SlideShare a Scribd company logo
1 of 83
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
BCH Codes
(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Presentasi Paper Pengantar Teori Pengkodean, 2013
Hirwanto1 Lestin2
1Gadjah Mada University
2Polytecnic Torino
8 Juni 2013
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Isi
1 Pendahuluan
Motivasi
2 Dasar Teori
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
3 Pembahasan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
4 Kesimpulan
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Motivasi
BCH Codes
BCH codes merupakan salah satu kelas yang sangat penting dari
kode siklik yang mulai dikembangkan pada tahun 1960 oleh R.C.
Bose dan D.Ray-Cahudhuri kemudian dilanjutkan oleh A.
Hocquenghem sehingga biasa disebut BCH codes
(Bose-Chaudhuri-Hocquenghem codes) dan merupakan generalisasi
dari Hamming code untuk mengoreksi kesalahan ganda( multiple
error correction). BCH code didefinisikan oleh kelipatan
persekutuan terkecil (f1(x), f2(x), ..., ft(x)) suku banyak yang
diberikan.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Motivasi
Motivasi
Secara khusus, kode siklik didapat dari generator suku banyaknya.
Bagaimanapun, umumnya kita kesulitan dalam mendapatkan
informasi pada jarak minimum(minimum distance) kode siklik dari
generator suku banyaknya, meskipun kita dapat melengkapi
hasilnya. Dengan kata lain, kita perlu memilih beberapa generator
khusus suku banyaknya sehingga kita bisa mendapatkan informasi
dengan algoritma yang lebih sederhana dan lebih efisien. Kita
selanjutnya akan mendiskusikan salah satu generator khusus yang
kita pilih yaitu BCH-code, dan juga bagaimana kita membentuk
algoritma untuk BCH- codes. Untuk generator khusus yang lain
seperti Reed Solomon, Quadratic-Residus Code.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Definisi 2.1
Field dengan | F |< ∞ disebut lapangan hingga(finite field) dan F∗
sebagai himpunan F  {0}.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Definisi 2.1
Field dengan | F |< ∞ disebut lapangan hingga(finite field) dan F∗
sebagai himpunan F  {0}.
Definisi 2.2
Misalkan F lapangan. Karakteristik F adalah bilangan bulat positif
terkecil m dengan demikian bahwa
m
i=1
1 = 1 + 1 + . . . + 1 = 0
dimana 1 ∈ F. Jika m tidak ada maka karakteristiknya 0.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Lemma 3.3 dan Definisi 3.4
Lemma 2.3
Jika α, β ∈ F mempunyai karakteristik p, maka
(α + β)p
= αp
+ βp
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Lemma 3.3 dan Definisi 3.4
Lemma 2.3
Jika α, β ∈ F mempunyai karakteristik p, maka
(α + β)p
= αp
+ βp
Definisi 2.4
Anggota α ∈ F lapangan hingga dikatakan generator F∗ atau
elemen primitif jika
{αi
: i ≥ 0} = F∗
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Lemma 3.3 dan Definisi 3.4
Lemma 2.3
Jika α, β ∈ F mempunyai karakteristik p, maka
(α + β)p
= αp
+ βp
Definisi 2.4
Anggota α ∈ F lapangan hingga dikatakan generator F∗ atau
elemen primitif jika
{αi
: i ≥ 0} = F∗
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Contoh 3.5
Contoh 2.5
Diberikan GF(9) yang dikontruksikan menggunakan polynomial
yang irreducible f (x) = x2 + 1 ∈ Z3[x]. Carilah elemen primitif.
Kita akan mencoba bahwa α = x + 1 merupakan elemen primitif
maka
(1 + x)0 = 1 (1 + x)4 = 2
(1 + x)1 = 1 + x (1 + x)5 = 2 + 2x
(1 + x)2 = 2x (1 + x)6 = x
(1 + x)3 = 1 + 2x (1 + x)7 = 2 + x
Jadi α = 1 + x merupakan elemen primitif untuk GF(9)
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Ring Polynomial
Definisi 2.6
Misalkan F merupakan lapangan. Himpunan
F[x] = {
n
i=0
ai xi
: ai ∈ F, n ≥ 0}
disebut sebagai ring polynomial atas F.
Teorema 2.7
Misalkan f (x) suku banyak atas F dengan derajat(degree) ≥ 1.
Maka F[x]/(f (x)) bersama dengan operasi penjumlahan dan
perkalian berbentuk gelanggang. Lebih jauh, F[x]/(f (x)) adalah
lapangan jika dan hanya jika irreducible.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Lemma 3.8 dan Lemma 3.9
Lemma 2.8
Untuk setiap anggota tak nol α ∈ GF(q), αq−1 = 1. Selanjutnya,
α ∈ GF(qm) jika hanya jika αq = α.
Lemma 2.9
Untuk setiap elemen β dari finite field F dengan q elemen, kita
mempunyai βq = β
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Minimal Polynomial
Definisi 2.10
Misalkan F lapangan dengan karakteristik p dan misalkan α ∈ F∗.
Suku banyak minimal α terhadap GF(p) merupakan suku banyak
monic m(x) derajat terkecil di GF(p)[x] dengan demikian
m(α) = 0.
Teorema 2.11
Suku banyak minimal anggota α tunggal.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
1. Bukti Teorema 3.2
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
1. Bukti Teorema 3.2
Andaikan F = GF(q) dan F mempunyai karakteristik p. Mengikuti
Lemma 2.8 bahwa α memenuhi suku banyak xq−1 − 1 ∈ GF(p)[x].
Ketika terdapat suatu suku banyak GF(p)[x] dengan α akarnya
maka ada salah satu dari akarnya dengan derajat terkecil. Ini
mengatakan bahwa ada suku banyak minimal yaitu m(x).
Andaikan ada dua suku banyak monic m1(x) dan m2(x) dengan
derajat terkecil mempunyai akar α.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
2. Lanjutan Bukti Teorema 3.2
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
2. Lanjutan Bukti Teorema 3.2
Dengan menggunakan algoritma pembagian suku banyak didapat
m1(x) = l(x)m2(x) + r(x),
dimana deg r(x) < deg m2(x) atau r(x) = 0. Ketika m1(α) = 0
dan m2(α) = 0, kita mempunyai r(α) = 0, tetapi karena m2(x)
mempunyai derajat terkecil maka r(x) = 0, sehingga m2(x)
membagi m1(x). Dengan cara yang sama, m1(x) membagi m2(x)
dan ketika keduanya merupakan suku banyak monic, maka
m1(x) = m2(x) sehingga terbukti α tunggal.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
2. Lanjutan Bukti Teorema 3.2
Dengan menggunakan algoritma pembagian suku banyak didapat
m1(x) = l(x)m2(x) + r(x),
dimana deg r(x) < deg m2(x) atau r(x) = 0. Ketika m1(α) = 0
dan m2(α) = 0, kita mempunyai r(α) = 0, tetapi karena m2(x)
mempunyai derajat terkecil maka r(x) = 0, sehingga m2(x)
membagi m1(x). Dengan cara yang sama, m1(x) membagi m2(x)
dan ketika keduanya merupakan suku banyak monic, maka
m1(x) = m2(x) sehingga terbukti α tunggal.
Teorema 2.12
Untuk α ∈ F∗, suku banyak minimal α, maka m(α)(x) adalah
suku banyak yang irreducible.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Definisi 2.13
Untuk α ∈ F, misalkan t bilangan bulat positif terkecil dengan
demikian αpt
= α, maka himpunan conjugates dari α(terhadap
GF(p)) adalah
C(α) = {α, αp
, αp2
, αp3
, . . . , αpt−1
}
C(α) = C(αpi
), ∀i ∈ F lapangan dengan karakteristik p
Lemma 2.14
Misalkan F lapangan hingga dengan karakteristik p, misalkan
α ∈ F∗, dan C(α) himpunan konjugat α terhadap GF(q), maka
m(x) =
β∈C(α)
(x − β)
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Bukti Lemma 3.14
Misalkan m(x) = t
i=0 mi xi dengan koefisien mi ∈ F, kita catatan
bahwa
m(x)p = β∈C(α)(xβ)p = β∈C(α)(xp − βp)
= β∈C(α)(xp − β) = m(xp)
= t
i=1 xip
Dengan mengikuti Lemma 2.3 didapat bahwa
{β : β ∈ C(α)} = {βp
: β ∈ C(α)}
Dilain pihak, kita dapatkan bahwa
m(x)p
=
t
i=1
(mi xi
)p
=
t
i=1
mp
i xip
Jadi, mi = mp
i dan dengan menggunakan Lemma 2.8 sehingga
terbukti bahwa mi ∈ GF(p), 0 ≤ i ≤ t.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Teorema 2.15
Untuk α ∈ F, suku banyak minimal α diberikan oleh
mα(x) =
β∈C(α)
(x − β)
Contoh 2.16
Kontruksikan lapangan F = GF(23). Hal pertama yang diperlukan
adalah suku banyak pangkat tiga atas Z2. Misalkan kita
mengambil f (x) = x3 + x + 1 dan anggota-anggota F adalah
{0, 1, x, x + 1, x + x2
, x2
, 1 + x2
, 1 + x + x2
}.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
1. Penyelesaian Contoh 3.7
Ketika x3 + x + 1 = 0 mod f (x), maka kita mempunyai
x3 ≡ −x − 1 = x + 1(mod(f (x))), dan 1 = −1 ∈ Z2. Selanjutnya
kita tuliskan anggota lapangan dengan a0 + a1x + a2x2, maka
didapatkan
0 = (000) x2 = (001)
1 = (100) 1 + x2 = (101)
x = (010) x + x2 = (011)
1 + x = (110) 1 + x + x2 = (111)
Jika kita mengambil α, maka dengan mudah kita dapatkan bahwa
α merupakan generator F. Andaikan kita mengambil β = (101)
dan kita akan dicari mβ(x).
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
2. Lanjutan Penyelesaian Contoh 3.7
Dengan menggunakan Teorema 2.15 diatas
mβ(y) = (y − β)(y − β2
)(y − β4
)
dan ketika β8 = β dan kita akan menghitung
(y − β)(y − β2)(y − β4)=
y3 + (β + β2 + β4)y2 + (ββ2 + ββ4 + β2β4)y + ββ2β4
Dengan menggunakan representasi setiap anggota tak nol sebagai
akar dari generator α, dengan mengambil α = x, kita dapatkan
α0 = (100) α4 = (011)
α1 = (010) α5 = (111)
α2 = (001) α6 = (101)
α3 = (110) α7 = (100)
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
3. Lanjutan Penyelesaian Contoh 3.7
Ketika β = α6, maka β2 = α12 = α5 = dan β4 = α24 = α3,
diperoleh
β + β2 + β4 = α6 + α5 + α3
= (101) + (111) + (110)
= 100
ββ2 + ββ4 + β2β4 = β3 + β5 + β6
= α18 + α30 + α36
= α4 + α2 + α
= 0
ββ2β4 = β7
= α42
= 1
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
4. Lanjutan Penyelesaian Contoh 3.7
Jadi, didapat suku banyak minimal β2 dan β4 yaitu
mβ(y) = y3
+ y2
+ 1
Sedangkan suku banyak minimal α juga merupakan suku banyak
minimal α2 dan α4 yaitu
mα(y) = y3
+ y + 1
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Definisi Cyclotomic Coset
Definisi 2.17
Diberikan q dan n dan bilangan bulat i, 0 ≤ i ≤ n − 1, cyclotomic
coset (q modulo n) memuat i didefinisikan oleh
Ci = {i, iq, iq2
, . . . , iqn−1
}
dimana anggota-anggota himpuna mengambil modulo n, dan s
bilangan bulat terkecil dengan demikian iqs ≡ i(modn).
C = {Ci : 0 ≤ i ≤ n − 1} disebut himpunan cyclotomic coset q
modulo n
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Contoh 2.18
Untuk n = 9 dan q = 2, didapat
C1 = [1, 2, 4, 8, 7, 5] = C2 = C4 = C8 = C7 = C5
C − 3 = [3, 6] = C6
C − 0 = [0]
Teorema 2.19
Misalkan f (x) = xn − 1 suku banyak atas GF(q). Banyaknya
faktor irreducible dari f (x) adalah sama dengan banyak cyclotomic
coset q modulo n.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Pengantar
Suku banyak monic g(x) ∈ GF(q)[x] dikatakan sebagai split
didalam perluasan field GF(qm) dari GF(q) jika g(x) bisa
difaktorkan sebagai hasil kali suku banyak linear di GF(qm), kita
bisa menuliskannya ;
g(x) = (x − α1)(x − α2) . . . (x − αn)
dimana αi ∈ GF(qm) dan GF(qm) disebut sebagai splitting field
dari g(x). Secara umum, dapat didefinisikan bahwa splitting field
dari g(x) ∈ GF(qm) sebagai lapangan terkecil GF(qm), dengan
kata lain lapangan terkecil yang memuat semua akar -akar dari
g(x).
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Splitting field g(x) bisa didapatkan dari derajat faktor irreducible
atas GF(q). Catatan bahwa g(x) boleh irreducible atas GF(q),
tetapi selalu faktor- faktornya sebagai hasil kali suku banyak linear
yang berbeda di splitting field. Untuk contoh, g(x) = x2 + x + 1
adalah merupakan irreducible atas GF(2) dan tidak mempunyai
akar di GF(2), tetapi atas GF(4),
g(x) = (x + α)(x + α2
)
dan mempunyai akar-akarnya adalah α dan α2, dimana
GF(4) = {0, 1, α, α2} dengan α2 + α + 1 = 0
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh
Contoh 3.1
Diberikan suku banyak dibawah ini
g(x) = 1 + x3
+ x5
+ x6
+ x8
+ x9
+ x1
0
atas GF(2), dapat dicek bahwa g(x) tidak mempunyai akar di
GF(2), ataupun GF(22), GF(23), dan GF(24), tetapi
menggunakan GF(5) didapat akar -akar α dari h(x) = 1 + x2 + x5
yaitu α, α3, dan anggota kojugatenya adalah
α, α2, α4, α8, α16 dan α3, α6, α12, α24, α17 adalah
merupakan akar -akar dari g(x), dan semua akar dari g(x) di
GF(25)
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh
Contoh 3.2
Diberikan suku banyak dibawah ini :
g(x) = 2 + 2x + x4
+ 2x5
+ x6
+ x7
atas GF(3) dan hanya memiliki satu akar dengan yaitu 1, dan
tidak ada akar dari persamaan tersebut di GF(32), sedangkan
dengan mengggunakan GF(33) didapat akar α dari
h(x) = 1 + 2x2 + x3 yaitu;
1, α2
, α6
, α18
, α4
, α12
, α10
Akar -akar diatas merupakan akar α dari g(x).
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Definisi 4.4
Definisi 3.3
Misalkan kita mempunyai sebanyak t suku banyak
f1(x), f2(x), . . . , ft(x) ∈ F[x], maka kelipatan persekutuan terkecil
dari f1(x), f2(x), . . . , ft(x) adalah suku banyak monic dengan
derajat terkecil dan merupakan perkalian dari semua suku banyak
f1(x), f2(x), . . . , ft(x). Selanjutnya, dinotasikan sebagai
lcm(f1(x), f2(x), . . . , ft(x)).
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Penjeleasan lebih lanjut
Jika f1(x), f2(x), ..., ft(x) ∈ Fq[x] dapat difaktorisasi menjadi
f1(x) = a1.p1(x)e1,1 . . . pn(x)e1,n
f2(x) = a2.p1(x)e2,1 . . . pn(x)e2,n
...
...
ft(x) = at.p1(x)et,1 . . . pn(x)et,n
dimana pi (x) merupakan suku banyak monic yang irreducible atas
Fq maka
lcm(f1(x), f2(x), ..., ft(x)) = p1(x)max{e1,1,...,et,1}
...pn(x)max{e1,n,...,et,n}
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.5 dan Lemma 4.6
Contoh 3.4
Diberikan polinomial biner,
f1(x) = (1 + x)2(1 + x + x4)3
f2(x) = (1 + x)(1 + x + x2)2
f3(x) = x2(1 + x + x4)
sehingga,
lcm(f1(x), f2(x), f3(x)) = x2(1 + x)2(1 + x + x2)2(1 + x + x4)3
Lemma 3.5
Diberikan f1(x),f2(x), . . ., ft(x) suku banyak atas Fq. Jika f (x)
habis dibagi oleh semua suku banyak fi (x), ∀i = 1, 2, . . . , t maka
f (x) habis dibagi oleh lcm(f1(x), f2(x), . . . , ft(x))
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Bukti Lemma 3.5
Proof.
Ambil g(x) = lcm(f1(x), f2(x), . . . , ft(x)). Menggunakan algoritma
pembagian maka ada dua suku banyak u(x) dan r(x) atas Fq
dengan demikian deg(r(x)) < deg(g(x)) dan
f (x) = u(x)g(x) + r(x). Jadi, r(x) = f (x) − u(x)g(x), dan
selanjutnya r(x) juga habis dibagi oleh semua fi (x). Ketika g(x)
mempunyai derajat terkecil,dengan jelas bahwa r(x) = 0.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.7
Contoh 3.6
Suku banyak f (x) = x15 − 1 ∈ F2[x] dibagi oleh
f1(x) = 1 + x + x2 ∈ F2[x] habis dibagi oleh
f1(x) = 1 + x + x2 ∈ F2[x], f2(x) = 1 + x + x4 ∈ F2[x], dan
f3(x) = (1 + x + x2)(1 + x3 + x4) ∈ F2[x]. Maka f (x) habis dibagi
oleh
lcm(f1(x), f2(x), f3(x)) = (1 + x + x2)(1 + x + x4)(1 + x3 + x4).
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Definisi 4.8
Definisi 3.7
Misalkan α elemen primitif dari Fqm dan dinotasikan oleh Mi (x)
merupakan polynomial minimal dari αi terhadap Fq. Sebuah
primitif BCH code atas Fq dengan panjang n = qm − 1 didesain
dengan distance δ adalah q-ary cyclic code yang dibangun oleh
g(x) :=lcm(M(a)(x), M(a+1)(x), . . . , M(a+δ−2)(x)) untuk suatu
bilangan bulat a. Lebih jauh, code ini disebut sebagai narrow
sense jika a = 1.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.9
Contoh 3.8
Misalkan β merupakan akar dari 1 + x + x2 ∈ F2[x], maka
F4 = F2[β]. Misalkan α menjadi akar dari β + x + x2 ∈ F4[x].
Maka α elemen primitif dari F16. Diberikan narrow-sense 4−ary
BCH code dengan panjang 15 didesain dengan distance 4, maka
generator polynomialnya adalah
g(x) = lcm(M(1)(x), M(2)(x), M(3)(x))
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.9
Contoh 3.8
Misalkan β merupakan akar dari 1 + x + x2 ∈ F2[x], maka
F4 = F2[β]. Misalkan α menjadi akar dari β + x + x2 ∈ F4[x].
Maka α elemen primitif dari F16. Diberikan narrow-sense 4−ary
BCH code dengan panjang 15 didesain dengan distance 4, maka
generator polynomialnya adalah
g(x) = lcm(M(1)(x), M(2)(x), M(3)(x)) =
1 + βx + βx2 + x3 + x4 + β2x5 + x6.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Parameter BCH Code
Teorema 3.9
Diketahui panjang dari BCH code adalah qm − 1.
Dimensi dari q − ary BCH code dengan panjang qm − 1 yang
dibangun oleh
g(x) := lcm(M(α)
(x), M(α+1)
(x), ..., M(α+δ−2)
(x)
tidak tergantung dari pemilihan elemen primitif α
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Parameter BCH Code
Teorema 3.9
Diketahui panjang dari BCH code adalah qm − 1.
Dimensi dari q − ary BCH code dengan panjang qm − 1 yang
dibangun oleh
g(x) := lcm(M(α)
(x), M(α+1)
(x), ..., M(α+δ−2)
(x)
tidak tergantung dari pemilihan elemen primitif α
q − ary BCH code dengan panjang qm − 1 yang didesain
dengan distance δ memiliki dimensi setidaknya
qm − 1 − m(δ − 1)
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh dari Teorema 3.9
Contoh 3.10
(i) Diberikan cyclotomic cosets 2 modulo 15 dibawah ini :
C2 = {1, 2, 4, 8} C3 = {3, 6, 12, 9}.
Maka dimensi dari binary BCH Codes dengan panjang 15 dan
didesign dengan distance 3 yang dibangun oleh
g(x) :=lcm(M(2), M(3)(x)) adalah
15− | C2 ∪ C3 |= 15 − 8 = 7
(ii) Cyclotomic cosets dari 3 modulo 26 yaitu,
C1 = C3 = {1, 3, 9}
C2 = {2, 6, 18}
C4 = {4, 10, 12}
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Contoh 4.11 dan Proposisi 3.11
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Contoh 4.11 dan Proposisi 3.11
Kemudian dimensi dari ternary BCH codes dengan panjang 26 dan
didesain dengan distance 5 yang dibangun oleh
g(x) := lcm(M(1)(x), M(2)(x), M(3)(x), M(4)(x)) adalah
26 − |C1 ∪ C2 ∪ C3 ∪ C4| = 26 − 9 = 17
Proposisi 3.11
Narrow sense binary BCH code dengan panjang n = 2m − 1 dan
didesain dengan distance δ = 2t + 1 mempunyai dimensi sedikitnya
n − m(δ − 1)/2.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Bukti Proposisi 3.11
Proof.
Sebagaimana cyclotomic cosets Ci dan C2i adalah sama, maka
dimensi k memenuhi
k = 2m − 1− | 2t
i=1 Ci | = 2m − 1− | t
i=1 C2i−1 |
≤ 2m − 1 − t
i=t | C2i−1 | ≤ 2m − 1 − tm
= 2m − 1 − m(δ − 1)/2
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 3.12
Narrow sense binary BCH code dengan panjang 63 didesain dengan
distance δ = 5 mempunyai dimensi 51 = 63 − 6(5 − 1)/2.
Bagiamanapun, narrow sense binary BCH code dengan panjang 31
didesain dengan distance δ = 11 mempunyai dimensi 11 yang lebih
besar daripada 31 − 5(11 − 2)/2.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lemma 3.13
Misalkan C q-ary cyclic code dengan panjang n dan generator
polynomial g(x). Andaikan α1, . . . , αr akar -akar dari g(x) dan
polynomial g(x) tidak mempunyai akar ganda. Maka elemen
c(x) ∈ Fq[x]/(xn − 1) adalah codeword C jika hanya jika
c(αi ) = 0, untuk setiap i = 1, . . . , r.
Proof.
Jika c(x) codeword C, maka ada polynomial f (x) dengan demikian
c(x) = g(x)f (x). Jadi kita mempunyai c(αi ) = g(αi )f (αi ) = 0
untuk semua i = 1, . . . , r. Secara konvers, jika c(αi ) = 0 untuk
i = 1, . . . , r maka c(x) habis dibagi oleh g(x) ketika g(x) tidak
mempunyai akar ganda. Ini mengartikan bahwa c(x) adalah
codeword C.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 3.14
Diberikan binary [7, 4]−Hamming code dengan generator
polynomial g(x) = 1 + +x + x3. Semua elemen dari F8{0, 1}
adalah akar-akar
c(x) = 1 + x + x2 + x3 + x4 + x5 + x6 = (x7 − 1)/(x − 1), semua
akar dari g(x) adalah akar-akar c(x). Jadi, 1111111 adalah
codeword.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 3.14
Diberikan binary [7, 4]−Hamming code dengan generator
polynomial g(x) = 1 + +x + x3. Semua elemen dari F8{0, 1}
adalah akar-akar
c(x) = 1 + x + x2 + x3 + x4 + x5 + x6 = (x7 − 1)/(x − 1), semua
akar dari g(x) adalah akar-akar c(x). Jadi, 1111111 adalah
codeword.
Teorema 3.15
BCH code didesain dengan distance(designed distance) δ
mempunyai minimum distance sedikitnya δ.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Bukti Teorema 3.15
Misalkan α merupakan elemen primitif dari Fqm dan misalkan C
adalah BCH code yang dibangun oleh
g(x) :=lcm(M(a)(x), M(a+1)(x), . . . , M(a+δ−2)(x)). Dengan jelas
bahwa elemen αa, . . . , αa+δ−2 adalah akar-akarnya g(x).
Andaikan bahwa minimum distance d dari C lebih kecil daripada δ.
Maka ada codeword tak nol c(x) = c0 + c1x + · · · + cn−1xn−1
dengan demikian wt(c(x)) = d < δ. Menggunakan Lemma 3.13,
kita mempunyai c(αi ) = 0 untuk semua i = a, . . . , a + δ − 2;
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Bukti Teorema 3.15
Andaikan bahwa minimum distance d dari C lebih kecil daripada δ.
Maka ada codeword tak nol c(x) = c0 + c1x + · · · + cn−1xn−1
dengan demikian wt(c(x)) = d < δ. Menggunakan Lemma 3.13,
kita mempunyai c(αi ) = 0 untuk semua i = a, . . . , a + δ − 2;
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Bukti Teorema 3.15
Andaikan bahwa minimum distance d dari C lebih kecil daripada δ.
Maka ada codeword tak nol c(x) = c0 + c1x + · · · + cn−1xn−1
dengan demikian wt(c(x)) = d < δ. Menggunakan Lemma 3.13,
kita mempunyai c(αi ) = 0 untuk semua i = a, . . . , a + δ − 2;







1 αa (αa)2 . . . (αa)n−1
1 αa+1 (αa+1)2 . . . (αa+1)n−1
1 αa+2 (αa+2)2 . . . (αa+2)n−1
...
...
... . . .
...
1 αa+δ−2 (αa+δ−2)2 . . . (αa+δ−2)n−1














c0
c1
c2
...
cn−1







= 0. (1)
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Asumsikan bahwa c(x) adalah R = {i1, . . . , id }, cj = 0 jika hanya
jika j ∈ R. Maka persamaan (1) menjadi
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Asumsikan bahwa c(x) adalah R = {i1, . . . , id }, cj = 0 jika hanya
jika j ∈ R. Maka persamaan (1) menjadi







(αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id
(αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id
(αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id
...
...
...
...
...
(αa+δ−2)i1 (αa+δ−2)i2 (αa+δ−2)i3 . . . (αa+δ−2)id














ci1
ci2
ci3
...
cid







= 0.
(2)
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Bukti Teorema 3.15
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Bukti Teorema 3.15
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Bukti Teorema 3.15
Ketika d ≤ δ − 1, kita mendapatkan sistem persamaan dibawah ini
dengan memilih persamaan d yang pertama sistem persamaan
diatas sehingga didapatkan :
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Bukti Teorema 3.15
Ketika d ≤ δ − 1, kita mendapatkan sistem persamaan dibawah ini
dengan memilih persamaan d yang pertama sistem persamaan
diatas sehingga didapatkan :







(αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id
(αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id
(αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id
...
...
... . . .
...
(αa+d−1)i1 (αa+d−1)i2 (αa+d−1)i3 . . . (αa+d−1)id














ci1
ci2
ci3
...
cid







= 0.
(3)
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Determinan D koefisien matriks persamaan diatas adalah sama
dengan
D =
d
j=1
(αa
)ij
det







1 1 1 . . . 1
αi1 αi2 αi3 . . . αid
(α2)i1 (α2)i2 (α2)i3 . . . (α2)id
...
...
... . . .
...
(αd−1)i1 (αd−1)i2 (αd−1)i3 . . . (αd−1)id







(4)
=
d
j=1
(αa
)ij
k>l
(αik
− αil
) = 0.
Dengan mengkombinasikan persamaan (43) dan (4), kita
mendapatkan (ci1 , . . . , cid
) = 0 sehingga kontradiksi. Jadi terbukti
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Determinan D koefisien matriks persamaan diatas adalah sama
dengan
D =
d
j=1
(αa
)ij
det







1 1 1 . . . 1
αi1 αi2 αi3 . . . αid
(α2)i1 (α2)i2 (α2)i3 . . . (α2)id
...
...
... . . .
...
(αd−1)i1 (αd−1)i2 (αd−1)i3 . . . (αd−1)id







(4)
=
d
j=1
(αa
)ij
k>l
(αik
− αil
) = 0.
Dengan mengkombinasikan persamaan (43) dan (4), kita
mendapatkan (ci1 , . . . , cid
) = 0 sehingga kontradiksi. Jadi terbukti
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh
Contoh 3.16
Misalkan α akar dari 1 + x + x3 ∈ F2[x], dan misalkan C binary
BCH code dengan panjang 7 didesain dengan distance 4 yang
dibangun oleh
g(x) = lcm(M(0)
(x), M(1)
(x), M(2)
(x)) = 1 + x2
+ x3
+ x4
Maka d(C) ≤ wt(g(x)) = 4. Disisi lain dengan menggunakan
teorema 3.15 didapat d(C) ≥ 4. Jadi, d(C) = 4.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Decoding BCH Codes
Pada bagian akan diberikan algoritma dalam decoding BCH code
yang dibagi menjadi 3 yaitu :
Menghitung syndrome
Untuk menyederhanakannya, kita hanya akan mendiskusikan
decoding narrow sense binary BCH codes.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Decoding BCH Codes
Pada bagian akan diberikan algoritma dalam decoding BCH code
yang dibagi menjadi 3 yaitu :
Menghitung syndrome
Menemukan error locator polynomial
Untuk menyederhanakannya, kita hanya akan mendiskusikan
decoding narrow sense binary BCH codes.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Decoding BCH Codes
Pada bagian akan diberikan algoritma dalam decoding BCH code
yang dibagi menjadi 3 yaitu :
Menghitung syndrome
Menemukan error locator polynomial
Menemukan semua akar dari error locator polynomial
Untuk menyederhanakannya, kita hanya akan mendiskusikan
decoding narrow sense binary BCH codes.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Decoding BCH Codes
Misalkan C narrow sense binary BCH codes dengan panjang
n = 2m − 1 dan design distance δ = 2t + 1 yang dibangun oleh
g(x) := lcm(M(1)(x), M(2)(x), . . . , M(δ−1)(x)), dimana M(i)(x)
adalah polynomial minimal dari αi terhadap F2 untuk elemen
primitif α ∈ F2m . Ambil
H =







1 α (α)2 . . . (α)n−1
1 α2 (α2)2 . . . (α2)n−1
1 α3 (α3)2 . . . (α3)n−1
...
...
... . . .
...
1 αδ−1 (αδ−1)2 . . . (αδ−1)n−1







(5)
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Decoding BCH codes
Maka bisa ditunjukkan bahwa word c ∈ Fn
2 adalah codeword C jika
hanya jika cHT = 0. Selanjutnya, kita bisa mendefinisikan
sindrome SH(w) dari w ∈ Fn
2 terhadap H adalah wHT .
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Decoding BCH codes
Maka bisa ditunjukkan bahwa word c ∈ Fn
2 adalah codeword C jika
hanya jika cHT = 0. Selanjutnya, kita bisa mendefinisikan
sindrome SH(w) dari w ∈ Fn
2 terhadap H adalah wHT .
Andaikan bahwa w(x) = w0 + w1x + . . . + wn−1xn−1 word yang
diterima dengan error polynomial e(x) memenuhi wt(e(x)) ≤ t.
Ambil c(x) = w(x) − e(x) maka c(x) adalah codeword.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Tahap 1. Menghitung Sindrome
Sindrome w(x) adalah
(s0, s1, . . . , sδ−2) := (w0, w1, . . . , wn−1)HT
sehingga si = w(αi+1) = e(αi+1) untuk setiap i = 0, 1, . . . , δ − 2,
ketika αi+1 adalah akar-akar dari g(x). Asumsikan bahwa error
diambil di posisi i0, i1, . . . , il−1 dengan l ≤ t didapat
e(x) = xi0
+ xi1
+ · · · + xil−1
(6)
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Tahap 1.Menghitung Sindrome
Maka kita mendapatkan sistem persamaan
αi0 + αi1 + · · · + αil−1 = s0=w(α),
(αi0 )2 + (αi1 )2 + · · · + (αil−1 )2 = s1 =w(α2),
...
...
...
(αi0 )δ−1 + (αi1 )δ−1 + · · · + (αil−1 )δ−1 = sδ−2=w(αδ−1)
(7)
sebarang metode diatas untuk menyelesaikan sistem persamaan
diatas merupakan algoritma decoding untuk BCH codes.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Tahap 2. Menemukan error locator polynomial
Untuk e(x) = xi0 + xi1 + · · · + xil−1 , didefinisikan error locator
polynomial oleh
σ(z) :=
l−1
j=0
(1 − αij
z).
Ini dapat ditemukan bahwa posisi error ij sejauh semua akar-akar
σ(z) yang diketahui. Untuk tahap ini, kita harus menentukan error
locator polynomial σ(z).
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Teorema
Teorema 3.17
Andaikan polynomial sindrome s(z) = δ−2
j=0 sj zj adalah bukan
polynomial nol. Maka terdapat polynomial tak nol r(z) ∈ F2m [z]
dengan demikian deg(r(z)) ≤ t − 1, gcd(r(z), σ(z)) = 1 dan
r(z) ≡ s(z)σ(z) (mod zδ−1
) (8)
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Teorema 3.17
Lebih jauh, untuk sebarang pasangan (u(z), v(z)) polynomial tak
nol atas F2m memenuhi deg(u(z)) ≤ t − 1, deg(v(z)) ≤ t dan
u(z) ≡ s(z)v(z) (mod zδ−1
) (9)
Kita mempunyai
σ(z) = βv(z), r(z) = βu(z), (10)
untuk elemen tak nol β ∈ F2m .
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Tahap 3. Menemukan akar -akar error locator polynomial
Untuk melakukannya, kita bisa mencari semua kemungkinan akar
-akar dengan menggunakan σ(z) di αi , untuk semua i = 1, 2, . . . . .
Setelah semua akar -akarnya αi1 , . . . , αil dari σ(z) ditemukan, kita
mendapatkan error polynomial persamaan
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.18
Contoh 3.18
Misalkan α akar dari g(x) = 1 + x + x3 ∈ F2[x]. Maka Hamming
code yang dibangun oleh g(x) =lcm(M(1)(x), M(2)(x)) mempunyai
design distance δ = 3. Andaikan bahwa w(x) = 1 + x + x2 + x3
word yang diterima.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.18
Menghitung sindrome :
(s0, s1) = (w(α), w(α2
)) = (α2
, α4
)
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.18
Menghitung sindrome :
(s0, s1) = (w(α), w(α2
)) = (α2
, α4
)
Menemukan error locator polynomial :
Selesaikan kongruensi polynomial
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.18
Menghitung sindrome :
(s0, s1) = (w(α), w(α2
)) = (α2
, α4
)
Menemukan error locator polynomial :
Selesaikan kongruensi polynomial
r(z) ≡ s(z)σ(z) (mod z2
)
dengan deg(r(z)) = 0 dan deg(σ(z)) ≤ 1, dan
s(z) = α2
+ α4
z.
Kita mempunyai σ(z) = 1 + α2z dan r(z) = α2. Selanjutnya
didapat error di tempat ketiga. Jadi, kita bisa
memperbaiki(decode) w(x) ke
w(x) − x2 = 1 + x + x3 = 1101000.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Kesimpulan
BCH Code merupakan generalisasi dari Hamming code dan
didefinisikan dari kelipatan persekutuaan terkecil dari suku banyak
monic dengan derajat terkecil atau
lcm(f1(x), f2(x), . . . , ft(x))
Didalam pembahasan paper ini hanya dibahas BCH code sebagai
suku banyak. Adapun penerapan dari BCH codes sendiri adalah
sistem komunikasi via satelit, pemutar CD(compact disk), DVD,
disk drivers, dan barcode dua dimensi.
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Thank you for your
attention
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Thank you for your
attention
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Thank you for your
attention
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Pendahuluan
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Thank you for your
attention
Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)

More Related Content

What's hot

Pemrograman C++ - Angka
Pemrograman C++ - AngkaPemrograman C++ - Angka
Pemrograman C++ - AngkaKuliahKita
 
Metode fourier
Metode fourierMetode fourier
Metode fourieragungnur12
 
Bab 3 penyelesaian persamaan tak linear
Bab 3 penyelesaian persamaan tak linearBab 3 penyelesaian persamaan tak linear
Bab 3 penyelesaian persamaan tak linearKelinci Coklat
 
Transformasi fourier Trigonometri dan fungsi genap ganjil
Transformasi fourier Trigonometri dan fungsi genap ganjilTransformasi fourier Trigonometri dan fungsi genap ganjil
Transformasi fourier Trigonometri dan fungsi genap ganjilarsi cahn
 
Deret fourier-dan-transformasi-fourier
Deret fourier-dan-transformasi-fourierDeret fourier-dan-transformasi-fourier
Deret fourier-dan-transformasi-fourierArief Indrawan
 
Bab 2 perhitungan galat
Bab 2  perhitungan galatBab 2  perhitungan galat
Bab 2 perhitungan galatKelinci Coklat
 
Bab iii limit n fs kontinu
Bab iii limit n fs kontinuBab iii limit n fs kontinu
Bab iii limit n fs kontinuSoim Ahmad
 
Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1radar radius
 
Pcd dikawasan frekuensi
Pcd dikawasan frekuensiPcd dikawasan frekuensi
Pcd dikawasan frekuensidedidarwis
 
Diskret V Relasi Fungsi
Diskret V Relasi FungsiDiskret V Relasi Fungsi
Diskret V Relasi FungsiRaden Maulana
 

What's hot (20)

Deret fourier
Deret fourierDeret fourier
Deret fourier
 
Deret fourier
Deret fourierDeret fourier
Deret fourier
 
Pemrograman C++ - Angka
Pemrograman C++ - AngkaPemrograman C++ - Angka
Pemrograman C++ - Angka
 
Metode fourier
Metode fourierMetode fourier
Metode fourier
 
Bab 3 penyelesaian persamaan tak linear
Bab 3 penyelesaian persamaan tak linearBab 3 penyelesaian persamaan tak linear
Bab 3 penyelesaian persamaan tak linear
 
Cek
CekCek
Cek
 
Kontinuitas
KontinuitasKontinuitas
Kontinuitas
 
Transformasi fourier Trigonometri dan fungsi genap ganjil
Transformasi fourier Trigonometri dan fungsi genap ganjilTransformasi fourier Trigonometri dan fungsi genap ganjil
Transformasi fourier Trigonometri dan fungsi genap ganjil
 
Bab 2. limit
Bab 2. limitBab 2. limit
Bab 2. limit
 
Deret fourier-dan-transformasi-fourier
Deret fourier-dan-transformasi-fourierDeret fourier-dan-transformasi-fourier
Deret fourier-dan-transformasi-fourier
 
Bab 2 perhitungan galat
Bab 2  perhitungan galatBab 2  perhitungan galat
Bab 2 perhitungan galat
 
Bab iii limit n fs kontinu
Bab iii limit n fs kontinuBab iii limit n fs kontinu
Bab iii limit n fs kontinu
 
Pp 12(bab6)
Pp 12(bab6)Pp 12(bab6)
Pp 12(bab6)
 
Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1
 
Pcd dikawasan frekuensi
Pcd dikawasan frekuensiPcd dikawasan frekuensi
Pcd dikawasan frekuensi
 
15023 pr04
15023 pr0415023 pr04
15023 pr04
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 
Diskret V Relasi Fungsi
Diskret V Relasi FungsiDiskret V Relasi Fungsi
Diskret V Relasi Fungsi
 
Mekanika7
Mekanika7Mekanika7
Mekanika7
 
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG GRADIEN
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG GRADIENPERSAMAAN GARIS SINGGUNG GRADIEN
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG GRADIEN
 

Viewers also liked

Workshop social media trends 2014
Workshop social media trends 2014Workshop social media trends 2014
Workshop social media trends 2014Refreshed
 
Whats ahead for the economy ASA
Whats ahead for the economy ASAWhats ahead for the economy ASA
Whats ahead for the economy ASAAdel Abouhana
 
FM priekšlikums diferencētā neapliekamā minimuma ieviešanai
FM priekšlikums diferencētā neapliekamā minimuma ieviešanaiFM priekšlikums diferencētā neapliekamā minimuma ieviešanai
FM priekšlikums diferencētā neapliekamā minimuma ieviešanaiFinanšu ministrija
 
Module 4 | CEST-richtlijnen voor beheerders van digitale collecties | Bewaren...
Module 4 | CEST-richtlijnen voor beheerders van digitale collecties | Bewaren...Module 4 | CEST-richtlijnen voor beheerders van digitale collecties | Bewaren...
Module 4 | CEST-richtlijnen voor beheerders van digitale collecties | Bewaren...PACKED vzw
 
Application of a merit function based interior point method to linear model p...
Application of a merit function based interior point method to linear model p...Application of a merit function based interior point method to linear model p...
Application of a merit function based interior point method to linear model p...Zac Darcy
 
Holy Trinity_Infinite bounce 2
Holy Trinity_Infinite bounce 2Holy Trinity_Infinite bounce 2
Holy Trinity_Infinite bounce 2shillecce
 
Informatīvais ziņojums "Par makroekonomisko rādītāju, ieņēmumu un vispārējās ...
Informatīvais ziņojums "Par makroekonomisko rādītāju, ieņēmumu un vispārējās ...Informatīvais ziņojums "Par makroekonomisko rādītāju, ieņēmumu un vispārējās ...
Informatīvais ziņojums "Par makroekonomisko rādītāju, ieņēmumu un vispārējās ...Finanšu ministrija
 
Holy Trinity_A-Z
Holy Trinity_A-ZHoly Trinity_A-Z
Holy Trinity_A-Zshillecce
 
Brazil- A Narrow Escape from Recession
Brazil- A Narrow Escape from RecessionBrazil- A Narrow Escape from Recession
Brazil- A Narrow Escape from RecessionDeena Zaidi
 

Viewers also liked (17)

Workshop social media trends 2014
Workshop social media trends 2014Workshop social media trends 2014
Workshop social media trends 2014
 
Whats ahead for the economy ASA
Whats ahead for the economy ASAWhats ahead for the economy ASA
Whats ahead for the economy ASA
 
Daniel Fleming
Daniel FlemingDaniel Fleming
Daniel Fleming
 
FM priekšlikums diferencētā neapliekamā minimuma ieviešanai
FM priekšlikums diferencētā neapliekamā minimuma ieviešanaiFM priekšlikums diferencētā neapliekamā minimuma ieviešanai
FM priekšlikums diferencētā neapliekamā minimuma ieviešanai
 
Module 4 | CEST-richtlijnen voor beheerders van digitale collecties | Bewaren...
Module 4 | CEST-richtlijnen voor beheerders van digitale collecties | Bewaren...Module 4 | CEST-richtlijnen voor beheerders van digitale collecties | Bewaren...
Module 4 | CEST-richtlijnen voor beheerders van digitale collecties | Bewaren...
 
Application of a merit function based interior point method to linear model p...
Application of a merit function based interior point method to linear model p...Application of a merit function based interior point method to linear model p...
Application of a merit function based interior point method to linear model p...
 
Computer concrete
Computer concreteComputer concrete
Computer concrete
 
Xelatex
XelatexXelatex
Xelatex
 
Gfs artemisia
Gfs artemisiaGfs artemisia
Gfs artemisia
 
Kurier light
Kurier lightKurier light
Kurier light
 
Ejercicios+fuzzy
Ejercicios+fuzzyEjercicios+fuzzy
Ejercicios+fuzzy
 
Holy Trinity_Infinite bounce 2
Holy Trinity_Infinite bounce 2Holy Trinity_Infinite bounce 2
Holy Trinity_Infinite bounce 2
 
Supply and demand
Supply and demandSupply and demand
Supply and demand
 
Informatīvais ziņojums "Par makroekonomisko rādītāju, ieņēmumu un vispārējās ...
Informatīvais ziņojums "Par makroekonomisko rādītāju, ieņēmumu un vispārējās ...Informatīvais ziņojums "Par makroekonomisko rādītāju, ieņēmumu un vispārējās ...
Informatīvais ziņojums "Par makroekonomisko rādītāju, ieņēmumu un vispārējās ...
 
Holy Trinity_A-Z
Holy Trinity_A-ZHoly Trinity_A-Z
Holy Trinity_A-Z
 
Tribute to Yogi Berra
Tribute to Yogi BerraTribute to Yogi Berra
Tribute to Yogi Berra
 
Brazil- A Narrow Escape from Recession
Brazil- A Narrow Escape from RecessionBrazil- A Narrow Escape from Recession
Brazil- A Narrow Escape from Recession
 

Similar to Transparansi Background with LaTeX beamer

Presentasi Coding versi Beta(belum final)
Presentasi Coding versi Beta(belum final)Presentasi Coding versi Beta(belum final)
Presentasi Coding versi Beta(belum final)Hir Wanto
 
Bch codes final slide
Bch codes final slide Bch codes final slide
Bch codes final slide Hirwanto Iwan
 
A Beautiful Beamer LaTeX
A Beautiful Beamer LaTeXA Beautiful Beamer LaTeX
A Beautiful Beamer LaTeXHirwanto Iwan
 
PENERAPAN DIFFERENSIASI
PENERAPAN DIFFERENSIASIPENERAPAN DIFFERENSIASI
PENERAPAN DIFFERENSIASIOng Lukman
 
Deret fourier
Deret fourierDeret fourier
Deret fourierPIO2021
 
4. KD 3.2 Pembagian Polinomial oleh (x - k) dan (ax - k).pptx
4. KD 3.2 Pembagian Polinomial oleh (x - k) dan (ax - k).pptx4. KD 3.2 Pembagian Polinomial oleh (x - k) dan (ax - k).pptx
4. KD 3.2 Pembagian Polinomial oleh (x - k) dan (ax - k).pptxshihwashihwa
 
-integral
-integral-integral
-integraldihdih
 
2. KD 3.2 Nilai Polinomial.pptx
2. KD 3.2 Nilai Polinomial.pptx2. KD 3.2 Nilai Polinomial.pptx
2. KD 3.2 Nilai Polinomial.pptxshihwashihwa
 
Metode numerik pada persamaan integral (new)
Metode numerik pada persamaan integral (new)Metode numerik pada persamaan integral (new)
Metode numerik pada persamaan integral (new)Khubab Basari
 
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).ppt
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).pptmateri matkul MetNum3-PersNonLInier (1).ppt
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).pptasmaun4
 
Menentukan faktor penyebab penggunaan kacamata pada penggunaan turunan dalam ...
Menentukan faktor penyebab penggunaan kacamata pada penggunaan turunan dalam ...Menentukan faktor penyebab penggunaan kacamata pada penggunaan turunan dalam ...
Menentukan faktor penyebab penggunaan kacamata pada penggunaan turunan dalam ...Linda Rosita
 
Printtdknurul 140811030340-phpapp01
Printtdknurul 140811030340-phpapp01Printtdknurul 140811030340-phpapp01
Printtdknurul 140811030340-phpapp01NopitaSari11
 
Metode Transformasi
Metode TransformasiMetode Transformasi
Metode TransformasiRichy Krisna
 
DERET FOURIER.pptx
DERET FOURIER.pptxDERET FOURIER.pptx
DERET FOURIER.pptxAndikMotto
 

Similar to Transparansi Background with LaTeX beamer (20)

Presentasi Coding versi Beta(belum final)
Presentasi Coding versi Beta(belum final)Presentasi Coding versi Beta(belum final)
Presentasi Coding versi Beta(belum final)
 
Bch codes final slide
Bch codes final slide Bch codes final slide
Bch codes final slide
 
Bch codes
Bch codesBch codes
Bch codes
 
A Beautiful Beamer LaTeX
A Beautiful Beamer LaTeXA Beautiful Beamer LaTeX
A Beautiful Beamer LaTeX
 
Papercoding Final
Papercoding FinalPapercoding Final
Papercoding Final
 
PENERAPAN DIFFERENSIASI
PENERAPAN DIFFERENSIASIPENERAPAN DIFFERENSIASI
PENERAPAN DIFFERENSIASI
 
Deret fourier
Deret fourierDeret fourier
Deret fourier
 
4. KD 3.2 Pembagian Polinomial oleh (x - k) dan (ax - k).pptx
4. KD 3.2 Pembagian Polinomial oleh (x - k) dan (ax - k).pptx4. KD 3.2 Pembagian Polinomial oleh (x - k) dan (ax - k).pptx
4. KD 3.2 Pembagian Polinomial oleh (x - k) dan (ax - k).pptx
 
-integral
-integral-integral
-integral
 
2. KD 3.2 Nilai Polinomial.pptx
2. KD 3.2 Nilai Polinomial.pptx2. KD 3.2 Nilai Polinomial.pptx
2. KD 3.2 Nilai Polinomial.pptx
 
Metode numerik pada persamaan integral (new)
Metode numerik pada persamaan integral (new)Metode numerik pada persamaan integral (new)
Metode numerik pada persamaan integral (new)
 
terapan turunan
 terapan turunan  terapan turunan
terapan turunan
 
Teorema Dasar Kalkulus
Teorema Dasar KalkulusTeorema Dasar Kalkulus
Teorema Dasar Kalkulus
 
Akar persamaan
Akar persamaanAkar persamaan
Akar persamaan
 
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).ppt
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).pptmateri matkul MetNum3-PersNonLInier (1).ppt
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).ppt
 
Menentukan faktor penyebab penggunaan kacamata pada penggunaan turunan dalam ...
Menentukan faktor penyebab penggunaan kacamata pada penggunaan turunan dalam ...Menentukan faktor penyebab penggunaan kacamata pada penggunaan turunan dalam ...
Menentukan faktor penyebab penggunaan kacamata pada penggunaan turunan dalam ...
 
Metnum p 2 compressed
Metnum p 2 compressedMetnum p 2 compressed
Metnum p 2 compressed
 
Printtdknurul 140811030340-phpapp01
Printtdknurul 140811030340-phpapp01Printtdknurul 140811030340-phpapp01
Printtdknurul 140811030340-phpapp01
 
Metode Transformasi
Metode TransformasiMetode Transformasi
Metode Transformasi
 
DERET FOURIER.pptx
DERET FOURIER.pptxDERET FOURIER.pptx
DERET FOURIER.pptx
 

More from Hirwanto Iwan

01. integral fungsi aljabar
01. integral fungsi aljabar01. integral fungsi aljabar
01. integral fungsi aljabarHirwanto Iwan
 
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS Serang
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS SerangAnalisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS Serang
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS SerangHirwanto Iwan
 
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPA
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPAAnalisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPA
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPAHirwanto Iwan
 
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar Hirwanto Iwan
 
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPS
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPSPembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPS
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPSHirwanto Iwan
 
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPA
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPAPembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPA
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPAHirwanto Iwan
 
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33Hirwanto Iwan
 

More from Hirwanto Iwan (20)

01. integral fungsi aljabar
01. integral fungsi aljabar01. integral fungsi aljabar
01. integral fungsi aljabar
 
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS Serang
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS SerangAnalisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS Serang
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS Serang
 
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPA
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPAAnalisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPA
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPA
 
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar
 
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPS
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPSPembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPS
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPS
 
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPA
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPAPembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPA
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPA
 
Fitur Baru WinEdt 9.1
Fitur Baru WinEdt 9.1Fitur Baru WinEdt 9.1
Fitur Baru WinEdt 9.1
 
Pemasangan WinEdt 9.1
Pemasangan WinEdt 9.1Pemasangan WinEdt 9.1
Pemasangan WinEdt 9.1
 
Kumpulan Soal UM UGM
Kumpulan Soal UM UGMKumpulan Soal UM UGM
Kumpulan Soal UM UGM
 
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33
 
LATEX OR INDESIGN
LATEX OR INDESIGN LATEX OR INDESIGN
LATEX OR INDESIGN
 
AGH Beamer
AGH BeamerAGH Beamer
AGH Beamer
 
AFIT Beamer
AFIT BeamerAFIT Beamer
AFIT Beamer
 
Hackd Beamer
Hackd BeamerHackd Beamer
Hackd Beamer
 
LUH Beamer
LUH BeamerLUH Beamer
LUH Beamer
 
Cambridge Beamer
Cambridge BeamerCambridge Beamer
Cambridge Beamer
 
ESOP Beamer
ESOP BeamerESOP Beamer
ESOP Beamer
 
AP Beamer
AP BeamerAP Beamer
AP Beamer
 
Naked Beamer
Naked BeamerNaked Beamer
Naked Beamer
 
TUDelft Beamer
TUDelft BeamerTUDelft Beamer
TUDelft Beamer
 

Recently uploaded

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptAlfandoWibowo2
 

Recently uploaded (20)

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 

Transparansi Background with LaTeX beamer

  • 1. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan BCH Codes (Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes) Presentasi Paper Pengantar Teori Pengkodean, 2013 Hirwanto1 Lestin2 1Gadjah Mada University 2Polytecnic Torino 8 Juni 2013 Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 2. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Daftar Isi 1 Pendahuluan Motivasi 2 Dasar Teori Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 3 Pembahasan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code 4 Kesimpulan Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 3. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Motivasi BCH Codes BCH codes merupakan salah satu kelas yang sangat penting dari kode siklik yang mulai dikembangkan pada tahun 1960 oleh R.C. Bose dan D.Ray-Cahudhuri kemudian dilanjutkan oleh A. Hocquenghem sehingga biasa disebut BCH codes (Bose-Chaudhuri-Hocquenghem codes) dan merupakan generalisasi dari Hamming code untuk mengoreksi kesalahan ganda( multiple error correction). BCH code didefinisikan oleh kelipatan persekutuan terkecil (f1(x), f2(x), ..., ft(x)) suku banyak yang diberikan. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 4. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Motivasi Motivasi Secara khusus, kode siklik didapat dari generator suku banyaknya. Bagaimanapun, umumnya kita kesulitan dalam mendapatkan informasi pada jarak minimum(minimum distance) kode siklik dari generator suku banyaknya, meskipun kita dapat melengkapi hasilnya. Dengan kata lain, kita perlu memilih beberapa generator khusus suku banyaknya sehingga kita bisa mendapatkan informasi dengan algoritma yang lebih sederhana dan lebih efisien. Kita selanjutnya akan mendiskusikan salah satu generator khusus yang kita pilih yaitu BCH-code, dan juga bagaimana kita membentuk algoritma untuk BCH- codes. Untuk generator khusus yang lain seperti Reed Solomon, Quadratic-Residus Code. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 5. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Definisi 2.1 Field dengan | F |< ∞ disebut lapangan hingga(finite field) dan F∗ sebagai himpunan F {0}. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 6. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Definisi 2.1 Field dengan | F |< ∞ disebut lapangan hingga(finite field) dan F∗ sebagai himpunan F {0}. Definisi 2.2 Misalkan F lapangan. Karakteristik F adalah bilangan bulat positif terkecil m dengan demikian bahwa m i=1 1 = 1 + 1 + . . . + 1 = 0 dimana 1 ∈ F. Jika m tidak ada maka karakteristiknya 0. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 7. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Lemma 3.3 dan Definisi 3.4 Lemma 2.3 Jika α, β ∈ F mempunyai karakteristik p, maka (α + β)p = αp + βp Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 8. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Lemma 3.3 dan Definisi 3.4 Lemma 2.3 Jika α, β ∈ F mempunyai karakteristik p, maka (α + β)p = αp + βp Definisi 2.4 Anggota α ∈ F lapangan hingga dikatakan generator F∗ atau elemen primitif jika {αi : i ≥ 0} = F∗ Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 9. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Lemma 3.3 dan Definisi 3.4 Lemma 2.3 Jika α, β ∈ F mempunyai karakteristik p, maka (α + β)p = αp + βp Definisi 2.4 Anggota α ∈ F lapangan hingga dikatakan generator F∗ atau elemen primitif jika {αi : i ≥ 0} = F∗ Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 10. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Contoh 3.5 Contoh 2.5 Diberikan GF(9) yang dikontruksikan menggunakan polynomial yang irreducible f (x) = x2 + 1 ∈ Z3[x]. Carilah elemen primitif. Kita akan mencoba bahwa α = x + 1 merupakan elemen primitif maka (1 + x)0 = 1 (1 + x)4 = 2 (1 + x)1 = 1 + x (1 + x)5 = 2 + 2x (1 + x)2 = 2x (1 + x)6 = x (1 + x)3 = 1 + 2x (1 + x)7 = 2 + x Jadi α = 1 + x merupakan elemen primitif untuk GF(9) Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 11. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Ring Polynomial Definisi 2.6 Misalkan F merupakan lapangan. Himpunan F[x] = { n i=0 ai xi : ai ∈ F, n ≥ 0} disebut sebagai ring polynomial atas F. Teorema 2.7 Misalkan f (x) suku banyak atas F dengan derajat(degree) ≥ 1. Maka F[x]/(f (x)) bersama dengan operasi penjumlahan dan perkalian berbentuk gelanggang. Lebih jauh, F[x]/(f (x)) adalah lapangan jika dan hanya jika irreducible. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 12. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Lemma 3.8 dan Lemma 3.9 Lemma 2.8 Untuk setiap anggota tak nol α ∈ GF(q), αq−1 = 1. Selanjutnya, α ∈ GF(qm) jika hanya jika αq = α. Lemma 2.9 Untuk setiap elemen β dari finite field F dengan q elemen, kita mempunyai βq = β Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 13. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Minimal Polynomial Definisi 2.10 Misalkan F lapangan dengan karakteristik p dan misalkan α ∈ F∗. Suku banyak minimal α terhadap GF(p) merupakan suku banyak monic m(x) derajat terkecil di GF(p)[x] dengan demikian m(α) = 0. Teorema 2.11 Suku banyak minimal anggota α tunggal. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 14. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 1. Bukti Teorema 3.2 Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 15. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 1. Bukti Teorema 3.2 Andaikan F = GF(q) dan F mempunyai karakteristik p. Mengikuti Lemma 2.8 bahwa α memenuhi suku banyak xq−1 − 1 ∈ GF(p)[x]. Ketika terdapat suatu suku banyak GF(p)[x] dengan α akarnya maka ada salah satu dari akarnya dengan derajat terkecil. Ini mengatakan bahwa ada suku banyak minimal yaitu m(x). Andaikan ada dua suku banyak monic m1(x) dan m2(x) dengan derajat terkecil mempunyai akar α. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 16. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 2. Lanjutan Bukti Teorema 3.2 Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 17. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 2. Lanjutan Bukti Teorema 3.2 Dengan menggunakan algoritma pembagian suku banyak didapat m1(x) = l(x)m2(x) + r(x), dimana deg r(x) < deg m2(x) atau r(x) = 0. Ketika m1(α) = 0 dan m2(α) = 0, kita mempunyai r(α) = 0, tetapi karena m2(x) mempunyai derajat terkecil maka r(x) = 0, sehingga m2(x) membagi m1(x). Dengan cara yang sama, m1(x) membagi m2(x) dan ketika keduanya merupakan suku banyak monic, maka m1(x) = m2(x) sehingga terbukti α tunggal. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 18. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 2. Lanjutan Bukti Teorema 3.2 Dengan menggunakan algoritma pembagian suku banyak didapat m1(x) = l(x)m2(x) + r(x), dimana deg r(x) < deg m2(x) atau r(x) = 0. Ketika m1(α) = 0 dan m2(α) = 0, kita mempunyai r(α) = 0, tetapi karena m2(x) mempunyai derajat terkecil maka r(x) = 0, sehingga m2(x) membagi m1(x). Dengan cara yang sama, m1(x) membagi m2(x) dan ketika keduanya merupakan suku banyak monic, maka m1(x) = m2(x) sehingga terbukti α tunggal. Teorema 2.12 Untuk α ∈ F∗, suku banyak minimal α, maka m(α)(x) adalah suku banyak yang irreducible. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 19. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Definisi 2.13 Untuk α ∈ F, misalkan t bilangan bulat positif terkecil dengan demikian αpt = α, maka himpunan conjugates dari α(terhadap GF(p)) adalah C(α) = {α, αp , αp2 , αp3 , . . . , αpt−1 } C(α) = C(αpi ), ∀i ∈ F lapangan dengan karakteristik p Lemma 2.14 Misalkan F lapangan hingga dengan karakteristik p, misalkan α ∈ F∗, dan C(α) himpunan konjugat α terhadap GF(q), maka m(x) = β∈C(α) (x − β) Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 20. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Bukti Lemma 3.14 Misalkan m(x) = t i=0 mi xi dengan koefisien mi ∈ F, kita catatan bahwa m(x)p = β∈C(α)(xβ)p = β∈C(α)(xp − βp) = β∈C(α)(xp − β) = m(xp) = t i=1 xip Dengan mengikuti Lemma 2.3 didapat bahwa {β : β ∈ C(α)} = {βp : β ∈ C(α)} Dilain pihak, kita dapatkan bahwa m(x)p = t i=1 (mi xi )p = t i=1 mp i xip Jadi, mi = mp i dan dengan menggunakan Lemma 2.8 sehingga terbukti bahwa mi ∈ GF(p), 0 ≤ i ≤ t. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 21. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Teorema 2.15 Untuk α ∈ F, suku banyak minimal α diberikan oleh mα(x) = β∈C(α) (x − β) Contoh 2.16 Kontruksikan lapangan F = GF(23). Hal pertama yang diperlukan adalah suku banyak pangkat tiga atas Z2. Misalkan kita mengambil f (x) = x3 + x + 1 dan anggota-anggota F adalah {0, 1, x, x + 1, x + x2 , x2 , 1 + x2 , 1 + x + x2 }. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 22. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 1. Penyelesaian Contoh 3.7 Ketika x3 + x + 1 = 0 mod f (x), maka kita mempunyai x3 ≡ −x − 1 = x + 1(mod(f (x))), dan 1 = −1 ∈ Z2. Selanjutnya kita tuliskan anggota lapangan dengan a0 + a1x + a2x2, maka didapatkan 0 = (000) x2 = (001) 1 = (100) 1 + x2 = (101) x = (010) x + x2 = (011) 1 + x = (110) 1 + x + x2 = (111) Jika kita mengambil α, maka dengan mudah kita dapatkan bahwa α merupakan generator F. Andaikan kita mengambil β = (101) dan kita akan dicari mβ(x). Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 23. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 2. Lanjutan Penyelesaian Contoh 3.7 Dengan menggunakan Teorema 2.15 diatas mβ(y) = (y − β)(y − β2 )(y − β4 ) dan ketika β8 = β dan kita akan menghitung (y − β)(y − β2)(y − β4)= y3 + (β + β2 + β4)y2 + (ββ2 + ββ4 + β2β4)y + ββ2β4 Dengan menggunakan representasi setiap anggota tak nol sebagai akar dari generator α, dengan mengambil α = x, kita dapatkan α0 = (100) α4 = (011) α1 = (010) α5 = (111) α2 = (001) α6 = (101) α3 = (110) α7 = (100) Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 24. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 3. Lanjutan Penyelesaian Contoh 3.7 Ketika β = α6, maka β2 = α12 = α5 = dan β4 = α24 = α3, diperoleh β + β2 + β4 = α6 + α5 + α3 = (101) + (111) + (110) = 100 ββ2 + ββ4 + β2β4 = β3 + β5 + β6 = α18 + α30 + α36 = α4 + α2 + α = 0 ββ2β4 = β7 = α42 = 1 Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 25. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 4. Lanjutan Penyelesaian Contoh 3.7 Jadi, didapat suku banyak minimal β2 dan β4 yaitu mβ(y) = y3 + y2 + 1 Sedangkan suku banyak minimal α juga merupakan suku banyak minimal α2 dan α4 yaitu mα(y) = y3 + y + 1 Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 26. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Definisi Cyclotomic Coset Definisi 2.17 Diberikan q dan n dan bilangan bulat i, 0 ≤ i ≤ n − 1, cyclotomic coset (q modulo n) memuat i didefinisikan oleh Ci = {i, iq, iq2 , . . . , iqn−1 } dimana anggota-anggota himpuna mengambil modulo n, dan s bilangan bulat terkecil dengan demikian iqs ≡ i(modn). C = {Ci : 0 ≤ i ≤ n − 1} disebut himpunan cyclotomic coset q modulo n Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 27. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Contoh 2.18 Untuk n = 9 dan q = 2, didapat C1 = [1, 2, 4, 8, 7, 5] = C2 = C4 = C8 = C7 = C5 C − 3 = [3, 6] = C6 C − 0 = [0] Teorema 2.19 Misalkan f (x) = xn − 1 suku banyak atas GF(q). Banyaknya faktor irreducible dari f (x) adalah sama dengan banyak cyclotomic coset q modulo n. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 28. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Pengantar Suku banyak monic g(x) ∈ GF(q)[x] dikatakan sebagai split didalam perluasan field GF(qm) dari GF(q) jika g(x) bisa difaktorkan sebagai hasil kali suku banyak linear di GF(qm), kita bisa menuliskannya ; g(x) = (x − α1)(x − α2) . . . (x − αn) dimana αi ∈ GF(qm) dan GF(qm) disebut sebagai splitting field dari g(x). Secara umum, dapat didefinisikan bahwa splitting field dari g(x) ∈ GF(qm) sebagai lapangan terkecil GF(qm), dengan kata lain lapangan terkecil yang memuat semua akar -akar dari g(x). Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 29. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Splitting field g(x) bisa didapatkan dari derajat faktor irreducible atas GF(q). Catatan bahwa g(x) boleh irreducible atas GF(q), tetapi selalu faktor- faktornya sebagai hasil kali suku banyak linear yang berbeda di splitting field. Untuk contoh, g(x) = x2 + x + 1 adalah merupakan irreducible atas GF(2) dan tidak mempunyai akar di GF(2), tetapi atas GF(4), g(x) = (x + α)(x + α2 ) dan mempunyai akar-akarnya adalah α dan α2, dimana GF(4) = {0, 1, α, α2} dengan α2 + α + 1 = 0 Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 30. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh Contoh 3.1 Diberikan suku banyak dibawah ini g(x) = 1 + x3 + x5 + x6 + x8 + x9 + x1 0 atas GF(2), dapat dicek bahwa g(x) tidak mempunyai akar di GF(2), ataupun GF(22), GF(23), dan GF(24), tetapi menggunakan GF(5) didapat akar -akar α dari h(x) = 1 + x2 + x5 yaitu α, α3, dan anggota kojugatenya adalah α, α2, α4, α8, α16 dan α3, α6, α12, α24, α17 adalah merupakan akar -akar dari g(x), dan semua akar dari g(x) di GF(25) Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 31. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh Contoh 3.2 Diberikan suku banyak dibawah ini : g(x) = 2 + 2x + x4 + 2x5 + x6 + x7 atas GF(3) dan hanya memiliki satu akar dengan yaitu 1, dan tidak ada akar dari persamaan tersebut di GF(32), sedangkan dengan mengggunakan GF(33) didapat akar α dari h(x) = 1 + 2x2 + x3 yaitu; 1, α2 , α6 , α18 , α4 , α12 , α10 Akar -akar diatas merupakan akar α dari g(x). Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 32. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Definisi 4.4 Definisi 3.3 Misalkan kita mempunyai sebanyak t suku banyak f1(x), f2(x), . . . , ft(x) ∈ F[x], maka kelipatan persekutuan terkecil dari f1(x), f2(x), . . . , ft(x) adalah suku banyak monic dengan derajat terkecil dan merupakan perkalian dari semua suku banyak f1(x), f2(x), . . . , ft(x). Selanjutnya, dinotasikan sebagai lcm(f1(x), f2(x), . . . , ft(x)). Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 33. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Penjeleasan lebih lanjut Jika f1(x), f2(x), ..., ft(x) ∈ Fq[x] dapat difaktorisasi menjadi f1(x) = a1.p1(x)e1,1 . . . pn(x)e1,n f2(x) = a2.p1(x)e2,1 . . . pn(x)e2,n ... ... ft(x) = at.p1(x)et,1 . . . pn(x)et,n dimana pi (x) merupakan suku banyak monic yang irreducible atas Fq maka lcm(f1(x), f2(x), ..., ft(x)) = p1(x)max{e1,1,...,et,1} ...pn(x)max{e1,n,...,et,n} Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 34. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.5 dan Lemma 4.6 Contoh 3.4 Diberikan polinomial biner, f1(x) = (1 + x)2(1 + x + x4)3 f2(x) = (1 + x)(1 + x + x2)2 f3(x) = x2(1 + x + x4) sehingga, lcm(f1(x), f2(x), f3(x)) = x2(1 + x)2(1 + x + x2)2(1 + x + x4)3 Lemma 3.5 Diberikan f1(x),f2(x), . . ., ft(x) suku banyak atas Fq. Jika f (x) habis dibagi oleh semua suku banyak fi (x), ∀i = 1, 2, . . . , t maka f (x) habis dibagi oleh lcm(f1(x), f2(x), . . . , ft(x)) Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 35. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Bukti Lemma 3.5 Proof. Ambil g(x) = lcm(f1(x), f2(x), . . . , ft(x)). Menggunakan algoritma pembagian maka ada dua suku banyak u(x) dan r(x) atas Fq dengan demikian deg(r(x)) < deg(g(x)) dan f (x) = u(x)g(x) + r(x). Jadi, r(x) = f (x) − u(x)g(x), dan selanjutnya r(x) juga habis dibagi oleh semua fi (x). Ketika g(x) mempunyai derajat terkecil,dengan jelas bahwa r(x) = 0. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 36. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.7 Contoh 3.6 Suku banyak f (x) = x15 − 1 ∈ F2[x] dibagi oleh f1(x) = 1 + x + x2 ∈ F2[x] habis dibagi oleh f1(x) = 1 + x + x2 ∈ F2[x], f2(x) = 1 + x + x4 ∈ F2[x], dan f3(x) = (1 + x + x2)(1 + x3 + x4) ∈ F2[x]. Maka f (x) habis dibagi oleh lcm(f1(x), f2(x), f3(x)) = (1 + x + x2)(1 + x + x4)(1 + x3 + x4). Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 37. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Definisi 4.8 Definisi 3.7 Misalkan α elemen primitif dari Fqm dan dinotasikan oleh Mi (x) merupakan polynomial minimal dari αi terhadap Fq. Sebuah primitif BCH code atas Fq dengan panjang n = qm − 1 didesain dengan distance δ adalah q-ary cyclic code yang dibangun oleh g(x) :=lcm(M(a)(x), M(a+1)(x), . . . , M(a+δ−2)(x)) untuk suatu bilangan bulat a. Lebih jauh, code ini disebut sebagai narrow sense jika a = 1. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 38. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.9 Contoh 3.8 Misalkan β merupakan akar dari 1 + x + x2 ∈ F2[x], maka F4 = F2[β]. Misalkan α menjadi akar dari β + x + x2 ∈ F4[x]. Maka α elemen primitif dari F16. Diberikan narrow-sense 4−ary BCH code dengan panjang 15 didesain dengan distance 4, maka generator polynomialnya adalah g(x) = lcm(M(1)(x), M(2)(x), M(3)(x)) Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 39. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.9 Contoh 3.8 Misalkan β merupakan akar dari 1 + x + x2 ∈ F2[x], maka F4 = F2[β]. Misalkan α menjadi akar dari β + x + x2 ∈ F4[x]. Maka α elemen primitif dari F16. Diberikan narrow-sense 4−ary BCH code dengan panjang 15 didesain dengan distance 4, maka generator polynomialnya adalah g(x) = lcm(M(1)(x), M(2)(x), M(3)(x)) = 1 + βx + βx2 + x3 + x4 + β2x5 + x6. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 40. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Parameter BCH Code Teorema 3.9 Diketahui panjang dari BCH code adalah qm − 1. Dimensi dari q − ary BCH code dengan panjang qm − 1 yang dibangun oleh g(x) := lcm(M(α) (x), M(α+1) (x), ..., M(α+δ−2) (x) tidak tergantung dari pemilihan elemen primitif α Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 41. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Parameter BCH Code Teorema 3.9 Diketahui panjang dari BCH code adalah qm − 1. Dimensi dari q − ary BCH code dengan panjang qm − 1 yang dibangun oleh g(x) := lcm(M(α) (x), M(α+1) (x), ..., M(α+δ−2) (x) tidak tergantung dari pemilihan elemen primitif α q − ary BCH code dengan panjang qm − 1 yang didesain dengan distance δ memiliki dimensi setidaknya qm − 1 − m(δ − 1) Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 42. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh dari Teorema 3.9 Contoh 3.10 (i) Diberikan cyclotomic cosets 2 modulo 15 dibawah ini : C2 = {1, 2, 4, 8} C3 = {3, 6, 12, 9}. Maka dimensi dari binary BCH Codes dengan panjang 15 dan didesign dengan distance 3 yang dibangun oleh g(x) :=lcm(M(2), M(3)(x)) adalah 15− | C2 ∪ C3 |= 15 − 8 = 7 (ii) Cyclotomic cosets dari 3 modulo 26 yaitu, C1 = C3 = {1, 3, 9} C2 = {2, 6, 18} C4 = {4, 10, 12} Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 43. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Contoh 4.11 dan Proposisi 3.11 Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 44. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Contoh 4.11 dan Proposisi 3.11 Kemudian dimensi dari ternary BCH codes dengan panjang 26 dan didesain dengan distance 5 yang dibangun oleh g(x) := lcm(M(1)(x), M(2)(x), M(3)(x), M(4)(x)) adalah 26 − |C1 ∪ C2 ∪ C3 ∪ C4| = 26 − 9 = 17 Proposisi 3.11 Narrow sense binary BCH code dengan panjang n = 2m − 1 dan didesain dengan distance δ = 2t + 1 mempunyai dimensi sedikitnya n − m(δ − 1)/2. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 45. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Bukti Proposisi 3.11 Proof. Sebagaimana cyclotomic cosets Ci dan C2i adalah sama, maka dimensi k memenuhi k = 2m − 1− | 2t i=1 Ci | = 2m − 1− | t i=1 C2i−1 | ≤ 2m − 1 − t i=t | C2i−1 | ≤ 2m − 1 − tm = 2m − 1 − m(δ − 1)/2 Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 46. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 3.12 Narrow sense binary BCH code dengan panjang 63 didesain dengan distance δ = 5 mempunyai dimensi 51 = 63 − 6(5 − 1)/2. Bagiamanapun, narrow sense binary BCH code dengan panjang 31 didesain dengan distance δ = 11 mempunyai dimensi 11 yang lebih besar daripada 31 − 5(11 − 2)/2. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 47. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lemma 3.13 Misalkan C q-ary cyclic code dengan panjang n dan generator polynomial g(x). Andaikan α1, . . . , αr akar -akar dari g(x) dan polynomial g(x) tidak mempunyai akar ganda. Maka elemen c(x) ∈ Fq[x]/(xn − 1) adalah codeword C jika hanya jika c(αi ) = 0, untuk setiap i = 1, . . . , r. Proof. Jika c(x) codeword C, maka ada polynomial f (x) dengan demikian c(x) = g(x)f (x). Jadi kita mempunyai c(αi ) = g(αi )f (αi ) = 0 untuk semua i = 1, . . . , r. Secara konvers, jika c(αi ) = 0 untuk i = 1, . . . , r maka c(x) habis dibagi oleh g(x) ketika g(x) tidak mempunyai akar ganda. Ini mengartikan bahwa c(x) adalah codeword C. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 48. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 3.14 Diberikan binary [7, 4]−Hamming code dengan generator polynomial g(x) = 1 + +x + x3. Semua elemen dari F8{0, 1} adalah akar-akar c(x) = 1 + x + x2 + x3 + x4 + x5 + x6 = (x7 − 1)/(x − 1), semua akar dari g(x) adalah akar-akar c(x). Jadi, 1111111 adalah codeword. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 49. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 3.14 Diberikan binary [7, 4]−Hamming code dengan generator polynomial g(x) = 1 + +x + x3. Semua elemen dari F8{0, 1} adalah akar-akar c(x) = 1 + x + x2 + x3 + x4 + x5 + x6 = (x7 − 1)/(x − 1), semua akar dari g(x) adalah akar-akar c(x). Jadi, 1111111 adalah codeword. Teorema 3.15 BCH code didesain dengan distance(designed distance) δ mempunyai minimum distance sedikitnya δ. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 50. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Bukti Teorema 3.15 Misalkan α merupakan elemen primitif dari Fqm dan misalkan C adalah BCH code yang dibangun oleh g(x) :=lcm(M(a)(x), M(a+1)(x), . . . , M(a+δ−2)(x)). Dengan jelas bahwa elemen αa, . . . , αa+δ−2 adalah akar-akarnya g(x). Andaikan bahwa minimum distance d dari C lebih kecil daripada δ. Maka ada codeword tak nol c(x) = c0 + c1x + · · · + cn−1xn−1 dengan demikian wt(c(x)) = d < δ. Menggunakan Lemma 3.13, kita mempunyai c(αi ) = 0 untuk semua i = a, . . . , a + δ − 2; Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 51. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Bukti Teorema 3.15 Andaikan bahwa minimum distance d dari C lebih kecil daripada δ. Maka ada codeword tak nol c(x) = c0 + c1x + · · · + cn−1xn−1 dengan demikian wt(c(x)) = d < δ. Menggunakan Lemma 3.13, kita mempunyai c(αi ) = 0 untuk semua i = a, . . . , a + δ − 2; Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 52. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Bukti Teorema 3.15 Andaikan bahwa minimum distance d dari C lebih kecil daripada δ. Maka ada codeword tak nol c(x) = c0 + c1x + · · · + cn−1xn−1 dengan demikian wt(c(x)) = d < δ. Menggunakan Lemma 3.13, kita mempunyai c(αi ) = 0 untuk semua i = a, . . . , a + δ − 2;        1 αa (αa)2 . . . (αa)n−1 1 αa+1 (αa+1)2 . . . (αa+1)n−1 1 αa+2 (αa+2)2 . . . (αa+2)n−1 ... ... ... . . . ... 1 αa+δ−2 (αa+δ−2)2 . . . (αa+δ−2)n−1               c0 c1 c2 ... cn−1        = 0. (1) Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 53. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 54. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Asumsikan bahwa c(x) adalah R = {i1, . . . , id }, cj = 0 jika hanya jika j ∈ R. Maka persamaan (1) menjadi Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 55. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Asumsikan bahwa c(x) adalah R = {i1, . . . , id }, cj = 0 jika hanya jika j ∈ R. Maka persamaan (1) menjadi        (αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id (αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id (αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id ... ... ... ... ... (αa+δ−2)i1 (αa+δ−2)i2 (αa+δ−2)i3 . . . (αa+δ−2)id               ci1 ci2 ci3 ... cid        = 0. (2) Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 56. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Bukti Teorema 3.15 Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 57. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Bukti Teorema 3.15 Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 58. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Bukti Teorema 3.15 Ketika d ≤ δ − 1, kita mendapatkan sistem persamaan dibawah ini dengan memilih persamaan d yang pertama sistem persamaan diatas sehingga didapatkan : Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 59. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Bukti Teorema 3.15 Ketika d ≤ δ − 1, kita mendapatkan sistem persamaan dibawah ini dengan memilih persamaan d yang pertama sistem persamaan diatas sehingga didapatkan :        (αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id (αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id (αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id ... ... ... . . . ... (αa+d−1)i1 (αa+d−1)i2 (αa+d−1)i3 . . . (αa+d−1)id               ci1 ci2 ci3 ... cid        = 0. (3) Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 60. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Determinan D koefisien matriks persamaan diatas adalah sama dengan D = d j=1 (αa )ij det        1 1 1 . . . 1 αi1 αi2 αi3 . . . αid (α2)i1 (α2)i2 (α2)i3 . . . (α2)id ... ... ... . . . ... (αd−1)i1 (αd−1)i2 (αd−1)i3 . . . (αd−1)id        (4) = d j=1 (αa )ij k>l (αik − αil ) = 0. Dengan mengkombinasikan persamaan (43) dan (4), kita mendapatkan (ci1 , . . . , cid ) = 0 sehingga kontradiksi. Jadi terbukti
  • 61. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Determinan D koefisien matriks persamaan diatas adalah sama dengan D = d j=1 (αa )ij det        1 1 1 . . . 1 αi1 αi2 αi3 . . . αid (α2)i1 (α2)i2 (α2)i3 . . . (α2)id ... ... ... . . . ... (αd−1)i1 (αd−1)i2 (αd−1)i3 . . . (αd−1)id        (4) = d j=1 (αa )ij k>l (αik − αil ) = 0. Dengan mengkombinasikan persamaan (43) dan (4), kita mendapatkan (ci1 , . . . , cid ) = 0 sehingga kontradiksi. Jadi terbukti Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 62. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh Contoh 3.16 Misalkan α akar dari 1 + x + x3 ∈ F2[x], dan misalkan C binary BCH code dengan panjang 7 didesain dengan distance 4 yang dibangun oleh g(x) = lcm(M(0) (x), M(1) (x), M(2) (x)) = 1 + x2 + x3 + x4 Maka d(C) ≤ wt(g(x)) = 4. Disisi lain dengan menggunakan teorema 3.15 didapat d(C) ≥ 4. Jadi, d(C) = 4. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 63. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Decoding BCH Codes Pada bagian akan diberikan algoritma dalam decoding BCH code yang dibagi menjadi 3 yaitu : Menghitung syndrome Untuk menyederhanakannya, kita hanya akan mendiskusikan decoding narrow sense binary BCH codes. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 64. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Decoding BCH Codes Pada bagian akan diberikan algoritma dalam decoding BCH code yang dibagi menjadi 3 yaitu : Menghitung syndrome Menemukan error locator polynomial Untuk menyederhanakannya, kita hanya akan mendiskusikan decoding narrow sense binary BCH codes. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 65. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Decoding BCH Codes Pada bagian akan diberikan algoritma dalam decoding BCH code yang dibagi menjadi 3 yaitu : Menghitung syndrome Menemukan error locator polynomial Menemukan semua akar dari error locator polynomial Untuk menyederhanakannya, kita hanya akan mendiskusikan decoding narrow sense binary BCH codes. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 66. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Decoding BCH Codes Misalkan C narrow sense binary BCH codes dengan panjang n = 2m − 1 dan design distance δ = 2t + 1 yang dibangun oleh g(x) := lcm(M(1)(x), M(2)(x), . . . , M(δ−1)(x)), dimana M(i)(x) adalah polynomial minimal dari αi terhadap F2 untuk elemen primitif α ∈ F2m . Ambil H =        1 α (α)2 . . . (α)n−1 1 α2 (α2)2 . . . (α2)n−1 1 α3 (α3)2 . . . (α3)n−1 ... ... ... . . . ... 1 αδ−1 (αδ−1)2 . . . (αδ−1)n−1        (5) Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 67. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Decoding BCH codes Maka bisa ditunjukkan bahwa word c ∈ Fn 2 adalah codeword C jika hanya jika cHT = 0. Selanjutnya, kita bisa mendefinisikan sindrome SH(w) dari w ∈ Fn 2 terhadap H adalah wHT . Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 68. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Decoding BCH codes Maka bisa ditunjukkan bahwa word c ∈ Fn 2 adalah codeword C jika hanya jika cHT = 0. Selanjutnya, kita bisa mendefinisikan sindrome SH(w) dari w ∈ Fn 2 terhadap H adalah wHT . Andaikan bahwa w(x) = w0 + w1x + . . . + wn−1xn−1 word yang diterima dengan error polynomial e(x) memenuhi wt(e(x)) ≤ t. Ambil c(x) = w(x) − e(x) maka c(x) adalah codeword. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 69. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Tahap 1. Menghitung Sindrome Sindrome w(x) adalah (s0, s1, . . . , sδ−2) := (w0, w1, . . . , wn−1)HT sehingga si = w(αi+1) = e(αi+1) untuk setiap i = 0, 1, . . . , δ − 2, ketika αi+1 adalah akar-akar dari g(x). Asumsikan bahwa error diambil di posisi i0, i1, . . . , il−1 dengan l ≤ t didapat e(x) = xi0 + xi1 + · · · + xil−1 (6) Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 70. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Tahap 1.Menghitung Sindrome Maka kita mendapatkan sistem persamaan αi0 + αi1 + · · · + αil−1 = s0=w(α), (αi0 )2 + (αi1 )2 + · · · + (αil−1 )2 = s1 =w(α2), ... ... ... (αi0 )δ−1 + (αi1 )δ−1 + · · · + (αil−1 )δ−1 = sδ−2=w(αδ−1) (7) sebarang metode diatas untuk menyelesaikan sistem persamaan diatas merupakan algoritma decoding untuk BCH codes. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 71. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Tahap 2. Menemukan error locator polynomial Untuk e(x) = xi0 + xi1 + · · · + xil−1 , didefinisikan error locator polynomial oleh σ(z) := l−1 j=0 (1 − αij z). Ini dapat ditemukan bahwa posisi error ij sejauh semua akar-akar σ(z) yang diketahui. Untuk tahap ini, kita harus menentukan error locator polynomial σ(z). Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 72. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Teorema Teorema 3.17 Andaikan polynomial sindrome s(z) = δ−2 j=0 sj zj adalah bukan polynomial nol. Maka terdapat polynomial tak nol r(z) ∈ F2m [z] dengan demikian deg(r(z)) ≤ t − 1, gcd(r(z), σ(z)) = 1 dan r(z) ≡ s(z)σ(z) (mod zδ−1 ) (8) Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 73. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Teorema 3.17 Lebih jauh, untuk sebarang pasangan (u(z), v(z)) polynomial tak nol atas F2m memenuhi deg(u(z)) ≤ t − 1, deg(v(z)) ≤ t dan u(z) ≡ s(z)v(z) (mod zδ−1 ) (9) Kita mempunyai σ(z) = βv(z), r(z) = βu(z), (10) untuk elemen tak nol β ∈ F2m . Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 74. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Tahap 3. Menemukan akar -akar error locator polynomial Untuk melakukannya, kita bisa mencari semua kemungkinan akar -akar dengan menggunakan σ(z) di αi , untuk semua i = 1, 2, . . . . . Setelah semua akar -akarnya αi1 , . . . , αil dari σ(z) ditemukan, kita mendapatkan error polynomial persamaan Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 75. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.18 Contoh 3.18 Misalkan α akar dari g(x) = 1 + x + x3 ∈ F2[x]. Maka Hamming code yang dibangun oleh g(x) =lcm(M(1)(x), M(2)(x)) mempunyai design distance δ = 3. Andaikan bahwa w(x) = 1 + x + x2 + x3 word yang diterima. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 76. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.18 Menghitung sindrome : (s0, s1) = (w(α), w(α2 )) = (α2 , α4 ) Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 77. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.18 Menghitung sindrome : (s0, s1) = (w(α), w(α2 )) = (α2 , α4 ) Menemukan error locator polynomial : Selesaikan kongruensi polynomial Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 78. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.18 Menghitung sindrome : (s0, s1) = (w(α), w(α2 )) = (α2 , α4 ) Menemukan error locator polynomial : Selesaikan kongruensi polynomial r(z) ≡ s(z)σ(z) (mod z2 ) dengan deg(r(z)) = 0 dan deg(σ(z)) ≤ 1, dan s(z) = α2 + α4 z. Kita mempunyai σ(z) = 1 + α2z dan r(z) = α2. Selanjutnya didapat error di tempat ketiga. Jadi, kita bisa memperbaiki(decode) w(x) ke w(x) − x2 = 1 + x + x3 = 1101000. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 79. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Kesimpulan BCH Code merupakan generalisasi dari Hamming code dan didefinisikan dari kelipatan persekutuaan terkecil dari suku banyak monic dengan derajat terkecil atau lcm(f1(x), f2(x), . . . , ft(x)) Didalam pembahasan paper ini hanya dibahas BCH code sebagai suku banyak. Adapun penerapan dari BCH codes sendiri adalah sistem komunikasi via satelit, pemutar CD(compact disk), DVD, disk drivers, dan barcode dua dimensi. Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 80. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Thank you for your attention Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 81. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Thank you for your attention Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 82. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Thank you for your attention Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
  • 83. Pendahuluan Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Thank you for your attention Hirwanto, Lestin BCH Codes(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)