Ilmu mantiq tidak bisa dilepaskan dengan pembahasan sesuatu yang condong pada kebenaran zatnya yang berlaku di antara manathiqah. Perkataan itu dipandang dari segi perkataan itu sendiri yang dapat condong ke arah benar dan tidak benar, hal ini dalam ilmu mantiq disebut dengan qodliyyah atau khobar. Sesuatu itu akan mengandung kemungkinan dua yakni benar dan salah, hal tersebut dibuktikan dengan sesuatu eksperimen untuk memastikan kebenarannya. Apabila diperhatikan contoh-contoh ini, api panas, hawa sejuk, minuman segar, pintu terbuka dan sebagainya, maka akan didapati pada setiap contoh tersebut susunan kalimat berita yang dimengerti dengan sempurna, dan hukum berita tersebut boleh dikatakan benar kalau sesuai dengan bukti, dan bohong kalau tidak sesuai dengan bukti. Dengan demikian, maka berita itu bisa mengandung benar dan bohong dalam setiap susunan kalimat berita.
2. 1. Nur Kholisna (2321095)
2. Dina Kamilah (2321096)
3. M. Azhar Ainul Haq (2321101)
4. Anhar Khafid (2321105)
Anggota kelompok 6
Ilmu Mantiq
3. FANA’
BAQA’
Pengertian Qadliyyah
Qadliyyah merupakan kata-kata yang tersusun yang memiliki makna (arti). Jadi
dalam bahasa Indonesia-nya disebut kalimat. Qadliyyah bisa benar dan bisa
salah atau bisa kebetulan benar. Qadliyyah dikatakan benar bila sesuai dengan
kenyataan dan sesuai aturan logika, dan demikian juga dikatakan salah bila tidak
sesuai dengan kenyataan dan tidak sesuai dengan aturan logika, tetapi bisa jadi
simpulan itu benar (kebetulan benar) padahal tidak sesuai dengan aturan logika.
Yang tidak bisa terjadi adalah simpulan itu salah, padahal sesuai dengan aturan
logika. Menurut Aristoteles (Purwanto, 2019: 67) qadliyyah (proposisi) adalah
kalimat berita yang menyatakan pembenaran atau penyangkalan. Dengan
demikian, qadliyyah adalah sebuah kalimat pernyataan yang mungkin benar dan
mungkin salah, ditinjau dari segi kalimat pernyataan itu sendiri.
5. Qadliyyah Hamliyyah (Categorical Proposition)
Qadliyyah Hamliyyah, yaitu qadliyyah yang di dalamnya
mengandung hukum untuk menghubungkan suatu mufrad
dengan mufrad yang lain. Seperti: penyakit ilmu ialah lupa, besi
merupakan logam yang bermanfaat, emas merupakan logam
yang mahal harganya (Abdulchalik, Mukarromah, 2013: 46).
Atau Qadliyyah Hamliyyah adalah susunan kata atau lafadz
yang mengandung pengertian. Tanpa lafadz syarat (Djalil,
2009: 33). Contohnya: Khafid membaca, Dina menulis,
Fatimah mencuci. Yang demikian, digolongkan dalam
qadliyyah hamliyyah karena tidak ada terdapat lafadz syarat
(kondisi) di sana.
6. Qadliyyah Hamliyyah dipandang dari maudlu’ (mahkum ‘alaih,
mubtada’, subjek)
1. Syakhshiyyah (singular)
Syakhshiyyah yaitu suatu qadliyyah yang maudhu’nya merupakan
sesuatu yang tertentu atau terbatas (salah satu ism ma’rifat yang tujuh)
(Abdulchalik, Mukarromah, 2013: 49). Atau qadliyyah yang subjeknya
tidak mencakup semua jenisnya, tetapi hanya sebagiannya saja.
Contohnya: Jakarta ibukota negara Republik Indonesia, Muhammad itu
rajin, Muhammad duduk, rumah itu ditempati, Hasan itu seorang dokter,
sebagian pejabat itu tidak korupsi.
7. Qadliyyah Hamliyyah dipandang dari maudlu’ (mahkum ‘alaih,
mubtada’, subjek)
2. Kulliyyah (universal)
Kulliyyah yaitu suatu qadliyyah yang maudhu’nya lafadz kulli dan hukum
qadliyyahnya tersebut berlaku untuk seluruh afrad maudhu’ (Abdulchalik,
Mukarromah, 2013: 49). Atau qadliyyah yang subjeknya mencakup
semua yang dikandungnya. Contohnya: Manusia adalah makhluk
bernyawa, semua manusia mempunyai akal pikiran, semua yang hidup
membutuhkan makanan. Subjek pernyataan tersebut adalah “manusia”,
kata manusia ini mencakup semua orang, tanpa mengenal bangsa suku
dan agama.
8. Qadliyyah Kulliyyah itu ada dua bagian, yaitu:
1. Muhmalah
Muhmalah yaitu qadliyyah hamliyyah kulliyyah muhmalah yang tidak didahului
oleh “sur”. Contohnya besi bila dipanaskan maka akan berkembang, tidaklah besi
itu dipanaskan maka akan tetap, air bila kena panas maka akan menguap hingga
habis, tidaklah jika air itu kena panas maka akan tetap.
2. Musawwarah
Musawwarah yaitu qadliyyah yang dimulai dengan “sur”, misalnya semua siswa
pada tidur, kata “semua” itu dinamakan sur yang bahasa arabnya “kullu”. Semua,
setiap, seluruh, adalah sur. Contohnya lagi setiap manusia itu hewan, semua
murid berolahraga, seluruh penghuni asrama tidur (Mustofa,1989: 33).
9. a. Musawwarah bi sur al-kully
Yaitu qadliyyah yang maudhu’-nya berupa lafal kullun dan mahmul-
nya ada atau melekat pada seluruh satuan maudhu’-nya. Contoh:
seluruh makhluk hidup butuh akan makan.
b. Musawwarah bi sur al-juz’y
Yaitu qadhiyyah maudhu’-nya berupa lafal kullun dan mahmul-nya
ada atau melekat hanya pada sebagian dari satuan maudhu’-nya
saja. Contoh: sebagian makhluk itu hidup, sebagian benda itu cair,
sebagian tumbuh-tumbuhan itu tanaman keras (Ma’shum, 2012: 84).
10. Mujabah (positif)
Suatu keputusan berpikir dengan cara menetapkan berlakunya mahmul
kepada maudhu’. Contoh: Nabi Muhammad utusan Allah (Muhammad
rasulullah); (rasulullah sebagai mahmul, dan Muhammad sebagai
maudhu’).
Salibah (negatif)
Suatu keputusan berpikir dengan cara meniadakan tetapnya mahmul
dari maudhu’ (Sambas, 1996: 70). Contoh: Indonesia bukan negara
maju; (“Indonesia” sebagai maudhu’; “negara maju” sebagai mahmul
dengan diselingi oleh kata bukan).
Qadliyyah Hamliyyah dipandang dari ijab-salab
(positif-negatif):
11. Qadliyyah Syarthiyyah
Pada syarthiyyah terdapat maudhu’ ditempati oleh yang
dinamakan muqaddam (yang di depan) dan tempat unsur
mahmul ditempati oleh yang dinamakan tali (yang
mengiringi). Seperti pada contoh qadliyyah “Jika matahari
terbit” dinamakan muqadam, sedangkan qadliyyah “siang
muncul” dinamakan tali. Intinya, qadliyyah syarthiyyah
ialah apabila isi satu bagian di dalam pernyataan itu
tergantung pada bagian lainnya (ada keterkaitan).
12. Qadhliyyah Syarthiyyah Muttashillah
Qadhliyyah Syarthiyyah Muttashillah ialah proposisi kondisional yang hubungan antara subjek
dan predikat merupakan hubungan yang tetap. Syarat-syarat dalam proposisi ini
dikemukakan dengan memakai tanda penghubung “jika” atau kata-kata yang sejenis dengan
kata itu (Abdurrahman, 2005: 44). Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan pergi.
Qadliyyah Syarthiyyah Munfashillah
Qadliyyah Syarthiyyah Munfashillah ialah dua qadliyyah yang keadaan penghubung di antara
keduanya memiliki pengertian bahwa di antara keduanya ada sejenis ketidakcocokan, artinya
jika bagian yang satu terpenuhi, maka bagian yang lain tidak akan ada, dan begitu
sebaliknya. Artinya, kedua bagian yang berlainan ini dihubungkan dengan kata penghubung
“atau” dan “adakalanya” atau kata-kata yang sejenis dengan itu. Contoh:
Qadliyyah 1, yaitu Hasan di dalam kelas
Qadliyyah 2, yaitu Hasan di luar kelas
Dua qadliyyah (khabar) ini, bisa digambarkan dengan menggunakan seperangkat syarat “ada
kalanya”, menjadi “ada kalanya Hasan di dalam kelas, dan ada kalanya Hasan di luar kelas”.