SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa 
1st May 2012 
budaya suku kaili 
BAB I 
PENDAHULUAN 
Negara Republik Indonesia dikenal dengan negara kepulauaan yang terbentang milai dari sabang 
(di bagian paling barat) hingga merauke (di bagian paling timur). Karenanya macam-macam suku bangsa di 
indonesia, memperkaya khasanah nusantara dengan keragaman budaya dan adat istiadat suku bangsa 
tersebut. 
Salah satu contoh suku dari bermacam-macam suku di indonesia adalah suku kaili. Suku Kaili 
adalah suku bangsa [http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa] di Indonesia [http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia] 
yang secara turun-temurun tersebar mendiami sebagian besar dari Provinsi Sulawesi Tengah 
[http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah] , khususnya wilayah Kabupaten Donggala 
[http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Donggala] , Kabupaten Sigi [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sigi] , dan 
Kota Palu [http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palu] , di seluruh daerah di lembah antara Gunung Gawalise 
[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Gawalise&action=edit&redlink=1] , Gunung Nokilalaki 
[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Nokilalaki&action=edit&redlink=1] , Kulawi, dan Gunung 
Raranggonau [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Raranggonau&action=edit&redlink=1] . Mereka juga 
menghuni wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, meliputi Kabupaten Parigi-Moutong 
[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabupaten_Parigi-Moutong&action=edit&redlink=1] , Kabupaten Tojo-Una 
Una [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabupaten_Tojo-Una_Una&action=edit&redlink=1] dan Kabupaten 
Poso [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Poso] . Masyarakat suku Kaili mendiami kampung/desa di Teluk 
Tomini yaitu Tinombo,Moutong,Parigi, Sausu, Ampana, Tojo dan Una Una, sedang di Kabupaten Poso 
mereka mendiami daerah Mapane, Uekuli dan pesisir Pantai Poso. 
Sama halnya dengan suku-suku lain di indonesia bahwa suku kaili mempunyai budaya dan adat 
istiadat yang masih berlaku. Mulai adat istiadat dari saat dia masih di dalam kandungan sampai adat istiadat 
ketika mereka meninggal. salah satu contohnya adalah pada kehamilan anak pertama dan kandungan 
berumur 7 bulan maka adat istiiadat di suku kaili akan diadakan upacara selamatan kandungan atau sering 
disebut dengan No jemparaka manu (memisah-misahkan bagian dari pada daging ayam) atau bisa disebut 
mantale (membuat sesajian). Tujuan dari upacara ini adalah dimaksudkan agar kelahiran sang bayi dapat 
berlangsung dengan selamat tanpa cacat jasmani dan rohani, serta keselamatan ibu yang akan melahirkan, 
dan juga agar ibu terhindar dari gangguan-gangguan rate. 
Dengan banyaknya budaya dan adat istiadat yang terdapat di suku kaili maka kami penulis ingin 
mengetahui lebih lanjut tentang budaya dan adat istiadat dari suku kaili itu sediri yang masih berhubungan 
dengan kesehatan dan dapat sebagai perbandingan antara suku kaili dengan budaya pada masa sekarang 
baik pada masa kehamilan sampai pengobatan bagi ibu hamil yang sakit 
http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 1/15
10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa 
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Suku Kaili 
Suku Kaili adalah suku bangsa [http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa] di Indonesia 
[http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia] yang secara turun-temurun tersebar mendiami sebagian besar 
dari Provinsi Sulawesi Tengah [http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah] , khususnya wilayah 
Kabupaten Donggala [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Donggala] , Kabupaten Sigi 
[http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sigi] , dan Kota Palu [http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palu] , di 
seluruh daerah di lembah antara Gunung Gawalise [http://id.wikipedia.org/w/index.php? 
title=Gunung_Gawalise&action=edit&redlink=1] , Gunung Nokilalaki [http://id.wikipedia.org/w/index.php? 
title=Gunung_Nokilalaki&action=edit&redlink=1] , Kulawi, dan Gunung Raranggonau 
[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Raranggonau&action=edit&redlink=1] . Mereka juga 
menghuni wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, meliputi Kabupaten Parigi-Moutong 
[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabupaten_Parigi-Moutong&action=edit&redlink=1] , Kabupaten 
Tojo-Una Una [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabupaten_Tojo-Una_Una&action=edit&redlink=1] 
dan Kabupaten Poso [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Poso] . Masyarakat suku Kaili mendiami 
kampung/desa di Teluk Tsomini yaitu Tinombo,Moutong,Parigi, Sausu, Ampana, Tojo dan Una Una, 
sedang di Kabupaten Poso mereka mendiami daerah Mapane, Uekuli dan pesisir Pantai Poso. 
Untuk menyatakan "orang Kaili" disebut dalam bahasa Kaili dengan menggunakan prefix 
"To" yaitu To Kaili. 
Ada beberapa pendapat yang mengemukakan etimologi dari kata Kaili, salah satunya 
menyebutkan bahwa kata yang menjadi nama suku Kaili ini berasal dari nama pohon dan buah Kaili 
yang umumnya tumbuh di hutan-hutan dikawasan daerah ini, terutama di tepi Sungai Palu 
[http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Palu] dan Teluk Palu [http://id.wikipedia.org/w/index.php? 
title=Teluk_Palu&action=edit&redlink=1] . Pada zaman dulu, tepi pantai Teluk Palu letaknya menjorok 
l.k. 34 km dari letak pantai sekarang, yaitu di Kampung Bangga. Sebagai buktinya, di daerah Bobo 
sampai ke Bangga banyak ditemukan karang dan rerumputan pantai/laut. Bahkan di sana ada 
sebuah sumur yang airnya pasang pada saat air di laut sedang pasang demikian juga akan surut 
http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 2/15
10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa 
pada saat air laut surut. 
Menurut cerita (tutura), dahulu kala, di tepi pantai dekat Kampung Bangga tumbuh sebatang 
pohon kaili yang tumbuh menjulang tinggi. Pohon ini menjadi arah atau panduan bagi pelaut atau 
nelayan yang memasuki Teluk Palu untuk menuju pelabuhan pada saat itu, Bangga. 
Suku Kaili mengenal lebih dari dua puluh bahasa [http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa] yang 
masih hidup dan dipergunakan dalam percakapan sehari-hari. Uniknya, di antara kampung yang 
hanya berjarak 2 km kita bisa menemukan bahasa yg berbeda satu dengan lainnya. Namun 
demikian, suku Kaili memiliki lingua franca [http://id.wikipedia.org/wiki/Lingua_franca] , yang dikenal 
sebagai bahasa Ledo. Kata "Ledo" ini berarti "tidak". Bahasa Ledo ini dapat digunakan 
berkomunikasi dengan bahasa-bahasa Kaili lainnya. Bahasa Ledo yang asli (belum dipengaruhi 
bahasa para pendatang) masih ditemukan di sekitar Raranggonau dan Tompu. Sementara, bahasa 
Ledo yang dipakai di daerah kota Palu, Biromaru, dan sekitarnya sudah terasimilasi dan 
terkontaminasi dengan beberapa bahasa para pendatang terutama bahasa Bugis 
[http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Bugis] dan bahasa Melayu [http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayu] . 
Bahasa-bahasa yang masih dipergunakan dalam percakapan sehari-hari, yaitu bahasa Tara 
(Talise,Lasoani,Kavatuna dan Parigi), bahasa Rai (Tavaili sampai ke Tompe), bahasa Doi 
(Pantoloan dan Kayumalue); bahasa Unde (Ganti,Banawa,Loli,Dalaka, Limboro,Tovale dan 
Kabonga), bahasa Ado (Sibalaya, Sibovi,Pandere, bahasa Edo (Pakuli,Tuva), bahasa Ija (Bora, 
Vatunonju), bahsa Da'a (Jono'oge), bahasa Moma (Kulavi), dan bahasa Bare'e (Tojo, Unauna dan 
Poso). Semua kata dasar bahasa tersebut berarti "tidak". 
Mata pencaharian utama masyarakat Kili adalah bercocok tanam disawah,diladang dan 
menanam kelapa. Disamping itu masyarakat suku Kaili yang tinggal didataran tinggi mereka juga 
mengambil hasil bumi dihutan seperti rotan,damar dan kemiri, dan beternak. Sedang masyarakat 
suku Kaili yang dipesisir pantai disamping bertani dan berkebun, mereka juga hidup sebagai nelayan 
dan berdagang antar pulau ke kalimantan. 
Makanan asli suku Kaili pada umumnya adalah nasi, karena sebagian besar tanah dataran 
dilembah Palu, Parigi sampai ke Poso merupakan daerah persawahan. Kadang pada musim 
paceklik masyarakat menanam jagung, sehingga sering juga mereka memakan nasi dari beras 
jagung (campuran beras dan jagung giling). 
Alat pertanian suku Kaili diantaranya : pajeko (bajak), salaga (sisir), pomanggi (cangkul), 
pandoli(linggis), Taono(parang); alat penangkap ikan diantaranya: panambe, meka, rompo, jala dan 
tagau. 
Pemerintahan pada masa dahulu, sudah dikenal adanya struktur organisasi pemerintahan di 
dalam suatu Kerajaan (KAGAUA) dikenal adanya MAGAU (Raja), MADIKA MALOLO (Raja Muda). 
Didalam penyelenggaraan pemerintahan Magau dibantu oleh LIBU NU MARADIKA (Dewan 
Pemerintahan Kerajaan) yang terdiri dari: MADIKA MATUA (Ketua Dewan Kerajaan/Perdana 
Menteri) bersama PUNGGAWA (Pengawas Pelaksana Adat/ Urusan Dalam Negeri), GALARA 
(Hakim Adat), PABICARA (Juru Bicara), TADULAKO (Urusan Keamanan/ Panglima Perang) dan 
SABANDARA (Bendahara dan Urusan Pelabuhan). 
Disamping dewan Libu nu Maradika, juga ada LIBU NTO DEYA (Dewan Permusyawaratan 
Rakyat) yang merupakan perwakilan Rakyat berbentuk KOTA PITUNGGOTA (Dewan yg Mewakili 
Tujuh Penjuru Wilayah) atau KOTA PATANGGOTA (Dewan yg Mewakili Empat Penjuru Wilayah). 
Bentuk Kota Pitunggota atau Kota Patanggota berdasarkan luasnya wilayah kerajaan yang memiliki 
banyaknya perwakilan Soki (kampung)dari beberapa penjuru. Ketua Kota Pitunggota atau Kota 
Patanggota disebut BALIGAU. 
Strata sosial masyarakat Kaili dahulu mengenal adanya beberapa tingkatan yaitu 
http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 3/15
10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa 
MADIKA/MARADIKA, (golongan keturunan raja atau bangsawan),TOTUA NUNGATA (golongan 
keturunan tokoh-tokoh masyarakat), TO DEA (golongan masyarakat biasa), dan BATUA (golongan 
hamba/budak). 
Pada zaman sebelum penjajahan Belanda, daerah Tanah Kaili mempunyai beberapa raja-raja 
yang masing2 menguasai daerah kekuasaanya, seperti Banawa, Palu, Tavaili, Parigi, Sigi dan 
Kulavi. Raja-raja tersebut mempunyai pertalian kekeluargaan serta tali perkawinan antara satu 
dengan lainnya, dengan maksud untuk mencegah pertempuran antara satu dengan lainnya serta 
mempererat kekerabatan. 
Pada saat Belanda masuk kedaerah Tanah Kaili, Belanda mencoba mengadu domba antara 
raja yang satu dengan raja lainnya agar mempermudah Belanda menguasai seluruh daerah 
kerajaan di Tanah kaili. Tetapi sebagian besar daripada raja-raja tersebut melakukan perlawanan 
terhadap tentara Belanda, mereka bertempur dan tidak bersedia dijajah Belanda. 
Tetapi dengan kelicikan Belanda setelah mendapat bala bantuan dari Jawa akhirnya 
beberapa raja berhasil ditaklukan, bahkan ada diantaranya yang ditangkap dan ditawan oleh 
Belanda kemudian dibuang ke Pulau Jawa.Beberapa alat senjata perang yang digunakan oleh suku 
Kaili diantaranya : Guma (sejenis parang), Pasatimpo (sejenis keris), Toko (tombak), Kanjai (tombak 
trisula), Kaliavo (perisai). 
[http://1.bp.blogspot.com/-JkTAPKpB0FU/TVuF-l7zo8I/AAAAAAAAAG8/iQhAZtS10SA/s1600/kaili.jpg] 
B. Kondisi Sosial Suku Kaili 
Masyarakat Sulawesi Tengah juga mengembangkan suatu nilai yang dapat 
menunjukkan kesetiakawanan atau solidaritas dengan sesamanya, yaitu nilai gotong royong 
(nolunu). Nilai hidup ini merupakan realisasi kebersamaan mereka dalam menghadapi suatu 
kerja, yang manifestasinya dapat terlihat dalam segala aktivitas hidup sehari-hari, seperti bantu-membantu 
dalam suatu pekerjaan besar yang membutuhkan banyak tenaga kerja, memberi 
pertolongan kepada keluarga yang sedang dirundung musibah, serta kegiatan-kegiatan lainnya 
yang akan lebih cepat terselesaikan jika dikerjakan bersama-sama. 
Demikian pula masyarakat Sulawesi Tengah mengembangkan sopan santun dalam tata 
cara pergaulan yang menentukan bagaimana orang seharusnya bersikap terhadap sesamanya 
dalam kehidupan bermasyarakat. Adat sangat membatasi dan mengatur pergaulan muda-mudi. 
Mereka tidak dibenarkan bertemu berduaan tanpa didampingi seorang tua, karena itu 
perkawinan diatur oleh orangtua dari kedua belah pihak yang bersangkutan. Jika adat ini 
dilanggar, maka yang melanggar akan dikenai denda adat (nigivu) dengan memberikan 
sejumlah hewan tergantung dari besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan. 
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan seseorang yang dianggap dapat merugikan orang 
lain juga diatur oleh adat yang berlaku dalam masyarakat. Biasanya pelaku pelanggaran adat 
akan dikenakan denda adat atau sanksi social lainnya, seperti menjadi bahan pembicaraan 
atau ejekan masyarakat, dikucilkan dari masyarakatnya, diusir dari lingkungan tempat 
tinggalnya, bahkan terjadi pembunuhan sebagai tindakan balas dendam, atau bentuk-bentuk 
denda dan sanksi lainnya. Sebagai contoh, seorang wanita dengan sengaja sampai pada 
perbuatan melanggar susila (pelanggaran yang dilakukan disebut salah kana), maka pelakunya 
bisa saja dibunuh oleh keluarga pihak wanita yang diganggu. Kalau pembunuhan tidak sampai 
http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 4/15
10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa 
terjadi, pelanggar akan dikenakan denda seperti yang telah ditentukan oleh adat. 
Selain itu adat juga menetapkan beberapa larangan, seperti seorang laki-laki tidak 
boleh dengan sengaja melihat perempuan yang sedang mandi, salah berbicara sehingga 
menyebabkan orang lain tersinggung, seorang wanita tidak boleh menerima laki-laki lain jika 
suaminya sedang tidak berada di rumah, dan lain-lain. Pendidikan budi pekerti ditanamkan 
dalam diri individu sejak dia masih berusia anak-anak, dan biasanya dilakukan oleh orangtua 
sesudah makan malam. 
Demikian pula dalam masyarakat dikembangkan sopan santun dalam hubungan 
kekerabatan, misalnya bagaimana harus bersikap, berkata-kata dan bertindak terhadap 
orangtua atau mereka yang lebih tua usianya dalam kehidupan sehari-hari. Pada umumnya 
mereka yang tergolong muda harus bersikap sopan dan hormat kepada golongan yang lebih 
tua usianya, serta mereka yang berasal dari golongan yang lebih tinggi status social dan 
kedudukannya dalam masyarakatnya. Sebaliknya golongan tua harus dapat bersikap hati-hati 
dalam memberikan contoh yang baik untuk diteladani oleh para generasi muda. 
Pendidikan moral ditanamkan di dalam lingkungan keluarga secara ketat. Yang paling 
berperan dalam masalah pendidikan anak-anak adalah ibu. Oleh sebab itu anak-anak, baik laki-laki 
maupun perempuan, lebih dekat hubungannya kepada ibu daripada ayah mereka. 
Orang Kaili pada masa lalu mengenal beberapa lapisan sosial, seperti golongan raja 
dan turunannya (madika), golongan bangsawan (to guru nukapa), golongan orang kebanyakan 
(to dea), golongan budak (batua). Selain itu mereka juga memandang tinggi golongan social 
berdasarkan keberanian (katamang galaia), keahlian (kavalia), kekayaan (kasugia), kedudukan 
(kadudua) dan usia (tetua). 
Pada masyarakat Sulawesi Tengah dikenal sistem kepemimpinan formal, dan informal. 
Kepemimpinan formal dalam desa di daerah Sulawesi Tengah dikepalai oleh seorang kepala 
desa. Kepala desa ini dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh sekretaris desa, kepala 
urusan-urusan dan kepala dusun. Kemudian kepemimpinan secara informal diketuai oleh 
kepala adat dan anggota adat lainnya (tokoh-tokoh adat), pemuka-pemuka agama (para ulama, 
imam dan pembantu-pembantunya), dan organisisasi social kemasyarakatan seperti organisasi 
pemuda, organisasi wanita, dan sebagainya. 
C. Pengertian Budaya dan Budaya pada Suku Kaili 
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah 
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya adalah suatu pola hidup 
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan 
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial 
manusia. 
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat 
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, 
merupakan bagian tak terpisahkan dari ukdiri manusia sehingga banyak orang cenderung 
menganggapnya diwariskan secara genetis.Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan 
orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan 
bahwa budaya itu dipelajari. 
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang 
dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya Budaya juga suatu perangkat rumit nilai-nilai yang 
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri. 
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk 
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain. 
http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 5/15
10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa 
Budaya kaili Sebagaimana suku-suku lainnya diwilayah persada Nusantara, Suku Kaili juga 
mempunyai adat istiadat sebagai bagian kekayaan budaya di dalam kehidupan sosial, memiliki 
Hukum Adat sebagai aturan dan norma yang harus dipatuhi, serta mempunyai aturan sanksi dalam 
hukum adat. 
Penyelenggaraan upacara adat biasanya dilaksanakan pada saat pesta perkawinan (no- 
Rano, no-Raego, kesenian berpantun muda/i),pada upacara kematian (no- 
Vaino,menuturkan kebaikan orang yg meninggal), pada upacara panen (no-Vunja, penyerahan 
sesaji kepada Dewa Kesuburan), dan upacara penyembuhan penyakit (no-Balia, memasukkan ruh 
untuk mengobati orang yg sakit); pada masa sebelum masuknya agama Islam dan Kristen, upacara-upacara 
adat seperti ini masih dilakuan dengan mantera-mantera yang mengandung animisme. 
Setelah masuknya agama Islam dan Kristen, pesta perkawinan dan kematian sudah 
disesuaikan antara upacara adat setempat dengan upacara menurut agama penganutnya. Demikian 
juga upacara yang mengikuti ajaran Islam seperti: Khitan (Posuna), Khatam (Popatama) dan gunting 
rambut bayi usia 40 hari (Niore ritoya), penyelenggaraannya berdasarkan ajaran agama Islam. 
Beberapa instrumen musik yang dikenal dalam kesenian suku Kaili antara lain : Kakula 
(disebut juga gulintang,sejenis gamelan pentatonis),Lalove (serunai), nggeso-nggeso (rebab 
berdawai dua), gimba (gendang), gamba-gamba (gamelan datar/kecil), goo(gong), suli (suling). 
Salahsatu kerajinan masyarakat suku Kaili adalah menenun sarung. Ini merupakan kegiatan 
para wanita didaerah Wani,Tavaili, Palu, Tipo dan Donggala. Sarung tenun ini dalam bahasa Kaili 
disebut Buya Sabe tetapi oleh masyarakat umum sekarang dikenal dengan Sarung Donggala. Jenis 
Buya Sabe inipun mempunyai nama-nama tersendiri berdasarkan motif tenunannya, seperti Bomba, 
Subi atau Kumbaja. Demikian juga sebutan warna sarung Donggala didasarkan pada warna 
alam,seperti warna Sesempalola / kembang terong (ungu), Lei-Kangaro/merah betet (merah-jingga), 
Lei-pompanga (merah ludah sirih). 
Didaerah Kulawi masih ditemukan adanya pembuatan bahan pakaian yang diproses dari 
kulit kayu yang disebut Katevu. Pakaian dari kulit Kayu Katevu ini sebagian besar dipakai oleh para 
wanita dalam bentuk rok dan baju adat. Sebelum masuknya agama ke Tanah Kaili, masyarakat suku 
Kaili masih menganut animisme, pemujaan kepada roh nenek moyang dan dewa sang Pencipta 
(Tomanuru), dewa Kesuburan (Buke/Buriro)dan dewa Penyembuhan (Tampilangi). 
Agama Islam masuk ke Tanah kaili, setelah datangnya seorang Ulama Islam, keturunan 
Datuk/Raja yang berasal dari Minangkabau bernama Abdul Raqi. Ia beserta pengikutnya datang ke 
Tanah Kaili setelah bertahun-tahun bermukim belajar agama di Mekkah. Di Tanah kaili, Abdul Raqi 
dikenal dengan nama Dato Karama (Datuk Keramat), karena masyarakat sering melihat 
kemampuan beliau yang berada diluar kemampuan manusia pada umumnya. Makam Dato Karama 
sekarang merupakan salah satu cagar budaya yang dibawah pengawasan Pemerinta Daerah. 
Hubungan kekerabatan masyarakat suku Kaili sangat nampak kerjasama pada kegiatan-kegiatan 
pesta adat, kematian, perkawinan dan kegiatan bertani yang disebut SINTUVU 
(kebersamaan/gotong royong). 
D. Kehamilan 
Asal-Usul 
Kesehatan bayi dalam kandungan harus selalu dijaga. Salah satu cara agar bayi dalam 
kandungan senantiasa sehat adalah dengan menjaga kesehatan si ibu yang mengandung si bayi. 
Sebelum dikenal adanya dokter yang mampu memeriksa dan mengobati seorang ibu yang sedang 
hamil, masyarakat tradisional mempunyai cara khusus untuk mengupayakan kesehatan si ibu yang 
sedang mengandung. Salah satu suku di Indonesia yang mempunyai cara khusus untuk 
http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 6/15
10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa 
menyembuhkan seorang ibu hamil yang sedang sakit adalah Suku Kaili yang berada di Sulawesi 
Tengah, Indonesia. 
Upacara selamatan kandungan pada masa hamil pertama (Nolama Tai) 
Upacara ini adalah upacara selamatan kandungan pada kehamilan anak yang pertama 
apabila kandungan berusia 7 bulan. Upacara ini sering dinamakan No jemparaka manu (memisah-misahkan 
bagian daripada daging ayam) atau biasa disebut mantale (membuat sesajian). Nama-nama 
itu ditonjolkan sesuai dengan penonjolan dari bagian upacara ini yaitu memenggal bagian 
daging ayam untuk upacara sebagai sesajian utama dalam upacara Nolama Tai. Upacara ini bagi 
masyarakat Kaili berbeda kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan kedudukan sosial seseorang 
atau Vati seseorang dalam masyarakat. 
Maksud Penyelengaraan Upacara 
Tujuan upacara ini adalah dimaksudkan agar kelahiran sang bayi dapat berlangsung dengan 
selamat tanpa cacat jasmani dan rohani, serta keselamatan ibu yang akan melahirkan, dan juga 
agar ibu terhindar dari gangguan-gangguan rate. 
Dari mantera-mantera sando (dukun) diketahui bahwa tujuan upacara ini adalah agar anak 
yang lahir kelak tidak tuli, kudisan, bodoh, nakal, penyakitan, dan sebagainya. Menurut kepercayaan 
masyarakat Kaili bahwa leluhur mereka yang disebut rate selalu mengganggu dan menjadi sebab 
berbagai penyakit tersebut di atas, dan bagi bayi dalam kandungan apabila upacara diabaikan. 
Waktu Penyelenggaraan Upacara 
Upacara ini dilakukan pada siang hari sebelum matahari condong ke barat. Hal ini sebagai 
suatu simbol bahwa bayi yang akan lahir kelak memiliki sumber kekuatan dan tenaga serta murah 
rezeki. Usia kandungan yang diupacarakan berkisar antara 7 sampai 9 bulan dan pantang untuk 
bulan ke 8 karena dianggap bulan yang kurang baik. Penetapan waktu ditetapkan dengan seksama 
melalu ilmu Kotika dengan cara menghitung hari bulan di langit yang dianggap sebagai hari baik dan 
disepakati oleh dua belah pihak orang tua suami istri dan sando. 
Tempat Penyelenggaraan Upacara 
Upacara diselenggarakan di rumah dan tempat-tempat tertentu yang dianggap berkaitan 
dengan kekuatan magis religius, atau tempat yang dianggap dikuasai oleh kekuatan roh halus dan 
dihuni oleh rate di dalam dan di luar rumah. Di dalam rumah upacara ini dilaksanakan di beranda 
depan, yaitu di depan pintu rumah (tambale), sedangkan kalau di luar rumah disiapkan tempat 
tertentu sebagai tempat sesajian sesuai kondisi lingkungan desa bersangkutan. 
Penyelenggaran Teknis Upacara 
Upacara ini dipimpin oleh seorang dukun wanita (sando) yang dapat berkomunikasi dengan 
mahluk halus dan telah berusia lanjut. Tidak kurang peranannya ialah orang tua kedua belah pihak 
yang menyediakan korban upacara seperti kambing atau domba bagi keluarga bangsawan dan 
ayam bagi keluarga biasa. 
Pihak-pihak yang Terlibat dalam Upacara 
Pihak-pihak yang terlibat dalam upacara ini ialah para keluarga dari kedua belah pihak, 
terutama ibu-ibu yang sudah berusia lanjut. Selain itu juga yang berturut hadir mengikuti jalannya 
upacara tersebut ialah sanak keluarga dan tetangga yang bekerja mensukseskan pesta adat 
tersebut, khususnya di kalangan keluarga bangsawan. Sebab di ini ada pesta makan dengan 
menyembelih 2 ekor kambing sebagai sumbangan dari kedua orang tua suami istri. Bagi pihak 
suami wajib menyumbang kambing/domba jantan, sedangkan keluarga istri wajib menyumbang 
kambing/domba betina. 
http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 7/15
10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa 
Persiapan dan Perlengkapan Upacara 
Nolama bagi keluarga bangsawan umumnya mengadakan undangan pesta makan dari 
keluarga kedua belah pihak dan para tetangga. Bagi keluarga biasa, upacaranya sangat sederhana, 
masing-masing seekor ayam jantan sumbangan pihak laki-laki dan ayam betina sebagai sumbangan 
pihak istri. Di samping persiapan-persiapan hewan tersebut juga dipersiapkan perlengkapan upacara 
puncak, yaitu mantale njaka (upacara sesajian) dari sejumlah bahan makanan dan bahan-bahan 
perlengkapan adat lainnya. 
Materi-materi yang dipersiapkan di sini ialah punti jaka (pisang rebus), koluku nikou (kelapa 
parut), marisa nete (lombok kecil), hati kerbau yang sudah dibakar (sate), nasi masak, dan darah 
kambing/ayam yang disembelih. 
Benda-benda adat lainnya ialah sabala mesa (1 lembar sarung tenunan zaman dulu), 
samata doke (satu mata tombak), somata tinggora (satu mata tombak yang berakit), tatalu suraya 
ada (tiga piring adat), tatalu tubu (tiga buah mangkok), sang dula (satu dulang tempat penyimpanan 
barang-barang tersebut di atas). 
Jalannya Upacara 
Dalam upacara nolama bagi keluarga bangsawan, pertama ialah mengadakan undangan 
(pegaga), yaitu suatu undangan dengan jalan mengundang langsung dari rumah ke rumah jauh 
sebelum upacara diadakan. Bila telah tiba hari yang ditentukan, undangan-undangan dijemput 
kembali (neala) dari rumah ke rumah. Kegiatan ini disebut peonggotaka (suatu penghormatan dari 
keluarga yang berpesta) kepada orang tua adat. 
Pada hari upacara diadakan penyembelihan kambing/domba yang disembelih tersebut 
dibakar/dipanggang di atas api (nilambu), sehingga seluruh bulu-bulunya habis terbakar. Maksudnya 
agar kulitnya dapat diproses menjadi bahan makanan. Sebelum dagingnya dipotong-potong hatinya 
diambil lebih dahulu yang biasa disebut nompesule (mengambil hati) dan langsung ditusuk dan 
dibakar sebagai bahan sesajian atau nilanjamaka (dijadikan sesajian). 
Selesai dipotong-potong, paha kanan dari domba/kambing tersebut digantung di depan pintu 
untuk bagian dukun. Di samping memproses daging-daging untuk dimasak, diadakanlah upacara 
nantalenjaka (upacara sesajian) di depan pintu rumah sebelum para undangan hadir. 
Seluruh perlengkapan sesajian yang disebutkan di atas telah siap tersaji, dikeliling oleh ibu 
hamil dan ibu-ibu yang telah lanjut usia, sebagai peserta upacara inti tersebut. Dukun mulai nogane 
(mengucapkan mantera/sastra suci) dan duduk berhadapan dengan ibu hamil yang diupacarakan. 
Isi manteri antara lain meminta keselamatan/perlindungan kepada rate; arwah nenek moyang yang 
sudah meninggal disebut rate njae dan yang baru meninggal disebut rate vou. Maksudnya agar ibu 
tidak mengalami kesukaran pada waktu melahirkan. 
Disamping membaca mantera tersebut dukun mengipas-ngipaskan daun kelapa (pucuk 
kelapa muda) kepada ibu hamil dengan isyarat melemparkan keluar jendela atau pintu. Maksudnya 
agar penyakit yang mennggagu dari sebab pengaruh rate tersebut dapat hilang atau keluar. Ada 
pula adat yang menggunakan banja mpagana (mayang pinang) yang disapukan di atas kepala ibu 
(tidak menggunakan pucuk kelapa muda). 
Ada pula vati yang mengadakan upacara nolenggai tai, yang dianggap masyarakat Kaili 
sebagai adat Orang Bugis (vati ntobugi), yang pada umumnya dilaksanakan dikalangan keluarga 
bangsawan. Nolenga Tai (menggoyang-goyangkan) perut ini dilaksanakan oleh seorang dukun yang 
ahli. Cara pelaksanaannya ialah ibu hamil tadi tidur terlentang di atas 7 lapis sarung/kain, lalu dukun 
mengangkat kain tersebut satu persatu pada bagian belakangnya, sehingga perut perangkat dan 
digoyangkan selama tujuh kali. Maksudnya ialah agar posisi anak dalam kandungan menjadi baik, 
dan ibu tidak merasakan sakit pada bagian belakangnya. Di kalangan keluarga biasa hal ini kurang 
http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 8/15
10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa 
dilaksanakan. 
Selesai acara tersebut dukun dan peserta upacara tersebut makan sebagian dari makanan 
sesajian tersebut, dan sebagian lagi dari makanan tersebut dibawa keluar rumah untuk sesajian di 
tempat tertentu baik yang sengaja dibuat dan atau di alam bebas seperti di pohon-pohon kayu 
besar, di tepi sungai, dan sebagainya yang diantar sendiri oleh dukun upacara ini yang disebut 
nompaura. 
Sebagai acara penutup, dukun membuat/mempersiapkan tuvu mbuli. Tuvu mbuli berarti 
hidup berkembang biak dalam satu rumpun. Suatu simbol kehidupan yang ideal, yaitu dalam 
suasana dingin dan berketurunan banyak (Tuvu = hidup, Mbuli = standar). 
Tuvu Mbuli tersebut tidak lain sebuali gelas/mangkok yang diisi air dan dedaunan yang 
melambangkan 2 hal tersebut, yaitu daun siranindi (setawar dingin) sebagai lambang ketenangan 
dan ketahanan hidup dari tantangan hidup, serta tava kodombuku, semacam pohon yang tahan 
hidup di musim kemarau, mudah berkembang biak dan akarnya lama usianya. 
Selesai upacara tersebut dan setelah undangan hadir seluruhnya, maka diadakanlah pesta 
makan. Dengan demikian selesai upacara Nolama tersebut. 
Pengobatan Ibu Hamil 
Upacara Novero (upacara pengobatan apabila sang ibu yang hamil kurang sehat) 
Upacara ini dapat juga dilaksanakan bagi ibu yang tidak hamil, namun ada perbedaan-perbedaan 
yang tidak berarti. 
Maksud Penyelenggaraan Upacara 
Novero (mengobati penyakit) atau moragi ose (memberi warna warni beras) bertujuan untuk 
menyembuhkan ibu hamil dari penyakit yang dideritanya karena nilindo nuviata (diganggu mahluk 
halus). 
Waktu Penyelenggaraan Upacara 
Upacara ini sering dilaksanakan serentak dengan upacara nolama, yaitu bila ibu hamil 
kelihatannya kurang sehat. Perbedaannya ialah nolama lebih dekat kepada pemujaan arwah nenek 
moyang, sedangkan novero lebih berorientasi kepada mahluk-mahluk halus yang dianggap jahat. 
Tempat Penyelenggaraan Upacara 
Tempat upacara diadakan di luar rumah, di tempat yang dipercayai sebagai tempat hunian 
mahluk halus, seperti di tepi sungai, tepi pantai, di pohon-polion besar, dan sebagainya. Dan di sini 
pula dibuat suampela, sebuah tempat penyimpangan sesajian yang dibuat dari kayu bertiang tiga. 
Pada bagian atas dibuat sebuah anyaman dari ranting kayu atau bambu tempat sesajian itu 
disimpan, dan kulili (kayu yang dibuat seperti model parang, yang diberi warna belang hitam putih). 
Ketiganya (suampela, kulili, dan berbagai jenis makanan) merupakan perlengkapan upacara novero 
tersebut termasuk ose ragi (beras yang telah diberi warna-warni) seperti disebutkan di atas. 
Penyelenggara Teknis Upacara 
Yang berperan dalam upacara ini ialah seorang dukun wanita sejak awal sampai dengan 
upacara ini selesai. Pihak-pihak lain yang terlibat terbatas dalam lingkungan keluarga terdekat saja, 
yang mempersiapkan perlengkapan upacara adat lainnya. 
Persiapan dan Perlengkapan Upacara 
Perlengkapan-perlengkapan selain yang telah disebutkan di atas ialah membuat pekaolu 
nuvayo (tempat berlindungnya bayangan), maksudnya tempat roh kita berlindung bila mendapat 
gangguan mahluk halus. Juga perlengkapan yang disebut toge, yang dibuat semacam janur dari 
daun kelapa seperti bentuk tombak, kepala kuda yang berkepala dua dan berkepala sebelah dan 
http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 9/15
10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa 
lain-lain. Pada bagian bawah janur tersebut bersusun 4-5 dan yang terakhir inilah yang disebut 
pekaolu nuvayo. Perlengkapan lainnya ialah tuvu mbuli seperti yang telah disebutkan terdahulu. 
Di dalam rumah disiapkan mbara-mbara (barang perhiasan/pakaian adat) yaitu vuya 
(sarung), baju, dan bulava (emas). Ketiganya disimpan di atas dula palangga (dulang berkaki). 
Jalannya Upacara 
Membuat persiapan-persiapan seperti yang telah disebutkan di atas, yang dilaksanakan 
bersama dukun dan keluarga di rumah ibu yang hamil, termasuk moragi ose (memberi macam 
warna beras sesajian). 
Mengambil banja mpangana (mayang pinang) lalu direndam dalam air 3 malam dicampur 
dengan daun-daun yang wangi seperti bunga mbalu, daun pandang, tamadi, tulasi, dan sebagainya. 
Baru ose ragi tersebut dibungkus dengan kain putih, disimpan di tiang tengah rumah di mana ibu 
hamil itu akan tidur di dekat barang-barang tersebut. 
Tiap bangun pagi selama tiga hari ibu hamil makan makanan yang disiapkan dalam bambu 
dengan sebiji telur rebus dan mencuci muka dengan air yang disiapkan dan diberi bahan-bahan 
yang wangi tersebut. 
Kegiatan selanjutnya ialah membuat suampela tempat sesajian itu disimpan, melalui suatu 
cara-cara tertentu dan dengan gane-gane (mantera). Pada ketiga diadakan upacara mandi bagi ibu 
hamil tersebut dengan air wangi yang direndam dengan daun-daun wangi tersebut di atas. Seusai 
mandi sebatang mayang pinang yang belum berkembang, dipecahkan di atas kepala. Benda 
tersebut dianggap memberikan kekuatan untuk tubuh, sambil memecahkan sebatang mayang 
pinang yang masih belum berkembang tersebut, dukun berkata : "niratamo sumangana dako ripue 
ngayu, ripue ntana" (sudah diketemukan kembali semangatnya dari penghuni pohon kayu dan 
penghuni bumi). 
Selanjutnya adalah nantau (membawa turun) seluruh bahan-bahan perlengkapan tersebut di 
atas ke tanah dan ke tempat upacara di mana suampela tersebut dibuat. Di tempat sesajian itu 
dukun nogane memanggil arwah dan roh-roh halus dan berkata : "Seimo konisa miu, tavala miu, 
toge ante kalili miu. Aku mompatolo yanu (si anu), bekaka maimo vayona, rapakalompemo yanu" 
(Telah kupersembahkan kepadamu makanan, tombak, toge, kulili. Aku menolong si Anu (menyebut 
nama). Berikan kepadanya kembali sumber kekuatan hidup, sembuhkanlah ia dari penyakit). 
Selanjutnya diadakan acara noronde (dialog dukun dengan orang-orang yang ada dalam 
rumah). Dialog tersebut terjadi sebagai berikut: 
Dukun : "Nolompemo yanu!!" (Si Anu sudah sembuh). Orang di rumah menjawab : "Yo 
nalompemo" (Ya sudah), eva apu nitulaka uve (seperti api kena air), eva kuni niboli toila (seperti 
kunyit diberi kapur). Dukun naik ke rumah sambil berkata kepada ibu hamil: "niratakumo vayo miu, 
naialaku riviata, rikarampua, rirate njae, rirate vou" (saya sudah menemukan sumber kekuatan hidup 
yang hilang dari viata (setan/jembalang) dari para dewa dan roh-roh nenek moyang yang telah lama 
dan baru meninggal). 
Acara terahir ialah noave ose niragi, bila ibu telah melahirkan dengan selamat, maka ose 
niragi (beras 4 warna) yang disebutkan di atas valas suji (semacam rakit kecil). Noave (mengalirkan) 
barang tersebut mengandung arti nompakatu (mengirimkan sesajian) tersebut kepada pue ntasi 
(penghuni laut) diiringi pula dengan mantera-mantera yang isinya minta segera ibu hamil yang sakit 
segera sembuh, dan karena penyakit sudah terbawa ke laut, pergi bersama penyakit. 
Dengan selesainya acara ini, selesailah upacara novero tersebut bagi seorang ibu hamil 
yang kurang sehat. 
Pantangan-pantangan yang Dihindari 
Dalam upacara adat nolama, hampir tidak ada pantangan yang berarti, tetapi selama ibu 
http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 10/15
10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa 
hamil dijumpai sejumlah pantangan-pantangan. Pantangan tersebut tidak saja berlaku untuk sang 
ibu yang hamil, tetapi juga berlaku bagi sang suami. Pantangan-pantangan bagi ibu hamil tersebut 
antara lain: 
a) Duduk di muka pintu atau pada anak tangga (mungkin suatu upaya preventif). 
b) Pantang minum air terlalu banyak karena bila melahirkan terlalu banyak air dan atau beranak 
kembar. 
c) Pantang makan gula merah atau tebu serta nenas karena dapat membuat perut sakit. 
d) Pantang mencela, mengejek orang-orang yang cacat jasmani karena dapat melahirkan bayi 
yang cacat. 
e) Pantang mengurai rambut pada sore hari karena dapat di ganggu mahluk halus. 
f) Pantang makan ikan cumi-eumi karena dapat melahirkan bayi dalam bentuk cumi-cumi dan 
sebagainya. 
g) Pantang duduk di sembarang tempat. 
h) Tidak boleh kikir (nemo masina), agar sifat/watak anaknya tidak seperti itu. 
i) Tidak boleh menggulung handuk di leher (moveve handuri tambolo), agar bayi bakal lahir tidak 
tercekik pada bagian lehernya. 
j) Tidak boleh melicinkan tempurung (mo gau bobo/banga), agar rambut anak tidak akan botak. 
k) Pantang mandi pada sore hari, dapat membuat kelamin bengkok karena ilirasi pue nu tive 
(disetubuli oleh hantu penghuni air) atau mandi dipagi buta karena bayi kedinginan dan lahir 
dalam keadaan lemah 
Pantangan bagi sang suami adalah: 
a) Menyembelih atau membunuh binatang karena dapat mengakibatkan bayi nantolu moro 
(kemarahan) 
b) Pantang memakai celana bila istri dalam keadaan melahirkan 
c) Pantang menginjak papan penutup liang lahat (dindi ngari) sebab dapat membuat bayi lahir 
dalam keadaan lemah. 
Lambang-Lambang atau Makna yang Terkandung dalam Unsur-unsur Upacara 
Dari uraian-uraian terdahulu telah disebut kan beberapa jenis perlengkapan upacara adat 
yang merupakan simbol tertentu dalam upacara tersebut, baik dalam bentuk nama, sifat, ataupun 
keadaan benda itu. 
Tuvu mbuli adalah tumbuh-tumbuhan yang melambangkan sifat dan keadaan benda yang 
diidentifikasikan dengan kebabahagiaan rumpun keluarga, yaitu siranindi (daun si tawar dingin), 
sebagai simbol agar anak yang bakal lahir tetap tenang dan berpikiran dingin serta jernih sekalipun 
dalam suasana penuh tantangan. Sifat tumbuh-tumbuhan tersebut tahan hidup dalam keadaan 
musim kemarau. 
Suatu lambang dari suatu kehidupan yang tidak pernah susah. Kadombuku adalah 
semacam tumbuh-tumbuhan yang selain tahan musim kemarau juga berkembang biak melalui akar. 
Suatu simbol perkembangbiakan yang begitu cepat tanpa mengalami kesulitan. 
Tinggora dan doke adalah simbol dari kekuatan/keberanian sebagai sifat dari sebuah besi 
dan senjata (tombak) melambangkan agar anak keras kemauan, kuat, dan berani. Piring adat 
adalah simbol kesejahteraan dan kecukupan pangan. Kain mesa adalah kain adat tenunan dari 
Sulawesi Selatan adalah simbol kebangsawanan seseorang yang diupacarakan. 
Dula palangga (dulang berkaki) adalah salah satu perlengkapan upacara di mana benda-benda 
tersebut di atas diletakkan, adalah lambang dari simbol status seseorang bangsawan. 
Nilai-nilai 
http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 11/15
10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa 
Jika diamati secara seksama, pelaksanaan upacara Novero oleh masyarakat suku Kaili 
merupakan bentuk ekpresi dari keyakinananya kepada Yang Gaib, pengharapan dan pemahaman 
terhadap alam sekitar. Adanya keyakinan dalam masyarakat bahwa jika ada perempuan yang hamil 
sakit, maka perempuan tersebut sedang diganggu oleh mahluk halus memunculkan “kesadaran” 
masyarakat untuk melakukan penyikapan secara cepat dan tepat, yaitu dengan mengadakan 
upacara Novero. Upacara Novero, dengan demikian, merupakan cara masyarakat suku Kaili untuk 
membujuk dan menaklukkan mahluk halus. Dengan kata lain, pelaksanaan upacara Novero 
merupakan cara masyarakat suku Kaili merespon sebuah fenomena yang didasarkan pada 
pemahaman dan keyakinan mereka. 
Penggunaan peralatan-peralatan upacara yang dipersiapkan secara khusus merupakan 
symbol-simbol yang mengekspresikan pengharapan masyarakat suku Kaili. Misalnya Tuvu mbuli 
digunakan agar keluarga selalu hidup bahagia; siranindi (daun si tawar dingin) digunakan agar anak 
yang akan lahir selalu bersikap tenang dalam menghadapi tantangan; Tinggora dan Doke adalah 
bentuk pengharapan agar anak mempunyai kekuatan, keberanian, dan mempunyai kemauan kuat; 
Piring adat adalah simbol kesejahteraan dan kecukupan pangan; dan Kain Mesa sebagai simbol 
kebangsawanan. 
Penggunaan pantangan-pantangan berkaitan dengan keyakinan yang berlandaskan pada 
pemahaman terhadap berbagai fenomena alam yang terjadi disekitarnya. Keberadaan pantangan 
tersebut merupakan cara masyarakat suku Kaili agar tidak melakukan tindakan-tindakan yang 
kurang baik sehingga mengakibatkan tidak tercapainya tujuan upacara. 
Masyarakat suku Kaili, meyakini bahwa tindakan kurang baik yang dilakukan oleh kedua 
suami dan istri yang sedang mengandung akan berpengaruh secara langsung kepada bayinya. 
Misalnya larangan mencela atau mengejek orang cacat muncul karena ada keyakinan bahwa anak 
yang dikandung akan lahir dalam keadaan cacat. Adanya keyakinan bahwa perbuatan buruk yang 
dilakukan oleh orang tua si bayi akan berdampak buruk kepada si bayi menunjukkan bahwa ada 
proses pensakralan perbuatan-perbuatan yang kurang baik. 
BAB III 
PENUTUP 
A. Kesimpulan 
Suku Kaili adalah suku bangsa [http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa] di Indonesia 
[http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia] yang secara turun-temurun tersebar mendiami sebagian besar 
dari Provinsi Sulawesi Tengah [http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah] , khususnya wilayah 
Kabupaten Donggala [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Donggala] , Kabupaten Sigi 
[http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sigi] , dan Kota Palu [http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palu] , di 
seluruh daerah di lembah antara Gunung Gawalise [http://id.wikipedia.org/w/index.php? 
title=Gunung_Gawalise&action=edit&redlink=1] , Gunung Nokilalaki [http://id.wikipedia.org/w/index.php? 
title=Gunung_Nokilalaki&action=edit&redlink=1] , Kulawi, dan Gunung Raranggonau 
[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Raranggonau&action=edit&redlink=1] . 
http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 12/15
10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa 
Budaya kaili Sebagaimana suku-suku lainnya diwilayah persada Nusantara, Suku Kaili juga 
mempunyai adat istiadat sebagai bagian kekayaan budaya di dalam kehidupan sosial, memiliki 
Hukum Adat sebagai aturan dan norma yang harus dipatuhi, serta mempunyai aturan sanksi dalam 
hukum adat. 
Bagi suku kaili apa bila ada anggota dari sukunya yang hamil maka kehamilan itu harus di 
jaga. Dalam adat istiadat suku kaili apa bila seseorang hamil maka akan diadakan upacara 
selamatan kandungan pada masa hamil pertama (Nolama Tai). Upacara ini apabila kandungan 
berusia 7 bulan. Upacara ini sering dinamakan No jemparaka manu (memisah-misahkan bagian 
daripada daging ayam) atau biasa disebut mantale (membuat sesajian). 
Selain itu ada juga Upacara novero (upacara pengobatan apabila sang ibu yang hamil 
kurang sehat) atau moragi ose adalah suatu upacara pengobatan yang bila ibu hamil kurang sehat 
dan lemah, yang dianggap sebagai gangguan mahluk halus yang jahat. Novero (mengobati 
penyakit) atau moragi ose (memberi warna warni beras) bertujuan untuk menyembuhkan ibu hamil 
dari penyakit yang dideritanya karena nilindo nuviata (diganggu mahluk halus) 
B. Saran 
Di indonesia banyak keragaman budaya dan adat istiadat dari berbagai suku yang tanpa 
disadari sebenarnya itu adalah kekeyaan bagi negara indonesia itu sendiri. Dan budaya dan adat 
istiadat tersebut bisa berkaitan dengan ilmu kesehatan. 
mengambil hal-hal yang positif dari kebudayaan dan adat istiadat tersebut dalam ilmu 
kesehatan. Dan kita sebagai warga indonesia harus selalu menjaga kekayaan budaya dan adat 
istiadat di indonesia ini. 
LAMPIRAN FOTO 
http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 13/15
10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa 
Foto penduduk suku kasili 
Rumah bangsawan peninggalan suku kaili 
Peta atau lokasi suku kaili 
Permainan musik oleh suku kaili 
DAFTAR PUSTAKA 
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kaili [http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kaili] , di akses pada 8 maret 2012 
http://www.google.co.id/search?q=gambar+suku+kaili,diakses [http://www.google.co.id/search? 
q=gambar+suku+kaili,diakses] pada 6 maret 2012 
novero,http://www.disnakerpalu.com/tlp/rubrikview.php? 
id=634&topik=8&hal=1&ss6c5bb6a5161c4889ad86afd0be2b60a7 
[http://www.disnakerpalu.com/tlp/rubrikview.php?id=634&topik=8&hal=1&ss6c5bb6a5161c4889ad86afd0be2b60a7] , di 
akses pada 6 maret 2012 
Diposkan 1st May 2012 oleh mika punya cerita 
0 Tambahkan komentar 
http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 14/15
10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa 
Masukkan komentar Anda... 
Beri komentar sebagai: Google Account 
Publikasikan 
Pratinjau 
http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 15/15

More Related Content

Similar to kailli culturs

PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptx
PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptxPPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptx
PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptxKomingBlank
 
IPS POWERPOINT TENTANG BALI INDONESIA
IPS POWERPOINT TENTANG BALI INDONESIAIPS POWERPOINT TENTANG BALI INDONESIA
IPS POWERPOINT TENTANG BALI INDONESIAAdeliaShafira
 
KAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN KAPUAS HULU
KAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN KAPUAS HULUKAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN KAPUAS HULU
KAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN KAPUAS HULUnataliasusanti
 
Budaya Nasional dan Interaksi global
Budaya Nasional dan Interaksi globalBudaya Nasional dan Interaksi global
Budaya Nasional dan Interaksi globalBolinggo Joyo
 
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
Potret Daerah Provinsi Sulawesi BaratPotret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
Potret Daerah Provinsi Sulawesi BaratFitri Indra Wardhono
 
Keanekaragaman Suku di Indonesia - Suku Bali
Keanekaragaman Suku di Indonesia - Suku BaliKeanekaragaman Suku di Indonesia - Suku Bali
Keanekaragaman Suku di Indonesia - Suku BaliAdinda Dismay
 
Tugas pancasila
Tugas pancasilaTugas pancasila
Tugas pancasilaAdi II
 
My school in this years 2024 for acations
My school in this years 2024 for acationsMy school in this years 2024 for acations
My school in this years 2024 for acationsAlaiqbalChoirul
 
Potensi alam di sulawesi utara
Potensi alam di sulawesi utaraPotensi alam di sulawesi utara
Potensi alam di sulawesi utaraEko Tri Budiyanto
 
Laporan Pasca Presentasi Kelompok 3_Aturan Hak Ulayat Masyarakat Laut dan Pes...
Laporan Pasca Presentasi Kelompok 3_Aturan Hak Ulayat Masyarakat Laut dan Pes...Laporan Pasca Presentasi Kelompok 3_Aturan Hak Ulayat Masyarakat Laut dan Pes...
Laporan Pasca Presentasi Kelompok 3_Aturan Hak Ulayat Masyarakat Laut dan Pes...MuhammadHijaziAidil
 

Similar to kailli culturs (20)

PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptx
PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptxPPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptx
PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptx
 
Suku melayu
Suku melayuSuku melayu
Suku melayu
 
Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"
Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"
Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"
 
Adat dan budaya nusantara
Adat dan budaya nusantaraAdat dan budaya nusantara
Adat dan budaya nusantara
 
Adat dan budaya nusantara
Adat dan budaya nusantaraAdat dan budaya nusantara
Adat dan budaya nusantara
 
IPS POWERPOINT TENTANG BALI INDONESIA
IPS POWERPOINT TENTANG BALI INDONESIAIPS POWERPOINT TENTANG BALI INDONESIA
IPS POWERPOINT TENTANG BALI INDONESIA
 
KAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN KAPUAS HULU
KAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN KAPUAS HULUKAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN KAPUAS HULU
KAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN KAPUAS HULU
 
Budaya Nasional dan Interaksi global
Budaya Nasional dan Interaksi globalBudaya Nasional dan Interaksi global
Budaya Nasional dan Interaksi global
 
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
Potret Daerah Provinsi Sulawesi BaratPotret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
 
Suku_Ende_Lio.pptx
Suku_Ende_Lio.pptxSuku_Ende_Lio.pptx
Suku_Ende_Lio.pptx
 
Keanekaragaman Suku di Indonesia - Suku Bali
Keanekaragaman Suku di Indonesia - Suku BaliKeanekaragaman Suku di Indonesia - Suku Bali
Keanekaragaman Suku di Indonesia - Suku Bali
 
Tugas pancasila
Tugas pancasilaTugas pancasila
Tugas pancasila
 
My school in this years 2024 for acations
My school in this years 2024 for acationsMy school in this years 2024 for acations
My school in this years 2024 for acations
 
Makalah karia
Makalah kariaMakalah karia
Makalah karia
 
Makalah karia
Makalah kariaMakalah karia
Makalah karia
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Karya tulis bali
Karya tulis baliKarya tulis bali
Karya tulis bali
 
Makalah karia
Makalah kariaMakalah karia
Makalah karia
 
Potensi alam di sulawesi utara
Potensi alam di sulawesi utaraPotensi alam di sulawesi utara
Potensi alam di sulawesi utara
 
Laporan Pasca Presentasi Kelompok 3_Aturan Hak Ulayat Masyarakat Laut dan Pes...
Laporan Pasca Presentasi Kelompok 3_Aturan Hak Ulayat Masyarakat Laut dan Pes...Laporan Pasca Presentasi Kelompok 3_Aturan Hak Ulayat Masyarakat Laut dan Pes...
Laporan Pasca Presentasi Kelompok 3_Aturan Hak Ulayat Masyarakat Laut dan Pes...
 

Recently uploaded

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 

Recently uploaded (20)

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 

kailli culturs

  • 1. 10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa 1st May 2012 budaya suku kaili BAB I PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia dikenal dengan negara kepulauaan yang terbentang milai dari sabang (di bagian paling barat) hingga merauke (di bagian paling timur). Karenanya macam-macam suku bangsa di indonesia, memperkaya khasanah nusantara dengan keragaman budaya dan adat istiadat suku bangsa tersebut. Salah satu contoh suku dari bermacam-macam suku di indonesia adalah suku kaili. Suku Kaili adalah suku bangsa [http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa] di Indonesia [http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia] yang secara turun-temurun tersebar mendiami sebagian besar dari Provinsi Sulawesi Tengah [http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah] , khususnya wilayah Kabupaten Donggala [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Donggala] , Kabupaten Sigi [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sigi] , dan Kota Palu [http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palu] , di seluruh daerah di lembah antara Gunung Gawalise [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Gawalise&action=edit&redlink=1] , Gunung Nokilalaki [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Nokilalaki&action=edit&redlink=1] , Kulawi, dan Gunung Raranggonau [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Raranggonau&action=edit&redlink=1] . Mereka juga menghuni wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, meliputi Kabupaten Parigi-Moutong [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabupaten_Parigi-Moutong&action=edit&redlink=1] , Kabupaten Tojo-Una Una [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabupaten_Tojo-Una_Una&action=edit&redlink=1] dan Kabupaten Poso [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Poso] . Masyarakat suku Kaili mendiami kampung/desa di Teluk Tomini yaitu Tinombo,Moutong,Parigi, Sausu, Ampana, Tojo dan Una Una, sedang di Kabupaten Poso mereka mendiami daerah Mapane, Uekuli dan pesisir Pantai Poso. Sama halnya dengan suku-suku lain di indonesia bahwa suku kaili mempunyai budaya dan adat istiadat yang masih berlaku. Mulai adat istiadat dari saat dia masih di dalam kandungan sampai adat istiadat ketika mereka meninggal. salah satu contohnya adalah pada kehamilan anak pertama dan kandungan berumur 7 bulan maka adat istiiadat di suku kaili akan diadakan upacara selamatan kandungan atau sering disebut dengan No jemparaka manu (memisah-misahkan bagian dari pada daging ayam) atau bisa disebut mantale (membuat sesajian). Tujuan dari upacara ini adalah dimaksudkan agar kelahiran sang bayi dapat berlangsung dengan selamat tanpa cacat jasmani dan rohani, serta keselamatan ibu yang akan melahirkan, dan juga agar ibu terhindar dari gangguan-gangguan rate. Dengan banyaknya budaya dan adat istiadat yang terdapat di suku kaili maka kami penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang budaya dan adat istiadat dari suku kaili itu sediri yang masih berhubungan dengan kesehatan dan dapat sebagai perbandingan antara suku kaili dengan budaya pada masa sekarang baik pada masa kehamilan sampai pengobatan bagi ibu hamil yang sakit http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 1/15
  • 2. 10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa BAB II PEMBAHASAN A. Suku Kaili Suku Kaili adalah suku bangsa [http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa] di Indonesia [http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia] yang secara turun-temurun tersebar mendiami sebagian besar dari Provinsi Sulawesi Tengah [http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah] , khususnya wilayah Kabupaten Donggala [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Donggala] , Kabupaten Sigi [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sigi] , dan Kota Palu [http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palu] , di seluruh daerah di lembah antara Gunung Gawalise [http://id.wikipedia.org/w/index.php? title=Gunung_Gawalise&action=edit&redlink=1] , Gunung Nokilalaki [http://id.wikipedia.org/w/index.php? title=Gunung_Nokilalaki&action=edit&redlink=1] , Kulawi, dan Gunung Raranggonau [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Raranggonau&action=edit&redlink=1] . Mereka juga menghuni wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, meliputi Kabupaten Parigi-Moutong [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabupaten_Parigi-Moutong&action=edit&redlink=1] , Kabupaten Tojo-Una Una [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabupaten_Tojo-Una_Una&action=edit&redlink=1] dan Kabupaten Poso [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Poso] . Masyarakat suku Kaili mendiami kampung/desa di Teluk Tsomini yaitu Tinombo,Moutong,Parigi, Sausu, Ampana, Tojo dan Una Una, sedang di Kabupaten Poso mereka mendiami daerah Mapane, Uekuli dan pesisir Pantai Poso. Untuk menyatakan "orang Kaili" disebut dalam bahasa Kaili dengan menggunakan prefix "To" yaitu To Kaili. Ada beberapa pendapat yang mengemukakan etimologi dari kata Kaili, salah satunya menyebutkan bahwa kata yang menjadi nama suku Kaili ini berasal dari nama pohon dan buah Kaili yang umumnya tumbuh di hutan-hutan dikawasan daerah ini, terutama di tepi Sungai Palu [http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Palu] dan Teluk Palu [http://id.wikipedia.org/w/index.php? title=Teluk_Palu&action=edit&redlink=1] . Pada zaman dulu, tepi pantai Teluk Palu letaknya menjorok l.k. 34 km dari letak pantai sekarang, yaitu di Kampung Bangga. Sebagai buktinya, di daerah Bobo sampai ke Bangga banyak ditemukan karang dan rerumputan pantai/laut. Bahkan di sana ada sebuah sumur yang airnya pasang pada saat air di laut sedang pasang demikian juga akan surut http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 2/15
  • 3. 10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa pada saat air laut surut. Menurut cerita (tutura), dahulu kala, di tepi pantai dekat Kampung Bangga tumbuh sebatang pohon kaili yang tumbuh menjulang tinggi. Pohon ini menjadi arah atau panduan bagi pelaut atau nelayan yang memasuki Teluk Palu untuk menuju pelabuhan pada saat itu, Bangga. Suku Kaili mengenal lebih dari dua puluh bahasa [http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa] yang masih hidup dan dipergunakan dalam percakapan sehari-hari. Uniknya, di antara kampung yang hanya berjarak 2 km kita bisa menemukan bahasa yg berbeda satu dengan lainnya. Namun demikian, suku Kaili memiliki lingua franca [http://id.wikipedia.org/wiki/Lingua_franca] , yang dikenal sebagai bahasa Ledo. Kata "Ledo" ini berarti "tidak". Bahasa Ledo ini dapat digunakan berkomunikasi dengan bahasa-bahasa Kaili lainnya. Bahasa Ledo yang asli (belum dipengaruhi bahasa para pendatang) masih ditemukan di sekitar Raranggonau dan Tompu. Sementara, bahasa Ledo yang dipakai di daerah kota Palu, Biromaru, dan sekitarnya sudah terasimilasi dan terkontaminasi dengan beberapa bahasa para pendatang terutama bahasa Bugis [http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Bugis] dan bahasa Melayu [http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayu] . Bahasa-bahasa yang masih dipergunakan dalam percakapan sehari-hari, yaitu bahasa Tara (Talise,Lasoani,Kavatuna dan Parigi), bahasa Rai (Tavaili sampai ke Tompe), bahasa Doi (Pantoloan dan Kayumalue); bahasa Unde (Ganti,Banawa,Loli,Dalaka, Limboro,Tovale dan Kabonga), bahasa Ado (Sibalaya, Sibovi,Pandere, bahasa Edo (Pakuli,Tuva), bahasa Ija (Bora, Vatunonju), bahsa Da'a (Jono'oge), bahasa Moma (Kulavi), dan bahasa Bare'e (Tojo, Unauna dan Poso). Semua kata dasar bahasa tersebut berarti "tidak". Mata pencaharian utama masyarakat Kili adalah bercocok tanam disawah,diladang dan menanam kelapa. Disamping itu masyarakat suku Kaili yang tinggal didataran tinggi mereka juga mengambil hasil bumi dihutan seperti rotan,damar dan kemiri, dan beternak. Sedang masyarakat suku Kaili yang dipesisir pantai disamping bertani dan berkebun, mereka juga hidup sebagai nelayan dan berdagang antar pulau ke kalimantan. Makanan asli suku Kaili pada umumnya adalah nasi, karena sebagian besar tanah dataran dilembah Palu, Parigi sampai ke Poso merupakan daerah persawahan. Kadang pada musim paceklik masyarakat menanam jagung, sehingga sering juga mereka memakan nasi dari beras jagung (campuran beras dan jagung giling). Alat pertanian suku Kaili diantaranya : pajeko (bajak), salaga (sisir), pomanggi (cangkul), pandoli(linggis), Taono(parang); alat penangkap ikan diantaranya: panambe, meka, rompo, jala dan tagau. Pemerintahan pada masa dahulu, sudah dikenal adanya struktur organisasi pemerintahan di dalam suatu Kerajaan (KAGAUA) dikenal adanya MAGAU (Raja), MADIKA MALOLO (Raja Muda). Didalam penyelenggaraan pemerintahan Magau dibantu oleh LIBU NU MARADIKA (Dewan Pemerintahan Kerajaan) yang terdiri dari: MADIKA MATUA (Ketua Dewan Kerajaan/Perdana Menteri) bersama PUNGGAWA (Pengawas Pelaksana Adat/ Urusan Dalam Negeri), GALARA (Hakim Adat), PABICARA (Juru Bicara), TADULAKO (Urusan Keamanan/ Panglima Perang) dan SABANDARA (Bendahara dan Urusan Pelabuhan). Disamping dewan Libu nu Maradika, juga ada LIBU NTO DEYA (Dewan Permusyawaratan Rakyat) yang merupakan perwakilan Rakyat berbentuk KOTA PITUNGGOTA (Dewan yg Mewakili Tujuh Penjuru Wilayah) atau KOTA PATANGGOTA (Dewan yg Mewakili Empat Penjuru Wilayah). Bentuk Kota Pitunggota atau Kota Patanggota berdasarkan luasnya wilayah kerajaan yang memiliki banyaknya perwakilan Soki (kampung)dari beberapa penjuru. Ketua Kota Pitunggota atau Kota Patanggota disebut BALIGAU. Strata sosial masyarakat Kaili dahulu mengenal adanya beberapa tingkatan yaitu http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 3/15
  • 4. 10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa MADIKA/MARADIKA, (golongan keturunan raja atau bangsawan),TOTUA NUNGATA (golongan keturunan tokoh-tokoh masyarakat), TO DEA (golongan masyarakat biasa), dan BATUA (golongan hamba/budak). Pada zaman sebelum penjajahan Belanda, daerah Tanah Kaili mempunyai beberapa raja-raja yang masing2 menguasai daerah kekuasaanya, seperti Banawa, Palu, Tavaili, Parigi, Sigi dan Kulavi. Raja-raja tersebut mempunyai pertalian kekeluargaan serta tali perkawinan antara satu dengan lainnya, dengan maksud untuk mencegah pertempuran antara satu dengan lainnya serta mempererat kekerabatan. Pada saat Belanda masuk kedaerah Tanah Kaili, Belanda mencoba mengadu domba antara raja yang satu dengan raja lainnya agar mempermudah Belanda menguasai seluruh daerah kerajaan di Tanah kaili. Tetapi sebagian besar daripada raja-raja tersebut melakukan perlawanan terhadap tentara Belanda, mereka bertempur dan tidak bersedia dijajah Belanda. Tetapi dengan kelicikan Belanda setelah mendapat bala bantuan dari Jawa akhirnya beberapa raja berhasil ditaklukan, bahkan ada diantaranya yang ditangkap dan ditawan oleh Belanda kemudian dibuang ke Pulau Jawa.Beberapa alat senjata perang yang digunakan oleh suku Kaili diantaranya : Guma (sejenis parang), Pasatimpo (sejenis keris), Toko (tombak), Kanjai (tombak trisula), Kaliavo (perisai). [http://1.bp.blogspot.com/-JkTAPKpB0FU/TVuF-l7zo8I/AAAAAAAAAG8/iQhAZtS10SA/s1600/kaili.jpg] B. Kondisi Sosial Suku Kaili Masyarakat Sulawesi Tengah juga mengembangkan suatu nilai yang dapat menunjukkan kesetiakawanan atau solidaritas dengan sesamanya, yaitu nilai gotong royong (nolunu). Nilai hidup ini merupakan realisasi kebersamaan mereka dalam menghadapi suatu kerja, yang manifestasinya dapat terlihat dalam segala aktivitas hidup sehari-hari, seperti bantu-membantu dalam suatu pekerjaan besar yang membutuhkan banyak tenaga kerja, memberi pertolongan kepada keluarga yang sedang dirundung musibah, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang akan lebih cepat terselesaikan jika dikerjakan bersama-sama. Demikian pula masyarakat Sulawesi Tengah mengembangkan sopan santun dalam tata cara pergaulan yang menentukan bagaimana orang seharusnya bersikap terhadap sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Adat sangat membatasi dan mengatur pergaulan muda-mudi. Mereka tidak dibenarkan bertemu berduaan tanpa didampingi seorang tua, karena itu perkawinan diatur oleh orangtua dari kedua belah pihak yang bersangkutan. Jika adat ini dilanggar, maka yang melanggar akan dikenai denda adat (nigivu) dengan memberikan sejumlah hewan tergantung dari besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan seseorang yang dianggap dapat merugikan orang lain juga diatur oleh adat yang berlaku dalam masyarakat. Biasanya pelaku pelanggaran adat akan dikenakan denda adat atau sanksi social lainnya, seperti menjadi bahan pembicaraan atau ejekan masyarakat, dikucilkan dari masyarakatnya, diusir dari lingkungan tempat tinggalnya, bahkan terjadi pembunuhan sebagai tindakan balas dendam, atau bentuk-bentuk denda dan sanksi lainnya. Sebagai contoh, seorang wanita dengan sengaja sampai pada perbuatan melanggar susila (pelanggaran yang dilakukan disebut salah kana), maka pelakunya bisa saja dibunuh oleh keluarga pihak wanita yang diganggu. Kalau pembunuhan tidak sampai http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 4/15
  • 5. 10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa terjadi, pelanggar akan dikenakan denda seperti yang telah ditentukan oleh adat. Selain itu adat juga menetapkan beberapa larangan, seperti seorang laki-laki tidak boleh dengan sengaja melihat perempuan yang sedang mandi, salah berbicara sehingga menyebabkan orang lain tersinggung, seorang wanita tidak boleh menerima laki-laki lain jika suaminya sedang tidak berada di rumah, dan lain-lain. Pendidikan budi pekerti ditanamkan dalam diri individu sejak dia masih berusia anak-anak, dan biasanya dilakukan oleh orangtua sesudah makan malam. Demikian pula dalam masyarakat dikembangkan sopan santun dalam hubungan kekerabatan, misalnya bagaimana harus bersikap, berkata-kata dan bertindak terhadap orangtua atau mereka yang lebih tua usianya dalam kehidupan sehari-hari. Pada umumnya mereka yang tergolong muda harus bersikap sopan dan hormat kepada golongan yang lebih tua usianya, serta mereka yang berasal dari golongan yang lebih tinggi status social dan kedudukannya dalam masyarakatnya. Sebaliknya golongan tua harus dapat bersikap hati-hati dalam memberikan contoh yang baik untuk diteladani oleh para generasi muda. Pendidikan moral ditanamkan di dalam lingkungan keluarga secara ketat. Yang paling berperan dalam masalah pendidikan anak-anak adalah ibu. Oleh sebab itu anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, lebih dekat hubungannya kepada ibu daripada ayah mereka. Orang Kaili pada masa lalu mengenal beberapa lapisan sosial, seperti golongan raja dan turunannya (madika), golongan bangsawan (to guru nukapa), golongan orang kebanyakan (to dea), golongan budak (batua). Selain itu mereka juga memandang tinggi golongan social berdasarkan keberanian (katamang galaia), keahlian (kavalia), kekayaan (kasugia), kedudukan (kadudua) dan usia (tetua). Pada masyarakat Sulawesi Tengah dikenal sistem kepemimpinan formal, dan informal. Kepemimpinan formal dalam desa di daerah Sulawesi Tengah dikepalai oleh seorang kepala desa. Kepala desa ini dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh sekretaris desa, kepala urusan-urusan dan kepala dusun. Kemudian kepemimpinan secara informal diketuai oleh kepala adat dan anggota adat lainnya (tokoh-tokoh adat), pemuka-pemuka agama (para ulama, imam dan pembantu-pembantunya), dan organisisasi social kemasyarakatan seperti organisasi pemuda, organisasi wanita, dan sebagainya. C. Pengertian Budaya dan Budaya pada Suku Kaili Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari ukdiri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya Budaya juga suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain. http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 5/15
  • 6. 10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa Budaya kaili Sebagaimana suku-suku lainnya diwilayah persada Nusantara, Suku Kaili juga mempunyai adat istiadat sebagai bagian kekayaan budaya di dalam kehidupan sosial, memiliki Hukum Adat sebagai aturan dan norma yang harus dipatuhi, serta mempunyai aturan sanksi dalam hukum adat. Penyelenggaraan upacara adat biasanya dilaksanakan pada saat pesta perkawinan (no- Rano, no-Raego, kesenian berpantun muda/i),pada upacara kematian (no- Vaino,menuturkan kebaikan orang yg meninggal), pada upacara panen (no-Vunja, penyerahan sesaji kepada Dewa Kesuburan), dan upacara penyembuhan penyakit (no-Balia, memasukkan ruh untuk mengobati orang yg sakit); pada masa sebelum masuknya agama Islam dan Kristen, upacara-upacara adat seperti ini masih dilakuan dengan mantera-mantera yang mengandung animisme. Setelah masuknya agama Islam dan Kristen, pesta perkawinan dan kematian sudah disesuaikan antara upacara adat setempat dengan upacara menurut agama penganutnya. Demikian juga upacara yang mengikuti ajaran Islam seperti: Khitan (Posuna), Khatam (Popatama) dan gunting rambut bayi usia 40 hari (Niore ritoya), penyelenggaraannya berdasarkan ajaran agama Islam. Beberapa instrumen musik yang dikenal dalam kesenian suku Kaili antara lain : Kakula (disebut juga gulintang,sejenis gamelan pentatonis),Lalove (serunai), nggeso-nggeso (rebab berdawai dua), gimba (gendang), gamba-gamba (gamelan datar/kecil), goo(gong), suli (suling). Salahsatu kerajinan masyarakat suku Kaili adalah menenun sarung. Ini merupakan kegiatan para wanita didaerah Wani,Tavaili, Palu, Tipo dan Donggala. Sarung tenun ini dalam bahasa Kaili disebut Buya Sabe tetapi oleh masyarakat umum sekarang dikenal dengan Sarung Donggala. Jenis Buya Sabe inipun mempunyai nama-nama tersendiri berdasarkan motif tenunannya, seperti Bomba, Subi atau Kumbaja. Demikian juga sebutan warna sarung Donggala didasarkan pada warna alam,seperti warna Sesempalola / kembang terong (ungu), Lei-Kangaro/merah betet (merah-jingga), Lei-pompanga (merah ludah sirih). Didaerah Kulawi masih ditemukan adanya pembuatan bahan pakaian yang diproses dari kulit kayu yang disebut Katevu. Pakaian dari kulit Kayu Katevu ini sebagian besar dipakai oleh para wanita dalam bentuk rok dan baju adat. Sebelum masuknya agama ke Tanah Kaili, masyarakat suku Kaili masih menganut animisme, pemujaan kepada roh nenek moyang dan dewa sang Pencipta (Tomanuru), dewa Kesuburan (Buke/Buriro)dan dewa Penyembuhan (Tampilangi). Agama Islam masuk ke Tanah kaili, setelah datangnya seorang Ulama Islam, keturunan Datuk/Raja yang berasal dari Minangkabau bernama Abdul Raqi. Ia beserta pengikutnya datang ke Tanah Kaili setelah bertahun-tahun bermukim belajar agama di Mekkah. Di Tanah kaili, Abdul Raqi dikenal dengan nama Dato Karama (Datuk Keramat), karena masyarakat sering melihat kemampuan beliau yang berada diluar kemampuan manusia pada umumnya. Makam Dato Karama sekarang merupakan salah satu cagar budaya yang dibawah pengawasan Pemerinta Daerah. Hubungan kekerabatan masyarakat suku Kaili sangat nampak kerjasama pada kegiatan-kegiatan pesta adat, kematian, perkawinan dan kegiatan bertani yang disebut SINTUVU (kebersamaan/gotong royong). D. Kehamilan Asal-Usul Kesehatan bayi dalam kandungan harus selalu dijaga. Salah satu cara agar bayi dalam kandungan senantiasa sehat adalah dengan menjaga kesehatan si ibu yang mengandung si bayi. Sebelum dikenal adanya dokter yang mampu memeriksa dan mengobati seorang ibu yang sedang hamil, masyarakat tradisional mempunyai cara khusus untuk mengupayakan kesehatan si ibu yang sedang mengandung. Salah satu suku di Indonesia yang mempunyai cara khusus untuk http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 6/15
  • 7. 10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa menyembuhkan seorang ibu hamil yang sedang sakit adalah Suku Kaili yang berada di Sulawesi Tengah, Indonesia. Upacara selamatan kandungan pada masa hamil pertama (Nolama Tai) Upacara ini adalah upacara selamatan kandungan pada kehamilan anak yang pertama apabila kandungan berusia 7 bulan. Upacara ini sering dinamakan No jemparaka manu (memisah-misahkan bagian daripada daging ayam) atau biasa disebut mantale (membuat sesajian). Nama-nama itu ditonjolkan sesuai dengan penonjolan dari bagian upacara ini yaitu memenggal bagian daging ayam untuk upacara sebagai sesajian utama dalam upacara Nolama Tai. Upacara ini bagi masyarakat Kaili berbeda kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan kedudukan sosial seseorang atau Vati seseorang dalam masyarakat. Maksud Penyelengaraan Upacara Tujuan upacara ini adalah dimaksudkan agar kelahiran sang bayi dapat berlangsung dengan selamat tanpa cacat jasmani dan rohani, serta keselamatan ibu yang akan melahirkan, dan juga agar ibu terhindar dari gangguan-gangguan rate. Dari mantera-mantera sando (dukun) diketahui bahwa tujuan upacara ini adalah agar anak yang lahir kelak tidak tuli, kudisan, bodoh, nakal, penyakitan, dan sebagainya. Menurut kepercayaan masyarakat Kaili bahwa leluhur mereka yang disebut rate selalu mengganggu dan menjadi sebab berbagai penyakit tersebut di atas, dan bagi bayi dalam kandungan apabila upacara diabaikan. Waktu Penyelenggaraan Upacara Upacara ini dilakukan pada siang hari sebelum matahari condong ke barat. Hal ini sebagai suatu simbol bahwa bayi yang akan lahir kelak memiliki sumber kekuatan dan tenaga serta murah rezeki. Usia kandungan yang diupacarakan berkisar antara 7 sampai 9 bulan dan pantang untuk bulan ke 8 karena dianggap bulan yang kurang baik. Penetapan waktu ditetapkan dengan seksama melalu ilmu Kotika dengan cara menghitung hari bulan di langit yang dianggap sebagai hari baik dan disepakati oleh dua belah pihak orang tua suami istri dan sando. Tempat Penyelenggaraan Upacara Upacara diselenggarakan di rumah dan tempat-tempat tertentu yang dianggap berkaitan dengan kekuatan magis religius, atau tempat yang dianggap dikuasai oleh kekuatan roh halus dan dihuni oleh rate di dalam dan di luar rumah. Di dalam rumah upacara ini dilaksanakan di beranda depan, yaitu di depan pintu rumah (tambale), sedangkan kalau di luar rumah disiapkan tempat tertentu sebagai tempat sesajian sesuai kondisi lingkungan desa bersangkutan. Penyelenggaran Teknis Upacara Upacara ini dipimpin oleh seorang dukun wanita (sando) yang dapat berkomunikasi dengan mahluk halus dan telah berusia lanjut. Tidak kurang peranannya ialah orang tua kedua belah pihak yang menyediakan korban upacara seperti kambing atau domba bagi keluarga bangsawan dan ayam bagi keluarga biasa. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Upacara Pihak-pihak yang terlibat dalam upacara ini ialah para keluarga dari kedua belah pihak, terutama ibu-ibu yang sudah berusia lanjut. Selain itu juga yang berturut hadir mengikuti jalannya upacara tersebut ialah sanak keluarga dan tetangga yang bekerja mensukseskan pesta adat tersebut, khususnya di kalangan keluarga bangsawan. Sebab di ini ada pesta makan dengan menyembelih 2 ekor kambing sebagai sumbangan dari kedua orang tua suami istri. Bagi pihak suami wajib menyumbang kambing/domba jantan, sedangkan keluarga istri wajib menyumbang kambing/domba betina. http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 7/15
  • 8. 10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa Persiapan dan Perlengkapan Upacara Nolama bagi keluarga bangsawan umumnya mengadakan undangan pesta makan dari keluarga kedua belah pihak dan para tetangga. Bagi keluarga biasa, upacaranya sangat sederhana, masing-masing seekor ayam jantan sumbangan pihak laki-laki dan ayam betina sebagai sumbangan pihak istri. Di samping persiapan-persiapan hewan tersebut juga dipersiapkan perlengkapan upacara puncak, yaitu mantale njaka (upacara sesajian) dari sejumlah bahan makanan dan bahan-bahan perlengkapan adat lainnya. Materi-materi yang dipersiapkan di sini ialah punti jaka (pisang rebus), koluku nikou (kelapa parut), marisa nete (lombok kecil), hati kerbau yang sudah dibakar (sate), nasi masak, dan darah kambing/ayam yang disembelih. Benda-benda adat lainnya ialah sabala mesa (1 lembar sarung tenunan zaman dulu), samata doke (satu mata tombak), somata tinggora (satu mata tombak yang berakit), tatalu suraya ada (tiga piring adat), tatalu tubu (tiga buah mangkok), sang dula (satu dulang tempat penyimpanan barang-barang tersebut di atas). Jalannya Upacara Dalam upacara nolama bagi keluarga bangsawan, pertama ialah mengadakan undangan (pegaga), yaitu suatu undangan dengan jalan mengundang langsung dari rumah ke rumah jauh sebelum upacara diadakan. Bila telah tiba hari yang ditentukan, undangan-undangan dijemput kembali (neala) dari rumah ke rumah. Kegiatan ini disebut peonggotaka (suatu penghormatan dari keluarga yang berpesta) kepada orang tua adat. Pada hari upacara diadakan penyembelihan kambing/domba yang disembelih tersebut dibakar/dipanggang di atas api (nilambu), sehingga seluruh bulu-bulunya habis terbakar. Maksudnya agar kulitnya dapat diproses menjadi bahan makanan. Sebelum dagingnya dipotong-potong hatinya diambil lebih dahulu yang biasa disebut nompesule (mengambil hati) dan langsung ditusuk dan dibakar sebagai bahan sesajian atau nilanjamaka (dijadikan sesajian). Selesai dipotong-potong, paha kanan dari domba/kambing tersebut digantung di depan pintu untuk bagian dukun. Di samping memproses daging-daging untuk dimasak, diadakanlah upacara nantalenjaka (upacara sesajian) di depan pintu rumah sebelum para undangan hadir. Seluruh perlengkapan sesajian yang disebutkan di atas telah siap tersaji, dikeliling oleh ibu hamil dan ibu-ibu yang telah lanjut usia, sebagai peserta upacara inti tersebut. Dukun mulai nogane (mengucapkan mantera/sastra suci) dan duduk berhadapan dengan ibu hamil yang diupacarakan. Isi manteri antara lain meminta keselamatan/perlindungan kepada rate; arwah nenek moyang yang sudah meninggal disebut rate njae dan yang baru meninggal disebut rate vou. Maksudnya agar ibu tidak mengalami kesukaran pada waktu melahirkan. Disamping membaca mantera tersebut dukun mengipas-ngipaskan daun kelapa (pucuk kelapa muda) kepada ibu hamil dengan isyarat melemparkan keluar jendela atau pintu. Maksudnya agar penyakit yang mennggagu dari sebab pengaruh rate tersebut dapat hilang atau keluar. Ada pula adat yang menggunakan banja mpagana (mayang pinang) yang disapukan di atas kepala ibu (tidak menggunakan pucuk kelapa muda). Ada pula vati yang mengadakan upacara nolenggai tai, yang dianggap masyarakat Kaili sebagai adat Orang Bugis (vati ntobugi), yang pada umumnya dilaksanakan dikalangan keluarga bangsawan. Nolenga Tai (menggoyang-goyangkan) perut ini dilaksanakan oleh seorang dukun yang ahli. Cara pelaksanaannya ialah ibu hamil tadi tidur terlentang di atas 7 lapis sarung/kain, lalu dukun mengangkat kain tersebut satu persatu pada bagian belakangnya, sehingga perut perangkat dan digoyangkan selama tujuh kali. Maksudnya ialah agar posisi anak dalam kandungan menjadi baik, dan ibu tidak merasakan sakit pada bagian belakangnya. Di kalangan keluarga biasa hal ini kurang http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 8/15
  • 9. 10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa dilaksanakan. Selesai acara tersebut dukun dan peserta upacara tersebut makan sebagian dari makanan sesajian tersebut, dan sebagian lagi dari makanan tersebut dibawa keluar rumah untuk sesajian di tempat tertentu baik yang sengaja dibuat dan atau di alam bebas seperti di pohon-pohon kayu besar, di tepi sungai, dan sebagainya yang diantar sendiri oleh dukun upacara ini yang disebut nompaura. Sebagai acara penutup, dukun membuat/mempersiapkan tuvu mbuli. Tuvu mbuli berarti hidup berkembang biak dalam satu rumpun. Suatu simbol kehidupan yang ideal, yaitu dalam suasana dingin dan berketurunan banyak (Tuvu = hidup, Mbuli = standar). Tuvu Mbuli tersebut tidak lain sebuali gelas/mangkok yang diisi air dan dedaunan yang melambangkan 2 hal tersebut, yaitu daun siranindi (setawar dingin) sebagai lambang ketenangan dan ketahanan hidup dari tantangan hidup, serta tava kodombuku, semacam pohon yang tahan hidup di musim kemarau, mudah berkembang biak dan akarnya lama usianya. Selesai upacara tersebut dan setelah undangan hadir seluruhnya, maka diadakanlah pesta makan. Dengan demikian selesai upacara Nolama tersebut. Pengobatan Ibu Hamil Upacara Novero (upacara pengobatan apabila sang ibu yang hamil kurang sehat) Upacara ini dapat juga dilaksanakan bagi ibu yang tidak hamil, namun ada perbedaan-perbedaan yang tidak berarti. Maksud Penyelenggaraan Upacara Novero (mengobati penyakit) atau moragi ose (memberi warna warni beras) bertujuan untuk menyembuhkan ibu hamil dari penyakit yang dideritanya karena nilindo nuviata (diganggu mahluk halus). Waktu Penyelenggaraan Upacara Upacara ini sering dilaksanakan serentak dengan upacara nolama, yaitu bila ibu hamil kelihatannya kurang sehat. Perbedaannya ialah nolama lebih dekat kepada pemujaan arwah nenek moyang, sedangkan novero lebih berorientasi kepada mahluk-mahluk halus yang dianggap jahat. Tempat Penyelenggaraan Upacara Tempat upacara diadakan di luar rumah, di tempat yang dipercayai sebagai tempat hunian mahluk halus, seperti di tepi sungai, tepi pantai, di pohon-polion besar, dan sebagainya. Dan di sini pula dibuat suampela, sebuah tempat penyimpangan sesajian yang dibuat dari kayu bertiang tiga. Pada bagian atas dibuat sebuah anyaman dari ranting kayu atau bambu tempat sesajian itu disimpan, dan kulili (kayu yang dibuat seperti model parang, yang diberi warna belang hitam putih). Ketiganya (suampela, kulili, dan berbagai jenis makanan) merupakan perlengkapan upacara novero tersebut termasuk ose ragi (beras yang telah diberi warna-warni) seperti disebutkan di atas. Penyelenggara Teknis Upacara Yang berperan dalam upacara ini ialah seorang dukun wanita sejak awal sampai dengan upacara ini selesai. Pihak-pihak lain yang terlibat terbatas dalam lingkungan keluarga terdekat saja, yang mempersiapkan perlengkapan upacara adat lainnya. Persiapan dan Perlengkapan Upacara Perlengkapan-perlengkapan selain yang telah disebutkan di atas ialah membuat pekaolu nuvayo (tempat berlindungnya bayangan), maksudnya tempat roh kita berlindung bila mendapat gangguan mahluk halus. Juga perlengkapan yang disebut toge, yang dibuat semacam janur dari daun kelapa seperti bentuk tombak, kepala kuda yang berkepala dua dan berkepala sebelah dan http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 9/15
  • 10. 10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa lain-lain. Pada bagian bawah janur tersebut bersusun 4-5 dan yang terakhir inilah yang disebut pekaolu nuvayo. Perlengkapan lainnya ialah tuvu mbuli seperti yang telah disebutkan terdahulu. Di dalam rumah disiapkan mbara-mbara (barang perhiasan/pakaian adat) yaitu vuya (sarung), baju, dan bulava (emas). Ketiganya disimpan di atas dula palangga (dulang berkaki). Jalannya Upacara Membuat persiapan-persiapan seperti yang telah disebutkan di atas, yang dilaksanakan bersama dukun dan keluarga di rumah ibu yang hamil, termasuk moragi ose (memberi macam warna beras sesajian). Mengambil banja mpangana (mayang pinang) lalu direndam dalam air 3 malam dicampur dengan daun-daun yang wangi seperti bunga mbalu, daun pandang, tamadi, tulasi, dan sebagainya. Baru ose ragi tersebut dibungkus dengan kain putih, disimpan di tiang tengah rumah di mana ibu hamil itu akan tidur di dekat barang-barang tersebut. Tiap bangun pagi selama tiga hari ibu hamil makan makanan yang disiapkan dalam bambu dengan sebiji telur rebus dan mencuci muka dengan air yang disiapkan dan diberi bahan-bahan yang wangi tersebut. Kegiatan selanjutnya ialah membuat suampela tempat sesajian itu disimpan, melalui suatu cara-cara tertentu dan dengan gane-gane (mantera). Pada ketiga diadakan upacara mandi bagi ibu hamil tersebut dengan air wangi yang direndam dengan daun-daun wangi tersebut di atas. Seusai mandi sebatang mayang pinang yang belum berkembang, dipecahkan di atas kepala. Benda tersebut dianggap memberikan kekuatan untuk tubuh, sambil memecahkan sebatang mayang pinang yang masih belum berkembang tersebut, dukun berkata : "niratamo sumangana dako ripue ngayu, ripue ntana" (sudah diketemukan kembali semangatnya dari penghuni pohon kayu dan penghuni bumi). Selanjutnya adalah nantau (membawa turun) seluruh bahan-bahan perlengkapan tersebut di atas ke tanah dan ke tempat upacara di mana suampela tersebut dibuat. Di tempat sesajian itu dukun nogane memanggil arwah dan roh-roh halus dan berkata : "Seimo konisa miu, tavala miu, toge ante kalili miu. Aku mompatolo yanu (si anu), bekaka maimo vayona, rapakalompemo yanu" (Telah kupersembahkan kepadamu makanan, tombak, toge, kulili. Aku menolong si Anu (menyebut nama). Berikan kepadanya kembali sumber kekuatan hidup, sembuhkanlah ia dari penyakit). Selanjutnya diadakan acara noronde (dialog dukun dengan orang-orang yang ada dalam rumah). Dialog tersebut terjadi sebagai berikut: Dukun : "Nolompemo yanu!!" (Si Anu sudah sembuh). Orang di rumah menjawab : "Yo nalompemo" (Ya sudah), eva apu nitulaka uve (seperti api kena air), eva kuni niboli toila (seperti kunyit diberi kapur). Dukun naik ke rumah sambil berkata kepada ibu hamil: "niratakumo vayo miu, naialaku riviata, rikarampua, rirate njae, rirate vou" (saya sudah menemukan sumber kekuatan hidup yang hilang dari viata (setan/jembalang) dari para dewa dan roh-roh nenek moyang yang telah lama dan baru meninggal). Acara terahir ialah noave ose niragi, bila ibu telah melahirkan dengan selamat, maka ose niragi (beras 4 warna) yang disebutkan di atas valas suji (semacam rakit kecil). Noave (mengalirkan) barang tersebut mengandung arti nompakatu (mengirimkan sesajian) tersebut kepada pue ntasi (penghuni laut) diiringi pula dengan mantera-mantera yang isinya minta segera ibu hamil yang sakit segera sembuh, dan karena penyakit sudah terbawa ke laut, pergi bersama penyakit. Dengan selesainya acara ini, selesailah upacara novero tersebut bagi seorang ibu hamil yang kurang sehat. Pantangan-pantangan yang Dihindari Dalam upacara adat nolama, hampir tidak ada pantangan yang berarti, tetapi selama ibu http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 10/15
  • 11. 10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa hamil dijumpai sejumlah pantangan-pantangan. Pantangan tersebut tidak saja berlaku untuk sang ibu yang hamil, tetapi juga berlaku bagi sang suami. Pantangan-pantangan bagi ibu hamil tersebut antara lain: a) Duduk di muka pintu atau pada anak tangga (mungkin suatu upaya preventif). b) Pantang minum air terlalu banyak karena bila melahirkan terlalu banyak air dan atau beranak kembar. c) Pantang makan gula merah atau tebu serta nenas karena dapat membuat perut sakit. d) Pantang mencela, mengejek orang-orang yang cacat jasmani karena dapat melahirkan bayi yang cacat. e) Pantang mengurai rambut pada sore hari karena dapat di ganggu mahluk halus. f) Pantang makan ikan cumi-eumi karena dapat melahirkan bayi dalam bentuk cumi-cumi dan sebagainya. g) Pantang duduk di sembarang tempat. h) Tidak boleh kikir (nemo masina), agar sifat/watak anaknya tidak seperti itu. i) Tidak boleh menggulung handuk di leher (moveve handuri tambolo), agar bayi bakal lahir tidak tercekik pada bagian lehernya. j) Tidak boleh melicinkan tempurung (mo gau bobo/banga), agar rambut anak tidak akan botak. k) Pantang mandi pada sore hari, dapat membuat kelamin bengkok karena ilirasi pue nu tive (disetubuli oleh hantu penghuni air) atau mandi dipagi buta karena bayi kedinginan dan lahir dalam keadaan lemah Pantangan bagi sang suami adalah: a) Menyembelih atau membunuh binatang karena dapat mengakibatkan bayi nantolu moro (kemarahan) b) Pantang memakai celana bila istri dalam keadaan melahirkan c) Pantang menginjak papan penutup liang lahat (dindi ngari) sebab dapat membuat bayi lahir dalam keadaan lemah. Lambang-Lambang atau Makna yang Terkandung dalam Unsur-unsur Upacara Dari uraian-uraian terdahulu telah disebut kan beberapa jenis perlengkapan upacara adat yang merupakan simbol tertentu dalam upacara tersebut, baik dalam bentuk nama, sifat, ataupun keadaan benda itu. Tuvu mbuli adalah tumbuh-tumbuhan yang melambangkan sifat dan keadaan benda yang diidentifikasikan dengan kebabahagiaan rumpun keluarga, yaitu siranindi (daun si tawar dingin), sebagai simbol agar anak yang bakal lahir tetap tenang dan berpikiran dingin serta jernih sekalipun dalam suasana penuh tantangan. Sifat tumbuh-tumbuhan tersebut tahan hidup dalam keadaan musim kemarau. Suatu lambang dari suatu kehidupan yang tidak pernah susah. Kadombuku adalah semacam tumbuh-tumbuhan yang selain tahan musim kemarau juga berkembang biak melalui akar. Suatu simbol perkembangbiakan yang begitu cepat tanpa mengalami kesulitan. Tinggora dan doke adalah simbol dari kekuatan/keberanian sebagai sifat dari sebuah besi dan senjata (tombak) melambangkan agar anak keras kemauan, kuat, dan berani. Piring adat adalah simbol kesejahteraan dan kecukupan pangan. Kain mesa adalah kain adat tenunan dari Sulawesi Selatan adalah simbol kebangsawanan seseorang yang diupacarakan. Dula palangga (dulang berkaki) adalah salah satu perlengkapan upacara di mana benda-benda tersebut di atas diletakkan, adalah lambang dari simbol status seseorang bangsawan. Nilai-nilai http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 11/15
  • 12. 10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa Jika diamati secara seksama, pelaksanaan upacara Novero oleh masyarakat suku Kaili merupakan bentuk ekpresi dari keyakinananya kepada Yang Gaib, pengharapan dan pemahaman terhadap alam sekitar. Adanya keyakinan dalam masyarakat bahwa jika ada perempuan yang hamil sakit, maka perempuan tersebut sedang diganggu oleh mahluk halus memunculkan “kesadaran” masyarakat untuk melakukan penyikapan secara cepat dan tepat, yaitu dengan mengadakan upacara Novero. Upacara Novero, dengan demikian, merupakan cara masyarakat suku Kaili untuk membujuk dan menaklukkan mahluk halus. Dengan kata lain, pelaksanaan upacara Novero merupakan cara masyarakat suku Kaili merespon sebuah fenomena yang didasarkan pada pemahaman dan keyakinan mereka. Penggunaan peralatan-peralatan upacara yang dipersiapkan secara khusus merupakan symbol-simbol yang mengekspresikan pengharapan masyarakat suku Kaili. Misalnya Tuvu mbuli digunakan agar keluarga selalu hidup bahagia; siranindi (daun si tawar dingin) digunakan agar anak yang akan lahir selalu bersikap tenang dalam menghadapi tantangan; Tinggora dan Doke adalah bentuk pengharapan agar anak mempunyai kekuatan, keberanian, dan mempunyai kemauan kuat; Piring adat adalah simbol kesejahteraan dan kecukupan pangan; dan Kain Mesa sebagai simbol kebangsawanan. Penggunaan pantangan-pantangan berkaitan dengan keyakinan yang berlandaskan pada pemahaman terhadap berbagai fenomena alam yang terjadi disekitarnya. Keberadaan pantangan tersebut merupakan cara masyarakat suku Kaili agar tidak melakukan tindakan-tindakan yang kurang baik sehingga mengakibatkan tidak tercapainya tujuan upacara. Masyarakat suku Kaili, meyakini bahwa tindakan kurang baik yang dilakukan oleh kedua suami dan istri yang sedang mengandung akan berpengaruh secara langsung kepada bayinya. Misalnya larangan mencela atau mengejek orang cacat muncul karena ada keyakinan bahwa anak yang dikandung akan lahir dalam keadaan cacat. Adanya keyakinan bahwa perbuatan buruk yang dilakukan oleh orang tua si bayi akan berdampak buruk kepada si bayi menunjukkan bahwa ada proses pensakralan perbuatan-perbuatan yang kurang baik. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Suku Kaili adalah suku bangsa [http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa] di Indonesia [http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia] yang secara turun-temurun tersebar mendiami sebagian besar dari Provinsi Sulawesi Tengah [http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah] , khususnya wilayah Kabupaten Donggala [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Donggala] , Kabupaten Sigi [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sigi] , dan Kota Palu [http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palu] , di seluruh daerah di lembah antara Gunung Gawalise [http://id.wikipedia.org/w/index.php? title=Gunung_Gawalise&action=edit&redlink=1] , Gunung Nokilalaki [http://id.wikipedia.org/w/index.php? title=Gunung_Nokilalaki&action=edit&redlink=1] , Kulawi, dan Gunung Raranggonau [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Raranggonau&action=edit&redlink=1] . http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 12/15
  • 13. 10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa Budaya kaili Sebagaimana suku-suku lainnya diwilayah persada Nusantara, Suku Kaili juga mempunyai adat istiadat sebagai bagian kekayaan budaya di dalam kehidupan sosial, memiliki Hukum Adat sebagai aturan dan norma yang harus dipatuhi, serta mempunyai aturan sanksi dalam hukum adat. Bagi suku kaili apa bila ada anggota dari sukunya yang hamil maka kehamilan itu harus di jaga. Dalam adat istiadat suku kaili apa bila seseorang hamil maka akan diadakan upacara selamatan kandungan pada masa hamil pertama (Nolama Tai). Upacara ini apabila kandungan berusia 7 bulan. Upacara ini sering dinamakan No jemparaka manu (memisah-misahkan bagian daripada daging ayam) atau biasa disebut mantale (membuat sesajian). Selain itu ada juga Upacara novero (upacara pengobatan apabila sang ibu yang hamil kurang sehat) atau moragi ose adalah suatu upacara pengobatan yang bila ibu hamil kurang sehat dan lemah, yang dianggap sebagai gangguan mahluk halus yang jahat. Novero (mengobati penyakit) atau moragi ose (memberi warna warni beras) bertujuan untuk menyembuhkan ibu hamil dari penyakit yang dideritanya karena nilindo nuviata (diganggu mahluk halus) B. Saran Di indonesia banyak keragaman budaya dan adat istiadat dari berbagai suku yang tanpa disadari sebenarnya itu adalah kekeyaan bagi negara indonesia itu sendiri. Dan budaya dan adat istiadat tersebut bisa berkaitan dengan ilmu kesehatan. mengambil hal-hal yang positif dari kebudayaan dan adat istiadat tersebut dalam ilmu kesehatan. Dan kita sebagai warga indonesia harus selalu menjaga kekayaan budaya dan adat istiadat di indonesia ini. LAMPIRAN FOTO http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 13/15
  • 14. 10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa Foto penduduk suku kasili Rumah bangsawan peninggalan suku kaili Peta atau lokasi suku kaili Permainan musik oleh suku kaili DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kaili [http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kaili] , di akses pada 8 maret 2012 http://www.google.co.id/search?q=gambar+suku+kaili,diakses [http://www.google.co.id/search? q=gambar+suku+kaili,diakses] pada 6 maret 2012 novero,http://www.disnakerpalu.com/tlp/rubrikview.php? id=634&topik=8&hal=1&ss6c5bb6a5161c4889ad86afd0be2b60a7 [http://www.disnakerpalu.com/tlp/rubrikview.php?id=634&topik=8&hal=1&ss6c5bb6a5161c4889ad86afd0be2b60a7] , di akses pada 6 maret 2012 Diposkan 1st May 2012 oleh mika punya cerita 0 Tambahkan komentar http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 14/15
  • 15. 10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa Masukkan komentar Anda... Beri komentar sebagai: Google Account Publikasikan Pratinjau http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 15/15