2. Launcing Buku Konsep Bid’ah
dan Toleransi Fiqih
DR. Mohamad Taufik Q. Hulaimi, MA, M. Ed
Direktur Mahad Aly An-Nuaimy
Launcing Buku Konsep Bid’ah
dan Toleransi Fiqih
MAHAD ALY AN-NUAIMY JAKARTA
“Mencetak Generasi Cerdas dan Profesional”
Website: www.nuaimy.net www.nuaimy.org
DR. Mohamad Taufik Q. Hulaimi, MA, M. Ed
Direktur Mahad Aly An-Nuaimy
3. Masalah bidah adalah masalah krusial
Konsep Bidah harus dipelajari dengan sempurna dan secara
amanah.
Samar dalam memahami konsep bidah menimbulkan
keresahan bahkan perpecahan yang dimulai dengan saling
mencaci.
Contoh :
Orang-orang yang merayakan maulid Nabi lebih berdosa
dari peminum khamr, pencuri, pezina dan pembunuh.
Memakai ayat-ayat mengenai orang kafir untuk diterapkan
kepada orang Mukmin.
4. • Pertama:
Ahlu sunnah wal Jamaah harus menyatukan kata, hati
dan barisannya.
• Kedua:
Dialog dan diskusi adalah suatu hal yang wajar. Namun jangan
sampai merusak rasa saling menghormati. Hal tersebut
terwujud dengan dua syarat; satu: Diskusi dilakukan dengan
cara ilmiah, dalil dilawan dengan dalil, argument dibalas dengan
argument. Kedua: setiap pihak yang terlibat diskusi hendaknya
berpegang dengan adab dialog.
• Ketiga:
Buku ini diharapkan menjadi sebab mendekatnya
pandangan yang berbeda dalam masalah bidah.
Tiga Hal Penting
5. Makna “Ku sempurnakan Agamaku”
• Allah Berfirman :
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu…”.
(QS. 5:3)
• Peringatan Keras untuk Menjauhi al-Muhdats, hal baru dalam
agama (bid’ah)
• Masalah Baru/Nawazil Terus Bermunculan
• Kesepakatan Ulama bahwa setiap masalah baru/Nawazil pasti
ada hukumnya.
• Bagaimana Memahami Masalah Ini?
6. Contoh Nawazil
• Nawazil : Masalah baru yang tidak terdapat tex hukum yang
berbicara mengenainya. Juga tidak terdapat Ijma Ulama dalam
masalah baru tersebut. Contoh:
• Do’a khatam Quran dalam sholat taraweh atau sholat qiyam
di bulan Ramadhan.
• ‘Asyaul-walidain. (jamuan makan mlam yang diadakan setelah
satu atau dua bualan dari meninggalnya orang tua. Dalam acara
ini diundang kerabat, rekan dan tetangga. Dengan harapan
pahalanya sampai kepada orangtua yang sudah meninggal.)
• Merubah bentuk masjid, seperti membuat mihrab,
memendekkan shaf sholat dari kiri dan kanan , membuat garis
diatas karpet masjid untuk meluruskan shaf shalat. memasang
senderan dibelakang shaf pertama
7. Bagaimana Memahami al-Muhdatsaat?
o Apakah al-muhdats termasuk dalam masalah baru sehingga
memungkinkan hukum yang lima?
o atau al-muhdatsaat otomatis menjadi bid’ah?
Ada perbedan pendapat:
kelompok pertama berpendapat bahwa seluruh hal yang baru
dalam agama mempunyai hukumnya masing-masing.
Kelompok kedua berpendapat bahwa seluruh hal baru dalam
agama bidah yang sesat.
disebabkan tidak adanya penentuan makna bidah dalam agama
secara jelas dan terang
Kalau Ulama belum sepakat dalam maknajelas dari bidah jelek
dalam syariat , maka jalan satu-satunya adalah saling memaklumi
satu sama lainnya
8. Definisi Bid’ah
• Definisi al-Iz bin Abdussalam rahimahullah: “Mengerjakan
sesuatu yang tidak ada dan tidak dikenal di zaman
Rasulullah SAW , Ia terbagi menjadi wajib, haram , mandub
(sunah) , makruh dan mubah, Cara menentukannya dengan
jalan menakar bidah tersebut dengan kaidah syariah”.
• Definisi Ibnu Hajar: “Hal baru yang diciptakan , tidak
memiliki dalil dalam syariat”
• Definisi Ibnu Rajab rahimahullah :”Hal baru yang diciptakan
, dalam syariat tidak ada dalil yang menunjukkan hal baru
tersebut”.
9. Definisi Syatibi rahimahullah.
• Pertama: “sebuah cara dalam agama yang ditemukan,
cara tersebut menyamai syariat , maksud dari
mengerjakannya adalah berlebihan dalam beribadah
kepada Allah SWT.”
• Kedua: “ sebuah cara dalam agama yang ditemukan ,
cara tersebut menyamai syariat , maksud dari
mengerjakannya sama dengan maksud mengerjakan
sesuatu yang dilakukan dengan cara syariat”
10. Ibnu Taimiyah Tentang Bidah
• Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata:” hal yang bertentangan
dengan tex-tex Islam adalah bidah , hal ini merupakan
kesepakatan ulama. Dan hal yang belum diketahui
bertentangan terkadang tidak disebut bidah” (Kitab Daru-
tta’arudh karangan Ibnu Taimiyah. Jilid;1 hal:140 , semakna
dengannya di buku al-fatawa jilid 20 hal: 159 )
• Ungkapan Ibnu Taimiya menunjukkan bahwa hal baru kalau
tidak bertentangan dengan nushush terkadang tidak dinamai
bidah.
11. Sebab Perselisihan Definisi
• Perselisihan ini disebabkan perselisihan mereka
tentang penerapan bidah sesat pada setiap hal baru
yang memiliki warna agama dan tidak ditemukan
dalam kurun waktu pertama, namun tidak
bertentangan dengan nushush syariat Islam dan
kaidah-kaidahnya.
• Apakah hal baru seperti ini termasuk bidah sesat atau
tidak?
12. Tiga konsep bidah
1. Setiap hal baru yang berhubungan dengan agama mempunyai
hukum yang sesuai dengannya. Ia tercakup dalam lima. Disebut
hasanah kalau boleh dan disebut sayyiah kalau dilarang. (Al-
muwassi’uun)
2. Hal baru dalam agama mempunyai satu hukum saja yaitu haram.
Setiap hal baru bidah, setiap bidah sesat , dan setiap kesesatan di
neraka. (al-Mudhoyyiquun)
3. Al-Muhdast kalau termasuk dalam kaidah-kaidh syariat atau ada
Nushush yang menunjukkan akan hal baru ini hal tersebut tidak
disebut bidah. Akan tetapi diberi nama dengan hukum syar’i yang
sesuai. Kalau tidak termasuk dalam kaidah-kaidh syariat atau
tidak ada Nushush menunjukkannya maka disebut bidah. Maka
menurutnya semua bidah sesat.
Perbedaan pendapat pertama dan ketiga hanya perbedaan lafadh
saja. Perbedaan pertama dan kedua perbedaan secara substansi
13. Hadis Pertama:
• Rasulullah SAW berkata dalam khutbahnya:
•صد محمدد هددي الهدي أفضل وإن هللا كتاب الحديث أصدق فإن ، بعد أمالى
، ددبدع ددمحدل دلدوك ، ددلاتهادمح دورداحم دردوأل ، دلودوم دودعلي هللاد لللبدعلوك
ضاللةدالنار في ضالل وكل ،
• Amma ba’du, sebaik-baiknya pembicaraan adalah
kitab Allah, sebaik-baiknya petunjuk adalah
petunjuknya Muhammad SAW , seburuk-
buruknya perkara agama adalah hal-hal baru
dalam agama, setiap yang baru adalah bidah,
setiap bidah sesat, dan setiap sesat di neraka.
Memahami tiga hadits tentang bidah
14. Memahami Hadis Pertama
• Ada perbedaan pendapat tentang makna kata
“seluruh” (كبد ) dalam hadis.
• Kelompok mudhoyyiquun : sabda Rasulullah saw
“setiap hal baru bidaha” adalah makna umum yang
tidak ada pengecualiannya. Oleh karenanya
pembagian bidah menjadi lima adalah bertentangan
dengan hadis ini.
• Kelompok muwassi’iin memahaminya dengan
makna seluruh tapi ada pengecualiannya, maka
maknanya sebagian besar.
15. Syarah Imam Nawawi
ج مملو صحيح على النووي ألرح6/ص154)ومدلو عليدو هللا صدلى قولدو
هذا ضالل بدع وكلمخصوص عاوالبدع غالب والمراد)
“ , Imam Nawawi berkata:”Sabda Rasulullah SAW “dan
setiap bidah sesat” , ini adalah makna umum yang ada
pengecualiannya, yang dimaksud adalah sebagian besar
bid’ah.”
ج ممدلو صدحيح علدى النووي ألرح7/ص104(”مدن اممدالو فدي مدن مدن
أجرها فلو حمن”إلى....هللا صلى قولو تخصيص الحديث هذا وفيعليدو
ضدالل بدعد وكدل بدعد محدل كل وملوالبا المحددلال بدو المدراد وأنلد
المذموم والبدع)....
Hadis ini mengecualikan keumuman sabda Rasulullah saw
“setiap muhdast bida’h”….dan yang dimaksud adalah
bid’ah yang bathil dan tercela.”
16. Hadis Kedua:
• Rasulullah bersabda:
•هذا أمرنا في أحدث منمنو ليس مارد فهو
• “barang siapa membuat hal baru dalam agama ini dan bukan
bagian dari agama ini, makka hal tersebut ditolak”
• Apakah “bukan bagian dari agama” adalah syarat lazim atau
qoidun ?
• Al-Mudhoyyiquun: syarat lazim yaitu sifat yang pasti ada dalam
setiap hal baru (al-muhdats). Artinya setiap hal baru pasti
bukan bagian dari agama. Hadis tersebut tidak bisa difahami
dengan sebaliknya (mafhum mukholafah). Maka tidak bermakna
bahwa sebagian hal baru ada yang termasuk dalam agama.
• Al-Muwassi’un: qoidun, maka boleh mafhum mukholafah.
Kalau bukan bagian dari agama ditolak, kalau ternyata bagian
dari agama diterima
17. Hadis Ketiga:
•منَّنَمَف َندَمَح َّندُم ِو َالإمِ إاْل فيدِمَع مدن ُدرإجَأ َو داَهُرإجَأ ُودَلبهدا َل
ِه ِورُجُأ من َصُقإنَي إنَأ ِإريَغ من ُهَدإعَبإنَم َو ٌءإيَأل إوَّنَمِ إاْل فيِو َالإم
َئِيَم َّنُمُر إرِو َو داَهُر إرِو عليدو كدانمدن ِهِددإعَب مدن بهدا َلدِمَع مدن
ٌءإيَأل إوِه ِارَر إوَأ من َصُقإنَي إنَأ ِإريَغ
• “Barang siapa membuat sunnah dalam Islam
sunah-yang baik maka ia mendapat pahalanya dan
mendapat pahala orang yang mengerjakannya
setelah dia, tanpa mengurangi pahala orang yang
mengerjakanya sedikitpun. Barang siapa membuat
sunnah dalam Islam sunah-yang buruk maka ia
mendapat dosanya dan mendapat dosa orang yang
mengerjakannya setelah dia, tanpa mengurangi
orang orang yang mengerjakanya sedikitpun
18. Memahami
Hadits Ketiga • Apa makna kata من dalam hadis?
• َّمن mempunyai dua makna : membuat dan
menghidupkan.
• Mudhoyyiqun : bermakna menghidupkan
• Muwassi’un: menghidupkan dan
membuat.
• Kata َّمن kalau hanya bermakna
menghidupkan tidak selaras dengan akhir
dari hadis diatas. Yaitu menghidupkan
sunnah yang jelek. Dalam Islam tidak ada
sunnah Jelek
19. • Hal yang ditinggalkan Rasulullah SAW dan tidak dikerjakan , dengan
sengaja, tidak mempunyai makna wajib, kadang bermakna haram,
makruh, mubah atau dianjurkan (musthab).
• Rasulullah SAW tidak melakukannya karena ada sebab seperti
menjelaskan bahwa yang ditingalkannya itu boleh tidak dikerjakan,
atau khawatir menimbulkan kesulitan bagi umatnya, atau karena
alasan maslahat lain.
• Dalam hal ini kita harus meliha al-qoroin (indikator yang bisa dipakai
untuk memahami maksud tertentu) yang menyertai ketika
Rasulullah SAW tidak mengerjakan hal tersebut.
• Kalau tidak ada qorinah yang mennjukkan sebabnya maka
perbuatan yang tidak dikerjakan adalah mubah, boleh
dikerjakan.Sedangkan tidak melakukan dengan tidak sengaja maka
tidak ada hukum syariat apapun yang berhubungan dengannya.
Memahami Hal Yang Tidak Dilakukan
Rasulullah
20. Memahami Hal Yang Tidak Dilakukan
Rasulullah
Kaidah yang mengatakan bahwa suatu hal yang tidak
dikerjakan Rasulullah SAW menunjukkan bahwa hal yang
ditinggalkan tersebut adalah haram, kaidah ini dibatalkan
dengan sabda Rasulullah SAW:
•ع واخدتالفهو الهو مد قدبلكو كدان مدن أهلد إنما ، تركتكو ما دعونيلدى
فد بدرمر أمدرتكو وإذا ، فاجتنبوه أليء عن نهيتكو فإذا ، أنبيائهومندو رتوا
عتو امت ما
• Biarkan saya dengan apa yang sudah saya tinggalkan
buat kalian, Umat sebelumkalian hancur karena
pertanyaan mereka, penentangan mereka terhadap
nabinya. , kalau saya melarang kalian dari sesuatu maka
tinggalkanlah. Kalau saya memerintahkan sesuatu
maka lakukanlah sekuat tenaga kalia
23. • Bahwa seorang dari ansor menjadi imam di masji Quba.
• Ia selalu memulai surat yang akan ia baca dalam shalat
dengan surat al-Ikhlas sampai selesai.
• Setelah itu ia membaca surat lain setelah al-ikhlas. Ia
melakukannya disetiap rakaat.
• Sahabat yang lainnya menegurnya. Mereka berkata:
“engkau memulainya dengan surat ini. dan engkau merasa
tidak cukup dengan surat al-ikhlas sampai engkau
membaca surat lain. Pilih saja salah satunya, cukup
membaca al-Ikhlas atau tidak membaca al-Ikhlas namun
membaca surat lain.
24. • Ia menjawab: “saya tidak akan meninggalkannya!”
kalau kalian setuju aku mengimami kalian dengan cara
saperti itu saya akan jadi imam. Kalau kalian tidak
setuju saya tidak akan jadi imam.
• Jamaah sholat melihat bahwa Ia adalah orang terbaik
diantara mereka. Mereka tidak ingin orang lain
mengimami. Ketika Nabi saw menginjungi mereka
mereka menceritakan kejadian itu..
25. • Kemudian Rasulullah bertanyakepada imam
tadi:”Apa yang membuat engkan menolak untuk
mengerjakan apa yang diminta sahabatmu?
• Apa yang membuatmu selalu membaca surat ini
disetiap rakaat?
• Imam masjid menjawab: “saya mencintainya”
• Rasulullah saw berkata:”Kecintaanmu terhadap surat
al-Ikhlas membuatmu masuk surge
26. Seorang Sahabta Selalu membaca al-
Ikhlas Sebelum Ruku’
• Rasulullah SAW mengutus sebuah pasukan perang (sariyah).
Pasukan tersebut dipimpin seseorang.
• Pimpinan pasukan selalu membaca surat al-Ikhlas untuk
mengakhiri bacaanya.
• Ketika pasukan kembali mereka bertanya kepada Rasulullah saw
tentang perbuatan pimpinan mereka.
• Rasulullh saw menyuruh mereka untuk menanyakan hal itu
pada pimpinan mereka. Beliau berkata: “tanyakan kepada
dia, kenapa melakukan hal itu?”
• Kemudian mereka menanyakannya . Ia menjawab:”karena surat
tersebut sifat Ar-Rahman ( Allah ) , dan saya suka membacanya .
• Rasulullah saw berkata: “kabarkan kepada dia bahwa Allah
mencinyainya. (Hadis Riwayat Bukhori, Muslim dan Nasai )
27. Rasulullah Menolak Sujud Muaz
kepadanya.
• Rasulullah saw tidak setuju dengan sujudnya Muadz bin Jabal RA
kepadanya.
• Muadz ra ketika berkunjung ke Syam atau yaman melihat Nashrani sujud
kepada pendeta. Juga melihat yahudi sujud kepada pendeta.
• Rasulullah saw bertanya kepada Muadz:”untuk apa mereka
melakukan hal ini? Mereka menjawab:”Ini adalah penghormatan
kepada para Nabi. “ Aku mnjelaskan:”Kami lebih berhak untuk
melakukannya kepada nabi kami.”
• Kemudian Rasulullah saw berkata:”mereka berbohong kepada Nabi-nabi
mereka, sebagaimana mereka merubah kitab suci mereka, kalau saya
disuruh untuk memerintahkan sujud seorang manusia kepada seorang
manusia maka saya akan menyuruh perempuan untuk sujud kepada
suaminya.” (Hasi riwayat Ahmad, ibnu Majah, Hakim, Thabrani, Haitsami
dalam al-mujmma’ ilid:4 hal:568 )
28. Manhaj Rasulullah Dalam Menilai
Menerima atau menolak hal baru dalam
Agama.
• Kalau melihat atau mendengar yang baru,
Rasulullah saw tidak langsung memvonis bidah.
• Rasulullah saw. bertanya sebab dilakukannya
amalan baru tersebut
• Kemudian Rasulullah saw menilai apakah diterima
atau ditolak. Menerima yang sesuai dengan Syariat
• Menolak yang tidak sesuai
29. Seorang Sahabat Membuat Bacaan Dalam
Shalat Dan Nabi SAW Tidak
Mengajarkannya
ددح دوحل َّلوَّصدسلبل لَد دجلا االُجدرَّندأ ٍسنعندأدَللابد ُسفَّندسللُاُلفدحْلسدِ َّ َُِد لْم
اادَيهدكارعُماداعِيسدطايرِثاسدك ْمحىضَلمادحديدحابدأُهتالدصدِدصِ ََّوبدس ردُِْك
َدُِ ْولْلدسَِّرأَدِتامِلكْلاِعدُِِلكتُمْلسِدعهادَإنهدلُِِلكتُمْلدسُِْكيلابدأادَللابدا ْأْدعبُلي
دبُجر:دُتْلُلَد ُسفَّنيدسلِنُفدح دوحُتْئ ِجاه.َلاب:ددملرردعْيلنْثدرأيلتدس للالادكل
ادهُعَْرديُِْهيادأهونُرِ تْعي(ِل صحيحدمج1/ص419)
30. • Disebutkan bahwa seseorang datang tergesa-gesa menuju
shalat. Nafas dia mendorongnya , kemudian dia bisa
mendapatkan ruku,
• Kemudian takbir dan mengucapkan hamdalah.
•اادَيهكارعُماداعِيسدطايرِثاسدك ْمدحِ َّ َُِد ْمحْلس
• Rasulullah bertanya siapa yang mengucapkan kalimat tadi.
• Tidak seorangpun menjawab.
• Rasulullah mengulang pertanyaanya dan berkata
sesungguhnya ia tidak mengucapkan hal yang buruk.
• Kemudian ia mengaku dan memberikan alasan bahwa ia
terdorong oleh nafanya dan mengucapkan hamdalah dengan
lafadh tadi
• Setelah itu Rasulullah saw bersabda:”saya melihat duabelas
malaikat berlomba sipa diantara mereka yang duluan
menuliskannya.”
31. Apa Yang Difahami Dari Hadis-Hadis
Tersebut?
Pendapat Pertama:
• Dibolehkan Karena Taqriir (Persetujuan) dari Rasulullah
SAW.
• Setelah Rasulullah SAW Meninggal tidaK ada taqriir.
• Maka Segala Inovasi dalam Ibadah Bidah.
Pendapat Kedua:
• Dibolehkan Karena Sebab taqrir, yaitu Hal Tersebut
Termasuk perbuatan Baik.
• Allah Menyuruh kita Untuk melakukan amal al-khoir
• Bidah dibolehkan selama dalam kategori amal al-khoir,
Disebut Bidah hasanah.
35. • Hal Baru YangDiterima
• Abu Dzar ra.banyak melakukan shalat sunnah tanpa memperhatikan
jumlah rakaatnya.
• Mutharrif bin Abdillah berkata, “Saya duduk bersama beberapa orang
Quraisy. Tiba-tiba datang seorang laki-laki, kemudian ia shalat, ruku
dan sujud, namun tidak duduk setelah dua rakaat.
• Aku pun berkata, ‘Menurutku, orang itu tidak tahu apakah dia
menyudahi rakaat shalatnya dalam jumlah genap atau ganjil.’
• Mereka berkata, ‘Kenapa tidak kamu temui dia dan beritahu dia?’
• Aku pun berdiri menemuinya seraya berkata, ‘Wahai hamba Allah,
saya tidak tahu, apakah kamu shalat dengan jumlah rakaat genap atau
ganjil.’
• Ia menjawab, ‘Tetapi, Allah Maha Mengetahui. Saya mendengar
Rasulullah Saw. bersabda:
•َح َو ، َنَمَح اَهِب ُوَل ُهللا َبَتَك ،ةَدإجَم ِ َّ َِّلل َدَجَم إنَمَهِب ُوَل َلَف َر َو ، َئيِ َخ ُوإنَع اَهِب ََّج َرَد ا.
• “Barangsiapa sujud (shalat) kepada Allah sebanyak satu kali, Allah
akan mencatat baginya satu kebaikan karenanya; akan menghapus
satu kesalahan karenanya; dan mengangkat satu derajat untuknya.”
36. • Aku bertanya, ‘Kamu siapa?’
• Ia menjawab, ‘Abu Dzar.’
• Aku pun kembali kepada teman-temanku dan berkata, ‘Semoga
Allah membalas kalian dengan keburukan, hai teman-teman yang
buruk! Kalian menyuruhku untuk mengajari salah seorang Sahabat
Rasulullah!’” (h.r. Ahmad))
• Abu Dzar ra. memperbanyak rukuk dan sujud. Beliau tidak duduk
setelah dua rakaat untuk membaca tasyahud. Beliau tidak juga
mengucapkan salam di antara dua rakaat. Bahkan, Beliau tidak
berniat melakukan shalat dalam jumlah rakaat tertentu. Semua ini
beliau lakukan karena senang memperbanyak jumlah sujudnya.
• Imam Haitsami berkata, “Imam Ahmad dan Al-Bazzar
meriwayatkan hadits ini dengan beberapa sanad. Sebagian
diriwayatkan oleh para perawi hadits shahih. Hadits ini juga
diriwayatkan oleh Thabrani dalam Al-Mu’jamu al-Ausath.” (Al-
Majma’, 2/514).
37. • Ibnu Abbas ra. mengingkari perbuatan Muawiyah bin Abu Sofyan ra. yang
mencium rukun Iraqi dan rukun Syami ketika tawaf.
• Ibnu Abbas ra. berkata kepada Muawiyah ra., “Rasulullah Saw. hanya mencium Hajar
Aswad dan Rukun Yamani ketika tawaf.”
• Muawiyah ra. menjawab, “Tidak ada satu pun bagian Ka’bah yang tidak dihormati.”
• Ibnu Abbas ra. membaca ayat:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu, suri teladan
yang baik bagimu.” (q.s. Al-Ahzab: 21)
• Muawiyah ra. berkata, “Ya. Kamu benar.” (h.r. Bukhari, Ahmad dan Tirmidzi)
• Imam Syafi’i berkata, “Kita tidak mencium keduanya --Rukun Iraqi dan Rukun
Syami—bukan karena mengabaikannya. Bagaimana mungkin Ibnu Abbas
mengabaikannya, padahal ia sedang bertawaf mengelilinginya? Akan tetapi, kami
mengikuti Sunnah Rasulullah Saw., baik dalam hal melakukan atau meninggalkan
sesuatu. Jikalau meninggalkan Rukun Iraqi dan Rukun Syami termasuk mengabaikan
keduanya, pastilah meninggalkan bagian-bagian Ka’bah di antara keduanya juga
dianggap mengabaikannya; padahal tidak ada seorangpun yang mengatakan seperti
itu.”
Hal Baru Dalam Agama Yang
Ditolak Sahabat
38. Kesimpulan Manhaj Sahabat
• Sahabat membedakan, dengan ilmu dan pemahaman yang Allah karuniakan kepada
mereka, antara perkara-perkara baru yang baik yang diperbolehkan untuk dilakukan
dengan perkara-perkara baru yang buruk dan diharamkan untuk dilakukan.
• setiap perbuatan baik yang dianjurkan dan sesuai dengan dalil-dalil serta kaidah-
kaidah umum syariat, termasuk bagian dari perkara-perkara baru yang baik dan
terpuji, dengan syarat tidak bertentangan dengan dalil syar’i, tidak menimbulkan
kerusakan, tidak menafikan atau bertentangan dengan petunjuk Rasulullah Saw.
• Sebaliknya, perkara-perkara baru yang bertentang dengan dalil-dalil dan kaidah
umum syariat, atau bukan bagian perkara yang diperintahkan secara umum, atau
menimbulkan masalah kerusakan ajaran agama atau perkara duniawi, atau
bertentangan dengan contoh dan petunjuk Rasulullah Saw., merupakan perkara-
perkara baru yang tercela dan bid’ah sesat yang diperingatkan oleh Rasulullah Saw.
dalam sabdanya:
•دَِدٍةلالدضُبك،دوةلالدضٍةْع ِعدُبك،دوةْع ِعدٍةث ْحُمدَّبُكدِارَّنيدسل.
• “Setiap perkaara baru adalah bid’ah; semua bid’ah adalah kesesatan; dan semua kesesatan
berada dalam neraka.”
39. Kendati seluruh ulama menjauhi bid’ah dan
meyakinibahwa membuat perkara baru dalam
urusan agama adalah haram, namun para ulama –
salaf ataupun khalaf—berbeda pendapat dalam
memberikan hukum untuk sebuah perkara bid’ah.
40. Perbedaan Pendapat Ulama Terdahulu
Amalan yang
Diadakan
Fatwa Bid’ah Fatwa Boleh
Melafazkan Niat Dalam
Shalat
Ibnu Taimiyah
Ulama dari mazhab
Hanafi dan Syafii, serta
sebagian ulama mazhab
Hambali
Membaca Basmalah
Dengan Keras Dalam
Shalat
Ibrahim An-Nakhai ,
Waki’ bin Jarrah
mazhab Syafii
Membaca Doa Kunut
Pada Sholat Subuh
Mazhab hanafi Mazhab Syafi’i
41. Perbedaan Pendapat Ulama Terdahulu
Amalan yang
Diadakan
Fatwa Bid’ah Fatwa Boleh
Azan Pertama Sebelum
Matahari Tergelincir
Pada Hari Jum’at
Ibnu Umar
Utsman bin Affan
Dan Sahabat
Menghidupkan Malam
Nisfu Sya’ban dan
keutamaanya
Ulama Hijaz, Imam
Malik bin Anas
tabiin yang hidup di Negeri
Syam ,Imam Ahmad, Ibnu
Taimiyah ,
Mentalkini Mayit Sebagian ulama
Sebagian besar ulama
mazhab Syafii dan Hambali,
sebagian ulama mazhab
maliki dan hanafi
42. Manhaj Mudhoyyiqiin dalam menilai bidah:
• Tidak pernah dilakukan salaf sholeh.
• kalau seandainya baik maka salaf sholeh akan terlebih
dahulu melakukannya.
• Ketika terdapat muqtadho ( sesuatu yang mengharuskan
terjadinya suatu hal) dan tidak terdapat hal yang
menghalanginya (al-mani’) dan sahabat tidak
melakukannya maka hal ini menunjukkan bahwa hal
baru tesebut haram
• Syariat Sudah sempurna
•«متيإعِن عليكو ُتمملَوأ َكوندي لكو ُمللإكَأ َاليووَمدالو ِاْل لكدو ُورضديل
يناِد»
• Adanya Bidah mengisyaratkan bahwa Islam Belum
Sempurna dan Ini bertentangan
43. Pertanyaan Yang Menggangu
• Apakah mudhoyyiqun konsisten dalam menerapkan
konsep dan manhaj bidah?
• Apakah bidah antara haq dan bathil?
• Apakah Pelaku bidah tidak usah didengar
perkataanya?
• Apakah setiap Bidah sesat dan setiap yang sesat di
neraka?
44. Perbedaan Pendapat Ulama
Amalan yang
Diadakan
Fatwa Bid’ah Fatwa Boleh
‘Asya’ul Walidain Ibnu Utsaimin
Ibnu Baz, Ibnu Jabrain,
Al-Fauzan
Berdzikir dengan tasbih Al-Fauzan, Albani
Ibnu Baz, Ibnu Jabrain,
Ibnu Utsaimin
Membaca doa
khataman Al-Qur’an
dalam shalat
Albani, Bakr Abu Zaid,
Ibnu Ibnu Utsaimin
Ibnu Baz, Ibnu Jabrain,
Al-Fauzan, Ibnu
Utsaimin
45. Perbedaan Pendapat Ulama
Amalan yang
Diadakan
Fatwa Bid’ah Fatwa Boleh
Shalat qiyam pada 10
malam terakhir bulan
Ramadhan
Tidak diketahui
Ibnu Utsaimin, Ibnu
Jabrain
Membaca Al-Qur’an
untuk membuka acara
Bakr Abu Zaid, Afifi,
dan Ibnu Utsaimin
Al-Fauzan, Albani
Garis-garis untuk
meluruskan shaf
Albani
Ibnu Baz, Al-Fauzan,
Afifi, Lajnah Daimah
46. Perbandingan Antara Tiga Amalan Baru
Dalam Agama
Pertama: perayaan maulid Nabi
Kedua: sholat qiyam lail di sepuluh hari
terakhir bulan Ramadhan
Ketiga: Asyaul-walidain
Kesimpulan:
Ketiga amalan tersebut mirip dari berbagai sisi.
seharusnya hukumnyapun mirip.
Seluruh argumen yang dipakai untuk menolak
maulid nabi seharusnya dipakai pula untuk menolak
sholat qiyam Ramadhan dan ‘asyaul-walidain.
47. Lanjutan ….
Barang siapa mengharamkan perayaan maulid Nabi
karena berbagai sebab, maka seharusnya mengharamkan
sholat qiyam di sepuluh terkhir bulan Ramadhan. Juga
harus mengharamkan ‘asyaul-walidain karena sebab yang
sama.
Usaha untuk membedakan ketiganya dalam hukum sama
sekali tidak berdasarkan dalil yang diakui.
Usaha membedakannya hanya berdasarkan pada salah
satunya terbiasa dilakukan dan yang lainnya tidak terbiasa
dilakukan.
Ada pepatah mengatakan: “barang siapa tidak mengenal
sesuatu maka ia akan memusuhinya”
48. Realita permasalahan Bidah
• Kesepakatan teori dalam definisi bidah tidak secara otomatis
sepakat dalam menilai bidahnya hal-hal baru dalam agama.
• Adalah suatu hal yang sangat sulit untuk sepakat dalam
menetapkan hukum bidah terhadap suatu hal yang baru dalam
agama, bahkan dikalangan ulama yang memandang sempit
makna bidahpun termasuk hal sulit. Padahal mereka
memandang segala hal yang baru dalam agama adalah bidah.
• Sebagian orang yang tergesa-gesa menghukumi sesuatu dengan
bidah terkadang tidak melandasinya dengan dalil syar’i dan
kaidah syariat yang baku. Kaidah syar’i yang ada terkadang
dilanggar.
• Menilai sesuatu bidah lebih disebabkan karena realitas
lingkungan yang mereka hadapi. Sesuatu inovasi baru dalam
agama yang menjadi tradisi mereka diberi fatwa boleh dan tidak
ada keraguan bahwa hal tersebut tidak bidah. Sebaliknya inovasi
baru dalam agama yang tidak sesuai dengan tradisi mereka diberi
fatwa bid’ah dan haram yang tidak diragukan
49. Pesan yang disampaikan melalui buku ini
• Menjelaskan secara detail makna bidah dari berbagai
sisi yang sangat komplek
• Perbedaan pendapat dalam hukum berbagai hal-hal
yang baru dalam agama, secara khusus hal-hal praktis,
antara disyariatkan dan bidah, terkadang masuk dalam
lingkup perbedaan pendapat yang dibolehkan,
berkisar antara ash-showab (tepat) dan al-khoto yang
(tidak tepat). Tidak semua masalah berada dalam
lingkup al-haq dal al-bathil.
50. Pesan yang ingin disampaikan melalui buku
ini
• Dari sisi teori, sepakat dalam definisi bidah dan
hukumnya mungkin mudah. Namun sangatlah
sulit sepakat dalam menerapkan hukum bidah
kepada beberapa hal baru dalam agama.
• Sejak jaman salaf sholeh para ulama berbeda
pendapat dalam menentukan definisi bidah dan
hukumnya. Perbedaan tersebut sangat tajam.
• Mengarahkan para pemuda kebangkitan Islam
yang peduli terhadap agamanya dan menjaga
mereka dari melakukan sesuatu yang berakibat
patal yang disebabkan pemahaman mereka yang
sempit tentang bidah.
51. • Bagi pihak yang menghukumi dan menilai hal-hal baru,
apakah bidah atau tidak, hendaknya menahan diri dan
berhati-hati dalam menuduh seorang muslim dengan
tuduhan melakukan bidah dalam agama. Karena para ulama
berselisih pendapat dalam banyak masalah. Perselisihan
mereka sangat jelas dalam masalah-masalah tersebut, antara
menilainya sunah, mustahab, boleh dan bidah. Kalaulah para
ulama, benteng syariah, berbeda pendapat dalam penilaian
sesuatu yang baru , bukankah lebih baik kalau seandainya
kaum muslimin saling memaklumi dalam perbedaan
pendapat mereka terhadap berbagai masalah yang dinilai
bidah?
Pesan yang ingin disampaikan melalui buku
ini
53. • Buku Asli dalam bentuk PDF dan Power
Point ini bisa di download di :
www.nuaimy.net
MAHAD ALY AN-NUAIMY JAKARTA
“Mencetak Generasi Cerdas dan Profesional”
Website: www.nuaimy.net www.nuaimy.org