Teks tersebut membahas tentang supervisi produktivitas lembaga pendidikan Islam. Secara umum, teks tersebut menjelaskan tentang konsep supervisi pendidikan, tujuan supervisi pendidikan, dan fungsi-fungsi supervisi pendidikan."
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Supervisi Produktivitas Lembaga Pendidikan Islam
1. 1
SUPERVISI PRODUKTIVITAS LEMBAGA PENDIDIKAN
ISLAM
Oleh Jefril Rahmadoni
UIN STS Jambi
jefril.doni@gmail.com
A. Pendahuluan
Upaya peningkatan sumber daya manusia salah satunya
dilakukan melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, maupun non
formal. Pendidikan yang lebih banyak dirasakan seorang manusia dari
lahir hingga mencapai tahap dewasa adalah pendidikan non formal namun
demikian pendidikan yang membuat seseorang mengalami lingkungan
sosial adalah pendidikan formal karena memiliki jenjang yang akan
memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan tingkat usia.
Pendidikan tidak hanya membekali kecerdasan, tetapi juga
kompetensi dan nilai-nilai etik serta pembentukan watak anak didik
mempunyai jati diri dan kepercayaan yang kuat terhadap kompetensinya.1
Sekolah bukan hanya sekedar proses yang berkaitan dengan masalah
fisik, emosional dan aspek-aspek finansial dalam mewujudkan visi dan
misi. Cara ini merupakan usaha sistematis dan secara terus menerus
memperbaiki kualitas layanan, sehingga fokusnya diarahkan ke
pelanggan, dalam hal ini adalah peserta didik, orang tua peserta didik,
pemakai lulusan, guru, pemerintah dan karyawan. Setidaknya ada lima
layanan yang harus dimiliki, yaitu layanan sesuai dengan yang dijanjikan
(reliability), mampu menjamin pembelajaran (assurance), iklim sekolah
yang kondusif (tangible), memberikan perhatian penuh kepada peserta
didik (empaty), serta cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik
(responsiveness).2
1
Erward Sallis, Manajemen Mutu Pendidikan, Yogyakarta, IRCiSoD, 2010, hlm 56.
2
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
2013, hlm 26.
2. 2
Salah satu bentuk supervisi adalah supervisi manajerial. Supervisi
ini sangat penting karena manajemen merupakan mesin organisasi yang
menggerakkan seluruh program organisasi, mulai kepemimpinan, sarana
prasarana, anggaran serta produktivitas dari organisasi. Esensi dari
supervisi manajerial adalah berupa kegiatan pemantauan, pembinaan dan
pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah dalam
mengelola, mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas
sekolah.3
Keberhasilan seorang menejer diukur berdasarkan
kemampuannya menyelenggarakan fungsi-fungsi manajerial. Funsi
tersebut berupa teori, metode dan teknik.4
Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, dapat dirasakan
kurangnya pendidikan dalam segi mutu. Pendidikan bermutu ditentukan
oleh kesiapan dan kemampuan seluruh komponen pendidikan untuk dapat
menyaingi atau mengimbangi kemajuan teknologi yang pesat. Keunggulan
dalam manajemen akan meningkatkan efektifitas dan efesien dalam
proses peningkatan mutu.5
Pengembangan supervisi pendidikan memberikan pengaruh yang
baik pada pendidikan di Indonesia sehingga para pendidik memiliki
kemampuan mendidik yang produktif, kreatif, aktif, efektif dan inofatif.
Aspek lain yang mengakibatkan kegiatas supervisi kurang bermanfaat
adalah sistem supervisi yang kurang memadai dan sikap mental dari
supervisi yang kurang sehat.6
3
Jamal Ma’ruf Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, Asmani, DIVA Press,
2012, hlm 16
4
Sondang Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial, Jakarta, Bumi Aksara, 2007, hlm 32.
5
Bambang Sumarjoko, Membangun Budaya Pendidikan Mutu Perguruan Tinggi,
Yogyakarta, Bumi Aksara, 2010, hlm 12.
6
Masaong Abd. Kadim, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru
Membudayakan Pengawasan Sebagai Gurunya Guru, Bandung, Alfabeta, 2012, hlm 4.
3. 3
B. Pembahasan
1. Supervisi Pendidikan
Secara Secara morfologis Supervisi berasal dari dua kata
bahasa Inggris, yaitu super dan vision. Super berarti diatas dan
vision berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi,
pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan
yang dilakukan oleh atasan. Supervisi juga merupakan kegiatan
pengawasan tetapi sifatnya lebih manusiawi. Kegiatan supervisi
bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung
unsur pembinaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi
dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata
kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu
diperbaiki. Secara sematik supervisi pendidikan adalah
pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah
perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan
mutu mengajar dan belajar pada khususnya.7
Sedangkan
Purwanto memandang sebagai pembinaan untuk membantu para
guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara
efektif.8
Menurut Muninjaya menyatakan bahwa supervisi adalah
salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan
dan pengendalian (controlling).9
Pengawasan merupakan salah
satu dari fungsi manajemen. Ilmu manajemen diperlukan agar
tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dengan efesien dan efektif.
Banyak Al-Qur’an yang menjelaskan tentang pentingnya
7
Sulastri, Implementasi Manajemen Supervisi Sekolah dalam Peningkatan Mutu
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Nurul Islam Ngemplak Boyolali,
Surakarta, Tesis, 2014, hlm 27.
8
Ma’mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, Yogyakarta, Diva Press,
2012, hlm 22.
9
Diat Prasojo, Lantip dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta, Grava Media,
2011, hlm 55.
4. 4
manajemen. Didalam Islam, fungsi pengawasan dapat terungkap
pada ayat-ayat di dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 7 :
Artinya : Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada
pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-
lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima
orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula)
pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau
lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di
manapun mereka berada. kemudian Dia akan
memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa
yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.10
Ayat diatas menjelaskan bahwa apapun yang ada di bumi
ini, tidak luput dari penawasan Allah yang merupakan salah satu
kebesaran dari kekuasaan Allah. Dengan kata lain, Allah yang
Maha Besar merupakan supervisi dari dunia dan alam semesta
ini.
10
Anonim, Al-Quran dan Terjemahan, Jakarta, Yayasana Penyelenggara Penterjemah
Al-Quran, 2011, hlm 78.
5. 5
Berdasarkan beberapa pendapat tentang supervisi diatas,
dapat disimpulkan bahwa supervisi merupakan suatu kegiatan
atau proses penglihatan atau pengawasan untuk menilai dari
posisi atas (atasan) terhadap posisi bawah (bawahan).
Supervisi pendidikan memiliki delapan fungsi utama, yaitu
:11
1. Mengkodinir Semua Usaha Sekolah
Perubahan terus menerus dan kegiatan sekolah Perubahan
terus menerus dan kegiatan sekolah makin bertambah.
Usaha-usaha sekolah makin menyebar. Perlu adanya usaha
yang baik terhadap semua usaha sekolah. Yang di maksud
usaha-usaha sekolah misalnya: (a) usaha tiap guru. Ada
sejumlah guru yangmengajar bidang studi yang sama dan tiap
guru ingin mengemukakan idenya dan menguraikan materi
pelajaran menurut pandangannya ke arah peningkatan.
Usaha-usaha yang bersifat individu itu perlu dikordinasi. (b)
usaha-usaha tiap sekolah. Dalam menentukan kebijakan,
merumuskan tujuan-tujuan atas setiap kegiatan sekolah
termasuk progam-progam sepanjang tahun ajaran erlu adanya
kordinasi yang baik. (c) usaha-usaha bagi pertumbuhan
jabatan. Tiap guru ingin bertumbuh dalam jabatanya. Melalui
membaca buku-buku dan gagasan-gagasan baru ingin belajar
terus menerus. Melalui seminar guru-guru ingin berusaha
meningkatkan diri sekaligus merupakan hiburan intelektual.
2. Memperlengkapi Kepemimpinan Sekolah
Kepemimpinan yang demokratis perlu dikembangkan dalam
masyarakat. Kepemimpinan itu suatu keterampilan yang harus
dipelajari. Dan itu harus melalui latihan terus menerus.
11
Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta,
2000, hlm 22-24.
6. 6
3. Memperluas Pengalaman Guru-guru dan Staf
Akar dari pengalaman terletak pada sifat dasar manusia.
Manusia ingin selalu mencapai kemajuan yang semaksimal
mungkin. Seorang bila ingin jadi pemimpin, bila ingin belajar
dari pengalaman baru ia dapat belajar untuk memperkaya
dirinya dengan pengalaman belajar baru.
4. Menstimulir Usaha-usaha yang Kreatif
Usaha-usaha kreatif bersumber pada pandangan tentang
manusia. Semua orang percaya pada manusia diciptakan
dengan memiliki potensi untuk berkembang dan berkarya.
Supervisi bertugas untuk menciptakan suasana yang
memungkinkan guru-guru dapat berusaha meningkatkan
potensi-potensi kreatifitas dalam dirinya.
5. Memberikan Fasilitas dan Penelitian yang Terus Menerus.
Untuk meningkatkan sumber daya diperlukan penilaian terus
menerus. Melalui penelitian dapat diketahui kelemahan dan
kelebihan dari hasil dan proses belajar mengajar. Penilaian itu
harus bersifat menyeluruh dan kontiyu. Menyeluruh berarti
penilaian itu menyangkut semua aspek kegiatan di sekolah.
Kontiyu dalam arti penilaian berlangsung setiap saat yaitu
pada awal, pertengahan diakhiri melakukan sesuatu tugas.
6. Menganalisis Situasi Belajar Mengajar.
Situasi belajar mengajar peranan guru memegang peranan
penting. Memperoleh data mengenai aktifitas guru dan
peserta didik akan memberikan pengalaman dan umpan balik
terhadap perbaikan pembelajaran.
7. Memberikan Pengetahuan dan Skill Kepada Setiap Anggota
Staf
Setiap guru mempunyai potensi dan dorongan untuk
berkembang. Supervisi memberikan dorongan stimulus dan
membantu guru agar mengembangkan pengetahuan dalam
7. 7
keterampilan hal mengajar. mengajar suatu ilmu pengetahuan,
suatu ilmu keterampilan, dan sekaligus suatu kiat.
Kemampuan-kemampuan bisa tercapai bila ada latihan,
mengulang dan dengan sengaja dipelajari.
8. Memadukan dan Menyelaraskan Tujuan-tujuan Pendidikan
dan Membentuk Kemampuan-kemampuan.
Untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi harus berdasarkan
tujuan-tujuan sebelumnya. Ada hierarki kebutuhan yang harus
selaras. Setiap guru pada suatu saat harus mampu mengukur
kemampuanya. Mengembangkan kemampuan guru adalah
salah satu fungsi supervisi pendidikan.
Menurut Kimbal Wiles (1960) dalam jurnal Supervisi
Pendidikan Agama Islam oleh Abu Bakan (2011) menyatakan
bahwa dalam dunia supervisi pendidikan, terdapat beberapa
kegiatan yang dilakukan oleh supervisor dalam membantu para
guru melakukan perbaikan pada proses belajar mengajar yang
meluputi :
1. Tugas perencanaan, yang merupakan penetapan kebijakan
dan program pengajaran.
2. Tugas administrasi, merupakan pengambilan keputusan dan
koordinasi melalui konfrensi dan konsultasi yang dilaksanakan
dalam upaya perbaikan kualitas pengajar.
3. Melakukan partisipasi secara langsung dalam pengembangan
kurikulum, berupa kegiatan perumusan tujuan, pembuatan
pedoman mengajar bagi guru dan memilih isi pengalaman
belajar.
4. Melaksanakan demonstrasi mengajar bagi para guru serta
melaksanakan penelitian.
5. Perbaikan situasi Pengajaran (poin ke lima merupakan
penambahan oleh Sergiovanni dan Starratt (1979).
8. 8
Supervisi yang dilakukan oleh supervisor berkisar
mengenai masalah pelaksanaan aturan-aturan dan ketentuan
serta undang-undang yang telah ditetapkan. Kebiasaan yang
dilakukan oleh sebahagian supervisor dalam melaksanakan
supervisi ke lembaga–lembaga pendidikan lebih banyak bersifat
mencari kekurangan dan kesalahan yang dilakukan para
pelaksana atau petugas dalam menjalan tugas yang telah
dirancang sebelumnya.
Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No. 0141 / Tahun 1969,
tertanggal 25 November 1969 diadakan reorganisasi Depertemen
Pendidikan Kebudayaan pada tahun 1970. Surat Keputusan
Menteri Pendidikan tersebut telah melakukan perubahan terhadap
sebutan inspeksi dalam bidang pendidikan dan kebudayaan yang
dirubah menjadi pembinaan. Perubahan-perubahan tersebut
dimaksudkan, agar usaha-usaha yang dilakukan oleh para
supervisor dalam usaha bimbingan dan menuntun para guru,
berkenaan dengan proses belajar mengajar di depan kelas atau di
sekolah, dapat terlaksana dengan baik, sesuai ketentuan yang
telah diatur.
Jika pembinaan para guru dilaksanakan para supervisor
secara kontinyu, diharapkan dapat menimbulkan semangat dan
gairah bekerja para guru dalam menjalankan tugasnya. Di
samping itu dapat menimbulkan rasa tanggung jawab atas tugas
yang dilaksanakan. Akan tetapi jika pembinaan terhadap para
guru tidak dilakukan dan dilaksanakan secara baik, kemungkinan
dapat mengurangi gairah kerja dan menimbulkan frustasi
dikalangan para guru serta acuh terhadap tugas-tugasnya sebagai
seorang pendidik. Akibat dari pembinaan yang kurang maksimal,
maka tujuan pendidikan dan pengajaran tidak sesuai dengan
yang diharapkan, maka pembinaan yang dilakukan mengalami
9. 9
kegagalan. Melihat pada permasalahan tersebut di atas, maka
supervisor pendidikan dituntut untuk mengevaluasi penyebab
kegagalan dalam pembinaan dan diharapkan pembinaan kepada
para guru ke depan akan lebih baik, sehingga tujuan pendidikan
dan pengajaran dapat dicapai dengan sempurna dan maksimal,
efektif dan efesien.
Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan Islam seperti
Madrasah dalam menunaikan tugas-tugas pendidikan, sangat
bergantung atas kerjasama seluruh petugas tenaga kependidikan
yang terlibat. Apabila semua petugas kependidikan mampu
menjalankan tugasnya sesuai dengan fungsi dan peranannya
masing - masing, maka hasil yang akan diperoleh sesuai dengan
yang telah direncanakan. Agar perencanaan lembaga-lembaga
pendidikan Islam terwujud sesuai dengan rencana, maka
diperlukan kerjasama yang baik dan prima dengan seluruh tenaga
kependidikan yang terlibat di dalamnya.
2. Supervisi Produktivitas Lembaga Pendidikan Islam
Menurut Depertemen Pegawai RI, (1994:1)
mengemukakan bebrapa pengertian produktivitas :
a) Dari Philosofis
Produktivitas : sikap mental yang selalu berusaha dan
mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih
baik daripada hari kemarin dan esok harus lebih baik dari hari
ini.
b) Dari Teknis
Produktivitas : perbandingan antara hasil yang dicapai (output)
dan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input).
c) Dari ukuran tingkat efesiensi dan efektivitas (dari sumber yang
digunakan selama produksi berlangsung). Produktivitas :
10. 10
perbandingan efektivitas menghasilkan keluaran (output)
dengan efesiensi penggunaan sumber masukan (input).
Menurut Sedarmayanti (2017) menyatakan bahwa
produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dan
keseluruhan daya/faktor produksi yang dipergunakan.12
Selain itu
produktivitas juga berarti suatu ukuran yang menyatakan
bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk
mencapai hasil yang optimal.13
Produktivitas dalam dunia pendidikan merupakan
perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan
jumlah sumber yang dipergunakan (input). Produktivitas dapat
dinyatakan dengan kuantitas maupun kualitas. Kuantitas output
merupakan jumlah lulusan, sedangkan input merupakan jumlah
tenaga kerja sekolah, dan sumber daya lainnya. Sedangkan
produktivitas dalam ukuran kualitas tidak dapat diukur dengan
uang, ia digambarkan dari ketetapan penggunaan metode dan alat
yang tersedia sehingga volume dan beban kerja dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia serta
mendapatkan respon positif bahkan pujian dari orang lain atas
hasil kerjanya.14
Ada pula yang menekankan produktivitas pada sisi
pemberian perhatian dan kepuasan kepada pelanggan, sehingga
semakin banyak dan banyak dan semakin memuaskan pelayanan
yang diberikan sebuah corporate atau lembaga terhadap
customer, maka semakin produktif lembaga tersebut.
Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan erat dengan
keseluruhan proses penataan dan penggunaan sumber daya
untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
12
Sedarmayanti, Perancangan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung,
Refika Aditama, 2017, hlm 341.
13
Herjanto, Manajemen Operasi, Jakarta, Grasindo, 2007
14
http://stitattaqwa.blogspot.co.id/2011/07/produktifitas-pendidikan.html
11. 11
Dalam konteks produktivitas pendidikan, sumber-sumber
pendidikan dipadukan dengan cara-cara yang berbeda.
Perpaduan tersebut sama halnya dengan upaya memproduksi
pakaian yang menggunakan teknik-teknik yang berbeda dalam
memadukan buruh, modal, dan pengetahuan. Untuk mengusai
teknik-teknik tersebut diperlukan proses belajar.
Seiring dengan bertambahnya waktu, semakin besar pula
modal untuk pendidikan. Sekolah pun semakin berkembang
seiring dengan besarnya tuntutan pendidikan yang harus
dikembangkan. Perubahan dalam intensitas tenaga kependidikan
pun kemudian harus dilakukan dan disesuaikan dengan
kebutuhan. Sehingga perlu diaplikasikan model ketrampilan
mengajar yang bervariasi.
Secara sederhana produktivitas pendidikan dapat diukur
dengan melihat indeks pengeluaran riil pendidikan seperti dalam
National Income Blue Book, dengan cara menjumlahkan
pengeluaran dari banyaknya peserta didik yang dididik. Namun
cara ini merupakan pengukuran cara kasar terhadap produk riil
kependidikan. Cara ini pun tidak menceritakan sama sekali
tentang kualitas lulusan lembaga pendidikan, juga derajat efisiensi
berbagai sumber yang digunakan. Sehingga pengukuran output
pendidikan dengan cara yang rasional penting untuk
dipertimbangkan, namun juga perlu disadari bahwa pengukuran ini
tidak dapat memberi indikasi langsung mengenai kuantitas
pengajaran yang diterima setiap peserta didik.
Thomas dalam Mulyasa mengemukakan bahwa
produktifitas pendidikan dapat ditinjau dari 3 dimensi sebagai
berikut :15
15
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah ; Konsep, Strategi dan Implementasi,
Bandung, 2003
12. 12
1) Meninjau produktifitas sekolah dari segi keluaran administratif,
yaitu seberapa besar dan seberapa baik layanan yang dapat
diberikan dalam proses pendidikan, baik oleh guru kepala
sekolah maupun pihak lain yang berkepentingan.
2) Meninjau produktifitas dari segi keluaran perubahan prilaku,
dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik sebagai
suatu gambaran prestasi akademik yang telah dicapainya
dalam periode belajar tertentu disekolah
3) Melihat produktifitas sekolah dari keluaran ekonomis yang
berkaitan dengan pembiayaan layanan pendidikan di sekolah.
Hal ini mencakup “harga” layanan yang diberikan
(pengorbanan atau cost) dan “perolehan” yang ditimbulkan
oleh layanan itu atau disebut “peningkatan nilai baik“.
Dari uraian di atas, nampak jelas bahwa pengukuran
produktivitas pendidikan erat kaitannya dengan pertumbuhan
ekonomi, yang sangat bergantung pada akurasi kerangka yang
digunakan dalam analisis dan kualitas data. Dalam konteks ini
agaknya tidak perlu diperdebatkan bagaimana pengukuran
pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi, sebab umumnya riset
mengenai ini membuktikan bahwa peranan pendidikan tetap
substansial dalam pertumbuhan ekonomi. Sehubungan dengan
hal tersebut, untuk mengetahui produktivitas pendidikan dalam
konteks peningkatan mutu pendidikan, antara lain dapat dilakukan
dengan analisis efektifitas biaya, analisis biaya minimal, dan
analisis manfaat.
Supervisi dalam peningkatan produktivitas pendidikan agar
mendapatkan kualitas mutu sekolah yang memadai memiliki
beberapa tujuan, yaitu :16
1) Mensosialisasikan konsep dasar manajemen peningkatan
mutu berbasis sekolah khususnya kepada masyarakat.
16
http://stitattaqwa.blogspot.co.id/2011/07/produktifitas-pendidikan.html
13. 13
2) Memperoleh masukan agar konsep manajemen ini dapat
diimplentasikan dengan mudah dan sesuai dengan kondisi
lingkungan Indonesia yang memiliki keragaman kultural,
sosio-ekonomi masyarakat dan kompleksitas geografisnya.
3) Menambah wawasan pengetahuan masyarakat khususnya
masyarakat sekolah dan individu yang peduli terhadap
pendidikan, khususnya peningkatan mutu pendidikan.
4) Memotivasi masyarakat sekolah untuk terlibat dan berpikir
mengenai peningkatan mutu pendidikan pada sekolah
masing - masing.
5) Menggalang kesadaran masyarakat sekolah untuk ikut
serta secara aktif dan dinamis dalam mensukseskan
peningkatan mutu pendidikan.
6) Memotivasi timbulnya pemikiran - pemikiran baru dalam
mensukseskan pembangunan pendidikan dari individu dan
masyarakat sekolah yang berada di garis paling depan
dalam proses pembangunan tersebut.
7) Menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu
pendidikan merupakan tanggung jawab semua komponen
masyarakat, dengan fokus peningkatan mutu yang
berkelanjutan (terus menerus) pada tataran sekolah.
8) Mempertajam wawasan bahwa mutu pendidikan pada tiap
sekolah harus dirumuskan dengan jelas dan dengan target
mutu yang harus dicapai setiap tahun, 5 tahun, dst,
sehingga tercapai misi sekolah kedepan.
14. 14
C. Kesimpulan
Supervisi yang dilakukan oleh supervisor berkisar mengenai
masalah pelaksanaan aturanaturan dan ketentuan serta undang-undang
yang telah ditetapkan. Kebiasaan yang dilakukan oleh sebahagian
supervesor dalam melaksanakan supervisi ke lembaga–lembaga
pendidikan lebih banyak bersifat mencari kekurangan dan kesalahan
yang dilakukan para pelaksana atau petugas dalam menjalankan tugas
yang telah dirancang sebelumnya.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam, di dalam proses
pendididkan dan pengajaran biasanya melibatkan tenaga-tenaga
kependidikan, baik secara langsung dan tidak langsung. Tenaga-tenaga
kependidikan yang terlibat di dalam proses pendidikan antara lain,
Pengawas Pendais tingkat TK, SD/MI dengan Kepala Madrasah dan para
Guru yang terlibat baik secara langsung dan tidak. Tenaga-tenaga
kependidikan tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi saling memiliki
hubungan antara satu dengan lainnya.
Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan Islam seperti
Madrasah dalam menunaikan tugas-tugas pendidikan, sangat bergantung
atas kerjasama seluruh petugas tenaga kependidikan yang terlibat.
Apabila semua petugas kependidikan mampu menjalankan tugasnya
sesuai dengan fungsi dan peranannya masing - masing, maka hasil yang
akan diperoleh sesuai dengan yang telah direncanakan. Agar
perencanaan lembaga-lembaga pendidikan Islam terwujud sesuai dengan
rencana, maka diperlukan kerjasama yang baik dan prima dengan seluruh
tenaga kependidikan yang terlibat di dalamnya.
Peningkatan produktivitas pendidikan mengandung beberapa
aspek, antara lain : efektivitas, efisiensi dan akuntabilitas
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan produktivitas, adalah
kurikulum, sarana dan prasarana, manajerial, kepemimpinan, dan
sebagainya. Efektifitas, efisiensi, serta produktivitas manajemen
15. 15
pendidikan harus ditetapkan sejak awal agar dampaknya dapat dideteksi
sejak dini terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Selain itu, efektifitas,
efisiensi, dan produktifitas menjadi prasarat utama untuk memperjelas
orientasi dalam pengelolaan suatu lembaga pendidikan Islam. Sehingga
lembaga pendidikan tampil sebagai lembaga yang memiliki daya tarik dan
mampu menjawab kebutuhan masyarakat.
16. 16
DAFTAR PUSTAKA
Sallis, Edward, Manajemen Mutu Pendidikan, Yogyakarta, IRCisOd, 2010.
Mulyasa, E., Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2013.
Asmani, Jamal Ma’ruf, Tips Efesiensi Supervisi Pendidikan Sekolah, Bumi
Aksara, 2007.
Siagian, Sondang, Fungsi-Fungsi Manajerial, Jakarta, Bumi Aksara, 2007.
Sumarjoko, Bambang, Membangun Budaya Pendidikan Mutu Perguruan
Tinggi, Yogyakarta, Bumi Aksara, 2010.
Kadim, Masaong Abd., Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan
Kapasitas Guru Membudayakan Pengawasan Sebagai Gurunya
Guru, Bandung, Alfabeta, 2012
Sulastri, Implementasi Manajemen Supervisi Sekolah dalam Peningkatan
Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Nurul Islam
Ngemplak Boyolali, Surakarta, Tesis, 2014.
Asmani, Ma’mur, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, Yogyakarta,
Diva Press, 2012.
Prasojo, Diat., Lantip dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta,
Grava Media, 2011.
Anonim, Al-Quran dan Terjemahan, Jakarta, Yayasana Penyelenggara
Penterjemah Al-Quran, 2011.
Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta,
Rineka Cipta, 2000.
Sedarmayanti, Perancangan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Bandung, Refika Aditama, 2017.
Herjanto, Manajemen Operasi, Jakarta, Grasindo, 2007.
___________, http://stitattaqwa.blogspot.co.id/2011/07/produktifitas-
pendidikan.html.
Mulyasa, E., Manajemen Berbasis Sekolah ; Konsep, Strategi dan
Implementasi, Bandung, 2003.