Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Upload
1. VitaminB3 |i
MAKALAH DASAR – DASAR ILMU GIZI
NIASIN, ASAM NIKOTINAT (VITAMIN B3)
OLEH
KELOMPOK 6
WA ODE NURNI J1A116142
WINDA DWI AMANDA J1A116150
HERMAYANI J1A116157
YULIAS CANTIKA J1A116165
YENI FADILAH J1A116174
VIRA PATMALIA J1A116186
CECE ANDINI J1A116200
ARIFATY DEWINTHA J1A116211
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
2. VitaminB3 |ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot
molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap
organisme yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Nama ini berasal dari
gabungan kata bahasa latin vita yang artinya “hidup” dan amina yang
mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N),
karena pada awalnya vitamin dianggap demikian.
Terdapat tiga belas jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara
lain vitamin yang larut dalam lemak A,D,E,K, dan vitamin yang larut
dalam air salah satunya vitamin B (tiamin, riboflavin, niacin, asam
pantotenat, biotin, B6, B12, dan folat).
Vitamin B berperan penting dalam metabolisme di dalam tubuh,
terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktifitas.hal ini terkait dengan
peranannya di dalam tubuh terhadap berbagai jenis sumber energi.
Vitamin B3 salah satunya.
Vitamin B3 atau Niacin berperan penting dalam hal metabolisme
karbohidrat untuk menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein.
Vitamin B3 atau niacin termasuk salah satu jenis vitamin yang
banyak ditemukan pada makanan hewani, seperti ragi, hati, ginjal, daging
unggas, dan ikan. Akan tetapi tedapat beberapa sumber pangan lainnya
yang juga mengandung vitamin ini dalam kadar tinggi, antara lain gandum
dan kentang manis, kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan tubuh
mengalami kekejangan, keram otot, gangguan sistem pencernaan, muntah-
muntah, dan mual.
3. VitaminB3 |iii
B. Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah, sifat kimia dan stabilitas, metabolism, sumber, angka
kecukupan niasin yang dianjurkan, serta dampak kelebihan dan kekurangan
niasin, asam nikotinat (vitamin B3)?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui sejarah, sifat kimia dan
stabilitas, metabolism, sumber, angka kecukupan niasin yang dianjurkan,
serta dampak kelebihan dan kekurangan niasin, asam nikotinat (vitamin B3).
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan diatas, manfaat dari penulisan ini yaitu bisa
mengetahui sejarah, sifat kimia dan stabilitas, metabolisme, sumber, angka
kecukupan niasin yang dianjurkan, serta dampak kelebihan dan kekurangan
niasin, asam nikotinat (vitamin B3).
4. VitaminB3 |iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Niacin, Asam Nikotinat (Vitamin B3)
Identifikasi niasin erat kaitannya dengan penelitian tentang
penyebab dan pengobatan penyakit pellagra atau kulit kasar yang umum
ditemukan pada abad ke – 18 di Spanyol dan Italia. Pada tahun 1915
Coldberger, sarjana Amerika, melakukan percobaan secara klasik terhadap
dua belas narapidana yang diberi jaminan akan dibebaskan bila mereka
mau bekerja sama dalam penelitian gizi. Mereka mengkonsumsi suatu
ransum makanan rendah gizinya. Ransum tersebut terdiri dari ubi jalar,
roti, jagung, kubis, nasi, biscuit, kopi, dan sebagainya. Setelah beberapa
minggu, narapidana merasa pusing, sakit perut, dan mengalami lelah
badan. Dan setelah lima bulan, dermatitis yang spesifik akibat pellagra
timbul pada para narapidana tersebut. Coldberger (1918) kemudian
menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang
dapat disembuhkan dengan memakan protein bermutu tinggi.
Pada tahun 1922 Coldberger kembali menemukan bahwa
terjadinya gejala lidah hitam pada anjing ternyata mirip atau sesuai dengan
pellagra pada manusia. Dan baru pada tahun 1937, Elvelyein dan kawan –
kawan dapat membuktikan bahwa pellagta dapat disembuhkan dengan
pemberian asam nikotinat.
Bentuk niasin sebagai nikotinamida kemudian diisolasi dari
Nikotinamida Adenin Dinukleotida Posfat (NADP) dan Nikotinamida
Adenin Dinukleutida (NAD). Hubungan antara triptofan dan niasin
ditemukan melalui eksperimen pada manusia yang mengukur metabolism
niasin sesudah diberi beberapa dosis triptofan. Triptofan ternyata adalah
precursor dari niasin. Terakhir, nama niasin diusulkan oleh Cowgill untuk
menghindakan dari kekisruhan istilah dengan nikotin dari tembakau.
5. VitaminB3 |v
B. Sifat Kimia dan Stabilitas Niasin, Asam Nikotinat (Vitamin B3)
Niasin adalah istilah generic untuk asam nikotinat dan turunan
alaminya nikotinamida (niasin amida) (lihat Gambar 1). Niasin berfungsi
sebagai komponen koenzim Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NAD)
dan Nikotinamida Adenin Dinukleotida Fosfat (NADP), yang berada di
semua sel. Kedua co-enzim ini berperan di dalam proses mentransfer atom
Hydrogen di dalam reaksi –reaksi yang menghasilkan energy. Reaksi –
reaksi ini berhubungan dengan integritas jaringan, terutama bagi kulit,
saluran pencernaan dan susunan saraf. Selain fungsinya sebagai enzim,
asam nikotinat (bukan niacinamide) menunjukkan pula efek
pharmakodinamik sebagai vasodilatator perifer dan menurunkan kadar
kolestrol darah.
Fungsi utama NAD dan NADP ialah sebagai co-enzim yang
memindahkan ion hydrogen dan substrat tertentu, bekerjasama dengan
enzim dehydrogenase kelas flavoprotein, mentransfer hydrogen atau
electron ke enzim lain dalam deretan system redoks. Proses –proses ini
diantaranya terdapat pada reaksi glycolysis, metabolism pyruvate,
biosintesis pentose, dan produksi ATP.
Niasin atau asam nikotinat merupakan kristal putih, yang lebih
stabil dari tiamin dan riboflavin. Niasin tahan terhadap suhu tinggi yaitu
tidak lebih dari 1200 C, cahaya, asam, alkali, dan oksidasi. Niasin tidak
rusak oleh pengolahan dan pemasakan normal, kecuali kehilangan melalui
asam nikotinat nikotinamida
Gambar 1 Struktur kimia niasin
6. VitaminB3 |vi
air masakan yang dibuang. Niasin mudah diubah menjadi bentuk aktif
nikotinamida.
C. Metabolisme Niasin, Asam Nikotinat (Vitamin B3)
Bentuk aktif Niacin ialah niacinamida yang diperlakukan oleh segala
jenis sel jaringan hidup. Tryptophane merupakan precursor dan 60 mg
tryptophane setara dengan 1 mg niacin pada manusia. Nilai setara ini
berbeda pada spesies yang berlain-lainan. Meskipun niacin terdapat merata
didalam berbagai jenis sel jaringan didalam tubuh, tidaklah terdapat
timbunan niacin yang cukup berarti. Niacin dan prekusornya larut didalam
air, sehingga mudah diserap kedalam mukosa dinding usus, dan dialirkan
lebih lanjut kedalam hati melalui venaportae. Yang terdapat didalam
jaringan berbentuk NADP dan NAD.
Bentuk NADP ini tidak banyak kuantumnya dan cepat menjadi susut,
bila konsumsi tidak mencukupi. Kadar niacinamida didalam darah lengkap
(NAD dan NADP) adalah sebesar 35ug/ml dan praktis seluruhnya terdapat
didalam erythrocyte, yang kadarnya 60-90 ug/dl. Sejumlah kecil niacin
bebas terdapat didalam plasma(0,15 ug-ml) pada kondisi berpuasa. Kadar
niacin tertinggi terdapat didalam hati(58 ug/g), jantung ginjal,otot skelet
dan otot licin (31/47 ug/g jaringan basah), jerohan,kelenjar ekndokrin, paru
dan otak mengandung niacin dengan kadar lebih lebih rendah dari
jaringan-jaringan yang disebut terdahulu. Turnover rate niacin di dalam
hati, ginjal dan limpah terdapat 4 hari, dalam otot jantung dan erythrocyte
5 hari, sedangkan di dalam otot skelet, tulang sternum dan otak 8 hari.
Niacin diekskresikan di dalam urine dalam bentuk N’methyl niacinamida
(N’-Me). Dalam katabolisma niacin, metabolisma N’-Me dipecah lebih
lanjut menjadi berbagai metabolite yang belum jelas benar identitasnya.
Didalam urine, disamping N’-Me diekskresikan juga pyridone dan
beberapa metabolite lain dalam kuantum kecil yang belum dapat
diindetifikasikan bentuknya Pada orang sehat dengan konsumsi niacin
yang adekwat, didalam urine ini diekskresikan niacin 10-20 mg atau lebih
sehari, dari jumlah tersebut 5-8 mg dalam bentuk N’-Me dan sebagian
besar lagi dalam bentuk pyridone. Selain didalam urine, hasil katabolisma
niacin terdapat juga didalam udara pernapasan sebagai CO2.
D. Fungsi Niasin, Asam Nikotinat (Vitamin B3)
Nikotinamida berfungsi di dalam tubuh sebagai bagian koenzim NAD dan
NADP (NADH dan NADPH adalah bentuk reduksinya). Koenzim-
koenzim ini diperlukan dalam reaksi oksidasi-reduksi pada glikolisis,
7. VitaminB3 |vii
metabolisme protein, asam lemak, pernapasan sel dan detoksifikasi,
dimana peranannya adalah melepas dan menerima atom hydrogen. NAD
juga berfungsi dalam sintesis glikogen. Secara umum, fungsi niasin dalam
tubuh, yaitu; 1) berguna dalam proses pertumbuhan dan perbanyakan sel,
2) penting pada perombakan karbohidrat, dan 3) mencegah penyakit
pellagra.
E. Sumber Niasin, Asam Nikotinat (Vitamin B3)
Sumber niasin adalah hati, ginjal, ikan, daging, ayam dan kacang tanah.
Susu dan telur mengandung sedikit niasin tetapi kaya triptofan. Sayur dan
buah tidak merupakan sumber niasin. Sebagian besar protein hewani kaya
akan triptofan. Untuk membuat suatu penaksiran kasar, protein makanan
rata – rata dapat dianggap mengandung 1% triptofan. Kandungan niasin
beberapa bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Nilai niasin berbagai bahan makanan (mg/100 gram)
Bahan Makanan Mg Bahan Makanan Mg
Kacang tanah local 13,0 Ayam 8,0
Teri nasi kering 9,7 Daging babi 8,6
Sardine 7,6 Daging sapi 4,5
Ikan kembung 6,5 Hati sapi 12,0
Ikan bandeng 5,8 Hati ayam 10,0
Ikan kembung 2,2 Ginjal kambing 8,2
Ikan selar segar 2,9 Ginjal sapi 6,7
Ikan tawes segar 2,4 Beras 3,0
Udang segar 2,2 Tempe kacang kedelai 3,6
Petis udang 2,2 Kacang merah 2,0
Sumber: Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia, Depkes 1990
Food Composition Table for Use in East Asia, FAO, 1972
8. VitaminB3 |viii
F. Angka Kecukupan Niasin yang Dianjurkan
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) menetapkan angka
kecukupan niasin seperti dapat dilihat pada Tabel 2. Di Amerika angka
kecukupan niasin dinyatakan dalam niasin ekivalen (NE) dengan
memperhitungkan sumbangan triptifan terhadap niasin.
Tabel 2 Angka kecukupan niasin yang dianjurkan untuk niasin
Golongan Umur AKN* (mg) Golongan Umur AKN* (mg)
0-6 bl 2 Wanita:
7-11 bl 4 10-12 th 12
1-3 th 6 13-15 th 13
4-6 th 8 16-18 th 14
7-9 th 10 19-29 th 14
30-49 th 14
50-64 th 14
≥ 65 th 14
Pria Hamil: + 4
10-12 th 12 Menyusui:
13-15 th 14 0-6 bl + 3
16-18 th 16 7-12 bl + 3
19-29 th 16
30-49 th 16
50-64 th 16
≥ 65 th 16
Sumber: Widyarkarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004
*Angka Kecukupan Niasin
Walaupun di Indonesia ada daerah – daerah yang memakan jagung
sebagai makanan pokok, tetapi pellagra ternyata tidak merupakan masalah. Hal
ini mungkin karena makanan disertai dengan sumber protein (lauk).
G. Dampak Kelebihan dan Kekurangan Niasin, Asam Nikotinat (Vitamin B3)
1. Kelebihan Niasin
Kelebihan niasin dapat menyebabkan peningkatan penggunaan glikogen otot,
kulit panas dan gatal, gangguan denyut jantung, gangguan ginjal dan
diabetes.
9. VitaminB3 |ix
2. Kekurangan Niasin
Pada tahap awal tanda – tanda kekurangan niasin adalah kelemahan otot,
anoreksia, gangguan pencernaan dan kulit memerah. Kekurangan berat
menyebabkan pellagra yang mempunyai karakteristik dermatitis (kulit
kemerahan, lalu mengelupas dan pecah – pecah, eksema yang simetis pada
bagian kiri dan kanan tubuh, serta anemia), demensia (mengalami depresi
mental, pelupa, cepat letih, dan sering melamun), dan diare (buang air besar,
serta di gusi dan di usus terjadi pula pendarahan). Kekurangan berat juga bisa
berakhir dengan mati/death (4D).
10. VitaminB3 |x
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Identifikasi niasin erat kaitannya dengan penelitian tentang
penyebab dan pengobatan penyakit pellagra atau kulit kasar yang umum
ditemukan pada abad ke – 18 di Spanyol dan Italia. Coldberger (1918)
kemudian menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh kekurangan zat
gizi yang dapat disembuhkan dengan memakan protein bermutu tinggi.
Dan baru pada tahun 1937, Elvelyein dan kawan – kawan dapat
membuktikan bahwa pellagra dapat disembuhkan dengan pemberian asam
nikotinat atau niasin. Nama niasin diusulkan oleh Cowgill untuk
menghindakan dari kekisruhan istilah dengan nikotin dari tembakau.
Niasin atau asam nikotinat merupakan Kristal putih, yang lebih
stabil dari tiamin dan riboflavin. Niasin tahan terhadap suhu tinggi yaitu
tidak lebih dari 1200 C, cahaya, asam, alkali, dan oksidasi. Niasin tidak
rusak oleh pengolahan dan pemasakan normal, kecuali kehilangan melalui
air masakan yang dibuang. Niasin mudah diubah menjadi bentuk aktif
nikotinamida.
Secara umum, fungsi niasin dalam tubuh, yaitu; 1) berguna dalam
proses pertumbuhan dan perbanyakan sel, 2) penting pada perombakan
karbohidrat, dan 3) mencegah penyakit pellagra.
Sumber niasin adalah hati, ginjal, ikan, daging, ayam dan kacang
tanah. Susu dan telur mengandung sedikit niasin tetapi kaya triptofan.
Sayur dan buah tidak merupakan sumber niasin. Sebagian besar protein
hewani kaya akan triptofan. Untuk membuat suatu penaksiran kasar,
protein makanan rata – rata dapat dianggap mengandung 1% triptofan
Angka kecukupan niasin yang dianjurkan adalah 16 mg untuk laki
– laki dewasa dan 14 mg untuk perempuan dewasa.
Kelebihan niasin dapat menyebabkan peningkatan penggunaan
glikogen otot, kulit panas dan gatal, gangguan denyut jantung, gangguan
11. VitaminB3 |xi
ginjal dan diabetes. Sementara kekurangan niasin dapat menyebabkan pellagra;
diare, dermatitis, demensia (3D); mudah tersinggung; kurang nafsu makan;
pusing; gangguan mental; dermatitis bilateral terutama bagian yang terkena sinar
matahari.
B. Saran
Dengan bertambahnya pengetahuan pembaca setelah membaca sejarah,
sifat kimia dan stabilitas, metabolisme, sumber, angka kecukupan yang
dianjurkan, serta dampak kelebihan dan kekurangan dari niasin atau vitamin B3
ini diharapkan pembaca bisa memenuhi kebutuhan sehari – harinya akan
vitamin B3 dengan baik sehingga tidak mengalami dampak dari kelebihan
maupun kekurangan vitamin B3.
12. VitaminB3 |xii
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Devi S. 2014. Pengantar Ilmu Gizi. Gang Gawa. Kendari
Jauhari, Ahmad. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Penerbit Jaya
Ilmu. Yogyakarta
Mitayain dan Wiwi Sartika. 2010. Buku Saku Ilmu Gizi. CV.Trans
Info Media. Jakarta
Proverawati, Atikah. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi
Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta
Supariasa, I Dewa Nyoman dkk. 2001. Penialaian Status Gizi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Winarno, F.G. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Yuniastuti, Ari. 2008. Gizi dan Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Kartasapoetra, G dan Marsetyo. 2005. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi,
Kesehatan, dan Produktivitas Kerja). PT Rineka Cipta. Jakarta