakan
bahwa kepala (caput), tubuh (truncus), ekor
(caudal), sisik, sirip, dan linea lateralis merupakan
bagian penting yang harus diamati dalam identifikasi
jenis-jenis ikan.
Jenis-jenis ikan diklasifikasikan dalam 4 kelas
yaitu ikan tidak memiliki rahang (Agnatha), ikan
yang mempunyai rahang primitive (Placodermi),
ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) dan ikan
bertulang sejati (Osteichthyes). Kelas Osteichthyes
terbagi menjadi tiga super ordo, yaitu Chondrostei;
Holostei dan Teleostei (Sukiya 2003).Ikan Teleostei
dengan sub kelas Actinopterygii adalah jenis ikan
yang terbanyak ditemukan dalam penelitian ini.
Keberlangsungan kehidupan jenis-jenis ikan
kawasan pesisir dipengaruhi oleh kondisi
lingkungannya. Kondisi lingkungan berupa sifat fisik
dan sifat kimia lingkungan seperti pH air, pasang
surut, kadar garam air, oksigen terlarut dalam air,
BOD, COD, kecepatan angin, kecerahan, suhu dan
kelembaban udara memengaruhi kehidupan
organisme di pesisir terutama ikan. Menurut Mas’ud
(2014) parameter lingkungan seperti kualitas air
menjadi komponen utama dalam kelangsungan
makhluk hidup di air. Pengukuran parameter
lingkungan dilakukan dalam penelitian ini untuk
mengetahui kondisi lingkungan kawasan pesisir
pantai Tabanio sebagaihabitat ikan.
2. METODE
Observasi dan wawancara kepada nelayan
dilakukan di pantai Tabanio, Kecamatan Takisung,
Kabupaten Tanah Laut pada bulan Juli 2017. Alat
yang digunakan antara lain kamera digital, alat tulis
lengkap, plastik sampel dan kertas label. Sampel
yang dikumpulkan merupakan semua jenis ikan
hasil tangkapan nelayan menggunakan jala (rempa)
pada zona pesisir kedalaman antara 2-5 meter. Ikan
yang dikumpulkan kemudian difoto untuk keperluan
dokumentasi dan wawancara mengenai nama lokal
dari setiap ikan, selanjutnya identifikasi morfologi
untuk keperluan klasifikasi. Panduan identifikasi
ikan antara lain Saanin (1986), website
www.fishbase.org, dan referensi lain yang sesuai.
Analisis sampel jenis-jenis ikan dilakukan secara
deskriptif kualitatif berdasarkan ciri morfologi.
Parameter lingkungan diukur pada waktu pagi,
siang, sore dan malam dengan 3 ulangan.
Parameter lingkungan meliputi intensitas cahaya,
suhu, pH, kadar garam, kecepatan angin, dan
kelembapan udara. DO, BOD dan COD diukur di
laboratorium Hidrologi Fakultas Perikanan,
Universitas Lambung Mangkurat menggunakan
sampel air yang dibawa dari pesisir pantai Tabanio.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Terdapat 15 spesies ikan tangkapan nelayan di
kawasan pesisir pantai Tabanio. Deskripsi ikan-ikan
itu sebagai berikut.
3.1 Tapal-tapal nabi (Synaptura
albomaculata)
Tapal-tapal nabi, ikan yang memiliki bentuk tubuh
pipih memanjang (Gambar 1) ini diklasifikasikan
dalam (www.fishbase.org)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Achtinopterygii
Ordo : Pleuronectiformes
Family : Soleidae
Genus : Synaptura
Spesies : Synaptura albomaculata.
Foto: A. Misniyati
Gambar 1. Tapal-tapal nabi (Synaptura albomaculata)
Tubuhnya dilengkapi dengan mata, mulut,
tubuh bersisik hanya pada bagian sebelah dari
tubuhnya sedangkan sisi lainya tidak ditutupi sisik
sehingga dari sisi ini terlihat tulang-tulang rusuk
ikan. Dari pengukuran di lapangan, panjang tubuh
ikan secara keseluruhan ± 23 cm dengan panjang
baku ± 22 cm dan tinggi 3,5 cm. Tipe ekor
meruncing dengan panjang ± 0,4 cm dan tinggi ±
0,5 cm. Bagian dorsal memiliki sirip punggung yang
terdiri atas ± 22 buah sirip keras dan 40 buah sirip
lemah. Pada bagian ventral terdapat sirip ekor dan
sirip perut yang menyatu.
Garis rusuk (linea literaris) ikan ini 3 buah yang
terdiri atas 1 buah melintang dari kepala sampai
batang ekor; 1 buah garis rusuk melintang di
sepanjang punggung, 1 garis rusuk melintang di
pertengahan tubuh, 1 garis rusuk Jumlah sisik di
bawah garis rusuk yang melintang di tengah tubuh
adalah ± 16-20 sisik dan jumlah sisik di atas garis
rusuk yang melintang di tengah tubuh adalah ± 17-
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah
Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018
p-ISSN 2623-1611
e-ISSN 2623-1980
© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
198
20 sisik. Ikan ini dapat ditemukan di perairan
dangkal dan muara.
3.2 Tembang (Sardinella fimbriata)
Ikan yang bentuk tubuhnya memanjang (Gambar 2)
ini diklasifikasikan dalam (www.fishbase.org)
Kingdom : Animalia
Filum : Vertebrata
Class : Achtinopterygii
Ordo : Clupeiformes
Family : Cluipeidae
Genus : Sardinella
Spesies :Sardinella fimbriata.
Foto: A. Misniyati
Gambar 2. Tembang (Sarginella fimbriata)
Panjang keseluruhan tembang pada hasil
pengamatan ± 14,8 cm, panjang baku ± 11 cm dan
tinggi tubuh ± 3,5 cm atau lebih besar dari tinggi
kepala. Bagian kepala (caput) dilengkapi dengan
penutup insang (apparatus opercularis), mulut,
moncong dan mata. Bagian dorsal ikan terdapat
sirip punggung yang terdiri atas sirip keras yang
jumlahnya ± 3 buah dan sirip lemah ± 18 buah.
Pada bagian ventral terdapat sirip dada yang
jumlah jari-jarinya mencapai 12-15 buah, sirip perut
8 buah, sirip dubur 16-19 buah. Tipe ekor ikan
adalah homocercal dengan panjang 2,7 cm dan
tinggi 1 cm. Bagian tubuh ikan terdapat 1 buah
garis rusuk (linea literalis) melintang di sepanjang
tengah tubuh dari sirip dada hingga pangkal batang
ekor. Seluruh tubuh ditutupi oleh sisik dengan tipe
osmoid. Bagian bawah tubuh dilengkapi sisik-sisik
berduri.
3.3 Bau-bau (Caranx tille)
Ikan yang bentuk tubuhnya pipih ini (Gambar 3)
diklasifikasikan dalam (www.fishbase.org)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Achtinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Carangidae
Genus : Caranx
Spesies : Caranx tille.
Foto: A. Misniyati
Gambar 3. Bau-bau (Caranx tille)
Dari pengukuran di lapangan, bau-bau atau
kuwe memiliki panjang keseluruhan 11,5 cm dan
dapat mencapai 50-75 cm, panjang baku 8,7 cm
dan dapat mencapai 60 cm dengan tinggi tubuh 3,5
cm. Bagian kepala dilengkapi mata dengan lingkar
mata warna merah, bola mata berwarna putih, iris
mata berwarna hitam. Diameter mata ± 0,7 cm. Jika
dilihat dari letak mulut, bentuk kepala bau-bau
adalah terminal.
Bagian dorsal tubuh terdapat sirip punggung
yang terdiri atas 2-9 buah sirip keras dan 17-22
buah sirip lunak. Jari-jari sirip ekor berjumlah ± 15
buah bagian atas dan ± 16 buah bagian bawah.
Sirip ekor berwarna kuning dengan ujung sirip
berangsung menjadi hitam.Bagian ventral terdiri
atas sirip perut berjumlah ± 7 buah, sirip dada
berjumlah ± 10 buah, sirip dubur berjumlah 13-20
buah. Seperti ikan lainnya, bau-bau juga memiliki
garis rusuk (linea lateralis).
3.4 Gulamah (Panna sp)
Ikan dengan bentuk tubuh pipih memanjang
(Gambar 4) ini diklasifikasi dalam
(www.fishbase.com)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Achtinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Sciaenidae
Genus : Panna
Spesies : Panna sp.
Gulamah yang didapat memiliki panjang
keseluruhan 12,3 cm dan panjang maksimal dapat
mencapai 25-50 cm, panjang baku 10,5 cm dengan
tinggi tubuh 2,7 cm. Bagian kepala dilengkapi mata
dengan lingkar mata warna jingga dan bola mata
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah
Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018
p-ISSN 2623-1611
e-ISSN 2623-1980
© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
199
berwarna hitam. Jika dilihat dari letak mulut, bentuk
kepala gulamah adalah terminal.
Foto: A. Misniyati
Gambar 4. Gulamah (Panna sp)
Bagian dorsal tubuh terdapat sirip punggung
yang terdiri atas 8-9 buah sirip keras dan 25-27
buah sirip lunak. Jari-jari sirip ekor berjumlah ± 25-
30 buah. Bagian ventral terdiri atas sirip perut
berjumlah ± 17 buah, sirip dada berjumlah ± 18
buah, sirip dubur berjumlah 13-20 buah. J ari-jari
sirip dubur berjumlah 8 buah. Gulamah juga
memiliki garis rusuk (linea lateralis). 1 buah garis
rusuk yang melintang dari sirip dada hingga
pangkal batang ekor. Jumlah sisik yang berada di
sepanjang garis rusuk mencapai ± 51 sisik.
3.5 Buntal (Takifugu oblongus)
Ikan yang dapat menggelembungkan perutnya ini
apabila dipegang manusia atau dalam kondisi yang
membahayakan dirinya ini (Gambar 5) dan
menghasilkan toksin tetradoxin dan saxiton di kulit,
gonad dan hati ini diklasifikasikan dalam
(www.fishbase.org)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Achtinopterygii
Ordo : Tetraodontiformes
Family : Tetraodontinae
Genus : Takifugu
Spesies : Takifugu oblongus.
Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan
panjang buntal keseluruhan 11 cm (panjang
maksimal dapat mencapai 40 cm), panjang baku 8
cm dengan tinggi tubuh 2,5 cm. Bagian kepala
dilengkapi mata dengan bola mata hitam pinggiran
mata jingga. Jika dilihat dari letak mulut, bentuk
kepala buntal adalah terminal.
Bagian dorsal tubuh terdapat sirip punggung
yang terdiri 12-14 buah sirip lunak. Jari-jari sirip ekor
berjumlah ± 6-14 buah buah. Bagian ventral terdiri
atas sirip dada berjumlah ± 13 buah, sirip dubur
berjumlah 10-12 buah. Buntal memiliki garis rusuk
(linea lateralis) yang melintang dari pertengahan
punggung sampai pertengahan ekor. Tubuh Buntal
tidak bersisik namun kulitnya berlendir.
Foto: A. Misniyati
Gambar 5. Buntal (Takifugu oblongus)
3.6 Tengiri (Scomberomorus commerson)
Ikan yang tubuhnya memanjang dan berbentuk
terpedo ini (Gambar 6) diklasifikasikan dalam
(www.fishbase.org)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Achtinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Scombridae
Genus : Scomberomorus
Spesies :Scomberomorus commerson.
Foto: A. Misniyati
Gambar 6. Tengiri (Scomberomorus commerson)
Panjang keseluruhan tengiri pada hasil
pengamatan ±23,5 cm dan panjang maksimal dapat
mencapai 200 cm dan biasanya 60-90 cm, panjang
baku ± 19 cm dan tinggi tubuh ± 4,5 cm. Bagian
kepala (caput) dilengkapi dengan penutup insang
(apparatus opercularis), mulut, moncong dan mata
dengan bola mata hitam dengan lingkar mata putih.
Pada bagian dorsal terdapat sirip punggung
yang terdiri atas sirip keras ± 15-18 buah dan sirip
lemah ± 12-20 buah. Bagian ventral terdapat sirip
dada yang jumlah jari-jarinya mencapai 12 buah,
sirip perut mencapai 4 buah, sirip dubur mencapai
18-19 buah. Tipe ekor ikan adalah homocercal
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah
Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018
p-ISSN 2623-1611
e-ISSN 2623-1980
© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
200
(bercagak) dengan panjang 3,5 cm dan tinggi 0,7
cm. Permukaan tubuh tidak ditutupi sisik.
3.7 Bambangan (Lutjanus coeruleolineatus)
Bambangan yang memiliki tubuh yang memanjang
dan pipih (Gambar 7) diklasifikasikan dalam
(www.fishbase.org)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Achtinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Lutjanidae
Genus : Lutjanus
Spesies : Lutjanus coeruleolineatus.
Foto: A. Misniyati
Gambar 7. Bambangan (Lutjanus coeruleolineatus)
Panjang keseluruhan bambangan pada hasil
pengamatan ± 15 cm, panjang baku ±19 cm dan
tinggi tubuh ± 5,5 cm. Bagian kepala (caput)
dilengkapi dengan penutup insang (apparatus
opercularis), mulut, moncong dan mata dengan bola
mata hitam lingkar mata putih. Bentuk kepala jika
dilihat dari letak mulut adalah protracted.
Pada bagian dorsal terdapat sirip punggung
yang terdiri atas sirip keras yang jumlahnya ± 10
buah dan sirip lemah berjumlah ± 12-14 buah.
Bagian ventral terdapat sirip dada yang jumlah jari-
jarinya mencapai 15 buah, sirip perut mencapai 8
buah, sirip dubur mencapai 8-11 buah. Tipe ekor
ikan adalah berpinggiran tegak dengan panjang 3
cm dan tinggi 1,7 cm. Tubuh di tutupi sisik yang
bertipe cranial. Bambangan memiliki garis rusuk
(linea lateralis) berjumlah 1 buah garis rusuk,
melintang dari sirip dada menuju pangkal ekor.
Jumlah sisik yang dilewati garis rusuk adalah ± 47
sisik. Ciri spesifik bambangan ialah bintik bulat
berwarna hitam di garis rusuk bagian dorsal.
3.8 Teri (Lycengraulis grossidens)
Ikan dengan tubuh memanjang dan berukuran
cukup kecil ini (Gambar 8) diklasifikasikan sebagai
berikut (www.fishbase.org).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Achtinopterygii
Ordo : Cluipeformes
Family : Engraulidae
Genus : Lycengraulis
Spesies : Lycengraulis grossidens.
Foto: A. Misniyati
Gambar 8. Teri (Lycengraulis grossidens)
Panjang keseluruhan teri hasil pengukuran
±9,2 cm, panjang baku ±7,6 cm dan tinggi tubuh ±
2 cm. Bagian kepala (caput) dilengkapi dengan
penutup insang (apparatus opercularis), mulut,
moncong dan mata. Bentuk kepala jika dilihat dari
letak mulut adalah sub-terminal.
Bagian dorsal ikan terdapat sirip punggung
yang terdiri atas sirip keras yang jumlahnya ± 2-3
buah dan sirip lemah berjumlah ± 7 buah. Bagian
ventral terdapat sirip perut mencapai 7-8 buah, sirip
dubur mencapai 3-6 buah. Tipe ekor ikan adalah
berpinggiran tegak dengan panjang 3 cm dan tinggi
1,7 cm. Tubuh di tutupi sisik yang bertipe cranial.
Teri memiliki garis rusuk (linea lateralis) berjumlah 1
buah garis rusuk, melintang dari sirip dada menuju
pangkal ekor.
3.9 Serisi (Megalaspis cordyla)
Ikan yang memiliki bentuk memanjang ini (Gambar
9) diklasifikasikan sebagai berikut
(www.fishbase.org).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Achtinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Carangidae
Genus : Megalaspis
Spesies : Megalaspis cordyla.
Pengukuran di lapangan menunjukkan panjang
serisi keseluruhan 16 cm (panjang maksimal dapat
mencapai 80 cm), panjang baku 13,5 cm dengan
tinggi tubuh 18 cm. Bagian kepala dilengkapi mata.
Jika dilihat dari letak mulut, bentuk kepala serisi
adalah homocercal.
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah
Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018
p-ISSN 2623-1611
e-ISSN 2623-1980
© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
201
Foto: A. Misniyati
Gambar 9. Serisi (Megalaspis cordyla)
Pada bagian dorsal tubuh terdapat sirip
punggung yang terdiri 9 buah sirip keras dan 18-20
buah sirip lunak. Jari-jari sirip ekor berjumlah ± 25
buah. Bagian ventral terdiri atas sirip dada
berjumlah ± 23 buah, sirip perut berjumlah 14-16
buah, sirip dubur berjumlah 18 buah. Serisi juga
memiliki garis rusuk (linea lateralis) yang melintang
dari pertengahan punggung sampai pertengahan
ekor. Tubuh serisi ditutupi sisik dengan tipe ganoid
dan terdapat 1 buah garis rusuk melintang dari sirip
dada sampai pangkal ekor.
3.10 Belanak (Mugil sp)
Klasifikasi ikan dengan bentuk tubuh bulat pipih dan
memanjang ini (Gambar 10) adalah sebagai berikut
(www.fishbase.org).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Achtinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Mugilidae
Genus : Mugilidae
Spesies : Mugil sp
Foto: A. Misniyati
Gambar 10. Belanak (Mugil sp.)
Dari pengukuran di lapangan panjang belanak
keseluruhan 21 cm dan panjang maksimal dapat
mencapai 25-35 cm, panjang baku 18 cm dengan
tinggi tubuh 4,5 cm. Bagian kepala dilengkapi mata,
penutup insang, dan mulut. Jika dilihat dari letak
mulut, bentuk kepala belanak adalah homocercal.
Pada bagian dorsal tubuh terdapat sirip
punggung yang terdiri atas 2 sirip punggung; sirip
punggung depan terdiri atas 3 buah sirip keras dan
2 buah sirip lunak, sterdiri atasedangkan sirip
punggung belakang terdiri atas 1 buah sirip keras
dan 5 buah sirip lunak. Jari-jari sirip ekor berjumlah
± 16-17 buah. Bagian ventral terdiri atas sirip dada
berjumlah ± 16-18 buah, sirip perut berjumlah ± 5
buah, sirip dubur berjumlah 9 buah. Belanak juga
memiliki garis rusuk (linea lateralis) yang melintang
dari sirip dada menuju pangkal sirip ekor. Tubuh
belanak ditutupi sisik dengan tipe cycloid.
3.11 Menangin kurau (Eleutheronema
tetradactylum)
Klasifikasi ikan dengan bentuk tubuh pipih
memanjang ini (Gambar 11) adalah sebagai berikut
(www.fishbase.org).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Achtinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Polynemidae
Genus : Eleutheronema
Spesies :Eleutheronema tetradactylum
Foto: A. Misniyati
Gambar 11. Menangin kurau (Eleutheronema
tetradactylum)
Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan
bahwa panjang menangin kurau keseluruhan 14 cm
dan panjang maksimal dapat mencapai 200 cm,
panjang baku 10,5 cm dengan tinggi tubuh 3,5 cm.
Bagian kepala dilengkapi mata, mulut dan penutup
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah
Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018
p-ISSN 2623-1611
e-ISSN 2623-1980
© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
202
insang. Jika dilihat dari letak mulut, bentuk kepala
menangin kurau adalah terminal.
Bagian dorsal tubuh terdapat 2 sirip punggung,
sirip punggung pertama terdiri atas 3-4 buah sirip
keras dan 4-5 buah sirip lunak. Sedangkan sirip
punggung yang kedua terdiri atas 4 buah sirip keras
dan sirip lunak 7-8 buah. Jari-jari sirip ekor
berjumlah ± 20-22 buah. Bagian ventral terdiri atas
sirip perut berjumlah ± 6-7 buah, sirip dada
berjumlah ± 17-18 buah, sirip dubur berjumlah 15-
17 buah. Menangin kurau juga memiliki garis rusuk
(linea lateralis) berjumlah 1 buah garis rusuk yang
melintang dari sirip dada hingga pangkal batang
ekor. Jumlah sisik yang berada di sepanjang garis
rusuk mencapai ±68 sisik. Jumlah sisik yang
berada di bawah garis rusuk mencapai 18 sisik.
Jumlah sisik di atas garis rusuk mencapai 17 sisik.
3.12 Simbolo/japuh (Dussumieria acuta)
Simbolo (Gambar 12) diklasifikasikan dalam
(www.fishbase.org)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Achtinopterygii
Ordo : Clupeiformes
Family : Dussumieriidae
Genus : Dussumieria
Spesies : Dussumieria acuta
Foto: A. Misniyati
Gambar 12. Simbolo/japuh (Dussumieria acuta)
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
simbolo/japuh memiliki panjang keseluruhan 15 cm,
panjang baku 12,5 cm dengan tinggi tubuh 3,2 cm.
Bagian kepala dilengkapi mata, mulut dan penutup
insang. Jika dilihat dari letak mulut, bentuk kepala
simbolo adalah terminal. Bagian dorsal tubuh
terdapat sirip punggung yang terdiri atas 8 buah
sirip lemah. Jari-jari sirip ekor berjumlah ±20 buah.
Bagian ventral terdiri atas sirip perut berjumlah
±7-8 buah, sirip dada berjumlah ±5 buah, sirip
dubur berjumlah 14-18 buah. Simbolo juga memiliki
garis rusuk (linea lateralis) berjumlah 1 buah garis
rusuk yang melintang dari sirip dada hingga pangkal
batang ekor. Jumlah sisik yang berada di sepanjang
garis rusuk mencapai ± 49 sisik. Jumlah sisik yang
berada di bawah garis rusuk mencapai 10 sisik.
Jumlah sisik di atas garis rusuk mencapai 3 sisik.
Sisik bertipe ganoid.
3.13 Otek (Hexanematichthys sagor)
Ikan berbentuk tubuh bulat ini (Gambar 13)
diklasifikasikan sebagai berikut (www.fishbase.org).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Achtinopterygii
Ordo : Siluriformes
Family : Ariidae
Genus : Hexanematichthys
Spesies : Hexanematichthys sagor
Foto: A. Misniyati
Gambar 13. Otek (Hexanematichthys sagor)
Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan
bahwa panjang keseluruhan 33,2 cm, panjang baku
28,6 cm dengan tinggi tubuh 4,9 cm. Bagian kepala
dilengkapi mata, mulut dan penutup insang. Jika
dilihat dari letak mulut, bentuk kepala Otek adalah
terminal.
Bagian dorsal tubuh terdapat sirip punggung
yang terdiri dari 1 buah sirip keras dan 10 buah
sirip lemah. Jari-jari sirip ekor berjumlah ±12 buah.
Bagian ventral terdiri atas sirip perut berjumlah ± 4
buah, sirip dada berjumlah ± 8 buah, sirip dubur
berjumlah 10 buah. Otek juga memiliki garis rusuk
(linea lateralis) berjumlah 1 buah garis rusuk namun
tidak terlalu nampak jelas. Tubuh otek tidak ditutupi
oleh sisik dan berlendir. Pada bagian tubuh terdapat
garis-garis tegak berupa bintik-bintik berwarna
kekuningan.
3.14 Sembilang (Plotosus canius)
Klasifikasi sembilang yang memiliki tubuh
memanjang ini (Gambar 14) adalah sebagai berikut
(www.fishbase.org).
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah
Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018
p-ISSN 2623-1611
e-ISSN 2623-1980
© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
203
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Achtinopterygii
Ordo : Siluriformes
Family : Plotosidae
Genus : Plotosus
Spesies : Plotosus canius
Foto: A. Misniyati
Gambar 14. Sembilang (Plotosus canius)
Hasil pengamatan menunjukkan sembilang
yang didapatkan memiliki panjang keseluruhan 62
cm, panjang baku 60 cm dengan tinggi tubuh 7 cm.
Bagian kepala dilengkapi mata, mulut dan penutup
insang.
Bagian dorsal tubuh terdapat sirip punggung
yang terdiri atas 3-5 buah sirip keras dan 5 buah
sirip lemah. Bagian ventral terdiri atas sirip dada
berjumlah ± 9 buah, sirip dubur berjumlah 11 buah.
Sembilang juga memiliki garis rusuk (linea lateralis)
berjumlah 1 buah garis rusuk melintang dari sirip
dada sampai pangkal batang ekor. Tubuh
Sembilang tidak ditutupi oleh sisik dan berlendir.
Bagian depan kepala memiliki 6 buah sungut dan
bagian atas kepala dilengkapi dengan 1 buah duri
(patil). Duri tersebut sangat berbisa, Jika tertusuk
duri akan menimbulkan rasa sakit sampai 3 hari
lebih.
3.15 Layur (Trichiurus lepturus)
Klasifikasi layur yang bentuk tubuhnya sangat
memanjang dan pipih seperti pita ini (Gambar 15)
sebagai berikut (www.fishbase.org).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Achtinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Trichiuidae
Genus : Trichius
Spesies : Trichiurus lepturus
Foto: A. Misniyati
Gambar 15. Layur (Trichiurus lepturus)
Hasil pengamatan menunjukkan sembilang
yang didapatkan memiliki panjang keseluruhan 40
cm, panjang maksimal dapat mencapai 120 cm,
panjang baku 36 cm dengan tinggi tubuh 3 cm.
Bagian kepala dilengkapi mata, mulut dan penutup
insang. Jika dilihat dari letak mulut, bentuk kepala
ikan adalah superior.
Bagian dorsal tubuh terdapat sirip punggung
yang terdiri atas 13 buah sirip keras dan 100 buah
sirip lemah. Pada layur yang sangat panjang, sirip
punggung dapat mencapai 105-134 buah sirip keras
dan 100-105 sirip lemah. Sirip dubur berupa duri-
duri halus yang mencapai 78-80 buah. Layur
memiliki garis rusuk (linea lateralis) berjumlah 1
buah garis rusuk melintang dari operculum sampai
pangkal batang ekor. Tubuh layur tidak ditutupi oleh
sisik. Umumnya hidup di perairan dangkal.
makanannya euphausiids, crustacean, plantonik
ikan kecil dan pelagis kecil.
4. SIMPULAN
Jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan kawasan
pesisir pantai Tabanio terdiri atas 15 jenis
teridentifikasi. Limabelas jenis ikan kawasan pesisir
pantai Tabanio tersebut meliputi Syanptura
albomaculata, Sardinella fimbriata, Caranx tille,
Takifugu oblongus, Lutjanus coeruleolineatus,
Scomberomorus commerson, Lycengraulis
grossidens, Megalaspis cordyla, Eleutheronema
tetradactylum, Dussumieria acuta, Hexanematichtys
sagor, Plotosus canius, Trichiurus lepturus, Mugil
sp., Panna sp.
Peneliti menyarankan agar dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai ikan kawasan
pesisir. Terutama indeks diversitas, kemelimpahan,
dan status kelangkaannya agar menanggulangi
kepunahannya.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Kami menyampaikan terima kasih kepada kepala
desa beserta jejeran aparat desa, Desa Tabanio
Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut,
Kalimantan Selatan, TNI AL yang bertugas di Desa
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah
Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018
p-ISSN 2623-1611
e-ISSN 2623-1980
© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
204
Tabanio serta seluruh masyarakat Desa Tabanio.
Terimakasih pula kepada rekan-rekan peneliti yang
telah membantu mengambil data di pantai Tabanio.
6. DAFTAR PUSTAKA
Akbar J. 2014. Potensi dan Tantangan Budidaya Ikan
Rawa (Ikan Hitaman dan Ikan Putihan).
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan
Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius, Yogyakarta.
Fahmi MR, Hias BRBI. 2010. Phenotypic Platisity Kunci
Sukses Adaptasi Ikan Migrasi: Studi Kasus Ikan
Sidat (Anguilla sp.). Balai Riset Budidaya Ikan
Mas, Depok.
Kurnia R, Fahrudin A, Suman A. 2017. Struktur
komunitas sumber daya ikan demersal
berdasarkan kedalaman perairan di Laut Cina
Selatan (WPP-NRI 711). Jurnal Iktiologi
Indonesia, 17(1), 67-82.
Kurniawati A., Nugroho AS, Kaswinarni F. 2016. The
impact of landfill leachate Jatibarang towards the
diversity and abundance of plankton in the waters
of Kreo River Semarang City”. In Proceeding
Biology Education Conference: Biology, Science,
Enviromental, and Learning, 12(1), 708-713.
Mas‘Ud F. 2014. Pengaruh kualitas air terhadap
pertumbuhan ikan nila (Oreochromis sp.) di
Kolam beton dan terpal. Grouper Faperik., 1-6.
Rukminasari N, Nadiarti N, Awaluddin K. 2016. Pengaruh
derajat keasaman (pH) Air laut terhadap
konsentrasi kalsium dan laju pertumbuhan
Halimeda sp. Torani: Jurnal Ilmu Kelautan dan
Perikanan, 24,1.
Saanin H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I.
Binacipta, Jakarta.
Sukiya. 2003. Biologi Vertebrata. Biologi FMIPA UNY,
Yogyakarta.
Yulius Y, Arifin T. 2014. Analisis sistem informasi
geografis (SIG) untuk potensi wisata pantai di
Kota Makasar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Tatalpka, 16(3),145-152.
www.fishbase.org diakses pada September 2017
www.ramsar.orgdiakses pada Oktober 2017
-----

More Related Content

Similar to 43-86-1-SM.pdf

(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
 
Proposal kepiting
Proposal kepiting Proposal kepiting
Proposal kepiting Agus Rinal
 
LAPORAN HASIL - HASIL PERILANAN
LAPORAN HASIL - HASIL PERILANANLAPORAN HASIL - HASIL PERILANAN
LAPORAN HASIL - HASIL PERILANANIke Wulanduri
 
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_Umar Tangke
 
Laporan Praktik Lapang Hasil-hasil Perikanan
Laporan Praktik Lapang Hasil-hasil PerikananLaporan Praktik Lapang Hasil-hasil Perikanan
Laporan Praktik Lapang Hasil-hasil PerikananIke Wulanduri
 
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Mujiyanto -
 
Pari Manta di KKP Nusa Penida dan TN Komodo
Pari Manta di KKP Nusa Penida dan TN KomodoPari Manta di KKP Nusa Penida dan TN Komodo
Pari Manta di KKP Nusa Penida dan TN Komodohendrakkp
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Merlia Donna
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Merlia Donna
 
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdf
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdfPENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdf
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdfMuhammadSumsanto1
 
Laporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sLaporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sAngga Asc
 
Aquatic biodiversity present 2
Aquatic biodiversity present 2Aquatic biodiversity present 2
Aquatic biodiversity present 2aswar hamzah
 
Tentang sumber daya laut
Tentang sumber daya lautTentang sumber daya laut
Tentang sumber daya lautmineshaft12
 
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
 

Similar to 43-86-1-SM.pdf (20)

(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
 
Proposal kepiting
Proposal kepiting Proposal kepiting
Proposal kepiting
 
LAPORAN HASIL - HASIL PERILANAN
LAPORAN HASIL - HASIL PERILANANLAPORAN HASIL - HASIL PERILANAN
LAPORAN HASIL - HASIL PERILANAN
 
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
 
Laporan Praktik Lapang Hasil-hasil Perikanan
Laporan Praktik Lapang Hasil-hasil PerikananLaporan Praktik Lapang Hasil-hasil Perikanan
Laporan Praktik Lapang Hasil-hasil Perikanan
 
Kepiting Bakau
Kepiting BakauKepiting Bakau
Kepiting Bakau
 
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
 
Pari Manta di KKP Nusa Penida dan TN Komodo
Pari Manta di KKP Nusa Penida dan TN KomodoPari Manta di KKP Nusa Penida dan TN Komodo
Pari Manta di KKP Nusa Penida dan TN Komodo
 
EKOLOGI LAUT
EKOLOGI LAUTEKOLOGI LAUT
EKOLOGI LAUT
 
Morfologi
MorfologiMorfologi
Morfologi
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
 
Osmoregulasi
OsmoregulasiOsmoregulasi
Osmoregulasi
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014
 
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdf
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdfPENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdf
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdf
 
Laporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sLaporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza s
 
Aquatic biodiversity present 2
Aquatic biodiversity present 2Aquatic biodiversity present 2
Aquatic biodiversity present 2
 
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
 
Tentang sumber daya laut
Tentang sumber daya lautTentang sumber daya laut
Tentang sumber daya laut
 
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
 

43-86-1-SM.pdf

  • 1. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018 p-ISSN 2623-1611 e-ISSN 2623-1980 © Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 196 JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI KAWASAN PESISIR PANTAI TABANIO, KALIMANTAN SELATAN The Fish Species Caught by Fisherman in Tabanio Coastal Area, Kalimantan Selatan Aulia Misniyati *, Yudi Firmanul Arifin, Danang Biyatmoko Program Studi Magister Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjend. H. Hasan Basry. 70123. Banjarmasin, Indonesia *Surel: auliamy1510@gmail.com Abstract The geographical condition of South Borneo was dominated by wetland. The potential wetland in Tabanio coastal areas is abundant, one of potential coastal area is the fish species. Most of the local peoples work as fishermen. The existence of fish to balance the sustainability of coastal ecosystem and become a source of livelihood for fishermen. The objective of the research is to identify the fish spesies of caught fishermen in Tabanio coastal areas. There is no data before about the fish species in Tabanio coastal areas. The samples collected were all caught by fishermen using cast net in zones with a maximum depth of 5 meters. The result of identification found 15 species of coastal fish. The fish spesies is Syanptura albomaculata, Sardinella fimbriata, Caranx tille, Takifugu oblongus, Lutjanus coeruleolineatus, Scomberomorus commerson, Lycengraulis grossidens, Megalaspis cordyla, Eleutheronema tetradactylum, Dussumieria acuta, Hexanematichtys sagor, Plotosus canius, Trichiurus lepturus, Mugil sp., Panna sp. Keywords: caught, fish species, fisherman, Tabanio 1. PENDAHULUAN Kondisi geografis Kalimantan Selatan didominasi oleh lahan basah. Menurut Akbar (2014) Kalimantan Selatan dalam Angka menyebutkan sebesar 855.717 ha struktur tanah di Kalimantan Selatan adalah tanah basah (alluvial). Lahan basah didefiniskan dalam konvensi Ramsar (www.ramsar.org, 2017) sebagai daerah yang terus- menerus digenangi air meliputi daerah rawa, payau, mangrove, lahan gambut, pesisir pantai dan perairan laut dengan kedalaman pada saat surut terendah tidak lebih dari 6 m. Desa Tabanio yang terletak di Kecamatan Takisung memiliki potensi lahan basah berupa kawasan pesisir pantai yang membentang sepanjang ± 1 km. Keberadaan kawasan pesisir pantai menyebabkan potensi sumberdaya alamnya melimpah. Kondisi lingkungan kawasan pesisir yang khas tidak semua flora dan fauna dapat beradaptasi, oleh karena itu flora dan fauna yang hidup di kawasan pesisir juga tergolong khas. Potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang disediakan kawasan pesisir menimbulkan daya tarik berbagai pihak untuk memanfaatkannya (Yulius dan Arifin 2014). Salah satu potensi lokal kawasan pesisir pantai Tabanio yang dimanfaatkan adalah sumber daya ikan yang melimpah.Temuan di lapangan menunjukkan hampir 80% masyarakat setempat berprofesi sebagai nelayan. Sepanjang pantai akan banyak dijumpai aktivitas penangkapan ikan dan udang oleh nelayan. Nelayan menangkap ikan dan udang menggunakan jala kecil atau dalam bahasa setempat disebut rempa. Setiap hari selepas subuh nelayan berangkat melaut tidak jauh dari bibir pantai yaitu pada zona pantai yang kedalaman antara 2-5 meter. Sebagian besar jenis ikan yang didapat langsung dimanfaatkan sebagai lauk, sebagian lain dijadikan ikan asin, serta bahan dasar pembuatan kerupuk dan amplang untuk dijual. Ikan menjadi potensi lokall yang dimanfaatkan masyarakat namun belum dikelola dengan baik sebagai biota laut yang haru dilestarikan. Ikan di desa Tabanio menjadi sumber daya alam utama bagi masyarakat setempat, namun belum ada data mengenai jenis-jenis ikan yang tangkapan nelayan yang diidentifikasi secara ilmiah. Berdasarkan hal ini penting kiranya mengidentifikasi jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan kawasan pesisir sebagai langkah awal untuk menghitung indeks keanekaragaman jenis ikan sebagai langkah awal pengelolaan sumber daya ikan dan sebagai upaya mempertahankan kestabilan sektor perekonomian masyarakat setempat.Jenis-jenis ikan kawasan pesisir diidentifikasi berdasarkan ciri
  • 2. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018 p-ISSN 2623-1611 e-ISSN 2623-1980 © Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 197 morfologinya. Acuan dalam klasifikasi didasarkan pada ciri morfologi. Saanin (1986) menyatakan bahwa kepala (caput), tubuh (truncus), ekor (caudal), sisik, sirip, dan linea lateralis merupakan bagian penting yang harus diamati dalam identifikasi jenis-jenis ikan. Jenis-jenis ikan diklasifikasikan dalam 4 kelas yaitu ikan tidak memiliki rahang (Agnatha), ikan yang mempunyai rahang primitive (Placodermi), ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) dan ikan bertulang sejati (Osteichthyes). Kelas Osteichthyes terbagi menjadi tiga super ordo, yaitu Chondrostei; Holostei dan Teleostei (Sukiya 2003).Ikan Teleostei dengan sub kelas Actinopterygii adalah jenis ikan yang terbanyak ditemukan dalam penelitian ini. Keberlangsungan kehidupan jenis-jenis ikan kawasan pesisir dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Kondisi lingkungan berupa sifat fisik dan sifat kimia lingkungan seperti pH air, pasang surut, kadar garam air, oksigen terlarut dalam air, BOD, COD, kecepatan angin, kecerahan, suhu dan kelembaban udara memengaruhi kehidupan organisme di pesisir terutama ikan. Menurut Mas’ud (2014) parameter lingkungan seperti kualitas air menjadi komponen utama dalam kelangsungan makhluk hidup di air. Pengukuran parameter lingkungan dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui kondisi lingkungan kawasan pesisir pantai Tabanio sebagaihabitat ikan. 2. METODE Observasi dan wawancara kepada nelayan dilakukan di pantai Tabanio, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut pada bulan Juli 2017. Alat yang digunakan antara lain kamera digital, alat tulis lengkap, plastik sampel dan kertas label. Sampel yang dikumpulkan merupakan semua jenis ikan hasil tangkapan nelayan menggunakan jala (rempa) pada zona pesisir kedalaman antara 2-5 meter. Ikan yang dikumpulkan kemudian difoto untuk keperluan dokumentasi dan wawancara mengenai nama lokal dari setiap ikan, selanjutnya identifikasi morfologi untuk keperluan klasifikasi. Panduan identifikasi ikan antara lain Saanin (1986), website www.fishbase.org, dan referensi lain yang sesuai. Analisis sampel jenis-jenis ikan dilakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan ciri morfologi. Parameter lingkungan diukur pada waktu pagi, siang, sore dan malam dengan 3 ulangan. Parameter lingkungan meliputi intensitas cahaya, suhu, pH, kadar garam, kecepatan angin, dan kelembapan udara. DO, BOD dan COD diukur di laboratorium Hidrologi Fakultas Perikanan, Universitas Lambung Mangkurat menggunakan sampel air yang dibawa dari pesisir pantai Tabanio. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat 15 spesies ikan tangkapan nelayan di kawasan pesisir pantai Tabanio. Deskripsi ikan-ikan itu sebagai berikut. 3.1 Tapal-tapal nabi (Synaptura albomaculata) Tapal-tapal nabi, ikan yang memiliki bentuk tubuh pipih memanjang (Gambar 1) ini diklasifikasikan dalam (www.fishbase.org) Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class : Achtinopterygii Ordo : Pleuronectiformes Family : Soleidae Genus : Synaptura Spesies : Synaptura albomaculata. Foto: A. Misniyati Gambar 1. Tapal-tapal nabi (Synaptura albomaculata) Tubuhnya dilengkapi dengan mata, mulut, tubuh bersisik hanya pada bagian sebelah dari tubuhnya sedangkan sisi lainya tidak ditutupi sisik sehingga dari sisi ini terlihat tulang-tulang rusuk ikan. Dari pengukuran di lapangan, panjang tubuh ikan secara keseluruhan ± 23 cm dengan panjang baku ± 22 cm dan tinggi 3,5 cm. Tipe ekor meruncing dengan panjang ± 0,4 cm dan tinggi ± 0,5 cm. Bagian dorsal memiliki sirip punggung yang terdiri atas ± 22 buah sirip keras dan 40 buah sirip lemah. Pada bagian ventral terdapat sirip ekor dan sirip perut yang menyatu. Garis rusuk (linea literaris) ikan ini 3 buah yang terdiri atas 1 buah melintang dari kepala sampai batang ekor; 1 buah garis rusuk melintang di sepanjang punggung, 1 garis rusuk melintang di pertengahan tubuh, 1 garis rusuk Jumlah sisik di bawah garis rusuk yang melintang di tengah tubuh adalah ± 16-20 sisik dan jumlah sisik di atas garis rusuk yang melintang di tengah tubuh adalah ± 17-
  • 3. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018 p-ISSN 2623-1611 e-ISSN 2623-1980 © Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 198 20 sisik. Ikan ini dapat ditemukan di perairan dangkal dan muara. 3.2 Tembang (Sardinella fimbriata) Ikan yang bentuk tubuhnya memanjang (Gambar 2) ini diklasifikasikan dalam (www.fishbase.org) Kingdom : Animalia Filum : Vertebrata Class : Achtinopterygii Ordo : Clupeiformes Family : Cluipeidae Genus : Sardinella Spesies :Sardinella fimbriata. Foto: A. Misniyati Gambar 2. Tembang (Sarginella fimbriata) Panjang keseluruhan tembang pada hasil pengamatan ± 14,8 cm, panjang baku ± 11 cm dan tinggi tubuh ± 3,5 cm atau lebih besar dari tinggi kepala. Bagian kepala (caput) dilengkapi dengan penutup insang (apparatus opercularis), mulut, moncong dan mata. Bagian dorsal ikan terdapat sirip punggung yang terdiri atas sirip keras yang jumlahnya ± 3 buah dan sirip lemah ± 18 buah. Pada bagian ventral terdapat sirip dada yang jumlah jari-jarinya mencapai 12-15 buah, sirip perut 8 buah, sirip dubur 16-19 buah. Tipe ekor ikan adalah homocercal dengan panjang 2,7 cm dan tinggi 1 cm. Bagian tubuh ikan terdapat 1 buah garis rusuk (linea literalis) melintang di sepanjang tengah tubuh dari sirip dada hingga pangkal batang ekor. Seluruh tubuh ditutupi oleh sisik dengan tipe osmoid. Bagian bawah tubuh dilengkapi sisik-sisik berduri. 3.3 Bau-bau (Caranx tille) Ikan yang bentuk tubuhnya pipih ini (Gambar 3) diklasifikasikan dalam (www.fishbase.org) Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class : Achtinopterygii Ordo : Perciformes Family : Carangidae Genus : Caranx Spesies : Caranx tille. Foto: A. Misniyati Gambar 3. Bau-bau (Caranx tille) Dari pengukuran di lapangan, bau-bau atau kuwe memiliki panjang keseluruhan 11,5 cm dan dapat mencapai 50-75 cm, panjang baku 8,7 cm dan dapat mencapai 60 cm dengan tinggi tubuh 3,5 cm. Bagian kepala dilengkapi mata dengan lingkar mata warna merah, bola mata berwarna putih, iris mata berwarna hitam. Diameter mata ± 0,7 cm. Jika dilihat dari letak mulut, bentuk kepala bau-bau adalah terminal. Bagian dorsal tubuh terdapat sirip punggung yang terdiri atas 2-9 buah sirip keras dan 17-22 buah sirip lunak. Jari-jari sirip ekor berjumlah ± 15 buah bagian atas dan ± 16 buah bagian bawah. Sirip ekor berwarna kuning dengan ujung sirip berangsung menjadi hitam.Bagian ventral terdiri atas sirip perut berjumlah ± 7 buah, sirip dada berjumlah ± 10 buah, sirip dubur berjumlah 13-20 buah. Seperti ikan lainnya, bau-bau juga memiliki garis rusuk (linea lateralis). 3.4 Gulamah (Panna sp) Ikan dengan bentuk tubuh pipih memanjang (Gambar 4) ini diklasifikasi dalam (www.fishbase.com) Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class : Achtinopterygii Ordo : Perciformes Family : Sciaenidae Genus : Panna Spesies : Panna sp. Gulamah yang didapat memiliki panjang keseluruhan 12,3 cm dan panjang maksimal dapat mencapai 25-50 cm, panjang baku 10,5 cm dengan tinggi tubuh 2,7 cm. Bagian kepala dilengkapi mata dengan lingkar mata warna jingga dan bola mata
  • 4. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018 p-ISSN 2623-1611 e-ISSN 2623-1980 © Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 199 berwarna hitam. Jika dilihat dari letak mulut, bentuk kepala gulamah adalah terminal. Foto: A. Misniyati Gambar 4. Gulamah (Panna sp) Bagian dorsal tubuh terdapat sirip punggung yang terdiri atas 8-9 buah sirip keras dan 25-27 buah sirip lunak. Jari-jari sirip ekor berjumlah ± 25- 30 buah. Bagian ventral terdiri atas sirip perut berjumlah ± 17 buah, sirip dada berjumlah ± 18 buah, sirip dubur berjumlah 13-20 buah. J ari-jari sirip dubur berjumlah 8 buah. Gulamah juga memiliki garis rusuk (linea lateralis). 1 buah garis rusuk yang melintang dari sirip dada hingga pangkal batang ekor. Jumlah sisik yang berada di sepanjang garis rusuk mencapai ± 51 sisik. 3.5 Buntal (Takifugu oblongus) Ikan yang dapat menggelembungkan perutnya ini apabila dipegang manusia atau dalam kondisi yang membahayakan dirinya ini (Gambar 5) dan menghasilkan toksin tetradoxin dan saxiton di kulit, gonad dan hati ini diklasifikasikan dalam (www.fishbase.org) Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class : Achtinopterygii Ordo : Tetraodontiformes Family : Tetraodontinae Genus : Takifugu Spesies : Takifugu oblongus. Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan panjang buntal keseluruhan 11 cm (panjang maksimal dapat mencapai 40 cm), panjang baku 8 cm dengan tinggi tubuh 2,5 cm. Bagian kepala dilengkapi mata dengan bola mata hitam pinggiran mata jingga. Jika dilihat dari letak mulut, bentuk kepala buntal adalah terminal. Bagian dorsal tubuh terdapat sirip punggung yang terdiri 12-14 buah sirip lunak. Jari-jari sirip ekor berjumlah ± 6-14 buah buah. Bagian ventral terdiri atas sirip dada berjumlah ± 13 buah, sirip dubur berjumlah 10-12 buah. Buntal memiliki garis rusuk (linea lateralis) yang melintang dari pertengahan punggung sampai pertengahan ekor. Tubuh Buntal tidak bersisik namun kulitnya berlendir. Foto: A. Misniyati Gambar 5. Buntal (Takifugu oblongus) 3.6 Tengiri (Scomberomorus commerson) Ikan yang tubuhnya memanjang dan berbentuk terpedo ini (Gambar 6) diklasifikasikan dalam (www.fishbase.org) Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class : Achtinopterygii Ordo : Perciformes Family : Scombridae Genus : Scomberomorus Spesies :Scomberomorus commerson. Foto: A. Misniyati Gambar 6. Tengiri (Scomberomorus commerson) Panjang keseluruhan tengiri pada hasil pengamatan ±23,5 cm dan panjang maksimal dapat mencapai 200 cm dan biasanya 60-90 cm, panjang baku ± 19 cm dan tinggi tubuh ± 4,5 cm. Bagian kepala (caput) dilengkapi dengan penutup insang (apparatus opercularis), mulut, moncong dan mata dengan bola mata hitam dengan lingkar mata putih. Pada bagian dorsal terdapat sirip punggung yang terdiri atas sirip keras ± 15-18 buah dan sirip lemah ± 12-20 buah. Bagian ventral terdapat sirip dada yang jumlah jari-jarinya mencapai 12 buah, sirip perut mencapai 4 buah, sirip dubur mencapai 18-19 buah. Tipe ekor ikan adalah homocercal
  • 5. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018 p-ISSN 2623-1611 e-ISSN 2623-1980 © Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 200 (bercagak) dengan panjang 3,5 cm dan tinggi 0,7 cm. Permukaan tubuh tidak ditutupi sisik. 3.7 Bambangan (Lutjanus coeruleolineatus) Bambangan yang memiliki tubuh yang memanjang dan pipih (Gambar 7) diklasifikasikan dalam (www.fishbase.org) Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class : Achtinopterygii Ordo : Perciformes Family : Lutjanidae Genus : Lutjanus Spesies : Lutjanus coeruleolineatus. Foto: A. Misniyati Gambar 7. Bambangan (Lutjanus coeruleolineatus) Panjang keseluruhan bambangan pada hasil pengamatan ± 15 cm, panjang baku ±19 cm dan tinggi tubuh ± 5,5 cm. Bagian kepala (caput) dilengkapi dengan penutup insang (apparatus opercularis), mulut, moncong dan mata dengan bola mata hitam lingkar mata putih. Bentuk kepala jika dilihat dari letak mulut adalah protracted. Pada bagian dorsal terdapat sirip punggung yang terdiri atas sirip keras yang jumlahnya ± 10 buah dan sirip lemah berjumlah ± 12-14 buah. Bagian ventral terdapat sirip dada yang jumlah jari- jarinya mencapai 15 buah, sirip perut mencapai 8 buah, sirip dubur mencapai 8-11 buah. Tipe ekor ikan adalah berpinggiran tegak dengan panjang 3 cm dan tinggi 1,7 cm. Tubuh di tutupi sisik yang bertipe cranial. Bambangan memiliki garis rusuk (linea lateralis) berjumlah 1 buah garis rusuk, melintang dari sirip dada menuju pangkal ekor. Jumlah sisik yang dilewati garis rusuk adalah ± 47 sisik. Ciri spesifik bambangan ialah bintik bulat berwarna hitam di garis rusuk bagian dorsal. 3.8 Teri (Lycengraulis grossidens) Ikan dengan tubuh memanjang dan berukuran cukup kecil ini (Gambar 8) diklasifikasikan sebagai berikut (www.fishbase.org). Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class : Achtinopterygii Ordo : Cluipeformes Family : Engraulidae Genus : Lycengraulis Spesies : Lycengraulis grossidens. Foto: A. Misniyati Gambar 8. Teri (Lycengraulis grossidens) Panjang keseluruhan teri hasil pengukuran ±9,2 cm, panjang baku ±7,6 cm dan tinggi tubuh ± 2 cm. Bagian kepala (caput) dilengkapi dengan penutup insang (apparatus opercularis), mulut, moncong dan mata. Bentuk kepala jika dilihat dari letak mulut adalah sub-terminal. Bagian dorsal ikan terdapat sirip punggung yang terdiri atas sirip keras yang jumlahnya ± 2-3 buah dan sirip lemah berjumlah ± 7 buah. Bagian ventral terdapat sirip perut mencapai 7-8 buah, sirip dubur mencapai 3-6 buah. Tipe ekor ikan adalah berpinggiran tegak dengan panjang 3 cm dan tinggi 1,7 cm. Tubuh di tutupi sisik yang bertipe cranial. Teri memiliki garis rusuk (linea lateralis) berjumlah 1 buah garis rusuk, melintang dari sirip dada menuju pangkal ekor. 3.9 Serisi (Megalaspis cordyla) Ikan yang memiliki bentuk memanjang ini (Gambar 9) diklasifikasikan sebagai berikut (www.fishbase.org). Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class : Achtinopterygii Ordo : Perciformes Family : Carangidae Genus : Megalaspis Spesies : Megalaspis cordyla. Pengukuran di lapangan menunjukkan panjang serisi keseluruhan 16 cm (panjang maksimal dapat mencapai 80 cm), panjang baku 13,5 cm dengan tinggi tubuh 18 cm. Bagian kepala dilengkapi mata. Jika dilihat dari letak mulut, bentuk kepala serisi adalah homocercal.
  • 6. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018 p-ISSN 2623-1611 e-ISSN 2623-1980 © Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 201 Foto: A. Misniyati Gambar 9. Serisi (Megalaspis cordyla) Pada bagian dorsal tubuh terdapat sirip punggung yang terdiri 9 buah sirip keras dan 18-20 buah sirip lunak. Jari-jari sirip ekor berjumlah ± 25 buah. Bagian ventral terdiri atas sirip dada berjumlah ± 23 buah, sirip perut berjumlah 14-16 buah, sirip dubur berjumlah 18 buah. Serisi juga memiliki garis rusuk (linea lateralis) yang melintang dari pertengahan punggung sampai pertengahan ekor. Tubuh serisi ditutupi sisik dengan tipe ganoid dan terdapat 1 buah garis rusuk melintang dari sirip dada sampai pangkal ekor. 3.10 Belanak (Mugil sp) Klasifikasi ikan dengan bentuk tubuh bulat pipih dan memanjang ini (Gambar 10) adalah sebagai berikut (www.fishbase.org). Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class : Achtinopterygii Ordo : Perciformes Family : Mugilidae Genus : Mugilidae Spesies : Mugil sp Foto: A. Misniyati Gambar 10. Belanak (Mugil sp.) Dari pengukuran di lapangan panjang belanak keseluruhan 21 cm dan panjang maksimal dapat mencapai 25-35 cm, panjang baku 18 cm dengan tinggi tubuh 4,5 cm. Bagian kepala dilengkapi mata, penutup insang, dan mulut. Jika dilihat dari letak mulut, bentuk kepala belanak adalah homocercal. Pada bagian dorsal tubuh terdapat sirip punggung yang terdiri atas 2 sirip punggung; sirip punggung depan terdiri atas 3 buah sirip keras dan 2 buah sirip lunak, sterdiri atasedangkan sirip punggung belakang terdiri atas 1 buah sirip keras dan 5 buah sirip lunak. Jari-jari sirip ekor berjumlah ± 16-17 buah. Bagian ventral terdiri atas sirip dada berjumlah ± 16-18 buah, sirip perut berjumlah ± 5 buah, sirip dubur berjumlah 9 buah. Belanak juga memiliki garis rusuk (linea lateralis) yang melintang dari sirip dada menuju pangkal sirip ekor. Tubuh belanak ditutupi sisik dengan tipe cycloid. 3.11 Menangin kurau (Eleutheronema tetradactylum) Klasifikasi ikan dengan bentuk tubuh pipih memanjang ini (Gambar 11) adalah sebagai berikut (www.fishbase.org). Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class : Achtinopterygii Ordo : Perciformes Family : Polynemidae Genus : Eleutheronema Spesies :Eleutheronema tetradactylum Foto: A. Misniyati Gambar 11. Menangin kurau (Eleutheronema tetradactylum) Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan bahwa panjang menangin kurau keseluruhan 14 cm dan panjang maksimal dapat mencapai 200 cm, panjang baku 10,5 cm dengan tinggi tubuh 3,5 cm. Bagian kepala dilengkapi mata, mulut dan penutup
  • 7. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018 p-ISSN 2623-1611 e-ISSN 2623-1980 © Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 202 insang. Jika dilihat dari letak mulut, bentuk kepala menangin kurau adalah terminal. Bagian dorsal tubuh terdapat 2 sirip punggung, sirip punggung pertama terdiri atas 3-4 buah sirip keras dan 4-5 buah sirip lunak. Sedangkan sirip punggung yang kedua terdiri atas 4 buah sirip keras dan sirip lunak 7-8 buah. Jari-jari sirip ekor berjumlah ± 20-22 buah. Bagian ventral terdiri atas sirip perut berjumlah ± 6-7 buah, sirip dada berjumlah ± 17-18 buah, sirip dubur berjumlah 15- 17 buah. Menangin kurau juga memiliki garis rusuk (linea lateralis) berjumlah 1 buah garis rusuk yang melintang dari sirip dada hingga pangkal batang ekor. Jumlah sisik yang berada di sepanjang garis rusuk mencapai ±68 sisik. Jumlah sisik yang berada di bawah garis rusuk mencapai 18 sisik. Jumlah sisik di atas garis rusuk mencapai 17 sisik. 3.12 Simbolo/japuh (Dussumieria acuta) Simbolo (Gambar 12) diklasifikasikan dalam (www.fishbase.org) Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class : Achtinopterygii Ordo : Clupeiformes Family : Dussumieriidae Genus : Dussumieria Spesies : Dussumieria acuta Foto: A. Misniyati Gambar 12. Simbolo/japuh (Dussumieria acuta) Hasil pengamatan menunjukkan bahwa simbolo/japuh memiliki panjang keseluruhan 15 cm, panjang baku 12,5 cm dengan tinggi tubuh 3,2 cm. Bagian kepala dilengkapi mata, mulut dan penutup insang. Jika dilihat dari letak mulut, bentuk kepala simbolo adalah terminal. Bagian dorsal tubuh terdapat sirip punggung yang terdiri atas 8 buah sirip lemah. Jari-jari sirip ekor berjumlah ±20 buah. Bagian ventral terdiri atas sirip perut berjumlah ±7-8 buah, sirip dada berjumlah ±5 buah, sirip dubur berjumlah 14-18 buah. Simbolo juga memiliki garis rusuk (linea lateralis) berjumlah 1 buah garis rusuk yang melintang dari sirip dada hingga pangkal batang ekor. Jumlah sisik yang berada di sepanjang garis rusuk mencapai ± 49 sisik. Jumlah sisik yang berada di bawah garis rusuk mencapai 10 sisik. Jumlah sisik di atas garis rusuk mencapai 3 sisik. Sisik bertipe ganoid. 3.13 Otek (Hexanematichthys sagor) Ikan berbentuk tubuh bulat ini (Gambar 13) diklasifikasikan sebagai berikut (www.fishbase.org). Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class : Achtinopterygii Ordo : Siluriformes Family : Ariidae Genus : Hexanematichthys Spesies : Hexanematichthys sagor Foto: A. Misniyati Gambar 13. Otek (Hexanematichthys sagor) Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan bahwa panjang keseluruhan 33,2 cm, panjang baku 28,6 cm dengan tinggi tubuh 4,9 cm. Bagian kepala dilengkapi mata, mulut dan penutup insang. Jika dilihat dari letak mulut, bentuk kepala Otek adalah terminal. Bagian dorsal tubuh terdapat sirip punggung yang terdiri dari 1 buah sirip keras dan 10 buah sirip lemah. Jari-jari sirip ekor berjumlah ±12 buah. Bagian ventral terdiri atas sirip perut berjumlah ± 4 buah, sirip dada berjumlah ± 8 buah, sirip dubur berjumlah 10 buah. Otek juga memiliki garis rusuk (linea lateralis) berjumlah 1 buah garis rusuk namun tidak terlalu nampak jelas. Tubuh otek tidak ditutupi oleh sisik dan berlendir. Pada bagian tubuh terdapat garis-garis tegak berupa bintik-bintik berwarna kekuningan. 3.14 Sembilang (Plotosus canius) Klasifikasi sembilang yang memiliki tubuh memanjang ini (Gambar 14) adalah sebagai berikut (www.fishbase.org).
  • 8. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018 p-ISSN 2623-1611 e-ISSN 2623-1980 © Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 203 Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class : Achtinopterygii Ordo : Siluriformes Family : Plotosidae Genus : Plotosus Spesies : Plotosus canius Foto: A. Misniyati Gambar 14. Sembilang (Plotosus canius) Hasil pengamatan menunjukkan sembilang yang didapatkan memiliki panjang keseluruhan 62 cm, panjang baku 60 cm dengan tinggi tubuh 7 cm. Bagian kepala dilengkapi mata, mulut dan penutup insang. Bagian dorsal tubuh terdapat sirip punggung yang terdiri atas 3-5 buah sirip keras dan 5 buah sirip lemah. Bagian ventral terdiri atas sirip dada berjumlah ± 9 buah, sirip dubur berjumlah 11 buah. Sembilang juga memiliki garis rusuk (linea lateralis) berjumlah 1 buah garis rusuk melintang dari sirip dada sampai pangkal batang ekor. Tubuh Sembilang tidak ditutupi oleh sisik dan berlendir. Bagian depan kepala memiliki 6 buah sungut dan bagian atas kepala dilengkapi dengan 1 buah duri (patil). Duri tersebut sangat berbisa, Jika tertusuk duri akan menimbulkan rasa sakit sampai 3 hari lebih. 3.15 Layur (Trichiurus lepturus) Klasifikasi layur yang bentuk tubuhnya sangat memanjang dan pipih seperti pita ini (Gambar 15) sebagai berikut (www.fishbase.org). Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class : Achtinopterygii Ordo : Perciformes Family : Trichiuidae Genus : Trichius Spesies : Trichiurus lepturus Foto: A. Misniyati Gambar 15. Layur (Trichiurus lepturus) Hasil pengamatan menunjukkan sembilang yang didapatkan memiliki panjang keseluruhan 40 cm, panjang maksimal dapat mencapai 120 cm, panjang baku 36 cm dengan tinggi tubuh 3 cm. Bagian kepala dilengkapi mata, mulut dan penutup insang. Jika dilihat dari letak mulut, bentuk kepala ikan adalah superior. Bagian dorsal tubuh terdapat sirip punggung yang terdiri atas 13 buah sirip keras dan 100 buah sirip lemah. Pada layur yang sangat panjang, sirip punggung dapat mencapai 105-134 buah sirip keras dan 100-105 sirip lemah. Sirip dubur berupa duri- duri halus yang mencapai 78-80 buah. Layur memiliki garis rusuk (linea lateralis) berjumlah 1 buah garis rusuk melintang dari operculum sampai pangkal batang ekor. Tubuh layur tidak ditutupi oleh sisik. Umumnya hidup di perairan dangkal. makanannya euphausiids, crustacean, plantonik ikan kecil dan pelagis kecil. 4. SIMPULAN Jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan kawasan pesisir pantai Tabanio terdiri atas 15 jenis teridentifikasi. Limabelas jenis ikan kawasan pesisir pantai Tabanio tersebut meliputi Syanptura albomaculata, Sardinella fimbriata, Caranx tille, Takifugu oblongus, Lutjanus coeruleolineatus, Scomberomorus commerson, Lycengraulis grossidens, Megalaspis cordyla, Eleutheronema tetradactylum, Dussumieria acuta, Hexanematichtys sagor, Plotosus canius, Trichiurus lepturus, Mugil sp., Panna sp. Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ikan kawasan pesisir. Terutama indeks diversitas, kemelimpahan, dan status kelangkaannya agar menanggulangi kepunahannya. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Kami menyampaikan terima kasih kepada kepala desa beserta jejeran aparat desa, Desa Tabanio Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, TNI AL yang bertugas di Desa
  • 9. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah Volume 3 Nomor 1 Halaman 196-204 April 2018 p-ISSN 2623-1611 e-ISSN 2623-1980 © Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 204 Tabanio serta seluruh masyarakat Desa Tabanio. Terimakasih pula kepada rekan-rekan peneliti yang telah membantu mengambil data di pantai Tabanio. 6. DAFTAR PUSTAKA Akbar J. 2014. Potensi dan Tantangan Budidaya Ikan Rawa (Ikan Hitaman dan Ikan Putihan). Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta. Fahmi MR, Hias BRBI. 2010. Phenotypic Platisity Kunci Sukses Adaptasi Ikan Migrasi: Studi Kasus Ikan Sidat (Anguilla sp.). Balai Riset Budidaya Ikan Mas, Depok. Kurnia R, Fahrudin A, Suman A. 2017. Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan di Laut Cina Selatan (WPP-NRI 711). Jurnal Iktiologi Indonesia, 17(1), 67-82. Kurniawati A., Nugroho AS, Kaswinarni F. 2016. The impact of landfill leachate Jatibarang towards the diversity and abundance of plankton in the waters of Kreo River Semarang City”. In Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning, 12(1), 708-713. Mas‘Ud F. 2014. Pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis sp.) di Kolam beton dan terpal. Grouper Faperik., 1-6. Rukminasari N, Nadiarti N, Awaluddin K. 2016. Pengaruh derajat keasaman (pH) Air laut terhadap konsentrasi kalsium dan laju pertumbuhan Halimeda sp. Torani: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan, 24,1. Saanin H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I. Binacipta, Jakarta. Sukiya. 2003. Biologi Vertebrata. Biologi FMIPA UNY, Yogyakarta. Yulius Y, Arifin T. 2014. Analisis sistem informasi geografis (SIG) untuk potensi wisata pantai di Kota Makasar, Provinsi Sulawesi Selatan. Tatalpka, 16(3),145-152. www.fishbase.org diakses pada September 2017 www.ramsar.orgdiakses pada Oktober 2017 -----