SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
Bedah Plastik, Rekonstruksi, dan Estetik
Nutrisi Pada Pasien
dengan Luka Bakar
Luka Bakar
Luka bakar merupakan bentuk kerusakan dan/atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber dengan suhu
yang tinggi misalnya api atau benda panas, minyak panas, air
panas (scald), bahan kimia (asam atau basa kuat), listrik dan petir,
radiasi, ledakan (misalnya bom, tabung gas, dan lainnya).
Patofisiologi Luka Bakar
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan lokal dan efek sistemik Respons lokal tubuh
akibat luka bakar yang terjadi pada area tubuh yang mengalami luka bakar, terbagi menjadi
tiga zona:
zona koagulasi : terjadi koagulasi protein
zona statis : ditandai dengan penurunan perfusi jaringan
zona hiperemia : terjadi peningkatan perfusi jaringan
Pelepasan sitokin atau mediator inflamasi lainnya pada daerah luka menimbulkan efek sistemik
ketika luka bakar mencapai 30% TBSA Efek sistemik yang ditimbulkan dapat berpengaruh
terhadap perubahan pada kardiovaskular, respirasi, metabolik, dan imunologis.
Patofisiologi Luka Bakar
Respon Kardiovaskuler
Untuk mengurangi defisit cairan dan mencegah burn shock.
Respon Kardiovaskuler meliputi dua fase :
1. Fase akut
2. Fase hipermetabolik
Respon Respirasi
Komplikasi saluran nafas pada luka bakar salah satunya
adalah trauma inhalasi yang akan menyebabkan
hipoksemia sebagai efek dari pajanan termal dan
kimiawi. Pada 24–72 jam setelah luka bakar dengan
trauma inhalasi dapat terjadi hipertensi arteri pulmoner,
obstruksi bronkhial, peningkatan resistensi jalan nafas,
penurunan pulmonary compliance, atelektasis, dan
peningkatan pulmonary shunt fraction.
Respon Ginjal
Pasien luka bakar berat mengakibatkan gangguan morfologi dan
fungsional. Gangguan ginjal pada pasien luka bakar dapat
berupa perubahan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus,
peningkatan aliran darah ginjal, abnormalitas tubulus proksimal,
glikosuria, kehilangan natrium, kalium, kalsium, magnesium dan
fosfat. Retensi natrium dan cairan, proteinuria, hematuri, gagal
ginjal akut dan end stage renal failure (ESRD).
Respon Ginjal
Aliran darah ginjal dan glomerular filtration rate (GFR) akan
menurun pada fase akut, sedangkan pada fase hipermetabolik,
klirens kreatinin meningkat dengan fungsi tubulus terganggu.
Menurunnya volume aliran darah dan cardiac output
menyebabkan aliran darah ginjal dan GFR menurun yang jika
tidak segera diatasi, akan menyebabkan terjadinya oliguria dan
acute kidney injury (AKI).
Respon Gastrointestinal
- Adynamic ileus
- Dilatasi gastrik
- Delayed gastric emptying
- Perdarahan gastrointestinal
- ↑ sekresi lambung
- ↑ insidensi ulkus
- ↓ motilitas usus & kolon
- ↓ aliran darah mesenterik
- ↓ absorpsi nutrien
- ↑ translokasi bakteri
- hepatic injury
Respon Imun
Luka bakar meningkatkan aktivitas makrofag yang kemudian
akan meningkatkan kapasitas produksi mediator proinflamasi
seperti interleukin (IL)-1β, IL-6, dan TNF-α.10 Kerusakan
epidermis kulit memudahkan invasi mikroba; koagulasi dan
eksudat pada kulit merupakan lingkungan yang baik untuk
pertumbuhan mikroba.
Respon Imun
Disfungsi imun pada luka bakar dipengaruhi adanya makrofag
sebagai faktor utama produksi mediator proinflamasi, disfungsi
sel T, glukokortikoid, dan sitokin T-helper (Th)-2. Pelepasan
sitokin proinflamasi Tumor necrosis factor-α (TNF)-α, IL-1, IL-6
merupakan mekanisme penting dalam regulasi respons fase
akut. Aspek imun pada luka bakar lainnya adalah peningkatan
produksi eikosanoat yang merupakan metabolit asam
arakhidonat.
Respon metabolik terhadap luka bakar terdiri dari 2 fase :
1. Fase ebb : berlangsung dalam beberapa menit hingga 48-72 pasca
trauma
- Ditandai dengan hipovolemia, syok, dan hipoksia jaringan. Penurunan
cardiac output, konsumsi oksigen, dan suhu tubuh. Penurunan kadar
insulin sebagai respons terhadap peningkatan kadar glukagon yang
memberi sinyal pada hati untuk produksi glukosa.
2. Fase flow : dapat berlangsung 9 bulan – 1 tahun setelah injuri.
- Setelah resusitasi dan perbaikan transpor oksigen, cardiac output,
konsumsi oksigen, dan suhu tubuh meningkat; didominasi kondisi
hipermetabolik dan hiperkatabolisme.
Perubahan Metabolisme Karbohidrat
Pada luka bakar terjadi resistensi insulin yang diakibatkan oleh
penurunan insulin-mediated glucose uptake di otot skelet yang
dipengaruhi oleh pelepasan mediator inflamasi. Akt/PKB, suatu
enzim di otot skelet yang bertanggung jawab untuk uptake
glukosa dan sintesis glikogen terganggu pada luka bakar dan hal
ini berpengaruh pada gangguan metabolisme dan muscle
wasting pada pasien luka bakar
Perubahan Metabolisme Protein
Peningkatan hormon stres dan mediator inflamasi pada luka
bakar akan menyebabkan peningkatan katabolisme protein otot
dan ekskresi nitrogen melalui urin sehingga imbang nitrogen
menjadi negatif.
Tujuan katabolisme protein untuk memenuhi kebutuhan sumber
energi terutama fase syok/akut, pembentukan protein fase akut,
dan penyembuhan luka. Degradasi protein otot menghasilkan
alanin dan glutamin.
Perubahan Metabolisme Lemak
Peningkatan katekolamin dan glukagon serta aktivasi sistem saraf
simpatis menyebabkan peningkatan lipolisis dengan induksi hormone
sensitive lipase (HSL) di jaringan adiposa. Trigliserida (TG) di jaringan
adiposa akan dihidrolisis menjadi asam lemak bebas (ALB) dan
gliserol, masuk ke sirkulasi. Gliserol digunakan oleh hati sebagai
substrat glukoneogenesis. Oleh karena terjadi kerusakan mitokondria,
maka, proses β-oksidasi tidak adekuat, sehingga, ALB direesterifikasi
menjadi TG dan dilepaskan ke sirkulasi dalam bentuk very low density
lipoprotein-trigliserida (VLDL-TG). Sebagian TG hasil reesterifikasi
disimpan di hepatosit sehingga menyebabkan steatosis dan
Luka Bakar
Terapi nutrisi merupakan bagian dari tatalaksana pasien luka bakar dalam
mengantisipasi perubahan metabolik yang terjadi, mulai dari tahap resusitasi awal hingga
masa rehabilitasi.
Tujuan tatalaksana nutrisi pada pasien luka bakar :
1. Memenuhi kebutuhan Energi
2. Mempertahankan status gizi
3. Mengatasi hiperkatabolik
4. Mencegah muscle wasting
5. Mempercepat penyembuhan luka
6. Meningkatkan fungsi imun
7. Menurunkan risiko overfeeding
Pemberian nutrisi pada pasien luka bakar perlu mempertimbangkan beberapa fase, yaitu
● Fase ebb : ditandai dengan kondisi hipometabolisme, hipovolemia, gangguan perfusi,
penurunan utilisasi oksigen, curah jantung, suhu tubuh, dan tekanan darah. Fase ini
berlangsung beberapa menit sampai 48-72 jam pasca trauma.
● Fase flow : terjadi kondisi hipermetabolisme dan hiperkatabolisme
Pasien luka bakar juga sensitif terhadap risiko overfeeding sehingga perlu
disesuaikan dengan kondisi klinis. Selama fase akut dan awal sakit kritis dapat diberikan
sebesar 20–25 kkal/kg/hari, sedangkan pada fase anabolik (flow) atau penyembuhan, dapat
diberikan 25–30 kkal/kg/hari.
● ESPEN 2013 merekomendasikan terapi nutrisi diberikan dalam 12 jam pasca luka bakar dan
sebaiknya melalui jalur enteral.
● Pemberian nutrisi enteral dapat dimulai pada keadaan hemodinamik tidak stabil, weaning
vasopressor, abdomen soepel atau tidak distensi, dan berkurang nya gastic output.
● Pasien dengan residu lambung rendah (<200 ml) dan abdomen tidak distensi dapat mulai
diberikan nutrisi enteral dengan kecepatan 0,5-1 mL/kgBB/jam.
● Pemberian nutrisi enteral dini dapat menurunkan insidensi stres ulcer, mempertahankan integritas
mukosa usus, meningkatkan perfusi usus, meminimalkan pelepasan mediator inflamasi di usus,
menurunkan risiko infeksi dan sepsis.
● Pemberian nutrisi enteral memiliki risiko komplikasi yang lebih rendah, lebih fisiologis, dan cukup
dapat ditoleransi pada sebagian besar pasien luka bakar.
Cairan dan Elektrolit
● Terjadinya kehilangan volume sirkulasi akibat hilangnya volume plasma ke rongga
interstitial dan jaringan cedera luka bakar, yang dapat penyebab utama burn shock.
● 24-48 jam pertama setelah cedera luka bakar, manajemen luka bakar ditujukan untuk
penggantian cairan dan elektrolit.
● Resusitasi cairan dengan pemberian kristaloid 4 mL/kgBB/% luas luka bakar, separuh
diberikan pada 8 jam pertama dan sisanya diberikan pada 16 jam berikutnya.
● Kebutuhan cairan dalam 24 jam kedua adalah separuh jumlah kebutuhan cairan hari
pertama. Evaluasi kecukupan cairan berdasarkan produksi urin minimal 0,5 mL/kgBB/jam.
● Kehilangan cairan per hari diperkirakan :
2,0- 3,1 ml / kg BBx 24 jam x (%lukabakar)
Kebutuhan Nutrisi
1. Rumus Curreri (untuk anak > 3 tahun dan dewasa) :
(25 x BB) + (40 x %luasluka bakar)
2. HarrisBenedict Equation
• HarrisBenedict :
• KebutuhanEnergiBasal = Basal EnergyExpenditure (BEE)
Pria : 66,47 + (13,75 x BB) + (5 x TB) – (6,76 x umur)
Wanit a : 655,1 + (9,56 x BB) + (1,85 x TB) – (4,67 x umur)
Toronto
Estimated energy requirements:
[-4343 + (10,5x%TBSA) + (0,23Kkal) + (0,84xHB) + (114xT ( C)) –(4,5xdays post
burn)] x faktor aktivitas
Faktor Aktivitas:
- Confined to bed : 1,2
- Minimal ambulation : 1,3
- Moderate activity : 1,4
- Ventilated dependent : 1,2
Kebutuhan Protein
● Kebutuhan protein pasein luka bakar meningkat karena adanya kehilangan protein
melalui urin dan luka, proses glukoneogenesis, serta proses penyembuhan luka bakar.
● Kebutuhan protein =20-25% total kalori.
● Pada anak = 2,5-3 gr / kgBB/hari.
• Menurut RumusDaviesdanLilijedahl:
• (1gr x kgBBI) x (3gr x %t ot al luasluka bakar)
Kebutuhan Karbohidrat
● Karbohidrat merupakan sumber energi utama pada pasien luka bakar, supaya protein
tidak digunakan.
● Karbohidrat merupakan sumber protein sparing yang penting terutama untuk
retensi nitrogen pada luka bakar
● Pemberian energi sebesar 55–60% berasal dari karbohidrat tanpa melebihi 5
mg/kg/menit.
● pemberian protein bersamadengan karbohidrat akan mengurangi katabolisme
protein
● Lemak dapat diberikan mulai dari 12-15% total kalori.
Kebutuhan Lemak
●
● Pemberian lemak berguna untuk memenuhi kebutuhan energi dan dapat mengurangi
katabolisme protein endogen. Lemak juga dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan asam
lemak esensial.
● Setelah diberikan lemak, perlu dilakukan pemantauan fungsi imun, toleransi asupan, fungsi
respirasi, dan kadar trigliserida sebelum diberikan jumlah yang lebih besar.
Lemak dapat diberikan mulai dari 12-15% total kalori.
Kebutuhan Mikronutrien
Mikronutrien Jumlah
Vitamin A 10.000 IU/hari
Beta karoten Minimal 30 mg/hari
Vitamin C 66 mg/kgBB/jam (selama resusitasi) Dilanjutkan dgn
dosis 5–10 x RDA
Vitamin B, asam folat 2–3 x RDA
Vitamin E Minimal 100 mg/hari
Mineral Cu 2,5–3,1 mg
Se 315–380 µg
Zn 26,2–31,4 mg (i.v) selama 8–12 hari
Thankyouu

More Related Content

What's hot

Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSNutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSDwi Handayani
 
Diet pada penyakit hati
Diet pada penyakit hatiDiet pada penyakit hati
Diet pada penyakit hatiwokwok
 
Diet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi seratDiet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi seratFanny K. Sari
 
Konsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbangKonsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbangAgnescia Sera
 
Menu makanan untuk penderita hepatitis
Menu makanan untuk penderita hepatitisMenu makanan untuk penderita hepatitis
Menu makanan untuk penderita hepatitisAndre Milanisti
 
Panduan praktis penatalaksanaan nutrisi covid19 PDGKI
Panduan praktis penatalaksanaan nutrisi covid19 PDGKIPanduan praktis penatalaksanaan nutrisi covid19 PDGKI
Panduan praktis penatalaksanaan nutrisi covid19 PDGKIMuh Saleh
 
Materi v pembuatan formula pada gizi buruk
Materi v pembuatan formula pada gizi burukMateri v pembuatan formula pada gizi buruk
Materi v pembuatan formula pada gizi burukJoni Iswanto
 
Kasus k empedu kolelitiasis
Kasus k empedu kolelitiasisKasus k empedu kolelitiasis
Kasus k empedu kolelitiasis'Rheyfan Caspian
 
JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT
JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT
JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT pjj_kemenkes
 
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan PenanggulangannyaMengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan PenanggulangannyaFakhriyah Elita
 
Laporan hepatitis ascites
Laporan hepatitis ascitesLaporan hepatitis ascites
Laporan hepatitis ascitesRatna Arditya
 
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Muh Saleh
 

What's hot (20)

Asuhan gizi sirosis hati
Asuhan gizi sirosis hati Asuhan gizi sirosis hati
Asuhan gizi sirosis hati
 
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSNutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
 
Diet pada penyakit hati
Diet pada penyakit hatiDiet pada penyakit hati
Diet pada penyakit hati
 
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas Anak
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas AnakNutrition Care Process (NCP) Obesitas Anak
Nutrition Care Process (NCP) Obesitas Anak
 
Diet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi seratDiet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi serat
 
Ilmu gizi 1
Ilmu gizi 1Ilmu gizi 1
Ilmu gizi 1
 
Nutrisi enteral parenteral
Nutrisi enteral parenteralNutrisi enteral parenteral
Nutrisi enteral parenteral
 
Konsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbangKonsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbang
 
Menu makanan untuk penderita hepatitis
Menu makanan untuk penderita hepatitisMenu makanan untuk penderita hepatitis
Menu makanan untuk penderita hepatitis
 
Hipertensi
HipertensiHipertensi
Hipertensi
 
Kasus dislipidemia
Kasus dislipidemiaKasus dislipidemia
Kasus dislipidemia
 
Panduan praktis penatalaksanaan nutrisi covid19 PDGKI
Panduan praktis penatalaksanaan nutrisi covid19 PDGKIPanduan praktis penatalaksanaan nutrisi covid19 PDGKI
Panduan praktis penatalaksanaan nutrisi covid19 PDGKI
 
Materi v pembuatan formula pada gizi buruk
Materi v pembuatan formula pada gizi burukMateri v pembuatan formula pada gizi buruk
Materi v pembuatan formula pada gizi buruk
 
Kasus k empedu kolelitiasis
Kasus k empedu kolelitiasisKasus k empedu kolelitiasis
Kasus k empedu kolelitiasis
 
Kasus stroke hipertensi
Kasus stroke hipertensiKasus stroke hipertensi
Kasus stroke hipertensi
 
JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT
JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT
JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT
 
Diabetes
DiabetesDiabetes
Diabetes
 
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan PenanggulangannyaMengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
 
Laporan hepatitis ascites
Laporan hepatitis ascitesLaporan hepatitis ascites
Laporan hepatitis ascites
 
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
 

Similar to NUTRISI LUKA BAKAR

SINDROMA_METABOLIK_dan_Obesitas.pptx
SINDROMA_METABOLIK_dan_Obesitas.pptxSINDROMA_METABOLIK_dan_Obesitas.pptx
SINDROMA_METABOLIK_dan_Obesitas.pptxbinkloe
 
VARIABEL TERKENDALI PREANALITIK LABORATORIUM
VARIABEL TERKENDALI PREANALITIK LABORATORIUMVARIABEL TERKENDALI PREANALITIK LABORATORIUM
VARIABEL TERKENDALI PREANALITIK LABORATORIUMIkaYasmaYanti1
 
35152967 nutrisi-anak-sakit-berat
35152967 nutrisi-anak-sakit-berat35152967 nutrisi-anak-sakit-berat
35152967 nutrisi-anak-sakit-beratiqbal_r2hmi
 
Askep Chusing Sindrom
Askep Chusing SindromAskep Chusing Sindrom
Askep Chusing SindromSri Nala
 
Ppt sindrom cushing
Ppt sindrom cushingPpt sindrom cushing
Ppt sindrom cushingKANDA IZUL
 
Asuhan keperawatan pada luka bakar
Asuhan keperawatan pada luka bakarAsuhan keperawatan pada luka bakar
Asuhan keperawatan pada luka bakarocto zulkarnain
 
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologi
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologiTerapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologi
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologiTito Ahmad
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSAulia Kauri
 
Pedoman Diagnosis dan Pengelolaan Gout.pptx
Pedoman Diagnosis dan Pengelolaan Gout.pptxPedoman Diagnosis dan Pengelolaan Gout.pptx
Pedoman Diagnosis dan Pengelolaan Gout.pptxKristianSudanaHartan1
 
DIET PADA PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
DIET PADA PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH  DIET PADA PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
DIET PADA PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH pjj_kemenkes
 
Efek metabolik dari sangat rendah karbohidrat1
Efek metabolik dari sangat rendah karbohidrat1Efek metabolik dari sangat rendah karbohidrat1
Efek metabolik dari sangat rendah karbohidrat1Veronica Asvia
 

Similar to NUTRISI LUKA BAKAR (20)

SINDROMA_METABOLIK_dan_Obesitas.pptx
SINDROMA_METABOLIK_dan_Obesitas.pptxSINDROMA_METABOLIK_dan_Obesitas.pptx
SINDROMA_METABOLIK_dan_Obesitas.pptx
 
Buku ajar nutrisi bedah
Buku ajar nutrisi bedahBuku ajar nutrisi bedah
Buku ajar nutrisi bedah
 
VARIABEL TERKENDALI PREANALITIK LABORATORIUM
VARIABEL TERKENDALI PREANALITIK LABORATORIUMVARIABEL TERKENDALI PREANALITIK LABORATORIUM
VARIABEL TERKENDALI PREANALITIK LABORATORIUM
 
35152967 nutrisi-anak-sakit-berat
35152967 nutrisi-anak-sakit-berat35152967 nutrisi-anak-sakit-berat
35152967 nutrisi-anak-sakit-berat
 
Adiponektin
AdiponektinAdiponektin
Adiponektin
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
8 8 pankreas
8 8 pankreas8 8 pankreas
8 8 pankreas
 
Askep Chusing Sindrom
Askep Chusing SindromAskep Chusing Sindrom
Askep Chusing Sindrom
 
Diabetes Militus
Diabetes MilitusDiabetes Militus
Diabetes Militus
 
Ppt sindrom cushing
Ppt sindrom cushingPpt sindrom cushing
Ppt sindrom cushing
 
Asuhan keperawatan pada luka bakar
Asuhan keperawatan pada luka bakarAsuhan keperawatan pada luka bakar
Asuhan keperawatan pada luka bakar
 
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologi
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologiTerapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologi
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologi
 
DM 29-30.pdf
DM 29-30.pdfDM 29-30.pdf
DM 29-30.pdf
 
2. mekanisme adaptasi sel
2. mekanisme adaptasi sel2. mekanisme adaptasi sel
2. mekanisme adaptasi sel
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
 
Pedoman Diagnosis dan Pengelolaan Gout.pptx
Pedoman Diagnosis dan Pengelolaan Gout.pptxPedoman Diagnosis dan Pengelolaan Gout.pptx
Pedoman Diagnosis dan Pengelolaan Gout.pptx
 
Metabolisme Karbohidrat
Metabolisme KarbohidratMetabolisme Karbohidrat
Metabolisme Karbohidrat
 
DIET PADA PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
DIET PADA PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH  DIET PADA PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
DIET PADA PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
 
Efek metabolik dari sangat rendah karbohidrat1
Efek metabolik dari sangat rendah karbohidrat1Efek metabolik dari sangat rendah karbohidrat1
Efek metabolik dari sangat rendah karbohidrat1
 
Modul iii gizi kb 2
Modul iii gizi kb 2Modul iii gizi kb 2
Modul iii gizi kb 2
 

Recently uploaded

FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 

Recently uploaded (20)

FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 

NUTRISI LUKA BAKAR

  • 1. Bedah Plastik, Rekonstruksi, dan Estetik Nutrisi Pada Pasien dengan Luka Bakar
  • 2. Luka Bakar Luka bakar merupakan bentuk kerusakan dan/atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber dengan suhu yang tinggi misalnya api atau benda panas, minyak panas, air panas (scald), bahan kimia (asam atau basa kuat), listrik dan petir, radiasi, ledakan (misalnya bom, tabung gas, dan lainnya).
  • 3. Patofisiologi Luka Bakar Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan lokal dan efek sistemik Respons lokal tubuh akibat luka bakar yang terjadi pada area tubuh yang mengalami luka bakar, terbagi menjadi tiga zona: zona koagulasi : terjadi koagulasi protein zona statis : ditandai dengan penurunan perfusi jaringan zona hiperemia : terjadi peningkatan perfusi jaringan Pelepasan sitokin atau mediator inflamasi lainnya pada daerah luka menimbulkan efek sistemik ketika luka bakar mencapai 30% TBSA Efek sistemik yang ditimbulkan dapat berpengaruh terhadap perubahan pada kardiovaskular, respirasi, metabolik, dan imunologis.
  • 5. Respon Kardiovaskuler Untuk mengurangi defisit cairan dan mencegah burn shock. Respon Kardiovaskuler meliputi dua fase : 1. Fase akut 2. Fase hipermetabolik
  • 6. Respon Respirasi Komplikasi saluran nafas pada luka bakar salah satunya adalah trauma inhalasi yang akan menyebabkan hipoksemia sebagai efek dari pajanan termal dan kimiawi. Pada 24–72 jam setelah luka bakar dengan trauma inhalasi dapat terjadi hipertensi arteri pulmoner, obstruksi bronkhial, peningkatan resistensi jalan nafas, penurunan pulmonary compliance, atelektasis, dan peningkatan pulmonary shunt fraction.
  • 7. Respon Ginjal Pasien luka bakar berat mengakibatkan gangguan morfologi dan fungsional. Gangguan ginjal pada pasien luka bakar dapat berupa perubahan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus, peningkatan aliran darah ginjal, abnormalitas tubulus proksimal, glikosuria, kehilangan natrium, kalium, kalsium, magnesium dan fosfat. Retensi natrium dan cairan, proteinuria, hematuri, gagal ginjal akut dan end stage renal failure (ESRD).
  • 8. Respon Ginjal Aliran darah ginjal dan glomerular filtration rate (GFR) akan menurun pada fase akut, sedangkan pada fase hipermetabolik, klirens kreatinin meningkat dengan fungsi tubulus terganggu. Menurunnya volume aliran darah dan cardiac output menyebabkan aliran darah ginjal dan GFR menurun yang jika tidak segera diatasi, akan menyebabkan terjadinya oliguria dan acute kidney injury (AKI).
  • 9. Respon Gastrointestinal - Adynamic ileus - Dilatasi gastrik - Delayed gastric emptying - Perdarahan gastrointestinal - ↑ sekresi lambung - ↑ insidensi ulkus - ↓ motilitas usus & kolon - ↓ aliran darah mesenterik - ↓ absorpsi nutrien - ↑ translokasi bakteri - hepatic injury
  • 10. Respon Imun Luka bakar meningkatkan aktivitas makrofag yang kemudian akan meningkatkan kapasitas produksi mediator proinflamasi seperti interleukin (IL)-1β, IL-6, dan TNF-α.10 Kerusakan epidermis kulit memudahkan invasi mikroba; koagulasi dan eksudat pada kulit merupakan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan mikroba.
  • 11. Respon Imun Disfungsi imun pada luka bakar dipengaruhi adanya makrofag sebagai faktor utama produksi mediator proinflamasi, disfungsi sel T, glukokortikoid, dan sitokin T-helper (Th)-2. Pelepasan sitokin proinflamasi Tumor necrosis factor-α (TNF)-α, IL-1, IL-6 merupakan mekanisme penting dalam regulasi respons fase akut. Aspek imun pada luka bakar lainnya adalah peningkatan produksi eikosanoat yang merupakan metabolit asam arakhidonat.
  • 12.
  • 13. Respon metabolik terhadap luka bakar terdiri dari 2 fase : 1. Fase ebb : berlangsung dalam beberapa menit hingga 48-72 pasca trauma - Ditandai dengan hipovolemia, syok, dan hipoksia jaringan. Penurunan cardiac output, konsumsi oksigen, dan suhu tubuh. Penurunan kadar insulin sebagai respons terhadap peningkatan kadar glukagon yang memberi sinyal pada hati untuk produksi glukosa. 2. Fase flow : dapat berlangsung 9 bulan – 1 tahun setelah injuri. - Setelah resusitasi dan perbaikan transpor oksigen, cardiac output, konsumsi oksigen, dan suhu tubuh meningkat; didominasi kondisi hipermetabolik dan hiperkatabolisme.
  • 14. Perubahan Metabolisme Karbohidrat Pada luka bakar terjadi resistensi insulin yang diakibatkan oleh penurunan insulin-mediated glucose uptake di otot skelet yang dipengaruhi oleh pelepasan mediator inflamasi. Akt/PKB, suatu enzim di otot skelet yang bertanggung jawab untuk uptake glukosa dan sintesis glikogen terganggu pada luka bakar dan hal ini berpengaruh pada gangguan metabolisme dan muscle wasting pada pasien luka bakar
  • 15. Perubahan Metabolisme Protein Peningkatan hormon stres dan mediator inflamasi pada luka bakar akan menyebabkan peningkatan katabolisme protein otot dan ekskresi nitrogen melalui urin sehingga imbang nitrogen menjadi negatif. Tujuan katabolisme protein untuk memenuhi kebutuhan sumber energi terutama fase syok/akut, pembentukan protein fase akut, dan penyembuhan luka. Degradasi protein otot menghasilkan alanin dan glutamin.
  • 16. Perubahan Metabolisme Lemak Peningkatan katekolamin dan glukagon serta aktivasi sistem saraf simpatis menyebabkan peningkatan lipolisis dengan induksi hormone sensitive lipase (HSL) di jaringan adiposa. Trigliserida (TG) di jaringan adiposa akan dihidrolisis menjadi asam lemak bebas (ALB) dan gliserol, masuk ke sirkulasi. Gliserol digunakan oleh hati sebagai substrat glukoneogenesis. Oleh karena terjadi kerusakan mitokondria, maka, proses β-oksidasi tidak adekuat, sehingga, ALB direesterifikasi menjadi TG dan dilepaskan ke sirkulasi dalam bentuk very low density lipoprotein-trigliserida (VLDL-TG). Sebagian TG hasil reesterifikasi disimpan di hepatosit sehingga menyebabkan steatosis dan
  • 17. Luka Bakar Terapi nutrisi merupakan bagian dari tatalaksana pasien luka bakar dalam mengantisipasi perubahan metabolik yang terjadi, mulai dari tahap resusitasi awal hingga masa rehabilitasi. Tujuan tatalaksana nutrisi pada pasien luka bakar : 1. Memenuhi kebutuhan Energi 2. Mempertahankan status gizi 3. Mengatasi hiperkatabolik 4. Mencegah muscle wasting 5. Mempercepat penyembuhan luka 6. Meningkatkan fungsi imun 7. Menurunkan risiko overfeeding
  • 18. Pemberian nutrisi pada pasien luka bakar perlu mempertimbangkan beberapa fase, yaitu ● Fase ebb : ditandai dengan kondisi hipometabolisme, hipovolemia, gangguan perfusi, penurunan utilisasi oksigen, curah jantung, suhu tubuh, dan tekanan darah. Fase ini berlangsung beberapa menit sampai 48-72 jam pasca trauma. ● Fase flow : terjadi kondisi hipermetabolisme dan hiperkatabolisme Pasien luka bakar juga sensitif terhadap risiko overfeeding sehingga perlu disesuaikan dengan kondisi klinis. Selama fase akut dan awal sakit kritis dapat diberikan sebesar 20–25 kkal/kg/hari, sedangkan pada fase anabolik (flow) atau penyembuhan, dapat diberikan 25–30 kkal/kg/hari.
  • 19. ● ESPEN 2013 merekomendasikan terapi nutrisi diberikan dalam 12 jam pasca luka bakar dan sebaiknya melalui jalur enteral. ● Pemberian nutrisi enteral dapat dimulai pada keadaan hemodinamik tidak stabil, weaning vasopressor, abdomen soepel atau tidak distensi, dan berkurang nya gastic output. ● Pasien dengan residu lambung rendah (<200 ml) dan abdomen tidak distensi dapat mulai diberikan nutrisi enteral dengan kecepatan 0,5-1 mL/kgBB/jam. ● Pemberian nutrisi enteral dini dapat menurunkan insidensi stres ulcer, mempertahankan integritas mukosa usus, meningkatkan perfusi usus, meminimalkan pelepasan mediator inflamasi di usus, menurunkan risiko infeksi dan sepsis. ● Pemberian nutrisi enteral memiliki risiko komplikasi yang lebih rendah, lebih fisiologis, dan cukup dapat ditoleransi pada sebagian besar pasien luka bakar.
  • 20. Cairan dan Elektrolit ● Terjadinya kehilangan volume sirkulasi akibat hilangnya volume plasma ke rongga interstitial dan jaringan cedera luka bakar, yang dapat penyebab utama burn shock. ● 24-48 jam pertama setelah cedera luka bakar, manajemen luka bakar ditujukan untuk penggantian cairan dan elektrolit. ● Resusitasi cairan dengan pemberian kristaloid 4 mL/kgBB/% luas luka bakar, separuh diberikan pada 8 jam pertama dan sisanya diberikan pada 16 jam berikutnya. ● Kebutuhan cairan dalam 24 jam kedua adalah separuh jumlah kebutuhan cairan hari pertama. Evaluasi kecukupan cairan berdasarkan produksi urin minimal 0,5 mL/kgBB/jam. ● Kehilangan cairan per hari diperkirakan : 2,0- 3,1 ml / kg BBx 24 jam x (%lukabakar)
  • 21. Kebutuhan Nutrisi 1. Rumus Curreri (untuk anak > 3 tahun dan dewasa) : (25 x BB) + (40 x %luasluka bakar) 2. HarrisBenedict Equation • HarrisBenedict : • KebutuhanEnergiBasal = Basal EnergyExpenditure (BEE) Pria : 66,47 + (13,75 x BB) + (5 x TB) – (6,76 x umur) Wanit a : 655,1 + (9,56 x BB) + (1,85 x TB) – (4,67 x umur)
  • 22. Toronto Estimated energy requirements: [-4343 + (10,5x%TBSA) + (0,23Kkal) + (0,84xHB) + (114xT ( C)) –(4,5xdays post burn)] x faktor aktivitas Faktor Aktivitas: - Confined to bed : 1,2 - Minimal ambulation : 1,3 - Moderate activity : 1,4 - Ventilated dependent : 1,2
  • 23. Kebutuhan Protein ● Kebutuhan protein pasein luka bakar meningkat karena adanya kehilangan protein melalui urin dan luka, proses glukoneogenesis, serta proses penyembuhan luka bakar. ● Kebutuhan protein =20-25% total kalori. ● Pada anak = 2,5-3 gr / kgBB/hari. • Menurut RumusDaviesdanLilijedahl: • (1gr x kgBBI) x (3gr x %t ot al luasluka bakar)
  • 24. Kebutuhan Karbohidrat ● Karbohidrat merupakan sumber energi utama pada pasien luka bakar, supaya protein tidak digunakan. ● Karbohidrat merupakan sumber protein sparing yang penting terutama untuk retensi nitrogen pada luka bakar ● Pemberian energi sebesar 55–60% berasal dari karbohidrat tanpa melebihi 5 mg/kg/menit. ● pemberian protein bersamadengan karbohidrat akan mengurangi katabolisme protein ● Lemak dapat diberikan mulai dari 12-15% total kalori.
  • 25. Kebutuhan Lemak ● ● Pemberian lemak berguna untuk memenuhi kebutuhan energi dan dapat mengurangi katabolisme protein endogen. Lemak juga dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan asam lemak esensial. ● Setelah diberikan lemak, perlu dilakukan pemantauan fungsi imun, toleransi asupan, fungsi respirasi, dan kadar trigliserida sebelum diberikan jumlah yang lebih besar. Lemak dapat diberikan mulai dari 12-15% total kalori.
  • 26. Kebutuhan Mikronutrien Mikronutrien Jumlah Vitamin A 10.000 IU/hari Beta karoten Minimal 30 mg/hari Vitamin C 66 mg/kgBB/jam (selama resusitasi) Dilanjutkan dgn dosis 5–10 x RDA Vitamin B, asam folat 2–3 x RDA Vitamin E Minimal 100 mg/hari Mineral Cu 2,5–3,1 mg Se 315–380 µg Zn 26,2–31,4 mg (i.v) selama 8–12 hari

Editor's Notes

  1. 1. Table of contents 2. Introduction 3. Identifying information 4. Patient medical history 5. Review of systems 6. Physical examination 7. Big picture 8. Findings 9. Discussion 10. Discussion summary 11. Comparison 12. Diagnosis 13. Treatment 14. Patient monitoring 15. Contraindications and indications 16. Post-prevention 17. Case timeline 18. Conclusions 19. References 20. Our team