SlideShare a Scribd company logo
1
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 JAM POST
PARTUM TERHADAP NY W UMUR 34 TAHUN P2A0
DI RB KARTINI KAMPUNG SAWAH
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
DisusunOleh :
Nama : ISTIK ANALIZA
NIM : 201207025
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAPUNG
TAHUN 2015
2
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 JAM POST
PARTUM TERHADAP NY W UMUR 34 TAHUN P2A0
DI RB KARTINI KAMPUNG SAWAH
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
Profesi Ahli Madya Kebidanan
Disusun Oleh:
N a m a : ISTIK ANALIZA
NIM : 201207025
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
i
3
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima Dan Disahkan Oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila Pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 9 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Nesia Catur Hutami, S.ST. M.Kes Vivin Supinah, S.ST
NIK. 0114028902 NIK. 111011048
Direktur Akbid Adila
Bandar Lampung
dr. Wazni Adila, MPH
NIK. 2011041008
ii
4
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 JAM POST PARTUM
TERHADAP NY W UMUR 34TAHUN P2AODI RB
KARTINI KAMPUNG SAWAH
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Istik Analiza, Nesia Catur Hutami, S.ST.,M.Kes,Vivin Supinah, S.ST
INTISARI
KTI ini membahas tentang Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas dimana Masa
nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium
dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari)
setelah itu. Tujuan umum penelitian adalah Penulis dapat melaksanakan dan
meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan kebidanan pada Ny.w umur
34 tahun P2A0. Sasaran penelitian yaitu Ny.w umur 34 tahun P2A0 6 jam
postpartum, tempat penelitian di RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung,
waktu penelitian pada tanggal 02 April 2015. Metode penelitian pada study kasus
ini adalah deskriptif. Hasil Dari penelitian yang dilakukan ditemukan kesenjangan
pada variable pola istirahat. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah semua
tindakan berhasil ibu dan keluarga telah melakukan masase perut ibu ,kontraksi
uterus ibu baik dan tidak terjadi perdarahan. Saran dalam penelitian ini diharapkan
dapat meningkatkan mutu pelayanan bagi lahan praktik secara komprehensif
berdasarkan kewenangan dalam memberikan pelayanan pada masyarakat untuk
melakukan tindakan promotif, preventif seperti penyuluhan dan mengerjakan
pendidikan kesehatan/ KIE.
Kata kunci : Nifas, 6 Jam Post Partum
Kepustakaan : 17 Keputakaan (2005-2013)
Jumlah halaman : 120 halaman
iii
5
CURRICULUM VITAE
Nama : Istik Analiza
NIM : 201207025
TTL : Belitang , 09-04 1994
Agama : Islam
Alamat : Jl Lintas Timur Desa Tebing Suluh RT 003/ RW 002 Kecamatan
Lempuing Kab.Ogan Komering ilir Palembang Sumatra Selatan.
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : VII (Tujuh)
Riwayat Pendidikan
SDN 1 Lempuing Tahun 2000-2006
Madrasah Tsanawiyah Bumi Agung Tahun 2006-2009
SMAN 1 Lempuing Tahun 2009-2012
Dan sekarang Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa di Akademi Kebidanan
ADILA Bandar Lampung Sejak Tahun 2012 Hingga Sekarang
iv
6
MOTO
MENJADI ORANG SUKSES ITU PENUH
DENGAN PERJUANGAN YANG KERAS
BY: ISTIK ANALIZA
v
7
PERSEMBAHAN
ِ‫ﻢ‬‫ِﯿ‬‫ﺣ‬‫ﱠ‬‫ﺮ‬‫اﻟ‬ ِ‫ﻦ‬َ‫ﻤ‬ْ‫ﺣ‬‫ﱠ‬‫ﺮ‬‫اﻟ‬ ِ‫ﮫ‬‫ﱠ‬‫ﻠ‬‫اﻟ‬ ِ‫ﻢ‬ْ‫ﺴ‬ِ‫ﺑ‬
Ucapan syukur dari hati saya yang terdalam saya sampaikan kepada Allah
SWT atas segala karunia yang telah diberikan kepada saya, sehingga saya dapat
berdiri tegar dan menyelesaikan karya kecilku. Sholawat dan salam tak lupa saya
lantunkan bagi Rasulullah SAW, manusia terbaik yang pernah ada di dunia ini
yang selalu menjadi sumber inspirasi saya untuk selalu menjadi lebih baik
diberbagai hal.
1. Kepada KEDUA ORANG TUA yang sejak ananda dilahirkan tak henti-
hentinya memberikan yang terbaik kepada ananda walau dalam keadaan
apapun, maafkan atas kehilafan ananda selama ini. Terimakasih atas kasih
sayang tak terhingga yang kalian berikan kepada ananda, keikhlasan dan
ketulusan kalian dalam membesarkan ananda, Semoga persembahan ini
akan menjadi awal buat ananda untuk memenuhi harapan kalian. Ananda
sangat menyayangi kalian. Dan yang sangat kusayangi kakak ku terima
kasih atas support, dukungan, doa yang kalian berikan selama ini, Semoga
kita bisa membahagiakan bapak dan ibu, dan dapat memberikan yang
terbaik untuk mereka selamanya.
2. Kepada Dosen pembimbing Terima kasih karena Ibu bersedia
membimbing saya dengan sabar dan mendengarkan kegelisahan saya di
detik-detik mendekati sidang Karya Tulis Ilmiah dan atas nasehat yang Ibu
berikan sehingga saya dapat lebih fokus untuk memberikan yang terbaik
ketika presentasi.
3. Kepada Dosen Wali Kelas saya yang telah sabar membimbing serta
mengarahkan angkatan saya terima kasih telah memberikan bimbingan
dan arahan kepada kami dan tak bosan-bosan mengumpulkan kami untuk
memberikan semangat dan menginggatkan kami jika kami berbuat salah.
4. Terima kasih sebesar-besarnya saya ucapkan kepada temen-teman
Angkatan VII karena telah banyak membantuku disaat aku susah serta
almamaterku tercinta.
vi
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Masa Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Karya Tulis Ilmiah
ini dengan tepat waktu. Laporan ini dibuat sebagi hasil pelaporan ini dibuat
dengan tujuan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Amd. Keb di Akademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr.Wazni Adila, MPH Selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung.
2. Karsyah S.Kep.M.Kes, Ratnawati S.ST Selaku pembimbing karya Tulis
ilmiah dan Nesia Catur Hutami, S.ST.,M.Kes selaku penguji I,Vivin Supinah,
S.ST selaku penguji II
3. RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung Sebagai Tempat Mengambil
Penelitian
4. Semua pihak yang telah membantu dalam pemyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingatakan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan Karya
Tulis Ilmiah ini guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca khususnya mahasiswa
kebidanan.
Bandar Lampung, Juli 2015
Penulis
vii
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................ii
INTISARI....................................................................................................iii
CURICULUM VITAE................................................................................iv
MOTO.........................................................................................................v
PERSEMBAHAN .......................................................................................vi
KATA PENGANTAR.................................................................................vii
DAFTAR ISI...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................x
DAFTAR TABEL .......................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..............................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................3
1.4 Ruang Lingkup............................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian.......................................................................5
1.6 Metodelogi dan Tekhnik Memperoleh Data.................................6
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori Medis ..................................................................9
2.2 Tinjauanteori Asuhan Kebidanan.................................................60
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan .........................................73
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian...................................................................................76
3.2 Matrik .........................................................................................86
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian...................................................................................91
4.2 Interpretasi Data Dasar ................................................................107
4.3 Diagnosa Potensial ......................................................................108
4.4 Tindakan Segera atau Kolaborasi.................................................109
4.5 Perencanaan ................................................................................110
4.6 Pelaksanaan.................................................................................112
4.7 Evaluasi.......................................................................................115
viii
10
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................118
B. Saran...........................................................................................119
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
11
DAFTARGAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Payudara .....................................................................39
Gambar 2.2 Bentuk-bentuk puting susu.........................................................41
x
12
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas .............................12
Tabel 2.2 Perubahan Uterus .................................................................16
Tabel 3.2 Matrik .................................................................................86
xi
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat izin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Balasan
Lampiran 3 : Jadwal Penelitian
Lampiran 4 : Dokumentasi
Lampiran 5 : Lembar Konsul
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu Maternal berguna untuk menggambarkan tingkat
kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu kondisi
kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil,
waktu melahirkan dan masa nifas.
Berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung Tahun 2012
berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian ibu
(kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya
sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar ( 59,78% ) terjadi
pada saat persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20 – 34 tahun. Penyebab
kasus kematian ibu di provinsi lampung tahun 2012 disebabkan oleh
perdarahan 40,23%, eklamsi 59,33%, infeksi 4,2%, dan lain-lain sebanyak
75,42%, kasus kematian ibu tertinggi ada di kota Bandar Lampung yaitu 6 %
( Profil Dinas kesehatan Provinsi dan Kota Bandar Lampung, 2012 ).
Sekitar 50 % kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga
pelayanan pascapersalinan yang berkualitas harus diselenggara pada masa itu
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Dewi & Sunarsih, 2013.h; 01).
Periode pascapersalinan meliputi masa trasnsisi kritis bagi ibu, bayi dan
keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. perdarahan pasca
2
persalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap
tahun di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan pasca
persalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Dalam waktu satu
jam setelah persalinan, penolong persalinan harus memastikan bahwa uterus
berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar.
Bila perdarahan berat, tranfusi darah adalah satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan ibu
(Prawirohardjo, 2010; h. 357-358).
Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan
yang dilakukan. Hal ini menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah –masalah yang terjadi
(Dewi & Sunarsih, 2013; h. 4).
Berdasarkan prasurvey pada tanggal 02 April 2015 di RB Kartini Kampung
Sawah terdapat Ny W P2A0 umur 34 tahun 6 jam post partum. Untuk
mencegah resiko perdarahan karena atonia uteri, maka Ny W perlu diberi
Asuhan kebidanan yaitu memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri, pemberian ASI awal dan melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir atau biasa disebut rawat gabung.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk memberikan “Asuhan
kebidanan pada ibu nifas 6 jam post partum terhadap Ny W umur 34 tahun
P2A0 di RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung tahun 2015”.
3
1.2. Rumusan Masalah
“Bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam post partum terhadap
Ny W umur 34 tahunP2A0 DI RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung
Tahun 2015 ?”.
1.3. Tujuan Penulis
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat melaksanakan dan meningkatkan kemampuan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada Ny W umur 34 tahun P2A0 di RB
Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1.1 Mampu melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada ibu
nifas 6 jam normal khususya pada Ny.w umur 34 tahun
P2A0 di RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung
tahun 2015.
1.3.2.1.2 Mampu menginterprestasikan data yang ada sehingga
mampu menyusun diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan pada ibu nifas normal khususya pada Ny.w umur
34 tahun P2A0 di RB Kartini Kampung Sawah Bandar
Lampung tahun 2015.
1.3.2.1.3 Mampu menerapkan diagnosa potensial pada ibu nifas
normal khususya pada Ny.w umur 34 tahun P2A0 di RB
Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung tahun 2015.
4
1.3.2.1.4 Mampu melaksanakan identifikasi kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera pada asuhan kebidanan ibu
nifas normal khususya pada Ny.w umur 34 tahun P2A0di RB
kartini Kampung Sawah Bandar lampung tahun 2015.
1.3.2.1.5 Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas
normal khususya pada Ny.w umur 34 tahun P2A0 di RB
kartini Kampung Sawah Bandar lampung tahun 2015.
1.3.2.1.6 Mampu melaksanakan tindakan kebidanan sesuai dengan
kebutuhan dan masalah khususya pada Ny.w umur 34 tahun
P2A0 di RB Kartini Kampung Sawah Bandar lampung tahun
2015.
1.3.2.1.7 Mampu melaksanakan evaluasi terhadap penanganan kasus
ibu nifas normal khususnya pada Ny. W umur 34 tahun
P2A0 di RB kartini Kampung Sawah Bandar Lampung tahun
2015.
1.4. Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Objek pada penelitian ini adalah ibu nifas 6 jam post partum yaitu
Ny.W umur 34 tahun P2A0 di RB Kartini Kampung Sawah Bandar
Lampung.
1.4.2 Tempat
Penilitian dilakukan di RB kartini Kampung Sawah Bandar Lampung
5
1.4.3 Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 02 April 2015.
1.5. Manfaat Penulisan
1.5.1 Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan referensi, keterampilan dan ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam
penatalaksanaan asuhan kebidanan khususnya pada 6 jam post partum.
1.5.2 Bagi Lahan Praktek
Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagian bahan masukan
bagi tempat praktek terutama bagi bidan serta tenaga kesehatan yang
berada di masyarakat untuk melakukan tindakan promotif dan preventif
seperti penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan atau KIE
untuk mencegah terjadinya komplikasi pada 6 jam post partum.
1.5.3 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
mengaplikasikan pendidikan penulis khususnya tentang
penatalaksanaan 6 jam postpartum pada ibu nifas.
1.5.4 Bagi Masyarakat
Dapat di jadikan masukan pada masyarakat agar lebih mengerti
tentang perawatan ibu selama masa nifas pada umumnya dapat
dijadikan referensi khususnya pada Ny. W tentang bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
6
1.6. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1.6.1. Metode Penenelitian Survei Deskriptif
Survei deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya
bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang
terjadi didalam suatu populasi tertentu. Pada umumnya survei deskriptif
digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan
penyelenggaraan suatu program dimasa sekarang, kemudian hasilnya
digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut.
Survei deskriptif juga dapat didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi
di dalam masyarakat. Dalam bidang kesehatan masyarakat survei deskriptif
digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta
yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang
tinggal dalam komunitas tertentu.
1.6.2. Teknik memperoleh data
Untuk memperoleh data tehnik yang digunakan sebagai berikut:
1.6.2.1 Data primer
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
menggumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan
keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang
sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap
7
berhadapan muka dengan muka dengan orang tersebut
(Notoatmodjo, 2012; h. 35 - 139).
Wawancara dilakukan dengan cara:
a) Auto Anamnesa
Auto anamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan
kepada pasien secara langsung. jadi, data yang diperoleh
adalah data primer karena langsung dari sumbernya.
b) AlloAnamnesa
Allo anamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan
kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang
pasien (Sulistyawati, 2009; h. 111).
b. Pemeriksaan Fisik
Data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik berupa data
objektif. Data objektif berarti data yang dapat diperiksa
oleh medis dengan menggunakan tehnik pemeriksaan.
Data-data ini didapatkan melalui pemeriksaan fisik
terhadap klien. Ada empat tehnik pemeriksaan yang
digunakan dalam pemeriksaan fisik yaitu: inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi (Tambunan& Kasim, 2011; h.3).
1.6.2.2 Data Sekunder
a. Studi Dokumenter
Yang dimaksud dengan sumber informasi dokumenter pada
dasarnya adalah semua bentuk sumber informasi yang
8
berhubungan dengan dokumen, baik dokumen –dokumen
resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi, adalah semua
bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak
diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab instansi
resmi, misalnya laporan, statistik, catatan–catatan di dalam
kartu klinik dan sebagainya
b. Studi kepustakaan
bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting
dalam menunjang latar belakang teoretis dari suatu penelitian.
dari buku-buku, laporan-laporan penelitian, majalah ilmiah,
jurnal dan sebagainya kita dapat memperoleh berbagai
informasi baik berupa teori –teori, generalisasi, maupun
konsep yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli.
( Notoatmodjo, 2005; h. 62-63).
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS
2.1.1 NIFAS
2.1.1.1 Pengertian
Dalam bahasa latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak ini
disebut puerperium, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan
parous melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan
bayi. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali
mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan
kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8
minggu
(Bahiyatun , 2009; h. 2).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berahirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2
jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu ( 42
hari) setelah itu
( Dewi & Sunarsih, 2013;hal.1).
Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42hari) setelah itu.
(Prawirohardjo, 2010; h. 356).
10
2.1.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari perawatan nifas ini adalah :
1. Memulihkan kesehatan umum penderita
a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b. Mengatasi anemia
c. Mencegah infeksi dengan memerhatikan kebersihan dan
sterilisasi
d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan
otot untuk memperlancar peredaran darah
2. Mempertahankan kesehatan psikologi
3. Mencegah infeksi dan komplikasi
4. Memperlancar pembentukan air susu ibu(ASI)
5. Mengajajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri
sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan
baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang norma (Bahiyatun, 2009; h. 2-3).
2.1.1.3 Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Peranan dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah:
a. Medeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
b. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik,serta mempraktekan kebersihan yang
aman.
11
c. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi
d. Memulai dan mendorong pemberian ASI
(Ambarwati & Wulandari, 2008; h.3).
2.1.1.4 Tahapan masa nifas
a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu diperbolehkan
berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya
wanita normal lainya.
b. Puerperium intermediate, yaitu suatu kepulihan menyeluruh
alat-alat genitalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu
c. Puerperium remote, waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau
persalina mempunyai komplikasi
( Dewi & Sunarsih, 2013; h. 4).
12
2.1.1.5 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Table 2.1 Program Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam setelah persalinan 1. Mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan; rujuk
jika perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana cara
mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu
dengan bayi yang baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hypotermi
7. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir selama 2
jam pertama setelah klahiran atau
sampai ibu dan bayinya dalam
keadaan stabil.
2 6 hari setelah persalinan 1. Memastikan involusi uterus
berjalan normal:uterus
berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
3. Memastikan ibu mendapatkan
cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak mmperlihatkan
tanda tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat,
dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu setelah prsalinan Sama seperti diatas
4 6 minggu setelah persalinan 1. Menanyakan pada ibu tentang
kesulitan-kesulitan yang ia atau
bayinya alami.
2. Memberikan konseling Kb secara
dini
(Sulistyawati, 2009; h. 6-7).
13
2.1.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
2.1.2.1 Perubahan sistem reproduksi
1. Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah
proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum
hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada digaris tengah,
kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan bagian fundus
bersandar pada promotorium sakralis. Pada saat ini, besar
uterus kira-kira sama besar uterus sewaktu usia kehamilan
16 minggu ( kira-kira sebesar jeruk asam) dan beratnya
kira-kira 100 gr.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kurang
lebih 1 cm diatas umbilikus. Dalam beberapa hari
kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat.
Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari
pascapartum keenam fundus normal akan berada
dipertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus
tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9
pascapartum.
Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat
sebelum hamil, berinvolusi kira-kira 500 gr 1 minggu
14
setelah melahirkan dan 350 gr (11 sampai 12 ons) 2
minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus
berada di dalam panggul sejati lagi. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60 gr.
Peningkatan kadar esterogen dan progesteron bertanggung
jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil.
Pertumbuhan uterus prenatal bergantung pada hiperplasia,
peningkatan jumlah sel-sel otot dan hipertrofi sel-sel yang
telah ada. Pada masa postpartum penurunan kadar
hormon-hormon ini menyebabkan terjadinya autolisis,
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang
berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa
hamil menetap. Hal inilah yang menjadi penyebab ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada
keadaan tidak hamil. Penyebab subinvolusi yang paling
sering adalah tertahannya fragmen plasenta dan infeksi.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut
a. Iskemia miometrium.
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
membuat uterus relatif anemia dan menyebabkan serat
otot atrofi.
15
b. Autolisis.
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang tejadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga panjangnya 10 kali dari semula dan
lebar lima kali dari semula selama kehamilan atau dapat
juga dikatakan sebagai perusakan secara langsung
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Hal ini disebabkan
karena penurunan hormon esterogen dan progesteron.
c. Efek oksitosin.
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh
darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah
ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs
atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan. Penurunan ukuran uterus yang cepat itu
dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun
keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelvis.
16
Tabel 2.2 Involusi Uterus
Involusi Tinggi Fundus
Uteri
Berat
Uterus
(gr)
Diameter
bekas melekat
plasenta (cm)
Keadaan
Serviks
Bayi
lahir
Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah
pusat
750 12,5 Lembek
Satu
minggu
Pertengahan
pusat dan
simfisis
500 7,5 Beberapa
hari setelah
postpartum
dapat
dilalui 2
jari. Akhir
minggu
pertama
dapat
dimasuki 1
jari.
Dua
minggu
Tak teraba
diatas simfisis
350 3-4
Enam
minggu
Bertambah
kecil
50-60 1-2
Delapan
minggu
Sebesar
normal
30
(Dewi & Sunarsih, 2013; h. 55-57).
2. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang
nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa
atau alkalis yang dapat membuat organisme berkembang
lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina
normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume
yang berbeda- beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau
tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea
mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya
proses involusi (Sulistyawati, 2009; h. 76).
Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan
warnanya diantaranya sebagai berikut:
17
1) Lokia rubra/merah (kruenta)
Lokia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga
masa postpartum. Sesuai dengan namanya, warnanya
biasanya merah dan mengandung darah dari perobekan
atau luka pada plasenta dan serabut dari desidua dan
chorion. Lokia ini terdiri atas sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum, dan sisa darah
(Dewi & Sunarsih, 2013; h. 58).
2) Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini Berwarna merah kecokelatan dan berlendir,
serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post
partum
(Sulistyawati, 2009; h.76)
3) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum , leukosit, dan robekan / laserasi
plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post
partum
(Ambarwati & Wulandari, 2008; h.78).
4) Lokia alba
Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari hari
ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama
sekali berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya.
18
Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta
terdiri atas leukosit dan sel – sel desidua (Saleha, 2009;
h. 56).
2.1.2.2 Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk serviks agak
menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini
disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks
berbentuk semacam cincin. Servik berwarna merah kehitam-
hitaman karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensinya
lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil.
Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka
serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti
sebelum hamil. Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm
sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan
bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam
rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari.
Pada minggu ke 6 post partum, servik sudah menutup kembali.
2.1.2.3 Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
19
tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali,
sementara labia menjadi lebih menonjol. Pada masa nifas,
biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada vagina
umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara
perpriman (sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila
terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan sellulitis yang
dapat menjalar sampai terjadi sepsis.
2.1.2.3 Perinium
Segera setelah melahirkan, perinium menjadi kendur karena
sebelumnya terenggang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.
Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum hamil.
2.1.2.4 Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan.
Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat
pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu
persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta
kurangnya aktifitas tubuh. Supaya buang air besar kembali
normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan
20
asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil,
selama 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia. Selain
konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan
dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan
sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan
kurang nafsu makan.
2.1.2.5 Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan
penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan
edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami
kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis
selama persalinan berlansung. Urine dalam jumlah besar akan
dihasilkan dalam 12-36 jam postpartum. Kadar hormon
estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan
yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “deuresis”. Ureter
yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemia,
kadang-kadang odem trigonum yang menimbulkan alostaksi
dari uretra sehingga retensio urine. Kandung kemih dalam
masa nifas menjadi kurang sensitif dan kapasitas bertambah
sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine residual
(normal kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan
21
trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan dapat
menyebabkan infeksi.
2.1.2.6 Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus
akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah
plasenta dilahirkan.
Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang
pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut
dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang
dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi
kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh “ kandunganya
turun” setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan
penunjang alat genitalia menjadi kendor. Stabilisasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastrik kulit dan distensi
yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu
hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk
sementara waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-
jaringan penunjang alat genitalia, serta otot-otot dinding perut
dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan
tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat fisioterapi
(Sulistyawati, 2009; h: 77-79).
22
2.1.2.7 Perubahan Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan
pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang
berperan dalam proses tersebut.
1. Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,
sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal
tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal.
2. Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan
prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara
untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada
permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang
ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat
sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah
persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak
yang mengontrol ovarium kearah permulaan pola produksi
23
esterogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan
folikel, ovulasi, dan mestruasi.
3. Estrogen dan Progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti.
Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi
memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan
volume darah. Di samping itu, progesteron memengaruhi
otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan
pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum
dan vulva, serta vagina
(Saleha, 2009; h. 60).
2.1.2.8 Perubahan Tanda-Tanda Vital
1. Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat
celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang
lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal. Kenaikan
suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan,
kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada
hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini
diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara
membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada
24
endometrium , mastitis, traktus genetalis ataupun sistem
lain. Apabila kenaikan suhu diatas 38 derajat celcius,
waspada terhadap infeksi post partum
(Rukiyah et all, 2011; h. 68).
Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit
(37,5-380
c) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilang cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal,
suhu badan menjadi biasa ( Dewi & Sunarsih, 2013;h.60)
2. Nadi dan pernafasan
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah
partus, dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat
takikardia dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada
perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada
penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil
dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan
akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali
seperti keadaan semula (Saleha, 2009;h. 61).
Nadi Berkisar antara 60- 80x-menit. Denyut nadi di atas
100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di akibatkan
oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah
yang berlebihan
(Ambarwati & Wulandari, 2008; h. 138).
25
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali
permenit. Denyut nadi sehabis melahirksn biasanya akan
lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per
menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya
kemungkinan infeksi (Sulistyawati, 2009; h. 81).
frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16 –
24 kali permenit, pada ibu post partum umumnya pernafasan
lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan
selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi
lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
3.Tekanan darah
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik 90 – 120
mmHg dan diastolik 60 – 80 mmHg. Pasca melahirkan pada
kasus normal, Tekanan darah biasanya tidak berubah .
Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca
melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan
tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda
terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal
tersebut sangat jarang terjadi.
26
2.1.2.9 Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil.
Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal
pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan
yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih
tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu
mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi
meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan
yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
2.1.2.10 Perubahan Sistem Hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan
volume plasma daripada sel darah, penurunan plasma ditambah
peningkatan sel darah pada waktu kehamilan diasosikan dengan
peningkatan hematoktir dan haemoglobin pada hari ketiga sampai
tujuh hari setelah persalinan (Rukiyah et all, 2011; h. 69-71).
2.1.3 Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas
Pengalaman menjadi orang tua khusus nya menjadi seorang ibu tidaklah
selalu merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi setiap wanita atau
pasangan suami istri. Realisasi tanggung jawab sebagai seorang ibu setelah
melahirkan bayi seringkali menimbulkan konflik dalam diri seorang wanita
dan merupakan faktor pemicu munculnya gangguan emosi, intelektual, dan
tingkah laku pada seorang wanita.
27
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase
sebagai berikut.
2.1.3.1 Fase taking in : periode ketergantungan yang berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama
proses persalinan barulang kali diceritakannya. Hal ini membuat
ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungan nya.
2.1.3.2 Fase Taking Hold : Fase atau Periode berlangsung antara 3-10
hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga kita
perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu.
2.1.3.3 Fase Letting Go : merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
sudah dapat meyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta
kepercayaan dirinya sudah menigkat. Pendidikan kesehatan yang
kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu.
Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinyan
(Dewi & Sunarsih, 2013; h.65-66).
2.1.4 Kebutuhan dasar ibu masa nifas
2.1.4.1 Makanan.
28
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan
ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung
gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI ,
karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan
sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk
produksi ASI yang baik , makanan ibu harus memenuhi jumlah
kalori , protein, lemak , dan vitamin serta mineral yang cukup
selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12
gelas/hari (Ambarwati & Wulandari, 2008; h. 27).
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang
serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu.
Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup
kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi
sebagai berikut.
1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup.
3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
5. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
29
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
(Saleha, 2009; h. 71-72).
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,
terutama kebutuhan protein dan karbohidrat.
Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan
jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama
menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata kandungan Kalori
ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/ 100
ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml
yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640
kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan
kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu
harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui.
Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein di atas kebutuhan
normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan
500 kal yang diajurkan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan
dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein
dapat diperoleh dari protein hewani dan protein nabati. Protein
hewani antara lain telur, daging, ikan, udang, kerang, susu dan
keju. Sementara itu, protein nabati banyak terkandung dalam
tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain. Nutrisi lain yang
diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu menyusui
dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam bentuk air putih, susu,
30
dan jus buah( anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui).
Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam
tubuh. Sumber zat pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua jenis
sayur dan buah-buahan segar
( Dewi & Sunarsih, 2013;h. 71-72).
2.1.4.2 Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar
secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun
dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin
untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu
postpartum terlentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari
setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan
bangun dan tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.
Keuntungan (early ambulation) adalah sebagai berikut.
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
2. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
3. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara
merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya
memandikan, mangganti pakaian, dan memberi makan.
4. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia ( sosial ekonomis).
Menurut penelitian-penelitian yang seksama, early
ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak
31
menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak
memengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka
diperut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus
atau retrotexto uteri.
Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu
postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit
jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya.
Panambahan kegitan dengan early ambulation harus
berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah
bangun dibenarkan mencuci, memasak, dan sebagainya
(Saleha, 2009;h.71-72).
2.1.4.3 Eliminasi
1. Buang air kecil
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam.
Ibu diusahakan mampu buang air kecil sendiri, bila tidak,
maka dilakukan tindakan berikut ini.
a. Dirangsang dengan mengalirkan air keran didekat klien.
b. Mengompres air hangat diatas simpisis.
c. Saat sitebath (berendam air hangat) klien disuruh BAK.
(Dewi & Sunarsih, 2013; h.73).
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum.
Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau
sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan
32
kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih
penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
Berikut ini sebab-sabab terjadinya kesulitan berkemih
(retensio urine) pada ibu postpartum.
a. Berkurangnya tekanan intraabdominal.
b. Otot-otot perut masih lemah.
c. Edema dan uretra .
d. Dinding kandung kemih kurang sensitif
(Saleha, 2009; h.72-73).
2. Buang air Besar
Defekasi (buang air besar) Harus ada dalam 3 hari postpartum.
Bila ada obstipsi dan timbul koprostase hingga skibala (feses
yang mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi
febris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau
diberi laksan per os (melalui mulut). Pengeluaran cairan lebih
banyak pada waktu persalinan sehingga dapat memengaruhi
terjadinya konstipasi. Biasanya bila penderita tidak BAB
sampai 2 hari sesudah persalinan, akan ditolong dengan
pemberian spuit gliserine / diberikan obat-obatan. Biasanya 2-3
hari postpartum masih susah BAB, maka sebaiknya diberikan
laksan atau paraffin (1-2 postpartum), atau pada hari ke-tiga
diberi laksan supositoria dan minum air hangat.
Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur.
33
1) Diet teratur.
2) Pemberian cairan yang banyak.
3) Ambulasi yang baik.
4) Bila takut buang air besar secara episiotomi , maka
diberikan laksan supposotria.
(Dewi & Sunarsih, 2013; h.73-74)
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum.
Apabila mengalami kesulitan BAB/obstipasi, lakukan diet
teratur; cukup cairan; konsumsi makanan berserat; olahraga;
berikan obat rangsanagan per oral atau per rektal atau
lakukan klisma bilamana perlu
(Yanti & Sundawati, 2011; h. 83).
2.1.4.4 Personal hygiene
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut.
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari
depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar
anus. Nasihati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali
selesai buang air kecil atau besar.
34
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika
telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari
dan disetrika.
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya,
5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan
kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut
(Saleha, 2009;h.73-74).
2.1.4.5 Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas
untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga
disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk
beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi
menyusui bayinya nanti. Kurangnya istirahat pada ibu post
partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan.
3. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.
Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga bahwa
untuk kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga,
35
harus dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap. Selain itu,
Pasien juga perlu diingatkan untuk selalu tidur siang atau
beristirahat selagi bayinya tidur. Kebutuhan istirahat bagi ibu
menyusui minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui
istirahat malam dan siang
(Sulistyawati, 2009; h. 103).
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam
pada siang hari (Yanti & Sundawati, 2011;h.84).
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien , berapa jam
pasien tidur , kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca ,
mendengarkan musik , kebiasaan mengkonsumsi obat tidur ,
kebiasaan tidur siang , penggunaan waktu luang. Istirahat
sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang
cukup dapat mempercepat penyembuhan
(Ambarwati & Wulandari, 2008; h. 136) .
2.1.4.6 Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas
harus memenuhi syarat berikut ini:
1. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan
satu-satu dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka
ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
36
kapan saja ibu siap.
2. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda
hubungan suami istri sampai masa waktu terrtentu,
misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan ini bergantung pada pasangan yang
bersangkutan (Saleha,2009; h.75).
2.1.4.7 Latihan dan senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah
melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas
bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah
timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan menguatkan otot-
otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut.
Pada saat hamil, otot perut dan sekitar rahim, serta vagina telah
teregang dan melemah. Latihan senam nifas dilakukan untuk
membantu mengencangkan otot-otot tersebut. Hal ini untuk
mencegah terjadinya nyeri punggung dikemudian hari dan
terjadinya kelemahan pada otot panggul sehingga dapat
mengakibatkan ibu tidak bisa menahan BAK. Gerakan senam nifas
ini dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang
tersulit. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus menerus
(kontinu). Lakukan pengulangan setiap 5 gerakan dan tingkatkan
setiap hari sampai 10 kali
(Dewi & Sunarsih, 2013; h. 81)
37
2.1.5 Tanda-tanda bahaya masa nifas
Jika ibu melihat hal-hal berikut ini atau memperhatikan bahwa ada
seseuatu yang tidak beres atau melihat salah satu dari hal-hal berikut
ini, maka ibu tersebut akan perlu menemui seseorang bidan dengan
segera:
2.1.5.1 Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba
(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi
lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam)
2.1.5.2 Pengeluaran cairan vagina dengan bau busuk yang keras.
2.1.5.3 Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung
2.1.5.4 Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah
penglihatan
2.1.5.5 Pembengkakan pada wajah dan tangan
2.1.5.6 Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa
tidak enak badan
2.1.5.7 Payudara yang memerah, panas dan atau sakit
2.1.5.8 Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan
2.1.5.9 Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan atau pembengkakan
pada kaki
a. Merasa sangat sedih dan tidak mampu mengurus diri
sendiri atau bayi
b. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah
(Rukiyah et all, 2011; h. 154).
38
2.1.6 Proses Laktasi Dan Menyusui
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi
sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan
bagian integral dan siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa
laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan
benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami.
(Ambarwati & Wulandari, 2008; h. 6)
2.1.6.1 Anatomi Payudara
Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder
dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah
dan menarik. Lebih dari itu untuk mempertahankan
kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi
sumber utama kehidupan karena Air Susu Ibu (ASI) adalah
makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan
pertama kehidupan.
Payudara ( mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah
kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah
memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai
sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200
gram, saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram.
Payudara disebut pula glandula mamalia yang ada baik pada
wanita maupun pria. Pada pria secara normal tidak berkembang
39
kecuali jika dirangsang oleh hormon. Pada wanita terus
berkembang pada pubertas, sedangkan selama kehamilan
terutama berkembang pada masa menyusui.
Gambar. 2.1 Struktur Payudara
1. Letak : Setiap payudara terletak pada sternum dan
meluas setinggi costa kedua dan keenam.
Payudara ini terletak pada fascia
superficialis dinding rongga dada yang
disangga oleh ligamentum sospensorium
2. Bentuk : Bentuk masing-masing payudara berbentuk
tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor
(cauda) dari jaringan yang meluas keketiak atau
aksila
3. Ukuran : Ukuran payudara berbeda pada setiap individu,
juga tergantung pada stadium perkembangan dan
umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya
agak lebih besar daripada yang lainya .
40
Struktur Makroskopis
1. Struktur makroskopis payudara adalah sebagai berikut :
a. Kauda aksilaris.
Adalah jaringan payudara yang meluas ke arah aksila.
b. Areola.
Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar
dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing
payudara memiliki garis tengah kira-kira 2.5 cm. Letaknya
mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang
disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada
kulitnya.
c. Papila Mamae ( puting susu).
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya
variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan
bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang
merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat
saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot
polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi
duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu
ereksi , sedangkan serat-serat otot yang Longitudinal akan
menarik kembali puting susu tersebut. Bentuk puting ada
empat macam yaitu bentuk yang normal, pendek atau datar,
panjang, dan terbenam (inverted).
Gambar. 2.2 Bentuk
2. Struktur Mikroskopis
Payudara
sejumlah jaringan lemak dan
Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira
dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran
jaringan fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan menyerupai segmen
buah anggur atau jeruk yang dibelah. Setia
unit fungsional yang berisi dan tersusun atas bangunan
sebagai berikut :
a. Alveoli
Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu.
Bagian dari alveolus adalah sel
plasma
15-25 lobus. Masing
Gambar. 2.2 Bentuk-bentuk Puting Susu
Struktur Mikroskopis
Payudara tersusun atas jaringan kelenjar, tetapi juga mengandung
sejumlah jaringan lemak dan ditutupi oleh kulit.
Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 15-20 lobus yang
dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran
jaringan fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan menyerupai segmen
buah anggur atau jeruk yang dibelah. Setiap lobus merupakan satu
unit fungsional yang berisi dan tersusun atas bangunan
sebagai berikut :
Alveoli
Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu.
Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak
plasma, sel otot polos, dan pembluh darah. Payudara terdiri atas
25 lobus. Masing-masing lobus terdiri atas 20-40 lobulus.
41
tetapi juga mengandung
20 lobus yang
dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran
jaringan fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan menyerupai segmen
p lobus merupakan satu
unit fungsional yang berisi dan tersusun atas bangunan-bangunan
Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu.
jaringan lemak, sel
sel otot polos, dan pembluh darah. Payudara terdiri atas
40 lobulus.
42
Selanjutnya masing-masing lobulus terdiri atas 10-100 alveoli
dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu
( sistem duktus) sehingga menyerupai suatu pohon. ASI
disalurkan dari alveolus kedalam saluran kecil (duktulus),
kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran
yang lebih besar ( duktus laktiferus).
b. Ductus laktiferus.
Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus
lactiferus.
c. Ampulla
Adalah bagian dari ductus lactiferus yang melebar, merupakan
tempat menyimpan air susu. Ampula terletak di bawah areola.
d. Lanjutan setiap duktus laktiferus.
Meluas dari ampula sampai muara papilla mammae.
2.1.6.2 Fisiologi Laktasi
1. Pembentukan Air Susu
Pada ibu yang menyusui memiliki dua reflek yang masing-
masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air
susu yaitu sebagai berikut.
a. Reflek prolaktin.
Pada ahir kehamilan, hormon prolaktin memegang
peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah
kolostrum yang terbatas karena aktivitas prolaktin
43
dihambat oleh esterogen dan progesteron yang kadarnya
memang tinggi. Setelah partus, lepasnya plasenta dan
kurang berfungsinya korpus luteum membuat esterogen
dan progesteron sangat berkurang, ditambah dengan
adanya isapan bayi yang merangsang putting susu dan
kalang payudara yang akan merangsang ujung-ujung saraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan air ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui
medulla spinalis hipotalamus yang akan menekan
pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi
prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-
faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang
memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis
anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat
air susu (Dewi & Sunarsih, 2013.h; 7-12).
b. Releks Let Down: dengan dibentuknya hormone prolaktin
rangsangan yang berasal dari isapan bayi akan dilanjutkan
ke neurohipofise yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormon ini akan menuju uterus yang
dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi
involusi pada organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada
alveoli akan mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi
44
sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari
alvoli dan masuk ke sistem duktus yang untuk selanjutnya
akan mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut
bayi.
(Rukiyah et all, 2011. h; 14).
Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down adalah
sebagai berikut :
1) Melihat bayi
2) Mendengarkan suara bayi
3) mencium bayi
4) Memikirkan untuk menyusui bayinya
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah
stres, seperti keadaan bingung/ pikiran kacau, takut, dan
cemas.
2. Mekanisme Menyusui
a. Reflek mencari ( rooting reflek)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah
sekeliling mulut merupakan rangsangan yang
menimbulkan reflek mencari pada bayi. Keadaan ini
menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu
yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan
kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.
45
b. Reflek Menghisap (sucking reflek)
Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan
bantuan lidah ditarik lebih jauh dan rahang menekan
kalang payudara di belakang puting susu yang pada saat
itu sudah terletak pada langit- langit keras. Tekanan bibir
dan gerakan rahang yang terjadi secara berirama membuat
gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus
sehingga air susu akan mengalir ke puting susu,
selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu
pada langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar
dari puting susu.
c. Refleks menelan (swallowing reflek)
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul
dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-
otot pipi sehingga pengeluaran air susu akan bertambah
dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke
lambung (Dewi & Sunarsih, 2013; h. 13-14).
2.1.7 Pemberian ASI Awal
2.1.7.1 Inisiasi Menyusu Dini
Protokol evidence based baru yang telah diperbaharui oleh
WHO dan UNICEF mengenai asuhan bayi baru lahir untuk
satu jam pertama menyatakan sebagai berikut.
46
1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan
ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam.
2. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan
ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu,
serta memberi bantuan jika diperlukan.
3. Menunda semua prosedur lainya yang harus dilakukan
kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai
dilakukan, prosedur tersebut seperti: memandikan,
menimbang, pemberian vitamin K, obat tetes mata dan lain-
lain.
Prinsip menyus/ pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin
secara eksklusif. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat
dipotong, letakakan bayi tengkurap didada ibu dengan kulit
bayi melekat pada kulit ibu, biarkan kontak kulit ke kulit ini
menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi
dapat menyusu sendiri. Apabila ruang bersalin dingin, bayi
diberi topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi
dukungan dan membantu ibu selama proses menyusui ini. Ibu
diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu
dan menolong bayi bila diperlukan. Keuntungan inisiasi
menyusu dini bagi ibu dan bayi adalah sebagai berikut:
1. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi
a. Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi.
47
b. Kontak memastikan perilaku optimum menyusui
berdasarkan insting dan diperkirakan dapat:
(1) Menstabilkan pernapasan,
(2) Mengendalikan temperature tubuh bayi
(3) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang
lebih cepat dan efektif,
(4) Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali pada
berat lahirnya dengan lebih cepat),
(5) Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi,
(6) Memperbaiki pola tidur yang lebih baik,
(7) Tidak terlalu banyak menangis selama satu jam
pertama,
(8) Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di
dalam perut bayi sehingga memberikan
perlindungan terhadap infeksi,
(9) Bilirubin akan lebih cepat normal dan
mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga
menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir,
(10) Kadar gula dan parameter biokimia lain yang baik
selama beberapa jam pertama hidupnya.
2. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu
a. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu
1) Oksitosin
48
a) Membantu kontraksi uterus sehingga
perdarahan pascapersalinan lebih rendah.
b) Merangsang pengeluaran kolostrum.
c) Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan
bayi.
d) Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri
pada saat plasenta lahir dan prosedur
pascapersalinan lainya.
2) Prolaktin
a) Meningkatkan produksi ASI.
b) Membantu ibu mengatasi stress. Mengatasi
stress adalah fungsi oksitosin.
c) Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi
setelah bayi selesai menyusu.
d) Menunda ovulasi.
3. Keuntungan menyusu dini bagi bayi
a. Meningkatkan kecerdasan
b. Mencegah kehilangan panas
c. Merangsang kolostrum segera keluar
d. Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi
e. Makana dengan kualitas dan kuantitas optimal agar
kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan
kebutuhan bayi.
49
f. Membantu bayi mengoordinasi isap, telan, dan napas.
g. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.
4. Keuntungan menyusu dini bagi ibu
a Merangsang oksitosin dan prolaktin.
b Meningkatkan keberhasilan produksi ASI.
c Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.
5. Memulai menyusu dini akan:
a. Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari ke
bawah;
b. Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif
dan meningkatkan lamanya bayi menyusui;
c. Merangsang produksi susu;
d. Memperkuat reflek menghisap bayi. Intensitas reflek
menghisap awal pada bayi paling kuat adalah dalam
beberapa jam pertama setelah lahir;
(Rohani et all,2011;h. 263-264).
2.1.8 Rawat Gabung
2.1.8.1 Pengertian rawat gabung
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan, dimana ibu dan
bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan
ditempatkan dalam sebuah ruangan kamar atau tempat
bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya.
50
Sehingga setiap kali bayi memerlukan, ibunya dapat segera
memberikan perhatian.
2.1.8.2 Tujuan rawat gabung
a. Agar bayi segera mendpatkan kolostrum / ASI.
b. Memberikan kesempatan kepada ibu yang baru melahirkan
dan suaminya untuk mendapatkan pengalaman cara
merawat bayi segera sesudah kelahiran.
c. Stimulasi mental dini dalam tumbuh kembang anak
(Maryunani, 2009; h. 107-109).
2.1.8.3 Manfaat rawat gabung
a. Aspek Psikologis
Dengan rawat gabung antara ibu dan bayi akan terjalin
proses lekat (bonding). Hal ini sangat mempengaruhi
perkembangan psikologis bayi selanjutnya. Kehangatan
tubuh ibu merupakan stimulasi mental mutlak diperlukan
oleh bayi. Rasa aman, terlindung, dan percaya pada
orang lain (basic trust) merupakan dasar terbentuknya
rasa percaya diri pada bayi. Ibu akan merasa bangga
karena dapat memberikan yang terbaik bagi bayinya.
b. Aspek fisik
Dengan rawat gabung, ibu dengan mudah menyusui
kapan saja bayi menginginkanya. Dengan demikian, ASI
juga akan cepat keluar.
51
c. Aspek Fisiologis
Dengan rawat gabung, bayi dapat disusui dengan
frekuensi yang sering dan menimbulkan reflek prolaktin
yang memacu proses produksi ASI dan reflek oksitosin
yang membantu pengeluaran ASI dan mempercepat
involusi rahim. Pemberian ASI eksklusif dapat juga
dipergunakan sebagai metode keluarga berencana
( metode amenorea laktasi) asal memenuhi syarat yaitu
usia bayi belum berusia 6 bulan, ibu belum haid lagi, dan
bayi masih diberi ASI secara eksklusif.
d. Aspek Eduatif
Dengan rawat gabung, terutama yang primipara, akan
mempunyai pengalaman menyusui dan merawat bayinya.
Juga memberi kesempatan bagi perawat untuk tugas
penyuluhan, antara lain posisi dan perlekatan bayi untuk
menyusui dan tanda-tanda bahaya pada bayi. Ibu juga
segera dapat mengenali perubahan fisik atau perilaku
bayi dan menanyakan pada petugas hal-hal yang
dianggab tidak wajar. Sarana ini dapat juga dipakai
sebagai sarana pendidikan bagi keluarga.
e. Aspek Medis
Dengan rawat gabung, ibu merawat bayinya sendiri. Bayi
juga tidak terpapar dengan banyak petugas sehingga
52
infeksi nosokomial dapat dicegah. Disamping itu,
kolostrum yang banyak mengandung berbagai zat
protektif akan cepat keluar dan memberikan daya tahan
bagi bayi.
f. Aspek ekonomi
Dengan rawat gabung, pemberian ASI dapat dilakukan
sedini mungkin sehingga anggaran pengeluaran untuk
membeli susu formula dan peralatan untuk membuatnya
dapat dihemat. Ruang bayi tidak perlu ada dan ruang
dapat digunakan untuk hal yang lain. Lama rawat juga
bisa dikurangi sehingga pergantian pasien bisa lebih
cepat (Prawirohardjo, 2010; h. 386-387).
2.1.8.4 Jenis Rawat Gabung
a. Rawat gabung purna waktu ( penuh/kontinu)
Adalah cara perawatan dimana ibu dan bayi dirawat
bersama-sama secara terus menerus selama 24 jam . Bayi
tetap berada di samping ibunya terus-menerus.
d. Rawat gabung penggal waktu( tidak penuh/ parsial/
Intermiten )
Adalah cara perawatan dimana ibu dan bayi dirawat
secara terpisah pada saat tertentu
2.1.8.5 Syarat / kriteria Rawat Gabung
53
a. Bayi lahir spontan, baik presentasi kepala maupun
bokong.
b. Bila bayi lahir dengan tindakan, maka rawat gabung
dapat dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflek
menghisap baik, tidak ada tanda infeksi dan sebagainya
c. Bayi yang lahir secara seksio caesaria dengan anastesi
umum, rawat gabung dapat dilakukan segera setelah
ibu sadar penuh. Bayi tetap disusuka meskipun
mungkin ibu masih mendapat infus
d. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama ( nilai apgar
minimal 7)
e. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
f. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih
g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum
h. Bayi dan ibu sehat
2.1.8.6 Kontra indikasi rawat gabung
Rawat gabung tidak dianjurkan pada kondisi-kondisi
berikut ini :
a. Kondisi Ibu
1) ibu dengan kondisi jantung –parunya tidak baik
2) ibu dengan pasca eklamsia dan kesadaran yag belum
baik
3) ibu dengan penyakit infeksi akut, TBC terbuka
54
4) Ibu dengan penyakit hepatitis B, infeksi HIV (masih
kontroversi)
5) Ibu dengan kharisma payudara.
b. Kondisi Bayi
1) bayi dengan kejang atau kesadaran menurun
2) bayi dengan sakit jantung dan paru berat
3) bayi dengan cacat bawaan sehingga tidak mau
menyusu
4) bayi yang dalam pengawasan intensif atau perlu terapi
khusus.
2.1.8.7 Pelaksanaan rawat gabung
a. Di Poliklinik
bidan/perawat dapat melakukan kegiatan dengan:
b. Memberikan penyuluhan tentang ASI dan rawat gabung,
tujuan, manfaat dan lain-lain.
c. Di kamar bersalin
bidan /perawat harus mengetahui Kritera bayi baru lahir
yang dapat dilakukan rawat gabung bersama ibunya,
dengan kriteria antara lain :
1. Nilai apgar > 7
2. Berat badan bayi > 2000 gram
3. Masa kehamilan > 36 minggu dan < 42 minggu
4. lahir spontan
55
5. Ibu sehat ( Maryunani, 2009; h.108-116).
2.1.8.8 Mempertahankan Suhu Tubuh BBL Dan Mencegah
Hipotermi
Prinsip umum pengaturan suhu tubuh bayi adalah sebagai
berikut:
1. Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti setiap saat
agar tetap hangat walaupun saat dilakukan tindakan.
Bayi tetap memakai pakaian dan mengenakan topi,
bungkus bayi dengan pakaian yang kering dan lembut
serta slimuti bayi, buka hanya sebagian tubuh yang
diperlukan untuk pemantauan atau tindakan.
2. Rawat bayi diruangan yang hangat ( tidak kurang 250
c
dan bebas dari aliran angin)
3. Jangan meletakkan bayi dekat dengan benda yang dingin
walaupun bayi dalam incubator.
4. Jangan meletakkan bayi dipermukaan yang dingin.
Berikan alas tempat tidur atau meja periksa dengan kain
atau selimut hangat sebelum bayi diletakkan.
5. Pada waktu dipindahkan ketempat lain, jaga bayi agar
tetap hangat.
6. Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan
tindakan.
7. Ganti popok setiap kali basah
56
8. Bila ada sesuatu yang basah ditempelkan dikulit (misalnya
kasa yang basah) usahakan agar bayi tetap hangat.
9. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan
dingin
(Rohani et all, 2011; h. 253).
2.1.8.9 Mekanisme Kehilangan Panas
Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan
bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya.
a Konduksi.
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya
yang kontak langsung dengan tubuh bayi(pemindahan
panas dari tubuh bayi ke objek lain memulai kontak
langsung). Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika
menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi
saat tangan dingin, dan menggunakan stetoskop dingin
untuk pemeriksaan BBL.
b Konveksi.
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang
sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung
pada kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh,
konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau
menempatkan BBL dekat jendela, atau membiarkan BBL
diruangan yang terpasang kipas angin.
57
c Radiasi.
Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke
lingkungan yang lebih dingin ( pemindahan panas antara
2 objek yang mempunyai suhu berbeda). Sebagai
contoh, membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa
diberikan pemanas, membiarkan BBL dalam keadaan
telanjang atau menidurkan BBL berdekatan dengan
ruangan yang dingin ( dekat tembok).
d Evaporasi, panas hilang melalui proses penguapan yang
bergantung pada kecepatan dan kelembapan udara
(pemindahan panas dengan cara mengubah cairan
menjadi uap ) evaporasi ini dipengaruhi oleh jumlah
panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara, dan aliran
udara yang melewati. Apabila BBL dibiarkan dalam
suhu kamar 250
c, maka bayi akan kehilangan panas
melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya
200 kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya
sepersepuluhnya saja. Agar dapat mencegah terjadinya
kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal berikut.
a. Keringkan bayi secara seksama.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang
kering dan hangat .
c. Tutup bagian kepala bayi.
58
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi
baru lahir.
f. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.
( Dewi, 2010; h.13-14).
2.1.9 Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas
2.1.9.1 Hemoragik
1. Perdarahan pervaginam postpartum
Definisi perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih,
sesudah anak lahir atau setelah kala III. Perdarahan ini
bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan. Terutama di
dua jam pertama Kalau terjadi perdarahan, maka tinggi
rahim akan bertabah naik, tekanan darah menurun, dan
denyut nadi ibu menjadi cepat.
a. Klasifikasi klinis
Perdarahan pasca persalinan primer yakni perdarahan
yang terjadi dalam 24 jam pertama, penyebab: atonia
uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekam
jalan lahir. Perdarahan pasca persalinan sekunder,
yakni perdarahan yang terjadi setelah 24 jam
pertama, penyebab: robekan jalan lahir dan sisa
plasenta atau membran
(Rukiyah et all, 2011; h. 116).
59
Beberapa etiologi dari komplikasi ini adalah atonia
uteri dan sisa plasenta ( 80%), laserasi jalan lahir
(20%), serta ganguan faal pembekuan darah
pascasolusio plasenta.
Berikut adalah factor resiko dari komplikasi ini,
1. Partus lama .
2. Overdistensi uterus (hidramnion, kehamilan
kembar, makrosomia).
3. Perdarahan antepartum.
4. Pasca induksi oksitosin atau MgsO4
5. Korioamnionitis.
6. Mioma uteri.
7. Anestesia.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut .
1) Perdarahan kala III( plasenta belum lahir )
Masase fundus uterus untuk memicu kontraksi
uterus disertai dengan tarikan tali pusat
terkendali. Bila perdarahan terus terjadi
meskipun uterus telah berkontraksi dengan baik ,
periksa kemungkinan laserasi jalan lahir atau
ruptur uteri. Bila plasenta belum dapat dilahirkan,
lakukan plasenta manual. Bila setelah dilahirkan
60
terlihat tidak lengkap, maka harus dilakukan
eksplorasi kavum uteri atau kuretase.
2) Perdarahan pascapersalinan primer (true HPP)
a) Periksa apakah plasenta lengkap.
b) Masase fundus uteri.
c) Pasang infuse RL dan berikan uterotonik
( oksitosin, methergin, atau misoprostol).
d) Bila perdarahan > 1 liter pertimbangkan
transfusi.
e) Periksa faktor pembekuan darah.
f) Bila kontraksi uterus baik dan perdarahan
terus terjadi, periksa kembali kemungkinan
adanya laserasi jalan lahir.
g) Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan
kompresi bimanual.
h) Bila perdarahan terus berlangsung,
pertimbangkan ligasi arteri hipogastrika
(Dewi & Sunarsih, 2013; h. 107-108)
2.2 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan
2.2.1 Langkah dalam managemen kebidanan menurut varney
2.2.1.1 Pengkajian ( Pengumpulan Data Dasar )
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi
61
klien. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis. Anamnesis
adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien
melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Anamnesis dapat
dilakukan melalui dua yaitu sebagai cara berikut:
a. Auto Anamnesis merupakan anamnesa yang dilakukan
kepada pasien langsung. Jadi data yang diperoleh adalah
data primer karna langsung dari sumbernya.
b. Allo anamnesis merupakan anamnesis yang dilakukan
kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang
pasien .ini dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien
tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data yang
akurat (Sulistyawati,2009;h.110-111)
Bagian-bagian penting dari anamnesis antara lain sebagai beriku
1. Data Subjektif
a) Identitas pasien
1) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.
2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya
resiko seperti kurang dari 20 tahun , alat-alat
reproduksi belum matang , mental dan psikisnya
62
belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun
rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam
masa nifas.
3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut
untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa.
4) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya.
5) Suku / bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari.
6) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
social ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
7) Alamat
Pasien ditanyakan untuk mempermudah
kunjungan rumah bila perlu
(Ambarwati & wulandari, 2008; h. 131-132).
63
b) Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan
pasien datang kefasilitas pelayanan kesehatan.
Misalnya, ibu post partum normal ingin memeriksa
kesehatanya setelah persalinan. Contoh lain, ibu post
partum patologis dengan keluhan demam, keluar
darah segar dan banyak, nyeri, dan infeksi luka
jahitan, dan lain-lain(Sulistyawati, 2009; h. 111).
c) Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut,
kronis seperti: jantung, DM, hipertensi, asma,
yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita
pada saat ini yang ada hubunganya dengan masa
nifas dan bayinya.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien
64
dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga
yang menyertainya.
d) Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status
pernikahan yang syah atau tidak , karena bila
melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan
dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi
proses masa nifas.
e) Riwayat Obstetric
1) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang
lalu.
Berapa kali ibu hamil , Apakah pernah abortus,
jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan,keadaan nifas yang lalu
2) Riwayat persalinan sekarang. Tanggal persalinan,
jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan
bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan.hal ini
perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses
persalinan mengalami kelainan atau tidak yang
bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
f) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB
dengan kontrasepsi jenis apa,berapa lama, adakah
65
keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana
KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
g) Kehidupan social budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang
menganut adat istiadat yang akan menguntungkan
atau merugikan pasien. Khususnya pada masa nifas
misalnya pada kebiasaan pantang makan.
h) Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan
emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering
ibu menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah
kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai
postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar
merupakan perwujudan fenomena psikologis yang
dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan
bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh
sejumlah faktor. Penyebab yang paling menonjol
adalah:
a. Kekecewaan emosional yanh mengikuti rasa puas
dan takut yang dialami kebanyakan wanita
selama kehamilan dan persalinan.
66
b. Rasa sakit masa nifas awal.
c. Kelelahan karena kurang tidur selama
persalinan dan postpartum.
d. Kecemasan dan kemampuanya untuk
merawat bayinya setelah meninggalkan
rumah sakit.
e. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi
manusia.
Menjelaskan pengkajian psikologis :
a. Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya.
b. Respon ibu terhadap bayinya.
c. Respon ibu terhadap dirinya.
i) Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu
tentang perawatan setelah melahirkan sehingga
akan menguntungkan selama masa nifas
2. Data Ojektif
Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnose,
bidan harus melakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi,palpasi, auskultasi, dan perkusi
yang bidan lakukan berurutan.
Langkah-langkah pemeriksaanya adalah sebagai berikut:
67
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil
pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria:
(1) Baik
(2) Lemah
b) Kesadaran
untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, bidan dapat melakukan pengkajian derajat
kesadaran pasien dari keadaan composmentis
(kesadaran maksimal) sampai dengan coma
(Sulistyawati, 2009; h. 122)
1) Pemeriksaan fisik
Kepala : Organ tubuh yang perlu di kaji
karena pada kepala terdapat organ
organ yang sangat penting
pengkajian di awali dengan inspeksi
lalu palpasi
Muka : Pada daerah muka kesimetrisan
muka, apakah kulitnya normal,
pucat. Ketidaksimetrisan muka
menunjukan adanya gangguan pada
saraf ke tujuh.
68
Mata : Untuk mengetahui bentuk dan
fungsi mata, teknik yang digunakan
inspeksi dan palpasi
Telinga : Untuk mengetahui keadaan telinga
luar, saluran telinga, gendang
telinga/membrane timpani, dan
pendengaran. Teknik yang
digunakan adalah inspeksi dan
palapasi.
Hidung : Dikaji untuk mengetahui keadaan
bentuk dan fungsi hidung, bagian
dalam, lalu sinus-sinu
Mulut : Untuk mengetahui bentuk dan
kelainan pada mulut
Leher : Untuk mengetahui bentuk leher,
serta organ-organ lain yang
berkaitan. Teknik yang digunakan
adalah inspeksi dan palpasi
(Tambunan & kasim, 2011; h.66-81).
Dada:
a. Payudara
Pada saat bidan melakukan pemeriksaan
payudara sebelumnya lakukan pemeriksaan
69
pada kedua payudara dimana ibu dalam
posisi duduk kedua tangan dibelakang
kepala, lihat simetris atau tidaknya, warna
kulit, penonjolan puting susu, warna sekitar
areola mama
(Rukiyah et all, 2011; h. 99).
Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah
melahirkan. Namun dipayudara sudah
terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk
bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan
antibodi pembunuh kuman
(Saleha, 2009; h. 11)
Abdomen :
1. Uterus
Pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan
pemeriksaan payudara akan dilakukan
terlebih dahulu periksa pandang warna
perut,pembesaran pada perut,kemudian
lakukan pemeriksaan raba ( palpasi) periksa
rasa nyeri saat diraba, periksa kontraksi
uterus,kemudian raba tinggi fundus ( Rukiyah
et all, 2011; h. 99).
70
2. Kandung Kemih
Kondisi kandung kemih sangat berpengaruh
terhadap keadaan kontraksi uterus , sehingga
pemeriksaan kandung kemih jangan diabaikan
karena jika kontraksi terhambat oleh kandung
kemih yang penuh bisa berakibat keluar darah
yang cukup banyak
( Rukiyah et all, 2011; h. 100).
Genetalia :
1. Pengeluaran Pervaginam
2. Keadaan perineum : tidak ada oedema,
hematoma, bekas
luka episiotomi, ada
robekan , hecting.
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas : tidak varices,oedema
dan reflek patella
positif.
2.2.1.2 Interpretasi Data
Mengidentifikasi diagnoasa kebidanan dan masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan
71
diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah.
Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan
yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien,
masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang
diidentifikasikan oleh bidan.
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para,
abortus, anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas.
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
2.2.1.3 Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin
akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau
diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa,
hal ini membutuhkan antisipasi , pencegahan , bila
memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila
hal tersebut benar-benar terjadi.
2.2.1.4 Atisipasi Masalah
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsulkan atau
72
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai
dengan kondisi pasien.
2.2.1.5 Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasikasi atau di antisipasi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah
yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman
antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi
berikutnya
( Ambarwati & Wulandari, 2008; h. 140-143).
2.2.1.6 Melaksanaan Perencanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya , baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis
yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan
secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan
lainya.
2.2.1.7 Evaluasi
Merupakan tahap terahir dalam manajemen kebidananan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun
pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari
73
proses yang dilakukan secara terus-menerus untuk
meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu
berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien
( Wildan & Hidayat, 2013; h. 39).
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
900/MENKES/Sk/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan
Pasal 16
A. Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi:
1. Penyuluhan dan konseling;
2. Pemeriksaan fisik;
3. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal;
4. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil
dengan abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat 1, preeklamsi
ringan dan anemia ringan;
5. Pertolongan persalinan normal;
6. Pertolongan persalinan normal, yang mencakup letak sungsang ,
partus macet kepala didasar panggul, ketuban pecah dini( KPD) tanpa
infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena
inersia uteri primer, post term dan pre term;
7. Pelayanan ibu nifas normal;
8. Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta,
renjatan dan infeksi ringan;
74
9. Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi
keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
B. Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi:
1. Pemeriksaan bayi baru lahir;
2. Perawatan tali pusat;
3. Perawatan bayi;
4. Resusitassi pada bayi baru lahir;
5. Pemantauan tumbuh kembang anak;
6. Pemberian imunisasi
7. Pemberian penyuluhan.
Pasal 18
Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam pasal
16 berwenang untuk:
1. Memberikan imunisasi
2. Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan dan nifas;
3. Mengeluarkan plasenta secara manual
4. Bimbingan senam hamil
5. Pengeluaran sisa jaringan konsepsi
6. Episiotomi
7. Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II;
8. Amniotomi pada pembukaan servik lebih dari 4 cm;
9. Pemberian infus;
10. Pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotika, dan sedativa;
75
11. Kompresi bimanual;
12. Versi ekstrasi gemeli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya;
13. Vacum ekstrasi dengan kepala bayi di dasar panggul;
14. Pengendalian anemi;
15. Meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu;
16. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia;
17. Penanganan hipotermi
18. Pemberian minum dengan sonde/pipet;
19. Pemberian obat-obat terbatas, melalui lembaran permintaan obat
sesuai dengan formulir IV terlampir;
20. Pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian.
(Sofyan et all, 2009; h. 172-173).
76
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 JAM POSTPARTUM
TERHADAP NY.W UMUR 34 TAHUN P2A0
DI RB KARTINI KAMPUNG SAWAH
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 02 April 2015
Jam : 21.00 WIB
Tempat : RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung
Oleh : Istik Analiza
NIM : 201207025
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. W : Tn.S
Umur : 34 tahun : 35 tahun
Agama : Islam : Islam
Suku : Jawa/Indonesia : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga :Wiraswasta
Alamat : Jl.Jendral Suprapto Gang Masjid Alyakin
77
No 24 Pelita Bandar Lampung
2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan saat ini perutnya masih merasa
mulas.
3. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
78
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
4. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Syah
Usia nikah pertama : 20 Tahun
Lamanya pernikahan : 14 Tahun
5. Riwayat obstetri
a. Riwayat haid
1) Menarche : 14 Tahun
2) Siklus : 28 Hari
3) Lama : 4-6 Hari
4) Volume : 2- 3 kali ganti pembalut/hari
5) Sifat : Encer dengan sedikit menggumpal
6) Disminorhea : Tidak ada
b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
No. Tahun
Persalinan
Tempat
Persalinan
Umur
Kehamilan
Jenis
Persalinan
penolong penyulit Keadaan
nifas anak
1. 2008 RB kartini Aterm Partus
spontan
Bidan Tidak ada Baik Hidup,
sehat
2. 2015 RB kartini Aterm Spontan bidan Tidak ada Baik Hidup
sehat
c. Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : Partus spontan
79
Tanggal : 02 April 2015
Jam : 16.00 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
Panjang badan : 52 cm
Berat badan : 3500 gram
Keadaan bayi : Hidup, sehat
d. Riwayat KB : Ibu mengatakan pernah menggunakan alat
kontrasepsi KB suntik 3 bulan
6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi
Selama hamil : Ibu makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur
dan laukpauk, serta minum susu 1 gelas per hari
Selama nifas : Ibu baru makan 1 kali dari setelah
melahirkan, dengan menu 1 porsi nasi, sayur
sop, 1 potong ayam, 2 potong tempe ,
1buah jeruk serta air putih
b. Pola eliminasi
Selama hamil
BAK : Ibu Sudah BAK 2-4 kali selama pengkajian.
BAB : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari denngan
konsistensi lunak pada saat 1 hari sebelum
melahirkan.
80
Selama nifas
BAK : Ibu mengatakan BAK 2 kali pada 6 jam post
partum.
BAB : Ibu belum BAB selama pemantauan 6 jam
post partum .
c. Pola aktivitas
Selam hamil : Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga
seperti memasak, menyapu, mengepel, dan
mencuci.
Selama nifas : Dari setelah melahirkan ibu sudah mampu ke
kamar mandi sendiri pada 6 jam post partum
d. Pola istirahat
Selam hamil : Ibu tidur malam selam 6-8 jam dan tidur
siang selama 1-2 jam
Selama nifas : Dari setelah melahirkan ibu istirahat selama
5 jam.
e. Pola personal hygine
Selam hamil : Ibu mandi 2 kali perhari, keramas 3 kali
dalam seminggu ganti pakaian setiap mandi
dan mengganti celana dalam 3x sehari atau
jika lembab.
Selam nifas : Ibu mengganti pembalut 2 kali dari setelah
melahirkan
81
f. Pola seksual
Selam hamil : Ibu jarang melakukan hubungan seksual,
yaitu 3x seminggu.
Selama nifas : Ibu tidak melakukan hubungan seksual
7. Psikososial
a. Tanggapan ibu terhadap dirinya : Ibu bahagia setelah dia mampu
melahirkan secara normal
b. Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya: Ibu tidak tau bahwa
rasa mules yang masih ia rasa kan adalah hal yangnormal
c. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi : Keluarga bahagia
dengan kelahiran bayi Ny.W
d. Pengambilan Keputusan : Pengambilan keputusan dilakukan secara
bermusyawarah dalam keluarga
e. Lingkungan yang berpengaruh : Tidak ada
B. DATA OBJEKTIF
Tanggal/ Waktu: 2-4-2015/ 16.00 WIB
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
82
Pernafasan : 22 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 37,60
c
2. Pemeriksaan fisik
Kepala
a. Wajah
Oedema : Tidak ada
Pucat : Tidak ada
b. Mata
Simetris : Ya kanan dan kiri
Kelopak mata : Tidak odema
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
c. Hidung
Simetris : Ya kanan dan kiri
Polip : Tidak ada pembesaran
Kebersihan : Bersih
d. Mulut
Bibir : Tidak kering dan tidak ada sariawan
Lidah : Bersih
e. Payudara
Pembesaran : Ada, pada payudara kanan dan kiri
Puting Susu : Menonjol, bersih
83
Simetris : Ya, antara kanan dan kiri
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran : Ada, kolostrum
Rasa Nyeri : Tidak ada
f. Abdomen
Bekas luka operasi : Tidak ada
Pembesaran : Ada, sesuai hari nifas
Konsistensi : Keras
Benjolan : Tidak ada
Kandung Kemih : Kosong
Tinggi fundus Uteri : 2 jari di bawah pusat
g. Anogenital
Vulva : Warna merah muda
Perenium : Ada luka hacting
Pengeluaran Pervaginam : Lochea rubra
Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan
Anus : Tidak ada hemoroid
h. Ekstremitas Bawah
Oedema : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Reflek patela : Tidak dikaji
3. Pemeriksaan penunjang
84
Tidak dilakukan
4. Data penunjang
a. Riwayat Persalinan sekarang
1) Tempat Melahirkan : RB Kartini Kampung Sawah Bandar
Lampung
2) Penolong : Bidan
3) Jenis Persalinan : Spontan, pervaginam
4) Tanggal Persalinan : 2 April 2015
5) Komplikasi : Tidak ada
6) Lamanya persalinan
Kala I : 9 Jam 00 Menit
Kala II : 0 Jam 20 Menit
Kala III : 0 Jam 7 Menit
Kala IV : 2 Jam 0 Menit +
Lama : 11 Jam 27 Menit
7) Ketuban pecah pukul : 15.50 WIB
8) Jumlah Perdarahan : Kala III / IV : 200cc / 100cc
9) Obat - obatan yang diberikan selama persalinan : Oksitosin
10) Obat – obatan yang diberikan setelah persalinan : Paracetamol
500 mg, tablet Fe dengan dosis 60 mg, Vitamin A dengan dosis
200.000 IU
11) Plasenta :
Lahir : Spontan
85
Insersi : Sentralis
Panjang Tali Pusat : ± 50 cm
Diameter : 20 cm
Selaput Dan Kotiledon
Kelainan : Tidak ada
12) Perenium : Ada laserasi
a. Bayi
Lahir tanggal/pukul : 2-4-2015/16.00 WIB
Nilai APGAR : 9/10
Jenis kelamin : Laki-laki
Masa gestasi : 39 minggu 5 hari
86
Tgl /jam Pengkajian
Interpretasi
data
(diagnose,
masalah dan
dan
kebutuhan )
Dx
potensial
masalah
potensial
Antisipasi
/
tindakan
segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
02 april
2015 pukul
18:00WIB
DS :
- Ibu
mengataka
n perutnya
terasa
mulas
DO
- Ibu terlihat
sdikit
cemas
- Dari hasil
pemeriksaa
n diperoleh
hasil
TD : 120/80
RR : 22 x/i
Nadi: 80x/i
S :
37,60
C.
TFU : 2 jari
dibawah
pusat
Kontraksi :
baik Lokhea
: rubra
Ny.w usia
34 tahun
P2A0 2 jam
post partum.
Masalah :
tidak ada
kebutuhan :
penjelasan
tentang rasa
mulas yang
dialami ibu
Tidak ada Tidak ada 1. Jelaskan tentang kondisi ibu saat
ini
2. Jelaskan tentang keluhan yang
dialami ibu
3. Ajarkan pada ibu atau salah satu
anggota keluarga untuk mencegah
perdarahan karena atonia uteri
1. Menjelaskan keadaan ibu saat
Ini dalam keadaan baik sesuai
dengan pemeriksaan fisik yaitu
keadaan ibu baik.
TD : 120/80 mmhg
RR : 22x/i
T : 37,60
C
N :80 x/i
TFU : 2 jari dibawah pusat
kontraksi baik lokhea rubra
perineum ada luka jahitan
2. Menjelaskan pada ibu bahwa
rasa mulas yang dialami adalah
hal yang normal, hal ini
dikarenakan proses
pengembalian rahim kebentuk
semula.
3. Mengajarkan ibu atau salah satu
anggota keluarga untuk
mencegah perdarahan karena
atonia uteri dengan cara
memasase perut ibu
menggunakan telapak tangan
dengan meletakan diperut dan
sedikit ditekan dan diputar agar
tidak terjadi perdarahan.
1. Ibu mengerti keadaannya
saat ini dalam keadaan baik
2. Ibu mengerti bahwa keluhan
yang dialaminya adalah
normal
3. ibu dan keluarga telah
melakukan masase perut
ibu.
TABLE 3.2
MATRIKS
87
02 april
2015 pukul
DS :
- Ibu
Ny.w usia
34 tahun
Tidak Ada Tidak Ada
4. Anjurkan ibu untuk mobilisasi
dini.
5. Anjurkan ibu untuk memberikan
asi awal
6. Lakukan rawat gabung ibu dan
bayi
7. Lakukan pencegahan hipotermi
pada bayi.
1. Pantau kondisi ibu saat ini
4. Menganjurkan ibu untuk
melakukan mobilisasi dini yaitu
belajar miring kiri,
kanan,duduk,kemudian jalan
kekamar mandi secara perlahan-
lahan untuk membantu
menguatkan otot-otot perut
sehingga ibu cepat pulih .
5. Menganjurkan ibu untuk
memberikan asi awal pada
bayinya karena cairan pertama
yang diperoleh bayi dari ibunya
adalah kolostrum yang yang
mengandung kadar protein yang
tinggi dan mengandung zat
antibody sehingga mampu
melindungi tubuh bayi dari
berbagai penyakit infeksi untuk
jangka waktu s/d 6 bulan
6. Melakukan rawat gabung antara
ibu dan bayi yaitu menempatkan
bayi dan ibu dalam satu ruangan
agar hubungan ibu dan bayi
lebih dekat dan ibu dapat
memberikan ASI secara dini dan
sesering mungkin.
7. Melakukan pencegahan
hipotermi dengan meletakkan
bayi pada ruangan hangat yang
bersuhu > 25o
, ganti popok
setiap kali basah, bayi harus
tetap berpakaian kering dan
diselimuti setiap saat agar tetap
hangat.
1. Memantau keadaan ibu saat ini
dalam keadaan baik sesuai
4. Ibu sudah miring ke kanan
dan kiri
.
5. Ibu bersedia menyusui
bayinya seawal mungkin.
6. ibu bersedia dan mengerti
tentang rawat gabung.
7. Bayi dalam keadaan hangat.
1. ibu sudah mengetahui
kondisinya saat ini .
88
22:00 wib mengataka
n perutnya
terasa
mulas
DO
- Ibu terlihat
sedikit
cemas
- Dari hasil
pemeriksaa
n diperoleh
hasil
TD : 110/70
RR : 22 x/i
Nadi: 80x/i
S : 37,60
C.
TFU : 2 jari
dibawah pusat
Kontraksi :
baik
Lokhea :
rubra
P2A0 6 jam
post partum
Masalah :
tidak ada
kebutuhan :
tidak ada
2. Evaluasi kembali bahwa ibu masih
terasa mules
3. Evaluasi pencegahan perdarahan
yang telah diajarkan kepada
keluarga.
4. Evaluasi ibu tentang mobilisasi
dini.
5. Evaluasi kepada ibu tentang
pemberian ASI awal
.
6. Evaluaasi pencegahan hipotermi
dengan pemeriksaan fisik yaitu:
TD : 110/70 mmhg
RR : 22x/i
T : 370
C
N :80 x/i
TFU : 2 jari dibawah
Pusat
Kontraksi : baik
Lokhea : rubra
Perineum : ada luka jahitan
2. Mengevaluasikan pada ibu bahwa
rasa mulas yang dialami adalah
hal yang normal
3. Mengevaluasi pencegahan
perdarahan yang telah diajarkan
dengan melakukan masase pada
uterus ibu.
4. Mengevaluasi pada ibu tentang
mobilisasi dini .
5. Mengevaluasi ibu tentang
pemberian asi awal .
6. Mengevaluasi pencegahan
hipotermi
2. Ibu mengerti bahwa rasa
mulas yang dialami adalah
hal yang normal, hal ini
dikarenakan proses
pengembalian rahim ke
bentuk semula.
3. Ibu dan Keluarga telah
melakukan massase perut ibu,
kontraksi uterus ibu baik dan
tidak terjadi perdarahan.
4. Ibu telah mampu miring kiri
dan kanan dan berjalan
kekamar mandi secara
perlahan.
5. Ibu telah menyusui bayinya 3
kali selama 6 jam dan bayi
telah mendapatkan cairan
yang pertama kali keluar
yaitu kolostrum mengandung
kadar protein yang tinggi dan
zat antibodi sehingga mampu
melindungi tubuh bayi dari
berbagai infeksi s/d 6 bulan.
6. Bayi dalam keadaan baik dan
telah dibedong dengan
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza
Kti istik analiza

More Related Content

What's hot

Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyAsuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
LIAMAIASTUTI
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
Karya Tulis Ilmiah
 
Kti ketut agustina wati
Kti ketut agustina watiKti ketut agustina wati
Kti ketut agustina wati
KETUTAGUSTINAWATI
 
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandariKti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
ArindaRiskyWulandari
 
Kti ayu safitri
Kti ayu safitriKti ayu safitri
Kti ayu safitri
AyuSafitriKTI
 
Kti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sariKti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sari
MELISAPURNAMa
 
Kati siti munarsih
Kati siti munarsihKati siti munarsih
Kati siti munarsih
Sitimunarsih
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
Karya Tulis Ilmiah
 
Kti fertika
Kti fertikaKti fertika
Anshella citra angelita
Anshella citra angelitaAnshella citra angelita
Anshella citra angelita
ANSHELLACITRAANGELITA
 
Kti mirda akbid paramata alumni 2015
Kti mirda akbid paramata alumni  2015Kti mirda akbid paramata alumni  2015
Kti mirda akbid paramata alumni 2015
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti hesti kirana
Kti hesti kiranaKti hesti kirana
Kti hesti kirana
HESTIKIRANA
 
Kti nova rianti
Kti nova riantiKti nova rianti
Kti nova rianti
NOVARIANTI
 
Kti rukmaini
Kti rukmainiKti rukmaini
Kti rukmaini
Karya Tulis Ilmiah
 

What's hot (15)

Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyAsuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti ketut agustina wati
Kti ketut agustina watiKti ketut agustina wati
Kti ketut agustina wati
 
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandariKti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
 
Kti ayu safitri
Kti ayu safitriKti ayu safitri
Kti ayu safitri
 
Kti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sariKti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sari
 
Kati siti munarsih
Kati siti munarsihKati siti munarsih
Kati siti munarsih
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Kti fertika
Kti fertikaKti fertika
Kti fertika
 
Anshella citra angelita
Anshella citra angelitaAnshella citra angelita
Anshella citra angelita
 
Kti mirda akbid paramata alumni 2015
Kti mirda akbid paramata alumni  2015Kti mirda akbid paramata alumni  2015
Kti mirda akbid paramata alumni 2015
 
Kti hesti kirana
Kti hesti kiranaKti hesti kirana
Kti hesti kirana
 
Kti nova rianti
Kti nova riantiKti nova rianti
Kti nova rianti
 
Kti rukmaini
Kti rukmainiKti rukmaini
Kti rukmaini
 

Similar to Kti istik analiza

Kti wayan seli novela
Kti wayan seli novelaKti wayan seli novela
Kti wayan seli novela
WAYANSELINOVELA
 
Kti geta anggawa
Kti  geta anggawaKti  geta anggawa
Kti geta anggawa
KTIGETAANGGAWA
 
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhaniKti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
FEBRINADIAHRAMADHANI
 
Kti popy
Kti popyKti popy
Kti popy
POPYCINTIA
 
Kti ruli desta
Kti ruli destaKti ruli desta
Kti ruli desta
Karya Tulis Ilmiah
 
Kti Ruli Desta
Kti Ruli DestaKti Ruli Desta
Kti Ruli Desta
Karya Tulis Ilmiah
 
Kti ruli desta
Kti ruli destaKti ruli desta
Kti ruli desta
Karya Tulis Ilmiah
 
Kti
KtiKti
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
Karya Tulis Ilmiah
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
Karya Tulis Ilmiah
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
triwahyunii
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
triwahyunii
 
Kti suci nala
Kti suci nalaKti suci nala
Kti suci nala
SuciNala
 
Kti risa yulia listyani
Kti risa yulia listyaniKti risa yulia listyani
Kti risa yulia listyani
RISAYULIALISTYANI
 
Kti habibah
Kti habibahKti habibah
Kti habibah
KTIHABIBAH
 
Kti metta selani
Kti metta selaniKti metta selani
Kti metta selani
MettaSelani
 
Kti ni made rika
Kti ni made rikaKti ni made rika
Kti ni made rika
Nimaderika
 
Kti armayani
Kti armayaniKti armayani
Kti armayani
KTIARMAYANI
 
Kti irma yulistiani
Kti irma yulistianiKti irma yulistiani
Kti irma yulistiani
IRMAYULISTIANI
 

Similar to Kti istik analiza (20)

Kti wayan seli novela
Kti wayan seli novelaKti wayan seli novela
Kti wayan seli novela
 
Kti geta anggawa
Kti  geta anggawaKti  geta anggawa
Kti geta anggawa
 
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhaniKti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
 
Kti popy
Kti popyKti popy
Kti popy
 
Kti ruli desta
Kti ruli destaKti ruli desta
Kti ruli desta
 
Kti Ruli Desta
Kti Ruli DestaKti Ruli Desta
Kti Ruli Desta
 
Kti ruli desta
Kti ruli destaKti ruli desta
Kti ruli desta
 
Pratiwi
PratiwiPratiwi
Pratiwi
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti suci nala
Kti suci nalaKti suci nala
Kti suci nala
 
Kti risa yulia listyani
Kti risa yulia listyaniKti risa yulia listyani
Kti risa yulia listyani
 
Kti habibah
Kti habibahKti habibah
Kti habibah
 
Kti metta selani
Kti metta selaniKti metta selani
Kti metta selani
 
Kti ni made rika
Kti ni made rikaKti ni made rika
Kti ni made rika
 
Kti armayani
Kti armayaniKti armayani
Kti armayani
 
Kti irma yulistiani
Kti irma yulistianiKti irma yulistiani
Kti irma yulistiani
 

Recently uploaded

ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptxAKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
adelsimanjuntak
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
Rismawati408268
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
arianferdana
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 

Recently uploaded (20)

ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptxAKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 

Kti istik analiza

  • 1. 1 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 JAM POST PARTUM TERHADAP NY W UMUR 34 TAHUN P2A0 DI RB KARTINI KAMPUNG SAWAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH DisusunOleh : Nama : ISTIK ANALIZA NIM : 201207025 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAPUNG TAHUN 2015
  • 2. 2 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 JAM POST PARTUM TERHADAP NY W UMUR 34 TAHUN P2A0 DI RB KARTINI KAMPUNG SAWAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan Disusun Oleh: N a m a : ISTIK ANALIZA NIM : 201207025 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 i
  • 3. 3 LEMBAR PENGESAHAN Diterima Dan Disahkan Oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila Pada: Hari : Kamis Tanggal : 9 Juli 2015 Penguji I Penguji II Nesia Catur Hutami, S.ST. M.Kes Vivin Supinah, S.ST NIK. 0114028902 NIK. 111011048 Direktur Akbid Adila Bandar Lampung dr. Wazni Adila, MPH NIK. 2011041008 ii
  • 4. 4 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 JAM POST PARTUM TERHADAP NY W UMUR 34TAHUN P2AODI RB KARTINI KAMPUNG SAWAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Istik Analiza, Nesia Catur Hutami, S.ST.,M.Kes,Vivin Supinah, S.ST INTISARI KTI ini membahas tentang Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas dimana Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Tujuan umum penelitian adalah Penulis dapat melaksanakan dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan kebidanan pada Ny.w umur 34 tahun P2A0. Sasaran penelitian yaitu Ny.w umur 34 tahun P2A0 6 jam postpartum, tempat penelitian di RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung, waktu penelitian pada tanggal 02 April 2015. Metode penelitian pada study kasus ini adalah deskriptif. Hasil Dari penelitian yang dilakukan ditemukan kesenjangan pada variable pola istirahat. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah semua tindakan berhasil ibu dan keluarga telah melakukan masase perut ibu ,kontraksi uterus ibu baik dan tidak terjadi perdarahan. Saran dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan bagi lahan praktik secara komprehensif berdasarkan kewenangan dalam memberikan pelayanan pada masyarakat untuk melakukan tindakan promotif, preventif seperti penyuluhan dan mengerjakan pendidikan kesehatan/ KIE. Kata kunci : Nifas, 6 Jam Post Partum Kepustakaan : 17 Keputakaan (2005-2013) Jumlah halaman : 120 halaman iii
  • 5. 5 CURRICULUM VITAE Nama : Istik Analiza NIM : 201207025 TTL : Belitang , 09-04 1994 Agama : Islam Alamat : Jl Lintas Timur Desa Tebing Suluh RT 003/ RW 002 Kecamatan Lempuing Kab.Ogan Komering ilir Palembang Sumatra Selatan. Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Angkatan : VII (Tujuh) Riwayat Pendidikan SDN 1 Lempuing Tahun 2000-2006 Madrasah Tsanawiyah Bumi Agung Tahun 2006-2009 SMAN 1 Lempuing Tahun 2009-2012 Dan sekarang Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa di Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung Sejak Tahun 2012 Hingga Sekarang iv
  • 6. 6 MOTO MENJADI ORANG SUKSES ITU PENUH DENGAN PERJUANGAN YANG KERAS BY: ISTIK ANALIZA v
  • 7. 7 PERSEMBAHAN ِ‫ﻢ‬‫ِﯿ‬‫ﺣ‬‫ﱠ‬‫ﺮ‬‫اﻟ‬ ِ‫ﻦ‬َ‫ﻤ‬ْ‫ﺣ‬‫ﱠ‬‫ﺮ‬‫اﻟ‬ ِ‫ﮫ‬‫ﱠ‬‫ﻠ‬‫اﻟ‬ ِ‫ﻢ‬ْ‫ﺴ‬ِ‫ﺑ‬ Ucapan syukur dari hati saya yang terdalam saya sampaikan kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan kepada saya, sehingga saya dapat berdiri tegar dan menyelesaikan karya kecilku. Sholawat dan salam tak lupa saya lantunkan bagi Rasulullah SAW, manusia terbaik yang pernah ada di dunia ini yang selalu menjadi sumber inspirasi saya untuk selalu menjadi lebih baik diberbagai hal. 1. Kepada KEDUA ORANG TUA yang sejak ananda dilahirkan tak henti- hentinya memberikan yang terbaik kepada ananda walau dalam keadaan apapun, maafkan atas kehilafan ananda selama ini. Terimakasih atas kasih sayang tak terhingga yang kalian berikan kepada ananda, keikhlasan dan ketulusan kalian dalam membesarkan ananda, Semoga persembahan ini akan menjadi awal buat ananda untuk memenuhi harapan kalian. Ananda sangat menyayangi kalian. Dan yang sangat kusayangi kakak ku terima kasih atas support, dukungan, doa yang kalian berikan selama ini, Semoga kita bisa membahagiakan bapak dan ibu, dan dapat memberikan yang terbaik untuk mereka selamanya. 2. Kepada Dosen pembimbing Terima kasih karena Ibu bersedia membimbing saya dengan sabar dan mendengarkan kegelisahan saya di detik-detik mendekati sidang Karya Tulis Ilmiah dan atas nasehat yang Ibu berikan sehingga saya dapat lebih fokus untuk memberikan yang terbaik ketika presentasi. 3. Kepada Dosen Wali Kelas saya yang telah sabar membimbing serta mengarahkan angkatan saya terima kasih telah memberikan bimbingan dan arahan kepada kami dan tak bosan-bosan mengumpulkan kami untuk memberikan semangat dan menginggatkan kami jika kami berbuat salah. 4. Terima kasih sebesar-besarnya saya ucapkan kepada temen-teman Angkatan VII karena telah banyak membantuku disaat aku susah serta almamaterku tercinta. vi
  • 8. 8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Masa Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Karya Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu. Laporan ini dibuat sebagi hasil pelaporan ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Amd. Keb di Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. dr.Wazni Adila, MPH Selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. 2. Karsyah S.Kep.M.Kes, Ratnawati S.ST Selaku pembimbing karya Tulis ilmiah dan Nesia Catur Hutami, S.ST.,M.Kes selaku penguji I,Vivin Supinah, S.ST selaku penguji II 3. RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung Sebagai Tempat Mengambil Penelitian 4. Semua pihak yang telah membantu dalam pemyusunan Karya Tulis Ilmiah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingatakan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca khususnya mahasiswa kebidanan. Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis vii
  • 9. 9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................ii INTISARI....................................................................................................iii CURICULUM VITAE................................................................................iv MOTO.........................................................................................................v PERSEMBAHAN .......................................................................................vi KATA PENGANTAR.................................................................................vii DAFTAR ISI...............................................................................................viii DAFTAR GAMBAR...................................................................................x DAFTAR TABEL .......................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ..............................................................1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................3 1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................3 1.4 Ruang Lingkup............................................................................4 1.5 Manfaat Penelitian.......................................................................5 1.6 Metodelogi dan Tekhnik Memperoleh Data.................................6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori Medis ..................................................................9 2.2 Tinjauanteori Asuhan Kebidanan.................................................60 2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan .........................................73 BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian...................................................................................76 3.2 Matrik .........................................................................................86 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian...................................................................................91 4.2 Interpretasi Data Dasar ................................................................107 4.3 Diagnosa Potensial ......................................................................108 4.4 Tindakan Segera atau Kolaborasi.................................................109 4.5 Perencanaan ................................................................................110 4.6 Pelaksanaan.................................................................................112 4.7 Evaluasi.......................................................................................115 viii
  • 10. 10 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................118 B. Saran...........................................................................................119 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix
  • 11. 11 DAFTARGAMBAR Gambar 2.1 Anatomi Payudara .....................................................................39 Gambar 2.2 Bentuk-bentuk puting susu.........................................................41 x
  • 12. 12 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas .............................12 Tabel 2.2 Perubahan Uterus .................................................................16 Tabel 3.2 Matrik .................................................................................86 xi
  • 13. 13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat izin Penelitian Lampiran 2 : Surat Balasan Lampiran 3 : Jadwal Penelitian Lampiran 4 : Dokumentasi Lampiran 5 : Lembar Konsul xii
  • 14. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu Maternal berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, waktu melahirkan dan masa nifas. Berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung Tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian ibu (kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar ( 59,78% ) terjadi pada saat persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20 – 34 tahun. Penyebab kasus kematian ibu di provinsi lampung tahun 2012 disebabkan oleh perdarahan 40,23%, eklamsi 59,33%, infeksi 4,2%, dan lain-lain sebanyak 75,42%, kasus kematian ibu tertinggi ada di kota Bandar Lampung yaitu 6 % ( Profil Dinas kesehatan Provinsi dan Kota Bandar Lampung, 2012 ). Sekitar 50 % kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan pascapersalinan yang berkualitas harus diselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Dewi & Sunarsih, 2013.h; 01). Periode pascapersalinan meliputi masa trasnsisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. perdarahan pasca
  • 15. 2 persalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap tahun di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan pasca persalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Dalam waktu satu jam setelah persalinan, penolong persalinan harus memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila perdarahan berat, tranfusi darah adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu (Prawirohardjo, 2010; h. 357-358). Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah –masalah yang terjadi (Dewi & Sunarsih, 2013; h. 4). Berdasarkan prasurvey pada tanggal 02 April 2015 di RB Kartini Kampung Sawah terdapat Ny W P2A0 umur 34 tahun 6 jam post partum. Untuk mencegah resiko perdarahan karena atonia uteri, maka Ny W perlu diberi Asuhan kebidanan yaitu memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal dan melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir atau biasa disebut rawat gabung. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk memberikan “Asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam post partum terhadap Ny W umur 34 tahun P2A0 di RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung tahun 2015”.
  • 16. 3 1.2. Rumusan Masalah “Bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam post partum terhadap Ny W umur 34 tahunP2A0 DI RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung Tahun 2015 ?”. 1.3. Tujuan Penulis 1.3.1 Tujuan Umum Dapat melaksanakan dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan kebidanan pada Ny W umur 34 tahun P2A0 di RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1.1 Mampu melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam normal khususya pada Ny.w umur 34 tahun P2A0 di RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.1.2 Mampu menginterprestasikan data yang ada sehingga mampu menyusun diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada ibu nifas normal khususya pada Ny.w umur 34 tahun P2A0 di RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.1.3 Mampu menerapkan diagnosa potensial pada ibu nifas normal khususya pada Ny.w umur 34 tahun P2A0 di RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung tahun 2015.
  • 17. 4 1.3.2.1.4 Mampu melaksanakan identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera pada asuhan kebidanan ibu nifas normal khususya pada Ny.w umur 34 tahun P2A0di RB kartini Kampung Sawah Bandar lampung tahun 2015. 1.3.2.1.5 Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal khususya pada Ny.w umur 34 tahun P2A0 di RB kartini Kampung Sawah Bandar lampung tahun 2015. 1.3.2.1.6 Mampu melaksanakan tindakan kebidanan sesuai dengan kebutuhan dan masalah khususya pada Ny.w umur 34 tahun P2A0 di RB Kartini Kampung Sawah Bandar lampung tahun 2015. 1.3.2.1.7 Mampu melaksanakan evaluasi terhadap penanganan kasus ibu nifas normal khususnya pada Ny. W umur 34 tahun P2A0 di RB kartini Kampung Sawah Bandar Lampung tahun 2015. 1.4. Ruang Lingkup 1.4.1 Sasaran Objek pada penelitian ini adalah ibu nifas 6 jam post partum yaitu Ny.W umur 34 tahun P2A0 di RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung. 1.4.2 Tempat Penilitian dilakukan di RB kartini Kampung Sawah Bandar Lampung
  • 18. 5 1.4.3 Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 02 April 2015. 1.5. Manfaat Penulisan 1.5.1 Bagi Instansi Pendidikan Sebagai bahan referensi, keterampilan dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan khususnya pada 6 jam post partum. 1.5.2 Bagi Lahan Praktek Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagian bahan masukan bagi tempat praktek terutama bagi bidan serta tenaga kesehatan yang berada di masyarakat untuk melakukan tindakan promotif dan preventif seperti penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan atau KIE untuk mencegah terjadinya komplikasi pada 6 jam post partum. 1.5.3 Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan mengaplikasikan pendidikan penulis khususnya tentang penatalaksanaan 6 jam postpartum pada ibu nifas. 1.5.4 Bagi Masyarakat Dapat di jadikan masukan pada masyarakat agar lebih mengerti tentang perawatan ibu selama masa nifas pada umumnya dapat dijadikan referensi khususnya pada Ny. W tentang bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
  • 19. 6 1.6. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah: 1.6.1. Metode Penenelitian Survei Deskriptif Survei deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi didalam suatu populasi tertentu. Pada umumnya survei deskriptif digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program dimasa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut. Survei deskriptif juga dapat didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Dalam bidang kesehatan masyarakat survei deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu. 1.6.2. Teknik memperoleh data Untuk memperoleh data tehnik yang digunakan sebagai berikut: 1.6.2.1 Data primer a. Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk menggumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap
  • 20. 7 berhadapan muka dengan muka dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2012; h. 35 - 139). Wawancara dilakukan dengan cara: a) Auto Anamnesa Auto anamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan kepada pasien secara langsung. jadi, data yang diperoleh adalah data primer karena langsung dari sumbernya. b) AlloAnamnesa Allo anamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien (Sulistyawati, 2009; h. 111). b. Pemeriksaan Fisik Data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik berupa data objektif. Data objektif berarti data yang dapat diperiksa oleh medis dengan menggunakan tehnik pemeriksaan. Data-data ini didapatkan melalui pemeriksaan fisik terhadap klien. Ada empat tehnik pemeriksaan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik yaitu: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (Tambunan& Kasim, 2011; h.3). 1.6.2.2 Data Sekunder a. Studi Dokumenter Yang dimaksud dengan sumber informasi dokumenter pada dasarnya adalah semua bentuk sumber informasi yang
  • 21. 8 berhubungan dengan dokumen, baik dokumen –dokumen resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi, adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan, statistik, catatan–catatan di dalam kartu klinik dan sebagainya b. Studi kepustakaan bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang latar belakang teoretis dari suatu penelitian. dari buku-buku, laporan-laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal dan sebagainya kita dapat memperoleh berbagai informasi baik berupa teori –teori, generalisasi, maupun konsep yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli. ( Notoatmodjo, 2005; h. 62-63).
  • 22. 9 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS 2.1.1 NIFAS 2.1.1.1 Pengertian Dalam bahasa latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Bahiyatun , 2009; h. 2). Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu ( 42 hari) setelah itu ( Dewi & Sunarsih, 2013;hal.1). Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42hari) setelah itu. (Prawirohardjo, 2010; h. 356).
  • 23. 10 2.1.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas Tujuan dari perawatan nifas ini adalah : 1. Memulihkan kesehatan umum penderita a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan b. Mengatasi anemia c. Mencegah infeksi dengan memerhatikan kebersihan dan sterilisasi d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar peredaran darah 2. Mempertahankan kesehatan psikologi 3. Mencegah infeksi dan komplikasi 4. Memperlancar pembentukan air susu ibu(ASI) 5. Mengajajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang norma (Bahiyatun, 2009; h. 2-3). 2.1.1.3 Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas Peranan dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah: a. Medeteksi komplikasi dan perlunya rujukan b. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik,serta mempraktekan kebersihan yang aman.
  • 24. 11 c. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi d. Memulai dan mendorong pemberian ASI (Ambarwati & Wulandari, 2008; h.3). 2.1.1.4 Tahapan masa nifas a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainya. b. Puerperium intermediate, yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu c. Puerperium remote, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalina mempunyai komplikasi ( Dewi & Sunarsih, 2013; h. 4).
  • 25. 12 2.1.1.5 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Table 2.1 Program Masa Nifas Kunjungan Waktu Tujuan 1 6-8 jam setelah persalinan 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan; rujuk jika perdarahan berlanjut. 3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 4. Pemberian ASI awal 5. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang baru lahir. 6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi 7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir selama 2 jam pertama setelah klahiran atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil. 2 6 hari setelah persalinan 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal:uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. 2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. 3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat. 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak mmperlihatkan tanda tanda penyulit. 5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari. 3 2 minggu setelah prsalinan Sama seperti diatas 4 6 minggu setelah persalinan 1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ia atau bayinya alami. 2. Memberikan konseling Kb secara dini (Sulistyawati, 2009; h. 6-7).
  • 26. 13 2.1.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas 2.1.2.1 Perubahan sistem reproduksi 1. Uterus Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada digaris tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promotorium sakralis. Pada saat ini, besar uterus kira-kira sama besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu ( kira-kira sebesar jeruk asam) dan beratnya kira-kira 100 gr. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada dipertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum. Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi kira-kira 500 gr 1 minggu
  • 27. 14 setelah melahirkan dan 350 gr (11 sampai 12 ons) 2 minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan kadar esterogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pertumbuhan uterus prenatal bergantung pada hiperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot dan hipertrofi sel-sel yang telah ada. Pada masa postpartum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Hal inilah yang menjadi penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil. Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah tertahannya fragmen plasenta dan infeksi. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut a. Iskemia miometrium. Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus- menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.
  • 28. 15 b. Autolisis. Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang tejadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga panjangnya 10 kali dari semula dan lebar lima kali dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon esterogen dan progesteron. c. Efek oksitosin. Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelvis.
  • 29. 16 Tabel 2.2 Involusi Uterus Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus (gr) Diameter bekas melekat plasenta (cm) Keadaan Serviks Bayi lahir Setinggi pusat 1000 Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 12,5 Lembek Satu minggu Pertengahan pusat dan simfisis 500 7,5 Beberapa hari setelah postpartum dapat dilalui 2 jari. Akhir minggu pertama dapat dimasuki 1 jari. Dua minggu Tak teraba diatas simfisis 350 3-4 Enam minggu Bertambah kecil 50-60 1-2 Delapan minggu Sebesar normal 30 (Dewi & Sunarsih, 2013; h. 55-57). 2. Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda- beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi (Sulistyawati, 2009; h. 76). Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya diantaranya sebagai berikut:
  • 30. 17 1) Lokia rubra/merah (kruenta) Lokia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa postpartum. Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari perobekan atau luka pada plasenta dan serabut dari desidua dan chorion. Lokia ini terdiri atas sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum, dan sisa darah (Dewi & Sunarsih, 2013; h. 58). 2) Lokhea sanguinolenta Lokhea ini Berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum (Sulistyawati, 2009; h.76) 3) Lochea serosa Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum , leukosit, dan robekan / laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum (Ambarwati & Wulandari, 2008; h.78). 4) Lokia alba Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya.
  • 31. 18 Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel – sel desidua (Saleha, 2009; h. 56). 2.1.2.2 Perubahan pada serviks Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk serviks agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin. Servik berwarna merah kehitam- hitaman karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil. Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum, servik sudah menutup kembali. 2.1.2.3 Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
  • 32. 19 tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol. Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perpriman (sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan sellulitis yang dapat menjalar sampai terjadi sepsis. 2.1.2.3 Perinium Segera setelah melahirkan, perinium menjadi kendur karena sebelumnya terenggang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil. 2.1.2.4 Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktifitas tubuh. Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan
  • 33. 20 asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, selama 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia. Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan. 2.1.2.5 Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlansung. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam postpartum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “deuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu. Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemia, kadang-kadang odem trigonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga retensio urine. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitif dan kapasitas bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine residual (normal kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan
  • 34. 21 trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi. 2.1.2.6 Perubahan Sistem Muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh- pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh “ kandunganya turun” setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genitalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastrik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan- jaringan penunjang alat genitalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat fisioterapi (Sulistyawati, 2009; h: 77-79).
  • 35. 22 2.1.2.7 Perubahan Sistem Endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut. 1. Oksitosin Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal. 2. Prolaktin Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium kearah permulaan pola produksi
  • 36. 23 esterogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan mestruasi. 3. Estrogen dan Progesteron Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Di samping itu, progesteron memengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina (Saleha, 2009; h. 60). 2.1.2.8 Perubahan Tanda-Tanda Vital 1. Suhu Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada
  • 37. 24 endometrium , mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu diatas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum (Rukiyah et all, 2011; h. 68). Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5-380 c) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilang cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa ( Dewi & Sunarsih, 2013;h.60) 2. Nadi dan pernafasan Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah partus, dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula (Saleha, 2009;h. 61). Nadi Berkisar antara 60- 80x-menit. Denyut nadi di atas 100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan (Ambarwati & Wulandari, 2008; h. 138).
  • 38. 25 Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali permenit. Denyut nadi sehabis melahirksn biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi (Sulistyawati, 2009; h. 81). frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16 – 24 kali permenit, pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok. 3.Tekanan darah Tekanan darah normal manusia adalah sistolik 90 – 120 mmHg dan diastolik 60 – 80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, Tekanan darah biasanya tidak berubah . Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
  • 39. 26 2.1.2.9 Perubahan Sistem Kardiovaskuler Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini. 2.1.2.10 Perubahan Sistem Hematologi Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume plasma daripada sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel darah pada waktu kehamilan diasosikan dengan peningkatan hematoktir dan haemoglobin pada hari ketiga sampai tujuh hari setelah persalinan (Rukiyah et all, 2011; h. 69-71). 2.1.3 Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas Pengalaman menjadi orang tua khusus nya menjadi seorang ibu tidaklah selalu merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi setiap wanita atau pasangan suami istri. Realisasi tanggung jawab sebagai seorang ibu setelah melahirkan bayi seringkali menimbulkan konflik dalam diri seorang wanita dan merupakan faktor pemicu munculnya gangguan emosi, intelektual, dan tingkah laku pada seorang wanita.
  • 40. 27 Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut. 2.1.3.1 Fase taking in : periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan barulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungan nya. 2.1.3.2 Fase Taking Hold : Fase atau Periode berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu. 2.1.3.3 Fase Letting Go : merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat meyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah menigkat. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinyan (Dewi & Sunarsih, 2013; h.65-66). 2.1.4 Kebutuhan dasar ibu masa nifas 2.1.4.1 Makanan.
  • 41. 28 Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI , karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik , makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori , protein, lemak , dan vitamin serta mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas/hari (Ambarwati & Wulandari, 2008; h. 27). Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut. 1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. 2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. 3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. 4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca persalinan. 5. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
  • 42. 29 memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI (Saleha, 2009; h. 71-72). Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata kandungan Kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/ 100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui. Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein di atas kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kal yang diajurkan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang, kerang, susu dan keju. Sementara itu, protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain. Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam bentuk air putih, susu,
  • 43. 30 dan jus buah( anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar ( Dewi & Sunarsih, 2013;h. 71-72). 2.1.4.2 Ambulasi Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum terlentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dan tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum. Keuntungan (early ambulation) adalah sebagai berikut. 1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. 2. Faal usus dan kandung kemih lebih baik. 3. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya memandikan, mangganti pakaian, dan memberi makan. 4. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia ( sosial ekonomis). Menurut penelitian-penelitian yang seksama, early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak
  • 44. 31 menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka diperut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri. Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya. Panambahan kegitan dengan early ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak, dan sebagainya (Saleha, 2009;h.71-72). 2.1.4.3 Eliminasi 1. Buang air kecil Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Ibu diusahakan mampu buang air kecil sendiri, bila tidak, maka dilakukan tindakan berikut ini. a. Dirangsang dengan mengalirkan air keran didekat klien. b. Mengompres air hangat diatas simpisis. c. Saat sitebath (berendam air hangat) klien disuruh BAK. (Dewi & Sunarsih, 2013; h.73). Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan
  • 45. 32 kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi. Berikut ini sebab-sabab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada ibu postpartum. a. Berkurangnya tekanan intraabdominal. b. Otot-otot perut masih lemah. c. Edema dan uretra . d. Dinding kandung kemih kurang sensitif (Saleha, 2009; h.72-73). 2. Buang air Besar Defekasi (buang air besar) Harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipsi dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut). Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga dapat memengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya bila penderita tidak BAB sampai 2 hari sesudah persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit gliserine / diberikan obat-obatan. Biasanya 2-3 hari postpartum masih susah BAB, maka sebaiknya diberikan laksan atau paraffin (1-2 postpartum), atau pada hari ke-tiga diberi laksan supositoria dan minum air hangat. Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur.
  • 46. 33 1) Diet teratur. 2) Pemberian cairan yang banyak. 3) Ambulasi yang baik. 4) Bila takut buang air besar secara episiotomi , maka diberikan laksan supposotria. (Dewi & Sunarsih, 2013; h.73-74) Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila mengalami kesulitan BAB/obstipasi, lakukan diet teratur; cukup cairan; konsumsi makanan berserat; olahraga; berikan obat rangsanagan per oral atau per rektal atau lakukan klisma bilamana perlu (Yanti & Sundawati, 2011; h. 83). 2.1.4.4 Personal hygiene Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut. 1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum. 2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
  • 47. 34 3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika. 4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya, 5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut (Saleha, 2009;h.73-74). 2.1.4.5 Istirahat Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi menyusui bayinya nanti. Kurangnya istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya : 1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi. 2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan. 3. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga,
  • 48. 35 harus dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap. Selain itu, Pasien juga perlu diingatkan untuk selalu tidur siang atau beristirahat selagi bayinya tidur. Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam dan siang (Sulistyawati, 2009; h. 103). Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari (Yanti & Sundawati, 2011;h.84). Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien , berapa jam pasien tidur , kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca , mendengarkan musik , kebiasaan mengkonsumsi obat tidur , kebiasaan tidur siang , penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan (Ambarwati & Wulandari, 2008; h. 136) . 2.1.4.6 Aktivitas seksual Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat berikut ini: 1. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu-satu dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
  • 49. 36 kapan saja ibu siap. 2. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu terrtentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan (Saleha,2009; h.75). 2.1.4.7 Latihan dan senam nifas Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan menguatkan otot- otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut. Pada saat hamil, otot perut dan sekitar rahim, serta vagina telah teregang dan melemah. Latihan senam nifas dilakukan untuk membantu mengencangkan otot-otot tersebut. Hal ini untuk mencegah terjadinya nyeri punggung dikemudian hari dan terjadinya kelemahan pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa menahan BAK. Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus menerus (kontinu). Lakukan pengulangan setiap 5 gerakan dan tingkatkan setiap hari sampai 10 kali (Dewi & Sunarsih, 2013; h. 81)
  • 50. 37 2.1.5 Tanda-tanda bahaya masa nifas Jika ibu melihat hal-hal berikut ini atau memperhatikan bahwa ada seseuatu yang tidak beres atau melihat salah satu dari hal-hal berikut ini, maka ibu tersebut akan perlu menemui seseorang bidan dengan segera: 2.1.5.1 Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam) 2.1.5.2 Pengeluaran cairan vagina dengan bau busuk yang keras. 2.1.5.3 Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung 2.1.5.4 Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan 2.1.5.5 Pembengkakan pada wajah dan tangan 2.1.5.6 Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan 2.1.5.7 Payudara yang memerah, panas dan atau sakit 2.1.5.8 Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan 2.1.5.9 Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan atau pembengkakan pada kaki a. Merasa sangat sedih dan tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi b. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah (Rukiyah et all, 2011; h. 154).
  • 51. 38 2.1.6 Proses Laktasi Dan Menyusui Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dan siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami. (Ambarwati & Wulandari, 2008; h. 6) 2.1.6.1 Anatomi Payudara Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama kehidupan karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan. Payudara ( mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram. Payudara disebut pula glandula mamalia yang ada baik pada wanita maupun pria. Pada pria secara normal tidak berkembang
  • 52. 39 kecuali jika dirangsang oleh hormon. Pada wanita terus berkembang pada pubertas, sedangkan selama kehamilan terutama berkembang pada masa menyusui. Gambar. 2.1 Struktur Payudara 1. Letak : Setiap payudara terletak pada sternum dan meluas setinggi costa kedua dan keenam. Payudara ini terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada yang disangga oleh ligamentum sospensorium 2. Bentuk : Bentuk masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas keketiak atau aksila 3. Ukuran : Ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada yang lainya .
  • 53. 40 Struktur Makroskopis 1. Struktur makroskopis payudara adalah sebagai berikut : a. Kauda aksilaris. Adalah jaringan payudara yang meluas ke arah aksila. b. Areola. Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2.5 cm. Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. c. Papila Mamae ( puting susu). Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi , sedangkan serat-serat otot yang Longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut. Bentuk puting ada empat macam yaitu bentuk yang normal, pendek atau datar, panjang, dan terbenam (inverted).
  • 54. Gambar. 2.2 Bentuk 2. Struktur Mikroskopis Payudara sejumlah jaringan lemak dan Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran jaringan fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau jeruk yang dibelah. Setia unit fungsional yang berisi dan tersusun atas bangunan sebagai berikut : a. Alveoli Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel plasma 15-25 lobus. Masing Gambar. 2.2 Bentuk-bentuk Puting Susu Struktur Mikroskopis Payudara tersusun atas jaringan kelenjar, tetapi juga mengandung sejumlah jaringan lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 15-20 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran jaringan fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau jeruk yang dibelah. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang berisi dan tersusun atas bangunan sebagai berikut : Alveoli Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak plasma, sel otot polos, dan pembluh darah. Payudara terdiri atas 25 lobus. Masing-masing lobus terdiri atas 20-40 lobulus. 41 tetapi juga mengandung 20 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan menyerupai segmen p lobus merupakan satu unit fungsional yang berisi dan tersusun atas bangunan-bangunan Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. jaringan lemak, sel sel otot polos, dan pembluh darah. Payudara terdiri atas 40 lobulus.
  • 55. 42 Selanjutnya masing-masing lobulus terdiri atas 10-100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu ( sistem duktus) sehingga menyerupai suatu pohon. ASI disalurkan dari alveolus kedalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar ( duktus laktiferus). b. Ductus laktiferus. Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactiferus. c. Ampulla Adalah bagian dari ductus lactiferus yang melebar, merupakan tempat menyimpan air susu. Ampula terletak di bawah areola. d. Lanjutan setiap duktus laktiferus. Meluas dari ampula sampai muara papilla mammae. 2.1.6.2 Fisiologi Laktasi 1. Pembentukan Air Susu Pada ibu yang menyusui memiliki dua reflek yang masing- masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu sebagai berikut. a. Reflek prolaktin. Pada ahir kehamilan, hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum yang terbatas karena aktivitas prolaktin
  • 56. 43 dihambat oleh esterogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus, lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum membuat esterogen dan progesteron sangat berkurang, ditambah dengan adanya isapan bayi yang merangsang putting susu dan kalang payudara yang akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan air ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus yang akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor- faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu (Dewi & Sunarsih, 2013.h; 7-12). b. Releks Let Down: dengan dibentuknya hormone prolaktin rangsangan yang berasal dari isapan bayi akan dilanjutkan ke neurohipofise yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini akan menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi pada organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi
  • 57. 44 sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alvoli dan masuk ke sistem duktus yang untuk selanjutnya akan mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. (Rukiyah et all, 2011. h; 14). Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down adalah sebagai berikut : 1) Melihat bayi 2) Mendengarkan suara bayi 3) mencium bayi 4) Memikirkan untuk menyusui bayinya Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stres, seperti keadaan bingung/ pikiran kacau, takut, dan cemas. 2. Mekanisme Menyusui a. Reflek mencari ( rooting reflek) Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi. Keadaan ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.
  • 58. 45 b. Reflek Menghisap (sucking reflek) Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara di belakang puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit- langit keras. Tekanan bibir dan gerakan rahang yang terjadi secara berirama membuat gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus sehingga air susu akan mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari puting susu. c. Refleks menelan (swallowing reflek) Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot- otot pipi sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung (Dewi & Sunarsih, 2013; h. 13-14). 2.1.7 Pemberian ASI Awal 2.1.7.1 Inisiasi Menyusu Dini Protokol evidence based baru yang telah diperbaharui oleh WHO dan UNICEF mengenai asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan sebagai berikut.
  • 59. 46 1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam. 2. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu, serta memberi bantuan jika diperlukan. 3. Menunda semua prosedur lainya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti: memandikan, menimbang, pemberian vitamin K, obat tetes mata dan lain- lain. Prinsip menyus/ pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin secara eksklusif. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakakan bayi tengkurap didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu, biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Apabila ruang bersalin dingin, bayi diberi topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama proses menyusui ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu dan menolong bayi bila diperlukan. Keuntungan inisiasi menyusu dini bagi ibu dan bayi adalah sebagai berikut: 1. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi a. Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi.
  • 60. 47 b. Kontak memastikan perilaku optimum menyusui berdasarkan insting dan diperkirakan dapat: (1) Menstabilkan pernapasan, (2) Mengendalikan temperature tubuh bayi (3) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif, (4) Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali pada berat lahirnya dengan lebih cepat), (5) Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi, (6) Memperbaiki pola tidur yang lebih baik, (7) Tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama, (8) Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi, (9) Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir, (10) Kadar gula dan parameter biokimia lain yang baik selama beberapa jam pertama hidupnya. 2. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu a. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu 1) Oksitosin
  • 61. 48 a) Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pascapersalinan lebih rendah. b) Merangsang pengeluaran kolostrum. c) Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi. d) Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pascapersalinan lainya. 2) Prolaktin a) Meningkatkan produksi ASI. b) Membantu ibu mengatasi stress. Mengatasi stress adalah fungsi oksitosin. c) Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusu. d) Menunda ovulasi. 3. Keuntungan menyusu dini bagi bayi a. Meningkatkan kecerdasan b. Mencegah kehilangan panas c. Merangsang kolostrum segera keluar d. Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi e. Makana dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
  • 62. 49 f. Membantu bayi mengoordinasi isap, telan, dan napas. g. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. 4. Keuntungan menyusu dini bagi ibu a Merangsang oksitosin dan prolaktin. b Meningkatkan keberhasilan produksi ASI. c Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. 5. Memulai menyusu dini akan: a. Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari ke bawah; b. Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan meningkatkan lamanya bayi menyusui; c. Merangsang produksi susu; d. Memperkuat reflek menghisap bayi. Intensitas reflek menghisap awal pada bayi paling kuat adalah dalam beberapa jam pertama setelah lahir; (Rohani et all,2011;h. 263-264). 2.1.8 Rawat Gabung 2.1.8.1 Pengertian rawat gabung Rawat gabung adalah suatu cara perawatan, dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya.
  • 63. 50 Sehingga setiap kali bayi memerlukan, ibunya dapat segera memberikan perhatian. 2.1.8.2 Tujuan rawat gabung a. Agar bayi segera mendpatkan kolostrum / ASI. b. Memberikan kesempatan kepada ibu yang baru melahirkan dan suaminya untuk mendapatkan pengalaman cara merawat bayi segera sesudah kelahiran. c. Stimulasi mental dini dalam tumbuh kembang anak (Maryunani, 2009; h. 107-109). 2.1.8.3 Manfaat rawat gabung a. Aspek Psikologis Dengan rawat gabung antara ibu dan bayi akan terjalin proses lekat (bonding). Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya. Kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental mutlak diperlukan oleh bayi. Rasa aman, terlindung, dan percaya pada orang lain (basic trust) merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri pada bayi. Ibu akan merasa bangga karena dapat memberikan yang terbaik bagi bayinya. b. Aspek fisik Dengan rawat gabung, ibu dengan mudah menyusui kapan saja bayi menginginkanya. Dengan demikian, ASI juga akan cepat keluar.
  • 64. 51 c. Aspek Fisiologis Dengan rawat gabung, bayi dapat disusui dengan frekuensi yang sering dan menimbulkan reflek prolaktin yang memacu proses produksi ASI dan reflek oksitosin yang membantu pengeluaran ASI dan mempercepat involusi rahim. Pemberian ASI eksklusif dapat juga dipergunakan sebagai metode keluarga berencana ( metode amenorea laktasi) asal memenuhi syarat yaitu usia bayi belum berusia 6 bulan, ibu belum haid lagi, dan bayi masih diberi ASI secara eksklusif. d. Aspek Eduatif Dengan rawat gabung, terutama yang primipara, akan mempunyai pengalaman menyusui dan merawat bayinya. Juga memberi kesempatan bagi perawat untuk tugas penyuluhan, antara lain posisi dan perlekatan bayi untuk menyusui dan tanda-tanda bahaya pada bayi. Ibu juga segera dapat mengenali perubahan fisik atau perilaku bayi dan menanyakan pada petugas hal-hal yang dianggab tidak wajar. Sarana ini dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi keluarga. e. Aspek Medis Dengan rawat gabung, ibu merawat bayinya sendiri. Bayi juga tidak terpapar dengan banyak petugas sehingga
  • 65. 52 infeksi nosokomial dapat dicegah. Disamping itu, kolostrum yang banyak mengandung berbagai zat protektif akan cepat keluar dan memberikan daya tahan bagi bayi. f. Aspek ekonomi Dengan rawat gabung, pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin sehingga anggaran pengeluaran untuk membeli susu formula dan peralatan untuk membuatnya dapat dihemat. Ruang bayi tidak perlu ada dan ruang dapat digunakan untuk hal yang lain. Lama rawat juga bisa dikurangi sehingga pergantian pasien bisa lebih cepat (Prawirohardjo, 2010; h. 386-387). 2.1.8.4 Jenis Rawat Gabung a. Rawat gabung purna waktu ( penuh/kontinu) Adalah cara perawatan dimana ibu dan bayi dirawat bersama-sama secara terus menerus selama 24 jam . Bayi tetap berada di samping ibunya terus-menerus. d. Rawat gabung penggal waktu( tidak penuh/ parsial/ Intermiten ) Adalah cara perawatan dimana ibu dan bayi dirawat secara terpisah pada saat tertentu 2.1.8.5 Syarat / kriteria Rawat Gabung
  • 66. 53 a. Bayi lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong. b. Bila bayi lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dapat dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflek menghisap baik, tidak ada tanda infeksi dan sebagainya c. Bayi yang lahir secara seksio caesaria dengan anastesi umum, rawat gabung dapat dilakukan segera setelah ibu sadar penuh. Bayi tetap disusuka meskipun mungkin ibu masih mendapat infus d. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama ( nilai apgar minimal 7) e. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih f. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum h. Bayi dan ibu sehat 2.1.8.6 Kontra indikasi rawat gabung Rawat gabung tidak dianjurkan pada kondisi-kondisi berikut ini : a. Kondisi Ibu 1) ibu dengan kondisi jantung –parunya tidak baik 2) ibu dengan pasca eklamsia dan kesadaran yag belum baik 3) ibu dengan penyakit infeksi akut, TBC terbuka
  • 67. 54 4) Ibu dengan penyakit hepatitis B, infeksi HIV (masih kontroversi) 5) Ibu dengan kharisma payudara. b. Kondisi Bayi 1) bayi dengan kejang atau kesadaran menurun 2) bayi dengan sakit jantung dan paru berat 3) bayi dengan cacat bawaan sehingga tidak mau menyusu 4) bayi yang dalam pengawasan intensif atau perlu terapi khusus. 2.1.8.7 Pelaksanaan rawat gabung a. Di Poliklinik bidan/perawat dapat melakukan kegiatan dengan: b. Memberikan penyuluhan tentang ASI dan rawat gabung, tujuan, manfaat dan lain-lain. c. Di kamar bersalin bidan /perawat harus mengetahui Kritera bayi baru lahir yang dapat dilakukan rawat gabung bersama ibunya, dengan kriteria antara lain : 1. Nilai apgar > 7 2. Berat badan bayi > 2000 gram 3. Masa kehamilan > 36 minggu dan < 42 minggu 4. lahir spontan
  • 68. 55 5. Ibu sehat ( Maryunani, 2009; h.108-116). 2.1.8.8 Mempertahankan Suhu Tubuh BBL Dan Mencegah Hipotermi Prinsip umum pengaturan suhu tubuh bayi adalah sebagai berikut: 1. Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti setiap saat agar tetap hangat walaupun saat dilakukan tindakan. Bayi tetap memakai pakaian dan mengenakan topi, bungkus bayi dengan pakaian yang kering dan lembut serta slimuti bayi, buka hanya sebagian tubuh yang diperlukan untuk pemantauan atau tindakan. 2. Rawat bayi diruangan yang hangat ( tidak kurang 250 c dan bebas dari aliran angin) 3. Jangan meletakkan bayi dekat dengan benda yang dingin walaupun bayi dalam incubator. 4. Jangan meletakkan bayi dipermukaan yang dingin. Berikan alas tempat tidur atau meja periksa dengan kain atau selimut hangat sebelum bayi diletakkan. 5. Pada waktu dipindahkan ketempat lain, jaga bayi agar tetap hangat. 6. Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan. 7. Ganti popok setiap kali basah
  • 69. 56 8. Bila ada sesuatu yang basah ditempelkan dikulit (misalnya kasa yang basah) usahakan agar bayi tetap hangat. 9. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin (Rohani et all, 2011; h. 253). 2.1.8.9 Mekanisme Kehilangan Panas Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya. a Konduksi. Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi(pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain memulai kontak langsung). Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan dingin, dan menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL. b Konveksi. Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh, konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela, atau membiarkan BBL diruangan yang terpasang kipas angin.
  • 70. 57 c Radiasi. Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin ( pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda). Sebagai contoh, membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas, membiarkan BBL dalam keadaan telanjang atau menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin ( dekat tembok). d Evaporasi, panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada kecepatan dan kelembapan udara (pemindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap ) evaporasi ini dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara, dan aliran udara yang melewati. Apabila BBL dibiarkan dalam suhu kamar 250 c, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya 200 kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya sepersepuluhnya saja. Agar dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal berikut. a. Keringkan bayi secara seksama. b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan hangat . c. Tutup bagian kepala bayi.
  • 71. 58 d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir. f. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat. ( Dewi, 2010; h.13-14). 2.1.9 Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas 2.1.9.1 Hemoragik 1. Perdarahan pervaginam postpartum Definisi perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih, sesudah anak lahir atau setelah kala III. Perdarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan. Terutama di dua jam pertama Kalau terjadi perdarahan, maka tinggi rahim akan bertabah naik, tekanan darah menurun, dan denyut nadi ibu menjadi cepat. a. Klasifikasi klinis Perdarahan pasca persalinan primer yakni perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama, penyebab: atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekam jalan lahir. Perdarahan pasca persalinan sekunder, yakni perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama, penyebab: robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran (Rukiyah et all, 2011; h. 116).
  • 72. 59 Beberapa etiologi dari komplikasi ini adalah atonia uteri dan sisa plasenta ( 80%), laserasi jalan lahir (20%), serta ganguan faal pembekuan darah pascasolusio plasenta. Berikut adalah factor resiko dari komplikasi ini, 1. Partus lama . 2. Overdistensi uterus (hidramnion, kehamilan kembar, makrosomia). 3. Perdarahan antepartum. 4. Pasca induksi oksitosin atau MgsO4 5. Korioamnionitis. 6. Mioma uteri. 7. Anestesia. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut . 1) Perdarahan kala III( plasenta belum lahir ) Masase fundus uterus untuk memicu kontraksi uterus disertai dengan tarikan tali pusat terkendali. Bila perdarahan terus terjadi meskipun uterus telah berkontraksi dengan baik , periksa kemungkinan laserasi jalan lahir atau ruptur uteri. Bila plasenta belum dapat dilahirkan, lakukan plasenta manual. Bila setelah dilahirkan
  • 73. 60 terlihat tidak lengkap, maka harus dilakukan eksplorasi kavum uteri atau kuretase. 2) Perdarahan pascapersalinan primer (true HPP) a) Periksa apakah plasenta lengkap. b) Masase fundus uteri. c) Pasang infuse RL dan berikan uterotonik ( oksitosin, methergin, atau misoprostol). d) Bila perdarahan > 1 liter pertimbangkan transfusi. e) Periksa faktor pembekuan darah. f) Bila kontraksi uterus baik dan perdarahan terus terjadi, periksa kembali kemungkinan adanya laserasi jalan lahir. g) Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan kompresi bimanual. h) Bila perdarahan terus berlangsung, pertimbangkan ligasi arteri hipogastrika (Dewi & Sunarsih, 2013; h. 107-108) 2.2 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan 2.2.1 Langkah dalam managemen kebidanan menurut varney 2.2.1.1 Pengkajian ( Pengumpulan Data Dasar ) Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi
  • 74. 61 klien. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis. Anamnesis adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Anamnesis dapat dilakukan melalui dua yaitu sebagai cara berikut: a. Auto Anamnesis merupakan anamnesa yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer karna langsung dari sumbernya. b. Allo anamnesis merupakan anamnesis yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien .ini dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data yang akurat (Sulistyawati,2009;h.110-111) Bagian-bagian penting dari anamnesis antara lain sebagai beriku 1. Data Subjektif a) Identitas pasien 1) Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. 2) Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun , alat-alat reproduksi belum matang , mental dan psikisnya
  • 75. 62 belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. 3) Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. 4) Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. 5) Suku / bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari. 6) Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. 7) Alamat Pasien ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila perlu (Ambarwati & wulandari, 2008; h. 131-132).
  • 76. 63 b) Keluhan utama Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang kefasilitas pelayanan kesehatan. Misalnya, ibu post partum normal ingin memeriksa kesehatanya setelah persalinan. Contoh lain, ibu post partum patologis dengan keluhan demam, keluar darah segar dan banyak, nyeri, dan infeksi luka jahitan, dan lain-lain(Sulistyawati, 2009; h. 111). c) Riwayat kesehatan 1. Riwayat kesehatan yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, DM, hipertensi, asma, yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini. 2. Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubunganya dengan masa nifas dan bayinya. 3. Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien
  • 77. 64 dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya. d) Riwayat perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status pernikahan yang syah atau tidak , karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses masa nifas. e) Riwayat Obstetric 1) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu hamil , Apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan,keadaan nifas yang lalu 2) Riwayat persalinan sekarang. Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan.hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini. f) Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,berapa lama, adakah
  • 78. 65 keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa g) Kehidupan social budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien. Khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan. h) Data psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor. Penyebab yang paling menonjol adalah: a. Kekecewaan emosional yanh mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
  • 79. 66 b. Rasa sakit masa nifas awal. c. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum. d. Kecemasan dan kemampuanya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit. e. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi manusia. Menjelaskan pengkajian psikologis : a. Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya. b. Respon ibu terhadap bayinya. c. Respon ibu terhadap dirinya. i) Data pengetahuan Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas 2. Data Ojektif Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnose, bidan harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi,palpasi, auskultasi, dan perkusi yang bidan lakukan berurutan. Langkah-langkah pemeriksaanya adalah sebagai berikut:
  • 80. 67 a) Keadaan umum Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria: (1) Baik (2) Lemah b) Kesadaran untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan coma (Sulistyawati, 2009; h. 122) 1) Pemeriksaan fisik Kepala : Organ tubuh yang perlu di kaji karena pada kepala terdapat organ organ yang sangat penting pengkajian di awali dengan inspeksi lalu palpasi Muka : Pada daerah muka kesimetrisan muka, apakah kulitnya normal, pucat. Ketidaksimetrisan muka menunjukan adanya gangguan pada saraf ke tujuh.
  • 81. 68 Mata : Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata, teknik yang digunakan inspeksi dan palpasi Telinga : Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membrane timpani, dan pendengaran. Teknik yang digunakan adalah inspeksi dan palapasi. Hidung : Dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung, bagian dalam, lalu sinus-sinu Mulut : Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut Leher : Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ-organ lain yang berkaitan. Teknik yang digunakan adalah inspeksi dan palpasi (Tambunan & kasim, 2011; h.66-81). Dada: a. Payudara Pada saat bidan melakukan pemeriksaan payudara sebelumnya lakukan pemeriksaan
  • 82. 69 pada kedua payudara dimana ibu dalam posisi duduk kedua tangan dibelakang kepala, lihat simetris atau tidaknya, warna kulit, penonjolan puting susu, warna sekitar areola mama (Rukiyah et all, 2011; h. 99). Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun dipayudara sudah terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan antibodi pembunuh kuman (Saleha, 2009; h. 11) Abdomen : 1. Uterus Pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan pemeriksaan payudara akan dilakukan terlebih dahulu periksa pandang warna perut,pembesaran pada perut,kemudian lakukan pemeriksaan raba ( palpasi) periksa rasa nyeri saat diraba, periksa kontraksi uterus,kemudian raba tinggi fundus ( Rukiyah et all, 2011; h. 99).
  • 83. 70 2. Kandung Kemih Kondisi kandung kemih sangat berpengaruh terhadap keadaan kontraksi uterus , sehingga pemeriksaan kandung kemih jangan diabaikan karena jika kontraksi terhambat oleh kandung kemih yang penuh bisa berakibat keluar darah yang cukup banyak ( Rukiyah et all, 2011; h. 100). Genetalia : 1. Pengeluaran Pervaginam 2. Keadaan perineum : tidak ada oedema, hematoma, bekas luka episiotomi, ada robekan , hecting. Anus : tidak ada hemoroid Ekstremitas : tidak varices,oedema dan reflek patella positif. 2.2.1.2 Interpretasi Data Mengidentifikasi diagnoasa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan
  • 84. 71 diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan. a. Diagnosa Kebidanan Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus, anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas. b. Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien 2.2.1.3 Diagnosa Potensial Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi , pencegahan , bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. 2.2.1.4 Atisipasi Masalah Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsulkan atau
  • 85. 72 ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. 2.2.1.5 Perencanaan Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya ( Ambarwati & Wulandari, 2008; h. 140-143). 2.2.1.6 Melaksanaan Perencanaan Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya , baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainya. 2.2.1.7 Evaluasi Merupakan tahap terahir dalam manajemen kebidananan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari
  • 86. 73 proses yang dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien ( Wildan & Hidayat, 2013; h. 39). 2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/Sk/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan Pasal 16 A. Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi: 1. Penyuluhan dan konseling; 2. Pemeriksaan fisik; 3. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal; 4. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat 1, preeklamsi ringan dan anemia ringan; 5. Pertolongan persalinan normal; 6. Pertolongan persalinan normal, yang mencakup letak sungsang , partus macet kepala didasar panggul, ketuban pecah dini( KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri primer, post term dan pre term; 7. Pelayanan ibu nifas normal; 8. Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta, renjatan dan infeksi ringan;
  • 87. 74 9. Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid. B. Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi: 1. Pemeriksaan bayi baru lahir; 2. Perawatan tali pusat; 3. Perawatan bayi; 4. Resusitassi pada bayi baru lahir; 5. Pemantauan tumbuh kembang anak; 6. Pemberian imunisasi 7. Pemberian penyuluhan. Pasal 18 Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 berwenang untuk: 1. Memberikan imunisasi 2. Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan dan nifas; 3. Mengeluarkan plasenta secara manual 4. Bimbingan senam hamil 5. Pengeluaran sisa jaringan konsepsi 6. Episiotomi 7. Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II; 8. Amniotomi pada pembukaan servik lebih dari 4 cm; 9. Pemberian infus; 10. Pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotika, dan sedativa;
  • 88. 75 11. Kompresi bimanual; 12. Versi ekstrasi gemeli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya; 13. Vacum ekstrasi dengan kepala bayi di dasar panggul; 14. Pengendalian anemi; 15. Meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu; 16. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia; 17. Penanganan hipotermi 18. Pemberian minum dengan sonde/pipet; 19. Pemberian obat-obat terbatas, melalui lembaran permintaan obat sesuai dengan formulir IV terlampir; 20. Pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian. (Sofyan et all, 2009; h. 172-173).
  • 89. 76 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 JAM POSTPARTUM TERHADAP NY.W UMUR 34 TAHUN P2A0 DI RB KARTINI KAMPUNG SAWAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 I. PENGKAJIAN Tanggal : 02 April 2015 Jam : 21.00 WIB Tempat : RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung Oleh : Istik Analiza NIM : 201207025 A. DATA SUBJEKTIF 1. Identitas a. Biodata Istri Suami Nama : Ny. W : Tn.S Umur : 34 tahun : 35 tahun Agama : Islam : Islam Suku : Jawa/Indonesia : Jawa/Indonesia Pendidikan : SMP : SMA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga :Wiraswasta Alamat : Jl.Jendral Suprapto Gang Masjid Alyakin
  • 90. 77 No 24 Pelita Bandar Lampung 2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan saat ini perutnya masih merasa mulas. 3. Riwayat kesehatan : a. Riwayat kesehatan sekarang Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada b. Riwayat Kesehatan Dahulu Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada c. Riwayat Kesehatan Keluarga Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada
  • 91. 78 Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada 4. Riwayat Perkawinan Status perkawinan : Syah Usia nikah pertama : 20 Tahun Lamanya pernikahan : 14 Tahun 5. Riwayat obstetri a. Riwayat haid 1) Menarche : 14 Tahun 2) Siklus : 28 Hari 3) Lama : 4-6 Hari 4) Volume : 2- 3 kali ganti pembalut/hari 5) Sifat : Encer dengan sedikit menggumpal 6) Disminorhea : Tidak ada b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu. No. Tahun Persalinan Tempat Persalinan Umur Kehamilan Jenis Persalinan penolong penyulit Keadaan nifas anak 1. 2008 RB kartini Aterm Partus spontan Bidan Tidak ada Baik Hidup, sehat 2. 2015 RB kartini Aterm Spontan bidan Tidak ada Baik Hidup sehat c. Riwayat persalinan sekarang Jenis persalinan : Partus spontan
  • 92. 79 Tanggal : 02 April 2015 Jam : 16.00 WIB Jenis kelamin : Laki-laki Panjang badan : 52 cm Berat badan : 3500 gram Keadaan bayi : Hidup, sehat d. Riwayat KB : Ibu mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan 6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari a. Pola Nutrisi Selama hamil : Ibu makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur dan laukpauk, serta minum susu 1 gelas per hari Selama nifas : Ibu baru makan 1 kali dari setelah melahirkan, dengan menu 1 porsi nasi, sayur sop, 1 potong ayam, 2 potong tempe , 1buah jeruk serta air putih b. Pola eliminasi Selama hamil BAK : Ibu Sudah BAK 2-4 kali selama pengkajian. BAB : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari denngan konsistensi lunak pada saat 1 hari sebelum melahirkan.
  • 93. 80 Selama nifas BAK : Ibu mengatakan BAK 2 kali pada 6 jam post partum. BAB : Ibu belum BAB selama pemantauan 6 jam post partum . c. Pola aktivitas Selam hamil : Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, menyapu, mengepel, dan mencuci. Selama nifas : Dari setelah melahirkan ibu sudah mampu ke kamar mandi sendiri pada 6 jam post partum d. Pola istirahat Selam hamil : Ibu tidur malam selam 6-8 jam dan tidur siang selama 1-2 jam Selama nifas : Dari setelah melahirkan ibu istirahat selama 5 jam. e. Pola personal hygine Selam hamil : Ibu mandi 2 kali perhari, keramas 3 kali dalam seminggu ganti pakaian setiap mandi dan mengganti celana dalam 3x sehari atau jika lembab. Selam nifas : Ibu mengganti pembalut 2 kali dari setelah melahirkan
  • 94. 81 f. Pola seksual Selam hamil : Ibu jarang melakukan hubungan seksual, yaitu 3x seminggu. Selama nifas : Ibu tidak melakukan hubungan seksual 7. Psikososial a. Tanggapan ibu terhadap dirinya : Ibu bahagia setelah dia mampu melahirkan secara normal b. Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya: Ibu tidak tau bahwa rasa mules yang masih ia rasa kan adalah hal yangnormal c. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi : Keluarga bahagia dengan kelahiran bayi Ny.W d. Pengambilan Keputusan : Pengambilan keputusan dilakukan secara bermusyawarah dalam keluarga e. Lingkungan yang berpengaruh : Tidak ada B. DATA OBJEKTIF Tanggal/ Waktu: 2-4-2015/ 16.00 WIB 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Keadaan emosional : Stabil Tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg
  • 95. 82 Pernafasan : 22 kali/menit Nadi : 80 kali/menit Suhu : 37,60 c 2. Pemeriksaan fisik Kepala a. Wajah Oedema : Tidak ada Pucat : Tidak ada b. Mata Simetris : Ya kanan dan kiri Kelopak mata : Tidak odema Konjungtiva : Merah muda Sklera : Putih c. Hidung Simetris : Ya kanan dan kiri Polip : Tidak ada pembesaran Kebersihan : Bersih d. Mulut Bibir : Tidak kering dan tidak ada sariawan Lidah : Bersih e. Payudara Pembesaran : Ada, pada payudara kanan dan kiri Puting Susu : Menonjol, bersih
  • 96. 83 Simetris : Ya, antara kanan dan kiri Benjolan : Tidak ada Pengeluaran : Ada, kolostrum Rasa Nyeri : Tidak ada f. Abdomen Bekas luka operasi : Tidak ada Pembesaran : Ada, sesuai hari nifas Konsistensi : Keras Benjolan : Tidak ada Kandung Kemih : Kosong Tinggi fundus Uteri : 2 jari di bawah pusat g. Anogenital Vulva : Warna merah muda Perenium : Ada luka hacting Pengeluaran Pervaginam : Lochea rubra Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan Anus : Tidak ada hemoroid h. Ekstremitas Bawah Oedema : Tidak ada Kemerahan : Tidak ada Varises : Tidak ada Reflek patela : Tidak dikaji 3. Pemeriksaan penunjang
  • 97. 84 Tidak dilakukan 4. Data penunjang a. Riwayat Persalinan sekarang 1) Tempat Melahirkan : RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung 2) Penolong : Bidan 3) Jenis Persalinan : Spontan, pervaginam 4) Tanggal Persalinan : 2 April 2015 5) Komplikasi : Tidak ada 6) Lamanya persalinan Kala I : 9 Jam 00 Menit Kala II : 0 Jam 20 Menit Kala III : 0 Jam 7 Menit Kala IV : 2 Jam 0 Menit + Lama : 11 Jam 27 Menit 7) Ketuban pecah pukul : 15.50 WIB 8) Jumlah Perdarahan : Kala III / IV : 200cc / 100cc 9) Obat - obatan yang diberikan selama persalinan : Oksitosin 10) Obat – obatan yang diberikan setelah persalinan : Paracetamol 500 mg, tablet Fe dengan dosis 60 mg, Vitamin A dengan dosis 200.000 IU 11) Plasenta : Lahir : Spontan
  • 98. 85 Insersi : Sentralis Panjang Tali Pusat : ± 50 cm Diameter : 20 cm Selaput Dan Kotiledon Kelainan : Tidak ada 12) Perenium : Ada laserasi a. Bayi Lahir tanggal/pukul : 2-4-2015/16.00 WIB Nilai APGAR : 9/10 Jenis kelamin : Laki-laki Masa gestasi : 39 minggu 5 hari
  • 99. 86 Tgl /jam Pengkajian Interpretasi data (diagnose, masalah dan dan kebutuhan ) Dx potensial masalah potensial Antisipasi / tindakan segera Intervensi Implementasi Evaluasi 02 april 2015 pukul 18:00WIB DS : - Ibu mengataka n perutnya terasa mulas DO - Ibu terlihat sdikit cemas - Dari hasil pemeriksaa n diperoleh hasil TD : 120/80 RR : 22 x/i Nadi: 80x/i S : 37,60 C. TFU : 2 jari dibawah pusat Kontraksi : baik Lokhea : rubra Ny.w usia 34 tahun P2A0 2 jam post partum. Masalah : tidak ada kebutuhan : penjelasan tentang rasa mulas yang dialami ibu Tidak ada Tidak ada 1. Jelaskan tentang kondisi ibu saat ini 2. Jelaskan tentang keluhan yang dialami ibu 3. Ajarkan pada ibu atau salah satu anggota keluarga untuk mencegah perdarahan karena atonia uteri 1. Menjelaskan keadaan ibu saat Ini dalam keadaan baik sesuai dengan pemeriksaan fisik yaitu keadaan ibu baik. TD : 120/80 mmhg RR : 22x/i T : 37,60 C N :80 x/i TFU : 2 jari dibawah pusat kontraksi baik lokhea rubra perineum ada luka jahitan 2. Menjelaskan pada ibu bahwa rasa mulas yang dialami adalah hal yang normal, hal ini dikarenakan proses pengembalian rahim kebentuk semula. 3. Mengajarkan ibu atau salah satu anggota keluarga untuk mencegah perdarahan karena atonia uteri dengan cara memasase perut ibu menggunakan telapak tangan dengan meletakan diperut dan sedikit ditekan dan diputar agar tidak terjadi perdarahan. 1. Ibu mengerti keadaannya saat ini dalam keadaan baik 2. Ibu mengerti bahwa keluhan yang dialaminya adalah normal 3. ibu dan keluarga telah melakukan masase perut ibu. TABLE 3.2 MATRIKS
  • 100. 87 02 april 2015 pukul DS : - Ibu Ny.w usia 34 tahun Tidak Ada Tidak Ada 4. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini. 5. Anjurkan ibu untuk memberikan asi awal 6. Lakukan rawat gabung ibu dan bayi 7. Lakukan pencegahan hipotermi pada bayi. 1. Pantau kondisi ibu saat ini 4. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini yaitu belajar miring kiri, kanan,duduk,kemudian jalan kekamar mandi secara perlahan- lahan untuk membantu menguatkan otot-otot perut sehingga ibu cepat pulih . 5. Menganjurkan ibu untuk memberikan asi awal pada bayinya karena cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya adalah kolostrum yang yang mengandung kadar protein yang tinggi dan mengandung zat antibody sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu s/d 6 bulan 6. Melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi yaitu menempatkan bayi dan ibu dalam satu ruangan agar hubungan ibu dan bayi lebih dekat dan ibu dapat memberikan ASI secara dini dan sesering mungkin. 7. Melakukan pencegahan hipotermi dengan meletakkan bayi pada ruangan hangat yang bersuhu > 25o , ganti popok setiap kali basah, bayi harus tetap berpakaian kering dan diselimuti setiap saat agar tetap hangat. 1. Memantau keadaan ibu saat ini dalam keadaan baik sesuai 4. Ibu sudah miring ke kanan dan kiri . 5. Ibu bersedia menyusui bayinya seawal mungkin. 6. ibu bersedia dan mengerti tentang rawat gabung. 7. Bayi dalam keadaan hangat. 1. ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini .
  • 101. 88 22:00 wib mengataka n perutnya terasa mulas DO - Ibu terlihat sedikit cemas - Dari hasil pemeriksaa n diperoleh hasil TD : 110/70 RR : 22 x/i Nadi: 80x/i S : 37,60 C. TFU : 2 jari dibawah pusat Kontraksi : baik Lokhea : rubra P2A0 6 jam post partum Masalah : tidak ada kebutuhan : tidak ada 2. Evaluasi kembali bahwa ibu masih terasa mules 3. Evaluasi pencegahan perdarahan yang telah diajarkan kepada keluarga. 4. Evaluasi ibu tentang mobilisasi dini. 5. Evaluasi kepada ibu tentang pemberian ASI awal . 6. Evaluaasi pencegahan hipotermi dengan pemeriksaan fisik yaitu: TD : 110/70 mmhg RR : 22x/i T : 370 C N :80 x/i TFU : 2 jari dibawah Pusat Kontraksi : baik Lokhea : rubra Perineum : ada luka jahitan 2. Mengevaluasikan pada ibu bahwa rasa mulas yang dialami adalah hal yang normal 3. Mengevaluasi pencegahan perdarahan yang telah diajarkan dengan melakukan masase pada uterus ibu. 4. Mengevaluasi pada ibu tentang mobilisasi dini . 5. Mengevaluasi ibu tentang pemberian asi awal . 6. Mengevaluasi pencegahan hipotermi 2. Ibu mengerti bahwa rasa mulas yang dialami adalah hal yang normal, hal ini dikarenakan proses pengembalian rahim ke bentuk semula. 3. Ibu dan Keluarga telah melakukan massase perut ibu, kontraksi uterus ibu baik dan tidak terjadi perdarahan. 4. Ibu telah mampu miring kiri dan kanan dan berjalan kekamar mandi secara perlahan. 5. Ibu telah menyusui bayinya 3 kali selama 6 jam dan bayi telah mendapatkan cairan yang pertama kali keluar yaitu kolostrum mengandung kadar protein yang tinggi dan zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai infeksi s/d 6 bulan. 6. Bayi dalam keadaan baik dan telah dibedong dengan