1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA
LANSIA DENGAN DIABETES
MELITUS
KELOMPOK 7
Ilham Mulyana KHGA20063
Novia Rahmawati KHGA20071
Syifa Hikmah Fauziah KHGA20058
2. Diabetes merupakan gangguan
metabolisme kronis yang mempengaruhi
kualitas kesehatan manusia (Nataliyani,
et al., 2017).
Sedangkan menurut PERKENI (2015),
diabetes adalah penyakit metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemia, yang
disebabkan oleh gangguan sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya,
seseorang didiagnosis menderita
diabetes bila kadar gula darah sewaktu
<200 mg/dl dan kadar gula darah puasa
>126 mg/dl. Diabetes adalah penyakit
kronis yang terjadi ketika pankreas
tidak dapat memproduksi insulin (hormon
yang mengatur gula darah atau glukosa)
atau tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang dihasilkannya secara
efektif (Hauri & Faridah, 2019).
DEFINISI
3. Etiologi
Etiologi diabetes melitus menurut Nurarif & Hardhi, (2015), antara lain:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin DMTI/DM Tipe 1
Diabetes yang bergantung pada insulin ditandai dengan penghancuran sel beta pankreas yang
disebabkan oleh:
●Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri, melainkan memiliki predisposisi atau
genetik untuk mengembangkan diabetes tipe 1. Kecenderungan genetik ini ditentukan oleh individu
yang memiliki jenis antigen HLA (human leukocyte antigen) tertentu.
●Faktor Imunologi
Ada bukti respons autoimun pada diabetes tipe 1. Ini adalah reaksi abnormal di mana antibodi
menargetkan jaringan tubuh normal, bereaksi terhadap jaringan tersebut seolah-olah benda asing.
●Faktor Lingkungan
Menurut penelitian, faktor eksternal yang dapat memicu penghancuran sel β pankreas, misalnya
beberapa virus atau racun, dapat memicu proses autoimun yang dapat menyebabkan penghancuran
sel β pankreas.
4. 2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin
(DMTTI)
Disebabkan oleh kegagalan beta-
telolitik dan resistensi insulin. Penyebab pasti
DM tipe 2 belum diketahui, faktor genetik
diduga berperan dalam proses resistensi
insulin. Diabetes mellitus yang tidak
tergantung insulin (NIDDM) adalah penyakit
dengan pola yang familiar. DMTTI ditandai
dengan kelainan sekresi insulin dan kerja
insulin. Pada awalnya tampak terdapat
resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin.
Faktor risiko yang berhubungan dengan
proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
1) Usia (resistensi insulin cenderung
meningkat pada usia di atas 65
tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
5. PATOFISIOLOGI
● Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kerusakan sel β pankreas, yang menyebabkan gangguan
produksi insulin. Respon autoimun yang disebabkan oleh peradangan sel β mengarah pada
produksi antibodi ICA (Islet Cell Antibody) terhadap sel β. Reaksi antigen (sel β) dengan
ICA menyebabkan kerusakan sel β. Selain autoimunitas, diabetes tipe 1 dapat disebabkan
oleh virus seperti rubella, herpes, dll. Diabetes tipe 1 biasanya didiagnosis pada usia muda.
●
Diabetes tipe 2 disebabkan oleh kerusakan insulin atau rusaknya molekul
insulin, sehingga terjadi ketidakmampuan aliran insulin untuk mengubah
glukosa menjadi energi. Pada diabetes tipe 2, konsentrasi insulin normal dan
bahkan dapat meningkat, tetapi ketika jumlah reseptor insulin di permukaan
sel berkurang, jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel berkurang. Hal ini
menyebabkan tingginya kadar glukosa dalam pembuluh darah dan
kemungkinan kekurangan glukosa (Tantin Ermawati, 2015).
6. Manifestasi Klinis
Berdasarkan American Diabetes Association (2018),
beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat
perhatian adalah:
a. Sering buang air kecil (Poliuria)
b. Banyak Minum (Polydipsia)
c. Banyak Makan (Polyphagia)
d. Penurunan berat badan dan kelemahan
e. Gangguan Sistem saraf tepi dan kesemutan
f. Kemunduran Penglihatan
g. Gatal dan Abses
7. Komponen penatalaksaan DM menurut PERKENI (2015),
adalah sebagai berikut:
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Diet
2. Olahraga
3. Edukasi atau Penyuluhan
4. Pemberian obat-obatan
5. Pemantauan Gula Darah
6. Perawatan Luka
7. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda-
tanda vital
8. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan
sampai terjadi hiperhidrasi
9. Mengelola pemberian obat sesuai program
Penatalaksanaan
8. Pemeriksaan Diagnosis
1. Obat-obat Antidiabetes Oral. Kelas utama obat antidiabetes oral diantaranya adalah
sulfoniurea, biguanid, meglitinid, tiazolidinedion, inhibitor alfa-glukosidase, inkretin mimetik
dan amylonomimetik.
2. Terapi Insulin. Penderita DM tipe 1 klien tidak bisa menghasilkan insulin dengan cukup
sehingga penderita bergantung pada pemberian insulin. Sebaliknya DM tipe 2 tidak
bergantung pada insulin. Tetapi dikelola dengan obat-obatan.
3. Dosis Insulin. Terapi insulin seharusnya berbeda setiap individu. Untuk klien DM baru,
program sederhana dengan dosis tetap mungkin digunakan pertama kali.
4. Terapi Pompa Insulin. Pompa kecil mudah dibawa kemana-mana untuk pemberian insulin.
Pompa kecil, dipakai diluar, menyuntikan insulin secara subkutan ke dalam perut melalui
sebuah tempat jarum indwelling yang diganti setiap 1-3 hari.
5. Terapi Kombinasi. Terapi kombinasi didefinisikan sebagai penggunaan ≥ 2 obat antidiabetes
oral atau dikombinasi dengan insulin.
10. 1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Tn. D
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kp. Jatisari, RT 07/RW 02
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
BB/TB : 71/162
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus
11. b. Keluhan utama
Tn. D mengeluh mudah lelah dan sering buang air kecil di malam hari.
c. Riwayat kesehatan saat ini
P : Nyeri pada luka terbuka karena jatuh saat kerja
Q : Nyeri terasa berdenyut dan perih
R : Betis kanan bawah
S : 5 (1-10)
T : Bertambah saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat
Luka sudah ada sejak 3 minggu yang lalu. Karakteristik luka memiliki panjang 6 cm, kedalaman ½ cm dan
terdapat nanah. Tn. D dan keluarga mengaku belum begitu paham bagaimana cara merawat luka yang benar.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Tn. D pernah dirawat inap di rumah sakit sekitar 1,5 tahun yang lalu dengan keluhan sering
merasa haus dan kesemutan. Setelah dilakukan pemeriksaan GDS, nilai gula darah Tn. D
mencapai 354 mg/dL sehingga dokter menyarankan Tn. D untuk rawat inap selama 2 hari. Saat
ini Tn. D masih mengomsumsi obat DM, namun sering melewatkan jadwal minum obat. Keluarga
juga jarang membawa Tn. D ke fasilitas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan dan kontrol gula
darah.
12. e. Riwayat kesehatan keluarga
Tn. D adalah 3 bersaudara yang terdiri dari 2 perempuan dan 1 laki-laki. Penyakit DM yang diderita Tn. D merupakan
keturunan dari ayahnya. Selain Tn. D, adik perempuannya juga mengidap penyakit DM sejak 3 tahun yang lalu. Selain karena
faktor keturunan dan gaya hidup yang kurang sehat, penyakit DM yang dialami Tn. D juga dipicu oleh kebiasaan mengonsumsi
makanan manis secara berlebihan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran (GCS) : Composmentis
3) Tanda-tanda Vital : TD = 110/70 mmHg N = 121 kali/menit
R = 20 kali/menit S = 37,3℃
GDS = 248 mg/dL
4) Kepala dan Leher
Bentuk kepala normochepal, kulit kepala bersih tidak terdapat ketombe, bentuk rambut lurus, berwarna putih, tidak terdapat
luka dibagian kepala. Tidak ada gangguan pada mata, hidung dan mulut. Pada leher tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid,
tidak terdapat pembengkakan vena jugularis dan tidak ada nyeri tekan di leher.
13. 5. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris dan ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung lup dub, tidak ada bunyi tambahan seperti galop dan mur-mur.
6. Sistem Pernafasan
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan.
7. Sistem Integumen
Crt : < 3 detik, Warna kulit sawo matang, kulit terlihat kering, terdapat luka pada betis kanan sejak 3 minggu yang
lalu. Karakteristik luka memiliki panjang 6 cm, kedalaman ½ cm dan terdapat nanah.
8. Sistem Perkemihan
Frekuensi berkemih meningkat saat malam hari (7-8x/hari).
9. Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas atas :
Kedua tangan bisa digerakan secara bebas dan aktif, tidak ada kelemahan pada kedua tangan dan tidak ada luka.
Ekstremitas bawah: Kedua kaki bisa digerakan secara bebas dan aktif, tidak ada kelemahan pada kedua kaki dan
terdapat luka pada betis kanan bawah.
14. 10) Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid, tidak terdapat pembengkakan vena jugularis dan tidak ada nyeri tekan di leher.
11) Sistem Pencernaan
•Inspeksi : Tidak terdapat luka maupun luka bekas operasi
•Auskulatsi : Terdengar suara bising usus 10x/menit
•Perkusi : Timpani
•Palpasi : Tidak ada nyeri tekan diempat kuadran abdomen.
f. Aktivitas Hidup Sehari-Hari No ADL Sebelum Sakit Sesudah Sakit
1. Nutrisi
Makan
Minum
3x sehari
4-5 gelas
4-5x sehari
6-8 gelas
2. Istirahat
Siang
Malam
-
7 jam
2 jam
4-5 jam
3. Eliminasi
BAK
BAB
Normal
Normal
7-8x sehari
Normal
4. Personal Hygiene
15. g. Pengkajian Fungsional
a. KATZ Indeks (Indeks Kemandirian pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari)
Pemeriksaan dilakukan untuk memasukkan klien ke dalam kategori yang sesuai dengan tingkat
kemandiriannya berdasarkan pengelompokkan pada tabel di bawah ini :
No Kegiatan Mandiri Bantuan
Sebagian
Bantuan
Penuh
1 Mandi
2 Berpakaian
3 Pergi ke toilet
4 Berpindah
tempat
5 BAB dan BAK
6 Makan
Interpretasi :
Klien termasuk dalam kategori KATZ indeks A dimana klien bisa melakukan semua aktivitas secara
mandiri, tanpa pengawasan maupun pengarahan dan tanpa bantuan dari orang lain. Aktivitas yang
dilakukan antara lain mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah tempat, BAB dan BAK serta
makan.
16. b. Modifikasi dari Barthel Indeks
Pemeriksaan dilakukan untuk menilai tingkat kemandirian lansia berdasarkan skor yang diperolehseperti pada tabel di bawah ini :
No Kriteria Dengan Bantuan Mandiri Keterangan
1. Makan 5 10 3 x sehari 1 porsi
nasi dan lauk pauk
2. Minum 5 10 8x sehari air putih
dan teh
3. Berpindah dari kursi roda ke tempat
tidur atau sebaliknya
5 atau 10 15 Mandiri
4. Personal toilet (cuci muka, menyisir
rambut, gosok gigi)
0 5 2x sehari
5. Keluar masuk toilet (mencuci
pakaian, menyeka tubuh, menyiram)
5 10 Mandiri
6. Mandi 5 15 2x sehari
7. Jalan di permukaan datar 0 5
8. Naik turun tangga 5 10 Dibantu
9. Mengenakan pakaian 5 10 Mandiri
10. Kontrol BAB 5 10 1x sehari Konsistensi lunak
11. Kontrol BAK 5 10 4-5x sehari
Kuning jernih
12. Olahraga/Latihan 5 10 1x seminggu
senam
13. Rekreasi/Pemanfaatan waktu luang 5 10 Pengajian
Hasil TOTAL SKOR: 130 dalam kategori mandiri
17. 1. Pengkajian Psikososial
a. Sosial
Selama interaksi klien menunjukkan sikap kooperatif dan prilaku baik sesama teman lingkungan sekitar
b. Emosional
Mengidentifikasi masalah emosional klien yang meliputi 2 tahap, yaitu :
i. Pertanyaan tahap 1, berupa :
1. Apakah klien mengalami sukar tidur?
2. Apakah klien sering merasa gelisah?
3. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri?
4. Apakah klien sering was-was atau khawatir?
18. Lanjutkan ke pertanyaan yang ada pada tahap 2, jika klien memberikan jawaban “ya” > 1 pada pertanyaan yang ada pada
tahap 1 di atas
i. Pertanyaan tahap 2, berupa :
1. Adakah keluhan lebih dari 3 bulan dalam 1 bulan terakhir?
2. Adakah keluhan lebih dari 1 kali dalam 1 bulan terkahir?
3. Adakah masalah atau banyak pikiran?
4. Adakah gangguan/masalah dengan anggota keluarga?
5. Apakah klien menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
6. Apakah klien cenderung mengurung diri?
Hasil : masalah emosional pada klien negatif (-) karna pada tahap 2 klien menjawab 1 “ya”
4. Pengkajian Spiritual
Klien mengatakan sering mengikuti pengajian di masjid dan melaksanakan sholat 5 waktu
19. 5. Status Kognitif/Afektif/Mental/Sosial
a. Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Skor Jawaban No
Soal
Pertanyaan
Benar Salah
01 Tanggal berapa hari ini ?
02 Hari apa sekarang ini ?
03 Apa nama tempat ini ?
04 Berapa nomor telpon Anda ? atauDimana alamat
Anda ?
(tanyakan bila tidak memiliki telpon)
05 Berapa umur Anda ?
06 Kapan Anda lahir ? (minimal tahun lahir)
07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?
09 Siapa nama ibu Anda ?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap kurangi sampai 3
kali pengurangan
8 2 Jumlah skor total jawaban salah 2
jawaban salah sebanyak 0-2:
Fungsi intelektual utuh
20. 2. Mini Mental State Exam (MMSE)
Penilaian ini dilakukan untuk menguji aspek kognitif dari fungsi mental
No Aspek Kognitif Nilai
Maksimum
Nilai
Klien
Pertanyaan (Kriteria)
1. ORIENTASI 5 3 Menyebutkan dengan benar :
1) Tahun berapa sekarang ?
2) Musim apa sekarang ?
3) Tanggal berapa sekarang ?
4) Hari apa sekarang ?
5) Bulan apa sekarang ?
5 4 Menyebutkan dimana sekarang kita berada :
1) Negara apa?
2) Propinsi apa?
3) Kota apa?
4) Panti/Desa/Kampung apa?
5) Alamat dimana?
21. 2. REGISTRASI 3 3 Sebut nama 3 obyek (ditunjukkan pemeriksa selama 1 detik untuk
mengatakan setiap obyek yang ditunjukkan), lalu tanya kembali
ketiga obyek tersebut pada klien setelah disebutkan sebelumnya.
Beri 1 point untuk tiap jawaban benar, lalu ulangi sampai klien
mempelajari ketiganya dan catat. Pengulangan pertama
menentukan skor (maksimal 3), tapi tetap klien disuruh mengulang
(maksimal 6 kali), jika gagal maka tidak dapat dilakukan test pada
MENGINGAT
3. PERHATIAN
& KALKULASI
5 1 Minta klien untuk memulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali/tingkat(nilai 1 point untuk tiap jawaban benar)
1) 93
2) 86
3) 79
4) 72
5) 65
Atau jika lansia tidak bisa berhitung bisa dengan mengeja kalimat
secara mundur (skor adalah jumlah urutan huruf yang disebutkan
dengan benar, 1 point untuk setiap hurufnya), misalnya : DUNIA
(eja: A-I-N-U-D)
22. 4. MENGINGAT 3 3 Minta klien mengulangi ketiga obyek yang telah disebutkan
pada nomor 2 (REGISTRASI), bila benar beri nilai 1 point
untuk setiap obyek yang disebutkan
5. BAHASA 9 5 a. Memberi nama (naming) :
Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan
namanya, lalu ulangi sekali lagi untuk benda yang lain
(misal jam tangan atau pensil), point 1 untuk masing-
masing jawaban benar (skor = 2).
23. No Aspek Kognitif Nilai
Maksimum
Nilai
Klien
Pertanyaan (Kriteria)
a. Pengulangan
Minta klien untuk mengulang kalimat setelah kita
sebutkan lebih dahulu, misalnya:
“namun”, “tanpa”, “bila”
atau kata yang lebih sulit lagi:
“Tak ada jika, dan, atau, tetapi” Hanya 1 kali
mencoba. Point 1 jika diulangsempurna dan 0 jika
tidak benar secarakeseluruhan.
b. Perintah 3 tahap (3 stage comment) Ucapkan perintah
terlebih dahulu kemudianberikan selembar kertas kosong,
mintauntuk melipatnya menjadi 2 kemudianminta untuk
menaruhnya di lantai. Nilai 1untuk masing-masing
perintah yangdilakukan dengan benar
24. c. Membaca (reading)
Dalam selembar kertas kosong tulis kalimat“Pejamkan mata Anda”
Ditulis besar dan dapat dibaca jelas oleh lansia. Minta lansia membacanya dan
melakukan apa yang tertulis (point 1 hanya diberikan jika klien menutup mata
setelah membaca kalimat)
d. Menulis (writing)
Berikan selembar kertas kosong dan minta lansia menulis sebuah kalimat.
Jangan mendikte kalimat tapi harus ditulis secara spontan, kalimat minimal
harus terdiri dari subjek/kata benda dan predikat/ kata kerja, ejaan/tanda baca
tidak diperhitungkan, jika benar beri nilai 1 point.
d. Menyalin (copying)
Berikan selembar kertas kosong, minta lansia untuk menyalin gambar seperti di
bawah ini, 10 sisi harus ada dan keduanya bersinggungan, jika benar beri nilai 1
point)
Nilai
Maksimum
30 19 Hasil : Setelah dilakukan pengkajian, Tn. D mendapatkan total skor sebanyak
19/30, menunjukkan bahwa Tn. D mengalami gangguan kognitif sedang.
25. K. informasi penunjang
1. 1. Diagnosa medis: Diabetes Melitus
2. 2. Laboratium: -
3. 3. Terapi medis: Glipzide (2 x 150 mg)
C. Analisis Data
N
O
DATA ETIOLOGI MASALAH
1
.
DS:
Tn. D mengeluh mudah lelah dan sering buang
air kecil terutama pada malam hari
Tn. D mengatakan tidak teratur mengonsumsi
obat DM
Tn. D mengatakan jarang memeriksakan diri ke
fasilitas kesehatan terdekat
Tn. D mengaku sering mengonsumsi makanan
manis dan memiliki pola makan tidak teratur
DO:
GDS= 248 mg/dL TD: 110/70 mmhg
N: 121 kali/menit
S: 37,3℃
RR: 20 kali/menit
Kerusakan sel dan
pancreas
Produksi glukagon
berlebih
Fatigue
Ketidakstabilan kadar
glukosa darah
Ketidakstabilan kadar glukosa
darah (D.0027)
26. 2. DS:
Tn. D mengatakan pada betis
kanan terdapat luka akibat
terjatuh saat kerja yang tidak
kunjung kering sejak 1 bulan
yang lalu.
Keluarga Tn. D mengaku
belum begitu paham bagaiman
cara merawat luka yang benar
DO:
Terdapat luka pada betis kanan
Karakteristik luka memiliki
panjang 6 cm, kedalaman ½
cm dan terdapat nanah.
Gangguan fungsi imun
Infeksi, gangguan
penyembuhan luka
Gangren
Gangguan integritas
kulit
Gangguan integritas kulit
(D.00129)
27. 3. DS:
Tn. D dan keluarga
mengaku belum begitu
paham bagaiman cara
merawat luka yang benar
DO:
Terdapat luka basah pada
betis kanan
Karakteristik luka memiliki
panjang 6 cm, kedalaman ½
cm dan terdapat nanah.
Munculnya luka
Ketidaktahuan akan
perawatan luka
Luka memburuk
Defisit pengetahuan
Defisit pengetahuan
(D.00126)
28. Diagnosa Keperawatan Prioritas
1. Ketidakstabilan kadar gula darah b.d resistensi insulin
d.d mengantuk, lelah atau lesu.
2. Gangguan integritas kulit b.d infeksi d.d gangren
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d
kesulitan dalam menjalani program perawatan.
29. D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
(SDKI)
Tujuan dan
Kriteria Hasil (SLKI)
Intervensi
(SIKI)
1. Ketidakstabilan
kadar gula darah
b.d resistensi
insulin (D.0027)
Kestabilan kadar glukosa darah
(L03022)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam
diharapkan kadar glukosa darah
dalam rentang normal dengan
kriteria hasil:
1. Kadar glukosa dalam darah
membaik
2. Pasien dan keluarga
mampu mengontrol glukosa
darah secara mandiri
3. Jumlah urine membaik
Manajemen Hiperglikemi (I.03115)
Observasi:
a. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemi
b. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
c. Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan masa lalu
d. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
Terapeutik:
a. Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan
kesehatan
b. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
Edukasi:
a. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
b. Ajarkan pengelolaan DM (mis. Penggunaan insulin, obat oral,
monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan bantuan
profesional kesehatan)
c. Informasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang
30. 2. Gangguan
integritas
kulit b.d
infeksi
(D.00129)
Integritas Kulit dan
Jaringan (L.14125)
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
2x24 diharapkan
keutuhan kulit
meningkat dengan
kriteria hasil:
1. Kerusakan lapisan
kulit menurun
2. Nyeri menurun
Perawatan Luka (I.14564)
Observasi:
a. Monitor karakteristik luka (mis: drainase, warna, ukuran , bau)
b. Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
a. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
b. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai
kebutuhan
c. Bersihkan jaringan nekrotik
d. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
e. Pasang balutan sesuai jenis luka
f. Pertahankan Teknik steril saat melakukan perawatan luka
g. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
h. Berikan diet dengan kalori 30 – 35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25 – 1,5
g/kgBB/hari
i. Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis: vitamin A, vitamin C, Zinc,
asam amino), sesuai indikasi
31. Edukasi:
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
3. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi prosedur debridement (mis: enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik), jika perlu
2. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
3. Defisit
pengetahuan
b.d kurang
terpapar
informasi
(D.00126)
Tingkat pengetahuan
(L.12111)
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama 2x24
jam diharapkan tingkat
pengetahuan keluarga
meningkat dengan kriteria
hasil:
1. Tingkat pengetahuan
meningkat
2. Integritas kulit
membaik
Edukasi Kesehatan (I.12383)
Observasi:
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan merima informasi
Terapeutik:
a. Sediakan materi dan media pendidikan tentang penyakit DM
b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi:
a. Jelaskan faktor resiko yang dapat memengaruhi kesehatan.
b. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
c. c. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
32. Evaluasi
Kriteria evaluasi dalam asuhan keperawatan antara lain :
1. Evaluasi formatif (proses) adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan
keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas intervensi tersebut.
Evaluasi proses harus terus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah ditentukan
tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi proses terdiri atas analisis rencana asuhan
keperawatan, pertemuan kelompok, wawancara, observasi klien, dan menggunakan form
evaluasi. Ditulis pada catatan perawatan. Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien
dapat duduk selama 30 menit tanpapusing.
2. Evaluasi Sumatif (hasil) adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan. Focus evaluasi hasil
(sumatif) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir asuhan
keperawatan.Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna.
33. Hasil dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah: Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien
menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tujuan tercapai
sebagian/masalah teratasi sebagian: jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan
kriteria yang telah ditetapkan. Dan tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien tidak
menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
• S (Subjective): adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan
diberikan.
• O (Objective): adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang
dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
• A (Analisis): adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan dan
kriteria hasil kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak
teratasi.
• P (Planning): adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa