ini adalah salah satu tugas saya saat saya kelas 8 smp. makalah ini tentang impresionisme terutama tokoh tokoh impresionisme baik luar maupun dalam negeri. semoga membantu :) love you all follow twiter ku di lutfiatulaziza5
ikuti terus slide share ku dan tenkan materi materi menarik lainya dan kunjungi wordpresku miidatull.wordpress.com
dan akun blogger ku My Id Atul. untuk saran dan komentar lutfiatulspanega@gmail.com.
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
Impresionisme-Seni Budaya
1. 1
Daftar isi
A. Impresionisme.................................................................................................................................3
1. Pengertian.......................................................................................................................3
2. Penjelasan .......................................................................................................................3
3. Sejarah ............................................................................................................................4
4. Pengaruh teknologi dan sains .......................................................................................5
5. Pengaruh terhadap seni rupa modern .........................................................................6
6. Ciri khas..........................................................................................................................6
7. Post-Impresionisme........................................................................................................7
8. Pelukis-pelukis yang tergolong dalam aliran impresionisme.....................................7
9. Menyuting tokoh ............................................................................................................8
a. Luar negeri ............................................................................................................8
b. Dalam negeri........................................................................................................19
B. Ekspresionisme.............................................................................................................................26
1. Pengertian.....................................................................................................................26
2. Pelukis-pelukis yang tergolong dalam aliran ekspresionis.......................................26
3. Sejarah Seni Lukis Ekspressionisme..........................................................................27
4. Ciri Ciri Aliran Lukisan Ekspressionisme : ..............................................................27
5. Ciri-ciri Arsitektur Ekspresionisme :.........................................................................27
6. Menyuting tokoh ..........................................................................................................28
a. Luar negri............................................................................................................28
b. Dalam negeri........................................................................................................69
Daftar pustaka.....................................................................................................................................81
2. 2
Pendahuluan
Assalammualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat taufiq ,hidayah,
serta inayahnya sehingga kami dapat menyusun makalah tentang “Aliran dalam Lukisan” ini
dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini,kami berharap para pembaca dapat menambah
wawasan, ilmu pengetahuan.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun tugas ini jauh dari kata yang sempurna, oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
menuntun kami untuk meraih prestasi.
Wassalammualaikum Wr.Wb
3. 3
A. Impresionisme
1. Pengertian
Impresionisme adalah sebuah aliran yang berusaha menampilkan kesan-kesan
pencahayaan yang kuat, dengan penekanan pada tampilan warna dan bukan bentuk.
Namun kalangan akademisi ada yang justru menampilkan kesan garis yang kuat dalam
impresionisme ini. Aliran Impresionisme muncul dari abad 19 yang dimulai dari Paris
pada tahun 1860an. Nama ini awalnya dikutip dari lukisan Claude Monet, "Impression,
Sunrise" ("Impression, soleil levant"). Kritikus Louis Leroy menggunakan kata ini
sebagai sindiran dalam artikelnya di Le Charivari.
Karakteristik utama lukisan impresionisme adalah kuatnya goresan kuas, warna-
warna cerah (bahkan banyak sekali pelukis impresionis yang mengharamkan warna
hitam karena dianggap bukan bagian dari cahaya), komposisi terbuka, penekanan pada
kualitas pencahayaan, subjek-subjek lukisan yang tidak terlalu menonjol, dan sudut
pandang yang tidak biasa.
2. Penjelasan
Seniman impresionisme pada awalnya terinspirasi oleh teori-teori Eugene
Delacroix yang mulai merasakan ketidakpuasan terhadap perkembangan seni akademis
pada masa itu yang terlalu berkonsentrasi kepada mahzab seni lukis klasik. Ia
berpendapat bahwa lukisan tidak selamanya dibentuk dengan pengolahan garis secara
berlebihan seperti dikembangkan oleh Ingres selama bertahun-tahun. Sebaliknya
pengolahan bidang-bidang warna dengan penuh perhitungan akan menghasilkan bentuk
lukisan yang tidak kalah menariknya.
Namun Delacroix sendiri bisa dianggap gagal melepaskan diri dari pengaruh
pakem seni lukis akademi karena bagaimanapun lukisannya sendiri masih
berkonsentrasi pada bentuk-bentuk secara ideal.
Kemudian beberapa pelukis secara radikal melanggar aturan-aturan akademis
dalam pembuatan lukisan. Lukisan ini tidak lagi berkonsentrasi pada bentuk secara
mendetail dengan mementingkan kontur, volume, dan garis. Juga meninggalkan
pengamatan struktural bentuk suatu objek. Sebaliknya, suasana didapatkan dengan
menangkap kesan (impresi) cahaya yang ditangkap sekilas oleh mata. Akibatnya bentuk
objek menjadi lebih sederhana, tidak seperti lukisan naturalisme atau realisme.
Pada awalnya tidak hanya lukisan still life dan potret saja yang dibuat di dalam
ruangan, tetapi juga pemandangan. Hal inilah yang kemudian mendorong seniman
impresionis untuk menemukan bahwa ada kesan yang berbeda didapatkan jika lukisan
dibuat di area terbuka dengan langsung mengamati objek yang dibuat. Mereka
memakai goresan warna-warna pendek, pecah, dan sekaligus murni (dengan arti tidak
disengajakan untuk dicampur di atas palet) untuk memberikan nyawa kepada lukisan.
Penekanan lukisan kemudian bergeser kepada kesan keseluruhan daripada detail-detail
objek tertentu.
4. 4
Perkembangan selanjutnya dari impresionisme adalah penemuan bahwa yang
lebih penting daripada teknik impresionisme sendiri adalah pembedaan dalam sudut
pandang. Impresionisme sebenarnya adalah seni pergerakan, pose, dan komposisi dari
permainan kesan cahaya yang dituangkan dalam warna-warna cerah dan bervariasi.
Pada akhir abad 19, masyarakat mulai mempercayai bahwa impresionisme adalah
cara pandang yang jernih dan jujur terhadap kehidupan, meskipun secara artisitik
bukanlah pendekatan yang benar dalam pembuatan karya.
Puncak gerakan seni impresionisme di Perancis terjadi hampir bersamaan dengan
di negara lain, antara lain di Italia dengan pelukis Macchiaioli, dan Amerika Serikat
dengan pelukis Winslow Homer.
Impresionisme menjadi pelopor berkembangnya aliran-aliran seni modern lain
seperti Post-Impresionisme, Fauvisme, and Kubisme.
3. Sejarah
Dalam sejarah perubahan Paris oleh Napoleon III, Académie des beaux-arts
mendominasi kegiatan seni pada abad 19. Akademi ini adalah penguasa standardisasi
tradisional lukisan-lukisan Perancis, termasuk dalam hal tema dan gaya. Tema historis,
religius, dan potret sangat dihargai pada saat itu, sementara tema pemandangan dan still
life hanya dipandang sebelah mata. Académie des beaux-arts juga menginginkan setiap
lukisan memperhatikan setiap detail dan finishing yang sempurna, dan jika bisa
mendekati kemiripan fotografis. Semua goresan kuas sangat diperhatikan dengan
mempertimbangkan bahwa hal tersebut adalah cerminan kepribadian, emosi, dan teknik
yang dimiliki seorang pelukis. Warna-warna gelap dan suram lebih dihargai.
Akademi mengadakan pameran tahunan Salon de Paris, dan pelukis yang terpilih
akan memenangkan sejumlah hadiah dan penugasan yang kemudian akan menjamin
keberlangsungan karya-karya pelukis tersebut. Secara tidak langsung, hal inilah yang
mendorong terbentuknya standardisasi lukisan yang tercermin dari pilihan para juri.
Beberapa pelukis muda kemudian semakin cenderung memakai warna-warna
cerah dan terang dibanding generasi sebelumnya, dengan maksud mengembangka gaya
Realisme Gustave Courbet dan kemudian mendapat pengaruh Kelompok Barbizon
yang berusaha membiaakan diri melukis alam secara jujur di tempat yang dianggap
indah. Mereka juga lebih memilih tema pemandangan dan kehidupan sehari-hari
dibanding cerita sejarah.
Baik kelompok asli Barbizon maupun calon-calon pelukis neoklasik yang
kemudian bergabung ke dalamnya atau terinspirasi olehnya setiap tahun dengan gigih
mengirimkan karyanya ke pameran Salon de Paris, dan terus menerus ditolak oleh juri.
Kelompok pelukis muda ini antara lain Claude Monet, Pierre Auguste Renoir, Alfred
Sisley, dan Frédéric Bazille yang sebelumnya belajar kepada Charles Gleyre, sering
melukis bersama, dan menjalin persahabatan yang erat.
Pada tahun 1863, para juri menolak The Luncheon on the Grass (Le déjeuner sur
l'herbe) karya Manet yang menampilkan wanita telanjang yang dikelilingi dua pria
dalam sebuah piknik. Juri beranggapan bahwa ketelanjangan bisa diterima dalam
5. 5
lukisan historis dan religius, tetapi menampilkannya dalam kehidupan sehari-hari
adalah hal yang melanggar norma. Manet merasa sangat kecewa dengan penolakan ini
yang sekaligus menimbulkan polemik di kalangan seniman. Meskipun Manet tidak
secara langsung menyebut dirinya sebagai seniman neoklasik, ia sebenarnya terlibat
sebagai pemimpin dalam diskusi di Café Guerbois, di mana seniman-seniman neoklasik
berkumpul, dan mengembangkan pengaruh neoklasik.
Setelah memperhatikan karya-larya yang ditolak pada tahun 1863, Kaisar
Napoleon III memutuskan bahwa masyarakat umum berhak menilai sendiri karya-karya
tersebut, dan mengadakan Salon des Refusés (Salon Penolakan). Kegiatan ini
berlangsung bertahun-tahun, hingga kemudian pada April 1874 seniman-seniman
impresionisme mendapatkan kesempatan menggelar pamerannya sendiri.
Namun kaum neoklasikme kemudian tetap tidak mendapatkan kepuasan dengan
fasilitas ini. Mereka kemudian merencanakan pameran yang terpisah dengan Salon.
Namun ide ini ditolak oleh Manet, sekalipun ia sendiri termasuk orang yang paling
berpengaruh di kelompok ini karena berpendapat bahwa perjuangan kaum neoklasikme
justru seharusnya dimulai dengan mendobrak tembok penjurian di Salon. Morisott,
salah satu dari sedikit wanita dari kelompok Café Guerbois memutuskan untuk turut
serta dalam pameran, sekalipun beberapa karyanya sudah siap dipamerkan di Salon.
Setelah menyaksikan pameran tersebut, Louis Leroy menulis review yang tidak
terlalu bersahabat di surat kabar Le Charivari. Leroy menyatakan bahwa [ Sunrise]
(soleil levant) oleh Claude Monet tidak lebih dari sekadar sketsa kasar dan belum bisa
digolongkan ke dalam karya yang bisa dikategorikan telah diselesaikan.
Istilah "neoklasik" menjadi sangat populer di kalangan seniman, tidak hanya
sebagai sindiran, tetapi kadang juga sebagai "lencana kehormatan". Pemberontakan dan
kemandirian menjadi jiwa utama dari gerakan ini, meskipun teknik masing-masing
pelukis bisa saja berbeda. Monet, Sisley, Berthe Morisot dan Camille Pissarro bisa
digolongkan neoklasik. Sementara Degas menolak pakem neoklasikme yang sudah ada
dengan karya-karya drawing dan grafisnya. Renoir berbalik menentang neoklasik sejak
1880an, dan tidak pernah kembali lagi kepada aliran ini.
Gelora neoklasik lenyap seiring dengan perpecahan di antara penganutnya.
Terutama pada pameran terakhir di mana seniman muda seperti Seurat mengemukakan
teori-teori baru dalam karya neoklasik dengan teknik pointillismenya. Akhirnya
masing-masing anggota memasuki babak baru dengan melepaskan diri dari teori ideal
neoklasik dengan memasuki masa neoklasikme.
4. Pengaruh teknologi dan sains
Secara kebetulan, pada masa keemasan impresionisme, ditemukan pula
penggunaan teknik fotografi. Pada awalnya fotografi dianggap bisa memusnahkan
keberadaan seni lukis. Namun tujuan utama impresionisme yang menangkap kesan
sesaat justru membuat fotografi menjadi alat bantu utama yang sangat bermanfaat.
Pelukis menjadi bisa mengeksplorasi hal-hal yang biasanya hanya terjadi sesaat, seperti
langkah kuda saat berlari, suasana kota yang dinamis.
6. 6
Selain itu teori warna juga sangat berkembang dan membantu pengembangan
aliran impresionisme.
5. Pengaruh terhadap seni rupa modern
Ada banyak hal yang menyebabkan impresionisme bisa dianggap sebagai pelopor
gerakan seni rupa modern lain. Antara lain berhasil mendobrak keterpakuan seni
terhadap subjek yang akan dilukis. Hal ini bisa dilihat dari contoh karya Manet yang
menganggap moral bukanlah sesuatu yang harus terlalu dipertimbangkan di dalam seni
rupa, sebab inti dari lukisan adalah lukisan itu sendiri, bukan pesan yang akan
disampaikannya. tetapi bukan berarti hal itu membuat dunia lukis menjadi dunia yang
cabul, sebab kevulgaran itu sendiri bukanlah tujuan pelukis impresionisme, hanya saja
jika ketelanjangan diperlukan, katakanlah untuk membantu komposisi, maka hal itu
memang harus dilukiskan.
Selain itu impresionisme juga mempelopori penerapan kembali teori-teori sains
terbaru dalam dunia seni lukis. Antara lain pencampuran warna secara optis yang pada
masa itu diperkenalkan oleh Chevreul. Hampir seluruh contoh karya impresionisme
memperlihatkan kesadaran pelukisnya bahwa warna-warna, meskipun tidak
dicampurkan dengan palet, namun saat didekatkan akan menghasilkan ilusi warna
tertentu. Misalnya kuning yang didekatkan dengan hijau akan membuat warna kuning
tersebut seolah mendekati warna hijau. Sebaliknya warna kuning jika didekatkan
dengan warna ungu akan membuat warna tersebut semakin menyala dan
memperlihatkan identitas kuningnya secara optis.
Impresionisme juga membuat penggunaaan warna hitam di dalam lukisan
berkurang jauh. Sebab seniman kemudian menyadari bahwa bagaimanapun hitam
bukanlah warna. Secara visual adalah mustahil bagi seseorang untuk mendapatkan
suasana dengan warna hitam.
6. Ciri khas
Goresan kuas pendek dan tebal dengan gaya mirip sketsa, untuk memberikan
kemudahan pelukis menangkap esensi subjek daripada detailnya.
Warna didapat dengan sesedikit mungkin pencampuran pigmen cat yang digunakan.
Diharapkan warna tercampur secara optis oleh retina.
Bayangan dibuat dengan mencampurkan warna komplementer (Hitam tidak
digunakan sebagai bayangan).
Cat tidak ditunggu kering untuk ditimpa dengan warna berikutnya.
Pengolahan sifat transparansi cat dihindari.
Meneliti sedetail mungkin sifat pantulan cahaya dari suatu objek untuk kemudian
diterapkan di dalam lukisan.
Dikerjakan di luar ruangan (en plein air)
Sebenarnya ciri ini hampir bisa ditemui di aliran-aliran lain, tetapi hanya
impresionisme lah yang memiliki ciri tersebut secara keseluruhan dengan sengaja.
7. 7
7. Post-Impresionisme
Post-Impresionisme merupakan gerakan seni rupa pada tahun 1880-an. Sesuai
dengan namanya, gerakan itu merupakan kelanjutan dari Impresionisme. Seniman-
seniman Post-Impresionisme pertama-tama mendapat pengaruh dari gerakan
Impresionisme, namun kemudian menolaknya, kecuali beberapa unsurnya yang
mendasar seperti penggunaan warna yang cemerlang atau penggunaan warna-warna
cerah.
Post-Impresionisme bukan merupakan gaya tunggal, melainkan meliputi beberapa
kecenderungan gaya. Beberapa seniman Post-Impresionis, seperti Cezanne dan Seurat
menghidupkan kembali unsur Klasikisme. Seniman yang lain, misalnya Vincent Van
Gogh dan Paul Gauguin, memasukkan unsur Romantikisme dalam gayanya. Selain itu,
pelukis lain pada era ini diantaranya Georges Seurat dan Henri de Toulouse-Lautrec.
Dalam Post-Impresionisme berkembang beberapa gerakan, misalnya
Divisionisme, yang disebut juga Neo-Impresionisme atau Pointilisme, dan Simbolisme
atau dalam seni lukis disebut Sintetisme. Beberapa Seniman Post-Impresionisme yang
lain mengembangkan gayanya sendiri secara lebih bebas.
8. Pelukis-pelukis yang tergolong dalam aliran impresionisme
Frédéric Bazille
Jean Beraud
Eugène Boudin
Mary Cassatt
Gustave Caillebotte
Paul Cézanne
Lovis Corinth
Edgar Degas
Giuseppe De Nittis
Frederick Carl
Frieseke
Eva Gonzalès
Armand Guillaumin
Nazmi Ziya Güran
Childe Hassam
Wilson Irvine
Johan Jongkind
Konstantin Korovin
Stanislas Lépine
Max Liebermann
Laura Muntz Lyall
Édouard Manet
Jacob Maris
Willem Maris
Anton Mauve
Willard Metcalf
Claude Monet
Berthe Morisot
Francisco Oller y
Cestero
William McGregor
Paxton
Lilla Cabot Perry
Camille Pissarro
Władysław
Podkowiński
Pierre-Auguste Renoir
Theodore Robinson
Auguste Rodin
Zinaida Serebryakova
Valentin Serov
Alfred Sisley
John Henry
Twachtman
J. Alden Weir
Konstantin Yuon
8. 8
9. Menyuting tokoh
a. Luar negeri
1) Mary Cassatt
Self-portrait karya Mary Cassatt di Metropolitan Museum of Art,
New York (±1878)
Kebangsaan American
Pendidikan Pennsylvania Academy of the Fine Arts, Jean-Léon
Gérôme, Charles Chaplin, Thomas Couture
Dikenal
atas
Painting
Gerakan
politik
Impressionism
Mary Stevenson Cassatt (lahir 22 Mei 1844 – meninggal 14 Juni 1926
pada umur 82 tahun diucapkan [kəˈsæt]) adalah seorang pelukis dari Amerika
Serikat. Dia merupakan seorang pelukis beraliran impresionisme.
Cassat lahir di Allegheny City, Pennsylvania pada 22 Mei 1884. Dia
lahir di keluarga yang berkecukupan. Ayahnya, Robert Simpson Cassat,
meruapakan pialang sukses dan ibunya, Katherine Kelso Johnston, berasal dari
keluarga yang mempunyai bisnis dalam bidang perbankan.
Karya
9. 9
Young Woman in a Black and Green Bonnet,
1890, Princeton University Art Museum
The Boating Party by Mary Cassatt, 1893–94,
oil on canvas, 35½ × 46 in., National Gallery
of Art, Washington
Tea by Mary Cassatt, 1880, oil on canvas, 25½
× 36¼ in., Museum of Fine Arts, Boston
Summertime by Mary Cassatt, c. 1894, oil on
canvas, Terra Foundation for American Art,
Chicago
Mary Cassatt, Woman Standing Holding a
Fan, 1878–79, (Amon Carter Museum of
American Art)
10. 10
Reading "Le Figaro" by Mary Cassatt (1878),
Collection Mrs. Eric de Spoelberch,
Haverford, Pennsylvania
Edgar Degas, Mary Cassatt Seated, Holding
Cards, c. 1880–84, oil on canvas, 74 × 60 cm,
National Portrait Gallery, Washington DC.
NPG.84.34 Cassatt hated it later and wrote to
her dealer Paul Durand-Ruel in 1912 or 1913
that "I don't want anyone to know that I posed
for it."
Mary Cassatt, Self-Portrait, c. 1880, gouache
and watercolor over graphite on paper, 32.7cm
x 24.6cm, National Portrait Gallery,
Washington DC. NPG.76.33
Mary Cassatt, Mother and Child Before a
Pool, c. 1898. Drypoint and aquatint on laid
paper, Brooklyn Museum
Woman with a Pearl Necklace in a Loge,
1879, oil on canvas, 81 x 60 cm, Philadelphia
Museum of Art
11. 11
2) Paul Cézanne
Cézanne self portrait Cézanne pada tahun 1861.
Paul Cézanne (lahir di Aix-en-Provence, 19 Januari 1839 – meninggal
di Aix-en-Provence, 22 Oktober 1906 pada umur 67 tahun) adalah pelukis
Perancis yang hidup pada masa Post Impresionis. Karyanya merupakan
peralihan dari konsep seni abad 19 menuju kebebasan mutlak seni pada abad
20. Karyanya merupakan pemberontakan terhadap pakem impresionisme yang
saat itu sedang populer dan menjadi inspirasi seniman pembaharu seperti gaya
kubisme Picasso, meskipun gayanya sendiri belum bisa disebut kubisme.
Karyanya juga menginspirasi seniman fauvisme
Karya-karya Paul Cézanne memperlihatkan keahlian desain, warna, dan
komposisi. Goresannya yang repetitif, sensitif, menggairahkan, dan
mengeksplorasi mengesankan karakterisasi yang kuat. Beberapa sentuhan
kuasnya sudah cukup menggambarkan keseluruhan objek yang kompleks dan
abstraksi-abstraksi yang didapatkannya dari alam. Lukisan Cézanne juga
memperlihatkan studi subjektif yang teliti, pencarian, dan eksplorasi
mendalam terhadap persepsi visual manusia.
Biografi
Paul Cézanne lahir di Aix-en-Provence, salah satu bagian dari daerah
selatan Perancis pada tanggal 19 Januari 1839. Provence adalah wilayah
dengan struktur geografis yang kompleks dan beragam, dengan banyak dataran
tinggi dan gunung yang membentang hingga bagian timur dari lembah Rhone.
Iklimnya panas dan kering saat musim panas, dan dingin saat musim dingin.
Ketinggiannya bervariasi dari dataran rendah hingga puncak gunung yang
cukup mengesankan, dengan diliputi hutan pinus dan tumbuhan di sekitar batu
gunung. Suasana seperti ini sering muncul dalam karya-karya Cézanne.
Sejak kecil hubungan dengan ayahnya yang dikenal kasar tidak begitu
baik. Hal ini bisa dilihat dari karya-karya awal Cézanne yang memperlihatkan
ekspresi kemarahan dan frustrasi.
Masa 1859 hingga 1861 dihabiskan Cézanne untuk mendalami bidang
hukum di Aix, dan mulai mengembangkan jiwa seninya lewat pelajaran seni.
Ia kemudian memutuskan membangkang kepada keinginan ayahnya dengan
berkonsentrasi penuh kepada seni dan meninggalkan Aix menuju Paris
12. 12
bersama sahabat karibnya Émile Zola pada tahun 1861. Namun ternyata
ayahnya memberikan dukungan penuh, sehingga ia bisa meneruskan hidup
dengan nyaman.
Di Paris, Cézanne bertemu Pissarro dan beberapa seniman
Impressionists lain. Pengaruh Pissarro cukup besar dalam perkembangan karya
Cézanne dan mereka kadang terlihat melukis bersama.
Karya awal Cézanne banyak menampilkan pemandangan, dengan
banyak objek besar dan berat yang dilukis secara imajinatif. Kemudian
karyanya berkembang menjadi lebih ringan dengan pengamatan langsung
sebagai hasil dari pengaruh gaya impresionisme. Gaya Cézanne mirip dengan
pendekatan arsitektural dalam rancang bentuk. Bidang pandang dipecah
menjadi beberapa bagian kecil menjadi sudut pandang yang datar dengan
beberapa sentuhan warna.
Vase of Flowers (1876), cat minyak di atas kanvas.
Salah satu kata-katanya yang terkenal "Aku ingin mereka ulang sudut
pandang impresionisme menjadi lebih solid dan bertahan lama seperti
karya-karya seni yang selama ini dipajang di museum". Hal ini seolah
menggambarkan keteguhan untuk mengembangkan observasinya sendiri untuk
menampilkan objek-objek di alam dengan metode yang lebih akurat, termasuk
dengan cara memecah permukaan objek menjadi goresan repetitif dan kecil.
Cézanne memiliki kecenderungan untuk selalu memandang objek dalam
bentuk dan sentuhan-sentuhan warna yang lebih sederhana untuk
menampilkan informasi sebanyak mungkin.
Pendekatan geometris Cézanne ini memberikan pengaruh besar terhadap
gaya kubisme Pablo Picasso, Georges Braque, dan Juan Gris. Jika karya-karya
Kubisme disandingkan dengan karya-karya akhir Cézannete, akan terlihat
hubungan langsung antara pengamatan Cézanne dengan pencapaian dalam
Kubisme. Salah satu bagian penting dari kesamaan ini adalah kedalaman dan
konsentrasi yang diterapkan Cézanne untuk memperlihatkan pengamatannya
terhadap alam. Masing-masing kita memiliki penglihatan binokular. Sebagai
akibatnya setiap individu akan memiliki dua sudut pandang sekaligus yang
diolah menjadi konsep kedalaman ruang oleh bagian visual cortex otak.
Konsep inilah yang digunakan Cézanne sekaligus menjadi pengaruh bagi gaya
13. 13
kubisme. Hanya saja kubisme mengembangkan konsep ini lebih lanjut dengan
tidak hanya berusaha menggunakan dua sudut pandang, tetapi banyak sudut
pandang sekaligus dalam satu karya.
Karya-karya Cézanne pertama kali dipamerkan di Salon des Refusés
pada tahun 1863, tempat karya-karya yang ditolak oleh kurator Paris Salon.
Paris Salon terus menerus menolak karyanya dari periode 1864 hingga 1869.
Cézanne jarang sekali memamerkan karyanya dan terus bekerja dalam
keterasingan di Provençe, jauh dari Paris. Ia berkonsentrasi dalam tiga bidang:
still life, lukisan pemandian, dan Montagne Sainte-Victoire, yang berulangkali
menjadi objek lukisannya.
Meskipun sentuhan religius jarang sekali muncul dalam karyanya, ia
tetap penganut Katolik yang taat. Ia berkata “Saat aku memberikan penilaian
terhadap seni, Aku akan meletakkan karyaku di samping karya Tuhan seperti
pohon atau bunga. Jika bertentangan, itu bukanlah seni.”
Bagi kalangan seni modern pada abad 20, Cézanne adalah bapak konsep
kesenian modern. Pablo Picasso memanggilnya "Bapak bagi kita semua".
Menjelang akhir hidupnya Cézanne bermusuhan dengan Zola akibat
karya Zola yang dianggap melecehkan Cézanne di novel L'Œuvre (The
Masterpiece, 1886) dan tidak pernah berbaikan kembali.
Pada 1906, Cézanne jatuh pingsan saat membuat lukisan di luar ruangan
dalam keadaan badai. Seminggu kemudian, pada 22 Oktober, ia meninggal
akibat pneumonia.
Pada 10 Mei 1999, lukisan Cézanne, Rideau, cruchon et compotier
terjual seharga AS$60,5 juta, Lukisan keempat termahal untuk masa itu.
Galeri
Lukisan
The Black Marble
Clock, 1869-1871
A Modern
Olympia, 1873-
1874, Musee
d'Orsay, Paris
Mont Sainte-
Victoire, 1882-
1885,
Metropolitan
Museum of Art
L'Estaque, 1883-
1885
The Bay of
Marseilles, view
from L'Estaque,
1885
14. 14
Mont Sainte-
Victoire, 1885-
1887, Courtauld
Institute
Galleries,
London
Jas de Bouffan,
1885-1887,
Minneapolis
Institute of Art
Bather, 1885-
1887, Museum
of Modern Art
Fastnacht (Mardi
Gras), 1888,
Pushkin
Museum,
Moscow
Boy in a Red
Waistcoat, 1888-
1890, National
Gallery of Art
Lukisan Still Life
Still Life with an Open
Drawer, 1877-1879,
The Basket of Apples,
1890-1894, Art Institute
of Chicago
Still Life, Drapery,
Pitcher, and Fruit Bowl,
1893-1894, Whitney
Museum of American
Art, New York City
Still Life with Cherub,
1895, Courtauld
Institute Galleries,
London, England
Cat Air
Boy with Red Vest,
1890
Self-portrait, 1895
Mill at the River,
1900-1906 River with the Bridge
of the Three Sources,
1906, Cincinnati Art
Museum
15. 15
Portraits dan self-portraits
Portrait of Uncle
Dominique,
1865-1867,
Metropolitan
Museum of Art
Portrait of the
Artist's Father
Louis-Auguste
Cézanne,
Reading, 1866,
National Gallery
of Art,
Washington,
D.C.
Portrait of
Achille
Emperaire,
1868, Musée
d'Orsay
Paul Alexis
reading to Emile
Zola, 1869-
1870, São Paulo
Museum of Art
Self-portrait,
1875, Musée
d'Orsay
Portrait of
Victor
Chocquet, 1876-
1877
Self-portrait,
1879-1882,
Kunstmuseum,
Bern
Madame
Cézanne, circa
1886, oil on
canvas, The
Detroit Institute
of Arts
Portrait of Paul
Cezanne's Son,
pastel, 1888-
1890, The
National Gallery
of
Art,Washington,
D.C.
Madame
Cézanne in a
Red Dress, c.
1890-1894, São
Paulo
16. 16
3) Claude Monet
Claude Oscar Monet
Claude Monet dipotret oleh Nadar pada tahun 1899.
Kebangsaan Perancis
Dikenal atas Pelukis
Gerakan politik Impresionisme
Claude Monet dikenal juga dengan nama Oscar-Claude Monet atau
Claude Oscar Monet (lahir di Paris, 14 November 1840 – meninggal di
Giverny, 5 Desember 1926 pada umur 86 tahun) adalah pelukis Perancis
dengan aliran impresionisme. Lukisannya Impression, Sunrise adalah asal
nama penamaan aliran impresionisme.
Perjalanan hidup
Monet lahir dari pasangan Claude Adolphe Monet dan Louise Justine
Aubrée Monet di 45 Rue Laffitte. Keluarganya kemudian pindah ke Le Havre
pada 1845 di Normandia saat ia baru berumur lima tahun. Nama baptisnya
Oscar-Claude di Nortre-Dame-de-Lorette. Ayahnya sangat menginginkan ia
meneruskan usaha keluarga.
Awal April 1851 Monet memasuki sekolah Le Havre. Ia segera
terkenal dengan karikatur-karikatur carchoalnya, yang sering dipajang dan
dijual seharga 10 hingga 12 francs. Monet pertama kali mendapat pelajaran
drawing dari Jean-Francois Ochard, sebelumnya murid dari Jacques-Louis
David (1748 - 1825). Di pantai Normandia, ia bertemu Eugène Boudin, yang
melihat pajangan karya-karya karikaturnya dan kemudian menjadi mentor and
mengajarinya memakai cat minyak. Boudin juga mengajarkan Monet teknik
en plein air (melukis luar ruangan).
17. 17
Pada 28 Januari 1857 ibunya meninggal. Ia kemudian dirawat bibinya
Marie-Jeanne.
Saat Monet berkunjung ke Paris untuk mengunjungi The Louvre, ia
melihat banyak sekali pelukis yang meniru lukisan yang sudah lebih dulu
terkenal. Monet, dengan kegigihannya lebih memilih memperhatikan jendela
dan melukis pemandangan dengan peralatan dan tekniknya sendiri.
Pada Juni 1861 Monet bergabung dengan pasukan Resimen I Kavaleri
Ringan Afrika di Aljazair untuk dua tahun dari tujuh tahun masa wajib militer.
Tapi penyakit tipusnya membuat bibinya Madame Lecadre menyarankan
untuk keluar dari militer dan menyelesaikan studi seni rupanya di universitas.
Karena merasa bertentangan dengan pelajaran klasik yang diajarkan di
universitas, ia kemudian bergabung dengan studio Charles Gleyre di Paris, dan
kemudian bertemu Pierre-Auguste Renoir, Frederic Bazille, dan Alfred Sisley.
Kemudian mereka bersama mengembangkan teknik baru dalam seni rupa
dengan melukis berdasarkan efek-efek pantulan cahaya yang ditangkap mata,
awal dari aliran yang sekarang kita kenal sebagai impresionisme.
Karya Monet Camille atau La Femme à la Robe Verte pada 1868, yang
menaikkan popularitas dirinya, adalah salah satu dari sekian banyak dari
lukisan dengan objek calon istrinya, Camille Doncieux.
Selama masa Perang Perancis-Prusia (1870 - 1871), Monet mengungsi
ke Inggris untuk menghindari konflik. Di sana ia belajar kepada John
Constable dan J. M. W. Turner, yang lukisannya menjadi inspirasi untuk
Monet dalam memahami warna.
Pada rentang waktu 1871 hingga 1878 Monet tinggal di Argenteuil,
desa di Seine di dekat Paris. Di sinilah banyak karya terbaiknya dihasilkan.
Impression, Sunrise (Impression, soleil levant) (1872/1873).
Saat kembali ke Paris, sekitar 1872 - 1873 ia melukis Impression,
Sunrise (Impression, soleil levant) yang menggambarkan pemandangan Le
Havre. lukisan ini ditampilkan dalam pameran Impresionis pertama pada 1874
dan hingga kini menjadi koleksi Musée Marmottan-Monet, Paris. Dari judul
yang sebenarnya asal pilih ini, Kritikus Louis Leroy memberikan sindiran
"Kaum Impresionis", yang kemudian malah terkenal sebagai identitas utama
mereka.
18. 18
Pada 1870, Monet and Doncieux menikah dan pada 1873 pindah ke
rumah di Argenteuil di dekat Sungai Seine. Mereka mendapat anak kedua,
Michel, pada 17 Maret, 1878. Istri Monet kemudian meninggal akibat
tuberculosis pada 1879.
Alice Hoschedé membantu merawat kedua anak Monet. Mereka
tinggal di Poissy. Pada April 1883 mereka pindahke rumah di Giverny, Eure,
di Haute-Normandie, yang kemudian ditatanya dengan halaman kebun yang
besar dan berusaha dilukisnya kembali hingga akhir hayatnya. Monet and
Hoschedé menikah pada 1892.
Pada periode 1880-an dan 1890-an, karya Monet banyak berkutat pada
eksperimen lukisan dengan berbagai variasi sudut pandang dan cahaya. Seri
pertamanya adalah Katedral Rouen from dari berbagai sudut pandang dalam
waktu berbeda-beda sepanjang hari. Dua puluh sudut pandang ini kemudian
dipamerkan di Durand-Ruel pada tahun 1895.
Water Lily Pond (Le bassin aux Nymphéas) (1899)
Pada kurun waktu 1883 hingga 1908, Monet melakukan perjalanan ke
Mediterania dan melukis banyak pemandangan darat dan laut seperti
Bordighera. Bangunan penting juga menjadi subjek utama Monet di sana.
Istrinya Alice meninggal pada 1911 dan anaknya Jean pada 1914.
Katarak menjangkitinya sehingga harus menjalani dua kali operasi
pada1923. Lukisannya pun berubah menjadi mempunyai tonality merah, suatu
hal yang wajar menjadi pemandangan sehari-hari bagi penderita katarak.
Selain itu diduga ia juga kadang-kadang bisa mendeteksi pantulan sinar
ultraviolet akibat perlakuan pembedahan katarak.
Setelah operasi ia banyak menggarap ulang karya-karyanya terdahulu.
Monet meninggal pada 5 Desember 1926 pada umur 86 dan dikuburkan di
pemakaman gereja Giverny. Rumah dan tamannya yang sudah menjadi
terkenal menjadi daya tarik utama bagi turis di Giverny.Di rumah ini juga
banyak ditemukan karya-karya grafis Jepang.
Pada 2004, London, Le Parlement, Effet de Brouillard (1904), terjual
lebih dari US$20 juta.
19. 19
b. Dalam negeri
1) S. Sudjojono
Lahir Sindudarmo Sudjojono
Mei 1913
Kisaran, Hindia Belanda
Meninggal 25 Maret 1986 (umur 72) invalid day
Indonesia, Jakarta.
Kebangsaan Indonesia
Nama lain S. Sudjojono, Djon.
Pendidikan Hollandsch-Inlandsche School (HIS), Tebing Tinggi.
Hollandsch-Inlandsche School (HIS), Jakarta.
SMP Cimahi, Bandung.
SMA di Perguruan Taman Siswa, Yogyakarta.
Belajar montir.
Belajar melukis kepada Raden Mas Pirngadie.
Belajar melukis kepada Chioyi Yazaki.
Pekerjaan
1931.
Partai Komunis Indonesia, 1956-1957.
Organisasi Lembaga Kebudayaan Rakyat.
Timur, 1946.
Dikenal atas Bapak Seni Rupa Indonesia Modern.
Karya
terkenal
Di Depan Kelambu Terbuka
Cap Go Meh
Kawan-kawan Revolusi
Pengungsi
Seko
Tetangga
Mia Istriku
Gerak Baru
20. 20
Suami/istri
Anak Tedjabayu Watugunung Sri Nasti Rukmawati
Abang Rahino
Orang tua Sindhudarmo
Maridjem
Kerabat
Basoeki Abdullah
Penghargaan Anugerah Seni 1970
Sindoedarsono Soedjojono (Kisaran, Sumatera Utara Mei 1913 – 25
Maret, Jakarta, 1985) merupakan pelukis legendaris di Indonesia. Dengan
diawali oleh Trisno Soemardjo, Sudjojono dijuluki sebagai Bapak Seni Rupa
Indonesia Modern. Julukan ini diberikan kepadanya karena Sudjojono adalah
senimaan pertama Indonesia yang memperkenalkan modernitas seni rupa
Indonesia dengan konteks kondisi faktual bangsa Indonesia. Ia biasa menulis
namanya dengan “S. Sudjojono”.
Biografi
Masa sekolah
Soedjojono terlahir Soedjiojono lahir dari keluarga transmigran asal
Pulau Jawa. Ayahnya, Sindudarmo, adalah mantri kesehatan di perkebunan
karet Kisaran, Sumatera Utara, beristrikan Marijem, seorang buruh
perkebunan. Ia lalu dijadikan anak angkat oleh seorang guru HIS,
Joedhokoesoemo. Oleh bapak angkat inilah, Djon (nama panggilannya) diajak
ke Jakarta (waktu itu masih bernama Batavia) pada 1925. Ia menamatkan HIS
di Jakarta, lalu melanjutkan SMP di Cimahi, dan menyelesaikan SMA di
Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Di Yogyakarta itulah ia sempat
belajar montir sebelum belajar melukis kepada RM Pirngadie selama beberapa
bulan. Sewaktu di Jakarta, ia belajar kepada pelukis Jepang, Chioyi Yazaki.
Karier guru
Ia sempat menjadi guru di Taman Siswa seusai lulus dari Taman Guru
di perguruan yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara itu. Ia ditugaskan oleh
Ki Hajar Dewantara untuk membuka sekolah baru di Rogojampi,
Banyuwangi, tahun 1931.
Pelukis
Namun ia kemudian memutuskan untuk menjadi pelukis. Pada tahun
1937, ia ikut pameran bersama pelukis Eropa di Bataviasche Kunstkring,
21. 21
Jakarta. Inilah awal namanya dikenal sebagai pelukis. Pada tahun itu juga ia
menjadi pionir mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi). Oleh
karena itu, masa itu disebut sebagai tonggak awal seni lukis modern berciri
Indonesia. Ia sempat menjabat sebagai sekretaris dan juru bicara Persagi.
Selain sebagai pelukis, ia juga dikenal sebagai kritikus seni rupa pertama di
Indonesia. Lukisannya punya ciri khas kasar, goresan dan sapuan bagai
dituang begitu saja ke kanvas. Objek lukisannya lebih menonjol kepada
kondisi faktual bangsa Indonesia yang diekspresikan secara jujur apa adanya.
Pandangan Politik
Sebagai seorang kritikus seni rupa, ia dianggap memiliki jiwa
nasionalis. Djon sering mengecam Basoeki Abdoellah sebagai tidak
nasionalistis karena hanya melukis keindahan Indonesia sekadar untuk
memenuhi selera pasar turis. Dua pelukis ini pun kemudian dianggap sebagai
musuh bebuyutan. Sengketa ini mencair ketika Ciputra, pengusaha penyuka
seni rupa, mempertemukan Djon, Basoeki Abdoellah, dan Affandi dalam
pameran bersama di Pasar Seni Ancol, Jakarta. Pada masa Orde Lama, ia
pernah ikut dalam Lekra dan bahkan Partai Komunis Indonesia. Ia sempat
menjadi wakil partai di parlemen. Namun, pada 1957, ia dipecat dari partai
dengan alasan resmi pelanggaran etik karena ketidaksetiaan kepada
keluarga/istri. Tahun 1959 setelah didesak tuntutan Mia Bustam, istri
pertamanya, Sudjojono resmi bercerai dari Ibu yang memberi delapan anak
untuk pasangan ini, setelah secara sembunyi-sembunyi mencintai Rosalina
Poppeck - seorang sekretaris dan penyanyi - selama beberapa tahun, yang
kemudian dinikahinya sekaligus mengganti nama istri barunya menjadi Rose
Pandanwangi.
Pameran
Pameran Sketsa dan Peluncuran Buku "Hidup Mengalun Dendang"
di Bentara Budaya Jakarta, 6-13 Juni 2017
Karya
Foto karya berasal dari buku "Visible
Soul", diterbitkan Museum S. Sudjojono
& Canna Gallery, Jakarta, 2006.
Perempuan
Mengungsi Foto karya berasal dari buku
"Lukisan-lukisan dan Patung-patung
Koleksi Presiden Sukarno dari Republik
Indonesia", Panitia Penerbit Lukisan-
lukisan dan Patung-patung Koleksi
Sukarno, Jakarta, 1964.
Foto karya berasal dari buku "Visible
Soul", diterbitkan Museum S. Sudjojono
& Canna Gallery, Jakarta, 2006.
Perempuan. Wanita di Atas Bukit.
22. 22
2) Henk Ngantung
Gubernur DKI Jakarta 6
Masa jabatan
26 Agustus 1964 – 15 Juli 1965
Presiden Soekarno
Wakil Soewondo
Satoto Hoepoedio
Pendahulu Soemarno Sosroatmodjo
Pengganti Soemarno Sosroatmodjo
Wakil Gubernur DKI Jakarta 1
Masa jabatan
1960–1964
Presiden Soekarno
Gubernur Soemarno Sosroatmodjo
Pengganti Soewondo
Satoto Hoepoedio
Informasi pribadi
Lahir Hendrik Hermanus Joel Ngantung
1 Maret 1921
Manado, Sulawesi Utara, Hindia Belanda
Meninggal
dunia
12 Desember 1991 (umur 70)
Jakarta, Indonesia
Kebangsaan Indonesia
Pasangan Evie Mamesah
Hendrik Hermanus Joel Ngantung atau juga dikenal dengan nama
Henk Ngantung (lahir di Manado, Sulawesi Utara, 1 Maret 1921 – meninggal
di Jakarta, 12 Desember 1991 pada umur 70 tahun) adalah pelukis Indonesia
dan Gubernur Jakarta untuk periode 1964-1965.
Karier
23. 23
Sebagai pelukis
Sebelum menjadi Gubernur Jakarta, Henk dikenal sebagai pelukis
tanpa pendidikan formal. Bersama Chairil Anwar dan Asrul Sani, ia
ikut medirikan "Gelanggang". Henk juga pernah menjadi pengurus
Lembaga Persahabatan Indonesia-Tiongkok 1955-1958.
Gubenur DKI
Henk Ngantung (tengah) dalam lawatannya ke Wina, bersama Wali kota
Wina, Austria pada masa itu, Bruno Marek dan Konsul Indonesia di Wina, A.
Kobir Sasradipoera
Sebelum diangkat menjadi gubernur, ia ditunjuk oleh Presiden
Soekarno sebagai deputi gubernur di bawah Soemarno. Saat itu banyak
kalangan yang protes atas pengangkatan Henk Ngantung. Soekarno
ingin agar Henk menjadikan Jakarta sebagai kota budaya. Dan,
Ngantung dinilainya memiliki bakat artistik. Salah satu pengalaman
yang barangkali menarik adalah tatkala presiden memanggilnya ke
istana untuk mengatakan bahwa pohon-pohon di tepi jalan yang baru
saja dilewati perlu dikurangi. Masalah pengemis yang merusak
pemandangan Jakarta tak lepas dari perhatian Ngantung.
Setelah tidak menjabat
Henk Ngantung tidak sekadar tinggal dalam kemiskinan hingga
harus menjual rumah di pusat kota untuk pindah ke perkampungan.
Derita Henk Ngantung terus menerpa karena nyaris buta oleh serangan
penyakit mata dan dicap sebagai pengikut Partai Komunis Indonesia
tanpa pernah disidang, dipenjara, apalagi diadili hingga akhir hayatnya
bulan Desember 1991. Henk Ngantung hingga akhir hayatnya tinggal
di gang sempit namun lahan rumahnya cukup luas di jalan Waru,
Cawang, Jakarta Timur.
Kesetiaan Henk melukis terus berlanjut meski dia digerogoti
penyakit jantung dan glaukoma yang membuat mata kanan buta dan
mata kiri hanya berfungsi 30 persen. Pada akhir 1980-an, dia melukis
dengan wajah nyaris melekat di kanvas dan harus dibantu kaca
pembesar. Sebulan sebelum wafat, saat ia dalam keadaan sakit-sakitan,
pengusaha Ciputra memberanikan diri mensponsori pameran pertama
dan terakhir Henk.
24. 24
Keluarga
Henk beristrikan Hetty Evelyn "Evie" Ngantung Mamesah.
Pernikahan mereka dikaruniai 4 orang anak yaitu Maya Ngantung,
Genie Ngantung, Kamang Ngantung dan Karno Ngantung. Henk
meninggal pada usia 71 tahun karena sakit jantung. Dimakamkan di
TPU Menteng Pulo
Karya
Foto koleksi Tropenmuseum Belanda
Tugu Selamat Datang yang menggambarkan sepasang pria dan wanita
yang sedang melambaikan tangan yang berada di bundaran Hotel Indonesia
merupakan hasil sketsa Henk. Ide pembuatan patung ini berasal dari Presiden
Soekarno dan design awalnya dikerjakan oleh Henk Ngantung yang pada saat
itu merupakan wakil Gubernur DKI Jakarta. Henk juga membuat sketsa
lambang DKI Jakarta dan lambang Kostrad namun ironisnya, hal tersebut
belum diakui oleh pemerintah. Lukisan hasil karya Henk antara lain adalah Ibu
dan Anak yang merupakan hasil karya terakhirnya.
Tanah Lot
Henk Ngantung ,
Canvas , Acrylic paint ,
1935-1973 ,143 cm x
84,5 cm Karya ini
dikoleksi oleh Presiden
pertama RI, Ir.
Soekarno di Istana
Bogor. Gambar
didonasikan oleh Enong
Ismail.
Rumah Affandi
Henk Ngantung ,Oil
paint , Canvas , Panel
,1938 ,Foto karya
berasal dari buku
"Indonesian Modern Art
and Beyond", Yayasan
Seni Rupa Indonesia,
Jakarta, 1996.
Pemandangan Di
Lembah Hijau
Henk Ngantung, 1943-
1973, 177 cm x 69 cm
Memanah
Henk Ngantung, Oil
paint , Canvas, 1944,
152 cm x 152 c
25. 25
3) Kusnadi
Kusnadi lahir di Kaliangkrik, Magelang, Jawa Tengah, 1 April 1921. Kusnadi
termasuk salah seorang pelukis yang menerima pelatihan teknik seni dalam
menggambar yang disponsori pemerintah kolonial Jepang melalui Keimin Bunka
Shidoso. Selama masa ini ia dipandu oleh seniman Indonesia Basoeki Abdullah
(1915-1993). Pada tahun 1946, Kusnadi pindah ke Yogyakarta, sebentar ke Solo
sebagai pegawai dari Kantor Berita Film Indonesia (BFI, 1946-1947). Ia dan Luke
Abdulrachman mengedit penerbitan bulanan BFI di jurnal Indonesia di Solo. Pada
tahun 1947 Kusnadi menjadi bagian dari kelompok Pelukis Rakyat dan menjadi
anggotanya sampai tahun 1950. Tahun-tahun berikutnya, Kusnadi mengajar di
Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Yogyakarta. Ia adalah guru estetika di
ASRI sejak pendirian akademi itu pada 1950.
Kusnadi dikenal sebagai penulis kritik seni generasi awal Indonesia. Ia
merupakan staf editorial jurnal Budaya sejak 1952, dan menjadi editor utamanya
sejak 1955. Banyak menerima penghargaan sebagai seorang kritikus seni, di
antaranya yaitu: Foreign Leader dan Spesialist Grand Price dari Amerika Serikat
pada tahun 1963, Lempad Prize dan ASEAN Award pada tahun 1987, serta
penghargaan Anugerah Seni pada tahun 1977. Kusnadi pernah bekerja di bagian
seni rupa dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tulisan mengenai
Kusnadi dan kumpulan tulisan serta karya-karyanya diterbitkan dengan judul:
'Kusnadi: Kritikus, Seniman, Pendidik' (1996). Kusnadi meninggal dunia di
Jakarta pada tanggal 21 April 1997.
Karya
Gambar dicuplik dari Buku `Kusnadi Kritikus Seniman Pendidik`, Penerbit Yayasan Seni Rupa AiA,
Jakarta, 1996. Editor: Agus Dermawan T.
26. 26
B. Ekspresionisme
Portrait of Eduard
Kosmack oleh Egon
Schiele
Rehe im Walde oleh
Franz Marc
"Elbe Bridge I" oleh
Rolf Nesch
"View of Toledo" oleh
El Greco, 1595/1610
dipercaya memiliki
pengaruh besar terhadap
ekspresionisme abad 20,
meskipun sebenarnya
lukisan ini beraliran
manerisme.
1. Pengertian
Ekspressionisme adalah kecenderungan seorang seniman untuk mendistorsi
kenyataan dengan efek-efek emosional. Ekspresionisme bisa ditemukan di dalam karya
lukisan, sastra, film, arsitektur, dan musik. Istilah emosi ini biasanya lebih menuju kepada
jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia.
2. Pelukis-pelukis yang tergolong dalam aliran ekspresionis
Perupa dari abad 20 yang tergolong ekspresionis adalah:
Jerman: Heinrich Campendonk, Emil Nolde, Rolf Nesch, Franz Marc, Ernst
Barlach, Wilhelm Lehmbruck, Erich Heckel, Karl Schmidt-Rottluff, Ernst Ludwig
Kirchner, Max Beckmann, August Macke, Elfriede Lohse-Wächtler, Ludwig
Meidner, Paula Modersohn-Becker, Gabriele Münter, dan Max Pechstein.
Austria: Egon Schiele dan Oskar Kokoschka
Russia: Wassily Kandinsky dan Alexei Jawlensky
Netherlands: Charles Eyck, Willem Hofhuizen, Jaap Min, Jan Sluyters, Jan Wiegers
dan Hendrik Werkman
Belgia: Constant Permeke, Gust De Smet, Frits Van den Berghe, James Ensor,
Floris Jespers, dan Albert Droesbeke.
Perancis: Gen Paul dan Chaim Soutine
Norwegia: Edvard Munch
Swiss: Carl Eugen Keel
Indonesia: Affandi
27. 27
3. Sejarah Seni Lukis Ekspressionisme
Penganut paham ekspresionisme memiliki dalil bahwa “Art is an expression of human
feeling” atau seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia. Aliran ini bertalian
dengan apa yang dialami oleh seseorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni.
Perintis aliran ini Benedetto Croce (1866-1952) menyatakan bahwa seni adalah
pengungkapan dari kesan-kesan ( art is expression of impresion ). Menurut Croce ekspresi
sama dengan intuisi. Intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui pengkhayalan
tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan (images) (The Liang
Gie, 1976:75).
4. Ciri Ciri Aliran Lukisan Ekspressionisme :
a. Pengungkapannya berwujud berbagai gambaran angan-angan misalnya images
warna, garis, dan kata.
b. Mengungkapkan bagi seseorang sama dengan menciptakan seni dalam dirinya tanpa
perlu adanya kegiatan jasmaniah keluar.
c. Merupakan aliran yang melukiskan aktualitas yang sudah didistorsikan ke arah
suasana kesedihan, kekerasan ataupun tekanan batin.
5. Ciri-ciri Arsitektur Ekspresionisme :
a. Memiliki kebebasan untuk berimajinasi
b. Memiliki kebebasan untuk menciptakan suatu seni dalam arsitektur
c. Gambarnya tidak bersifat kaku dan monoton
d. Tidak adanya batasan dalam mengungkapkan ekspresi
e. Bentuk ekspresinya biasa terdapat pada emosi kemarahan dan depresi serta bahagia.
Seorang tokoh lain dari aliran ini adalah Leo Tolstoy. Ia berpendapat:
“Memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan yang seseorang telah
mengalaminya dan setelah memunculkan itu kemudian dengan perantaraan pelbagai
gerak, garis, warna, suara atau bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata,
memindahkan perasaan itu sehingga orang-orang lain mengalami perasaan yang
sama, ini adalah kegiatan seni.
28. 28
6. Menyuting tokoh
a. Luar negeri
1) Vincent van Gogh
Vincent van Gogh
Potret Diri, 1887, Art Institute of Chicago
Lahir Vincent Willem van Gogh
30 Maret 1853
Zundert, Belanda
Meninggal 29 Juli 1890 (umur 37)
Auvers-sur-Oise, Prancis
Tempat
peristirahatan
Cimetière d'Auvers-sur-Oise, Prancis
49°04′31″LU 2°10′44″BT
Kebangsaan Belanda
Pendidikan Anton Mauve
Dikenal atas Lukisan, gambar
Karya terkenal Kenestapaan (1882)
Pemakan Kentang (1885)
Bunga Matahari (1887)
Kamar Tidur di Arles (1888)
Malam Berbintang (1889)
Potret Dr. Gachet (1890)
Ladang Gandum dengan Gagak-Gagak (1890)
Gerakan politik Pasca-impresionisme
29. 29
Bunga Matahari (F.458), pengulangan versi
ke-4 (latar belakang kuning), Agustus 1889.
Museum Van Gogh, Amsterdam.
Ladang Gandum dengan Gagak-Gagak, 1890.
Museum Van Gogh, Amsterdam.
Vincent Willem van Gogh (lahir di Zundert, Belanda, 30 Maret
1853 – meninggal di Auvers-sur-Oise, Prancis, 29 Juli 1890 pada umur 37
tahun) adalah seorang pelukis pascaimpresionis Belanda yang menjadi salah
satu tokoh paling terkenal dan berpengaruh dalam sejarah seni di Barat. Dalam
waktu lebih dari satu dasawarsa, ia menciptakan kurang lebih 2.100 karya
seni, termasuk sekitar 860 lukisan minyak yang kebanyakan dibuat selama dua
tahun terakhir kehidupannya. Karya-karya tersebut meliputi lukisan bentang
alam, alam benda, potret, dan potret diri, dan memiliki ciri khas berupa warna
yang tebal dan dramatis serta goresan kuas yang impulsif dan ekspresif.
Pada masa kecilnya, putra sulung kelahiran keluarga menengah ke atas
ini merupakan seorang anak yang serius, pendiam dan penuh dengan pikiran.
Saat masih muda, ia menjadi seorang pedagang seni dan sering berkelana,
tetapi ia mengalami depresi setelah dipindah ke London. Ia beralih ke bidang
agama dan menjalani waktunya sebagai seorang misionaris Protestan di Belgia
Selatan. Ia terombang ambing di tengah kesakitan dan kesendirian sebelum
akhirnya mulai melukis pada tahun 1881 setelah kembali ke rumah orang
tuanya. Ia mendapatkan bantuan keuangan dan emosional dari adiknya yang
bernama Theo, dan mereka berdua menjalin komunikasi jangka panjang
melalui surat-menyurat. Karya-karya awalnya, yang kebanyakan merupakan
lukisan alam benda dan ilustrasi para buruh tani, sudah menunjukkan
pewarnaan yang cerah dan tebal yang kelak menjadi ciri khas karya-karyanya.
Pada tahun 1886, ia pindah ke Paris, dan di situ ia bertemu dengan anggota
pergerakan avant-garde, termasuk Émile Bernard dan Paul Gauguin. Seiring
berjalannya waktu, ia mengembangkan pendekatan baru terhadap lukisan alam
benda dan bentang alam setempat. Lukisan-lukisannya menjadi lebih cerah
dan akhirnya gaya baru ini terbentuk secara utuh pada masanya di Arles di
Prancis Selatan pada tahun 1888. Pada masa itu pula ia memperluas cakupan
subjek-subjeknya, termasuk sejumlah lukisan pohon zaitun, ladang gandum,
dan bunga matahari.
Van Gogh mengalami psikosis dan waham. Walaupun ia merasa
khawatir dengan kondisi kejiwaannya, ia seringkali mengabaikan kesehatan
fisiknya, sehingga ia tidak makan dengan benar dan malah banyak minum
alkohol. Pertemanannya dengan Gauguin berakhir setelah terjadinya
30. 30
pertengkaran yang kemudian membuat Van Gogh memotong kuping kirinya
sendiri. Ia lalu secara sukarela masuk ke rumah sakit jiwa di Saint-Rémy pada
tanggal 8 Mei 1889. Setahun kemudian, ia memutuskan untuk keluar, dan ia
kemudian pindah ke Auberge Ravoux di Auvers-sur-Oise di dekat Paris. Di
situ ia dirawat oleh seorang dokter homeopati yang bernama Paul Gachet.
Depresinya masih berlanjut dan pada tanggal 27 Juli 1890 van Gogh
menembak dadanya sendiri dengan sepucuk pistol revolver. Ia menjemput ajal
akibat luka-lukanya dua hari kemudian.
Van Gogh bukanlah seorang seniman yang sukses pada masa hidupnya
dan dianggap sebagai orang gila. Ia menjadi terkenal setelah ia bunuh diri, dan
tampil dalam khayalan publik sebagai seorang jenius yang disalahpahami dan
"tempat bertemunya kegilaan dengan kreativitas". Reputasinya mulai
bertumbuh pada awal abad ke-20 karena unsur-unsur gaya lukisnya digunakan
oleh seniman ekspresionis Jerman dan Fauvis. Dalam beberapa dasawarsa
berikutnya, ia meraih kesuksesan dari segi popularitas, komersial, dan kritik,
dan namanya diingat sebagai seorang pelukis yang penting namun berakhir
tragis, dan kepribadiannya yang bermasalah melambangkan idealisme
romantik akan seorang seniman yang tersiksa.
Surat-surat
Vincent van Gogh pada tahun 1873, saat ia bekerja di galeri Goupil & Cie di
Den Haag. Theo (gambar kanan, dari tahun 1878) mendukung kakaknya dan juga
menjadi sahabat Vincent sepanjang hidupnya
Sumber primer yang paling lengkap mengenai kehidupan Vincent van
Gogh adalah surat-menyurat antara dirinya dan adiknya, Theo. Hubungan
persahabatan seumur hidup mereka dan sebagian besar dari apa yang diketahui
tentang pemikiran dan teori seni Vincent tertulis di dalam ratusan surat yang
mereka saling kirimkan dari tahun 1872 sampai 1890. Theo sendiri adalah
seorang pedagang seni yang memberikan bantuan keuangan dan emosional
kepada kakaknya, dan ia juga memiliki hubungan dengan tokoh-tokoh seni
yang berpengaruh.
Theo menyimpan semua surat yang dikirimkan oleh Vincent
kepadanya, tetapi Vincent hanya menyimpan beberapa surat yang ia terima.
Setelah mereka berdua meninggal dunia, istri Theo yang bernama Johanna
memutuskan untuk mengumpulkan dan menerbitkan surat-surat mereka.
Beberapa surat tersebut muncul pada tahun 1906 dan 1913, dan kebanyakan
diterbitkan pada tahun 1914. Surat-surat yang ditulis oleh Vincent berkesan
fasih dan ekspresif dan disebut-sebut memiliki tingkat "keintiman seperti buku
harian", dan sebagian lainnya terasa seperti sebuah otobiografi. Penerjemah
Arnold Pomerans menyatakan bahwa penerbitan surat-surat tersebut
menambahkan sebuah "dimensi segar untuk memahami pencapaian seni Van
Gogh, sebuah pemahaman yang tidak dianugerahkan kepada kita oleh pelukis
yang lain".
31. 31
Terdapat lebih dari 600 surat yang dikirimkan oleh Vincent kepada
Theo dan sekitar 40 dari Theo untuk Vincent. Selain itu, terdapat 22 surat
yang dikirimkan oleh Vincent kepada adik perempuannya, Wil, 58 kepada
pelukis Anthon van Rappard, 22 kepada Émile Bernard, serta surat-surat
pribadi kepada Paul Signac, Paul Gauguin dan kritikus Albert Aurier.
Beberapa dilengkapi dengan sketsa. Banyak dari antara surat-surat tersebut
yang tidak diberi tanggal, tetapi para sejarawan seni dapat mengurutkan surat-
surat ini secara kronologis. Masih terdapat masalah-masalah dalam proses
transkripsi dan penanggalan, terutama untuk surat-surat yang dikirim dari
Arles. Saat berada di sana, Vincent menulis sekitar 200 surat dalam bahasa
Belanda, Prancis dan Inggris. Sebagai catatan, tidak ditemukan surat pada
masa ketika Vincent menetap di Paris karena ia tinggal bersama dengan Theo,
sehingga mereka tidak perlu saling mengirimkan surat.
Kehidupan
o Masa awal
Vincent Willem van Gogh lahir pada tanggal 30 Maret 1853 di Groot-
Zundert di provinsi Brabant Utara yang mayoritas penduduknya menganut
agama Katolik.[16]
Ia adalah anak sulung dari pasangan Theodorus van Gogh,
seorang pendeta Gereja Reformasi Belanda, dan Anna Cornelia Carbentus.
Van Gogh diberi nama kakeknya dan juga kakaknya yang lahir mati setahun
sebelum Vincent dilahirkan. Nama Vincent sendiri sebenarnya merupakan
nama yang sering dipakai dalam keluarga Van Gogh: kakeknya, Vincent
(1789–1874), yang memperoleh gelar dalam bidang teologi di Universitas
Leiden pada tahun 1811, dikaruniai enam anak laki-laki, dan tiga diantaranya
menjadi pedagang seni. Vincent yang ini mungkin dinamai dari paman
ayahnya yang berprofesi sebagai seorang pemahat (1729–1802).
Ibu Van Gogh berasal dari keluarga kaya di Den Haag, sementara
ayahnya adalah anak bungsu seorang pendeta. Keduanya bertemu saat adik
Anna, Cornelia, menikahi kakak Theodorus, Vincent (Cent). Orang tua Van
Gogh menikah pada Mei 1851 dan pindah ke Zundert. Adik Van Gogh yang
bernama Theo lahir pada tanggal 1 Mei 1857. Van Gogh juga memiliki
seorang adik laki-laki yang bernama Cor dan tiga adik perempuan yang
bernama Elisabeth, Anna, dan Willemina (dikenal sebagai "Wil"). Pada saat
sudah dewasa, Van Gogh hanya berhubungan dengan Willemina dan Theo.
Ibu Van Gogh adalah seorang wanita relijius dan saklek yang sangat
mementingkan keluarga hingga orang yang berada di sekitarnya merasa
klaustrofobik. Gaji Theodorus tidaklah besar, tetapi gereja menyediakan
keluarga tersebut dengan sebuah rumah, seorang pembantu, dua juru masak,
seorang tukang kebun, dan sebuah kereta kuda, dan Anna mewajibkan anak-
anaknya untuk menjunjung tinggi status sosial keluarga tersebut.
32. 32
Vincent saat berumur sekitar 13 tahun.
Van Gogh adalah seorang anak yang serius dan penuh dengan pikiran.
Minatnya terhadap seni sudah berkembang sejak masih muda. Ia didorong
untuk menggambar semenjak kecil oleh ibunya, dan gambar-gambar pertama
yang ia buat terlihat ekspresif, namun tak sebanding dengan karya-karyanya
saat sudah dewasa. Ia dididik di rumah oleh ibunya dan seorang pengajar, dan
pada tahun 1860 ia dikirim ke sekolah desa. Pada tahun 1864, ia masuk ke
sekolah asrama di Zevenbergen, tetapi di situ ia merasa ditinggalkan dan
meminta dipulangkan. Sebagai gantinya, pada tahun 1866, orang tuanya
mengirimkannya ke sekolah menengah di Tilburg, tetapi di situ ia sangat tidak
bahagia. Sementara itu, Constantijn C. Huysmans yang telah menjadi seniman
sukses di Paris menjadi guru di sekolah Van Gogh di Tilburg. Huysmans
menolak teknik-teknik dan lebih mendukung upaya penangkapan kesan-kesan
dari suatu hal, terutama objek secara umum atau alam. Ketidakbahagiaan Van
Gogh yang mendalam tampaknya telah membayangi pelajaran-pelajarannya,
sehingga ilmu yang diberikan oleh Huysmans tidak terlalu berdampak
terhadap diri Van Gogh. Pada Maret 1868, Van Gogh secara mendadak
kembali ke rumahnya. Saat sudah dewasa, ia menulis bahwa masa mudanya
"keras dan dingin, dan hampa".
Pada Juli 1869, paman Van Gogh, Cent, memberikannya sebuah
pekerjaan di perusahaan seni Goupil & Cie di Den Haag. Setelah
menyelesaikan pelatihannya pada tahun 1873, ia dikirim ke kantor cabang
Goupil di Southampton Street, London, dan ia lalu tinggal di 87 Hackford
Road, Stockwell. Masa ini merupakan masa yang bahagia bagi Van Gogh; ia
sukses dengan pekerjaannya, dan pada usia 20 tahun pendapatannya sudah
melebihi ayahnya. Istri Theo kemudian berkomentar bahwa ini adalah tahun
terbaik dalam kehidupan Vincent. Namun, ia tergila-gila dengan anak ibu
kosnya, Eugénie Loyer, dan Van Gogh ditolak setelah mengungkapkan
perasaannya; perempuan tersebut diam-diam malah bertunangan dengan
seorang bekas pemilik penginapan. Van Gogh pun menjadi terisolasi dan
semakin kuat agamanya. Ayah dan pamannya lalu memindahkannya ke Paris
pada tahun 1875, tetapi di situ ia merasa marah akibat berbagai hal, seperti
bagaimana perusahaannya menjadikan seni sebagai komoditas, sehingga ia
dipecat satu tahun kemudian.
33. 33
Rumah Van Gogh di Cuesmes. Di sini ia memutuskan untuk menjadi seorang
seniman
Pada April 1876, ia kembali ke Inggris untuk melakukan pekerjaan tak
dibayar sebagai guru pengganti di sebuah sekolah asrama kecil di Ramsgate.
Saat pemiliknya pindah ke Isleworth, Middlesex, Van Gogh juga ikut
dengannya. Pada akhirnya ia tidak cocok dengan pekerjaan tersebut dan keluar
untuk menjadi asisten pendeta Methodis. Sementara itu, orang tuanya sudah
pindah ke Etten. Ia kembali ke Belanda pada hari Natal tahun 1876 dan lalu
menetap selama enam bulan dan bekerja di sebuah toko buku di Dordrecht. Ia
merasa tak bahagia dengan pekerjaan tersebut dan menjalani waktunya dengan
mencorat-coret sesuatu atau menerjemahkan ayat-ayat Alkitab ke dalam
bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Ia memutuskan untuk membenamkan
dirinya dalam ilmu agama dan menjadi semakin saleh dan hidup sesuai dengan
aturan keagamaan. Menurut teman kosnya pada saat itu yang bernama Paulus
van Görlitz, Van Gogh makan dengan sederhana dan menghindari konsumsi
daging.
Sebagai bentuk dukungan terhadap keinginan Van Gogh untuk menjadi
seorang pastor, pada tahun 1877 ia dikirim oleh keluarganya untuk tinggal
bersama dengan pamannya, Johannes Stricker, yang merupakan seorang
teolog yang dihormati di Amsterdam. Van Gogh mempersiapkan diri untuk
ikut ujian masuk teologi di Universitas Amsterdam, tetapi ia gagal lulus ujian
tersebut dan meninggalkan rumah pamannya pada Juli 1878. Ia lalu
mengambil kursus tiga bulan di sekolah misionaris Protestan di Laken di dekat
Brussel, tetapi ia lagi-lagi mengalami kegagalan.
Pada Januari 1879, Van Gogh diberi tugas sebagai seorang misionaris
di Petit-Wasmes yang terletak di daerah penambangan batu bara Borinage di
Belgia. Sebagai tanda dukungannya kepada para jemaat yang miskin, ia
memberikan tempat tinggalnya yang nyaman di sebuah toko roti kepada
seorang tuna wisma, dan ia lalu pindah ke sebuah gubuk kecil dan tidur di atas
jerami. Kondisi hidupnya yang kumuh membuatnya tidak disukai oleh gereja,
yang kemudian memecatnya karena Van Gogh dianggap telah "merusak
martabat kependetaan". Ia kemudian berjalan sejauh 75 km ke Brussel, dan
sempat kembali ke Cuesmes di Borinage. Ia akhirnya mau menuruti
permintaan orang tuanya untuk kembali ke Etten. Namun, ia tinggal di sana
hanya sampai bulan Maret 1880, sehingga orang tuanya merasa cemas dan
frustrasi. Terjadi perseteruan antara dirinya dengan ayahnya, sampai-sampai
34. 34
sang ayah mempertimbangkan untuk mengirim Van Gogh ke rumah sakit jiwa
di Geel.
Van Gogh kembali ke Cuesmes pada Agustus 1880, dan di situ ia
tinggal dengan seorang penambang hingga bulan Oktober. Ia mulai tertarik
dengan orang-orang dan pemandangan di sekitarnya, dan ia mengabadikannya
dalam bentuk gambar-gambar sesuai dengan saran dari Theo agar ia
mempelajari seni dengan sungguh-sungguh. Van Gogh mengunjungi Brussel
setahun kemudian untuk mengikuti nasihat Theo agar ia berguru dengan
seniman Belanda Willem Roelofs. Roelofs berhasil meyakinkannya untuk
masuk ke Académie Royale des Beaux-Arts, meskipun Van Gogh sebenarnya
tidak menyukai sekolah seni yang resmi. Ia mendaftar di akademi tersebut
pada November 1880, dan di situ ia mempelajari anatomi dan aturan-aturan
standar pemodelan dan perspektif.
Etten, Drenthe dan Den Haag
Kee Vos-Stricker dengan putranya Jan, sekitar tahun 1879–80
Van Gogh kembali ke Etten pada April 1881 untuk tinggal bersama
dengan orang tuanya. Ia terus menggambar dan seringkali menjadikan
tetangga-tetangganya sebagai subjek lukisan. Pada Agustus 1881, sepupunya
yang telah menjanda, Cornelia "Kee" Vos-Stricker, datang berkunjung. Kee
merupakan anak dari pasangan Johannes Stricker dan istrinya yang merupakan
kakak kandung ibu Van Gogh, Willemina. Van Gogh merasa sangat senang
dengan kehadiran Kee dan sering berjalan kaki bersamanya. Kee berusia tujuh
tahun lebih tua darinya, dan memiliki seorang putra berusia delapan tahun.
Van Gogh mengejutkan semua orang dengan menyatakan cintanya kepadanya
dan mengusulkan pernikahan. Ia menolak dengan berkata "Tidak akan, tidak,
tidak akan pernah" ("nooit, neen, nimmer"). Setelah Kee kembali ke
Amsterdam, Van Gogh datang ke Den Haag untuk mencoba menjual lukisan-
lukisannya dan untuk menemui sepupu jauhnya, Anton Mauve. Mauve adalah
seorang seniman sukses dan Van Gogh ingin menjadi sepertinya. Mauve
mengundangnya untuk kembali dalam beberapa bulan, dan menyarankan agar
35. 35
ia menjalani waktu dengan berkarya menggunakan arang dan pastel; Van
Gogh lalu kembali ke Etten dan mengikuti nasihatnya.
Pada akhir November 1881, Van Gogh menulis sebuah surat kepada
Johannes Stricker, yang dikatakan oleh Theo sebagai sebuah serangan pribadi.
Setelah beberapa hari, ia pergi ke Amsterdam. Kee tak sudi menemuinya, dan
orangtuanya menyatakan bahwa "kekerasan hatinya menjijikkan". Van Gogh
merasa putus asa, sehingga ia menyentuh api lentera dengan tangan kirinya
dan berkata: "Biarkan aku bertemu dengannya selama aku bisa menahan
tanganku di api." Ia tidak dapat mengingat peristiwa tersebut dengan baik,
tetapi kemudian menduga bahwa pamannya telah memadamkan api tersebut.
Ayah Kee menegaskan bahwa penolakan Kee harus dihormati dan keduanya
tidak dapat menikah, terutama karena Van Gogh tidak mampu menafkahi
dirinya sendiri.
Mauve menerima Van Gogh sebagai muridnya dan mengenalkannya
pada cat air, yang ia pakai selama sebulan berikutnya sebelum pulang untuk
perayaan hari Natal. Ia berseteru dengan ayahnya, menolak ke gereja, dan lalu
pergi ke Den Haag. Setelah sebulan berlalu, Van Gogh dan Mauve bertengkar,
kemungkinan akibat permasalahan mengenai kelayakan penggunaan plaster
untuk menggambar. Van Gogh hanya dapat mempekerjakan orang-orang dari
jalanan sebagai model, dan praktik ini tampaknya juga tidak disukai oleh
Mauve. Pada bulan Juni, Van Gogh terserang kencing nanah dan masuk rumah
sakit selama tiga minggu. Tidak lama sesudahnya, ia mulai melukis dengan
menggunakan minyak yang dibeli dengan uang yang dipinjamkan oleh Theo.
Ia menyukai penggunaan medium tersebut, dan ia menggoreskan kuasnya
dengan bebas. Ia mengaku terkejut bahwa hasilnya ternyata bagus.
Atap, Pemandangan dari Ruang Kerja Den Haag, 1882, koleksi pribadi
Pada Maret 1882, Mauve tampaknya telah memperlakukan Van Gogh
dengan dingin, dan ia berhenti membalas surat-suratnya. Ia mendengar kabar
mengenai hubungan Van Gogh dengan seorang pelacur alkoholik yang
bernama Clasina Maria "Sien" Hoornik (1850–1904). Van Gogh bertemu
dengan Sien menjelang akhir Januari 1882, saat Sien tidak hanya memiliki
seorang putri yang berumur lima tahun, tetapi juga sedang hamil. Ia
sebelumnya sudah pernah melahirkan dua anak yang telah meninggal, tetapi
Van Gogh tidak mengetahui hal tersebut; pada tanggal 2 Juli, ia melahirkan
seorang bayi laki-laki yang diberi nama Willem. Saat ayah Van Gogh
mendapati rincian hubungan mereka, ia berusaha menekan Van Gogh untuk
mencampakkan Sien dan kedua anaknya. Vincent mula-mula menolaknya, dan
36. 36
mempertimbangkan untuk pindah bersama dengan Sien dan anak-anaknya ke
luar kota, tetapi pada akhir tahun 1883 ia memutuskan untuk meninggalkan
Sien dan anak-anaknya.
Kemiskinan mungkin telah memaksa Sien untuk kembali ke dunia
pekerja seks komersial; keadaan di rumah menjadi kurang bahagia dan Van
Gogh merasa kehidupan keluarganya tak sejalan dengan perkembangan
artistiknya. Sien menitipkan anak perempuannya kepada ibunya, dan bayi
Willem kepada saudara laki-lakinya. Willem ingat bahwa ia pernah
mengunjungi Rotterdam saat ia berusia sekitar 12 tahun, dan di situ seseorang
mencoba meyakinkan Sien untuk menikah untuk mengesahkan anak-anaknya.
Ia percaya bahwa Van Gogh adalah ayah kandungnya, tetapi waktu
kelahirannya menjadikan hal tersebut tidak mungkin. Sien akhirnya
menenggelamkan dirinya sendiri di Sungai Scheldt pada tahun 1904.
Pada September 1883, Van Gogh pindah ke Drenthe di Belanda Utara.
Pada bulan Desember, akibat kesendirian yang menyayat hati, ia memutuskan
untuk tinggal dengan orang tuanya yang menetap di Nuenen, Brabant Utara,
pada masa itu.
Menjadi seniman
o Nuenen dan Antwerpen (1883–86)
Pemakan Kentang, 1885. Museum Van Gogh, Amsterdam
Di Nuenen, Van Gogh berfokus pada lukisan dan gambar. Ia bekerja di
luar ruangan dengan sangat cepat, dan ia berhasil menyelesaikan berbagai
sketsa dan lukisan para penenun dan gubuk mereka. Dari Agustus 1884,
Margot Begemann, seorang putri tetangga yang lebih tua sepuluh tahun dari
Van Gogh, jatuh cinta kepada Van Gogh dan Van Gogh membalas perasaan
tersebut, walaupun perasaannya tidak sekuat Margot. Mereka ingin menikah,
tetapi keluarga mereka tak menyetujuinya. Margot merasa putus asa dan
meracuni dirinya sendiri dengan striknina, tetapi selamat setelah Van Gogh
melarikannya ke rumah sakit terdekat. Pada tanggal 26 Maret 1885, ayah Van
Gogh meninggal dunia akibat serangan jantung.
Van Gogh membuat sejumlah lukisan alam benda pada tahun 1885.
Selama dua tahun di Nuenen, ia menyelesaikan banyak gambar dan lukisan cat
air, dan hampir sekitar 200 lukisan minyak. Paletnya utamanya terdiri dari
37. 37
warna-warna tanah yang gelap, terutama warna cokelat tua, dan tak
menunjukkan warna-warna tebal dan cerah yang kelak menjadi ciri khas
karyanya.
Seorang pedagang seni di Paris tertarik dengan karyanya pada awal
tahun 1885. Theo menanyakan kepada Vincent apakah ia memiliki lukisan-
lukisan yang siap untuk dipamerkan. Pada bulan Mei, Van Gogh
menjawabnya dengan mempersembahkan karya besar pertamanya, Pemakan
Kentang, dan sejumlah lukisan "studi karakter petani" yang merupakan hasil
kerja selama beberapa tahun. Saat ia mengeluh karena ia merasa bahwa Theo
tidak melakukan upaya yang cukup untuk menjual lukisan-lukisannya di Paris,
Theo menjawabnya dengan menyatakan bahwa lukisan-lukisan tersebut terlalu
gelap, dan tidak sejalan dengan gaya Impresionisme yang cerah. Pada bulan
Agustus, karya Van Gogh dipamerkan untuk pertama kalinya di muka umum,
tepatnya di jendela toko seni Leurs di Den Haag. Salah satu petani muda yang
pernah ia lukis hamil pada September 1885; Van Gogh dituduh telah memaksa
berhubungan badan dengannya, sehingga pendeta di desa melarang jemaatnya
untuk menjadi model Van Gogh.
Sangat Lelah, pensil di
kertas cat air, 1882.
Museum Van Gogh,
Amsterdam
Alam benda dengan
Alkitab Terbuka, Lilin
Mati dan Novel, yang
juga disebut Alam
benda dengan Alkitab,
1885. Museum Van
Gogh, Amsterdam
Tengkorak Sebuah
Kerangka dengan
Rokok yang Menyala,
1885–86. Museum Van
Gogh, Amsterdam
Wanita Petani yang
Sedang Membungkuk,
atau Wanita dengan
Sekop, Dilihat dari
Belakang, 1885. Galeri
Seni Rupa Ontario,
Toronto
Ia pindah ke Antwerpen pada bulan November, dan menyewa sebuah
kamar di atas sebuah toko lukisan di rue des Images (Lange Beeldekensstraat).
Ia hidup dalam kemiskinan dan makan seadanya, dan ia lebih memilih untuk
menggunakan uang yang diberikan oleh Theo untuk membeli bahan lukisan
dan menyewa model. Roti, kopi dan tembakau menjadi bagian dari makanan
pokoknya. Pada Februari 1886, ia menulis kepada Theo bahwa ia hanya dapat
mengingat enam hidangan panas yang pernah ia makan sejak bulan Mei.
Giginya menjadi longgar dan menyakitkan. Di Antwerpen, ia berusaha
mempelajari teori warna dan menghabiskan waktu di museum-museum —
terutama untuk mempelajari karya Peter Paul Rubens – dan menambah warna
yang ia pakai di paletnya dengan warna karmina, biru kobalt, dan hijau
zamrud. Van Gogh membeli karya seni ukiyo-e Jepang di daerah dermaga,
38. 38
dan kemudian memasukkan unsur-unsur seni tersebut ke dalam latar belakang
beberapa lukisannya. Namun, ia kembali menjadi seorang peminum alkohol
yang berlebihan. Ia juga masuk rumah sakit dari Februari hingga Maret 1886,
dan di situ ia mungkin juga menjalani pengobatan sifilis.
Setelah pulih, ia mengambil ujian masuk Akademi Seni Rupa di
Antwerpen, meskipun sebenarnya ia membenci pendidikan akademis. Pada
Januari 1886, ia diterima di program lukisan dan gambar. Ia jatuh sakit dan
dibuat lunglai oleh kerja yang berlebihan, pola makan yang buruk dan
kebiasaan merokok yang berlebihan. Meskipun begitu, ia mulai mengikuti
kelas-kelas menggambar model-model plaster di Akademi Antwerpen pada
tanggal 18 Januari 1886. Ia kemudian berseteru dengan Charles Verlat,
direktur akademi dan guru kelas melukis, akibat gaya lukisan Van Gogh yang
tidak biasa. Van Gogh juga berselisih pandang dengan guru kelas
menggambar Franz Vinck. Van Gogh akhirnya masuk kelas menggambar
model-model plaster yang diajarkan oleh Eugène Siberdt. Siberdt dan Van
Gogh bertengkar setelah Van Gogh tak memenuhi permintaan Siberdt untuk
menegaskan kontur dan berkonsentrasi pada garis. Ketika Van Gogh diminta
untuk menggambar Venus de Milo, ia malah membuat gambar tubuh seorang
petani perempuan Flandria yang telanjang dan tak bertangan. Siberdt
menganggapnya sebagai tindakan pembangkangan terhadap ajarannya dan ia
memperbaiki lukisan Van Gogh dengan krayonnya hingga kertasnya robek.
Van Gogh kemudian mengamuk dan berteriak kepada Siberdt: 'Kau benar-
benar tidak tahu seorang wanita muda itu seperti apa, jahanam! Seorang
wanita harus memiliki pinggul, pantat, panggul yang dapat menggendong
seorang bayi!' Menurut beberapa catatan, ini menjadi terakhir kalinya Van
Gogh menghadiri kelas-kelas di akademi tersebut dan kemudian ia pindah ke
Paris. Pada tanggal 31 Maret 1886, sekitar sebulan setelah berseteru dengan
Siberdt, para guru akademi memutuskan agar 17 murid, termasuk Van Gogh,
mengulang satu tahun. Maka dari itu, kabar bahwa Van Gogh dikeluarkan
dari akademi oleh Siberdt terbukti salah.
o Paris (1886–88)
Henri de Toulouse-Lautrec, Potret Vincent van Gogh, 1887, gambar pastel, Museum
Van Gogh, Amsterdam
Van Gogh pindah ke Paris pada Maret 1886 dan di situ ia tinggal di
apartemen rue Laval di Montmartre bersama dengan Theo, dan berguru di
studio Fernand Cormon. Pada bulan Juni, kakak beradik tersebut pindah ke
apartemen yang lebih besar di 54 rue Lepic. Di Paris, Vincent melukis potret
39. 39
teman-teman dan kenalan-kenalannya, lukisan alam benda, serta
pemandangan Le Moulin de la Galette, Montmartre, Asnières, dan daerah di
sepanjang Sungai Seine. Pada tahun 1885 di Antwerpen, ia mulai tertarik
dengan teknik cukil kayu Jepang yang disebut ukiyo-e, dan memakainya
untuk menghias tembok studionya; saat berada di Paris, ia mengumpulkan
ratusan karya seni cukil kayu. Ia juga mencoba membuat seni Japonaiserie,
termasuk dengan melukis The Courtesan or Oiran (1887) yang merupakan
reproduksi gambar buatan Keisai Eisen dari majalah Paris Illustre yang telah
ia perbesar.
Setelah melihat potret Adolphe Monticelli di Galerie Delareybarette,
Van Gogh menggunakan palet yang lebih cerah dan goresan kuas yang lebih
berani, terutama dalam lukisan-lukisan seperti Pemandangan Laut di Saintes-
Maries (1888). Dua tahun kemudian, Vincent dan Theo membiayai
penerbitan sebuah buku mengenai lukisan-lukisan Monticelli, dan Vincent
membeli beberapa karya Monticelli untuk menambah koleksinya.
Van Gogh mendengar kabar mengenai ruang kerja Fernand Cormon
dari Theo. Ia bekerja di studio tersebut pada April dan Mei 1886. Di situ ia
bertemu dengan seniman Australia John Peter Russell dan murid-muridnya,
Émile Bernard, Louis Anquetin, dan Henri de Toulouse-Lautrec, dan Russell
juga membuat lukisan diri Van Gogh pada tahun 1886. Mereka bertemu di
toko lukisan Julien "Père" Tanguy, yang pada masa itu merupakan satu-
satunya tempat penyimpanan lukisan-lukisan buatan Paul Cézanne. Pada
tahun 1886, dua pameran besar digelar di sana dan menampilkan lukisan
Pointillisme dan Neo-impresionisme untuk pertama kalinya, sehingga
menarik perhatian kepada pelukis Georges Seurat dan Paul Signac. Theo
menyimpan lukisan-lukisan bergaya Impresionis di galerinya di bulevar
Montmartre, tetapi Van Gogh tidak langsung mengakui perkembangan baru
ini.
Terjadi perselisihan di antara kedua kakak beradik tersebut. Pada akhir
tahun 1886, Theo merasa "hampir tidak tahan lagi" tinggal bersama dengan
Vincent. Pada akhir tahun 1887, mereka kembali berbaikan, tetapi Vincent
sudah pindah ke Asnières, sebuah kawasan suburban di Paris barat laut, dan
di situ ia berkenalan dengan Signac. Ia mulai menggunakan unsur-unsur
Pointillisme, sebuah teknik yang menorehkan sejumlah titik kecil yang
berwarna di atas kanvas sehingga jika dilihat dari jauh akan membentuk
perpaduan warna. Gaya tersebut menekankan penggunaan warna
komplementer – yang meliputi biru dan jingga – untuk menghasilkan kontras
yang penuh dengan energi.
Le Moulin de Blute-Fin
(1886) dari serial Le Moulin
de la Galette dan Montmartre.
Museum Seni Rupa
Bridgestone, Tokyo (F273)
40. 40
Courtesan (berdasarkan karya
Eisen), 1887. Museum Van
Gogh, Amsterdam
Potret Père Tanguy, 1887.
Musée Rodin, Paris
Kebun Prem yang
Bermekaran (salinan karya
Hiroshige), 1887. Museum
Van Gogh, Amsterdam
Alam benda dengan Segelas
Absinthe dan sebuah Botol
Anggur Kaca, 1887. Museum
Van Gogh, Amsterdam
Saat berada di Asnières, Van Gogh melukis taman, restoran dan Sungai
Seine, termasuk Jembatan yang melintasi sungai Seine, Asnières. Pada
November 1887, Theo dan Vincent berteman dengan Paul Gauguin yang baru
tiba di Paris. Menjelang akhir tahun, Vincent menggelar sebuah pameran
bersama dengan Bernard, Anquetin, dan mungkin juga dengan Toulouse-
Lautrec, di Grand-Bouillon Restaurant du Chalet, 43 avenue de Clichy,
Montmartre. Dalam catatan kontemporer, Bernard menulis bahwa lukisan-
lukisan di pameran tersebut lebih maju daripada lukisan-lukisan di pameran
yang lainnya di Paris. Di sana, Bernard dan Anquetin menjual lukisan-lukisan
pertama mereka, sementara Van Gogh bertukar karya dengan Gauguin.
Diskusi tentang seni, seniman, dan keadaan sosial mereka dimulai saat
pameran tersebut, yang kemudian juga diikuti oleh para pengunjung acara
tersebut, seperti Signac, Seurat, serta Camille Pissarro dan putranya, Lucien.
Pada Februari 1888, Vincent merasa dilelahkan oleh kehidupan di Paris,
sehingga ia memutuskan untuk pindah setelah menghabiskan waktu selama
dua tahun di sana dan menghasilkan lebih dari 200 lukisan. Berjam-jam
sebelum keberangkatannya dan dengan ditemani oleh Theo, ia melakukan
lawatan pertama dan satu-satunya ke studio milik Seurat.
Puncak artistik
41. 41
o Arles (1888–89)
Rumah Kuning, 1888. Museum Van Gogh, Amsterdam
Van Gogh jatuh sakit akibat minum-minum dan mengalami batuk-
batuk yang dipicu oleh rokok, sehingga pada Februari 1888 Van Gogh pindah
ke Arles. Ia tampaknya memiliki hasrat untuk mendirikan sebuah koloni seni
rupa di situ. Seniman Denmark Christian Mourier-Petersen menemaninya
selama dua bulan, dan pada awalnya Arles terkesan eksotis. Dalam sebuah
surat, ia menggambarkan kota tersebut sebagai sebuah negeri asing: "Para
Zouave, rumah-rumah bordil, anak-anak kecil Arlésienne yang menerima
Komuni Pertamanya, pastor dengan jubahnya yang terlihat seperti badak
yang berbahaya, orang-orang meminum absinthe, bagiku semuanya terkesan
seperti makhluk-makhluk dari dunia lain."
Masa-masa di Arles menjadi salah satu masa yang paling produktif
bagi Van Gogh: ia menyelesaikan 200 lukisan dan lebih dari 100 gambar dan
karya cat air. Ia terpesona oleh pemandangan dan sinar di sekelilingnya;
karya-karyanya pada masa itu kaya akan warna kuning, biru laut, dan ungu
pucat. Lukisan-lukisannya bertema panen, ladang gandum dan pemandangan
desa di kawasan sekitar, termasuk lukisan Penggilingan Tua (1888), sebuah
bangunan yang berada di sebelah ladang gandum. Ini adalah salah satu dari
tujuh kanvas yang dikirim ke Pont-Aven pada tanggal 4 Oktober 1888 untuk
ditukar dengan karya Paul Gauguin, Émile Bernard, Charles Laval, dan lain-
lain.
Cara Van Gogh menggambarkan pemandangan di Arles dipengaruhi
oleh latar belakangnya sebagai seseorang yang dibesarkan di Belanda;
perpaduan ladang dan jalanan di lukisannya tampak datar dan kurang
perspektif, tetapi penggunaan warnanya sangat bagus. Namun begitu, pada
Maret 1888, ia mulai melukis bentang-bentang alam dengan menggunakan
"kerangka perspektif"; tiga karya tersebut ditampilkan di pameran tahunan
Société des Artistes Indépendants. Pada bulan April, ia dikunjungi oleh
seniman Amerika Dodge MacKnight yang tinggal di Fontvieille yang terletak
tidak jauh dari Arles. Pada tanggal 1 Mei 1888, dengan biaya 15 franc per
bulan, ia menyewa bagian timur Rumah Kuning yang beralamat di 2 place
Lamartine. Kamar-kamarnya tak memiliki perabotan dan tidak berpenghuni
selama berbulan-bulan.
Pada tanggal 7 Mei, Van Gogh pindah dari Hôtel Carrel ke Café de la
Gare, dan di situ ia berteman dengan para pemiliknya, yaitu Joseph dan Marie
42. 42
Ginoux. Rumah Kuning harus diisi dengan perabotan sebelum ia dapat
tinggal di sana, tetapi ia masih dapat memanfaatkannya sebagai sebuah
studio. Ia ingin mendirikan sebuah galeri untuk memamerkan karya-
karyanya, dan mulai membuat sejumlah lukisan yang meliputi Kursi Van
Gogh (1888), Kamar Tidur di Arles (1888), Kafé Malam (1888), Teras Kafé
di Malam Hari (September 1888), Malam Berbintang di Atas Rhone (1888),
dan Alam Benda: Vas dengan Dua Belas Bunga Matahari (1888), semuanya
ditujukan sebagai dekorasi untuk Rumah Kuning.
Van Gogh menulis bahwa dalam lukisan Kafé Malam, ia berusaha
"untuk mengungkapkan gagasan bahwa kafe adalah tempat orang dapat
menghancurkan dirinya sendiri, menjadi gila, atau melakukan kejahatan".
Saat ia mengunjungi Saintes-Maries-de-la-Mer pada bulan Juni, ia
memberikan pelajaran kepada seorang letnan dua Zouave yang bernama
Paul-Eugène Milliet dan melukis perahu-perahu di laut dan desa. MacKnight
memperkenalkan Van Gogh kepada Eugène Boch, seorang pelukis Belgia
yang terkadang singgah di Fontvieille, dan keduanya saling mengunjungi
pada bulan Juli.
Seorang Penabur
dengan Matahari
Terbenam, 1888.
Museum Van Gogh,
Amsterdam
Kapal-Kapal
Nelayan di Pantai
Saintes-Maries, Juni
1888. Museum Van
Gogh, Amsterdam
Kamar Tidur di
Arles, 1888.
Museum Van Gogh,
Amsterdam
Penggilingan Tua,
1888. Galeri Seni
Rupa Albright–
Knox, Buffalo, New
York
o Kunjungan Gauguin (1888)
Paul Gauguin, Pelukis Bunga Matahari: Potret Vincent van Gogh, 1888.
Museum Van Gogh, Amsterdam
Setelah Gauguin menyatakan kesediaannya untuk berkunjung ke Arles
pada tahun 1888, Van Gogh mengharapkan persahabatan dan perwujudan
gagasan Van Gogh mengenai perkumpulan seniman. Sembari menunggu,
43. 43
pada bulan Agustus, ia melukis Bunga Matahari. Saat Boch berkunjung lagi,
Van Gogh membuat potret Boch serta lukisan Penyair dengan Latar Belakang
Langit Berbintang.
Untuk mempersiapkan kunjungan Gauguin, Van Gogh membeli dua
kasur atas saran dari seorang pengawas pos di stasiun yang bernama Joseph
Roulin. Roulin dan keluarganya sendiri pernah dijadikan model oleh Van
Gogh. Kemudian, pada tanggal 17 September, ia melewati malam
pertamanya di Rumah Kuning yang masih belum banyak diisi oleh perabotan.
Setelah Gauguin mengabarkan bahwa ia bersedia untuk bekerja dan tinggal di
Arles dengannya, Van Gogh mulai mengerjakan proyek Dékorasi untuk
Rumah Kuning yang mungkin merupakan proyek paling ambisius yang
pernah ia lakukan. Ia berhasil menyelesaikan dua lukisan kursi: Kursi Van
Gogh dan Kursi Gauguin.
Setelah berulang kali dimohon oleh Van Gogh, Gauguin tiba di Arles
pada tanggal 23 Oktober, dan mereka kemudian mulai melukis bersama pada
bulan November. Gauguin menggambarkan Van Gogh dalam lukisan Pelukis
Bunga Matahari buatannya, sementara Van Gogh melukis gambar-gambar
berdasarkan ingatannya, sesuai dengan saran dari Gauguin. Salah satu lukisan
"imajinatif" tersebut adalah Kenangan Kebun di Etten. Setelah itu, mereka
untuk pertama kalinya membuat lukisan bersama-sama di luar rumah,
tepatnya di Alyscamps, dan di situ mereka menghasilkan sepasang lukisan
yang dijuluki Les Alyscamps.
Salah satu lukisan yang berhasil diselesaikan oleh Gauguin selama
kunjungannya di Arles adalah lukisan Van Gogh Melukis Bunga Matahari.
Van Gogh dan Gauguin juga mengunjungi kota Montpellier pada Desember
1888, dan di situ mereka menyaksikan karya-karya Courbet dan Delacroix di
Musée Fabre. Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan mereka mulai
retak. Van Gogh mengagumi Gauguin dan ingin dianggap sebagai rekan
sejawatnya, tetapi Gauguin bersikap arogan dan mendominasi, yang membuat
Van Gogh merasa frustrasi. Mereka sering bertengkar, sementara Van Gogh
semakin takut dengan kemungkinan bahwa Gauguin akan meninggalkannya.
Permasalahan ini, yang digambarkan oleh Van Gogh sebagai "ketegangan
yang berlebihan", dengan segera mencapai titik terburuknya.
Kafe Malam, 1888. Galeri
Seni Rupa Universitas
Yale, New Haven,
Connecticut
Kebun Anggur Merah,
November 1888. Museum
Pushkin, Moskwa. Dijual
kepada Anna Boch, 1890
Kursi Van Gogh, 1888.
Galeri Nasional, London
Kursi Berlengan Paul
Gauguin, 1888. Museum
Van Gogh, Amsterdam
o Rumah Sakit di Arles (Desember 1888)
44. 44
Laporan surat kabar setempat tertanggal 30 Desember 1888 yang melaporkan
tindakan mutilasi diri Van Gogh.
Urutan kronologis peristiwa yang membuat Van Gogh memotong
telinganya sendiri tidak diketahui secara pasti. Gauguin mengklaim lima belas
tahun sesudah peristiwa ini bahwa insiden tersebut terjadi setelah kemunculan
perilaku-perilaku yang mengancam secara fisik. Hubungan mereka rumit, dan
Theo mungkin berutang kepada Gauguin, sehingga Gauguin merasa curiga
bahwa kedua kakak beradik tersebut sedang memanfaatkannya. Kemungkinan
Van Gogh sadar bahwa Gauguin berencana untuk meninggalkannya. Hujan
deras turun pada hari-hari berikutnya, dan akibatnya mereka berdua tidak
meninggalkan Rumah Kuning. Gauguin melaporkan bahwa ketika ia keluar
rumah hanya untuk berjalan kaki, Van Gogh mengikutinya dan "bergegas
menuju diriku, dengan pisau cukur yang terbuka di tangannya". Pernyataan
tersebut tidak didukung oleh bukti; Gauguin hampir pasti tidak berada di
Rumah Kuning pada malam itu dan kemungkinan bermalam di sebuah hotel.
Setelah bertengkar dengan Gauguin, Van Gogh kembali ke kamarnya,
dan di situ ia mengalami halusinasi pendengaran hingga akhirnya ia memotong
telinga kirinya sendiri dengan sebuah pisau cukur (secara keseluruhan atau
sebagian, tergantung sumbernya), sehingga mengakibatkan pendarahan. Ia
membalut lukanya, membungkus telinga yang telah diputus dengan kertas, dan
lalu mengirimkannya kepada seorang perempuan di rumah bordil yang sering
dikunjungi oleh Van Gogh dan Gauguin. Van Gogh ditemukan dalam keadaan
tak sadarkan diri pada keesokan paginya oleh seorang polisi dan lalu ia dibawa
ke rumah sakit. Di situ ia dirawat oleh Félix Rey, seorang dokter muda yang
masih menjalani pelatihan. Telinga yang diputus dikirim ke rumah sakit, tetapi
Rey tak dapat menyatukannya kembali karena sudah terlambat.
Van Gogh sama sekali tak mengingat kejadian tersebut, sehingga
kemungkinan besar ia mengalami kekalutan mental yang akut. Rumah sakit
menjatuhkan diagnosis "mania akut dengan delirium umum", dan dalam waktu
beberapa hari, kepolisian setempat memerintahkan agar ia tetap dirawat di
rumah sakit. Gauguin langsung memberitahukan Theo mengenai peristiwa ini,
padahal Theo baru saja melamar saudara perempuan Andries Bonger (teman
lama Theo) yang bernama Johanna pada tanggal 24 Desember. Theo kemudian
bergegas ke stasiun untuk menumpangi kereta malam menuju Arles. Ia tiba
pada Hari Natal dan mencoba menenangkan Vincent yang tampak setengah
sadar. Pada sore harinya, Theo meninggalkan Arles dan kembali ke Paris.
Pada hari-hari pertama pengobatannya, Van Gogh berulang kali
meminta dipertemukan dengan Gauguin, tetapi permintaan ini tidak
dikabulkan. Gauguin lalu berkata kepada seorang polisi yang mengurus
45. 45
perkaranya untuk "berbaik hati, Monsieur, dengan membangunkan laki-laki ini
dengan penuh perhatian, dan jika ia ingin bertemu denganku katakan
kepadanya bahwa aku sudah berangkat ke Paris; jika ia melihat saya, bisa
berakibat fatal baginya." Gauguin melarikan diri dari Arles dan tak pernah
bertemu dengan Van Gogh lagi. Namun demikian, mereka masih saling
mengirimkan surat, dan pada tahun 1890 Gauguin mengusulkan agar mereka
mendirikan sebuah studio di Antwerpen. Meskipun tidak sempat bertemu lagi
dengan Gauguin, masih ada orang lain yang membesuknya di rumah sakit,
termasuk Marie Ginoux dan Roulin.
Walaupun ia memperoleh diagnosis yang bernada pesimis, Van Gogh
berhasil pulih dan akhirnya pulang ke Rumah Kuning pada tanggal 7 Januari
1889. Akan tetapi, ia masih mengalami halusinasi dan waham yang
membuatnya merasa keracunan, sehingga ia beberapa kali pergi ke rumah sakit
selama satu bulan berikutnya. Pada bulan Maret, kepolisian memutuskan untuk
menutup rumahnya setelah menerima petisi dari 30 warga (termasuk keluarga
Ginoux) yang menyebutnya "le fou roux" (orang gila berambut merah); Van
Gogh pun kembali ke rumah sakit. Paul Signac mengunjunginya dua kali pada
bulan Maret; pada bulan April, Van Gogh pindah ke kamar yang dimiliki oleh
Dr Rey setelah banjir merusak lukisan-lukisan Van Gogh di rumahnya sendiri.
Dua bulan kemudian, ia meninggalkan Arles dan secara sukarela masuk ke
rumah sakit jiwa di Saint-Rémy-de-Provence. Pada masa tersebut, ia menulis:
"Kadang-kadang [aku] merasakan penderitaan yang tak dapat dijelaskan,
kadang-kadang [muncul] momen ketika tirai waktu dan takdir kenyataan seolah
hancur dalam sekejap."
Van Gogh memberikan lukisan Potret Dokter Félix Rey yang dibuat
olehnya pada tahun 1889 kepada Dr Rey. Sang dokter tidak menyukai lukisan
tersebut dan memakainya untuk memperbaiki kandang ayam, dan lalu ia
memutuskan untuk memberikannya kepada orang lain. Pada tahun 2016, potret
tersebut disimpan di Museum Seni Rupa Murni Pushkin dan nilainya
diperkirakan melebihi $50 juta.
Potret Diri dengan
Telinga Diperban
dan Pipa, 1889,
koleksi pribadi
Halaman Rumah
Sakit di Arles,
1889, Koleksi
Oskar Reinhart
"Am Römerholz",
Winterthur, Swiss
Potret Diri dengan
Telinga Diperban,
1889, Institut Seni
Rupa Courtauld,
London
Potret Dokter Félix
Rey
Bangsal di Rumah
Sakit di Arles,
1889, Koleksi
Oskar Reinhart
"Am Römerholz",
Winterthur, Swiss
46. 46
o Saint-Rémy (Mei 1889 – Mei 1890)
Malam Berbintang, Juni 1889. Museum Seni Rupa Modern, New York
Van Gogh masuk rumah sakit jiwa Saint-Paul-de-Mausole pada
tanggal 8 Mei 1889 dengan ditemani oleh perawatnya, Frédéric Salles,
seorang rohaniwan Protestan. Rumah sakit jiwa tersebut merupakan bekas
biara yang terletak di Saint-Rémy-de-Provence yang berjarak kurang dari 30
km dari Arles, dan dikelola oleh bekas dokter angkatan laut, Théophile
Peyron. Van Gogh memiliki dua sel dengan jendela berjeruji, dan salah satu
selnya ia jadikan sebuah studio. Rumah sakit dan kebunnya menjadi subjek
utama lukisan-lukisannya. Ia juga membuat lukisan-lukisan yang
menggambarkan bagian dalam rumah sakit tersebut, seperti Ruang Depan
Rumah Sakit Jiwa dan Saint-Rémy (September 1889). Beberapa karyanya
dari masa ini memiliki ciri khas berupa pola spiral atau melingkar, seperti
yang dapat dilihat dalam lukisan Malam Berbintang. Ia diperbolehkan
berkeliling untuk waktu yang singkat dengan ditemani seseorang, dan pada
saat-saat itu ia melukis pohon sanobar dan zaitun, sehingga dihasilkanlah
beberapa karya seperti Pohon Zaitun dengan Pegunungan Alpilles di Latar
Belakang 1889, Pohon Sanobar 1889, Ladang Jagung dengan Pohon Sanobar
(1889), dan Jalan Desa di Provence pada Malam Hari (1890). Pada
September 1889, ia membuat dua versi baru lukisan Kamar Tidur di Arles.
Akibat hidupnya yang terkungkung di kompleks rumah sakit jiwa, Van
Gogh kekurangan bahan lukisan. Maka dari itu, ia membuat tafsiran lukisan
seniman-seniman lainnya, seperti lukisan Sang Penabur dan Peristirahatan
Siang Hari karya Millet, serta variasi karya-karya sebelumnya yang pernah ia
buat. Van Gogh mengagumi gaya realisme Jules Breton, Gustave Courbet
dan Millet, dan ia membandingkan apa yang ia lakukan dengan seorang
musisi yang menafsirkan karya-karya Beethoven.
Lukisan Putaran Para Tahanan (1890) yang ia buat didasarkan pada
salah satu seni gravir karya Gustave Doré (1832–1883). Tralbaut berpendapat
bahwa wajah tahanan di bagian tengah lukisan yang menatap ke arah
penyimak adalah Van Gogh sendiri, tetapi Jan Hulsker menolak klaim ini
akibat kurangnya bukti.
47. 47
Dari Februari hingga April 1890, gangguan kejiwaan Van Gogh
kembali kambuh. Ia merasa depresi dan tak mampu menulis, tetapi ia masih
dapat melukis dan sedikit menggambar pada masa itu. Ia kemudian menulis
kepada Theo bahwa ia membuat beberapa lukisan kecil "berdasarkan
ingatan ... kenangan di utara". Salah satu diantaranya adalah Dua Petani
Wanita Menggali di Sebuah Ladang yang Diselimuti Salju saat Matahari
Terbenam. Hulsker meyakini bahwa lukisan-lukisan ini merupakan lukisan-
lukisan inti dari banyak gambar dan lembar studi yang ia kerjakan pada masa
itu. Hulsker juga berkomentar bahwa masa pendek tersebut adalah satu-
satunya masa ketika penyakit kejiwaan yang diidap oleh Van Gogh
berdampak besar terhadap pekerjaannya. Sementara itu, Van Gogh meminta
ibunya dan adiknya untuk mengirimkan gambar-gambar dan karya yang
masih dalam bentuk kasar yang pernah ia buat pada awal tahun 1880-an agar
ia dapat mengerjakan lukisan-lukisan baru dari sketsa-sketsa lamanya. Salah
satu karya buatannya pada masa ini adalah Pria Tua yang Bersedih ("Di
Gerbang Keabadian"), sebuah studi warna yang Hulsker sebut sebagai
"kenangan lainnya akan masa lampau". Lukisan-lukisan berikutnya
menampilkan seorang seniman pada puncak performanya yang "merindukan
keringkasan dan keanggunan", seperti yang dikatakan oleh kritikus seni
Robert Hughes.
Putaran Para Tahanan
(berdasarkan karya
Doré), 1890. Museum
Pushkin, Moskwa
Sang Penabur
(berdasarkan karya
Millet), 1888. Museum
Kröller-Müller, Otterlo
Dua Petani Wanita
Menggali di Sebuah
Ladang yang Diselimuti
Salju saat Matahari
Terbenam (berdasarkan
karya Millet), 1890.
Koleksi Yayasan E.G.
Bührle, Zurich, Swiss
Pria Tua yang Bersedih
('Di Gerbang
Keabadian'), 1890.
Museum Kröller-
Müller, Otterlo
Albert Aurier memuji karya Van Gogh dalam majalah Mercure de
France pada Januari 1890, dan menyebutnya sebagai "seorang jenius". Pada
bulan Februari, Van Gogh membuat lima versi baru lukisan L'Arlésienne
(Madame Ginoux), yang didasarkan pada sketsa arang yang Gauguin buat saat
Madame Ginoux duduk di hadapan Van Gogh dan Gauguin pada November
1888. Kemudian, pada bulan Februari, Van Gogh diundang oleh Les XX
(sebuah perkumpulan para pelukis avant-garde di Brussel) untuk ikut serta
dalam pameran tahunan mereka. Namun, selama acara makan malam
48. 48
pembukaan, salah satu anggota Les XX yang bernama Henry de Groux
menghina karya Van Gogh. Toulouse-Lautrec menuntut permohonan maaf,
dan Signac dengan lantang menyatakan bahwa ia akan terus mempertahankan
kehormatan Van Gogh apabila Lautrec memutuskan untuk menyerah. De
Groux meminta maaf atas perbuatannya dan meninggalkan kelompok tersebut.
Belakangan, saat lukisan Van Gogh dipamerkan di Artistes Indépendants,
Paris, Claude Monet berkata bahwa karya Van Gogh adalah karya terbaik di
acara tersebut. Setelah kelahiran keponakannya, Van Gogh menulis, "Aku
langsung membuatkan gambar untuknya, untuk digantung di kamar tidur
mereka, cabang-cabang pohon almond yang bermekaran dengan latar
belakang langit biru."
o Auvers-sur-Oise (Mei–Juli 1890)
Rumah Putih di Malam Hari, 1890. Museum Hermitage, St Petersburg, yang dilukis
enam pekan sebelum kematian Van Gogh
Pada Mei 1890, Van Gogh meninggalkan Saint-Rémy dan pindah ke
Auvers-sur-Oise agar lebih dekat dengan Dr Paul Gachet dan Theo. Dr Gachet
juga merupakan seorang pelukis amatir dan telah merawat beberapa seniman
lainnya – sang dokter sendiri direkomendasikan oleh Camille Pissarro. Setelah
bertemu dengan Gachet untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa sang dokter
"tampaknya lebih sakit daripada aku, atau katakanlah sama sakitnya."
Akar-Akar Pohon, Juli 1890, Museum Van Gogh, Amsterdam
Pelukis Charles Daubigny pindah ke Auvers pada tahun 1861, dan
kehadirannya membuat seniman-seniman lain berdatangan, termasuk Camille
Corot dan Honoré Daumier. Pada Juli 1890, Van Gogh menyelesaikan dua
lukisan Kebun Daubigny, dan salah satunya mungkin merupakan karya
terakhirnya.
49. 49
Gereja di Auvers, 1890. Musée d'Orsay, Paris
Pada minggu-minggu terakhirnya di Saint-Rémy, ia kembali teringat
akan "kenangan-kenangan utara". Dari antara sekitar 70 lukisan minyak yang
dibuat pada masa-masanya di Auvers-sur-Oise, terdapat beberapa lukisan yang
menjadi kenangan akan pemandangan-pemandangan di utara. Pada Juni 1890,
ia melukis beberapa potret dokternya dan satu-satunya karya etsa buatannya.
Dalam lukisan-lukisan Gachet, ia berupaya menegaskan unsur melankolik
pada pribadi sang dokter. Terdapat lukisan-lukisan lainnya yang mungkin
belum selesai, seperti misalnya Gubuk-Gubuk yang Beratapkan Jerami di Kaki
Bukit.
Pada bulan Juli, Van Gogh menulis bahwa ia merasa hanyut "dalam
hamparan luas dengan perbukitan di latar belakang, [yang] tak terbatas seperti
laut, [dengan] warna kuning yang lembut". Ia pertama kali merasa terkesima
dengan ladang gandum pada bulan Mei, ketika gandumnya masih muda dan
kehijauan. Pada bulan Juli, ia menjelaskan kepada Theo perihal "ladang
gandum yang luas di bawah langit yang bergolak".
Ia menulis dalam suratnya kepada Theo bahwa semua hal ini
melambangkan "kesedihan" dan "kesendirian yang amat mendalam" dalam
dirinya, dan ia juga mengaku bahwa "kanvas-kanvas akan memberitahukan
kepadamu apa yang tak bisa aku ungkapkan dalam kata-kata, bagaimana saya
merasa pedesaan itu menyehatkan dan menyegarkan". Walaupun bukan
lukisan minyak terakhir yang ia buat, lukisan Ladang Gandum dengan Gagak-
Gagak diselesaikan pada Juli 1890, dan Hulsker merasa bahwa lukisan ini
terkait dengan "melankoli dan kesendirian yang amat mendalam". Hulsker
kemudian mengidentifikasikan tujuh lukisan minyak dari Auvers yang dibuat
setelah lukisan Ladang Gandum dengan Gagak-Gagak dituntaskan.
Kematian
Artikel tentang kematian Vincent dalam surat kabar L'Écho Pontoisien edisi 7 Agustus 1890
50. 50
Pada tanggal 27 Juli 1890, saat berumur 37 tahun, Vincent Van Gogh
menembaki dadanya sendiri dengan menggunakan sepucuk revolver
Lefaucheux à broche 7mm. Tidak ada saksi mata pada saat kejadian
berlangsung, dan ia wafat 30 jam kemudian. Peristiwa penembakan ini
mungkin terjadi di ladang gandum tempat ia melukis, atau di sebuah bangsal
ternak setempat. Arah peluru sedikit melenceng akibat membentur salah satu
tulang rusuknya sehingga menembusi dadanya tanpa merusak organ-organ
dalam, tetapi mungkin tertahan di tulang rusuknya. Ia masih sanggup berjalan
pulang ke Auberge Ravoux, tempat ia kemudian diobati oleh dua orang
dokter; namun tanpa penanganan seorang ahli bedah, peluru yang bersarang di
tubuhnya mustahil dapat dikeluarkan. Kedua dokter itu memberi perawatan
semampu mereka, lalu meninggalkan Vincent beristirahat seorang diri di
dalam kamar sambil mengisap pipa tembakau. Pada pagi hari berikutnya, Theo
buru-buru datang menjenguk Vincent, tetapi justru mendapati kakaknya itu
dalam keadaan riang gembira. Akan tetapi beberapa jam kemudian tubuh
Vincent mulai melemah karena luka tembakan di tubuhnya mengalami infeksi.
Ia menghembuskan nafas terakhir pada dini hari tanggal 29 Juli. Menurut
keterangan Theo, ucapan terakhir Vincent adalah: "Kesedihan akan kekal
selama-lamanya".
Makam Vincent dan Theo di tanah pemakaman Auvers-sur-Oise
Jenazah Vincent Van Gogh dimakamkan pada 30 Juli, di tanah
pemakaman Auvers-sur-Oise. Upacara pemakamannya dihadiri oleh dua puluh
orang kerabat, sahabat, dan warga setempat, termasuk Theo van Gogh,
Andries Bonger, Charles Laval, Lucien Pissarro, Émile Bernard, Julien
Tanguy, dan Paul Gachet. Theo sendiri sebenarnya sedang sakit, dan
kesehatannya semakin terganggu sepeninggal kakaknya. Akibat kondisi tubuh
yang lemah dan dukacita mendalam karena ditinggal mati kakaknya, Theo
akhirnya wafat pada 25 Januari 1891 di Den Dolder, dan dimakamkan di
Utrecht. Pada tahun 1914, Johanna van Gogh-Bonger mengeluarkan jenazah
Theo dari makamnya di Utrecht untuk dimakamkan kembali di tanah
pemakaman Auvers-sur-Oise, tepat di sebelah makam Vincent.
Hakikat dari gangguan kesehatan yang diderita Van Gogh serta
dampaknya terhadap karya-karyanya sudah banyak diperdebatkan, dan ada
banyak pula diagnosis retrospektif yang dikemukakan. Menurut kesepakatan
umum, Vincent Van Gogh mengidap gangguan jiwa yang bersifat episodik
(adakalanya kambuh dan adakalanya normal). Isabella H. Perry adalah orang
pertama yang berpendapat (pada tahun 1947) bahwa Vincent Van Gogh
mengidap gangguan bipolar, dan pendapatnya ini telah didukung oleh para
psikiater, yakni oleh R. E. Hemphill dan Dietrich Blumer. Meskipun
51. 51
demikian, pendapat ini telah disanggah oleh ahli biokimia, Wilfred Arnold,
yang beranggapan bahwa gejala-gejala pada diri Vincent lebih bersuaian
dengan gangguan porfiria intermiten akut, dan berpendapat bahwa
penyangkutpautan gangguan bipolar dengan kreativitas, sebagaimana yang
banyak dilakukan orang, mungkin saja menyesatkan. Epilepsi lobus temporalis
disertai masa-masa depresi yang berlangsung singkat juga pernah
dikemukakan sebagai gangguan kesehatan yang diderita Vincent. Apa pun
diagnosisnya, kondisi kesehatan Vincent agaknya kian diperburuk oleh
malagizi, bekerja melampaui batas, insomnia, dan alkohol.
Gaya dan karya
o Pengembangan artistik
Malam Berbintang di Atas Rhone, 1888. Musée d'Orsay, Paris
Van Gogh pernah menggambar dan melukis dengan menggunakan cat
air saat masih di sekolah, tetapi hanya beberapa contoh yang masih ada saat ini
dan sebagian dari antaranya diklaim bukan sebagai karya Van Gogh. Setelah
ia mulai menekuni bidang kesenian, ia harus merangkak dari tingkat yang
paling dasar. Pada awal tahun 1882, pamannya, Cornelis Marinus, pemilik
sebuah galeri seni yang terkenal di Amsterdam, meminta agar Van Gogh
membuat lukisan kota Den Haag. Karya Van Gogh tidak memenuhi ekspektasi
pamannya. Marinus memberikan kesempatan kedua dan merincikan subjek-
subjeknya secara detail, tetapi lagi-lagi kecewa dengan hasilnya. Walaupun
begitu, Van Gogh tetap gigih; ia mencoba mengubah pencahayaan di
studionya dengan menggunakan beragam alat pengatur cahaya, dan ia juga
memakai bahan-bahan yang berbeda. Selama lebih dari setahun, ia melakukan
studi yang sangat mendalam hanya dengan menggunakan warna hitam-putih,
tetapi pada masa itu karya-karyanya yang ini hanya menuai kritikan. Kelak
karya-karya tersebut diakui sebagai adikarya-adikarya pertama yang ia buat.
Pada Agustus 1882, Theo memberikan uang kepada Vincent untuk
membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk bekerja en plein air (di luar
ruangan). Vincent menulis kepada Theo bahwa ia sekarang "melukis dengan
semangat baru". Semenjak awal 1883, ia mulai mengerjakan komposisi-
komposisi multifigur. Ia memfoto beberapa di antaranya, tetapi saat adiknya
berkomentar bahwa komposisi-komposisi ini kurang terlihat hidup, ia
menghancurkannya dan beralih ke lukisan minyak. Van Gogh mencoba belajar