SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
P a g e | 1
MENULIS ARTIKEL UNTUK
JURNAL ILMIAH
Oleh Huriyudin
Pendahuluan
Seseorang akan diakui sebagai pelukis hanya jika ia
menunjukkan bukti lukisannya. Soal kualitas, itu masalah lain
dan diuji dengan cara yang lain –misalnya dari jumlah lukisan,
jenis dan aliran, tema yang diambil, harga yang ditawar,
peminat yang mengoleksi, dan sebagainya. Pameo ini populer
di dunia ilmiah untuk menyinggung karir akademik dosen atau
peneliti yang belum pernah menuliskan pemikiran dan
gagasannya ke dalam bentuk tulisan atau artikel ilmiah yang
dimuat dalam sebuah jurnal, syukur-syukur dengan tingkat
reputasi yang diakui di level internasional.
Ini jelas sindiran menohok bagi dosen yang berdiri di
depan kelas, tetapi tidak satu pun menghasilkan karya ilmiah
yang dibaca orang –kecuali bahwa ia pernah menyusun skripsi,
tesis, atau disertasi. Kalau pun menulis –misalnya diktat
kuliah—naskahnya tidak pernah terbit dalam bentuk buku dan
beredar di pasar atau toko buku. Selebihnya, dia hanya
membaca buku (itu pun kalau membaca, karena tidak sedikit
dosen yang telah tidak lagi membaca dan berhenti berpikir),
dan menyampaikan hasil bacaannya kepada mahasiswa di
depan kelas. Sebagai dosen posisinya tidak lebih dari sekedar
“konsumen” ilmu, dan belum bergerak menjadi “produsen”
yang “mengumumkan” hasil temuannya dalam bentuk buku
atau artikel. Demikian pula halnya dengan peneliti: sekedar ke
lapangan untuk mengumpulkan data dan menyusun laporan
“teknis” yang dimanfaatkan hanya untuk kepentingan
pengajuan angka kredit dan urusan naik pangkat. Selebihnya,
P a g e | 2
laporan penelitian yang ditulisnya hanya tersimpan di laci,
yang bahkan rayap pun tak sudi membaca. Kurang lebih,
problem ini juga mungkin “diderita” oleh profesi lain yang juga
bergerak di dunia akademik, seperti Widyaiswara atau guru.
Dulu, kondisi seperti ini hampir tidak masalah. Tetapi
untuk saat ini jangan harap kompetensi sebagai dosen atau
peneliti diakui bila tak satu pun artikel ditulis dan terbit dalam
sebuah jurnal ilmiah. Bahkan, sekedar terbit pun kini tidak
cukup. Saat ini, kualitas tulisan dan reputasi akademik
seseorang ditentukan tidak hanya karena hasil kajiannya terbit
dalam sebuah jurnal, tetapi juga musti terbit di jurnal dengan
reputasi yang bagus dan terindeks Scopus, baik nasional
maupun internasional. Ini berarti bahwa artikel yang dibuat
tidak hanya dibaca oleh lingkungan sekitar kampus atau
komunitas akademik yang terbatas, tetapi juga dapat diakses
oleh segenap masyarakat akademik yang ada di berbagai
negara dan pelosok dunia.
Celakanya, masing-masing jurnal acapkali memiliki
kualifikasi sendiri-sendiri dengan tingkat kesulitan yang
beragam. Setelah tulisan dikirim, ia akan berhadapan dengan
“mahkamah ilmiah” dan berbagai tahapan untuk menguji
orisinalitasnya, struktur tulisannya, otentisitas temuannya,
relevansinya dengan bidang keilmuan dari jurnal yang dikirimi
tulisan, bahkan juga dengan paradigma keilmuan yang diusung
oleh masing-masing institusi yang menerbitkan. Karena itu,
menulis sebuah artikel untuk dikirim ke sebuah jurnal bukanlah
urusan main-main, dan tidak dapat dikerjakan sekedar sambil
lalu. Sebab menulis artikel sejatinya merupakan salah satu
tahap –dari sekian tahapan yang cukup panjang—seperti
menemukan masalah ilmiah, memilih kerangka teori untuk
mengujinya, melakukan pengumpulan data, membongkar
sejumlah buku yang relevan untuk memastikan orisinalitas dan
“kebaruan”, dan sebagainya.
P a g e | 3
Maka, tentu tidak mudah sebuah artikel yang ditulis
bisa terbit di jurnal dengan tingkat indeks yang telah diakui.
Makin tinggi kualifikasi terindeks sebuah jurnal akan semakin
selektif pula dalam memilih dan menetapkan kelayakan sebuah
tulisan.
Nah, makalah singkat ini hendak memberi gambaran
umum tentang apa dan bagaimana menyusun tulisan ilmiah.
Tentu banyak tulisan yang dibaca tentang bagaimana menulis
sebuah artikel untuk jurnal ilmiah. Bahkan setiap jurnal
biasanya memiliki pedoman dan patokan dalam menyusun
artikel, hingga pada masalah sangat tenkis seperti urusan titik-
koma, penulisan footnote dan atau endnote, sistem transliterasi
bahasa asing (terutama Arab), jumlah minimal dan maksimal
karakter, serta pembakuan alur sistematika sebuah tulisan, dan
lain-lain. Setiap menulis tentu wajib membaca semua itu
sebelum artikel ditulis dan dikirim, bahkan sekalipun kita
semua telah memahami aturan dan kode etik dalam dunia
ilmiah.
Oleh sebab itu, tulisan ini hanya “sekedar” berbagi
pengalaman tentang bagaimana sebuah artikel ditulis (writing),
dikirim ke sebuah jurnal, di-edit (editing), dan diterbitkan (atau
ditolak). Karena sifatnya sebagai “berbagi pengalaman”
makalah ini hampir tidak mengacu pada tulisan mana pun yang
sejenis, dan tidak hanya terbatas pada bahasan soal
“keterampilan menulis”. Di dalamnya, sesuai pengalaman
penulis (yang pernah) sebagai mengelola jurnal (baik sebagai
pemimpin redaksi, sekretaris redaksi, maupun redaktur
pelaksana), melakukan penelitian, dan beberapa kali mengirim
artikel (dan dimuat) ke beberapa penerbit jurnal, tulisan ini
akan menyinggung pula aspek-aspek itu. Agak terkesan
melebar, memang. Tetapi hal ini tidak bisa dihindari, karena
menulis sebuah artikel ilmiah yang akan dikirim ke sebuah
jurnal ilmiah akan melalui semua proses itu.
P a g e | 4
Artikel Ilmiah dan Jurnal Ilmiah
Secara singkat artikel ilmiah dapat didefinisikan
sebagai karya tulis yang dimuat dalam jurnal atau buku
kumpulan tulisan yang disusun secara ilmiah sesuai dengan
pedoman, kaidah, kode etik, struktur, dan “selingkung” yang
telah ditetapkan. Umumnya, artikel ilmiah merupakan tulisan
hasil penelitian, baik lapangan (field research) mau pun “meja”
(desk research) atau kajian pustaka (library research) --baik
dilakukan dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif,
atau gabungan dari keduanya (mix methode, kuantilatif[?]). Ini
tentu bukan satu-satunya definisi. Ada banyak definisi tentang
artikel ilmiah, termasuk beberapa pendapat yang memasukkan
unsur lain seperti tulisan non-fiksi, karangan prosa, karya tulis
lengkap, tuntas, lugas dan jelas, dimuat dalam koran atau
majalah, berbentuk esei, tulisan lepas, bersifat aktual, dan
sebagainya. Tetapi, setidaknya untuk sementara, definisi
singkat ini dapat kita pakai sebagai landasan bagi pembahasan
tentang teknik penulisan artikel ilmiah.
Sementara untuk “jurnal ilmiah” rasanya tak perlu lagi
didefinisikan. Tetapi kalau pun diperlukan sebuah definisi,
cukuplah dikatakan bahwa jurnal ilmiah adalah publikasi yang
terbit secara berkala oleh organisasi profesi atau lembaga
akademik yang memuat artikel pemikiran ilmiah secara empiris
(hasil penelitian) maupun logis (hasil pemikiran) dalam bidang
keilmuan tertentu. Sedikitnya terdapat beberapa kata kunci dari
definisi ini: terbit secara berkala (tahunan, 6 bulan sekali, 4
bulanan, dan seterusnya); dikelola oleh organisasi profesi atau
lembaga akademik (misalnya, lembaga penelitian atau
perguruan tinggi); memuat artikel ilmiah yang bersifat logis
dan atau empirik (hasil penelitian atau produk pemikiran); dan
dalam bidang keilmuan tertentu (ini penting digarisbawahi,
P a g e | 5
agar tulisan tidak dikirim ke jurnal yang memiliki bidang
keilmuan yang berbeda dengan tulisan yang kita buat).
Tentu, lagi-lagi, ada berbagai definisi tentang ini.
Tetapi biarlah definisi-definisi itu tersimpan rapi untuk kita
baca bila diperlukan. Sebab, acapkali jauh lebih mudah
menunjukkan contohnya ketimbang menyepakati definisinya.
Studia Islamika yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Islam
dan Masyarakat (PPIM) adalah jurnal ilmiah, sebagaimana
telah diakui oleh masyarakat akademik baik di level nasional
maupun internasional. Demikian juga halnya dengan Edukasi
(Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan), Harmoni
(Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan), Lektur
(Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen
Organisasi), Dialog (Sekretariat Badan Litbang dan Diklat),
Penamas (Balai Litbang Agama Jakarta), dan lain-lain –untuk
sekedar menyebut beberapa jurnal yang dekat dengan
pengalaman penulis. Boleh dikatakan, setiap perguruan tinggi
Islam (UIN, STAIN, IAIN) dan perguruan tinggi keagamaan
lain juga memiliki setidaknya satu jurnal ilmiah (bahkan ada
yang memiliki lebih dari satu jurnal, sesuai jumlah fakultas)
yang memuat artikel-artikel ilmiah. Untuk sekedar menambah
contoh sebuah jurnal ilmiah, berkunjung saja ke Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) atau Universitas Indonesia (UI)
dan Universitas Gajah Mada (UGM) dan perguruan tinggi
umum lainnya. Niscaya akan dengan mudah ditemukan jurnal-
jurnal ilmiah sesuai dengan konsentrasi akademik dan bidang
keilmuan yang digeluti. Pendek kata, bisa dipastikan terdapat
ratusan jurnal ilmiah yang terbit di Indonesia, dan entah berapa
puluh-ratus ribu yang terbit di seluruh dunia dalam berbagai
bahasa yang sebagian besarnya tidak kita kuasai.
Nah, dengan definisi terhadap 2 (dua) istilah kunci ini
menjadi jelas apa dan bagaimana menulis artikel ilmiah yang
bisa terbit di jurnal ilmiah. Fakta bahwa demikian banyak
P a g e | 6
jurnal ilmiah yang terbit di berbagai lembaga profesi dan
perguruan tinggi di Indonesia (bahkan seluruh negara di dunia)
menunjukkan dengan jelas tingginya ruang dan peluang artikel
yang kita tulis bisa dimuat.
Karakteristik Artikel Ilmiah
Secara umum, artikel ilmiah dapat merupakan hasil
penelitian maupun non-penelitian. Artikel Penelitian
merupakan karya tulis ilmiah yang disusun sesuai hasil temuan
lapangan berdasarkan desain penelitian yang telah ditetapkan
sebelumnya. Desain operasional ini berfungsi sebagai patokan
baku dan mengikat seorang peneliti, baik dari sisi tujuan dan
batasan masalah, kerangka teori dan metodologi, sampling
maupun batasan informan, teknik pengolahan data, sistem
analisis, maupun alur sistematika pelaporan. Sementara artikel
non-penelitian merupakan tulisan yang dibangun berdasarkan
obsesi akademik dan perhatian penulis dalam satu masalah
keilmuan tertentu yang disusun dengan pertimbangan urgensi
masalah yang dibahas, kerangka berpikir yang dibangun,
fenomena yang dikaji, dan kontribusi pemikiran yang hendak
disampaikan, serta relevansi masalah yang ditulis dengan
masalah akademik yang melatarinya. Pada titik ini, artikel “non
penelitian” itu sebetulnya merupakan hasil penelitian juga
(umumnya dikenal dengan istilah desk research atau library
research), karena ditulis dengan membaca sejumlah buku yang
relevan, diklasifikasi berdasarkan kerangka teori yang dipilih,
serta dihidangkan dalam sebuah alur sistematika penulisan
yang sesuai dengan kaidah akademik.
Dengan demikian, terdapat beberapa karakteristik
artikel ilmiah yang perlu diperhatikan, meliputi adanya unsur
kebaruan, orisinalitas, sistematis, rasional, akademik dan
teoretik, teruji (verifiable), dan terbuka untuk disalahkan
P a g e | 7
(falsifiable). Tentu ada beberapa kreteria lain yang dapat
ditambahkan. Tetapi karakteristik-karakteristik ini saya kira
menjadi kunci utama untuk menilai suatu tulisan sebagai
artikel ilmiah. Adanya unsur “kebaruan” dalam sebuah artikel
ilmiah jelas diperlukan, karena tanpa ini sebuah artikel tidak
akan memiliki makna akademik apa-apa, sebab yang ditulisnya
dapat dipastikan telah diungkap oleh penulis lain. Karena musti
mengandung unsur kebaruan ini pula sebuah artikel ilmiah
perlu didasarkan atas kajian lapangan yang kuat, sumber
bacaan yang kokoh, permasalahan yang jelas dan menarik,
serta kerangka teori dan metodologi yang mengikat agar apa
yang ditulis tidak terjebak pada pengulangan dari tulisan orang
lain yang telah terbit sebelumnya.
Untuk memastikan bahwa kajian yang dilakukan benar-
benar baru, diperlukan proses tersendiri. Misalnya, melalui
studi pustaka secara secara intensif, mengakses berbagai buku
dan penerbitan, mengidentifikasi karya-karya penulis yang
terbit di berbagai jurnal, dan mengumpulkan berbagai tulisan
yang relevan dengan tema yang dikaji. Ini tahap awal yang
sangat menentukan, sebelum langkah berikutnya diayunkan.
Karena itu, kemalasan membaca dan membuka buku serta
menguliti segenap aspek yang hendak dikaji adalah awal dari
gagalnya sebuah penelitian dan bangkrutnya kualitas artikel
yang hendak ditulis.
Dalam hal ini unsur kebaruan juga berhubungan erat
dengan aspek “orisitalitas” sebuah tulisan. Orisinal, artinya
bahwa artikel yang ditulis merupakan ide murni sang penulis
berdasarkan permenungan dan telaah mendalam, serta tidak
bersifat jiplakan dari gagasan orang lain yang “dicuri” secara
tidak sah. Dalam hal ini, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) mendefinisikan orisinalitas sebagai “keaslian” atau
“ketulenan”. Asli, tidak palsu. Tulen, yakni betul-betul murni
sabagai hasil olah pikir dan kajian dirinya sendiri, bukan
P a g e | 8
jiplakan atau plagiasi. Orisitalitas sebuah tulisan dapat dikenali
dengan mudah dari kata kunci yang dipilih, diksi yang dipakai,
teknik analisis yang digunakan, bahkan sampai pada struktur
kalimat dan selingkung yang menjadi “gaya” khas sebuah
tulisan. Di era sekarang, ketika alat untuk mendeteksi plagiasi
telah ditemukan dan dapat dioperasikan dengan mudah,
pengakuan atas orisinalitas dan kesetiaan terhadap etika
akademik akan dengan sangat mudah terbantahkan.
Selain itu, sebuah artikel ilmiah juga musti ditulis
secara sistematis, mulai dari latar belakang, tujuan, urgensi,
metodologi, kerangka teori, kajian terdahulu, analisis data,
sampai pada kesimpulan dan daftar pustaka. Bahkan sebuah
artikel ilmiah yang dimuat di jurnal harus pula mencantumkan
abstrak (yang seringkali ditulis dalam lebih dari satu bahasa)
dan kata kunci (keyword). Karena itu, sebuah artikel ilmiah
tidak bisa ditulis dengan membuat kesimpulan terlebih dahulu,
atau tidak mencantumkan kerangka teori yang menjadi alat
kerja atau alat uji dari kajian yang dibuatnya, atau
mendahulukan hasil temuan sebelum mengungkap kajian
terdahulu yang melatarinya. Pendek kata, sebuah artikel ilmiah
musti bersifat sistematik, baik dari struktur tulisan, penulisan
kalimat (jelas mana subjek, predikat, objek, dan keterangan),
serta ketuntasan penyampaian data dan hasil analisis. Prasyarat
ini wajib dipenuhi tidak hanya agar tulisan bisa dibaca dan
dipahami, tetapi sekaligus juga agar sebuah artikel ilmiah
memiliki ruang dan peluang untuk diuji, dibantah, atau dibuang
ke tong sampah.
Prasyarat lain yang tidak kalah penting dari sebuah
artikel ilmiah adalah sifatnya yang rasional dan logis. Rasional
berarti bahwa sebuah artikel harus masuk akal, bisa dipahami
dengan baik oleh pembaca, tidak menyimpang dari tema atau
masalah yang dibahas, disusun dengan alur pikir yang logis,
membahas masalah yang riil (empirik dan sesuai kenyataan),
P a g e | 9
jelas hubungan antara sebab dan akibat, tidak bersumber dari
lamunan dan khayalan, sesuai antara data dan penarikan
kesimpulan, serta terbuka untuk diuji di mahkamah ilmiah.
Dus, rasional tidak hanya sekedar ditulis “pake otak”, tetapi
juga dibangun dengan logika yang runtut, memilih masalah
dengan tingkat urgensi dan “keterkajian” yang terukur, serta
disampaikan dengan bahasa yang mudah dan tidak
membingungkan.
Bahwa tulisan musti disusun secara sistematis dan
disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami,
sepenuhnya mutlak diperhatikan. Kalau perlu, sampaikan teori
yang paling rumit sekalipun dalam kalimat yang mudah
dimengerti. Ini penting, agar pembaca tidak salah paham dan
salah mengerti. Maka, pastikan pembaca memahami secara
persis sama dengan maksud yang dituju. Bila hal ini tidak bisa
dilakukan, berarti kita gagal menyampaikan sebuah ide kepada
pembaca.
Sebuah artikel ilmiah juga musti berkarakter akademik
dan teoretik. Ini pasti. Sebuah tulisan yang tidak bersifat
akademik dapat dipastikan sebagai bukan artikel ilmiah. Dan
artikel yang tidak teoretik (dibangun berdasarkan kerangka
teori tertentu, serta menghasilkan teori yang baru) juga bukan
artikel ilmiah. Dikatakan tidak ilmiah tidak berarti bahwa
tulisan itu buruk, tapi “hanya” tidak sesuai dengan kaidah
ilmiah yang disepakati oleh masyarakat akademik. Karena itu,
sebaik apa pun sebuah novel atau cerita pendek (Cerpen) atau
sebuah fiksi, misalnya, jelas tidak dapat dimasukkan ke dalam
kategori artikel ilmiah, bukan karena jeleknya tulisan tersebut
tetapi karena tidak terpenuhinya unsur-unsur yang musti ada
pada sebuah artikel ilmiah –dan karena itu tidak dapat diuji
hasilnya, tidak dapat diketahui temuannya, serta tidak disusun
sesuai dengan tradisi dalam penulisan ilmiah. Pendek kata,
karakter akademik dan teoretik sebuah artikel ilmiah musti
P a g e | 10
dipenuhi agar siapa pun dapat menyepakati hasilnya atau
menolak (sebagian atau seluruh) temuan yang dihasilkannya.
Menyusun sebuah artikel ilmiah berarti pula melempar
gagasan kepada khalayak akademik untuk diuji (verifiable) dan
disalahkan (falsifiable). Jangan sekali-kali menulis artikel
ilmiah bila tidak siap diuji dan dikritik, sebab artikel ilmiah
bukan kitab suci yang tidak bisa disalahkan. Sebagai karya
akademik, sebuah artikel ilmiah adalah karya manusia dan hasil
dari olah pikir manusia –yang bisa jadi salah atau keliru. Justru
karena sifatnya sebagai tulisan ilmiah, sebuah artikel harus
memiliki ruang untuk didiskusikan, membuka jalan untuk
diperdebatkan, dan harus siap disanggah dan dikritik
berdasarkan data baru yang lebih kokoh. Pada titik ini, maka
sebuah artikel ilmiah yang salah dan keliru sekalipun tetap ada
manfaatnya, setidaknya dapat diketahui di mana letak
kesalahan dan kekeliruannya, serta membuka ruang bagi
penulis lain untuk menemukan apa dan bagaimana seharusnya.
Ibarat hasil ijtihad, sebuah artikel ilmiah tetap masih punya
“pahala” meskipun salah. Kita tahu, kesalahan dalam dunia
ilmiah itu bukan aib. Peneliti itu boleh salah, tapi tak boleh
bohong.
Tahapan dalam Penulisan Artikel Ilmiah
Secara umum tahapan ilmiah dimulai dari adanya minat
dan daya tarik untuk menulis, menemukan tema dan judul
tulisan, melakukan persiapan penelitian, menyusun proposal
dan desain penelitian, melakukan penelitian lapangan (atau
riset pustaka), menuliskan temuan dan hasil kajian,
menyiapkan artikel sebagai usaha sosialisasi hasil temuan dan
gagasan, mengirimkan artikel ke jurnal yang sesuai dengan
bidang kajian, menunggu tulisan diterima (dan terbit) atau
ditolak, memperbaiki tulisan, dan mengirimkannya lagi dan
P a g e | 11
lagi. Dengan demikian, penulisan artikel ilmiah merupakan
tahap akhir dari sebuah proses penelitian dan kajian.
Seperti tergambar dari uraian sebelumnya, minat
menulis akan muncul hanya jika kita menemukan sebuah
masalah yang dianggap penting untuk dikaji. Dan itu tidak
ditemukan begitu saja, tanpa proses pencarian, penelusuran
pustaka, pengamatan, dan permenungan serius. Masalah yang
ditemukan secara sambil lalu dan dituliskan tanpa data yang
memadai hanya akan berakibat gagalnya sebuah artikel
menjadi tulisan ilmiah. Karena itu, minat untuk menulis dan
penetapan masalah yang hendak dikaji semestinya memiliki
kaitan erat dengan disiplin ilmu yang digeluti, dikuasai anatomi
keilmuannya, sejarah perkembangannya, teori-teori yang
menjadi basisnya, serta tersedia sumber referensinya. Dus,
jangan coba-coba membahas masalah yang secara keilmuan
tidak dikuasi, karena hanya akan menghasilkan tulisan yang
dangkal, tidak bernas, dan otomatis hasilnya tidak layak terbit.
Tahapan ini sepertinya sederhana, tetapi sesungguhnya
tidak semudah seperti dibayangkan. Buktinya, hampir tak ada
orang yang berhasil mengirim tulisan atau artikel yang
langsung diterima dan diterbitkan, sebagaimana tidak ada bayi
di dunia yang langsung bisa berjalan tanpa terlebih dahulu jatuh
bangun, melangkah tertatih, dan sempoyongan. Terlebih
sebuah artikel ilmiah, yang untuk diterima dan terbit dalam
sebuah jurnal akan melalui berbagai tahapan, antara lain
adanya review dan penilaian dari seorang atau beberapa ahli
dalam bidangnya untuk menyatakan apakah artikel yang kita
kirim diterima atau ditolak.
Penerimaan dan penolakan sebuah artikel yang dikirim
juga didasarkan pada berbagai aspek, yang sebagiannya tak
selalu terkait dengan masalah ilmiah. Sebuah tulisan ilmiah
yang bagus dan bermutu hampir pasti tidak akan dimuat bila
P a g e | 12
dikirim ke jurnal yang memiliki konsentrasi akademik
berbeda. Jurnal tentang pertanian, misalnya, kemungkinan
besar tidak akan memuat artikel tentang tafsir Al-Quran atau
pemikiran imam mazhab dalam masalah keagamaan tertentu,
karena tidak memiliki kaitan dan relevansi akademik dengan
jenis tulisan yang dikehendaki. Karena itu, menjadi penting
mengenali dan mengidentifikasi jurnal-jurnal yang akan
dikirimi artikel.
Dus, terdapat setidaknya 5 (lima) tahapan dalam
penulisan jurnal, yakni tahap penelitian atau kajian, penulisan
artikel, pengiriman artikel, penilaian dan review artikel, serta
penerbitan artikel. Nah, dua tahapan yang terakhir jelas bukan
urusan penulis. Itu sepenuhnya menjadi otoritas redaktur
sebuah jurnal. Dalam hal ini, redaksi biasanya menunjuk
beberapa orang ahli (bisa 3, 5, atau lebih) dalam bidang
masing-masing, baik di dalam maupun luar negeri untuk
menilai dan mereview tulisan-tulisan yang masuk. Bahkan
seringkali tulisan-tulisan itu dibaca oleh lebih dari seorang
reviewer. Secara umum reviewer akan menilai dan
mempertimbangkan kemungkinan dimuatnya artikel
sedikitnya berdasarkan pertimbangan isi dan substansi,
aktualitas tulisan, urgensi temuan, serta alur pikir dan struktur
bahasa yang disusun. Penjumlahan dari aspek-aspek inilah
yang akan membuat sebuah tulisan diterima atau ditolak.
Tetapi, kalaupun tulisan ditolak atau tidak dimuat, jangan putus
asa. Ingat, putus asa itu dosa. Maka, teruslah menulis, dan
jangan berhenti bergerak di dunia akademik. Ketekunan kita
dalam melakukan kajian, keseriusan dalam menulis, dan
kesediaan untuk terus belajar, membaca, dan menulis, suatu
saat pasti akan berbuah manis. Seperti bayi yang awalnya
tertatih dan jatuh bangun untuk bisa berjalan, suatu saat kelak
boleh jadi akan tampil sebagai juara lari maraton yang bergensi
dengan tropi dan hadiah yang membanggakan.
P a g e | 13
Problem dalam Menulis Artikel Ilmiah
Terutama bagi pemula, problem dalam penulisan ilmiah
ini perlu dikenali secara serius. Tentu terdapat banyak problem
yang dihadapi, tetapi di sini akan diungkap 3 (tiga) hal, yakni:
ketidaksesuaian teori dengan analisis data, terbatasnya bahan
pustaka, dan rendahnya keterampilan dalam menulis. Salah
satu masalah dalam ketidaksesuaian antara teori dengan data
adalah tidak dioperasikannya teori yang dipilih untuk
menganalisis data yang berhasil dikumpulkan. Ini tentu
masalah serius, karena dengan demikian si penulis telah abai
dengan pisau analisis yang dipilihnya. Atau teori itu
dicantumkan hanya sekedar sebagai “hiasan” yang gagal
dioperasikan. Bila ini terjadi, saya jamin artikel seperti ini tidak
akan layak muat. Karena itu, pastikan teori yang dipilih betul-
betul dipakai untuk mengkaji dan menganalisis data yang
dikumpulkan, baik dalam posisinya sebagai “alat uji” (biasanya
merupakan riset kuantitatif) maupun sebagai “alat kerja”
(umumnya bersifat kualitatif).
Problem kedua adalah terbatasnya bahan bacaan.
Dalam tulisan ilmiah, keterbatasan bahan bacaan akan berarti
dangkalnya pemahaman, tidak mendalamnya isi sebuah
tulisan, rendahnya penguasaan terhadap masalah, dan
terbatasnya informasi keilmuan dari objek kajian yang diteliti.
Lebih parahnya lagi, keterbatasan bahan bacaan bisa berarti
kita tidak tahu hasil penelitian dan karya ilmiah yang telah
dipublikasikan, sehingga dapat menimbulkan kerancuan
berpikir, pengulangan tema, dan rendahnya apresiasi terhadap
karya ilmiah yang ditulis dalam bidang keilmuan yang kita
geluti. Karena itu, sebelum menulis atau melakukan penelitian,
pastikan kita telah memiliki dan membaca buku dalam jumlah
yang memadai bagi penguasaan masalah yang diteliti dan
P a g e | 14
dikaji. Sekali lagi, jangan sesekali menulis sesuatu yang tidak
terkait dengan disiplin ilmu yang dikuasai, dan jangan menulis
bila tidak memiliki sumber informasi yang memadai. Karena
penelitian dan kajian merupakan usaha untuk “mencari tahu”,
maka pastikan kita telah mengetahui secara persis nilai urgensi
dan sumber referensi dari masalah yang hendak ditulis.
Hal lain yang tidak kurang pentingnya adalah masalah
keterampilan dalam menulis. Ini terkait dengan berbagai hal:
struktur tulisan, pilihan diksi, gaya tulisan, problem teknis
dalam penulisan, dan kesediaan untuk terus memperbaiki
tulisan sebelum dikirim. Umumnya bangunan utuh sebuah
tulisan akan meliputi struktur kalimat yang ditulis, yakni
meliputi subjek, prediket, objek, dan keterangan. Begitulah kita
diajari dulu, waktu sekolah. Struktur tulisan juga berarti adanya
keterkaitan organis antara satu kalimat dengan kalimat
berikutnya. Juga antara satu alinea dengan alinea setelah atau
sebelumnya. Mudah, bukan? Tetapi, kenapa banyak tulisan
yang sulit dibaca dan dipahami gara-gara dibangun dengan
kalimat yang tidak jelas serta dengan penempatan tanda baca
yang tidak tepat? Karena itu, jangan bosan melakukan otokritik
dan self-editing sampai kita yakin artikel yang dibuat
merupakan karya terbaik yang pernah ditulis: enak dibaca,
mudah dipahami, gampang dicerna, serta tidak dihiasi oleh
salah ketik dan kekeliruan dalam meletakkan tanda baca.
Sebab, tulisan yang sulit dipahami dan banyak hiasan salah
ketik hanya layak masuk tong sampah. Masalahnya, tidak
mustahil di dalam tulisan itu terdapat ide-ide cemerlang yang
penting diketahui khalayak pembaca. Sayang sekali, bukan?
Selain itu, banyak juga artikel ditulis dengan pilihan
diksi yang salah dan menjebak, misalnya menggunakan diksi
yang terkesan tendensius dan berlebihan, sesuatu yang
mustinya dihindari dalam tulisan ilmiah. Sebab, tulisan ilmiah
sepenuhnya musti setia terhadap data, dan tidak membangun
P a g e | 15
statemen yang menyimpang dari data. Pilihan diksi juga terkait
dengan pilihan terminologi, yang seringkali (terutama bagi
penulis pemula) menjebak. Karena itu jangan sekali-kali
memilih istilah yang tidak secara persis diketahui maknanya,
atau tidak jelas relevansinya, terutama untuk istilah-istilah
kunci yang menjadi “urat-nadi” sebuah tulisan.
Terakhir, soal keterampilan menulis. Hemat saya,
keterampilan menulis memiliki kaitan yang erat dengan
intensitas membaca. Karena itu penulis yang baik hampir pasti
juga merupakan pembaca yang baik, dan sebaliknya. Maka,
untuk menjadi penulis yang baik, kita musti menjadi pembaca
yang baik. Dari membaca kita tidak hanya mendapatkan ide
baru dan ilmu yang bertambah, tetapi juga cara menulis yang
benar, menyusun kalimat yang sistematis, meletakkan tanda
baca dengan tepat, membuat footnote dan endnote yang sesuai
dengan kaidah sebuah tulisan ilmiah. Kesalahan teknis dalam
semua hal ini hampir dapat dipastikan terjadi karena kita
“kurang baca” atau belum terbiasa menulis.
Terakhir, jangan sekali-kali menulis artikel sekali-jadi
dan langsung dikirim, tanpa memeriksa dan memeriksa
kembali hasilnya. Kita musti selalu curiga kalau dalam artikel
itu masih terdapat salah ketik, kalimat yang rancu, data yang
tertinggal, penulisan nama yang salah, kutipan yang keliru, dan
pilihan kata yang tidak tepat. Karena itu, sebaiknya endapkan
dulu beberapa saat, baca kembali berulang-ulang, dan plototi
setiap huruf, kata, dan kalimat untuk memastikan semuanya
telah benar dan taka da lagi kesalahan.
Bila semua unsur yang musti diperhatikan dalam
penulisan artikel ini diikuti, insya Allah artikel yang kita tulis
akan lebih mungkin dimuat. Ini berarti pula bahwa setidaknya
kita tidak mempersulit redaksi untuk memelototi ulang dan
mengeditnya kembali.
P a g e | 16
Penutup
Harus dikatakan sekali lagi, bahwa tulisan ini hampir
secara keseluruhan disusun berdasarkan pengalaman penulis
dalam mengelola jurnal, melakukan penelitian, dan menulis
artikel ilmiah. Sengaja pula saya menyusunnya dalam bahasa
yang lebih populer, agar pembaca dapat memahaminya dengan
mudah tanpa harus “mengernyitkan kening”. Karena sifatnya
yang populer dan berdasarkan pengalaman, “mohon ampun”
bila di akhir makalah ini tidak terdapat bahan bacaan.
‘Ala kulli hal, tulisan ini juga dari berbagai sisi tidak
sesuai dengan “aturan main” sebuah makalah –baik dari sisi
jumlah halaman minimal, gaya tulisan, sistematika penulisan,
dan ketiadaan referensi. Tolong jangan dicaci, karena
kesalahan dan kekurangan sudah saya akui. Jangan pula ditiru,
karena hampir sepenuhnya keluar dari kaidah ilmiah yang
baku. Bagi saya, makalah sederhana ini akan memiliki manfaat
minimal bila berhasil menjadi pengantar bagi sebuah diskusi
untuk menumbuhkan semangat bersama bagi hadirnya sebuah
artikel ilmiah yang bisa terbit di jurnal ilmiah bereputasi.
Wassalam.[]

More Related Content

What's hot

Rasionalisme
RasionalismeRasionalisme
Rasionalismeaini_26
 
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8NavenAbsurd
 
metafisika eksakta
metafisika eksaktametafisika eksakta
metafisika eksaktaLela Warni
 
Panduan penulisan jurnal
Panduan penulisan jurnalPanduan penulisan jurnal
Panduan penulisan jurnalYuke Puspita
 
Pk7-KD1T2. Revolusi Industri 1.0 - 4.0.pdf
Pk7-KD1T2. Revolusi Industri 1.0 - 4.0.pdfPk7-KD1T2. Revolusi Industri 1.0 - 4.0.pdf
Pk7-KD1T2. Revolusi Industri 1.0 - 4.0.pdfAgus Tri
 
PPT Paradigma dan teori sosial.ppt
PPT Paradigma dan teori sosial.pptPPT Paradigma dan teori sosial.ppt
PPT Paradigma dan teori sosial.pptFajarSKMMKes
 
Karya-Tulis-Ilmiah.ppt
Karya-Tulis-Ilmiah.pptKarya-Tulis-Ilmiah.ppt
Karya-Tulis-Ilmiah.pptasril17
 
Kimia unsur alkali, alkali tanah, halogen dan gas mulia
Kimia unsur alkali, alkali tanah, halogen dan gas muliaKimia unsur alkali, alkali tanah, halogen dan gas mulia
Kimia unsur alkali, alkali tanah, halogen dan gas muliaHariyani P
 
makalah netralitas sains
makalah netralitas sainsmakalah netralitas sains
makalah netralitas sainsSanti Susanti
 
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase RemajaPerkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase RemajaOva Opayanti
 
Rubrik penilaian mini research
Rubrik penilaian mini researchRubrik penilaian mini research
Rubrik penilaian mini researchMalda Purba
 
Halogen,unsur golongan VII A
Halogen,unsur golongan VII AHalogen,unsur golongan VII A
Halogen,unsur golongan VII Attanitaaprilia
 

What's hot (20)

Analisis Keterkaitan SKL Mata Pelajaran Kimia Kelas X
Analisis Keterkaitan SKL Mata Pelajaran Kimia Kelas XAnalisis Keterkaitan SKL Mata Pelajaran Kimia Kelas X
Analisis Keterkaitan SKL Mata Pelajaran Kimia Kelas X
 
Rasionalisme
RasionalismeRasionalisme
Rasionalisme
 
makalah teologi islam
makalah teologi islammakalah teologi islam
makalah teologi islam
 
Psikologi perkembangan
Psikologi perkembanganPsikologi perkembangan
Psikologi perkembangan
 
Ppt aika 3
Ppt aika 3Ppt aika 3
Ppt aika 3
 
Presentasi penalaran ilmiah
Presentasi penalaran ilmiahPresentasi penalaran ilmiah
Presentasi penalaran ilmiah
 
unsur unsur halogen
unsur unsur halogenunsur unsur halogen
unsur unsur halogen
 
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
 
metafisika eksakta
metafisika eksaktametafisika eksakta
metafisika eksakta
 
Panduan penulisan jurnal
Panduan penulisan jurnalPanduan penulisan jurnal
Panduan penulisan jurnal
 
Pk7-KD1T2. Revolusi Industri 1.0 - 4.0.pdf
Pk7-KD1T2. Revolusi Industri 1.0 - 4.0.pdfPk7-KD1T2. Revolusi Industri 1.0 - 4.0.pdf
Pk7-KD1T2. Revolusi Industri 1.0 - 4.0.pdf
 
PPT Paradigma dan teori sosial.ppt
PPT Paradigma dan teori sosial.pptPPT Paradigma dan teori sosial.ppt
PPT Paradigma dan teori sosial.ppt
 
Karya-Tulis-Ilmiah.ppt
Karya-Tulis-Ilmiah.pptKarya-Tulis-Ilmiah.ppt
Karya-Tulis-Ilmiah.ppt
 
Kimia unsur alkali, alkali tanah, halogen dan gas mulia
Kimia unsur alkali, alkali tanah, halogen dan gas muliaKimia unsur alkali, alkali tanah, halogen dan gas mulia
Kimia unsur alkali, alkali tanah, halogen dan gas mulia
 
makalah netralitas sains
makalah netralitas sainsmakalah netralitas sains
makalah netralitas sains
 
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase RemajaPerkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
 
Rubrik penilaian mini research
Rubrik penilaian mini researchRubrik penilaian mini research
Rubrik penilaian mini research
 
Golongan VIIA (HALOGEN)
Golongan VIIA (HALOGEN)Golongan VIIA (HALOGEN)
Golongan VIIA (HALOGEN)
 
Struktur Ilmu
Struktur IlmuStruktur Ilmu
Struktur Ilmu
 
Halogen,unsur golongan VII A
Halogen,unsur golongan VII AHalogen,unsur golongan VII A
Halogen,unsur golongan VII A
 

Similar to Makalah perbaikan artikel jurnal ilmiah huri

Karya TULIS ilmiah dupak tenaga kesehatan.pptx
Karya TULIS ilmiah dupak tenaga kesehatan.pptxKarya TULIS ilmiah dupak tenaga kesehatan.pptx
Karya TULIS ilmiah dupak tenaga kesehatan.pptxwayandarsana
 
PENULISANKARYAILMIAH.pdf
PENULISANKARYAILMIAH.pdfPENULISANKARYAILMIAH.pdf
PENULISANKARYAILMIAH.pdfAchrulAbdillah
 
PENULISANKARYAILMIAH.pdf
PENULISANKARYAILMIAH.pdfPENULISANKARYAILMIAH.pdf
PENULISANKARYAILMIAH.pdfssuser6db346
 
Definisikaryailmiah 121001045132-phpapp01
Definisikaryailmiah 121001045132-phpapp01Definisikaryailmiah 121001045132-phpapp01
Definisikaryailmiah 121001045132-phpapp01Terminal Purba
 
Definisi karya ilmiah
Definisi karya ilmiahDefinisi karya ilmiah
Definisi karya ilmiahNo Free
 
Tugas individu
Tugas individuTugas individu
Tugas individutaufiq99
 
Makalah ilmiah education
Makalah ilmiah educationMakalah ilmiah education
Makalah ilmiah educationRita Seran
 
KATA PENGANTAR.docx
KATA PENGANTAR.docxKATA PENGANTAR.docx
KATA PENGANTAR.docxUlilAydiy
 
Penulis karya ilmiah
Penulis karya ilmiahPenulis karya ilmiah
Penulis karya ilmiahDedi Yulianto
 
Presentasi Dari Ibu Ika Amalia Kartika
Presentasi Dari Ibu Ika Amalia KartikaPresentasi Dari Ibu Ika Amalia Kartika
Presentasi Dari Ibu Ika Amalia KartikaDhika Tr
 
TUGAS PPT TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (KELOMPOK E).pdf
TUGAS PPT TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (KELOMPOK E).pdfTUGAS PPT TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (KELOMPOK E).pdf
TUGAS PPT TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (KELOMPOK E).pdfMuhammadagungrizkyag
 
Pertemuan 5 artikel ilmiah
Pertemuan 5 artikel ilmiahPertemuan 5 artikel ilmiah
Pertemuan 5 artikel ilmiahKaniaRismayanti
 

Similar to Makalah perbaikan artikel jurnal ilmiah huri (20)

Karya ilmiah populer (1)
Karya ilmiah populer (1)Karya ilmiah populer (1)
Karya ilmiah populer (1)
 
Karya TULIS ilmiah dupak tenaga kesehatan.pptx
Karya TULIS ilmiah dupak tenaga kesehatan.pptxKarya TULIS ilmiah dupak tenaga kesehatan.pptx
Karya TULIS ilmiah dupak tenaga kesehatan.pptx
 
PENULISANKARYAILMIAH.pdf
PENULISANKARYAILMIAH.pdfPENULISANKARYAILMIAH.pdf
PENULISANKARYAILMIAH.pdf
 
PENULISANKARYAILMIAH.pdf
PENULISANKARYAILMIAH.pdfPENULISANKARYAILMIAH.pdf
PENULISANKARYAILMIAH.pdf
 
Definisikaryailmiah 121001045132-phpapp01
Definisikaryailmiah 121001045132-phpapp01Definisikaryailmiah 121001045132-phpapp01
Definisikaryailmiah 121001045132-phpapp01
 
Definisi karya ilmiah
Definisi karya ilmiahDefinisi karya ilmiah
Definisi karya ilmiah
 
Karangan Ilmiah
Karangan IlmiahKarangan Ilmiah
Karangan Ilmiah
 
Karangan ilmiah
Karangan ilmiahKarangan ilmiah
Karangan ilmiah
 
Tugas individu
Tugas individuTugas individu
Tugas individu
 
3. modul kti
3. modul kti3. modul kti
3. modul kti
 
Makalah ilmiah education
Makalah ilmiah educationMakalah ilmiah education
Makalah ilmiah education
 
KATA PENGANTAR.docx
KATA PENGANTAR.docxKATA PENGANTAR.docx
KATA PENGANTAR.docx
 
Penulis karya ilmiah
Penulis karya ilmiahPenulis karya ilmiah
Penulis karya ilmiah
 
Presentasi Dari Ibu Ika Amalia Kartika
Presentasi Dari Ibu Ika Amalia KartikaPresentasi Dari Ibu Ika Amalia Kartika
Presentasi Dari Ibu Ika Amalia Kartika
 
pertemuan 1.pptx
pertemuan 1.pptxpertemuan 1.pptx
pertemuan 1.pptx
 
TUGAS PPT TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (KELOMPOK E).pdf
TUGAS PPT TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (KELOMPOK E).pdfTUGAS PPT TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (KELOMPOK E).pdf
TUGAS PPT TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (KELOMPOK E).pdf
 
konsep dasar karya tulis ilmiah
konsep dasar karya tulis ilmiahkonsep dasar karya tulis ilmiah
konsep dasar karya tulis ilmiah
 
M6 kb2
M6 kb2M6 kb2
M6 kb2
 
Pertemuan 5 artikel ilmiah
Pertemuan 5 artikel ilmiahPertemuan 5 artikel ilmiah
Pertemuan 5 artikel ilmiah
 
Makalah yang Benar
Makalah yang BenarMakalah yang Benar
Makalah yang Benar
 

Recently uploaded

Materi Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang KesehatanMateri Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang KesehatanTitaniaUtami
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAgusSuarno2
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxAmmar Ahmad
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurDoddiKELAS7A
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramTitaniaUtami
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerakAksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerakDianPermana63
 
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitikObat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitikNegustinNegustin
 
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8RiniWulandari49
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptxAvivThea
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptxErikaPutriJayantini
 
PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat) Kesehatan Ibu dan Anak
PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat) Kesehatan Ibu dan AnakPWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat) Kesehatan Ibu dan Anak
PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat) Kesehatan Ibu dan AnakOcieocietralalatrilili Tharigan
 
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...Kanaidi ken
 
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxtressa8
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxiwidyastama85
 

Recently uploaded (20)

Materi Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang KesehatanMateri Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerakAksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
 
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitikObat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
 
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat) Kesehatan Ibu dan Anak
PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat) Kesehatan Ibu dan AnakPWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat) Kesehatan Ibu dan Anak
PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat) Kesehatan Ibu dan Anak
 
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
 
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
 

Makalah perbaikan artikel jurnal ilmiah huri

  • 1. P a g e | 1 MENULIS ARTIKEL UNTUK JURNAL ILMIAH Oleh Huriyudin Pendahuluan Seseorang akan diakui sebagai pelukis hanya jika ia menunjukkan bukti lukisannya. Soal kualitas, itu masalah lain dan diuji dengan cara yang lain –misalnya dari jumlah lukisan, jenis dan aliran, tema yang diambil, harga yang ditawar, peminat yang mengoleksi, dan sebagainya. Pameo ini populer di dunia ilmiah untuk menyinggung karir akademik dosen atau peneliti yang belum pernah menuliskan pemikiran dan gagasannya ke dalam bentuk tulisan atau artikel ilmiah yang dimuat dalam sebuah jurnal, syukur-syukur dengan tingkat reputasi yang diakui di level internasional. Ini jelas sindiran menohok bagi dosen yang berdiri di depan kelas, tetapi tidak satu pun menghasilkan karya ilmiah yang dibaca orang –kecuali bahwa ia pernah menyusun skripsi, tesis, atau disertasi. Kalau pun menulis –misalnya diktat kuliah—naskahnya tidak pernah terbit dalam bentuk buku dan beredar di pasar atau toko buku. Selebihnya, dia hanya membaca buku (itu pun kalau membaca, karena tidak sedikit dosen yang telah tidak lagi membaca dan berhenti berpikir), dan menyampaikan hasil bacaannya kepada mahasiswa di depan kelas. Sebagai dosen posisinya tidak lebih dari sekedar “konsumen” ilmu, dan belum bergerak menjadi “produsen” yang “mengumumkan” hasil temuannya dalam bentuk buku atau artikel. Demikian pula halnya dengan peneliti: sekedar ke lapangan untuk mengumpulkan data dan menyusun laporan “teknis” yang dimanfaatkan hanya untuk kepentingan pengajuan angka kredit dan urusan naik pangkat. Selebihnya,
  • 2. P a g e | 2 laporan penelitian yang ditulisnya hanya tersimpan di laci, yang bahkan rayap pun tak sudi membaca. Kurang lebih, problem ini juga mungkin “diderita” oleh profesi lain yang juga bergerak di dunia akademik, seperti Widyaiswara atau guru. Dulu, kondisi seperti ini hampir tidak masalah. Tetapi untuk saat ini jangan harap kompetensi sebagai dosen atau peneliti diakui bila tak satu pun artikel ditulis dan terbit dalam sebuah jurnal ilmiah. Bahkan, sekedar terbit pun kini tidak cukup. Saat ini, kualitas tulisan dan reputasi akademik seseorang ditentukan tidak hanya karena hasil kajiannya terbit dalam sebuah jurnal, tetapi juga musti terbit di jurnal dengan reputasi yang bagus dan terindeks Scopus, baik nasional maupun internasional. Ini berarti bahwa artikel yang dibuat tidak hanya dibaca oleh lingkungan sekitar kampus atau komunitas akademik yang terbatas, tetapi juga dapat diakses oleh segenap masyarakat akademik yang ada di berbagai negara dan pelosok dunia. Celakanya, masing-masing jurnal acapkali memiliki kualifikasi sendiri-sendiri dengan tingkat kesulitan yang beragam. Setelah tulisan dikirim, ia akan berhadapan dengan “mahkamah ilmiah” dan berbagai tahapan untuk menguji orisinalitasnya, struktur tulisannya, otentisitas temuannya, relevansinya dengan bidang keilmuan dari jurnal yang dikirimi tulisan, bahkan juga dengan paradigma keilmuan yang diusung oleh masing-masing institusi yang menerbitkan. Karena itu, menulis sebuah artikel untuk dikirim ke sebuah jurnal bukanlah urusan main-main, dan tidak dapat dikerjakan sekedar sambil lalu. Sebab menulis artikel sejatinya merupakan salah satu tahap –dari sekian tahapan yang cukup panjang—seperti menemukan masalah ilmiah, memilih kerangka teori untuk mengujinya, melakukan pengumpulan data, membongkar sejumlah buku yang relevan untuk memastikan orisinalitas dan “kebaruan”, dan sebagainya.
  • 3. P a g e | 3 Maka, tentu tidak mudah sebuah artikel yang ditulis bisa terbit di jurnal dengan tingkat indeks yang telah diakui. Makin tinggi kualifikasi terindeks sebuah jurnal akan semakin selektif pula dalam memilih dan menetapkan kelayakan sebuah tulisan. Nah, makalah singkat ini hendak memberi gambaran umum tentang apa dan bagaimana menyusun tulisan ilmiah. Tentu banyak tulisan yang dibaca tentang bagaimana menulis sebuah artikel untuk jurnal ilmiah. Bahkan setiap jurnal biasanya memiliki pedoman dan patokan dalam menyusun artikel, hingga pada masalah sangat tenkis seperti urusan titik- koma, penulisan footnote dan atau endnote, sistem transliterasi bahasa asing (terutama Arab), jumlah minimal dan maksimal karakter, serta pembakuan alur sistematika sebuah tulisan, dan lain-lain. Setiap menulis tentu wajib membaca semua itu sebelum artikel ditulis dan dikirim, bahkan sekalipun kita semua telah memahami aturan dan kode etik dalam dunia ilmiah. Oleh sebab itu, tulisan ini hanya “sekedar” berbagi pengalaman tentang bagaimana sebuah artikel ditulis (writing), dikirim ke sebuah jurnal, di-edit (editing), dan diterbitkan (atau ditolak). Karena sifatnya sebagai “berbagi pengalaman” makalah ini hampir tidak mengacu pada tulisan mana pun yang sejenis, dan tidak hanya terbatas pada bahasan soal “keterampilan menulis”. Di dalamnya, sesuai pengalaman penulis (yang pernah) sebagai mengelola jurnal (baik sebagai pemimpin redaksi, sekretaris redaksi, maupun redaktur pelaksana), melakukan penelitian, dan beberapa kali mengirim artikel (dan dimuat) ke beberapa penerbit jurnal, tulisan ini akan menyinggung pula aspek-aspek itu. Agak terkesan melebar, memang. Tetapi hal ini tidak bisa dihindari, karena menulis sebuah artikel ilmiah yang akan dikirim ke sebuah jurnal ilmiah akan melalui semua proses itu.
  • 4. P a g e | 4 Artikel Ilmiah dan Jurnal Ilmiah Secara singkat artikel ilmiah dapat didefinisikan sebagai karya tulis yang dimuat dalam jurnal atau buku kumpulan tulisan yang disusun secara ilmiah sesuai dengan pedoman, kaidah, kode etik, struktur, dan “selingkung” yang telah ditetapkan. Umumnya, artikel ilmiah merupakan tulisan hasil penelitian, baik lapangan (field research) mau pun “meja” (desk research) atau kajian pustaka (library research) --baik dilakukan dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, atau gabungan dari keduanya (mix methode, kuantilatif[?]). Ini tentu bukan satu-satunya definisi. Ada banyak definisi tentang artikel ilmiah, termasuk beberapa pendapat yang memasukkan unsur lain seperti tulisan non-fiksi, karangan prosa, karya tulis lengkap, tuntas, lugas dan jelas, dimuat dalam koran atau majalah, berbentuk esei, tulisan lepas, bersifat aktual, dan sebagainya. Tetapi, setidaknya untuk sementara, definisi singkat ini dapat kita pakai sebagai landasan bagi pembahasan tentang teknik penulisan artikel ilmiah. Sementara untuk “jurnal ilmiah” rasanya tak perlu lagi didefinisikan. Tetapi kalau pun diperlukan sebuah definisi, cukuplah dikatakan bahwa jurnal ilmiah adalah publikasi yang terbit secara berkala oleh organisasi profesi atau lembaga akademik yang memuat artikel pemikiran ilmiah secara empiris (hasil penelitian) maupun logis (hasil pemikiran) dalam bidang keilmuan tertentu. Sedikitnya terdapat beberapa kata kunci dari definisi ini: terbit secara berkala (tahunan, 6 bulan sekali, 4 bulanan, dan seterusnya); dikelola oleh organisasi profesi atau lembaga akademik (misalnya, lembaga penelitian atau perguruan tinggi); memuat artikel ilmiah yang bersifat logis dan atau empirik (hasil penelitian atau produk pemikiran); dan dalam bidang keilmuan tertentu (ini penting digarisbawahi,
  • 5. P a g e | 5 agar tulisan tidak dikirim ke jurnal yang memiliki bidang keilmuan yang berbeda dengan tulisan yang kita buat). Tentu, lagi-lagi, ada berbagai definisi tentang ini. Tetapi biarlah definisi-definisi itu tersimpan rapi untuk kita baca bila diperlukan. Sebab, acapkali jauh lebih mudah menunjukkan contohnya ketimbang menyepakati definisinya. Studia Islamika yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) adalah jurnal ilmiah, sebagaimana telah diakui oleh masyarakat akademik baik di level nasional maupun internasional. Demikian juga halnya dengan Edukasi (Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan), Harmoni (Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan), Lektur (Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi), Dialog (Sekretariat Badan Litbang dan Diklat), Penamas (Balai Litbang Agama Jakarta), dan lain-lain –untuk sekedar menyebut beberapa jurnal yang dekat dengan pengalaman penulis. Boleh dikatakan, setiap perguruan tinggi Islam (UIN, STAIN, IAIN) dan perguruan tinggi keagamaan lain juga memiliki setidaknya satu jurnal ilmiah (bahkan ada yang memiliki lebih dari satu jurnal, sesuai jumlah fakultas) yang memuat artikel-artikel ilmiah. Untuk sekedar menambah contoh sebuah jurnal ilmiah, berkunjung saja ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) atau Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gajah Mada (UGM) dan perguruan tinggi umum lainnya. Niscaya akan dengan mudah ditemukan jurnal- jurnal ilmiah sesuai dengan konsentrasi akademik dan bidang keilmuan yang digeluti. Pendek kata, bisa dipastikan terdapat ratusan jurnal ilmiah yang terbit di Indonesia, dan entah berapa puluh-ratus ribu yang terbit di seluruh dunia dalam berbagai bahasa yang sebagian besarnya tidak kita kuasai. Nah, dengan definisi terhadap 2 (dua) istilah kunci ini menjadi jelas apa dan bagaimana menulis artikel ilmiah yang bisa terbit di jurnal ilmiah. Fakta bahwa demikian banyak
  • 6. P a g e | 6 jurnal ilmiah yang terbit di berbagai lembaga profesi dan perguruan tinggi di Indonesia (bahkan seluruh negara di dunia) menunjukkan dengan jelas tingginya ruang dan peluang artikel yang kita tulis bisa dimuat. Karakteristik Artikel Ilmiah Secara umum, artikel ilmiah dapat merupakan hasil penelitian maupun non-penelitian. Artikel Penelitian merupakan karya tulis ilmiah yang disusun sesuai hasil temuan lapangan berdasarkan desain penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Desain operasional ini berfungsi sebagai patokan baku dan mengikat seorang peneliti, baik dari sisi tujuan dan batasan masalah, kerangka teori dan metodologi, sampling maupun batasan informan, teknik pengolahan data, sistem analisis, maupun alur sistematika pelaporan. Sementara artikel non-penelitian merupakan tulisan yang dibangun berdasarkan obsesi akademik dan perhatian penulis dalam satu masalah keilmuan tertentu yang disusun dengan pertimbangan urgensi masalah yang dibahas, kerangka berpikir yang dibangun, fenomena yang dikaji, dan kontribusi pemikiran yang hendak disampaikan, serta relevansi masalah yang ditulis dengan masalah akademik yang melatarinya. Pada titik ini, artikel “non penelitian” itu sebetulnya merupakan hasil penelitian juga (umumnya dikenal dengan istilah desk research atau library research), karena ditulis dengan membaca sejumlah buku yang relevan, diklasifikasi berdasarkan kerangka teori yang dipilih, serta dihidangkan dalam sebuah alur sistematika penulisan yang sesuai dengan kaidah akademik. Dengan demikian, terdapat beberapa karakteristik artikel ilmiah yang perlu diperhatikan, meliputi adanya unsur kebaruan, orisinalitas, sistematis, rasional, akademik dan teoretik, teruji (verifiable), dan terbuka untuk disalahkan
  • 7. P a g e | 7 (falsifiable). Tentu ada beberapa kreteria lain yang dapat ditambahkan. Tetapi karakteristik-karakteristik ini saya kira menjadi kunci utama untuk menilai suatu tulisan sebagai artikel ilmiah. Adanya unsur “kebaruan” dalam sebuah artikel ilmiah jelas diperlukan, karena tanpa ini sebuah artikel tidak akan memiliki makna akademik apa-apa, sebab yang ditulisnya dapat dipastikan telah diungkap oleh penulis lain. Karena musti mengandung unsur kebaruan ini pula sebuah artikel ilmiah perlu didasarkan atas kajian lapangan yang kuat, sumber bacaan yang kokoh, permasalahan yang jelas dan menarik, serta kerangka teori dan metodologi yang mengikat agar apa yang ditulis tidak terjebak pada pengulangan dari tulisan orang lain yang telah terbit sebelumnya. Untuk memastikan bahwa kajian yang dilakukan benar- benar baru, diperlukan proses tersendiri. Misalnya, melalui studi pustaka secara secara intensif, mengakses berbagai buku dan penerbitan, mengidentifikasi karya-karya penulis yang terbit di berbagai jurnal, dan mengumpulkan berbagai tulisan yang relevan dengan tema yang dikaji. Ini tahap awal yang sangat menentukan, sebelum langkah berikutnya diayunkan. Karena itu, kemalasan membaca dan membuka buku serta menguliti segenap aspek yang hendak dikaji adalah awal dari gagalnya sebuah penelitian dan bangkrutnya kualitas artikel yang hendak ditulis. Dalam hal ini unsur kebaruan juga berhubungan erat dengan aspek “orisitalitas” sebuah tulisan. Orisinal, artinya bahwa artikel yang ditulis merupakan ide murni sang penulis berdasarkan permenungan dan telaah mendalam, serta tidak bersifat jiplakan dari gagasan orang lain yang “dicuri” secara tidak sah. Dalam hal ini, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan orisinalitas sebagai “keaslian” atau “ketulenan”. Asli, tidak palsu. Tulen, yakni betul-betul murni sabagai hasil olah pikir dan kajian dirinya sendiri, bukan
  • 8. P a g e | 8 jiplakan atau plagiasi. Orisitalitas sebuah tulisan dapat dikenali dengan mudah dari kata kunci yang dipilih, diksi yang dipakai, teknik analisis yang digunakan, bahkan sampai pada struktur kalimat dan selingkung yang menjadi “gaya” khas sebuah tulisan. Di era sekarang, ketika alat untuk mendeteksi plagiasi telah ditemukan dan dapat dioperasikan dengan mudah, pengakuan atas orisinalitas dan kesetiaan terhadap etika akademik akan dengan sangat mudah terbantahkan. Selain itu, sebuah artikel ilmiah juga musti ditulis secara sistematis, mulai dari latar belakang, tujuan, urgensi, metodologi, kerangka teori, kajian terdahulu, analisis data, sampai pada kesimpulan dan daftar pustaka. Bahkan sebuah artikel ilmiah yang dimuat di jurnal harus pula mencantumkan abstrak (yang seringkali ditulis dalam lebih dari satu bahasa) dan kata kunci (keyword). Karena itu, sebuah artikel ilmiah tidak bisa ditulis dengan membuat kesimpulan terlebih dahulu, atau tidak mencantumkan kerangka teori yang menjadi alat kerja atau alat uji dari kajian yang dibuatnya, atau mendahulukan hasil temuan sebelum mengungkap kajian terdahulu yang melatarinya. Pendek kata, sebuah artikel ilmiah musti bersifat sistematik, baik dari struktur tulisan, penulisan kalimat (jelas mana subjek, predikat, objek, dan keterangan), serta ketuntasan penyampaian data dan hasil analisis. Prasyarat ini wajib dipenuhi tidak hanya agar tulisan bisa dibaca dan dipahami, tetapi sekaligus juga agar sebuah artikel ilmiah memiliki ruang dan peluang untuk diuji, dibantah, atau dibuang ke tong sampah. Prasyarat lain yang tidak kalah penting dari sebuah artikel ilmiah adalah sifatnya yang rasional dan logis. Rasional berarti bahwa sebuah artikel harus masuk akal, bisa dipahami dengan baik oleh pembaca, tidak menyimpang dari tema atau masalah yang dibahas, disusun dengan alur pikir yang logis, membahas masalah yang riil (empirik dan sesuai kenyataan),
  • 9. P a g e | 9 jelas hubungan antara sebab dan akibat, tidak bersumber dari lamunan dan khayalan, sesuai antara data dan penarikan kesimpulan, serta terbuka untuk diuji di mahkamah ilmiah. Dus, rasional tidak hanya sekedar ditulis “pake otak”, tetapi juga dibangun dengan logika yang runtut, memilih masalah dengan tingkat urgensi dan “keterkajian” yang terukur, serta disampaikan dengan bahasa yang mudah dan tidak membingungkan. Bahwa tulisan musti disusun secara sistematis dan disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami, sepenuhnya mutlak diperhatikan. Kalau perlu, sampaikan teori yang paling rumit sekalipun dalam kalimat yang mudah dimengerti. Ini penting, agar pembaca tidak salah paham dan salah mengerti. Maka, pastikan pembaca memahami secara persis sama dengan maksud yang dituju. Bila hal ini tidak bisa dilakukan, berarti kita gagal menyampaikan sebuah ide kepada pembaca. Sebuah artikel ilmiah juga musti berkarakter akademik dan teoretik. Ini pasti. Sebuah tulisan yang tidak bersifat akademik dapat dipastikan sebagai bukan artikel ilmiah. Dan artikel yang tidak teoretik (dibangun berdasarkan kerangka teori tertentu, serta menghasilkan teori yang baru) juga bukan artikel ilmiah. Dikatakan tidak ilmiah tidak berarti bahwa tulisan itu buruk, tapi “hanya” tidak sesuai dengan kaidah ilmiah yang disepakati oleh masyarakat akademik. Karena itu, sebaik apa pun sebuah novel atau cerita pendek (Cerpen) atau sebuah fiksi, misalnya, jelas tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori artikel ilmiah, bukan karena jeleknya tulisan tersebut tetapi karena tidak terpenuhinya unsur-unsur yang musti ada pada sebuah artikel ilmiah –dan karena itu tidak dapat diuji hasilnya, tidak dapat diketahui temuannya, serta tidak disusun sesuai dengan tradisi dalam penulisan ilmiah. Pendek kata, karakter akademik dan teoretik sebuah artikel ilmiah musti
  • 10. P a g e | 10 dipenuhi agar siapa pun dapat menyepakati hasilnya atau menolak (sebagian atau seluruh) temuan yang dihasilkannya. Menyusun sebuah artikel ilmiah berarti pula melempar gagasan kepada khalayak akademik untuk diuji (verifiable) dan disalahkan (falsifiable). Jangan sekali-kali menulis artikel ilmiah bila tidak siap diuji dan dikritik, sebab artikel ilmiah bukan kitab suci yang tidak bisa disalahkan. Sebagai karya akademik, sebuah artikel ilmiah adalah karya manusia dan hasil dari olah pikir manusia –yang bisa jadi salah atau keliru. Justru karena sifatnya sebagai tulisan ilmiah, sebuah artikel harus memiliki ruang untuk didiskusikan, membuka jalan untuk diperdebatkan, dan harus siap disanggah dan dikritik berdasarkan data baru yang lebih kokoh. Pada titik ini, maka sebuah artikel ilmiah yang salah dan keliru sekalipun tetap ada manfaatnya, setidaknya dapat diketahui di mana letak kesalahan dan kekeliruannya, serta membuka ruang bagi penulis lain untuk menemukan apa dan bagaimana seharusnya. Ibarat hasil ijtihad, sebuah artikel ilmiah tetap masih punya “pahala” meskipun salah. Kita tahu, kesalahan dalam dunia ilmiah itu bukan aib. Peneliti itu boleh salah, tapi tak boleh bohong. Tahapan dalam Penulisan Artikel Ilmiah Secara umum tahapan ilmiah dimulai dari adanya minat dan daya tarik untuk menulis, menemukan tema dan judul tulisan, melakukan persiapan penelitian, menyusun proposal dan desain penelitian, melakukan penelitian lapangan (atau riset pustaka), menuliskan temuan dan hasil kajian, menyiapkan artikel sebagai usaha sosialisasi hasil temuan dan gagasan, mengirimkan artikel ke jurnal yang sesuai dengan bidang kajian, menunggu tulisan diterima (dan terbit) atau ditolak, memperbaiki tulisan, dan mengirimkannya lagi dan
  • 11. P a g e | 11 lagi. Dengan demikian, penulisan artikel ilmiah merupakan tahap akhir dari sebuah proses penelitian dan kajian. Seperti tergambar dari uraian sebelumnya, minat menulis akan muncul hanya jika kita menemukan sebuah masalah yang dianggap penting untuk dikaji. Dan itu tidak ditemukan begitu saja, tanpa proses pencarian, penelusuran pustaka, pengamatan, dan permenungan serius. Masalah yang ditemukan secara sambil lalu dan dituliskan tanpa data yang memadai hanya akan berakibat gagalnya sebuah artikel menjadi tulisan ilmiah. Karena itu, minat untuk menulis dan penetapan masalah yang hendak dikaji semestinya memiliki kaitan erat dengan disiplin ilmu yang digeluti, dikuasai anatomi keilmuannya, sejarah perkembangannya, teori-teori yang menjadi basisnya, serta tersedia sumber referensinya. Dus, jangan coba-coba membahas masalah yang secara keilmuan tidak dikuasi, karena hanya akan menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak bernas, dan otomatis hasilnya tidak layak terbit. Tahapan ini sepertinya sederhana, tetapi sesungguhnya tidak semudah seperti dibayangkan. Buktinya, hampir tak ada orang yang berhasil mengirim tulisan atau artikel yang langsung diterima dan diterbitkan, sebagaimana tidak ada bayi di dunia yang langsung bisa berjalan tanpa terlebih dahulu jatuh bangun, melangkah tertatih, dan sempoyongan. Terlebih sebuah artikel ilmiah, yang untuk diterima dan terbit dalam sebuah jurnal akan melalui berbagai tahapan, antara lain adanya review dan penilaian dari seorang atau beberapa ahli dalam bidangnya untuk menyatakan apakah artikel yang kita kirim diterima atau ditolak. Penerimaan dan penolakan sebuah artikel yang dikirim juga didasarkan pada berbagai aspek, yang sebagiannya tak selalu terkait dengan masalah ilmiah. Sebuah tulisan ilmiah yang bagus dan bermutu hampir pasti tidak akan dimuat bila
  • 12. P a g e | 12 dikirim ke jurnal yang memiliki konsentrasi akademik berbeda. Jurnal tentang pertanian, misalnya, kemungkinan besar tidak akan memuat artikel tentang tafsir Al-Quran atau pemikiran imam mazhab dalam masalah keagamaan tertentu, karena tidak memiliki kaitan dan relevansi akademik dengan jenis tulisan yang dikehendaki. Karena itu, menjadi penting mengenali dan mengidentifikasi jurnal-jurnal yang akan dikirimi artikel. Dus, terdapat setidaknya 5 (lima) tahapan dalam penulisan jurnal, yakni tahap penelitian atau kajian, penulisan artikel, pengiriman artikel, penilaian dan review artikel, serta penerbitan artikel. Nah, dua tahapan yang terakhir jelas bukan urusan penulis. Itu sepenuhnya menjadi otoritas redaktur sebuah jurnal. Dalam hal ini, redaksi biasanya menunjuk beberapa orang ahli (bisa 3, 5, atau lebih) dalam bidang masing-masing, baik di dalam maupun luar negeri untuk menilai dan mereview tulisan-tulisan yang masuk. Bahkan seringkali tulisan-tulisan itu dibaca oleh lebih dari seorang reviewer. Secara umum reviewer akan menilai dan mempertimbangkan kemungkinan dimuatnya artikel sedikitnya berdasarkan pertimbangan isi dan substansi, aktualitas tulisan, urgensi temuan, serta alur pikir dan struktur bahasa yang disusun. Penjumlahan dari aspek-aspek inilah yang akan membuat sebuah tulisan diterima atau ditolak. Tetapi, kalaupun tulisan ditolak atau tidak dimuat, jangan putus asa. Ingat, putus asa itu dosa. Maka, teruslah menulis, dan jangan berhenti bergerak di dunia akademik. Ketekunan kita dalam melakukan kajian, keseriusan dalam menulis, dan kesediaan untuk terus belajar, membaca, dan menulis, suatu saat pasti akan berbuah manis. Seperti bayi yang awalnya tertatih dan jatuh bangun untuk bisa berjalan, suatu saat kelak boleh jadi akan tampil sebagai juara lari maraton yang bergensi dengan tropi dan hadiah yang membanggakan.
  • 13. P a g e | 13 Problem dalam Menulis Artikel Ilmiah Terutama bagi pemula, problem dalam penulisan ilmiah ini perlu dikenali secara serius. Tentu terdapat banyak problem yang dihadapi, tetapi di sini akan diungkap 3 (tiga) hal, yakni: ketidaksesuaian teori dengan analisis data, terbatasnya bahan pustaka, dan rendahnya keterampilan dalam menulis. Salah satu masalah dalam ketidaksesuaian antara teori dengan data adalah tidak dioperasikannya teori yang dipilih untuk menganalisis data yang berhasil dikumpulkan. Ini tentu masalah serius, karena dengan demikian si penulis telah abai dengan pisau analisis yang dipilihnya. Atau teori itu dicantumkan hanya sekedar sebagai “hiasan” yang gagal dioperasikan. Bila ini terjadi, saya jamin artikel seperti ini tidak akan layak muat. Karena itu, pastikan teori yang dipilih betul- betul dipakai untuk mengkaji dan menganalisis data yang dikumpulkan, baik dalam posisinya sebagai “alat uji” (biasanya merupakan riset kuantitatif) maupun sebagai “alat kerja” (umumnya bersifat kualitatif). Problem kedua adalah terbatasnya bahan bacaan. Dalam tulisan ilmiah, keterbatasan bahan bacaan akan berarti dangkalnya pemahaman, tidak mendalamnya isi sebuah tulisan, rendahnya penguasaan terhadap masalah, dan terbatasnya informasi keilmuan dari objek kajian yang diteliti. Lebih parahnya lagi, keterbatasan bahan bacaan bisa berarti kita tidak tahu hasil penelitian dan karya ilmiah yang telah dipublikasikan, sehingga dapat menimbulkan kerancuan berpikir, pengulangan tema, dan rendahnya apresiasi terhadap karya ilmiah yang ditulis dalam bidang keilmuan yang kita geluti. Karena itu, sebelum menulis atau melakukan penelitian, pastikan kita telah memiliki dan membaca buku dalam jumlah yang memadai bagi penguasaan masalah yang diteliti dan
  • 14. P a g e | 14 dikaji. Sekali lagi, jangan sesekali menulis sesuatu yang tidak terkait dengan disiplin ilmu yang dikuasai, dan jangan menulis bila tidak memiliki sumber informasi yang memadai. Karena penelitian dan kajian merupakan usaha untuk “mencari tahu”, maka pastikan kita telah mengetahui secara persis nilai urgensi dan sumber referensi dari masalah yang hendak ditulis. Hal lain yang tidak kurang pentingnya adalah masalah keterampilan dalam menulis. Ini terkait dengan berbagai hal: struktur tulisan, pilihan diksi, gaya tulisan, problem teknis dalam penulisan, dan kesediaan untuk terus memperbaiki tulisan sebelum dikirim. Umumnya bangunan utuh sebuah tulisan akan meliputi struktur kalimat yang ditulis, yakni meliputi subjek, prediket, objek, dan keterangan. Begitulah kita diajari dulu, waktu sekolah. Struktur tulisan juga berarti adanya keterkaitan organis antara satu kalimat dengan kalimat berikutnya. Juga antara satu alinea dengan alinea setelah atau sebelumnya. Mudah, bukan? Tetapi, kenapa banyak tulisan yang sulit dibaca dan dipahami gara-gara dibangun dengan kalimat yang tidak jelas serta dengan penempatan tanda baca yang tidak tepat? Karena itu, jangan bosan melakukan otokritik dan self-editing sampai kita yakin artikel yang dibuat merupakan karya terbaik yang pernah ditulis: enak dibaca, mudah dipahami, gampang dicerna, serta tidak dihiasi oleh salah ketik dan kekeliruan dalam meletakkan tanda baca. Sebab, tulisan yang sulit dipahami dan banyak hiasan salah ketik hanya layak masuk tong sampah. Masalahnya, tidak mustahil di dalam tulisan itu terdapat ide-ide cemerlang yang penting diketahui khalayak pembaca. Sayang sekali, bukan? Selain itu, banyak juga artikel ditulis dengan pilihan diksi yang salah dan menjebak, misalnya menggunakan diksi yang terkesan tendensius dan berlebihan, sesuatu yang mustinya dihindari dalam tulisan ilmiah. Sebab, tulisan ilmiah sepenuhnya musti setia terhadap data, dan tidak membangun
  • 15. P a g e | 15 statemen yang menyimpang dari data. Pilihan diksi juga terkait dengan pilihan terminologi, yang seringkali (terutama bagi penulis pemula) menjebak. Karena itu jangan sekali-kali memilih istilah yang tidak secara persis diketahui maknanya, atau tidak jelas relevansinya, terutama untuk istilah-istilah kunci yang menjadi “urat-nadi” sebuah tulisan. Terakhir, soal keterampilan menulis. Hemat saya, keterampilan menulis memiliki kaitan yang erat dengan intensitas membaca. Karena itu penulis yang baik hampir pasti juga merupakan pembaca yang baik, dan sebaliknya. Maka, untuk menjadi penulis yang baik, kita musti menjadi pembaca yang baik. Dari membaca kita tidak hanya mendapatkan ide baru dan ilmu yang bertambah, tetapi juga cara menulis yang benar, menyusun kalimat yang sistematis, meletakkan tanda baca dengan tepat, membuat footnote dan endnote yang sesuai dengan kaidah sebuah tulisan ilmiah. Kesalahan teknis dalam semua hal ini hampir dapat dipastikan terjadi karena kita “kurang baca” atau belum terbiasa menulis. Terakhir, jangan sekali-kali menulis artikel sekali-jadi dan langsung dikirim, tanpa memeriksa dan memeriksa kembali hasilnya. Kita musti selalu curiga kalau dalam artikel itu masih terdapat salah ketik, kalimat yang rancu, data yang tertinggal, penulisan nama yang salah, kutipan yang keliru, dan pilihan kata yang tidak tepat. Karena itu, sebaiknya endapkan dulu beberapa saat, baca kembali berulang-ulang, dan plototi setiap huruf, kata, dan kalimat untuk memastikan semuanya telah benar dan taka da lagi kesalahan. Bila semua unsur yang musti diperhatikan dalam penulisan artikel ini diikuti, insya Allah artikel yang kita tulis akan lebih mungkin dimuat. Ini berarti pula bahwa setidaknya kita tidak mempersulit redaksi untuk memelototi ulang dan mengeditnya kembali.
  • 16. P a g e | 16 Penutup Harus dikatakan sekali lagi, bahwa tulisan ini hampir secara keseluruhan disusun berdasarkan pengalaman penulis dalam mengelola jurnal, melakukan penelitian, dan menulis artikel ilmiah. Sengaja pula saya menyusunnya dalam bahasa yang lebih populer, agar pembaca dapat memahaminya dengan mudah tanpa harus “mengernyitkan kening”. Karena sifatnya yang populer dan berdasarkan pengalaman, “mohon ampun” bila di akhir makalah ini tidak terdapat bahan bacaan. ‘Ala kulli hal, tulisan ini juga dari berbagai sisi tidak sesuai dengan “aturan main” sebuah makalah –baik dari sisi jumlah halaman minimal, gaya tulisan, sistematika penulisan, dan ketiadaan referensi. Tolong jangan dicaci, karena kesalahan dan kekurangan sudah saya akui. Jangan pula ditiru, karena hampir sepenuhnya keluar dari kaidah ilmiah yang baku. Bagi saya, makalah sederhana ini akan memiliki manfaat minimal bila berhasil menjadi pengantar bagi sebuah diskusi untuk menumbuhkan semangat bersama bagi hadirnya sebuah artikel ilmiah yang bisa terbit di jurnal ilmiah bereputasi. Wassalam.[]