Qadliyah (proposisi) dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu qadliyah hamliyah (proposisi kategoris) dan qadliyah syartiyyah (proposisi hipotesis). Qadliyah hamliyah terdiri dari subyek dan predikat tanpa bergantung pada proposisi lain, sedangkan qadliyah syartiyyah menghubungkan dua proposisi dengan menggunakan kata syarat seperti jika, kalau
2. ARTI KATA QODLIYAH
Qadliyah sama dengan istilah “kalam”
dalam gramatika bahasa arab (Nahwu)
dan “kalimat” dalam bhs.Indonesia.
Qodliyah adalah serangkaian kata-kata
yang mengandung suatu pengertian
dan hukum. Atau
ْحَي ٌدْيفُم ٌل ْوَقتَبْذِكالَو َْقد ِالص ُلِمِِِتاَذَل
Contoh: - Masjid tempat ibadah kaum muslimin
- Matahari terbit dari timur
- Tahun depan, aku akan menjadi sarjana
4. 1. Qadliyah Hamliyah (Proposisi Kategoris).
Suatu rangkaian kata-kata yang di dalamnya terjadi ketetapan
hukum, tetapi keadaannya tidak tergantung pada sesuatu yang
lain. Dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah kalimat.
Contoh:
Saya adalah mahasiswa.
Yogya itu nyaman.
Dalam contoh diatas ditemukan adanya dua yang saling
berhubungan. Yogya sebagai subyek (maudlu’), nyaman sebagai
predikat (mahmul), dan kata “itu” sebagai penghubung (robith),
tanpa bergantung pada sesuatu yang lain.
5. UNSUR- UNSUR YANG HARUS ADA
1-Subyek (Muaudhu’/Musnad ilaih/Muhkam ilaih).
Sesuatu yang di atasnya ditetapkan hukum (perkara yang disandari
hukum). Di dalam ilmu Nahwu dikenal dengan sebuatan mubtada’,
fa’il, atau naibul fa’il.
2- Predikat (Muhmal/Musnad/Mahkum bih).
Tetapnya hukum pada subyek. Hal ini dala ilmu Nahwu dikenal dengan
sebutan khobar, baik mufrod maupun ghiru mufrod
3-Penghubung (Robith/kapula).
Kata yang menunjukkan adanya suatu ikatan kuat antara subyek dan
predikat.
Contoh:
Ahmad itu mahasiswa S I
NKRI itu sudah final
Islam agama toleran
7. a. Mujabah (Positif)
Qadhiyah Hamliyah Mujabah adalah qadliyah yang
mahmul (predikat)-nya ada atau terdapat pada
maudhu‘ (subyek).
Contoh:
Medan adalah kota terbesar di Sumatera
Beras Cianjur adalah yang terbaik di Jawa
Barat.
Kota terbesar (mahmul) ada atau terdapat pada
Medan (maudhu'). Begitu juga Terbaik (mahmul)
ada atau terdapat pada beras Cianjur .
8. b. Salibah (Negatif)
Qadhiyah Hamliyah Salibah adalah qadhiyah yang
mahmul (predikat)-nya tidak ada atau tidak terdapat
pada maudhu’nya.
Contoh:
Medan bukanlah kota kecil
Sebagian petani Indonesia belum berpikir maju.
Kota kecil (mahmul) tidak ada atau tidak terdapat
pada Medan (maudhu').Demikian juga , berfikir
maju (mahmul) tidak ada atau tidak terdapat pada
sebagian petani Indonesia (maudhu'), karena belum
seluruh mereka sudah berpikir maju.
10. 1)Syakhshiyah (Singular)
Suatu rangkaian kata yang subyeknya
(maudhu’) berupa benda, orang atau
manusia tertentu atau sesuatu yang sudah
jelas tunjukannya (isim ma’rifah)
Contoh: - Alifah cantik
-Habibie Presiden RI ke--3
-Yogyakarta adalah Kota Pelajar
11. 2) Muhmalah (Indeterminatif)
Qadhiyah Hamliyah Muhmalah adalah qadhiyah yang
maudhu‘ (subyek)-nya lafazh kulli, tetapi mahmulnya
belum tentu ada atau terdapat pada semua atau sebagian
satuan maudhu'.
Contoh:
Manusia (kulli) dapat mengikuti jenjang penddidkan
tinggi.
Contoh ini dikatakan muhmalah karena dapat mengikuti
pendidikan tinggi (mahmul), tidak ada atau tidak melekat
kepada manusia secara kulli, yakni keseluruhan manusia,
melainkan kepada sebagian manusia saja yang
mempunyai biaya, kemampuan dan kesempatan untuk
itu.
12. 3) Kulliyah (Universal)
Suatu rangkaian kata yang subyeknya (maudhu’) berupa kata
yang menunjukkan semua atau universal (lafal kully) dan
peredikatnya (mahmul) ada dan melekat pada seluruh satuan
subjeknya. Contoh:
- Semua mahluk yang hidup, butuh akan makan
- Setiap manusia itu binatang.
- Semua aksi terorisme itu dibencii
4) Juz'iyah (Partikular)
Qadhiyah Hamliyah Juz'iyah adalah qadhiyah yang maudhu'-
nya lafazh kulli, sedang mahmul-nya ada atau terdapat pada
sebagian dari satuan maudhu' itu saja. Contoh:
Sebagian manusia pintar
Sebagian mahasiswa UIN Suka bersal dari luar Jawa
14. 2. QADLIYAH SYARTHIYAH (PROPOSISI HIPOTESIS)
Qadliyah yang di dalamnya menjelaskan ketergantungan suatu
qadliyah kepada suatu hukum yang lain. Maksudnya adalah
dua qodliyah yang dirangkai dengan menggunakan seperangkat
syarat seperti: jika, kalua, apabila, manakala, tatkala dan
sebagainya, sehingga kedua qodliyah muncul menjadi satu
qadliyah .
CONTOH:
dirangkai menggunakan jika , atau kalau (.)ان-اذا
- Qodliyah 1, yaitu: daging direbus
- Qodliyah 2, yaitu: daging menjadi rapuh
kemudian dua qodliyah tersebut bisa digambarkan dengan
menggunakan seperangkat syarat JIKA, yaitu:
Jika daging direbus, maka daging menjadi
rapuh.
15. Dirangkai menggunakan kata adakalanya, mungkin, boleh
jadi, dan kadang-kadang.
Contoh : - Qodliyah 1, yaitu: Umam di dalam kelas
- Qodliyah 2, yaitu: Umam di luar kelas.
Dua qadliyah ini, bisa digambarkan dengan seperangkat
syarat “adakalanya” seperti:
Adakalnya Umam di dalam kelas, dan adakalanya Umam di
luar kelas.
16. UNSUR-UNSUR YANG HARUS ADA
1. Muqoddam (Qodliyah pertama/Kondisi/ Anteseden)
2. Taali (Qodiyyah kedua / Konsekuensi)
3. Tasahub (saling mengisi) atau Talazum (saling mengikat), yaitu
hubungan antar dua qodliyah yang disatukan secara otomatis.
Contoh:
Jika matahari terbit (muqoddam/Kondisi), terjadilah siang (konsekuensi)
Jika besi dipanaskan, ia memuai
Manakala aku ada uang, aku jadi pergi ke Jepara
Dan lain-lain.
18. a) Qadliyah Syartiyyah Muttasilah (bersambung)
Qadhiyah yang mengharuskan adanya saling tetap menetapkan antara
qadliyah I dan qadliyah II.
Contoh:
kalau aku punya uang, aku jadi pergi ke Surabaya.
Jika Tuhan itu banyak, maka bumi akan hancur.
Kalau matahari terbit, maka terjadilah siang.
b) Qadliyah Syartiyyah Munfasilah (tidak bersabung)
Qadhiyah yang menetapkan adanya perlawanan antara qadliyah I dan
qadliyah II.
Contoh:
Ahmad ada kalanya pergi, ada kalanya tidur.
Mahasiswa itu, adakalnya belajar dan adakalanya olahraga.
19. Klasifikasi Qadliyah Syartiyah Munfasilah dari segi muqaddam ( Q I) dan
tali (Q II)
شرطية قضية
منفصلة
1
2
3
جمع مانع
خلوى مانع
خلوى و جمع مانع
20. 1. Mani’u Jam’I (ditolak kumpulnya) .
Maksudnya tidak boleh berkumpul kedua-duanya dan tidak
ditolak sepinya . Misal:
Umar adakalanya berdiri, adakalanya duduk.
Ini mani’ul jami’ karena berdiri dan duduk tidak bisa dilakukan
secara bersamaan. Tetapi kalau sekaligus tidak berdiri dan tidak
duduk itu mungkin terjadi, ini yang dimaksud ditolak sepinya
(boleh tidak terjadi kedua-duanya).
2) Mani’ul huluwwi (ditolak sepinya)
Artinya tidak boleh tidak terjadi kedua-duanya, tidak ditolak
berkumpulnya (boleh berkumpul kedua-duanya sekaligus).
Misalnya:
Aisyah ada kalanya berada dilautan, adakalanya tidak
tenggelam, ini boleh jadi (karena berperahu misalnya)
21. 3.Mani’ul jami’ wal huluw (qadhiyyah syarthiyyah munfashilah
haqiqqiyah).
Artinya kedua-duanya berkumpulnya dan sepinya (tidak
terjadi) itu ditolak, keduanya terjadi sekaligus tidak mungkin.
Contohnya:
Cak Lontong adakalanya mati dan adakalanya hidup.
Cak Lontomg sekaligus mati dan hidup itu tidak mungkin
terjadi, sebaliknya ia tidak mati dan tidak hidup juga tidak
mungkin.