SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
UPACARA KEHAMILAN MASYARAKAT SULAWESI TENGAH “KATIANA”
(SUKU PAMONA)
Upacara daur hidup dalam komunitas masyarakat Sulawesi Tengah merupakan
salah satu bentuk upacara adat yang masih lestari, sebagai wujud realisasi kompleks
kelakuan berpola, kompleks ide, dan hasil karya manusia. Sistem upacara daur hidup
juga berangkat dari sistem religi masyarakat Sulawesi Tengah.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin mengglobal, upacara daur
hidup mengalami perkembangan dan perubahan-perubahan baik dari sisi substansi
maupun fungsi. Hal ini disebabkan adanya kecenderungan pola pikir yang semakin
berorientasi praktis, perubahan pandangan, dan keyakinan, serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Upacara daur hidup pada masa sekarang ini cenderung mengalami
penyederhanaan-penyederhanaan baik sarana maupun prosesinya. Kebanyakan
masyarakat pada masa kini sudah tidak lagi mengetahui prosesi lengkap dan tata cara
serta sarana yang utuh dalam penyelenggaraan suatu upacara. Oleh karena itu, untuk
mengetahui sarana dan prosesi yang lengkap mengenai tata cara dan upacara seputar daur
hidup, diperlukan sumber informasi yang mantap.
Sulawesi Tengah bagi masyarakat secara keseluruhan, selalu ada upacara.
Misalnya dimulai sejak sebelum kelahiran, dalam upacara yang hamil, dan adat dan
upacara kelahiran, adat dan upacara sebelum dewasa, adat dan upacara perkawinan dan
upacara pemakaman. Dengan begitu banyak upacara ritual transisi dari masa kanak-
kanak sampai dewasa ini sangat unik.
Maksud utama dari pada penyelenggaraan upacara Katiana ini adalah
keselamatan baik untuk kesalamatan ibu, rumah tangga, dan khususnya tertuju kepada
keselamatan bayi di dalam kandungan. Artinya bahwa dengan upacara ini didoakan agar
bayi di dalam kandungan sang ibu dapat tumbuh dengan subur, sempurna, dan tidak
banyak mengganggu kesehatan sang ibu. Di balik upacara tersebut maka secara
psikologis, memberikan pegangan bagi sang ibu dan seluruh sanak kerabat yang dapat
dijadikan pegangan yang kuat selama dalam masa kehamilannya agar tetap tabah dan
kuat menghadapi hal-hal yang cukup kritis dalam kurun waktu 9 bulan itu. Hal ini berarti
suatu dorongan dan motivasi bagi sang ibu agar ketenangan tetap melekat dalam jiwanya
selama masa hamil.
1. Asal-Usul
Suku Pamona adalah salah satu suku yang berada di Sulawesi Tengah,
Indonesia. Suku Pamona, atau sering juga disebut suku Poso, mendiami hampir
seluruh wilayah kabupaten Poso, Kabupaten Tojo Una-Una, Morowali, bahkan
provinsi Sulawesi Selatan (Luwu Utara), sedangkan sebagian kecil hidup merantau di
berbagai daerah di Indonesia. Jika di suatu daerah terdapat suku Pamona, biasanya
selalu ada Rukun Poso, yaitu wadah perkumpulan orang-orang sesuku untuk
melakukan sesuatu kegiatan di daerah tersebut.
Agama yang dianut hampir seluruh anggota suku ini adalah Kristen. Agama
Kristen masuk daerah sekitar 100 tahun yang lalu dan sampai sekarang diterima
sebagai agama rakyat. Sekarang semua gereja-gereja yang sealiran dengan gereja ini
bernaung dibawah naungan organisasi Gereja Kristen Sulawesi tengah (GKST) yang
berpusat di Tentena, kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Sebagian besar masyarakat sehari-hari menggunakan bahasa Pamona (Bare'e)
dan bahasa Indonesia dengan gaya bahasa setempat. Mereka berprofesi sebagai
petani, pegawai negeri, pendeta, wiraswasta, dan lain-lain.
Sesungguhnya suku Pamona tidak identik dengan suku Poso, Karena pada
prinsipnya suku Poso tidak ada, yang ada adalah daerah yang bernama Poso, didiami
oleh suku Pamona. Kata "Poso" sendiri dalam bahasa Pamona berarti "pecah". Asal
nama Poso yang berarti pecah, konon dimulai dari terbentuknya Danau Poso. Konon,
danau Poso terbentuk dari sebuah lempengan tanah berbukit, dimana dibawah
lempengan bukit tersebut terdapat mata air. Disekeliling bukit merupakan dataran
rendah, sehingga aliran air dari pegunungan terkumpul di sekeliling bukit tersebut.
Genangan air tersebut menggerus tanah disekeliling bukit sehingga makin lama air
yang menyisip kedalam tanah, bertemu dengan air yang di dalam perut bumi.
Akibatnya terjadi abrasi yang menjadi penyebab labilnya struktur tanah yang memang
agak berpasir. Lambat laun pinggiran bukit tidak kuat lagi menahan beban bukit yang
di atasnya, sehingga mengakibatkan pecahnya bukit yang terbawah masuk, jatuh
kedalam kubangan mata air di bawah bukit, sehingga membentuk danau kecil. Bagi
masyarakat suku Pamona zaman tersebut kejadian tersebut dituturkan sebagai
pecahnya gunung yang membentuk danau tersebut, sehingga dinamai "Danau Poso"
Danau yang baru terbentuk tersebut, kian lama kian membesar, karena sumber mata
air di pegunungan sekelilingnya mengalir kearah danau baru tersebut. Akibatnya debit
air danau dari waktu ke waktu terus naik, sehingga luas permukaannya menjadi
demikian lebar. Sesuai dengan sifat air yang selalu mencari dataran rendah, maka
pada ketinggian permukaan tertentu, terbentuklah sebuah sungai yang mengarah ke
pantai laut akibat danau tidak mampu lagi menampung debit air. Karena sungai
tersebut berasal dari danau Poso, maka sungai baru tersebut, dinamai dengan nama
yang sama, yakni Poso (sungai Poso). Muara sungai baru yang terbentuk itu kemudian
didiami oleh sejumlah penduduk, karena di sungai baru tersebut ternyata terdapat
banyak ikan. Kumpulan penduduk pemukim baru itu kemudian menamai kampung
tersebut dengan sebutan yang sama, yakni Poso. Adapun beberapa suku yang
mendiami tanah poso adalah sebagai berikut : 1. Pamona 2. Mori 3. Bada 4. Napu 5.
Tojo Una-una.
Sebagaimana halnya suku-suku yang lain di Indonesia, suku Pamona
memandang penting lahirnya generasi penerus untuk terus melanjutkan eksistensi
mereka di atas muka bumi. Oleh karena itu, jika ada janin sedang dikandung oleh
salah satu warga Pamona, janin tersebut dijaga dari segala kemungkinan yang kurang
baik dengan mengadakan upacara. Upacara ini disebut "Katiana", yaitu upacara
selamatan pada masa kehamilan. Tujuan upacara ini adalah untuk memohonkan
keselamatan baik untuk keselamatan ibu yang sedang mengandung, rumah tangga,
dan bayi yang berada di dalam kandungan.
Bentuk-bentuk keselamatan yang hendak dicapai dalam upacara ini adalah:
bayi di dalam kandungan sang ibu dapat tumbuh dengan sehat, sempurna, dan tidak
banyak mengganggu kesehatan sang ibu. Di balik upacara tersebut maka secara
psikologis, memberikan pegangan bagi sang ibu dan seluruh sanak kerabat sehingga
tetap tabah dan kuat menghadapi hal-hal yang cukup kritis dalam kurun waktu 9 bulan
mengandung bayi. Hal ini juga berarti suatu dorongan dan motivasi bagi sang ibu
sehingga ketenangan senantiasa melekat dalam jiwanya selama masa kehamilan.
Pelaksanaan upacara Katiana oleh masyarakat suku Pamona merupakan
pengejewantahan dari keyakinan dan pengharapan. Keyakinan akan adanya Dzat yang
menguasai dirinya dan pengharapan agar Dzat yang diyakini tersebut mengabulkan
permohonannya. Sebagai sebuah bentuk ekspresi keyakinan, maka pelaksanaan
upacara yang dilakukan, biasanya merupakan penggabungan hal-hal yang bersifat
sakral dan sosial, walaupun kemudian hal yang bersifat sosial tersebut juga
disakralkan. Pemilihan hari, penggunaan bahan-bahan khusus, tahapan-tahapan
upacara yang diwariskan, dan adanya pantangan yang harus dihindari menunjukkan
pensakralan hal-hal yang bersifat profan. Bagaimana proses pensakralan terjadi dan
barang apa saja yang dijadikan sakral dalam upacara Katiana akan dijelaskan pada
pembahasan berikut ini.
2. Pelaksana dan Peralatan Upacara
a. Pelaksana
Agar upacara yang dilakukan mencapai hasil yang diinginkan, maka suami
dan istrinya yang sedang hamil menyerahkan sepenuhnya teknis pelaksanaan
kepada ahlinya, yaitu Topopanuju (dukun). Topopanuju biasanya adalah seorang
perempuan yang berumur lebih dari 50 tahun. Dalam menjalankan tugasnya,
Topopanuju didampingi oleh tetua kampung, perempuan yang sudah berkeluarga
dari sanak keluarga, dan tokoh adat setempat.
b. Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk mengadakan upacara Katiana diantaranya
adalah:
• Seperangkat sirih pinang (tembakau, sirih, kapur, dan gambir).
Gambar Seperangkat Sirih Pinang
• Seperangkat piring-piring adat.
Gambar Seperangkat Piring-Piring Adat
• Alu, alat tumbuk padi.
Gambar Alu
• Tikar (boru) yang terbuat dari daun pandan.
Gambar Boru
• Satu ruas bambu yang diisi dengan air jernih.
Gambar Satu Ruas Bambu
• Ruangan upacara yang lantainya terbuat dari bambu.
3. Tempat dan Waktu Upacara
a. Tempat
Tempat untuk melaksanakan upacara Katiana nampaknya dipengaruhi oleh
sistem kekerabatan suku Pamona. Menurut sistem kekerabatan suku Pamona,
ketika seorang laki-laki telah menikahi seorang perempuan, maka laki-laki tersebut
harus tinggal dan menetap di rumah orang tua istrinya. Berdasarkan aturan
tersebut, maka pelaksanaan upacara Katiana juga diselenggarakan di rumah orang
tua istrinya.
b. Waktu
Agar tujuan upacara ini tercapai, maka harus dicari waktu yang baik untuk
menyelenggarakannya. Kesalahan menentukan waktu tidak saja dapat
menyebabkan tujuan upacara tidak tercapai, tetapi juga dapat mengundang
bencana. Dalam menentukan hari baik, suami-istri yang hendak melaksanakan
upacara Katiana menanyakan kepada Topopanuju. Topopanuju dalam menentukan
hari baik berpedoman pada dua hal, yaitu: umur kandungan dan sinar rembulan.
Secara umum, upacara ini dilakukan ketika kandungan sudah berumur 6 atau 7
bulan, ketika perut sang ibu kelihatan membesar, dan bulan dalam keadaan terang,
yaitu malam tanggal 7 sampai malam tanggal 15 dalam siklus peredaran rembulan.
Pelaksanaan upacara pada saat bulan sedang penuh (bersinar terang) berkaitan
dengan keyakinan bahwa penyelenggaraan upacara pada saat bulan sedang terang
akan menyebabkan masa depan bayi yang akan lahir cerah, tetapi apabila bulan di
langit sudah berkurang (16 sampai dengan 30), maka waktu ini dianggap kurang
baik.
4. Tata Laksana
Salah satu keunikan upacara adat adalah adanya tata-aturan pelaksanaan
upacara yang diwariskan secara turun temurun dan harus dijalankan apa adanya.
Demikian juga dengan upacara ini. Untuk menjamin terlaksananya upacara ini sesuai
dengan tata-aturan yang baku, maka pelaksanaan upacara ini dipandu oleh seorang
Topopanuju. Adapun tata-cara pelaksanaanya adalah sebagai berikut:
a. Ibu yang mengandung (yang diupacarai) mengambil tempat di ruangan upacara,
yaitu di lantai yang terbuat dari anyaman bambu. Di dampingi oleh suami, seluruh
sanak keluarga (ibu-ibu) baik dari pihak suami maupun dari pihak istri. Dukun
tersebut harus berada di samping ibu yang diupacarai dengan didampingi oleh
tokoh adat setempat, sedangkan lainnya (para undangan) mengambil tempat di
sekitar ruangan upacara bahkan di sekitar rumah. Rumah suku Pamona adalah
rumah panggung.
b. Ibu yang diupacarai tidak diperkenankan memakai baju, rok, dan celana dalam
kecuali memakai sarung yang diikat pada bagian atas buah dada, sedangkan
topopanuju memakai pakaian adat demikian pula tokoh adat yang ada. Alat-alat
perlengkapan upacara seperti seperangkat sirih pinang, seperangkat piring adat,
alu, boru (tikar), ruas bambu yang berisi air jernih, lemon suanggi (sejenis sirih),
dan bunga pinang. Alat-alat perlengkapan tersebut diletakkan di depan sang ibu
yang diupacarai.
Gambar Ibu yang Diupacarai
c. Setelah segalanya sudah siap maka upacara Katiana dimulai. Topopanuju memulai
mengambil ruas bambu yang berisi air jernih sambil membaca mantra-mantra,
sedangkan seluruh alat-alat perlengkapan upacara lainnya harus ditempatkan di depan
ibu yang diupacarai. Setelah dukun membaca mantra-mantra, maka air yang ada di
dalam bambu itu disiramkan ke kepala sang ibu secara perlahan-lahan sebanyak 7
kali. Bagi yang menyaksikan upacara ini harus mengikutinya dengan khusyuk di
tempat masing-masing. Setelah dukun menyiram air di kepala sang ibu, maka tokoh
adat yang mendampinginya juga mengambil bagian untuk menyiram air di kepala
sang ibu, demikian pula ibu (orang tua yang diupacarai) serta ibu-ibu kerabat lainnya.
Setelah itu upacara puncak dianggap selesai.
Gambar Topopanuju Menyiram Air ke Kepala Sang Ibu
d. Setelah puncak upacara itu selesai, maka biasanya dilanjutkan dengan makan atau
minum-minum. Bagi keluarga bangsawan biasanya makanan yang disajikan cukup
besar karena memotong kerbau, tetapi hal ini tidak mengikat karena dapat saja cukup
dengan minum saja.
Gambar Pemotongan Kerbau
5. Pantangan-pantangan yang harus dihindari
Untuk menjaga nilai-nilai sakral, biasanya di dalam upacara-upacara adat
terdapat bermacam-macam pantangan. Pantangan adalah segala sesuatu yang harus
dihindari agar pelaksanaan upacara benar-benar memberikan manfaat bagi yang
melaksanakannya.
Dalam upacara Katiana ada dua jenis pantangan: pantangan bersifat khusus
dan pantangan bersifat umum. Pantangan bersifat khusus adalah pantangan yang tidak
boleh dilakukan oleh suami-istri yang sedang mengadakan upacara. Adapun
pantangan-pantangan tersebut diantaranya adalah: tidak boleh marah-marah (harus
selalu merasa gembira), tidak boleh memotong/menyembelih binatang apapun juga,
tidak boleh mengejek orang cacat, dan ibu yang diupacarai harus selalu membawa
lemon suanggi. Lemon suanggi adalah sejenis sirih diberikan oleh Topopanuju ketika
dilaksanakan upacara Katiana, dan dipercayai sebagai alat penolak bahaya, penolak
gangguan setan atau gangguan makhluk halus, dan gangguan-gangguan lainnya.
Sedangkan pantangan yang bersifat umum adalah pantangan-pantangan yang
tidak boleh dilakukan oleh keluarga dan peserta upacara. Di antara pantangan-
pantangan tersebut adalah: semua benda yang bergantung harus diturunkan; belanga
yang tertutup harus dibuka; tikba yang tertelungkup harus dibuka; peserta upacara
harus membuka cincin, gelang, dan rantai; dan semua yang mengikat dirinya harus
dilonggarkan.
Masyarakat suku Pamona meyakini bahwa apabila pantangan-pantangan
tersebut dilanggar, maka akan menimbulkan akibat-akibat bagi sang ibu yang
mengandung, bayi yang dikandung dan keluarganya. Hal buruk yang dapat terjadi jika
pantangan dilanggar, diantaranya adalah: susah melahirkan, lahir cacat, dan sang ibu
atau keluarganya mendapat musibah.
A. Makna yang terkandung dalam upacara Katiana
Dalam upacara Katiana, terdapat banyak nilai luhur yang sepatutnya kita
renungkan dan cermati sehingga kita dapat mengambil hikmahnya. Di antara nilai-nilai
tersebut adalah: nilai religius atau keyakinan, nilai budaya, dan nilai sosial. Nilai religius
dapat dilihat pada pelaksanaan upacara itu sendiri yang diadaptasi dari agama Kristen.
Upacara Katiana merupakan cara masyarakat suku Pamona untuk memohon kepada
Tuhan agar mereka dikaruniai anak yang baik, proses kelahirannya lancar, dan
keluarganya terhindar dari mara bahaya. Nilai-nilai religius dapat juga dilihat pada
pembacaan mantra-mantra dan doa-doa selama berlangsungnya upacara. Selain itu, nilai
ini juga dapat dilihat dalam kepatuhan untuk tidak melanggar pantangan-pantangan.
Nilai sosial dapat dilihat pada keterlibatan berbagai lapisan masyarakat dalam
upacara Katiana tanpa memandang status sosialnya. Keterlibatan Topopanuju, tokoh-
tokoh adat, sanak keluarga baik yang bertempat tinggal dekat maupun jauh, ibu-ibu
rumah tangga di desa setempat, dan para sesepuh desa merupakan ekspresi dari nilai-
nilai sosial yang dianut oleh masyarakat suku Pamona.
Nilai budaya dapat dilihat diantaranya pada: Sirih Pinang, alu, dan air. Sirih
pinang merupakan lambang kesucian, lambang pergaulan, lambang menjalin-hubungan
kekerabatan, dan mempererat tali silaturahmi. Lambang alu mengandung pesan bahwa
manusia harus bekerja, dan air yang digunakan dalam upacara ini merupakan harapan
agar dalam proses kelahiran akan lancar seperti air mengalir. Keberadaan pantangan-
pantangan dalam upacara Katiana, selain bernilai keyakinan, juga merupakan cara
masyarakat suku Pamona untuk mewariskan, melembagakan, dan mengekalkan
tradisinya.
Dalam upacara Katiana, terdapat banyak nilai luhur yang sepatutnya kita
renungkan dan cermati sehingga kita dapat mengambil hikmahnya. Di antara nilai-nilai
tersebut adalah: nilai religius atau keyakinan, nilai budaya, dan nilai sosial. Nilai religius
dapat dilihat pada pelaksanaan upacara itu sendiri yang diadaptasi dari agama Kristen.
Upacara Katiana merupakan cara masyarakat suku Pamona untuk memohon kepada
Tuhan agar mereka dikaruniai anak yang baik, proses kelahirannya lancar, dan
keluarganya terhindar dari mara bahaya. Nilai-nilai religius dapat juga dilihat pada
pembacaan mantra-mantra dan doa-doa selama berlangsungnya upacara. Selain itu, nilai
ini juga dapat dilihat dalam kepatuhan untuk tidak melanggar pantangan-pantangan.
Nilai sosial dapat dilihat pada keterlibatan berbagai lapisan masyarakat dalam
upacara Katiana tanpa memandang status sosialnya. Keterlibatan Topopanuju, tokoh-
tokoh adat, sanak keluarga baik yang bertempat tinggal dekat maupun jauh, ibu-ibu
rumah tangga di desa setempat, dan para sesepuh desa merupakan ekspresi dari nilai-
nilai sosial yang dianut oleh masyarakat suku Pamona.
Nilai budaya dapat dilihat diantaranya pada: Sirih Pinang, alu, dan air. Sirih
pinang merupakan lambang kesucian, lambang pergaulan, lambang menjalin-hubungan
kekerabatan, dan mempererat tali silaturahmi. Lambang alu mengandung pesan bahwa
manusia harus bekerja, dan air yang digunakan dalam upacara ini merupakan harapan
agar dalam proses kelahiran akan lancar seperti air mengalir. Keberadaan pantangan-
pantangan dalam upacara Katiana, selain bernilai keyakinan, juga merupakan cara
masyarakat suku Pamona untuk mewariskan, melembagakan, dan mengekalkan
tradisinya.

More Related Content

What's hot

Proposal kebidanan 1
Proposal kebidanan 1Proposal kebidanan 1
Proposal kebidanan 1Septi Azhari
 
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...pjj_kemenkes
 
Cara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan
Cara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik KebidananCara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan
Cara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidananpjj_kemenkes
 
02 sistem rujukan maternal & neonatal
02 sistem rujukan maternal & neonatal02 sistem rujukan maternal & neonatal
02 sistem rujukan maternal & neonatalJoni Iswanto
 
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidananMateri issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidananLatifah Safriana
 
Pengaruh status gizi dengan menarche
Pengaruh status gizi dengan menarchePengaruh status gizi dengan menarche
Pengaruh status gizi dengan menarchehesti kusdianingrum
 
Model dan nilai promosi kesehatan
Model dan nilai promosi kesehatanModel dan nilai promosi kesehatan
Model dan nilai promosi kesehatanom_wiez
 
PERUBAHAN PSIKOLOGIS DALAM PERSALINAN.pptx
PERUBAHAN PSIKOLOGIS DALAM PERSALINAN.pptxPERUBAHAN PSIKOLOGIS DALAM PERSALINAN.pptx
PERUBAHAN PSIKOLOGIS DALAM PERSALINAN.pptxssuserbc9a2c
 
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilanFaktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilanHetty Astri
 
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatalmartaagustinasirait
 
Strategi Pelayanan Kebidanan Komunitas
Strategi Pelayanan Kebidanan KomunitasStrategi Pelayanan Kebidanan Komunitas
Strategi Pelayanan Kebidanan KomunitasDiandr
 
Konsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbangKonsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbanganita sriwaty
 
Terapi akupuntur
Terapi akupunturTerapi akupuntur
Terapi akupunturAFif RvGs
 
ADVOKASI KEMITRAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG UPAYA-UPAYA KE...
ADVOKASI KEMITRAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG UPAYA-UPAYA KE...ADVOKASI KEMITRAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG UPAYA-UPAYA KE...
ADVOKASI KEMITRAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG UPAYA-UPAYA KE...Veranica Widi
 
Amniotomi, Episiotomi, Penjahitan Perineum
Amniotomi, Episiotomi, Penjahitan PerineumAmniotomi, Episiotomi, Penjahitan Perineum
Amniotomi, Episiotomi, Penjahitan PerineumAstriYuliaSariLubis1
 

What's hot (20)

Proposal kebidanan 1
Proposal kebidanan 1Proposal kebidanan 1
Proposal kebidanan 1
 
Kegawatdaruratan maternitas
Kegawatdaruratan maternitasKegawatdaruratan maternitas
Kegawatdaruratan maternitas
 
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
 
Cara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan
Cara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik KebidananCara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan
Cara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan
 
02 sistem rujukan maternal & neonatal
02 sistem rujukan maternal & neonatal02 sistem rujukan maternal & neonatal
02 sistem rujukan maternal & neonatal
 
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidananMateri issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
 
Pengaruh status gizi dengan menarche
Pengaruh status gizi dengan menarchePengaruh status gizi dengan menarche
Pengaruh status gizi dengan menarche
 
PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI
PROSES LAKTASI DAN MENYUSUIPROSES LAKTASI DAN MENYUSUI
PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI
 
Ppt antropologi kel.6
Ppt antropologi kel.6Ppt antropologi kel.6
Ppt antropologi kel.6
 
Model dan nilai promosi kesehatan
Model dan nilai promosi kesehatanModel dan nilai promosi kesehatan
Model dan nilai promosi kesehatan
 
PERUBAHAN PSIKOLOGIS DALAM PERSALINAN.pptx
PERUBAHAN PSIKOLOGIS DALAM PERSALINAN.pptxPERUBAHAN PSIKOLOGIS DALAM PERSALINAN.pptx
PERUBAHAN PSIKOLOGIS DALAM PERSALINAN.pptx
 
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilanFaktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
 
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
 
Strategi Pelayanan Kebidanan Komunitas
Strategi Pelayanan Kebidanan KomunitasStrategi Pelayanan Kebidanan Komunitas
Strategi Pelayanan Kebidanan Komunitas
 
Konsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbangKonsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbang
 
Asuhan kebidanan ibu nifas normal pada ny
Asuhan kebidanan ibu nifas normal pada nyAsuhan kebidanan ibu nifas normal pada ny
Asuhan kebidanan ibu nifas normal pada ny
 
Terapi akupuntur
Terapi akupunturTerapi akupuntur
Terapi akupuntur
 
ADVOKASI KEMITRAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG UPAYA-UPAYA KE...
ADVOKASI KEMITRAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG UPAYA-UPAYA KE...ADVOKASI KEMITRAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG UPAYA-UPAYA KE...
ADVOKASI KEMITRAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG UPAYA-UPAYA KE...
 
Makalah nifas
Makalah nifasMakalah nifas
Makalah nifas
 
Amniotomi, Episiotomi, Penjahitan Perineum
Amniotomi, Episiotomi, Penjahitan PerineumAmniotomi, Episiotomi, Penjahitan Perineum
Amniotomi, Episiotomi, Penjahitan Perineum
 

Similar to Upacara Kehamilan Suku Pamona

Suku pamona 2
Suku pamona 2Suku pamona 2
Suku pamona 2Bia Putri
 
Suku pamona 2
Suku pamona 2Suku pamona 2
Suku pamona 2Bia Putri
 
TUGAS MAKALAH IPS VALENTINUS(SMKN 1 WALENRANG)
TUGAS MAKALAH IPS VALENTINUS(SMKN 1 WALENRANG)TUGAS MAKALAH IPS VALENTINUS(SMKN 1 WALENRANG)
TUGAS MAKALAH IPS VALENTINUS(SMKN 1 WALENRANG)valen tinus
 
Makalah ips valen
Makalah ips valenMakalah ips valen
Makalah ips valenvalen tinus
 
5 suku bangsa terbesar yang berasal dari pulau sumatera barat
5 suku bangsa terbesar yang berasal dari pulau sumatera barat5 suku bangsa terbesar yang berasal dari pulau sumatera barat
5 suku bangsa terbesar yang berasal dari pulau sumatera baratFalisha Asyifa
 
Tradisi Kupatan Neng Kudus Bahasa Jawa
Tradisi Kupatan Neng Kudus Bahasa JawaTradisi Kupatan Neng Kudus Bahasa Jawa
Tradisi Kupatan Neng Kudus Bahasa JawaFirdika Arini
 
Wawasan kemaritiman (penduduk B) 2015 A
Wawasan kemaritiman (penduduk B) 2015 AWawasan kemaritiman (penduduk B) 2015 A
Wawasan kemaritiman (penduduk B) 2015 AKemala Sari
 
Mengenal tradisi budaya nusantara seputar kehamilan
Mengenal tradisi budaya nusantara seputar kehamilanMengenal tradisi budaya nusantara seputar kehamilan
Mengenal tradisi budaya nusantara seputar kehamilanRannyta
 
Adat_istiadat_dan_upacara_jawa.pptx
Adat_istiadat_dan_upacara_jawa.pptxAdat_istiadat_dan_upacara_jawa.pptx
Adat_istiadat_dan_upacara_jawa.pptxRetnoParamitasari
 
Tugas uas antropologi new
Tugas uas antropologi newTugas uas antropologi new
Tugas uas antropologi newnofianatasari
 
Agama ( yadnya )
Agama ( yadnya )Agama ( yadnya )
Agama ( yadnya )ogy kresna
 
Tentang Lampung
Tentang LampungTentang Lampung
Tentang LampungRaha Sia
 
Kelompok 1 Budaya Sumatera.pdf
Kelompok 1 Budaya Sumatera.pdfKelompok 1 Budaya Sumatera.pdf
Kelompok 1 Budaya Sumatera.pdfMuhammadRipurio
 
kebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanakebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanaErick Ruing
 
kebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanakebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanaErick Ruing
 
Topik 2 kesedaran budaya 2b
Topik 2 kesedaran budaya 2bTopik 2 kesedaran budaya 2b
Topik 2 kesedaran budaya 2bshare with me
 

Similar to Upacara Kehamilan Suku Pamona (20)

ISBD SUKU BIMA
ISBD SUKU BIMAISBD SUKU BIMA
ISBD SUKU BIMA
 
Suku pamona 2
Suku pamona 2Suku pamona 2
Suku pamona 2
 
Suku pamona 2
Suku pamona 2Suku pamona 2
Suku pamona 2
 
Adeliya
AdeliyaAdeliya
Adeliya
 
TUGAS MAKALAH IPS VALENTINUS(SMKN 1 WALENRANG)
TUGAS MAKALAH IPS VALENTINUS(SMKN 1 WALENRANG)TUGAS MAKALAH IPS VALENTINUS(SMKN 1 WALENRANG)
TUGAS MAKALAH IPS VALENTINUS(SMKN 1 WALENRANG)
 
Makalah ips valen
Makalah ips valenMakalah ips valen
Makalah ips valen
 
5 suku bangsa terbesar yang berasal dari pulau sumatera barat
5 suku bangsa terbesar yang berasal dari pulau sumatera barat5 suku bangsa terbesar yang berasal dari pulau sumatera barat
5 suku bangsa terbesar yang berasal dari pulau sumatera barat
 
Tradisi Kupatan Neng Kudus Bahasa Jawa
Tradisi Kupatan Neng Kudus Bahasa JawaTradisi Kupatan Neng Kudus Bahasa Jawa
Tradisi Kupatan Neng Kudus Bahasa Jawa
 
Makalah karo (2)
Makalah karo (2)Makalah karo (2)
Makalah karo (2)
 
Wawasan kemaritiman (penduduk B) 2015 A
Wawasan kemaritiman (penduduk B) 2015 AWawasan kemaritiman (penduduk B) 2015 A
Wawasan kemaritiman (penduduk B) 2015 A
 
Mengenal tradisi budaya nusantara seputar kehamilan
Mengenal tradisi budaya nusantara seputar kehamilanMengenal tradisi budaya nusantara seputar kehamilan
Mengenal tradisi budaya nusantara seputar kehamilan
 
Adat_istiadat_dan_upacara_jawa.pptx
Adat_istiadat_dan_upacara_jawa.pptxAdat_istiadat_dan_upacara_jawa.pptx
Adat_istiadat_dan_upacara_jawa.pptx
 
Tugas uas antropologi new
Tugas uas antropologi newTugas uas antropologi new
Tugas uas antropologi new
 
Agama ( yadnya )
Agama ( yadnya )Agama ( yadnya )
Agama ( yadnya )
 
Tentang Lampung
Tentang LampungTentang Lampung
Tentang Lampung
 
Kelompok 1 Budaya Sumatera.pdf
Kelompok 1 Budaya Sumatera.pdfKelompok 1 Budaya Sumatera.pdf
Kelompok 1 Budaya Sumatera.pdf
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
kebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanakebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopana
 
kebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanakebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopana
 
Topik 2 kesedaran budaya 2b
Topik 2 kesedaran budaya 2bTopik 2 kesedaran budaya 2b
Topik 2 kesedaran budaya 2b
 

More from Nolis Marliati

Makalah Kosmetik Nusantara
Makalah Kosmetik NusantaraMakalah Kosmetik Nusantara
Makalah Kosmetik NusantaraNolis Marliati
 
Makalah kosmetika madura
Makalah kosmetika maduraMakalah kosmetika madura
Makalah kosmetika maduraNolis Marliati
 
Makalah kosmetik banjar
Makalah kosmetik banjar Makalah kosmetik banjar
Makalah kosmetik banjar Nolis Marliati
 
makalah kosmetik jepang
makalah kosmetik jepangmakalah kosmetik jepang
makalah kosmetik jepangNolis Marliati
 
Makalah kosmetika tradisional china
Makalah kosmetika tradisional china Makalah kosmetika tradisional china
Makalah kosmetika tradisional china Nolis Marliati
 
Makalah kosmetik jogja
Makalah  kosmetik jogjaMakalah  kosmetik jogja
Makalah kosmetik jogjaNolis Marliati
 
Tata upacara pengantin banjar
Tata upacara pengantin banjarTata upacara pengantin banjar
Tata upacara pengantin banjarNolis Marliati
 
Tata upacara dan tata rias pengantin ambon
Tata upacara dan tata rias pengantin ambonTata upacara dan tata rias pengantin ambon
Tata upacara dan tata rias pengantin ambonNolis Marliati
 
Tata rias untuk provinsi bangka belitung
Tata rias untuk provinsi bangka belitungTata rias untuk provinsi bangka belitung
Tata rias untuk provinsi bangka belitungNolis Marliati
 
Sejarah mode tata rias pengantin kalimantan tengah
Sejarah mode tata rias pengantin kalimantan tengahSejarah mode tata rias pengantin kalimantan tengah
Sejarah mode tata rias pengantin kalimantan tengahNolis Marliati
 
Pembuatan sanggul kreasi
Pembuatan sanggul kreasiPembuatan sanggul kreasi
Pembuatan sanggul kreasiNolis Marliati
 
Pembuatan sanggul kreasi 5
Pembuatan sanggul kreasi 5Pembuatan sanggul kreasi 5
Pembuatan sanggul kreasi 5Nolis Marliati
 
Pembuatan sanggul kreasi 4
        Pembuatan sanggul kreasi 4        Pembuatan sanggul kreasi 4
Pembuatan sanggul kreasi 4Nolis Marliati
 
Pembuatan sanggul kreasi 3
Pembuatan sanggul kreasi 3Pembuatan sanggul kreasi 3
Pembuatan sanggul kreasi 3Nolis Marliati
 
Pembuatan sanggul kreasi 2
Pembuatan sanggul kreasi 2Pembuatan sanggul kreasi 2
Pembuatan sanggul kreasi 2Nolis Marliati
 
Pembuatan sanggul dewi anggur 3
Pembuatan sanggul dewi anggur 3Pembuatan sanggul dewi anggur 3
Pembuatan sanggul dewi anggur 3Nolis Marliati
 

More from Nolis Marliati (20)

Makalah Kosmetik Nusantara
Makalah Kosmetik NusantaraMakalah Kosmetik Nusantara
Makalah Kosmetik Nusantara
 
Makalah kosmetika madura
Makalah kosmetika maduraMakalah kosmetika madura
Makalah kosmetika madura
 
Makalah kosmetik banjar
Makalah kosmetik banjar Makalah kosmetik banjar
Makalah kosmetik banjar
 
makalah kosmetik jepang
makalah kosmetik jepangmakalah kosmetik jepang
makalah kosmetik jepang
 
Makalah kosmetika tradisional china
Makalah kosmetika tradisional china Makalah kosmetika tradisional china
Makalah kosmetika tradisional china
 
Makalah kosmetik jogja
Makalah  kosmetik jogjaMakalah  kosmetik jogja
Makalah kosmetik jogja
 
Kosmetik makalah jawa
Kosmetik makalah jawaKosmetik makalah jawa
Kosmetik makalah jawa
 
Modul sanggul modern
Modul sanggul modernModul sanggul modern
Modul sanggul modern
 
Sanggul tradisional
Sanggul tradisionalSanggul tradisional
Sanggul tradisional
 
Tata upacara pengantin banjar
Tata upacara pengantin banjarTata upacara pengantin banjar
Tata upacara pengantin banjar
 
Tata upacara dan tata rias pengantin ambon
Tata upacara dan tata rias pengantin ambonTata upacara dan tata rias pengantin ambon
Tata upacara dan tata rias pengantin ambon
 
Tata rias untuk provinsi bangka belitung
Tata rias untuk provinsi bangka belitungTata rias untuk provinsi bangka belitung
Tata rias untuk provinsi bangka belitung
 
Sejarah mode tata rias pengantin kalimantan tengah
Sejarah mode tata rias pengantin kalimantan tengahSejarah mode tata rias pengantin kalimantan tengah
Sejarah mode tata rias pengantin kalimantan tengah
 
Pernikahan adat bali
Pernikahan adat baliPernikahan adat bali
Pernikahan adat bali
 
Pembuatan sanggul kreasi
Pembuatan sanggul kreasiPembuatan sanggul kreasi
Pembuatan sanggul kreasi
 
Pembuatan sanggul kreasi 5
Pembuatan sanggul kreasi 5Pembuatan sanggul kreasi 5
Pembuatan sanggul kreasi 5
 
Pembuatan sanggul kreasi 4
        Pembuatan sanggul kreasi 4        Pembuatan sanggul kreasi 4
Pembuatan sanggul kreasi 4
 
Pembuatan sanggul kreasi 3
Pembuatan sanggul kreasi 3Pembuatan sanggul kreasi 3
Pembuatan sanggul kreasi 3
 
Pembuatan sanggul kreasi 2
Pembuatan sanggul kreasi 2Pembuatan sanggul kreasi 2
Pembuatan sanggul kreasi 2
 
Pembuatan sanggul dewi anggur 3
Pembuatan sanggul dewi anggur 3Pembuatan sanggul dewi anggur 3
Pembuatan sanggul dewi anggur 3
 

Recently uploaded

Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaAbdiera
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxSyifaDzikron
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docNurulAiniFirdasari1
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfSBMNessyaPutriPaulan
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............SenLord
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxdonny761155
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiOviLarassaty1
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxUlyaSaadah
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 

Recently uploaded (20)

Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 

Upacara Kehamilan Suku Pamona

  • 1. UPACARA KEHAMILAN MASYARAKAT SULAWESI TENGAH “KATIANA” (SUKU PAMONA) Upacara daur hidup dalam komunitas masyarakat Sulawesi Tengah merupakan salah satu bentuk upacara adat yang masih lestari, sebagai wujud realisasi kompleks kelakuan berpola, kompleks ide, dan hasil karya manusia. Sistem upacara daur hidup juga berangkat dari sistem religi masyarakat Sulawesi Tengah. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin mengglobal, upacara daur hidup mengalami perkembangan dan perubahan-perubahan baik dari sisi substansi maupun fungsi. Hal ini disebabkan adanya kecenderungan pola pikir yang semakin berorientasi praktis, perubahan pandangan, dan keyakinan, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Upacara daur hidup pada masa sekarang ini cenderung mengalami penyederhanaan-penyederhanaan baik sarana maupun prosesinya. Kebanyakan masyarakat pada masa kini sudah tidak lagi mengetahui prosesi lengkap dan tata cara serta sarana yang utuh dalam penyelenggaraan suatu upacara. Oleh karena itu, untuk mengetahui sarana dan prosesi yang lengkap mengenai tata cara dan upacara seputar daur hidup, diperlukan sumber informasi yang mantap. Sulawesi Tengah bagi masyarakat secara keseluruhan, selalu ada upacara. Misalnya dimulai sejak sebelum kelahiran, dalam upacara yang hamil, dan adat dan upacara kelahiran, adat dan upacara sebelum dewasa, adat dan upacara perkawinan dan upacara pemakaman. Dengan begitu banyak upacara ritual transisi dari masa kanak- kanak sampai dewasa ini sangat unik. Maksud utama dari pada penyelenggaraan upacara Katiana ini adalah keselamatan baik untuk kesalamatan ibu, rumah tangga, dan khususnya tertuju kepada keselamatan bayi di dalam kandungan. Artinya bahwa dengan upacara ini didoakan agar bayi di dalam kandungan sang ibu dapat tumbuh dengan subur, sempurna, dan tidak banyak mengganggu kesehatan sang ibu. Di balik upacara tersebut maka secara psikologis, memberikan pegangan bagi sang ibu dan seluruh sanak kerabat yang dapat dijadikan pegangan yang kuat selama dalam masa kehamilannya agar tetap tabah dan kuat menghadapi hal-hal yang cukup kritis dalam kurun waktu 9 bulan itu. Hal ini berarti suatu dorongan dan motivasi bagi sang ibu agar ketenangan tetap melekat dalam jiwanya selama masa hamil. 1. Asal-Usul
  • 2. Suku Pamona adalah salah satu suku yang berada di Sulawesi Tengah, Indonesia. Suku Pamona, atau sering juga disebut suku Poso, mendiami hampir seluruh wilayah kabupaten Poso, Kabupaten Tojo Una-Una, Morowali, bahkan provinsi Sulawesi Selatan (Luwu Utara), sedangkan sebagian kecil hidup merantau di berbagai daerah di Indonesia. Jika di suatu daerah terdapat suku Pamona, biasanya selalu ada Rukun Poso, yaitu wadah perkumpulan orang-orang sesuku untuk melakukan sesuatu kegiatan di daerah tersebut. Agama yang dianut hampir seluruh anggota suku ini adalah Kristen. Agama Kristen masuk daerah sekitar 100 tahun yang lalu dan sampai sekarang diterima sebagai agama rakyat. Sekarang semua gereja-gereja yang sealiran dengan gereja ini bernaung dibawah naungan organisasi Gereja Kristen Sulawesi tengah (GKST) yang berpusat di Tentena, kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Sebagian besar masyarakat sehari-hari menggunakan bahasa Pamona (Bare'e) dan bahasa Indonesia dengan gaya bahasa setempat. Mereka berprofesi sebagai petani, pegawai negeri, pendeta, wiraswasta, dan lain-lain. Sesungguhnya suku Pamona tidak identik dengan suku Poso, Karena pada prinsipnya suku Poso tidak ada, yang ada adalah daerah yang bernama Poso, didiami oleh suku Pamona. Kata "Poso" sendiri dalam bahasa Pamona berarti "pecah". Asal nama Poso yang berarti pecah, konon dimulai dari terbentuknya Danau Poso. Konon, danau Poso terbentuk dari sebuah lempengan tanah berbukit, dimana dibawah lempengan bukit tersebut terdapat mata air. Disekeliling bukit merupakan dataran rendah, sehingga aliran air dari pegunungan terkumpul di sekeliling bukit tersebut. Genangan air tersebut menggerus tanah disekeliling bukit sehingga makin lama air yang menyisip kedalam tanah, bertemu dengan air yang di dalam perut bumi. Akibatnya terjadi abrasi yang menjadi penyebab labilnya struktur tanah yang memang agak berpasir. Lambat laun pinggiran bukit tidak kuat lagi menahan beban bukit yang di atasnya, sehingga mengakibatkan pecahnya bukit yang terbawah masuk, jatuh kedalam kubangan mata air di bawah bukit, sehingga membentuk danau kecil. Bagi masyarakat suku Pamona zaman tersebut kejadian tersebut dituturkan sebagai pecahnya gunung yang membentuk danau tersebut, sehingga dinamai "Danau Poso" Danau yang baru terbentuk tersebut, kian lama kian membesar, karena sumber mata air di pegunungan sekelilingnya mengalir kearah danau baru tersebut. Akibatnya debit air danau dari waktu ke waktu terus naik, sehingga luas permukaannya menjadi demikian lebar. Sesuai dengan sifat air yang selalu mencari dataran rendah, maka
  • 3. pada ketinggian permukaan tertentu, terbentuklah sebuah sungai yang mengarah ke pantai laut akibat danau tidak mampu lagi menampung debit air. Karena sungai tersebut berasal dari danau Poso, maka sungai baru tersebut, dinamai dengan nama yang sama, yakni Poso (sungai Poso). Muara sungai baru yang terbentuk itu kemudian didiami oleh sejumlah penduduk, karena di sungai baru tersebut ternyata terdapat banyak ikan. Kumpulan penduduk pemukim baru itu kemudian menamai kampung tersebut dengan sebutan yang sama, yakni Poso. Adapun beberapa suku yang mendiami tanah poso adalah sebagai berikut : 1. Pamona 2. Mori 3. Bada 4. Napu 5. Tojo Una-una. Sebagaimana halnya suku-suku yang lain di Indonesia, suku Pamona memandang penting lahirnya generasi penerus untuk terus melanjutkan eksistensi mereka di atas muka bumi. Oleh karena itu, jika ada janin sedang dikandung oleh salah satu warga Pamona, janin tersebut dijaga dari segala kemungkinan yang kurang baik dengan mengadakan upacara. Upacara ini disebut "Katiana", yaitu upacara selamatan pada masa kehamilan. Tujuan upacara ini adalah untuk memohonkan keselamatan baik untuk keselamatan ibu yang sedang mengandung, rumah tangga, dan bayi yang berada di dalam kandungan. Bentuk-bentuk keselamatan yang hendak dicapai dalam upacara ini adalah: bayi di dalam kandungan sang ibu dapat tumbuh dengan sehat, sempurna, dan tidak banyak mengganggu kesehatan sang ibu. Di balik upacara tersebut maka secara psikologis, memberikan pegangan bagi sang ibu dan seluruh sanak kerabat sehingga tetap tabah dan kuat menghadapi hal-hal yang cukup kritis dalam kurun waktu 9 bulan mengandung bayi. Hal ini juga berarti suatu dorongan dan motivasi bagi sang ibu sehingga ketenangan senantiasa melekat dalam jiwanya selama masa kehamilan. Pelaksanaan upacara Katiana oleh masyarakat suku Pamona merupakan pengejewantahan dari keyakinan dan pengharapan. Keyakinan akan adanya Dzat yang menguasai dirinya dan pengharapan agar Dzat yang diyakini tersebut mengabulkan permohonannya. Sebagai sebuah bentuk ekspresi keyakinan, maka pelaksanaan upacara yang dilakukan, biasanya merupakan penggabungan hal-hal yang bersifat sakral dan sosial, walaupun kemudian hal yang bersifat sosial tersebut juga disakralkan. Pemilihan hari, penggunaan bahan-bahan khusus, tahapan-tahapan upacara yang diwariskan, dan adanya pantangan yang harus dihindari menunjukkan pensakralan hal-hal yang bersifat profan. Bagaimana proses pensakralan terjadi dan
  • 4. barang apa saja yang dijadikan sakral dalam upacara Katiana akan dijelaskan pada pembahasan berikut ini. 2. Pelaksana dan Peralatan Upacara a. Pelaksana Agar upacara yang dilakukan mencapai hasil yang diinginkan, maka suami dan istrinya yang sedang hamil menyerahkan sepenuhnya teknis pelaksanaan kepada ahlinya, yaitu Topopanuju (dukun). Topopanuju biasanya adalah seorang perempuan yang berumur lebih dari 50 tahun. Dalam menjalankan tugasnya, Topopanuju didampingi oleh tetua kampung, perempuan yang sudah berkeluarga dari sanak keluarga, dan tokoh adat setempat. b. Peralatan Peralatan yang diperlukan untuk mengadakan upacara Katiana diantaranya adalah: • Seperangkat sirih pinang (tembakau, sirih, kapur, dan gambir). Gambar Seperangkat Sirih Pinang • Seperangkat piring-piring adat. Gambar Seperangkat Piring-Piring Adat • Alu, alat tumbuk padi.
  • 5. Gambar Alu • Tikar (boru) yang terbuat dari daun pandan. Gambar Boru • Satu ruas bambu yang diisi dengan air jernih. Gambar Satu Ruas Bambu • Ruangan upacara yang lantainya terbuat dari bambu. 3. Tempat dan Waktu Upacara a. Tempat Tempat untuk melaksanakan upacara Katiana nampaknya dipengaruhi oleh sistem kekerabatan suku Pamona. Menurut sistem kekerabatan suku Pamona, ketika seorang laki-laki telah menikahi seorang perempuan, maka laki-laki tersebut harus tinggal dan menetap di rumah orang tua istrinya. Berdasarkan aturan tersebut, maka pelaksanaan upacara Katiana juga diselenggarakan di rumah orang tua istrinya. b. Waktu Agar tujuan upacara ini tercapai, maka harus dicari waktu yang baik untuk menyelenggarakannya. Kesalahan menentukan waktu tidak saja dapat
  • 6. menyebabkan tujuan upacara tidak tercapai, tetapi juga dapat mengundang bencana. Dalam menentukan hari baik, suami-istri yang hendak melaksanakan upacara Katiana menanyakan kepada Topopanuju. Topopanuju dalam menentukan hari baik berpedoman pada dua hal, yaitu: umur kandungan dan sinar rembulan. Secara umum, upacara ini dilakukan ketika kandungan sudah berumur 6 atau 7 bulan, ketika perut sang ibu kelihatan membesar, dan bulan dalam keadaan terang, yaitu malam tanggal 7 sampai malam tanggal 15 dalam siklus peredaran rembulan. Pelaksanaan upacara pada saat bulan sedang penuh (bersinar terang) berkaitan dengan keyakinan bahwa penyelenggaraan upacara pada saat bulan sedang terang akan menyebabkan masa depan bayi yang akan lahir cerah, tetapi apabila bulan di langit sudah berkurang (16 sampai dengan 30), maka waktu ini dianggap kurang baik. 4. Tata Laksana Salah satu keunikan upacara adat adalah adanya tata-aturan pelaksanaan upacara yang diwariskan secara turun temurun dan harus dijalankan apa adanya. Demikian juga dengan upacara ini. Untuk menjamin terlaksananya upacara ini sesuai dengan tata-aturan yang baku, maka pelaksanaan upacara ini dipandu oleh seorang Topopanuju. Adapun tata-cara pelaksanaanya adalah sebagai berikut: a. Ibu yang mengandung (yang diupacarai) mengambil tempat di ruangan upacara, yaitu di lantai yang terbuat dari anyaman bambu. Di dampingi oleh suami, seluruh sanak keluarga (ibu-ibu) baik dari pihak suami maupun dari pihak istri. Dukun tersebut harus berada di samping ibu yang diupacarai dengan didampingi oleh tokoh adat setempat, sedangkan lainnya (para undangan) mengambil tempat di sekitar ruangan upacara bahkan di sekitar rumah. Rumah suku Pamona adalah rumah panggung. b. Ibu yang diupacarai tidak diperkenankan memakai baju, rok, dan celana dalam kecuali memakai sarung yang diikat pada bagian atas buah dada, sedangkan topopanuju memakai pakaian adat demikian pula tokoh adat yang ada. Alat-alat perlengkapan upacara seperti seperangkat sirih pinang, seperangkat piring adat, alu, boru (tikar), ruas bambu yang berisi air jernih, lemon suanggi (sejenis sirih), dan bunga pinang. Alat-alat perlengkapan tersebut diletakkan di depan sang ibu yang diupacarai.
  • 7. Gambar Ibu yang Diupacarai c. Setelah segalanya sudah siap maka upacara Katiana dimulai. Topopanuju memulai mengambil ruas bambu yang berisi air jernih sambil membaca mantra-mantra, sedangkan seluruh alat-alat perlengkapan upacara lainnya harus ditempatkan di depan ibu yang diupacarai. Setelah dukun membaca mantra-mantra, maka air yang ada di dalam bambu itu disiramkan ke kepala sang ibu secara perlahan-lahan sebanyak 7 kali. Bagi yang menyaksikan upacara ini harus mengikutinya dengan khusyuk di tempat masing-masing. Setelah dukun menyiram air di kepala sang ibu, maka tokoh adat yang mendampinginya juga mengambil bagian untuk menyiram air di kepala sang ibu, demikian pula ibu (orang tua yang diupacarai) serta ibu-ibu kerabat lainnya. Setelah itu upacara puncak dianggap selesai. Gambar Topopanuju Menyiram Air ke Kepala Sang Ibu d. Setelah puncak upacara itu selesai, maka biasanya dilanjutkan dengan makan atau minum-minum. Bagi keluarga bangsawan biasanya makanan yang disajikan cukup besar karena memotong kerbau, tetapi hal ini tidak mengikat karena dapat saja cukup dengan minum saja.
  • 8. Gambar Pemotongan Kerbau 5. Pantangan-pantangan yang harus dihindari Untuk menjaga nilai-nilai sakral, biasanya di dalam upacara-upacara adat terdapat bermacam-macam pantangan. Pantangan adalah segala sesuatu yang harus dihindari agar pelaksanaan upacara benar-benar memberikan manfaat bagi yang melaksanakannya. Dalam upacara Katiana ada dua jenis pantangan: pantangan bersifat khusus dan pantangan bersifat umum. Pantangan bersifat khusus adalah pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh suami-istri yang sedang mengadakan upacara. Adapun pantangan-pantangan tersebut diantaranya adalah: tidak boleh marah-marah (harus selalu merasa gembira), tidak boleh memotong/menyembelih binatang apapun juga, tidak boleh mengejek orang cacat, dan ibu yang diupacarai harus selalu membawa lemon suanggi. Lemon suanggi adalah sejenis sirih diberikan oleh Topopanuju ketika dilaksanakan upacara Katiana, dan dipercayai sebagai alat penolak bahaya, penolak gangguan setan atau gangguan makhluk halus, dan gangguan-gangguan lainnya. Sedangkan pantangan yang bersifat umum adalah pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh keluarga dan peserta upacara. Di antara pantangan- pantangan tersebut adalah: semua benda yang bergantung harus diturunkan; belanga yang tertutup harus dibuka; tikba yang tertelungkup harus dibuka; peserta upacara harus membuka cincin, gelang, dan rantai; dan semua yang mengikat dirinya harus dilonggarkan. Masyarakat suku Pamona meyakini bahwa apabila pantangan-pantangan tersebut dilanggar, maka akan menimbulkan akibat-akibat bagi sang ibu yang mengandung, bayi yang dikandung dan keluarganya. Hal buruk yang dapat terjadi jika pantangan dilanggar, diantaranya adalah: susah melahirkan, lahir cacat, dan sang ibu atau keluarganya mendapat musibah. A. Makna yang terkandung dalam upacara Katiana
  • 9. Dalam upacara Katiana, terdapat banyak nilai luhur yang sepatutnya kita renungkan dan cermati sehingga kita dapat mengambil hikmahnya. Di antara nilai-nilai tersebut adalah: nilai religius atau keyakinan, nilai budaya, dan nilai sosial. Nilai religius dapat dilihat pada pelaksanaan upacara itu sendiri yang diadaptasi dari agama Kristen. Upacara Katiana merupakan cara masyarakat suku Pamona untuk memohon kepada Tuhan agar mereka dikaruniai anak yang baik, proses kelahirannya lancar, dan keluarganya terhindar dari mara bahaya. Nilai-nilai religius dapat juga dilihat pada pembacaan mantra-mantra dan doa-doa selama berlangsungnya upacara. Selain itu, nilai ini juga dapat dilihat dalam kepatuhan untuk tidak melanggar pantangan-pantangan. Nilai sosial dapat dilihat pada keterlibatan berbagai lapisan masyarakat dalam upacara Katiana tanpa memandang status sosialnya. Keterlibatan Topopanuju, tokoh- tokoh adat, sanak keluarga baik yang bertempat tinggal dekat maupun jauh, ibu-ibu rumah tangga di desa setempat, dan para sesepuh desa merupakan ekspresi dari nilai- nilai sosial yang dianut oleh masyarakat suku Pamona. Nilai budaya dapat dilihat diantaranya pada: Sirih Pinang, alu, dan air. Sirih pinang merupakan lambang kesucian, lambang pergaulan, lambang menjalin-hubungan kekerabatan, dan mempererat tali silaturahmi. Lambang alu mengandung pesan bahwa manusia harus bekerja, dan air yang digunakan dalam upacara ini merupakan harapan agar dalam proses kelahiran akan lancar seperti air mengalir. Keberadaan pantangan- pantangan dalam upacara Katiana, selain bernilai keyakinan, juga merupakan cara masyarakat suku Pamona untuk mewariskan, melembagakan, dan mengekalkan tradisinya.
  • 10. Dalam upacara Katiana, terdapat banyak nilai luhur yang sepatutnya kita renungkan dan cermati sehingga kita dapat mengambil hikmahnya. Di antara nilai-nilai tersebut adalah: nilai religius atau keyakinan, nilai budaya, dan nilai sosial. Nilai religius dapat dilihat pada pelaksanaan upacara itu sendiri yang diadaptasi dari agama Kristen. Upacara Katiana merupakan cara masyarakat suku Pamona untuk memohon kepada Tuhan agar mereka dikaruniai anak yang baik, proses kelahirannya lancar, dan keluarganya terhindar dari mara bahaya. Nilai-nilai religius dapat juga dilihat pada pembacaan mantra-mantra dan doa-doa selama berlangsungnya upacara. Selain itu, nilai ini juga dapat dilihat dalam kepatuhan untuk tidak melanggar pantangan-pantangan. Nilai sosial dapat dilihat pada keterlibatan berbagai lapisan masyarakat dalam upacara Katiana tanpa memandang status sosialnya. Keterlibatan Topopanuju, tokoh- tokoh adat, sanak keluarga baik yang bertempat tinggal dekat maupun jauh, ibu-ibu rumah tangga di desa setempat, dan para sesepuh desa merupakan ekspresi dari nilai- nilai sosial yang dianut oleh masyarakat suku Pamona. Nilai budaya dapat dilihat diantaranya pada: Sirih Pinang, alu, dan air. Sirih pinang merupakan lambang kesucian, lambang pergaulan, lambang menjalin-hubungan kekerabatan, dan mempererat tali silaturahmi. Lambang alu mengandung pesan bahwa manusia harus bekerja, dan air yang digunakan dalam upacara ini merupakan harapan agar dalam proses kelahiran akan lancar seperti air mengalir. Keberadaan pantangan- pantangan dalam upacara Katiana, selain bernilai keyakinan, juga merupakan cara masyarakat suku Pamona untuk mewariskan, melembagakan, dan mengekalkan tradisinya.