SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Zikir dan Kesalehan Sosial
Oleh: Muhsin Hariyanto
Asyik juga ’ngobrol bareng’ Mas Thole. Salah seorang pemungut sampah di
kampung kami, yang setiap hari mengangkut sampah-sampah depan rumah. Tidak ada
yang istimewa dari Dia, kecuali keyakinan dirinya terhadap filosofi ”Sapu Lidi’.
Sebuah filosofi sederhana yang menjadikan dirinya memahami arti pentingnya
”kerjasama”. Dia yakin bahwa tanpa orang lain, bukanlah siapa-siapa, sebagaimana
juga ’sapu lidi’, tanpa bersatunya lidi-lidi yang ada dalam (kumpulan) sapu itu,
masing-masing akan hanya menjadi entitas-entitas kurang bermakna. Tetapi, karena
penyatupaduan antarlidi, sapu lidi itu pun bisa dia gunakan untuk menyapu bersih
halaman-halaman rumah tempat dia memungut sampah.
Mas Thole, panggilan akrab pemilik nama lengkap “Budi Siswanto”,
menerjemahkan gagasan ”Segoro Amarta” (Semangat Gotong Royong Agawe Majune
Ngayogyakarta)-nya dengan pembuktian bahwa budaya ’kebersamaan’ bisa
diwujudkan menjadi ’etos kerja’-nya dan juga (etos kerja) seluruh komponen
masyarakat yang mau mengerti arti pentingnya semangat ukhuwwah, yang akhirnya
berbuah (menjadi) kemashlahatan kolektif. Pembuktian kongkretnya adalah kerjasama
antarkompenen masyarakat yang dimulai sendiri oleh Mas Thole (Sang Pemungut
Sampah) – dengan semangat ibda’ bi nafsik -- bersama seluruh anggota masyarakat di
kampungnya. Sampah-sampah berserakan – yang oleh sebagian orang dianggap tak
berguna -- pun terangkut, diterima oleh para pengolah (sampah), dan berakhir pada
produk unggulan ’daur-ulang’ (sampah), menjadi sejumlah komoditas yang layak jual
dan – juga – layak pakai. Semuanya berawal dari kepedulian (dari dan oleh)
masyarakat menjadi kemashlahatan (untuk) masyarakat. Semua berawal dari
onggokan sampah, yang dikarenakan oleh ‘etos kerja’ seorang anak manusia seperti
Mas Thole, yang dibangun bersama-sama dengan kepedulian seluruh anggota
masyarakat, sampah-sampah pun – kata salah seorang tetangga penulis yang
kebetulan menjadi guru bahasa Inggris di sebuah sekolah -- akhirnya bisa menjadi
’the most useful good’ (barang yang sangat berguna) untuk sebagian besar anggota
masyarakat. Bukan saja masyarakat di kampung ‘Mas Thole’, tetapi juga para
pengguna barang-barang daur ulang dari olahan tangan-tangan terampil dari (bahan)
sampah yang dipungut oleh Mas Thole.
Bersentuhan dengan obrolan bersama Mas Thole, penulis ingat dengan
catatan harian penulis. Ustadz M. Arifin Ilham, sebagaimana catatan harian penulis,
pernah menyatakan bahwa zikir merupakan makanan ruhani yang paling bergizi serta
membangkitkan selera ibadah dan akhlak mulia. Zikir juga menjadi benteng dari
gangguan setan. Dengan berzikir, peluang kita untuk mendapatkan husnul khâtimah
juga semakin terbuka. Zikir menjadi ibadah yang bisa dilakukan kapan pun, di
manapun, dan dalam kondisi bagaimanapun. Selama kita berzikir, selama itu pula
"kita" bersama Allah SWT.
Catatan harian itu pun penulis beri catatan kaki, bahwa zikir (kolektif),
sebagaimana acara ‘tahlilan’ di kampung dan desa-desa yang sudah berlangsung
berabad-abad lamanya di negeri kita tercinta, telah menjadi pilahan dari budaya kita.
Meskipun bukan merupakan bagian dari syari’at Islam, sebab tidak pernah
dicontohkan, diperintahkan, dan juga tidak pernah dilarang oleh Nabi Muhammad
s.a.w., tradisi tersebut seolah-seolah sudah menjadi acara ’ritual wajib’ bagi sebagian
kelompok masyarakat pada momentum-momentum tertentu. Dan kata sebagian
orang, acara ritual seperti itu merupakan simbol dari kesalehan kita (umat Islam).
1
Sejauh pengamatan penulis, ’Mas Thole’ belum pernah ikut (terlibat) dalam
acara seperti itu. Dia yang tak pernah mengikuti acara ’tahlilan’ dan juga ’zikir’
berjamaah. Dalam hal ber’tahlilan’ dan ’zikir berjamaah’, Dia tak sepaham dengan
kawan-kawannya. Namun, untuk urusan kepeduliannya terhadap kawan sejawat dan
orang-orang yang mengitarinya, Dia bisa disebut sangat 'saleh'. Kenapa? Karena
hampir setiap saat “Dia” selalu siap untuk berzikir dalam tindakan nyata, dengan cara
’membantu siapa pun yang memerlukan uluran tangannya’, tanpa basa-basi. Dia
mendapat predikat – dari orang-orang di sekitarnya – sebagai "orang saleh". Tepatnya,
orang yang memiliki kesalehan sosial. Dia, katanya, belum pernah sekalipun
mengikuti acara (formal) "majelis zikir (berjamaah)". Tapi, zikirnya dalam bentuk
aksi (tindakan nyata) selalu dikerjakannya, bahkan – katanya – 'nggak pernah' berpikir
"berapa pahalanya" yang bisa diperoleh dari sepak-terjangnya itu. Semuanya mengalir
begitu saja, karena dia ingat bahwa ’pahala’ itu adalah urusan Allah. Meminjam istilah
para pakar/ulama, ’Kita’ – katanya– hanya diperintah untuk melaksanakan
syari’atNya secara dengan ikhlas karenaNya.
Sebagai bagian dari warga Muhammadiyah ’biasa’ di kawasan
perkampungan/pedesaan, dibandingkan dengan para tokoh Muhammadiyah, Dia –
mungkin saja – belum sempat membaca atau memahami dengan cermat isi buku
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah yang telah diterbitkan oleh Pimpinan
Pusat Muhammadiyah. Tetapi perilakunya – dalam banyak hal – sudah mencerminkan
isi buku itu, utamanya pada sub bagian "Kehidupan Bermasyarakat". Dia – sangat
mungkin – sudah memiliki kesadaran untuk berislam dalam ranah ini. Sebagaimama
isi Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah itu, yang menyatakan – antara lain
- bahwa ”Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dan kebaikan
dengan sesama”.
Kesalehan sosial ”Mas Thole” muncul sebagai imbangan dari kesalehan
individualnya yang oleh orang lain banyak dikritik, karena ’dia” jarang terlibat dalam
acara ’tahlilan’, apalagi zikir berjamaah yang sekarang sedang ’marak’ itu.
Didasarkan pada asumsi bahwa setiap perilaku seorang muslim, di samping harus
memberi makna kepada dirinya, juga harus berdampak nyata dalam kehidupan
sosialnya, Dia berhasil menerjemahkan konsep "amal saleh", yang antara lain
tertuang dalam QS al-Mâ'ûn, dengan berbuat baik kepada siapa pun. Dia memiliki
simpulan penting dalam menerjemahkan 'amal-saleh'. Menurut pendapatnya, selama
seorang muslim mengaku beriman, tetapi belum bisa membuktikan imannya dalam
bentuk amal saleh, maka tidaklah sempurna imannya. Iman sebagai bentuk
kepasrahan dan penyerahan diri kepada Allah bersifat personal harus melahirkan
berbagai konsekuensi tingkah laku, antara lain dalam ranah kehidupan sosial. Iman
yang berdimensi vertikal (hablun min Allâh), di samping harus menghasilkan
sejumlah karya-nyata individual, dalam dimensi horizontal (hablun min an-nâs), juga
seharusnya menghasilkan karya-karya sosial-kemanusiaan dalam seluruh aspek
kehidupan nyata.
Penulis pun – seperti halnya Mas Thole -- tidak menyangkal bahwa kegiatan
zikir ’formal’ – layaknya zikir berjamaah yang berbentuk al-żikr bi al-lisân, temasuk
di dalamnya parade ceramah pada setiap momentum tertentu -- seperti itu bukanlah
sesuatu yang selalu (sama sekali) 'mubazir'. Tetapi – dalam pencermatan penulis –
terkadang terkesan berlebihan. Sekarang ini, sudah saatnya kita eksperimentasikan
keimanan kita dalam bentuk zikir yang lebih bermakna: ”zikir dalam bentuk aksisosial, membangun kesalehan sosial yang lebih bermakna”, dari, oleh dan untuk kita
bersama, dengan ruh/spirit/semangat fastabiqû al-khairât.
2
Penulis adalah Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap
STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta

3

More Related Content

Similar to Dzikir dam kesalehan sosial

Kel 2 agama (urgensi tauhid sosial)
Kel 2 agama (urgensi tauhid  sosial)Kel 2 agama (urgensi tauhid  sosial)
Kel 2 agama (urgensi tauhid sosial)
desliana_korea
 
Indonesia bicara perdamaian (jadi)
Indonesia bicara perdamaian (jadi)Indonesia bicara perdamaian (jadi)
Indonesia bicara perdamaian (jadi)
Gusdurian Malang
 
Islam dan etos pemberdayaan
Islam dan etos pemberdayaanIslam dan etos pemberdayaan
Islam dan etos pemberdayaan
Muhsin Hariyanto
 
8621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
8621006 buku-sunda-buat-bangsa-18621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
8621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
AndryHidahsyat
 
Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
sahraintan
 
Meningkatkan ukhuwah islamiyah
Meningkatkan ukhuwah islamiyahMeningkatkan ukhuwah islamiyah
Meningkatkan ukhuwah islamiyah
Ngainun Naim
 
Modul dan kurikulum pendidikan dakwah nu
Modul dan kurikulum pendidikan dakwah nuModul dan kurikulum pendidikan dakwah nu
Modul dan kurikulum pendidikan dakwah nu
Ahmad Rouf
 

Similar to Dzikir dam kesalehan sosial (20)

Perjalanan menuju mimbar
Perjalanan menuju mimbarPerjalanan menuju mimbar
Perjalanan menuju mimbar
 
Kel 2 agama (urgensi tauhid sosial)
Kel 2 agama (urgensi tauhid  sosial)Kel 2 agama (urgensi tauhid  sosial)
Kel 2 agama (urgensi tauhid sosial)
 
Indonesia bicara perdamaian (jadi)
Indonesia bicara perdamaian (jadi)Indonesia bicara perdamaian (jadi)
Indonesia bicara perdamaian (jadi)
 
Selasar edisi 17
Selasar edisi 17Selasar edisi 17
Selasar edisi 17
 
Khoirul abadi bersih desa
Khoirul abadi   bersih desaKhoirul abadi   bersih desa
Khoirul abadi bersih desa
 
Perjalanan seseorang bermasyarakat
Perjalanan seseorang bermasyarakatPerjalanan seseorang bermasyarakat
Perjalanan seseorang bermasyarakat
 
40masalahsyiah 170819020543
40masalahsyiah 17081902054340masalahsyiah 170819020543
40masalahsyiah 170819020543
 
40 MASALAH SYIAH
40 MASALAH SYIAH40 MASALAH SYIAH
40 MASALAH SYIAH
 
Islam dan etos pemberdayaan
Islam dan etos pemberdayaanIslam dan etos pemberdayaan
Islam dan etos pemberdayaan
 
Kelompok5isbd 131216144333-phpapp02
Kelompok5isbd 131216144333-phpapp02Kelompok5isbd 131216144333-phpapp02
Kelompok5isbd 131216144333-phpapp02
 
Membudayakan sedekah
Membudayakan sedekahMembudayakan sedekah
Membudayakan sedekah
 
8621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
8621006 buku-sunda-buat-bangsa-18621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
8621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
 
Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
 
soal dibaca.ppt
soal dibaca.pptsoal dibaca.ppt
soal dibaca.ppt
 
Meningkatkan ukhuwah islamiyah
Meningkatkan ukhuwah islamiyahMeningkatkan ukhuwah islamiyah
Meningkatkan ukhuwah islamiyah
 
Mencari Nafkah Halal dibulan Ranadhan saat ini
Mencari Nafkah Halal dibulan Ranadhan saat iniMencari Nafkah Halal dibulan Ranadhan saat ini
Mencari Nafkah Halal dibulan Ranadhan saat ini
 
Jalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisJalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulis
 
Kyai dan perubahan_sosial
Kyai dan perubahan_sosialKyai dan perubahan_sosial
Kyai dan perubahan_sosial
 
Modul dan kurikulum pendidikan dakwah nu
Modul dan kurikulum pendidikan dakwah nuModul dan kurikulum pendidikan dakwah nu
Modul dan kurikulum pendidikan dakwah nu
 
FILOSOFI GOTONG ROYONG
FILOSOFI GOTONG ROYONGFILOSOFI GOTONG ROYONG
FILOSOFI GOTONG ROYONG
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Muhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Muhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Muhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
Muhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
Muhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Muhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Dzikir dam kesalehan sosial

  • 1. Zikir dan Kesalehan Sosial Oleh: Muhsin Hariyanto Asyik juga ’ngobrol bareng’ Mas Thole. Salah seorang pemungut sampah di kampung kami, yang setiap hari mengangkut sampah-sampah depan rumah. Tidak ada yang istimewa dari Dia, kecuali keyakinan dirinya terhadap filosofi ”Sapu Lidi’. Sebuah filosofi sederhana yang menjadikan dirinya memahami arti pentingnya ”kerjasama”. Dia yakin bahwa tanpa orang lain, bukanlah siapa-siapa, sebagaimana juga ’sapu lidi’, tanpa bersatunya lidi-lidi yang ada dalam (kumpulan) sapu itu, masing-masing akan hanya menjadi entitas-entitas kurang bermakna. Tetapi, karena penyatupaduan antarlidi, sapu lidi itu pun bisa dia gunakan untuk menyapu bersih halaman-halaman rumah tempat dia memungut sampah. Mas Thole, panggilan akrab pemilik nama lengkap “Budi Siswanto”, menerjemahkan gagasan ”Segoro Amarta” (Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyakarta)-nya dengan pembuktian bahwa budaya ’kebersamaan’ bisa diwujudkan menjadi ’etos kerja’-nya dan juga (etos kerja) seluruh komponen masyarakat yang mau mengerti arti pentingnya semangat ukhuwwah, yang akhirnya berbuah (menjadi) kemashlahatan kolektif. Pembuktian kongkretnya adalah kerjasama antarkompenen masyarakat yang dimulai sendiri oleh Mas Thole (Sang Pemungut Sampah) – dengan semangat ibda’ bi nafsik -- bersama seluruh anggota masyarakat di kampungnya. Sampah-sampah berserakan – yang oleh sebagian orang dianggap tak berguna -- pun terangkut, diterima oleh para pengolah (sampah), dan berakhir pada produk unggulan ’daur-ulang’ (sampah), menjadi sejumlah komoditas yang layak jual dan – juga – layak pakai. Semuanya berawal dari kepedulian (dari dan oleh) masyarakat menjadi kemashlahatan (untuk) masyarakat. Semua berawal dari onggokan sampah, yang dikarenakan oleh ‘etos kerja’ seorang anak manusia seperti Mas Thole, yang dibangun bersama-sama dengan kepedulian seluruh anggota masyarakat, sampah-sampah pun – kata salah seorang tetangga penulis yang kebetulan menjadi guru bahasa Inggris di sebuah sekolah -- akhirnya bisa menjadi ’the most useful good’ (barang yang sangat berguna) untuk sebagian besar anggota masyarakat. Bukan saja masyarakat di kampung ‘Mas Thole’, tetapi juga para pengguna barang-barang daur ulang dari olahan tangan-tangan terampil dari (bahan) sampah yang dipungut oleh Mas Thole. Bersentuhan dengan obrolan bersama Mas Thole, penulis ingat dengan catatan harian penulis. Ustadz M. Arifin Ilham, sebagaimana catatan harian penulis, pernah menyatakan bahwa zikir merupakan makanan ruhani yang paling bergizi serta membangkitkan selera ibadah dan akhlak mulia. Zikir juga menjadi benteng dari gangguan setan. Dengan berzikir, peluang kita untuk mendapatkan husnul khâtimah juga semakin terbuka. Zikir menjadi ibadah yang bisa dilakukan kapan pun, di manapun, dan dalam kondisi bagaimanapun. Selama kita berzikir, selama itu pula "kita" bersama Allah SWT. Catatan harian itu pun penulis beri catatan kaki, bahwa zikir (kolektif), sebagaimana acara ‘tahlilan’ di kampung dan desa-desa yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya di negeri kita tercinta, telah menjadi pilahan dari budaya kita. Meskipun bukan merupakan bagian dari syari’at Islam, sebab tidak pernah dicontohkan, diperintahkan, dan juga tidak pernah dilarang oleh Nabi Muhammad s.a.w., tradisi tersebut seolah-seolah sudah menjadi acara ’ritual wajib’ bagi sebagian kelompok masyarakat pada momentum-momentum tertentu. Dan kata sebagian orang, acara ritual seperti itu merupakan simbol dari kesalehan kita (umat Islam). 1
  • 2. Sejauh pengamatan penulis, ’Mas Thole’ belum pernah ikut (terlibat) dalam acara seperti itu. Dia yang tak pernah mengikuti acara ’tahlilan’ dan juga ’zikir’ berjamaah. Dalam hal ber’tahlilan’ dan ’zikir berjamaah’, Dia tak sepaham dengan kawan-kawannya. Namun, untuk urusan kepeduliannya terhadap kawan sejawat dan orang-orang yang mengitarinya, Dia bisa disebut sangat 'saleh'. Kenapa? Karena hampir setiap saat “Dia” selalu siap untuk berzikir dalam tindakan nyata, dengan cara ’membantu siapa pun yang memerlukan uluran tangannya’, tanpa basa-basi. Dia mendapat predikat – dari orang-orang di sekitarnya – sebagai "orang saleh". Tepatnya, orang yang memiliki kesalehan sosial. Dia, katanya, belum pernah sekalipun mengikuti acara (formal) "majelis zikir (berjamaah)". Tapi, zikirnya dalam bentuk aksi (tindakan nyata) selalu dikerjakannya, bahkan – katanya – 'nggak pernah' berpikir "berapa pahalanya" yang bisa diperoleh dari sepak-terjangnya itu. Semuanya mengalir begitu saja, karena dia ingat bahwa ’pahala’ itu adalah urusan Allah. Meminjam istilah para pakar/ulama, ’Kita’ – katanya– hanya diperintah untuk melaksanakan syari’atNya secara dengan ikhlas karenaNya. Sebagai bagian dari warga Muhammadiyah ’biasa’ di kawasan perkampungan/pedesaan, dibandingkan dengan para tokoh Muhammadiyah, Dia – mungkin saja – belum sempat membaca atau memahami dengan cermat isi buku Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah yang telah diterbitkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Tetapi perilakunya – dalam banyak hal – sudah mencerminkan isi buku itu, utamanya pada sub bagian "Kehidupan Bermasyarakat". Dia – sangat mungkin – sudah memiliki kesadaran untuk berislam dalam ranah ini. Sebagaimama isi Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah itu, yang menyatakan – antara lain - bahwa ”Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dan kebaikan dengan sesama”. Kesalehan sosial ”Mas Thole” muncul sebagai imbangan dari kesalehan individualnya yang oleh orang lain banyak dikritik, karena ’dia” jarang terlibat dalam acara ’tahlilan’, apalagi zikir berjamaah yang sekarang sedang ’marak’ itu. Didasarkan pada asumsi bahwa setiap perilaku seorang muslim, di samping harus memberi makna kepada dirinya, juga harus berdampak nyata dalam kehidupan sosialnya, Dia berhasil menerjemahkan konsep "amal saleh", yang antara lain tertuang dalam QS al-Mâ'ûn, dengan berbuat baik kepada siapa pun. Dia memiliki simpulan penting dalam menerjemahkan 'amal-saleh'. Menurut pendapatnya, selama seorang muslim mengaku beriman, tetapi belum bisa membuktikan imannya dalam bentuk amal saleh, maka tidaklah sempurna imannya. Iman sebagai bentuk kepasrahan dan penyerahan diri kepada Allah bersifat personal harus melahirkan berbagai konsekuensi tingkah laku, antara lain dalam ranah kehidupan sosial. Iman yang berdimensi vertikal (hablun min Allâh), di samping harus menghasilkan sejumlah karya-nyata individual, dalam dimensi horizontal (hablun min an-nâs), juga seharusnya menghasilkan karya-karya sosial-kemanusiaan dalam seluruh aspek kehidupan nyata. Penulis pun – seperti halnya Mas Thole -- tidak menyangkal bahwa kegiatan zikir ’formal’ – layaknya zikir berjamaah yang berbentuk al-żikr bi al-lisân, temasuk di dalamnya parade ceramah pada setiap momentum tertentu -- seperti itu bukanlah sesuatu yang selalu (sama sekali) 'mubazir'. Tetapi – dalam pencermatan penulis – terkadang terkesan berlebihan. Sekarang ini, sudah saatnya kita eksperimentasikan keimanan kita dalam bentuk zikir yang lebih bermakna: ”zikir dalam bentuk aksisosial, membangun kesalehan sosial yang lebih bermakna”, dari, oleh dan untuk kita bersama, dengan ruh/spirit/semangat fastabiqû al-khairât. 2
  • 3. Penulis adalah Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta 3