1. Syirik dibagi menjadi syirik akbar dan syirik ashghar. Syirik akbar mengeluarkan seseorang dari Islam sedangkan syirik ashghar tidak tetapi mengurangi derajat tauhid dan menghapus amal yang tercampur dengannya.
2. Syirik ashghar adalah perbuatan atau jalan menuju syirik akbar meskipun tidak disebut syirik oleh syariat. Contohnya bersandar kepada selain Allah.
3. Ada pendapat b
1. 1
PENGAJIAN JUMAT PETANG BA’DA MAGHRIB
KAJIAN HADITS TEMATIK
MASJID MARGO RAHAYU NAMBURAN KIDUL YOGYAKARTA
“Mengenal Syirik Kecil dan Besar”
Karena ketidaktahuan kita, seringkali kita meremehkan perbuatan
dosa tertentu padahal perbuatan tersebut sangat besar nilainya (dosanya) di
sisi Allah Ta’ala. Di antara bentuk dosa yang seringkali luput dari perhatian
kita adalah syirik ashghar. Beberapa bentuk syirik ashghar sangat berkaitan
dengan amalan hati, sehingga mungkin tidak tampak secara nyata dalam
bentuk amal lahiriyah yang bisa dilihat. Bisa jadi seseorang tanpa sadar
terjatuh ke dalam syirik ashghar karena tidak memperhatikan ke manakah
hatinya condong, kepada Allah atau kepada selain Allah? Kesyirikan adalah
perbuatan dosa yang sangat samar dan tersembunyi. Bisa jadi kita telah
terjerumus ke dalam perbuatan syirik tanpa kita sadari karena kebodohan kita
sendiri. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,
“(Menjadikan) ‘andâd’ [sekutu-sekutu] adalah berbuat syirik, (dosa) yang lebih
samar daripada jejak semut yang merayap di atas batu hitam dalam kegelapan
malam.”1
Dalam sebuah hadits dinyatakan,
1
Tafsîr Ibn Katsîr, juz I, hal. 196.
2. 2
“Pada suatu hari Rasulullah shallallâhu 'alaihi wasallam berkhutbah di hadapan
kami, beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia, takutlah kalian terhadap syirik
karena dia lebih halus daripada langkah semut." Kemudian seseorang bertanya,
"Wahai Rasulallah, bagaimana kami harus menghindarinya, sementara dia lebih
halus dari langkah semut?" Maka beliau menjawab: "Berdo'alah dengan membaca,
'allâhumma innâ na'ûdzu bika min an nusyrika bika syai-an na'lamuhu wa
nastaghfiruka limâ lâ na'lamuhu (Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-
Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami mengetahuinya dan kami
meminta ampun kepada-Mu terhadap apa yang kami tidak ketahui).'"2
Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini, kami ingin menjelaskan
sedikit tentang syirik ashghar, sehingga kita tidak serta merta meremehkan
bentuk dosa yang satu ini.3
Syirik Akbar vs Syirik Ashghar
Syirik kepada Allah Ta’ala dibagi menjadi dua macam, yaitu syirik
akbar dan syirik ashghar. Syirik akbar adalah perbuatan syirik yang
mengeluarkan seseorang dari agama Islam, menghapuskan seluruh amal,
dan pelakunya kekal di neraka. Sedangkan syirik ashghar, maka tidak
mengeluarkan pelakunya dari Islam, meskipun mengurangi derajat tauhid
seseorang. Syirik ashghar hanya menghapus amal yang tercampur dengan
syirik ashghar tersebut (bukan semua amal) dan tidak terancam kekal di
neraka.
Adapun pengertian syirik ashghar, maka terdapat dua pendapat di
kalangan para ulama.
Pendapat pertama, syirik ashghar adalah segala sesuatu yang disebut
dengan istilah syirik oleh dalil-dalil syariat, namun terdapat juga dalil yang
menunjukkan bahwa sesuatu tersebut tidak termasuk ke dalam syirik akbar.
Contohnya, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang bersumpah dengan selain Allah, maka dia telah berbuat syirik.”4
2
HR Ahmad bin Hanbal dari Abu Musa al-Asy’ari, Musnad Ahmad ibn Hanbal, juz
II, hal. 403, hadits no. 19622
3
Pembahasan ini disarikan dari kitab Al-Qaulul Mufîd, juz I, hal. 206-208.
4
Tafsîr Ibn Katsîr, juz IV, hal. 419; HR Abu Dawud dari Abdullah bin
Umar, Sunan Abî Dâwud, juz III, hal. 223, no. 3251. Dinilai shahih oleh Muhammad
Nashiruddin al-Albani dalam kitab Shahîh wa Dha’îf Sunan Abî Dâwud, juz VII, hal.
3. 3
Yang dimaksud dengan syirik dalam hadits tersebut adalah syirik
ashghar, karena terdapat dalil lain yang menunjukkan bahwa semata-mata
bersumpah dengan selain Allah Ta’ala tidaklah mengeluarkan seseorang dari
agama Islam.
Pendapat kedua, syirik ashghar adalah setiap sarana atau jalan
menuju syirik akbar, meskipun syariat tidak menyebutnya dengan istilah
syirik5
. Contohnya, seseorang bersandar kepada sesuatu sebagaimana dia
bersandar kepada Allah Ta’ala, akan tetapi dia tidak menjadikan sesuatu
tersebut sebagai sesembahannya. Maka ini adalah syirik ashghar, karena
penyandaran hati ini -- yang persis dengan bersandarnya hati kepada Allah
Ta’ala -- pada akhirnya akan menyebabkan seseorang terjatuh ke dalam syirik
akbar.
Definisi yang kedua ini lebih luas daripada definisi yang pertama
karena pendapat pertama tidak memasukkan suatu perbuatan sebagai
kesyirikan kecuali jika terdapat dalil yang menyebutkan bahwa perbuatan
tersebut adalah syirik, sedangkan pendapat ke dua menjadikan seluruh
perbuatan yang merupakan sarana kesyirikan (menuju syirik akbar) sebagai
syirik ashghar.
Apakah Syirik Ashghar mungkin Diampuni Tanpa Taubat?
Lalu, di antara kedua bentuk syirik tersebut, manakah yang tidak
diampuni apabila seseorang tidak bertaubat sampai meninggal dunia?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullâh mengatakan bahwa
dosa syirik tidak diampuni oleh Allah Ta’ala apabila seseorang tidak
bertaubat sampai meninggal dunia, meskipun syirik ashghar. Hal ini karena
termasuk dalam kandungan firman Allah Ta’ala,
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni
segala dosa yang tingkatannya lebih rendah dari (syirik) itu bagi siapa saja yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh dia
telah berbuat dosa yang besar” (QS an-Nisâ’/4: 48).
251.
5
Pendapat inilah yang dipilih oleh Syaikh Abdurrahman as-Sa’di
rahimahullâh dalam kitab Al-Qaulus Sadîd, hal. 24.
4. 4
Menurut beliau (Ibnu Taimiyyah) rahimahullâh, “dosa syirik” dalam
firman Allah Ta’ala tersebut bersifat umum, mencakup baik syirik akbar
maupun syirik ashghar. Akan tetapi, sebagian ulama yang lain mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan “dosa syirik” dalam ayat tersebut adalah syirik
akbar. Adapun syirik ashghar, maka ada kemungkinan diampuni karena tidak
sampai mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Hal ini karena seluruh
dosa yang tidak sampai mengeluarkan seseorang dari agama Islam statusnya
terserah pada kehendak Allah Ta’ala. Jika Allah Ta’ala menghendaki, akan
diampuni. Dan jika Allah Ta’ala menghendaki, tidak akan diampuni.6
Meskipun demikian, pelaku syirik ashghar berada dalam bahaya
yang amat nyata karena tingkatan dosa syirik ashghar tersebut “lebih besar”
daripada dosa besar yang paling besar (akbarul kabaa-ir), seperti mencuri,
berzina, membunuh, dan lain-lain. Apalagi jika dosa syirik ashghar itu
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Oleh karena itu,
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Bersumpah bohong dengan menyebutkan nama Allah lebih aku sukai daripada
bersumpah jujur tetapi dengan menyebutkan nama selain-Nya.”7
6
Di antara kesalahpahaman yang tersebar di masyarakat awam adalah
bahwa ketika seseorang melakukan syirik akbar, maka tidak akan pernah diampuni
oleh Allah Ta’ala meskipun bertaubat sebelum meninggal dunia dengan berdalil
surat An-Nisa’ ayat ke-48 di atas. Ini adalah pemahaman yang keliru. Karena ayat di
atas hanya berlaku pada dosa syirik yang dibawa mati. Adapun jika seseorang
berbuat syirik akbar, kemudian menyadari dan bertaubat kepada Allah Ta’ala, maka
baginya berlaku ayat berikut ini,
ْلُقَايَيِدَابِعَنِيذَّلاُوافَرْسَأَىلَعْمِهِسُفْنَأَاّلُواطَنْقَتْنِمِةَمْحَرِهَلاّلَّنِإَهَلاّل
ُرِفْغَيَبُونُذاّلًاعِيمَجُهَنِإَوُهُفَغّْلاُروُمِيحَراّل
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS az-
Zumar/39: 53).
Ayat ini dengan tegas menunjukkan bahwa Allah Ta’ala mengampuni
semua jenis dosa, termasuk dosa syirik akbar, jika bertaubat sebelum meninggal
dunia.
7
HR Abdur Razaq dari Abdullah bin Umar, Mushannaf Abd ar-Razzâq, juz
VIII, hal. 469, hadits no. 15929). Disebutkan pula oleh Al-Haitsami di dalam Al-
Majmâ’, juz IV, hal. 177. Al-Haitsami berkata,”Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dari
Abdullah bin Umar, di dalam kitab Al-Mu’jam al-Kabîr, juz VII, hal. 100, hadits no.
8810, dan para periwayatnya shahîh”.
5. 5
Hal ini karena dosa bersumpah dengan selain Allah Ta’ala (yang
termasuk syirik ashghar) lebih berat dosanya daripada dosa berbohong
(sumpah palsu). Oleh karena itu, kita tidak boleh meremehkan bentuk dosa
yang satu ini (syirik ashghar), bahkan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari apa yang aku takutkan menimpa
kalian adalah asy-syirkul ashghar (syirik kecil).” Maka para shahabat pun bertanya,
”Apa yang dimaksud dengan asy-syirkul ashghar?” Beliau (Nabi) shalallâhu ‘alaihi
wa sallam menjawab,“ar-Riyâ’ (sikap pamer).”8
Di antara bentuk usaha yang harus kita lakukan adalah dengan
memelajari rincian dosa syirik ashghar (syirik kecil), sehingga kita senantiasa
waspada dan tidak terjerumus ke dalamnya.
Wallâhu A’lamu bish-Shawâb.
(Dikutip dan diselaraskan dari tulisan dr. M. Saifudin Hakim, MSc., dalam
http://muslimah.or.id/aqidah/mengenal-syirik-ashghar-syirik-kecil.html)
8
HR Ahmad dari Mahmud bin Labid, Musnad Ahmad ibn Hanbal, juz V, hal.
428, hadits no. 23680.