TAFSIR AYAT “R I B A”
Tafsir Ayat Ekonomi
Khaerunnisa
Hukum Ekonomi Syari’ah 4
Ustadz H. Ahmad Suhaemi Diradji, Lc., MA
QS. Ar Ruum : 39
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, Maka riba itu tidak menambah
pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang
berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).”
Tafsir QS. Ar Ruum : 39
Barang siapa yang memberikan sesuatu kepada seseorang
dengan harapan orang itu akan membalas dengan
pemberian yang lebih banyak daripada yang telah
diberikannya, maka pemberian yang demikian tidak
berpahala di sisi Allah. Sedangkan orang yang memberikan
zakat kepada seseorang dengan tujuan untuk
mendapatkan keridhaan Allah, maka akan dilipatgandakan
pahala dan balasan si pemberinya oleh Allah.
QS. An Nisa : 161
“Dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya
mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka
memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami
telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara
mereka itu siksa yang pedih.”
Tafsir QS. An Nisa : 161
Pengharaman sebagian dari apa yang tadinya dihalalkan
adalah juga disebabkan mereka memakan riba, yang
merupakan sesuatu yang sangat tidak manusiawi padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang oleh Allah dari
mengambilnya, dengan demikian mereka menggabung dua
keburukan sekaligus, tidak manusiawi dan melanggar
perintah Allah dan karena mereka memakan harta orang
dengan jalan yang bathil seperti melalui penipuan, atau sogok
menyogok dan lain – lain. Kami telah menyediakan untuk
orang – orang yang kafir diantara mereka, yakni siksa yang
pedih, di akhirat kelak.
QS. Ali Imran : 130
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan.”
Tafsir QS. Ali Imran : 130
Ayat diatas merupakan penegasan kepada orang-orang yang
beriman untuk tidak memakan riba. Terlebih lagi apabila riba
tersebut berlipat ganda. Riba yang dimaksud disini adalah riba
nasi’ah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat
Arab zaman jahiliyah. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang
disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Menurut sebagian besar
ulama bahwa riba nasi’ah selamanya hukumnya haram, meskipun
tidak berlipat ganda. Sebagaimana telah diterangkan bahwa Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Oleh karena itu
Allah memberikan perintah kepada orang-orang beriman supaya
bertakwa dengan meniggalkan riba tersebut. Dengan begitu mereka
yang taat akan mendapatkan keberuntungan.
QS. Al Baqarah : 275-276
“Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya. (275) Allah memusnahkan
Riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak menyukai
Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat
dosa.” (276)
Tafsir QS. Al Baqarah : 275
Melalui ayat ini, Allah menceritakan bahwa seorang pemakan riba
akan dibangkitkan pada hari kiamat layaknya orang gila yang
mengamuk seperti kesurupan setan. Ibnu Jarir meriwayatkan dari
Ibnu Abbas juga berkata pada hari kiamat akan dikatakan kepada
pemakan riba, “Ambillah senjatamu untuk berperang! (Allah dan
Rasul-Nya menantang mereka untuk berperang dengan-Nya
dikarenakan mereka tidak berkenan untuk meninggalkan sisa riba
dan mereka tidak memiliki senjata apapun selain berharap
perlindungan dari azab Allah) Ibnu Abbas membaca ayat ke 275 dari
surat Al Baqarah tersebut, lalu dikatakan juga hal itu terjadi pada
saat mereka dibangkitkan dari kubur”.
Tafsir QS. Al Baqarah : 275
Allah menegaskan bahwa telah dihalalkan jual-beli dan
diharamkan riba. Orang-orang yang membolehkan riba dapat
ditafsirkan sebagai pembantahan hukum-hukum yang telah
ditetapkan oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Riba yang dahulu telah dimakan sebelum turunya firman Allah ini,
apabila pelakunya bertobat, tidak ada kewajiban untuk
mengembalikannya dan dimaafkan oleh Allah. Sedangkan bagi
siapa saja yang kembali lagi kepada riba setelah menerima
larangan dari Allah, maka mereka adalah penghuni neraka dan
mereka kekal di dalamnya.
Tafsir QS. Al Baqarah : 276
Yang dimaksud dengan memusnahkan Riba ialah memusnahkan
harta itu atau meniadakan berkahnya. dan yang dimaksud dengan
menyuburkan sedekah ialah memperkembangkan harta yang
telah dikeluarkan sedekahnya atau melipat gandakan berkahnya.
Dan maksud dari kalimat “Allah tidak menyukai setiap orang yang
tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa” adalah dengan
rasa tidak puasnya dengan harta halal yang telah diberikan Allah,
lalu ia berusaha untuk memakan harta orang lain dengan cara
yang tidak baik dan melalui usaha yang jahat. Dengan demikian,
berarti ia berusaha untuk mengingkari nikmat Allah yang ada
padanya, sehingga hilanglah keberkahan dari harta yang ia miliki.
QS. Al Baqarah : 278-279
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-
orang yang beriman. (278) Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (279)
Tafsir QS. Al Baqarah : 278-279
Allah memerintahkan hambanya untuk beriman dan bertakwa
melalui meninggalkan sesuatu yang dapat menjauhi hambanya dari
keridhaan-Nya. Makna dari “tinggalkan sisa riba” di sini adalah
tinggalkanlah hartamu yang merupakan kelebihan dari pokok yang
harus dibayarkan oleh orang lain. Pada ayat selanjutnya, dijelaskan
pula bahwa apabila sisa riba tersebut tidak ditinggalkan oleh orang-
orang yang beriman, maka Allah dan Rasul-Nya akan memerangi
pada pengambil riba tersebut. Dan ayat selanjutnya pula
menjelaskan bahwa apabila terdapat orang yang sedang berhutang
sedang mengalami kesulitan dalam melunasi hutangnya, hendaknya
diberikan penangguhan hingga dirinya memiliki kelapangan harta.
Apabila orang tersebut tidak mampu membayarnya, akan lebih baik
untuk direlakan dan akan dianggap sebagai sedekah di sisi Allah.
Tafsir QS. Al Baqarah : 278-279
Dengan prinsip membebaskan orang dari kesulitan, riba menjadi
salah satu hal yang sangat dilarang untuk dipraktekkan dan
dijanjikan untuk diperangi oleh Allah dan Rasul-Nya apabila
orang-orang beriman tidak meninggalkannya setelah diberikan
peringatan. Meminta tambahan atas keterlambatan pelunasan
merupakan praktek riba, walaupun terkadang hal tersebut
dilakukan untuk mendorong orang tersebut supaya cepat
melunasi hutangnya, namun hal tersebut merupakan hal yang
buruk di sisi Allah karena menyedekahkannya dengan tujuan
meringankan beban orang yang berhutang adalah jauh lebih baik
dan mendatangkan keridhaan-Nya.
T E R I M A K A S I H


Tafsir Ayat Riba

  • 1.
    TAFSIR AYAT “RI B A” Tafsir Ayat Ekonomi Khaerunnisa Hukum Ekonomi Syari’ah 4 Ustadz H. Ahmad Suhaemi Diradji, Lc., MA
  • 2.
    QS. Ar Ruum: 39 “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).”
  • 3.
    Tafsir QS. ArRuum : 39 Barang siapa yang memberikan sesuatu kepada seseorang dengan harapan orang itu akan membalas dengan pemberian yang lebih banyak daripada yang telah diberikannya, maka pemberian yang demikian tidak berpahala di sisi Allah. Sedangkan orang yang memberikan zakat kepada seseorang dengan tujuan untuk mendapatkan keridhaan Allah, maka akan dilipatgandakan pahala dan balasan si pemberinya oleh Allah.
  • 4.
    QS. An Nisa: 161 “Dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.”
  • 5.
    Tafsir QS. AnNisa : 161 Pengharaman sebagian dari apa yang tadinya dihalalkan adalah juga disebabkan mereka memakan riba, yang merupakan sesuatu yang sangat tidak manusiawi padahal sesungguhnya mereka telah dilarang oleh Allah dari mengambilnya, dengan demikian mereka menggabung dua keburukan sekaligus, tidak manusiawi dan melanggar perintah Allah dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil seperti melalui penipuan, atau sogok menyogok dan lain – lain. Kami telah menyediakan untuk orang – orang yang kafir diantara mereka, yakni siksa yang pedih, di akhirat kelak.
  • 6.
    QS. Ali Imran: 130 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
  • 7.
    Tafsir QS. AliImran : 130 Ayat diatas merupakan penegasan kepada orang-orang yang beriman untuk tidak memakan riba. Terlebih lagi apabila riba tersebut berlipat ganda. Riba yang dimaksud disini adalah riba nasi’ah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Menurut sebagian besar ulama bahwa riba nasi’ah selamanya hukumnya haram, meskipun tidak berlipat ganda. Sebagaimana telah diterangkan bahwa Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Oleh karena itu Allah memberikan perintah kepada orang-orang beriman supaya bertakwa dengan meniggalkan riba tersebut. Dengan begitu mereka yang taat akan mendapatkan keberuntungan.
  • 8.
    QS. Al Baqarah: 275-276
  • 9.
    “Orang-orang yang Makan(mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang- orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (275) Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (276)
  • 10.
    Tafsir QS. AlBaqarah : 275 Melalui ayat ini, Allah menceritakan bahwa seorang pemakan riba akan dibangkitkan pada hari kiamat layaknya orang gila yang mengamuk seperti kesurupan setan. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas juga berkata pada hari kiamat akan dikatakan kepada pemakan riba, “Ambillah senjatamu untuk berperang! (Allah dan Rasul-Nya menantang mereka untuk berperang dengan-Nya dikarenakan mereka tidak berkenan untuk meninggalkan sisa riba dan mereka tidak memiliki senjata apapun selain berharap perlindungan dari azab Allah) Ibnu Abbas membaca ayat ke 275 dari surat Al Baqarah tersebut, lalu dikatakan juga hal itu terjadi pada saat mereka dibangkitkan dari kubur”.
  • 11.
    Tafsir QS. AlBaqarah : 275 Allah menegaskan bahwa telah dihalalkan jual-beli dan diharamkan riba. Orang-orang yang membolehkan riba dapat ditafsirkan sebagai pembantahan hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Riba yang dahulu telah dimakan sebelum turunya firman Allah ini, apabila pelakunya bertobat, tidak ada kewajiban untuk mengembalikannya dan dimaafkan oleh Allah. Sedangkan bagi siapa saja yang kembali lagi kepada riba setelah menerima larangan dari Allah, maka mereka adalah penghuni neraka dan mereka kekal di dalamnya.
  • 12.
    Tafsir QS. AlBaqarah : 276 Yang dimaksud dengan memusnahkan Riba ialah memusnahkan harta itu atau meniadakan berkahnya. dan yang dimaksud dengan menyuburkan sedekah ialah memperkembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya atau melipat gandakan berkahnya. Dan maksud dari kalimat “Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa” adalah dengan rasa tidak puasnya dengan harta halal yang telah diberikan Allah, lalu ia berusaha untuk memakan harta orang lain dengan cara yang tidak baik dan melalui usaha yang jahat. Dengan demikian, berarti ia berusaha untuk mengingkari nikmat Allah yang ada padanya, sehingga hilanglah keberkahan dari harta yang ia miliki.
  • 13.
    QS. Al Baqarah: 278-279 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang- orang yang beriman. (278) Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (279)
  • 14.
    Tafsir QS. AlBaqarah : 278-279 Allah memerintahkan hambanya untuk beriman dan bertakwa melalui meninggalkan sesuatu yang dapat menjauhi hambanya dari keridhaan-Nya. Makna dari “tinggalkan sisa riba” di sini adalah tinggalkanlah hartamu yang merupakan kelebihan dari pokok yang harus dibayarkan oleh orang lain. Pada ayat selanjutnya, dijelaskan pula bahwa apabila sisa riba tersebut tidak ditinggalkan oleh orang- orang yang beriman, maka Allah dan Rasul-Nya akan memerangi pada pengambil riba tersebut. Dan ayat selanjutnya pula menjelaskan bahwa apabila terdapat orang yang sedang berhutang sedang mengalami kesulitan dalam melunasi hutangnya, hendaknya diberikan penangguhan hingga dirinya memiliki kelapangan harta. Apabila orang tersebut tidak mampu membayarnya, akan lebih baik untuk direlakan dan akan dianggap sebagai sedekah di sisi Allah.
  • 15.
    Tafsir QS. AlBaqarah : 278-279 Dengan prinsip membebaskan orang dari kesulitan, riba menjadi salah satu hal yang sangat dilarang untuk dipraktekkan dan dijanjikan untuk diperangi oleh Allah dan Rasul-Nya apabila orang-orang beriman tidak meninggalkannya setelah diberikan peringatan. Meminta tambahan atas keterlambatan pelunasan merupakan praktek riba, walaupun terkadang hal tersebut dilakukan untuk mendorong orang tersebut supaya cepat melunasi hutangnya, namun hal tersebut merupakan hal yang buruk di sisi Allah karena menyedekahkannya dengan tujuan meringankan beban orang yang berhutang adalah jauh lebih baik dan mendatangkan keridhaan-Nya.
  • 16.
    T E RI M A K A S I H 