1. BAB I
PENGERTIAN KERJA DAN
KECELAKAAN KERJA
1.1. Pengertian Kerja
Bekerja mempunyai arti yang luas sekali, yaitu meliputi usaha, tugas ataupun
perbuatan, yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sesuatu. Ditinjau dari segi
perseorangan, kerja berarti gerak dari badan dan pikiran guna memelihara kebutuhan hidup
badaniah maupun rohaniah. Ditinjau dari segi kemasyarakatan bekerja adalah melakukan
pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Bila
ditinjau dari segi spiritual, bekerja merupakan hak dan kewajiban manusia dalam
memuliakan dan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Jadi jelaslah, bahwa bekerja tidak hanya berarti bagi individu tetapi juga harus
selaras dengan kepentingan lingkungan, masyarakat, bangsa/negara, bahkan harus pula
sesuai dengan norma-norma agama. Pemerintah merupakan pihak yang paling banyak
berkepentingan tentang tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari GBHN dan peraturanperaturan/undang-undang lain tentang tenaga kerja di Indonesia. Jumlah penduduk yang
sangat besar, apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan.
1.2. Kecelakaan Kerja
Pekerjaan-pekerjaan teknik bangunan banyak berhubungan dengan alat, baik yang
sederhana maupun yang rumit, dari yang ringan sampai alat-alat berat. Sejak revolusi
industri sampai sekarang, pemakaian alat-alat bermesin sangat banyak digunakan.
Pada setiap kegiatan kerja, selalu saja ada kemungkinan kecelakaan. Kecelakaan
selalu dapat terjadi karena berbagai sebab. Yang dimaksudkan dengan kecelakaan adalah
kejadian yang merugikan, yang tidak terduga dan tidak diharapkan serta tidak ada unsure
1
2. kesengajaan. Kecelakaan kerja dimaksudkan sebagai kecelakaan yang terjadi di tempat kerja
dalam suatu hubungan kerja. Bahkan ada pendapat bahwa penyakit akibat kerja juga
termasuk kecelakaan kerja. Sehingga seringkali kecelakaan kerja diperluas artinya, yaitu
tidak hanya di tempat kerja, tetapi juga pada saat perjalanan dari/ke tempat kerja.
Kecelakaan kerja dapat terjadi disebabkan oleh dua golongan penyebab (Suma’mur,
1981 : 9); yaitu :
1. tindakan perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts.).
2. keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition).
Walaupun manusianya telah berhati-hati, namun apabila lingkungannya tidak menunjang
(tidak aman), maka kecelakaan dapat pula terjadi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itulah
pedoman bekerja yang memenuhi prinsip-prinsip keselamatan diperluka.
Makin banyak alat mesin yang digunakan, apabila terjadi kecelakaan akan berakibat
lebih berat dari alat-alat sederhana. Tidak dapat disangkal, bahwa keselamatan kerja sangat
bermanfaat dan perlu diadakan di tempat kerja. Alat-alat pengaman harus selalu siap
berfungsi sesuai dengan peranannya masing-masing. Begitu pula cara-cara bekerja harus
sistematis sehingga kecelakaan dapat dihindarkan sejak dini. Hal ini harus dapat dikerjakan
secara sadar demi untuk kepentingan bersama.
Namun, walaupun usaha-usaha eselamatan kerja sudah diterapkan, kecelakaan secara
tiba-tiba dapat timbul juga. Oleh karena itu, diharapkan setiap pekerja menguasai cara-cara
pertolongan pertama pada kecelakaan selanjutnya disebut (PPPK).
1.3. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah usaha-usaha yang bertujuan untk menjamin keadaan,
keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja (baik jasmaniah maupun rohaniah), beserta hasil
karyanya dan alat-alat kerjanya ditempat kerja. Usaha-usaha tersebut harus dilaksanakan
oleh semua unsure yang terlibat dalam proses kerja, yaitu pekerja itu sendiri,
pengawas/kepala kelompok kerja, perusahaan, pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
2
3. Tanpa ada kerja sama yang baik dari semua nsur tersebut tujuan keselamatan kerja tidak
mungkin dapat dicapai secara maksimal.
Adapun sasaran keselamatan kerja secara terinci adalah :
1. mencegah terjadinya kecelakaan ditempat kerja;
2. mencegah timbulnya penyakit akibat kerja;
3. mencegah/mengurangi kematian akibat kerja;
4. mencegah/mengurangi cacat tetap;
5. mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan-bangunan, alatalat kerja, mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi;
6. meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin kehidupan
produktivitasnya;
7. mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumber-sumber produksi lainnya
sewaktu kerja;
8. menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan semangat kerja;
9. memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, industri serta pembangunan.
Kesemuanya itu menuju pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan umat manusia (Tia
Setiawan, 1980 : 8 ).
1.4. Usaha Untuk Mencapai Tujuan Keselamatan Kerja
Untuk mencapai tujuan keselamatan kerja, perlu adanya beberapa usaha yang
terencana dan sitematis, yang dilaksanakan dengan sepenuhnya.
Usaha-usaha itu tergambarkan dalam uraian berikut :
a. Peraturan-peraturan dan perundangan, aitu serangkaian ketentuan yang mengikat dan
wajib dilaksanakan oleh para unsure dari suatu proses pekerjaan. Peraturan-peraturan ini
mengatur baik proses kerja secara teknis dan alat-alat kerja serta tenaga kerjanya.
Peraturan-peraturan dapat bersifat mencegah terjadinya kecelakaan kerja (preventip)
maupun tindakan-tindakan yang harus dilakukan bila telah terjadi kecelakaan (kuratif).
3
4. Di samping itu, ada pula serangkaian peraturan yang menyengkut tentang kesejahteraan
pekerja.
b. Pengawasan, yaitu usaha-usaha yang bertujuan untuk dapat dipatuhinya peraturanperaturan yang telah diberlakukan itu. Dengan adanya pengawasan, maka para pekerja
maupun perusahaan yang ada dapat dibina dan diarahkan untuk dapat menyelenggarakan
usaha-usaha keselamatan kerja.
c. Standardisasi, yaitu penetapan keseragaman dan standart tertentu mengenai suatu
peralatan, tempat kerja, kekuatan bahan, dan lain sebagainya, agar memenuhi syarat
keselamatan. Standardisasi pada suatu mesin misalnya akan sangat penting artinya
karena para operator yang sdah terbiasa pada mesin yang satu akan tidak menemui
kesulitan bila harus mengoperasikan mesin yang lain yang berarti keselamatan kerja
akan lebih terjamin.
d. Penelitian, yaitu usaha-usaha untuk menyelidiki factor-faktor yang berhubungan dengan
keselamatan kerja dan kesehatan kerja. Penelitian dapat bersifat teknik, yang melputi
penelitian terhadap kemampuan dapat bersifat teknik, yang meliputi penelitian terhadap
kemampuan suatu mesin, pengujian alat peindung diri, pengaruh penggunaan suatu alat
terhadap keselamatan kerja dan sebagainya.
Ada pula penelitian yang bersifat medis, yaitu yang biasanya berhubungan dengan
keselamatan kerja, misalnya penelitian pengaruh suatu pekerjaan terhadap kesehatan
kerja, dan penelitian tentang keberhasilan suatu alat untuk mencegah penyakit akibat
kerja. Di samping itu ada penelitian yang ersifat psikologis, yang menyelidiki pengaruh
kejiwaan terhadap kerja, misalnya hubungan antara semangat kerja dengan prestasi kerja
dan pengaruh jam istirahat terhadap keselamatan kerja.
e. Catatan-catatn statistik, yaitu kumplan data kecelakaan yang pernah terjadi, yang
diolong-golongkan menurut jenis kecelakaan, jenis penyebabanya dan usaha-usaha
penanggulangan pada waktu yang akan datang.
f. Pendidikan dan pelatihan, yaitu usaha-usaha menanamkan prinsip-prinsip keselamatan
kerja kepada pekerja dan calon pekerja. Pendidikan biasanya diperuntukan bagi siswasiswa yang dipersiapkan sebagai tenaga kerja (pre service training). Kepada mereka
dilatih mengenai prinsip-prinsip keselamatan kerja, terutama yang berhubungan eret
dengan bidang tugasnya.
4
5. g. Kampanye keselamatan kerja, merupakan usaha yang terpadu dari setiap unsure
pemerintah maupun swasta yang terkait untuk memasyarkatkan keselamatan kerja
kepada para pekerja.
h. Asuransi, yaitu ganti kerugian kepada pekerja atau perusahaan yang telah terjadi
pengikut asuransi. Hal ini didasarkan bahwa kecelakaan tetap dapat terjadi sewaktuwaktu.
1.5. Faktor-faktor Lain Yang Berhubungan Dengan Keselamatan Kerja
1.5.1. Faktor-faktor Manusiawi
Walaupun dimuka telah dikemukakan bahwa penyebaba kecelakaan adalah tindakan
manusia dan keadaan lingkungan, sampai sekarang masih dianggap bahwa sebab-sebab
kecelakaan aadalah factor manusianya. Hal ini atas dasar anggapan bahwa lingkungan
kerjapun dapat diubah dan direncanakan oleh manusia. Beberapa kecelakaan yang terjadi
karena factor manusia misalnya :
a. Seorang pekerja yang jatuh dari pekerjaan di lantai 6 suatu bangunan karena ia tidak
memakai sabuk pengaman atau perancah yang dibuat kurang kuat;
b. Pekerja yang tertimbun tanah longsor karena penggalian tanah tersebut lerengnya terlalu
curam tanpa adanya konstruksi pendukung;
c. Keelakaan yang menimpa sejumlah pekerja karena operator mesin pengaduk tanah tidak
menempatkan posisi pengeruk tanah dengan semestinya.
1.5.2. Hubungan Antara Lamanya Waktu Bekerja Dengan Kecelakaan
Dari statistic kecelakaan dapat disusun suatu grafik (Suma’mur, 1981 : 46) sebagai
berikut :
Setelah sekitar empat jam kerja, kecenderungan celaka semakin besar. Oleh karena
itu beberapa peraturan kerja mengharuskan bahwa setelah empat jam kerja perlu istirahat.
5
6. 14
144
Kecelakaan
12
124
10
8
6
4
2
0
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
2
4
Jam dalam sehari
Penyebaran prosentase kecelakaan menurut waktu dalam sehari
1.5.3. Hubungan Antara Usia Pekerja Dengan Kecelakaan
Hubungan antara usia pekerja dengan kecelakaan tersusun dalam grafik berikut :
(Suma’mur, 1981 : 47)
A. Kasus-kasus cacad sementara
124
B. Kasus-kasus cacad menetap
dan kematian
108
86
64
24
2
0
15
20
30
40
50
60
70
Usia (th)
Penyebaran prosentase kecelakaan menurut usia
Terlihat pula bahwa makin muda usia pekerja kecenderungan kecelakaan sangat
tinggi, untuk kasus-kasus cacat sementara, sedang semakin lanjut usia pekerja,
kecenderungan kecelakaan terhadap cacat tetap semakin tinggi. Oleh karena itu pada
6
7. beberapa peraturan kerja, usia pekerja ini dibatasi misalya 18 tahun sebagai batas minimal
usia dewasa dan batas 45 – 50 tahun sebagai batas usia untuk pension.
1.5.4. Faktor Pengalaman dan Keterampilan
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa akin berpengalaman seseorang tenaga kerja
akan sedikit kecenderungan untuk kecelakaan. Hal ini disebabkan karena ia sudah terbiasa
terhadap proses kerja itu.
Selanjtnya tenaga yang baru (yang belum berpengalaman)
kecenderungan celaka lebih besar. Selanjutnya main terampil seorang pekerja,
kecendenrungan celaka semakin sedikit dan sebaliknya.
Melihat asumsi diatas, terlihat pentingnya latian dan pendidikan pra jabatan,
sehingga tenaga kerja yang baru diterima dapat diberi sedikit pengalaman dan kketerampilan
bekerja. Akan tetapi semakin terampil dan lamanya seseorang bertugas didalam suatu
pekerjaan bisa jadi ia terlalu terbiasa terhadap proses tersebut yang justru merupakan sebab
pokok terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu, sering pada jenis pekeraan tertentu diperlukan
adanya pertukaran pekerja secara periodic. Tujuannya adalah untuk menghindarkan
kejenuhan kerja yang akan berakibat positif terhadap keselamatan kerja.
7