SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
INTEGRAL LIPAT DUA DAN PENERAPAN FISISNYA
                   PADA PERHITUNGAN MOMEN INERSIA
                                     Rachmawati1)
                     1) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika
                            Fakultas Matematika dan IPA
                             Universitas Negeri Gorontalo

  ABSTRAK
  In this papers, generally of speaking will discussion about definition of double integrals
  and form the application as used in of the physical property in case of moment of inertia
  and as well as the some examples.. This papers will discussion and showing how to make
  arrangements for integrals in calculation the moment of inertia, in particular of double
  integrals.
  Keyword : integral, integral lipat dua, moment of inertia.


1. PENDAHULUAN

  Usaha pemecahan tentang luas telah menuju ke pendefinisian integral tentu. Dalam
  berbagai cara yang sama, sekarang kita mencoba mencari volume benda pejal dan dalam
  prosesnya kita sampai pada definisi integral lipat dua.

  Telaah kembali tentang materi dasar yang berkenaan dengan integral tentu dari fungsi
  peubah tunggal. Jika f(x) didefinisikan sebagai a              , artinya kita membagi selang
          menjadi menjadi n selang bagian               berlebar sama x = (b - a)/n dan kita
  pilih titik-titik sampel x, dalam selang bagian ini. Kemudian kita bentuk jumlah Riemann:




  Dan mengambil limit jumlah tersebut seraya n           untuk mendapatkan integral tentu f
  dari a ke b :
Dalam kasus khusus dengan            0, jumlah Riemann dapat ditafsirkan sebagai jumlah
  luas segiempat penghampir dalam gambar di bawah dan                    menyatakan luas
  daerah di bawah kurva y = f(x) dari a ke b.




2. INTEGRAL LIPAT DUA

  Dalam cara yang serupa, kita tinjau fungsi dua peubah f yang didefinisikan pada
  segiempat tertutup. Untuk integral lipat dua dari fungsi dengan dua peubah
  pembatasannya adalah bahwa fungsi dua peubah tersebut terdefinisi pada suatu daerah
  tertutup di R2. Yang dimaksud daerah tertutup disini adalah daerah beserta dengan batas-
  batasnya. Apabila dikatakan daerah, maka yang dimaksud adalah daerah tertutup.

  Kita tinjau fungsi dua peubah f yang didefinisikan pada segiempat tertutup. Misalkan
  fungsi z = f(x,y) didefinisikan pada suatu daerah tertutup R di bidang xoy.




  Dan mula-mula kita misalkan f(x, y) 0. Grafik f adalah permukaan dengan persamaan
            . Misalkan S adalah benda pejal yang terletak di atas R dan di bawah grafik f,
  yakni:




                              (Lihat gambar di samping) tujuan kita adalah mencari
                              volume S. Langkah pertama adalah membagi segiempat R
                              menjadi beberapa bagian. Kita lakukan ini dengan membagi
                              selang      menjadi m selang bagian               berlebar
                              sama            dan dengan membagi             menjadi n
                              selang bagian          berlebar sama           .
Dengan menarik garis-garis sejajar terhadap sumbu koordinat melalui titik ujung selang
bagian dalam bentuk segiempat bagian.

                                  =

masing- masing dengan luas
                                       Jika kita pilih salah satu titik sampel
                                       dalam masing- masing            maka kita dapat
                                       menghampiri bagian S yang terletak di atas
                                       masing- masing             menggunakan kotak
                                       segiempat tipis (atau kolom) dengan alas
                                           dan tinggi          .
                                               Maka voleme kotak adalah tinggi kotak
                                       kali luas segiempat alas :


                                                            =

Dapat dilihat maka untuk semua segiempat jika ditambahkan volume kotak yang
berkaitan , maka volume total S hampir diperoleh.




                             Intuisi kita memberitahu bahwa hampiran yang diberikan
                             menjadi lebih baik begitu m dan n menjadi lebih besar,
                             sehingga diharapkan menjadi :




                             Jika                maka volume V dari benda pejal yang
                             terletak di atas segiempat R dan di bawah permukaan
                                          adalah
 Sifat - sifat Int egralLipat Dua :

   1.           f ( x, y )        g ( x, y ) dA                    f ( x, y )dA             g ( x, y )dA
        R                                                    R                         R

   2.       cf ( x, y )dA                 c        f ( x, y )dA , dengan c konst ant a.
        R                                     R

   3. Jika f ( x, y )                 g ( x, y ) unt uk ( x, y )                   R, maka
                f ( x,y)dA                    g ( x, y )dA
        R                                 R


   Untuk menghitung integral lipat dua dapat digunakan integral berulang yang ditulis
   dalam bentuk :
                                                                              b    y    f2 ( y)
                    f ( x, y )dA                    f ( x, y )dxdy                             f ( x, y ) dx dy
   a.
            R                                 R                               a    y       f1 ( y )
   dimana integral yang ada dalam kurung harus dihitung terlebih dahulu dengan
   menganggap variable y konstanta, kemudian hasilnya diintegral kembali terhadap y.
                                                                          b   y      f 2 ( y)
                    f ( x, y ) dA                 f ( x, y ) dydx                           f ( x, y ) dy dx
   b.
            R                             R                               a    y     f1 ( y )
   dimana integral yang ada dalam kurung harus dihitung terlebih dahulu dengan
   menganggap variable x konstanta, kemudian hasilnya diintegral kembali terhadap x.
   Jika integral lipat dua di atas ada, maka (a) dan (b) secara umum akan memberikan hasil
   yang sama.


   Contoh :
1. Hitung luas daerah yang dibatasi oleh x + y = 2 dan 2y = x + y
   Penyelesaian :

                               2 2- y                   2        2- y

   A                 dA                   dxdy              x        dt
                R              0 2y - 4                 0       2y - 4
                2                                            2
                    (2     y       2y          4) dy              (6      3 y ) dy
                0                                            0
                                     2
                          3 2
            (6y -           y )               (12       6)         6
                          2     0
2. Tentukan volume V suatu benda padat di bawah permukaan                            dan di
   atas persegi panjang
   Penyelesaian :




3. Carilah volume benda pejal yang terletak di bawah paraboloid                  dan di atas
   daerah D di bidang –xy yang dibatasi oleh garis y = 2x serta parabola y = x2.
   Penyelesaian :



   Karena itu, volume di bawah                dan di atas D adalah




4. PENERAPAN INTEGRAL LIPAT DUA PADA MOMEN INERSIA

   Pada saat mempelajari hukum Newton, diketahui bahwa ukuran kelembaban benda pada
   gerak translasi adalah massa. Perhatikan pergerakan planet pada porosnya. Planet-planet
   terus berputar pada sumbunya tanpa berhenti akan selalu mempertahankan keadaan
   untuk terus berotasi. Dengan demikian, pada gerak rotasi dikenal istilah kelembaban.
Besaran pada gerak rotasi yang analog dengan massa pada gerak translasi dikenal
dengan momen inersia(I). Perbedaan nilai antara massa dan momen inersia adalah besar
massa suatu benda hanya bergantung pada kandungan zat dalam benda tersebut,
sedangkan besar momen inersia tidak hanya bergantung pada jumlah zat tetapi juga
dipengaruhi oleh bagaimana zat tersebut terdistribusi pada benda tersebut. Materi
tentang energi kinetik (kinetic energy), dari sebuah partikel dengan massa m dan
kecepatan v yang bergerak dalam sebuah garis lurus dirumuskan dengan :




Jika sebagai pengganti bergerak sepanjang suatu garis lurus,partikel berputar terhadap
suatu sumbu dengan suatu kecepatan sudut (angular velocity) sebesar , maka kecepatan
liniernya adalah v = r , dengan r merupakan radius lintasan yang berbentuk lingkaran.
Ketika disubtitusikan ke persamaan energi kinetik, maka:




Maka, dari sebuah pertikel yang berputar dapat dituliskan:




Momen inersia (moment of inertia) dari partikel bermassa m terhadap sumbu
didefinisikan sebagai mr2 , dengan r adalah jarak deri partikel ke sumbu. Dari persamaan
tersebut dapat disimpulkan bahwa momen inersia dari benda dalam gerak berputar
memiliki peranan yang serupa dengan massa benda dalam gerak linear.

Kita perluas konsep ini terhadap lamina dengan fungsi kerapatan      dan menempati
daerah D denagn cara melanjutkan prosesnya seperti yang kita lakukan pada mmomen
biasa. Kita membagi D menjadi segiempat-segiempat kecil, menghampiri momen inersia
masing-masing segiempat bagian terhadap sumbu –x dan mengambil limit jumlah pada
saat banyaknya segiempat bagian menjadi besar. Hasilnya adalah momen inersia lamina
terhadap sumbu –x :




Secara serupa, momen inersia terhadap sumbu –y adalah
Untuk suatu sistem n partikel pada suatu bidang
                            yangbermassa m1, m2,…..,mn dan yang berjarak r1, r2,….,rn
                            dari garis L, makamomen inersia sistem itu terhadap L
                            didefinisikan sebagai:




Dengan kata lain kita tambahkan momen – momen inersia dari setiap partikel. Sekarang
kita perhatikan lamina dengan kerapatan           yang mencakup suatu daerah S dari
bidang xy. Jika kita partisikan S, aproksimasi momen inersia tiap keping Rk, tambahkan
dan ambil limit maka rumus momen inersia lamina terhadap sumbu – sumbu x,y dan z
dinyatakan dengan:




Perhatikan masalah penggantian suatu sistem massa umum yang massa totalnya m oleh
sebuah titik tunggal bermassa m dengan momen inersia I yang sama terhadap suatu garis
L, sehingga didapat rumus sebagai berikut :
Sebuah jari-jari perputaran (radius of gyration) dari suatu sistem. Jadi energi kinetik dari
sistem yang berputar mengelilingi L dengan kecepatan sudut adalah :




Contoh :
1. Tentukan momen inersia terhadap sumbu x, y dan z untuk lamina dengan kerapatan
               yang dibatasi oleh sumbu x, garis x = 8 dan kurva
Penyelesaian




                   S



           Material tak homogen

Penyelesaian :




2. Diketahui kurva          dari x = 0 sampai x = 1, hitunglah momen inersia terhadap
   sumbu x, y dan z dengan kerapatan = xy.
   Penyelesaian :

   Kita peroleh dM = xy dydx. Jarak dari dM ke sumbu x adalah y (Lihat gambar).
   Demikian pula, jarak dM ke sumbu y adalah x. Jarak dM ke sumbu -z (sumbu z tegak
   lurus kertas pada gambar) adalah
Elemen dari suatu luasan, seperti metode integral lipat dA = dy dx. Karena kerapatan = xy,
   massa elemen adalah dM = xy dy dx. Maka ketiga momen inersia terhadap ketiga sumbu
   koordinat :




5. KESIMPULAN

 Integral lipat dua merupakan integral dari fungsi dengan dua peubah , dengan batasan
  bahwa fungsi dua peubah tersebut terdefinisi pada suatu daerah tertutup di R2.
 Untuk menghitung integral lipat dua dapat digunakan integral berulang yang ditulis
  dalam bentuk :
                                                         b   y   f2 ( y)
            f ( x, y )dA            f ( x, y )dxdy                   f ( x, y ) dx dy
        R                       R                        a   y   f1 ( y )

            f ( x, y ) dA       f ( x, y ) dydx      b   y   f 2 ( y)

        R                   R                                     f ( x, y ) dy dx
                                                     a   y   f1 ( y )
 Besaran pada gerak rotasi yang analog dengan massa pada gerak translasi dikenal dengan
  momen inersia(I). Momen inersia (moment of inertia) dari partikel bermassa m terhadap
  sumbu yang diberikan didefinisikan sebagai mr2 , dengan r adalah jarak deri partikel ke
  sumbu.

 Rumus momen inersia lamina terhadap sumbu – sumbu x, y dan z dinyatakan dengan:




6. DAFTAR PUSTAKA

    http://ocw.mit.edu/terms. MIT18_02SC notes_23. Diakses tanggal
           01/29/2011 : 03.37 pm
    http://id.wikipedia.wiki/org/integral-lipat-dua Diakses tanggal 01/29/2011
   Purcell, Verberg, Rigdon. 2004. Kalkulus Edisi Kedelapan Jilid 2.
         Jakarta : Erlangga
   Stewart, James. 2003. Kalkulus Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta : Erlangga
   Umar, Efrizon. 2007. Fisika dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganeca

More Related Content

What's hot

kunci jawaban grup
kunci jawaban grupkunci jawaban grup
kunci jawaban grupchikarahayu
 
Fungsi pecah fungsi rasional
Fungsi pecah  fungsi rasional Fungsi pecah  fungsi rasional
Fungsi pecah fungsi rasional Ig Fandy Jayanto
 
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebihTuruna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebihMono Manullang
 
Paraboloida - Geometri Analitik Ruang
Paraboloida - Geometri Analitik RuangParaboloida - Geometri Analitik Ruang
Paraboloida - Geometri Analitik RuangMuhammadFirzha1
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupKabhi Na Kehna
 
Pertemuan 9 transformasi koordinat
Pertemuan 9   transformasi koordinatPertemuan 9   transformasi koordinat
Pertemuan 9 transformasi koordinatSenat Mahasiswa STIS
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapagus_budiarto
 
PD orde2 Tak Homogen 2
PD orde2 Tak Homogen 2PD orde2 Tak Homogen 2
PD orde2 Tak Homogen 2unesa
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Dyas Arientiyya
 
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Kelinci Coklat
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Arvina Frida Karela
 

What's hot (20)

Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
 
kunci jawaban grup
kunci jawaban grupkunci jawaban grup
kunci jawaban grup
 
Fungsi pecah fungsi rasional
Fungsi pecah  fungsi rasional Fungsi pecah  fungsi rasional
Fungsi pecah fungsi rasional
 
Turunan
TurunanTurunan
Turunan
 
Integral Garis
Integral GarisIntegral Garis
Integral Garis
 
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebihTuruna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebih
 
Analisis real
Analisis realAnalisis real
Analisis real
 
1 Bilangan Kompleks
1 Bilangan Kompleks1 Bilangan Kompleks
1 Bilangan Kompleks
 
Paraboloida - Geometri Analitik Ruang
Paraboloida - Geometri Analitik RuangParaboloida - Geometri Analitik Ruang
Paraboloida - Geometri Analitik Ruang
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
 
Pertemuan 9 transformasi koordinat
Pertemuan 9   transformasi koordinatPertemuan 9   transformasi koordinat
Pertemuan 9 transformasi koordinat
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkap
 
PD orde2 Tak Homogen 2
PD orde2 Tak Homogen 2PD orde2 Tak Homogen 2
PD orde2 Tak Homogen 2
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
 
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
 
Basis dan Dimensi
Basis dan DimensiBasis dan Dimensi
Basis dan Dimensi
 
Calculus 2 pertemuan 1
Calculus 2 pertemuan 1Calculus 2 pertemuan 1
Calculus 2 pertemuan 1
 

Similar to MOMEN INERSIA

Similar to MOMEN INERSIA (20)

Makalah kpb ii
Makalah kpb iiMakalah kpb ii
Makalah kpb ii
 
1.5-Integral_Lipat_.pptx
1.5-Integral_Lipat_.pptx1.5-Integral_Lipat_.pptx
1.5-Integral_Lipat_.pptx
 
Ppt materi kpb bab 11
Ppt materi kpb bab 11Ppt materi kpb bab 11
Ppt materi kpb bab 11
 
Integral Permukaan
Integral PermukaanIntegral Permukaan
Integral Permukaan
 
Kpb ii kel3
Kpb ii kel3Kpb ii kel3
Kpb ii kel3
 
Kalkulus diferensial
Kalkulus diferensialKalkulus diferensial
Kalkulus diferensial
 
Kalkulus
Kalkulus Kalkulus
Kalkulus
 
Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 
INTEGRAL
INTEGRALINTEGRAL
INTEGRAL
 
integral.pptx
integral.pptxintegral.pptx
integral.pptx
 
Tegangan
TeganganTegangan
Tegangan
 
Kalkulus 2
Kalkulus 2Kalkulus 2
Kalkulus 2
 
Bab 5 integral
Bab 5 integralBab 5 integral
Bab 5 integral
 
Bab 4-aplikasi-integral-tertentu
Bab 4-aplikasi-integral-tertentuBab 4-aplikasi-integral-tertentu
Bab 4-aplikasi-integral-tertentu
 
Materi integral
Materi integralMateri integral
Materi integral
 
Diferensial Parsial
Diferensial ParsialDiferensial Parsial
Diferensial Parsial
 
Geometri analitik bidang lingkaran
Geometri analitik bidang  lingkaran Geometri analitik bidang  lingkaran
Geometri analitik bidang lingkaran
 
Sma kelas xii ipa sem 1(menghitung luas daerah) kd1.3
Sma kelas xii ipa sem 1(menghitung luas daerah) kd1.3Sma kelas xii ipa sem 1(menghitung luas daerah) kd1.3
Sma kelas xii ipa sem 1(menghitung luas daerah) kd1.3
 
Smakelasxiiipasem1menghitungluasdaerahkd1 3-120524233015-phpapp01
Smakelasxiiipasem1menghitungluasdaerahkd1 3-120524233015-phpapp01Smakelasxiiipasem1menghitungluasdaerahkd1 3-120524233015-phpapp01
Smakelasxiiipasem1menghitungluasdaerahkd1 3-120524233015-phpapp01
 
Sma kelas xii ipa sem 1(menghitung luas daerah) kd1.3
Sma kelas xii ipa sem 1(menghitung luas daerah) kd1.3Sma kelas xii ipa sem 1(menghitung luas daerah) kd1.3
Sma kelas xii ipa sem 1(menghitung luas daerah) kd1.3
 

Recently uploaded

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 

Recently uploaded (20)

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 

MOMEN INERSIA

  • 1. INTEGRAL LIPAT DUA DAN PENERAPAN FISISNYA PADA PERHITUNGAN MOMEN INERSIA Rachmawati1) 1) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK In this papers, generally of speaking will discussion about definition of double integrals and form the application as used in of the physical property in case of moment of inertia and as well as the some examples.. This papers will discussion and showing how to make arrangements for integrals in calculation the moment of inertia, in particular of double integrals. Keyword : integral, integral lipat dua, moment of inertia. 1. PENDAHULUAN Usaha pemecahan tentang luas telah menuju ke pendefinisian integral tentu. Dalam berbagai cara yang sama, sekarang kita mencoba mencari volume benda pejal dan dalam prosesnya kita sampai pada definisi integral lipat dua. Telaah kembali tentang materi dasar yang berkenaan dengan integral tentu dari fungsi peubah tunggal. Jika f(x) didefinisikan sebagai a , artinya kita membagi selang menjadi menjadi n selang bagian berlebar sama x = (b - a)/n dan kita pilih titik-titik sampel x, dalam selang bagian ini. Kemudian kita bentuk jumlah Riemann: Dan mengambil limit jumlah tersebut seraya n untuk mendapatkan integral tentu f dari a ke b :
  • 2. Dalam kasus khusus dengan 0, jumlah Riemann dapat ditafsirkan sebagai jumlah luas segiempat penghampir dalam gambar di bawah dan menyatakan luas daerah di bawah kurva y = f(x) dari a ke b. 2. INTEGRAL LIPAT DUA Dalam cara yang serupa, kita tinjau fungsi dua peubah f yang didefinisikan pada segiempat tertutup. Untuk integral lipat dua dari fungsi dengan dua peubah pembatasannya adalah bahwa fungsi dua peubah tersebut terdefinisi pada suatu daerah tertutup di R2. Yang dimaksud daerah tertutup disini adalah daerah beserta dengan batas- batasnya. Apabila dikatakan daerah, maka yang dimaksud adalah daerah tertutup. Kita tinjau fungsi dua peubah f yang didefinisikan pada segiempat tertutup. Misalkan fungsi z = f(x,y) didefinisikan pada suatu daerah tertutup R di bidang xoy. Dan mula-mula kita misalkan f(x, y) 0. Grafik f adalah permukaan dengan persamaan . Misalkan S adalah benda pejal yang terletak di atas R dan di bawah grafik f, yakni: (Lihat gambar di samping) tujuan kita adalah mencari volume S. Langkah pertama adalah membagi segiempat R menjadi beberapa bagian. Kita lakukan ini dengan membagi selang menjadi m selang bagian berlebar sama dan dengan membagi menjadi n selang bagian berlebar sama .
  • 3. Dengan menarik garis-garis sejajar terhadap sumbu koordinat melalui titik ujung selang bagian dalam bentuk segiempat bagian. = masing- masing dengan luas Jika kita pilih salah satu titik sampel dalam masing- masing maka kita dapat menghampiri bagian S yang terletak di atas masing- masing menggunakan kotak segiempat tipis (atau kolom) dengan alas dan tinggi . Maka voleme kotak adalah tinggi kotak kali luas segiempat alas : = Dapat dilihat maka untuk semua segiempat jika ditambahkan volume kotak yang berkaitan , maka volume total S hampir diperoleh. Intuisi kita memberitahu bahwa hampiran yang diberikan menjadi lebih baik begitu m dan n menjadi lebih besar, sehingga diharapkan menjadi : Jika maka volume V dari benda pejal yang terletak di atas segiempat R dan di bawah permukaan adalah
  • 4.  Sifat - sifat Int egralLipat Dua : 1. f ( x, y ) g ( x, y ) dA f ( x, y )dA g ( x, y )dA R R R 2. cf ( x, y )dA c f ( x, y )dA , dengan c konst ant a. R R 3. Jika f ( x, y ) g ( x, y ) unt uk ( x, y ) R, maka f ( x,y)dA g ( x, y )dA R R Untuk menghitung integral lipat dua dapat digunakan integral berulang yang ditulis dalam bentuk : b y f2 ( y) f ( x, y )dA f ( x, y )dxdy f ( x, y ) dx dy a. R R a y f1 ( y ) dimana integral yang ada dalam kurung harus dihitung terlebih dahulu dengan menganggap variable y konstanta, kemudian hasilnya diintegral kembali terhadap y. b y f 2 ( y) f ( x, y ) dA f ( x, y ) dydx f ( x, y ) dy dx b. R R a y f1 ( y ) dimana integral yang ada dalam kurung harus dihitung terlebih dahulu dengan menganggap variable x konstanta, kemudian hasilnya diintegral kembali terhadap x. Jika integral lipat dua di atas ada, maka (a) dan (b) secara umum akan memberikan hasil yang sama. Contoh : 1. Hitung luas daerah yang dibatasi oleh x + y = 2 dan 2y = x + y Penyelesaian : 2 2- y 2 2- y A dA dxdy x dt R 0 2y - 4 0 2y - 4 2 2 (2 y 2y 4) dy (6 3 y ) dy 0 0 2 3 2 (6y - y ) (12 6) 6 2 0
  • 5. 2. Tentukan volume V suatu benda padat di bawah permukaan dan di atas persegi panjang Penyelesaian : 3. Carilah volume benda pejal yang terletak di bawah paraboloid dan di atas daerah D di bidang –xy yang dibatasi oleh garis y = 2x serta parabola y = x2. Penyelesaian : Karena itu, volume di bawah dan di atas D adalah 4. PENERAPAN INTEGRAL LIPAT DUA PADA MOMEN INERSIA Pada saat mempelajari hukum Newton, diketahui bahwa ukuran kelembaban benda pada gerak translasi adalah massa. Perhatikan pergerakan planet pada porosnya. Planet-planet terus berputar pada sumbunya tanpa berhenti akan selalu mempertahankan keadaan untuk terus berotasi. Dengan demikian, pada gerak rotasi dikenal istilah kelembaban.
  • 6. Besaran pada gerak rotasi yang analog dengan massa pada gerak translasi dikenal dengan momen inersia(I). Perbedaan nilai antara massa dan momen inersia adalah besar massa suatu benda hanya bergantung pada kandungan zat dalam benda tersebut, sedangkan besar momen inersia tidak hanya bergantung pada jumlah zat tetapi juga dipengaruhi oleh bagaimana zat tersebut terdistribusi pada benda tersebut. Materi tentang energi kinetik (kinetic energy), dari sebuah partikel dengan massa m dan kecepatan v yang bergerak dalam sebuah garis lurus dirumuskan dengan : Jika sebagai pengganti bergerak sepanjang suatu garis lurus,partikel berputar terhadap suatu sumbu dengan suatu kecepatan sudut (angular velocity) sebesar , maka kecepatan liniernya adalah v = r , dengan r merupakan radius lintasan yang berbentuk lingkaran. Ketika disubtitusikan ke persamaan energi kinetik, maka: Maka, dari sebuah pertikel yang berputar dapat dituliskan: Momen inersia (moment of inertia) dari partikel bermassa m terhadap sumbu didefinisikan sebagai mr2 , dengan r adalah jarak deri partikel ke sumbu. Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa momen inersia dari benda dalam gerak berputar memiliki peranan yang serupa dengan massa benda dalam gerak linear. Kita perluas konsep ini terhadap lamina dengan fungsi kerapatan dan menempati daerah D denagn cara melanjutkan prosesnya seperti yang kita lakukan pada mmomen biasa. Kita membagi D menjadi segiempat-segiempat kecil, menghampiri momen inersia masing-masing segiempat bagian terhadap sumbu –x dan mengambil limit jumlah pada saat banyaknya segiempat bagian menjadi besar. Hasilnya adalah momen inersia lamina terhadap sumbu –x : Secara serupa, momen inersia terhadap sumbu –y adalah
  • 7. Untuk suatu sistem n partikel pada suatu bidang yangbermassa m1, m2,…..,mn dan yang berjarak r1, r2,….,rn dari garis L, makamomen inersia sistem itu terhadap L didefinisikan sebagai: Dengan kata lain kita tambahkan momen – momen inersia dari setiap partikel. Sekarang kita perhatikan lamina dengan kerapatan yang mencakup suatu daerah S dari bidang xy. Jika kita partisikan S, aproksimasi momen inersia tiap keping Rk, tambahkan dan ambil limit maka rumus momen inersia lamina terhadap sumbu – sumbu x,y dan z dinyatakan dengan: Perhatikan masalah penggantian suatu sistem massa umum yang massa totalnya m oleh sebuah titik tunggal bermassa m dengan momen inersia I yang sama terhadap suatu garis L, sehingga didapat rumus sebagai berikut :
  • 8. Sebuah jari-jari perputaran (radius of gyration) dari suatu sistem. Jadi energi kinetik dari sistem yang berputar mengelilingi L dengan kecepatan sudut adalah : Contoh : 1. Tentukan momen inersia terhadap sumbu x, y dan z untuk lamina dengan kerapatan yang dibatasi oleh sumbu x, garis x = 8 dan kurva Penyelesaian S Material tak homogen Penyelesaian : 2. Diketahui kurva dari x = 0 sampai x = 1, hitunglah momen inersia terhadap sumbu x, y dan z dengan kerapatan = xy. Penyelesaian : Kita peroleh dM = xy dydx. Jarak dari dM ke sumbu x adalah y (Lihat gambar). Demikian pula, jarak dM ke sumbu y adalah x. Jarak dM ke sumbu -z (sumbu z tegak lurus kertas pada gambar) adalah
  • 9. Elemen dari suatu luasan, seperti metode integral lipat dA = dy dx. Karena kerapatan = xy, massa elemen adalah dM = xy dy dx. Maka ketiga momen inersia terhadap ketiga sumbu koordinat : 5. KESIMPULAN  Integral lipat dua merupakan integral dari fungsi dengan dua peubah , dengan batasan bahwa fungsi dua peubah tersebut terdefinisi pada suatu daerah tertutup di R2.  Untuk menghitung integral lipat dua dapat digunakan integral berulang yang ditulis dalam bentuk : b y f2 ( y) f ( x, y )dA f ( x, y )dxdy f ( x, y ) dx dy R R a y f1 ( y ) f ( x, y ) dA f ( x, y ) dydx b y f 2 ( y) R R f ( x, y ) dy dx a y f1 ( y )
  • 10.  Besaran pada gerak rotasi yang analog dengan massa pada gerak translasi dikenal dengan momen inersia(I). Momen inersia (moment of inertia) dari partikel bermassa m terhadap sumbu yang diberikan didefinisikan sebagai mr2 , dengan r adalah jarak deri partikel ke sumbu.  Rumus momen inersia lamina terhadap sumbu – sumbu x, y dan z dinyatakan dengan: 6. DAFTAR PUSTAKA http://ocw.mit.edu/terms. MIT18_02SC notes_23. Diakses tanggal 01/29/2011 : 03.37 pm http://id.wikipedia.wiki/org/integral-lipat-dua Diakses tanggal 01/29/2011 Purcell, Verberg, Rigdon. 2004. Kalkulus Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta : Erlangga Stewart, James. 2003. Kalkulus Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta : Erlangga Umar, Efrizon. 2007. Fisika dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganeca