Ada tiga kelompok utama yang menolak atau mengingkari sunnah Nabi saw sebagai sumber hukum Islam yaitu:
1) Khawarij, yang menolak hadis-hadis setelah peristiwa tahkim.
2) Syi'ah Itsna 'Asyariyah, yang hanya menerima hadis dari ahlul bait Nabi.
3) Sebagian ulama Mu'tazilah, yang menolak atau mengkritik hadis-hadis ahad atau yang bertentangan dengan mazhabnya.
2. Hadits menurut bahasa berarti Khabar
(berita), jadid (baru) dan qarib (dekat).
Hadits menurut istilah adalah segala qauli
(ucapan), fi’li (perbuatan), taqrir
(pengakuan) dan keadaan nabi. Ada juga
ulama’ yang menambahkan sifat, akhlak dan
cita-cita Nabi.
Dengan demikian hadits ada 3 macam, hadits
qauli, fi’li dan taqriri.
4. Menurut ahli hadits, hadits adalah segala
qauli (ucapan), fi’li (perbuatan), taqrir
(pengakuan) dan keadaan nabi.
Menurut ulama’ fiqh dan ushul fiqh, hadits
adalah segala perbuatan, perkataan dan
taqrir Nabi yang berkaitan dengan hukum.
Ulama’ hadits memandang pribadi nabi
sebagai teladan utama bagi umat. Ulama’
ushul memandangnya sebagai pengatur unda-
undang dan mengatur dasar ijtihad. Ulama’
fiqh memandang seluruh perbuatan dan
perkataan nabi menunjuk pada hukum syar’i.
5. Sunnah menurut bahasa adalah jalan, baik
yang terpuji maupun tercela. Sunnah juga
bisa diartikan dengan tradisi.
Secara istilah, sunnah adalah segala yang
dinukilkan dari Nabi baik perkataan,
perbuatan, penetapan, pengajaran, sifat,
keadaan, maupun perjalanan hidup beliau
baik sebelum diangkat menjadi Rasul maupun
sesudahnya.
6. Menurut ahli hadits, sunnah adalah segala yang
dinukilkan dari Nabi baik perkataan, perbuatan,
penetapan, pengajaran, sifat, keadaan, maupun
perjalanan hidup beliau baik sebelum diangkat
menjadi Rasul maupun sesudahnya.
Menurut ahli ushul, hadits adalah segala yang
dinukilkan dari Nabi baik perkataan, perbuatan,
penetapan yang mempunyai hubungan hukum.
Menurut ahli fiqh, sunnah adalah sesuatu yang
kalau dikerjakan mendapat pahala dan tidak
apa-apa jika ditinggalkan.
7. Pada dasarnya hadits dan sunnah memiliki
makna yang sama, yaitu sama-sama berasal
dari Rasulullah. Ini merupakan pendapat
jumhur ulama’.
Dari segi amaliah, hadits berada di bawah
sunnah karena hadits merupakan peristiwa
yang disandarkan pada Rasulullah. Sedangkan
sunnah merupakan amaliah yang dilakukan
Rasul dan diikuti oleh generasi setelahnya.
8. Khabar menurut bahasa berarti berita.
Menurut istilah hadits, khabar ada dua pendapat.
Sebagian mengatakan sama dengan hadits baik
yang marfu’ (yang disandarkan pada Nabi),
mauquf (yang disandarkan pada Sahabat) dan
maqthu’ (yang disandarkan pada Tabi’in).
Menurut sebagian yang lain, hadits adalah yang
datang dari Rasulullah, sedangkan khabar adalah
yang datang dari selain Rasulullah. Oleh karena
itu ahli hadits disebut muhaddits, sedangkan ahli
sejarah disebut akhbari.
9. Atsar menurut bahasa adalah bekas atau sisa
sesuatu. Atsar juga bisa berarti nukilan atau
yang dinukilkan.
Atsar menurut istilah hadits sinonim dengan
hadits, sunnah dan khabar. Karena itulah ahli
hadits disebut juga atsari.
10. Sanad adalah jalan yang menyampaikan kita
pada matan (isi) hadits.
Isnad adalah menerangkan atau menjelaskan
jalan datangnya hadits atau jalan
menyandarkan hadits.
Matan adalah materi berita berupa sabda,
perbuatan atau taqrir Nabi.
Rawi adalah orang yang menerima hadits dan
menyampaikan kembali hadits tersebut.
Mukharrij adalah orang yang menukil dan
mencatat hadits pada kitabnya.
12. Inkarussunnah terdiri dari dua kata yaitu Ingkar dan
Sunnah. Ingkar, Menurut bahasa, artinya “menolak
atau mengingkari”, berasal dari kata kerja, ankara-
yunkiru. Sedangkan Sunnah, menurut bahasa
mempunyai beberapa arti diantaranya adalah, “jalan
yang dijalani, terpuji atau tidak,” suatu tradisi yang
sudah dibiasakan dinamai sunnah, meskipun tidak
baik.
Secara definitif Ingkar al-Sunnah dapat ddiartikan
sebagai suatu nama atau aliran atau suatu paham
keagamaan dalam masyarakat Islam yang menolak
atau mengingkari Sunnah untuk dijadikan sebagai
sumber san dasar syari’at Islam.Menurut Daud Rasyid
(2006:207) “ Inkar as-sunnah adalah sebuah sikap
penolakan terhadap sunnah Rasul, baik sebagian
maupun seluruhnya“.
13. Pertanda munculnya “Ingkar Sunnah” sudah ada sejak masa
sahabat, ketika Imran bin Hushain (w. 52 H) sedang
mengajarkan hadits, seseorang menyela untuk tidak perlu
mengajarkannya, tetapi cukup dengan mengerjakan al-
Qur’an saja. Menanggapi pernyataan tersebut Imran
menjelaskan bahwa “kita tidak bisa membicarakan ibadah
(shalat dan zakat misalnya) dengan segala syarat-syaratnya
kecuali dengan petunjuk Rasulullah saw. Mendengar
penjelasan tersebut, orang itu menyadari kekeliruannya
dan berterima kasih kepada Imran. Sikap penampikan atau
pengingkaran terhadap sunnah Rasul saw yang dilengkapi
dengan argumen pengukuhan baru muncul pada
penghujung abad ke-2 Hijriyah pada awal masa Abbasiyah.
Menurut imam Syafi’i ada tiga kelompok ingkar as-sunnah
seperti telah dijelaskan di atas. Antara lain : Khawarij,
Syi’ah dan Mu’tazilah.
14. Semenjak peristiwa tahkim yang menggulingkan
pemerintahan Ali bin Abi Thalib, kelompok khawarij
menilai mayoritas sahabat Nabi SAW sudah keluar dari
islam. Akibatnya, hadits-hadits yang diriwayatkan oleh
para sahabat setelah kejadian tersebut mereka tolak.
Kelompok Syi’ah yang masih eksis hingga sekarang adalah
kelompok Itsna ‘asyariyah. Kelompok ini menerima hadits
nabawi sebagai salah satu syariat islam. Namun mereka
menolak hadits yang berasal dari para sahabat dan hanya
menerima hadits dari ahlul bait (keturunan Rasulullah)
saja.
Penjelasan yang menunjukkan bahwa mu’tazilah menolak
hadits tidak sepenuhnya benar, kalaupun ada beberapa
ulama’ mu’tazilah yang menolak hadits ahad atau
mengkritik hadits yang tidak sesuai dengan madzhabnya
merupakan pendapat pribadi saja dan tidak mewakili
seluruh madzhab mu’tazilah.
15. Tokoh- tokoh kelompok Ingkar Sunnah Modern (akhir abad
ke-19 dan ke-20) yang terkenal adalah Taufik Sidqi (w.
1920) dari Mesir, Ghulam Ahmad Parvez dari India, Rasyad
Khalifah kelahiran Mesir yang menetap di Amerika Serikat,
dan Kasasim Ahmad mantan ketua partai Sosialis Rakyat
Malaysia. Mereka adalah tokoh-tokoh yang tergolong
pengingkar Sunnah secara keseluruhan. Argumen yang
mereka keluarkan pada dasarnya tidak berbeda dengan
kelompok ingkar sunnah pada periode klasik. Tokoh-tokoh
“Ingkar Sunnah” yang tercatat di Indonesia antara lain
adalah Lukman Sa’ad (Dirut PT. Galia Indonesia) Dadang
Setio Groho (karyawan Unilever), Safran Batu Bara (guru
SMP Yayasan Wakaf Muslim Tanah Tinggi) dan Dalimi Lubis
(karyawan kantor DePag Padang Panjang).
Sebagai suatu paham atau aliran, ingkar as-sunnah klasik
ataupun modern memiliki argument-argumen yang
dijadikan landasan mereka. Tanpa argument-argumen itu,
pemikiran mereka tidak berpengaruh apa-apa. Argument
mereka antara lain :
16. 1. Agama bersifat konkrit dan pasti Mereka berpendapat bahwa
agama harus dilandaskan pada hal yang pasti. Apabila kita
mengambil dan memakai hadits, berarti landasan agama itu tidak
pasti. Al-quran yang kita jadikan landasan agama itu bersifat
pasti. Sementara apabila agama islam itu bersumber dari hadits ,
ia tidak akan memiliki kepastian karena hadits itu bersifat dhanni
(dugaan), dan tidak sampai pada peringkat pasti.
2. Al-Quran sudah lengkap Jika kita berpendapat bahwa al-quran
masih memerlukan penjelasan, berarti kita secara jelas
mendustakan al-quran dan kedudukan al-quran yang membahas
segala hal dengan tuntas. Oleh karena itu, dalam syariat Allah
tidak mungkin diambil pegangan lain, kecuali al-quran.
3. Al-Quran tidak memerlukan penjelas Al-quran tidak
memelukan penjelasan, justru sebaliknya al-quran merupakan
penjelasan terhadap segala hal. Mereka menganggap bahwa al-
quran cukup memberikan penjelasan terhadap segala masalah.