Dokumen tersebut membahas tentang Manual Material Handling (MMH) yang didefinisikan sebagai kegiatan pengangkatan, penurunan, mendorong, menarik, mengangkut, dan memindahkan barang yang dilakukan dengan tangan. Dibahas pula batasan angkat secara biomekanika dan pengukuran keluhan muskuloskeletal."
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
MMH dan Biomekanika
1. BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manual Material Handling (MMH)
U.S Department of Labor mendefinisikan Manual Material Handling (MMH) sebagai
kegiatan meraih, memegang, menggenggam, memutar, atau pekerjaan lainnya yang
menggunakan tangan, selain itu National Institute of Occupational Safety and Health
mendefinisikannya sebagai suatu aktivitas dengan menggunakan pergerakan tangan pekerja
untuk mengangkat, mengisi, mengosongkan, meletakkan atau membawa.
Manual Material Handling (MMH) adalah suatu kegiatan transportasi yang dilakukan oleh
satu pekerja atau lebih dengan melakukan kegiatan pengangkatan, penurunan, mendorong,
menarik, mengangkut, dan memindahkan barang. Selama ini pengertian MMH hanya sebatas
pada kegiatan lifting dan lowering yang melihat aspek kekuatan vertical. Padahal kegiatan MMH
tidak terbatas pada kegiatan tersebut diatas, masih ada kegiatan pushing dan pulling di dalam
kegiatan MMH. Kegiatan MMH yang sering dilakukan oleh pekerja di dalam industri antara lain:
1. Kegiatan Pengangkatan Benda (Lifting Task)
2. Kegiatan Pengantaran Benda (Caryying Task)
3. Kegiatan Mendorong Benda (Pushing Task)
4. Kegiatan Menarik Benda (Pulling Task)
Pemindahan Material
Secara Tekins Beberapa pemindahan material secara teknis dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Memindahkan beban yang berat dari mesin ke mesin yang telah dirancang dengan
menggunakan roller (ban berjalan).
b. Menggunakan meja yang dapat digerakkan naik-turun untuk menjaga agar bagian permukaan
dari meja kerja dapat langsung dipakai untuk memasukkan lembaran logam ataupun benda
kerja lainnya kedalam mesin.
c. Menempatkan benda kerja yang besar pada permukaan yang lebih tinggi dan menurunkan
dengan bantuan gaya grafitasi.
2. d. Menggunakan peralatan yang mengangkat, misalnya, pada ujung belakang truk untuk
memudahkan pengangkatan material, dengan demikian tidak diperlukan lagi alat angkat
(crane).
e. Merancang Overhead Monorail dan Hoist diutamakan yang menggunakan power (tenaga)
baik untuk gerakan vertikal maupun horisontal.
f. Mendesain kotak (tempat benda kerja) dengan disertai handle yang ergonomis sehingga
mudah pada waktu mengangkat.
g. Mengatur peletakan fasilitas sehingga semakin memudahkan metodologi angkat benda pada
ketinggian permukaan pinggang.
2.2 Biomekanika
Menurut Wignjosoebroto dkk (2012) biomekanika umum adalah bagian dari biomenika yang
mengenai hokum-hukum dasar yang dapat mempengaruhi tubuh manusia baik dalam kondisi
diam ataupun bergerak. Biostatik adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya melakukan
analisis pada bagian tubuh dalam keadaan diam ataupun bergerak pada suatu garis lurus dengan
kecepatan yang seragam. Biodinamik adalah bagian dari biomekanika umum yang berkaitan
dengan gesekan-gesekan tubuh dan tanpa mempertimbangkan gaya-gaya yang terjadi dan gaya
yang timbul akibat gaya dari dalam tubuh. Occupational biomechanics adalah bagian dari
mekanika terapan yang mempelajari antar interaksi pekerja dengan fisik, mesin, peralatan, dan
material yang bertujuan untuk meminimalkan keluhan pada sistem kerangka otot.
2.3 Batasan Angkat Secara Biomekanika
Batasan angkat biomekanika adalah analisa biomekanika tentang rentang
postur atau posisi aktivitas kerja, ukuran badan dan ukuran manusia. Kriteria keselamatan
adalah berdasarkan bebantekan(compression load)pada intervertebral disc antara lumbar nomor
lima dan sacrum nomor satu (L5/S1). National Institute of Occupational Safety and Health
(NIOSH) Amerika Serikat merekomendasikan batasan angkat sebagai berikut :
1. Batasan gaya angkat maksimum yang diijinkan (the maximum permissible limit) adalah
berdasarkan gaya tekan sebesar 6500 Newton pada L5/S1.
2. Batasan gaya angkat normal (the action limit) adalah berdasarkan gaya tekan sebesar 3500
Newton pada L5/S1.
3. Batasan gaya angkat normal ditentukan melalui rumus :
AL(kg) = 40 (15/H) (1-0,004/V-75/) (0,7+7,5/D) (1-F/Fmax)
Dimana :
H = Posisi horizontal (cm), arah titik tengah antara mata kaki pada tempat
V = Posisi vertikal (cm) pada tempat asal sebelum beban diangkat
D = Jarak angkat vertikal (cm) antara tempat asal dan tujuan dari aktivitas angkat tersebut.
Fmax = Frekuensi maksimum yang dapat dilaksanakan
2.4 Keluhan muskuloskeletal
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh
seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban
statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa
kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya
disebut dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem
muskuloskeletal (Grandjean, 1993). Tarwaka dkk (2004) menyebutkan secara garis besar
keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima
beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan
dihentikan.
b. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun
pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.
Pengukuran Musculoskeletal disorder (MSD)
Pengukuran terhadap tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal sangat sulit karena
mengakibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi
kelelahan. Waters Anderson (1996) dalam Tarwaka 1985 melakukan pengukuran dengan metode
analitik dan metode lain adalah menggunakan nordic body map.
a. Metode Analitik
Metode analitik dilakukan berdasarkan rekomendasi NIOSH tentang estimasi kemungkinan
terjadinya peregangan otot yang berlebihan (over axertion) atas dasar karakteristik
4. pekerjaan. Hal ini dilakukan dengan melakukan perhitungan Recomended Weight Limit
(RWL) dan Lifting Index (LI). [Waters Anderson (1996) dalam Tarwaka 1984]. RWL
merupakan rekomendasi batas beban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan
cedera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu
yang lama. RWL ini ditetapkan oleh NIOSH pada tahun 1991 oleh Amerika Serikat.
Sedangkan NIOSH mempunyai standart pada pengangkatan beban untuk meminimasi
cedara pada saat melakukan pekerjaan, persamaan NIOSH yang dipakai adalah :
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Lifting Index adalah estimasi sederhana terhadap resiko cedera tulang belakang yang
diakibatkan oleh over exertion. Berdasarkan berat beban dan nilai recommended weight limit
(RWL), dapat ditentukan besarnya lifting index dengan rumus : Li = Berat Badan/RWL
b. Nordic Body Map Nordic body map merupakan metode yang dilakukan dengan menganalisa
peta tubuh. Melalui nordic body map dapat diketahui bagianbagian otot yang mengalami
keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai tingkat
yang sangat sakit. (Tarwaka, 1985). Dengan melihat dan menganalisa peta tubuh (nordic
body map) akan dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh
pekerja. Metode ini dilakukan dengan memberikan penilaian subjektif pada pekerja.
2.5 Momen Gaya
Dengan mendefinisikan jenis pekerjaan dan postur tubuh didalam melakukan pekerjaan
tersebut, dapat dihitung besarnya gaya dan momen yang terjadi setiap link dan sendi melalui
analisa mekanik. Baik pada saat tubuh dalam posisi diam maupun pada saat bergerak. Hukum
keseimbangan momen menyatakan bahwa penjumlahan aljabar momen-momen dari semua gaya
yang bekerja pada suatu benda dalam keadaan kesetimbangan status adalah sama dengan nol.
Modul sederhana garis punggung bawah (low-back) yang diteliti oleh Chaffin (1973) untuk
analisis terhadap angkat koplanar statis ditunjukkan oleh gambar model sederhana dari punggung
bawah (low-back) yang diteliti oleh Chaffin.
Selanjutnya dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip dasar mekanika diatas dapat dilakukan
analisa biomekanika pada berbagai segmen tubuh manusia dengan memandang tubuh sebagai
sistem multilink, maka hasil perhitungan gaya dan momen suatu link akan dipengaruhi link
5. sebelumnya dan akan mempengaruhi link selanjutnya. Oleh sebab itu link terakhir (link kaki)
akan menahan beban yang berasal dari berat seluruh link. Sebelumnya baik beban aksternal
maupun beban link itu sendiri.
𝐹𝑀 =
𝑏𝑤 + ℎ𝑊 − 𝐷𝐹𝐴
𝐸
2.6 Beban Kerja
Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut
pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang
terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut.
Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat
berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja
psikologis dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu
dengan individu lainnya (Manuaba, 2000).
Menurut Hart dan Staveland dalam Tarwaka (2015), bahwa beban kerja merupakan sesuatu
yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan
sebagai tempat kerja, ketrampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban kerja kadang-
kadang juga dapat didefinisikan secara operasional pada berbagai faktor seperti tuntutan tugas
atau upaya-upaya Universitas Sumatera Utara yang dilakukan untuk melakukan pekerjaan. Oleh
karena itu, tidak hanya mempertimbangkan beban kerja dari satu aspek saja, selama faktor-faktor
yang lain mempunyai interelasi pada cara-cara yang komplek.
2.7 Fisik dan Mental
Secara garis besar kegiatan-kegiatan manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik dan kerja
mental. Pemisahan ini tidak dapat dilakukan secara sempurna, karena terdapatnya hubungan yang
erat antar satu dengan lainnya. Kerja mental merupakan kerja yang melibatkan proses berpikir
dari otak kita. Pekerjaan ini mengakibatkan kelelahan mental bila intensitas kerja ini relative
tinggi. Sedangkan kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai
sumber tenanganya. Dalam kerja fisik, konsumsi energy merupakan factor utama yang dijadikan
tolak ukur penentu berat atau ringannya suatu pekerjaan.
Dalam hal penentuan konsumsi energi biasanya digunakan parameter indeks ini merupakan
perbedaan antar kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut
jantung pada saat istirahat. Hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung dari konsumsi
6. energi adalah Y = 1,80411 – 0,0229038 X + 4,7173 . 10^(–4) . X^2 . Setelah besaran denyut
jantung disetarakan didapatkan dengan bentuk matematis sebagai KE = Et – Ei.
2.8