1. TEKNIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
Disusun Oleh :
Gema Nurfitri Edjang (1172020086)
Semester IV / Kelas PAI C
ABSTRAK
`TEKNIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG BERORIENTASI PADA
NILAI KOGNITIF, PSIKOMOTOR, AFEKTIF DAN BERMACAM-MACAM
Bahan pembelajaran merupakan komponen isi pesan dalam kurikulum yang
harus disampaikan kepada siswa. Komponen ini memiliki bentuk pesan yang
beragam, ada yang berbentuk fakta, konsep, prinsip/kaidah, prosedur problema, dan
sebagainya. Komponen ini berperan sebagai isi atau materi yang harus dikuasai siswa
dalam proses pembelajaran. Skop dan sekuen materi pembelajaran telah tersusun
secara sistematis dalam struktur organisasi kurikulum pendidikan dan pelatihan.
Pada saat pembelajaran akan dilaksanakan, hendaknya seseorang tenaga
pendidik yang profesional harus memahami karakteristik isi pesan pembelajaran yang
akan disampaikan, agar tidak salah dalam memilih strategi pembelajarannya, interaksi
pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan bahan pembelajaran dan media
pembelajaran, serta alat evaluasi yang akan digunakan.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instructor dalam melakasanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau
kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu
menguasai semua kompetensi secara utuh terpadu.
A. PENDAHULUAN
2. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan
kehidupan manusia. Pendidikan tidak hanya mendidik peserta didiknya menjadi
manusia yang cerdas, tetapi juga membangun kepribadiannya agar berakhlak mulia.
Saat ini, pendidikan di Indonesia dinilai kurang berhasil dalam membangun
kepribadian peserta didiknya agar berakhlak mulia. Oleh karena itu pendidikan
karakter dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.1
Dunia pendidikan saat ini dituntut untuk dikembangkannya pendekatan
pembelajaran. Hal ini seiring dengan perkembangan psikologi peserta didik, dinamika
sosial, serta dinamika sistem pendidikan pada setiap negara yang terus berubah2.
Proses pembelajaran melibatkan berbagai pihak, tidak hanya melibatkan pendidik dan
siswa. Namun, peran dari bahan ajar juga sangat dibutuhkan dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran dimaksudkan untuk tercapainya suasana tertentu dalam
proses pembelajaran sehingga peserta didik nyaman dalam belajar.
Hakikat belajar yaitu proses interaksi dari seluruh kondisi disekitar peserta didik.
Belajar diartikan suatu proses pengarahan untuk pencapaian tujuan dan proses
melakukan perbuatan melalui pengalaman yang diciptakan3. Bahan ajar adalah
seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang digunakan dalam
rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan.
Untuk mencapai kompetensi perlu ada pengukuaran/penilaian. Penilaian hasil belajar
memerlukan sebuah pengolahan dan analisis yang akurat.
1 Ahmad Muhaimin Azzet, 2011. Urgensi Pendidikan Karakter Indonesia, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, hlm. 15.
2 M. Musfiqon dan Nurdyansyah. N. (2015). Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo:
Nizamia learning center., 41
3 Nurdyansyah.N., Eni fariyatul fahyuni,Inovasi Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013
(Sidoarjo: Nizamia learning center, 2016), 1.
3. B. PEMBAHASAN MATERI
A. TEKNIK
Proses kegiatan belajar mengajar tidaklah berdiri sendiri, melainkan terkait
dengan komponen materi dan waktu. Langkah pembelajaran memuat rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dan siswa secara berurutan sehingga cocok
dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Berbagai metode yang dikemukakan diatas selanjutnya perlu dikembangkan secara
rinci ke dalam teknik atau prosedur pembelajarannya.
Teknik pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kecakapan
kognitif banyak sekali. Diantaranya dengan ‘sorogan’ pada saat mengaji/menghafal
ayat-ayat al-Qur’an (biasanya diterapkan di pesantren-pesantren tradisisonal). Lalu
dengan teknik Mnmonic yaitu dengan menghafal bagian-bagian awal huruf/suku kata
dari beberapa poin-poin yang harus dihafal. Seperti menghafal huruf-huruf hijaiyah
yang termasuk kedalam 4hukum bacaan qalqalah : ba, jim, dal, tha, qaf dihafalkan
menjadi ‘baju di toko’ selain itu dapat pula dengan menggunakan surat dalam al-
Qur’an ‘ sesungguhnya telah kami buatkan berbagai macam perumpamaan dalam al-
Qur’an bagi manusia, supaya mereka dapat pelajaran ( Qs. az-zummar, 39 :27 ).
Contohnya seperti cerita berikut: disebuah perbukitan bernama at-Thur, sekitar 25 km
dari negara al-Balad hiduplah keluarga lebah bernama al-Nahl yang berjumlah 128
ekor dan seterusnya.
Teknik pembelajaran yang berorientasi pada psikomotor diantaranya: drill and
practice, berlatih dan mempraktekan seperti pada materi melafalkan huruf al-Qur’an,
berwudlu dan praktek ibadah sholat.
Teknik pengembangan bahan ajar yang berorientasi pada nilai ( afektif ) ada
bermacam-macam, diantaranya ialah (1) teknik indoktrinasi ( 2 ) teknik moral
reasoning ( 3 ) teknik meramalkan konsekuensi ( 4 ) teknik klarifikasi,dan ( 5 ) teknik
internalisasi. (Neong muhadjir, 1988).
4 Majid, Abdul. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Hal.160
4. Berikut ini dijabarkan prosedur penggunaan teknik-teknik pembelajaran yang
berorientasi pada nilai sebagaimana diuraikan Muhaimin ( 2004 : 176-179 ) sebagai
berikut.
1. Teknik Indoktrinasi
Prosedur teknik ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu
1 ) tahap brainwashing, yakni pendidik memulai pendidikan nilai dengan jalan
merusak tata nilai yang sudah mapan dalam pribadi siswa untuk dikacaukan, sehingga
mereka menjadi tidak mempunyai pendirian lagi. Beberapa metode dapat digunakan
untuk mengacaukan pikiran siswa, misalnya dengan Tanya jawab, wawancara
mendalam dengan teknik dialektik, dan sebagainya. Pada saat pikirannya sudah
kosong dan kesadaran rasionalnya tidak lagi mampu mengontrol dirinya, serta
pendiriannya sudah hilang maka dilanjutkan dengan tahap kedua;
2) tahap menanamkan fanatisme, yakni pendidik berkewajiban menanamkan
ide-ide baru yang dianggap benar sehingga nilai-nilai yang ditanamkannya masuk
kepada anak tanpa melalui pertimbangan rasional yang mapan. Dalam menanamkan
fanatisme ini lebih banyak digunakan pendekatan 5emosional daripada pendekatan
rasional. Apabila siswa telah mau menerima nilai-nilai itu secara emosional, barulah
ditanamkan doktrin yang sesungguhnya.
3 ) tahap penanaman doktrin, pada tahap ini pendidik dapat menggunakan
pendekatan emosional; keteladanan. Pada saat penanaman doktrin itu hanya dikenal
adanya satu nilai kebenaran yang disajikan, dan tidak ada alterntaif lain., semua siswa
harus menerima kebenran itu tanpa harus memepertanyakan halkikat kebenaran itu.
2. Teknik Moral Reasoning
Langkah-langkah teknik ini dillakikan dengan jalan :
1 ) penyajian dilemma moral, pada tahap ini siswa dihadapkan dengan
problematika nilai yang bersifat sederhana sampai kepada yang komppleks,cara
penyajiannya dapat melalui observasi, membaca Koran/majalah, mendengarkan
sandiwara, melihat film dan sebagainya;
5Ibid. Hal.161
5. 2) pembagian kelompok diskusi setelah disajikan problematic dilema moral
tersebut6;
3) hasil diskusi kelompok selanjutnya dibawa dalam diskusi kelas dengan
tujuan untuk mengadakan klarifikasi nilai, membuat alternatife dan konsekuensinya;
4) setelah siswa mendiskusikan secara intensif dan melakukan seleksi nilai
yang terpilih sesuai dengan alternative yang diajukan, selanjutnnya siswa
menggorganisasi nilai-nilai terpilih tersebut dalam dirinya. Hal ini bisa diketahui lewat
pendapat siswa, misalnya melalui karangan-karangannya yang disusun setelah diskusi,
atau tindakan follow up darikegiatan diskusi itu.
3. Teknik meramalkan konsekuensi
Teknik ini sebenarnya merupakan penerapan dari pendekatan rasional dalam
mengajarkan nilai. Dalam arti mengandalkan kemampuan berpikir ke depan bagi siswa
untuk membuat proyeksi tentang hal-hal yang akan terjadi dari penerapan suatu nilai
tertentu. Adaun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) siswa diberikan suatu kasus melalui cerita, membaca majalah, melihat film,
atau melihat kejadian konkret di lapangan;
2) siswa diberi beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan nilai-nilai yang
ia lihat, ketahui dan ia rasakan.pertanyaan itu adakalanya bersifat
memperdalam wawasan tentang nilai yang dilihat,alas an dan kemungkinan
yang akan terjadi dari nilai-nilai tersebut, atau menghubungkan kejadian itu
dengan kejadian-kejadian lain yang ada kaitannya dengan kasus tersebut;
3) upaya membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam kasus itu dengan
nilai-nilai yang bersifat kontradiktif;
4) kemampuan meramalkan konsekuensi yang akan terjadi dari pemilihan dan
penerapan suatu tata nilai tertentu.
4. Teknik Klarifikasi
Teknik ini merupakan salah satu cara untuk membantu anak dalam
menentukan nilai-nilai yang akan dipilihnya. Dalam teknik ini dapat ditempuh
lewat tiga tahap, yaitu :
6 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2015. Media Pembelajaran. Bandung. Sinar Baru
Algensindo. Hal.215
6. 1) tahap pemberian contoh : pada tahap ini guru memperkenalkan kepada siswa
nilai-nilai yang baik dan memberikan contoh penerapannya. Hal ini bisa
ditempuh dengan jalan observasi, melibatkan siswa dalam kegiatan nyata,
pemberian contoh secara langsung dari guru ke siswa dan sebagainya;
2) tahap menegnal kelebihan dan dan kekurangan nilai yang telah diketahui
oleh siswa lewat contoh-contoh tersebut di atas. Hal ini bisa juga ditempuh
melalui diskusi atau Tanya jawab, guna melihat kelebihan dan kekurangan
nilai tersebut. Dari kegiatan ini akhirnya siswa dapat memilih nilai-nilai yang
ia setujui dan yang dianggap paling baik dan benar;
3) tahap mengorganisasikan tata nilai pada diri siswa.
Setelah pemilihan nilai ditentukan maka siswa dapat mengorganisasikan
sistem nilai tersebut dalam dirinya dan menjadikan nilai itu sebagai diri
pribadinya.
5. Teknik Internalisasi
Kalau teknik-teknik diatas hanya terbatas pada pemilihan nilai dengan disertai
wawasan yang cukup luas dan mendalam maka dalam teknik internalisasi ini
sasarannya sampai kepada tahap pemilikan nilai yang menyatu dalam kepribadian
siswa, atau sampai pada taraf karakterisasi atau me-watakm. Tahap-tahap dari teknik
internalisasi ini adalah.
1) Tahap Transformasi nilai : pada tahap ini guru sekedar menginformasikan
nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik kepada siswa, yang semata-mata
merupakan komunikasi verbal;
2) Tahap Transaksi nilai, yakni suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan
melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara siswa dan guru bersifat
interaksi timbal balik. Kalau7 pada tahap transformasi, komunikasi masih
dalam bentuk satu arah, yakni guru yang aktif. Tetapi dalam transaksi ini guru
dan siswa sama-sama memiliki sifat yang aktif. Tekanan dari komunikasi ini
masih menampilkan sosok fisiknya daripada sosok mentalnya. Dalam tahap ini
guru tidak hanya menyajikan informasi tentang nilai yang baik dan buruk,
7 Hal.164
7. tetapi juga terlibat untuk melakasanakn dan memberikan respons yang sama,
yakni menerima dan mengamalakan nilai itu;
3) Tahap Transinternalisasi : tahap ini jauh lebih dalam dari sekadar
transaksi.dalam tahap ini penampilan guru dihadapan siswa bukan lagi sosok
fisiknya, melainkan sikap mentalnya ( kepribadiannya ). Demikian juga siswa
merespons kepada guru bukan hanya gerakan/penampilan fisiknya, melainkan
sikap mental dan kepribadiannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
dalam transinternalisasi ini adalah komunikasi dua kepribadian yang masing-
masing terlibat secara aktif.
Proses-proses dari transinternalisasi itu mulai dari yang sedrhana sampai
yang kompleks, yaitu mulai dari :
1) Menyimak ( receiving ), yakni kegiatan siswa untuk bersedia menerima
adanya stimulus yang berupa nilai-nilai baru yang dikembangkan dalam sikap
afektifnya;
2) menanggapi ( responding ), yakni kesediaan siswa untuk merespons nilai-
nilai yang ia terima dan sampai ke tahap memiliki kepuasaan untuk merespons
nilai tersebut
3) memeberi nilai ( valuing ), yakni sebgaai kelanjutan dan aktivitas merespons
nilai menjadi siswa mampu memberikan makna baruterhadap nilai-nilai yang
muncul dengan kriteria nilai-nilai yang diyakini kebenarannya
4) mengorganisasi nilai ( 0rganization of value ), yakni aktivitas siswa untuk
mengatur keberlanjutan berlakunya sistem nilai yang ia yakini sebgai
kebenaran dalam laku kepribadiannya sendiri sehingga ia memiliki satu sistem
nilai yang berbeda dengan yang lain
5) karakteristik nilai yakni dengan membiasakan nilai-nilai yang benar yang
diyakini, dan yang telah diorganisir dalam pribadinya sehingga nilai tersebut
sudah menjadi watak kepribadiannya, yang tidak dapat dipisahkan lagi dari
kehidupannya. Nilai yang sudah mempribadi inilah yang dalam islam disebut
dengan kepercayaan/keimanan yang istiqomah, yang sulit tergoyahkan oleh
situasi apapun.8
8 Hal173
8. B. BAHAN AJAR
Bahan ajar menurut (Prastowo, 2013) adalah merupakan segala bahan (baik
informasi, alat maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok
utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses
pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran,
misalnya buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket, bahan ajar audio,
bahan ajar interaktif dan sebagainya.9
Fakta dan kenyataan pendidikan di lapangan, banyak di jumpai pendidik / guru
yang masih menggunakan bahan ajar yang konvensional, yaitu bahan ajar yang tinggal
pakai, tinggal beli, instan serta tanpa upaya merencanakan, menyiapkan dan
menyusunnya sendiri. Dengan demikian, resikonya sangat dimungkinkan jika bahan
ajar yang di pakai itu tidak kontekstual, tidak menarik, monoton dan tidak sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Bentuk-bentuk bahan ajar konvensional tersebut
antara lain buku teks pelajaran, LKS yang dibeli melalui penyalur yang datang ke
sekolah-sekolah.
Maka perlunya bagi seorang guru untuk merealisasikan atau cakap dalam
menggunakan bahan ajar, secara profesional. Dan guru yang kreativitasnya tinggi,
mampu menyusun bahan ajar yang inovatif, variatif, menarik, kontekstual, dan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.
Pengelompokan bahan ajar menurut Faculte de Psychologie et des Science de
Education universete de geneve dalam website-nya adalah media tulis, audio visual,
elektronik, dan interaktif terintegrasi yang kemudian disebut sebgai medienverbund (
bahasa jerman yang berarti media integrasi ) atau mediamix.
Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain :
Petunjuk belajar ( petunjuk siswa/guru )
Kompetensi yang akan dicapai
Informasi pendukung
Latihan-latihan
Petunjuk kerja, dapat berupa lembar kerja ( lk )
Evaluasi
9 komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama Hal.
9. a. Jenis Bahan Ajar
Dari berbagai pendapat diatas dapat disarankan bahwa bahan ajar adalaah
seperangkat materi yang di susun secara sistematis sehingga tercipta
lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Dengan
demikian, bentuk bahan ajar paling tidak dapat dikelompokkan menjadi empat :
1. Bahan Cetak ( printed ) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja
siswa, brosur, leaflet, waalchart, foto/gambar, model/maket.
2. Bahan ajar dengan ( audio ) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact
disk audio.
3. Bahan ajar pandang dengar ( audio visual ) seperti video, compact disk,
film.
4. Bahan ajar interaktif ( interactive teaching material ) seperti compact disk
interaktif.
1. Bahan Ajar Cetak
Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk, jika bahan ajar cetak
tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti
yang dikemukakan oleh steffen petter ballstaedt. ( 1994 ), yaitu :
1. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan guru
untuk menunjukan kepeda peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari
2. Biaya untuk pengadaanya relatife sedikit
3. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah dipindah-pindahkan
4. Menawarkan kemudahan secara luas dan kreatifitas bagi individu
5. Bahan tertulis relative ringan dan dapat dibaca diamna saja
a. Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus oxford, hal.389, handout
adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara.
Handout biasanya diambilkan dari beberapa literature yang memiliki relevansi dengan
materi yang diajarkan/kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh
peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, anatara lain
dengan cara download dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.
10. b. Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengentahuan. Oleh
pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara misalnya : hasil penelitian, hasil
pengamatan, aktualisasi pengalaman, atau biografi atau hasil imajinasi seseorang yang
disebut sebgai fiksi. Menurut kamus oxford, hal.94, buku adalah jumlah lebaran
kertasbaik cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai bahan
ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap
kurikulum dalam bentuk tertulis.
c. Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat
belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi
paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan
sebelumnya.
Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah
menggunaknnya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik
yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu
atau lebih kompetensi dasar diabndingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan
demikian maka modul harus menggambarkan kompetensi dasar yang akan dicapai
oleh peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik
dilengkapi dengan ilustrasi.
d. Lembar kegiatan Siswa
Lembar kegiatan siswa ( student work sheet ) adalah lembaran-lembaran berisi
tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa
petunjuk, langkah-langkhah,untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang
diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan
dicapainya. Keuntungan adanya lembar kegiatan adaalah memudahkan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar secra mandiri dan belajar
memahamidan menjalankan suatu tugas tertulis dalam menyiapkannya guru harus
cermat dan memiliki pengetahuan dan keteraampilan yang memadai, karena sebuah
lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan kriteria yang
berkaitan dengan tercapai atau tidaknya/ sebuah kompetensi dasar dikuasai oleh
peserta didik.
11. e.Brousur
Brousur adalah bahan informasi yang tertulis mengenai suatu masalah yang
disusun secara tersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman yang
dilipat tanpa jilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap
tenyang perusahaaan atau organisasi ( KBBI, edisi ke2, Balai pustaka, 1996 ) dengan
demikian, maka brousur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brousur
diturunkan dari potensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brousur
dapa menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentiuknya yang menarik dan praktis.
Agar lembaran brousur tidak terlalu banyak, maka brousur di desain hanya memuat
satu kompetensi dasar saja. Ilustrasi dalam sebuah brousur akan menambah menarik
minat peserta didik untuk menggunakannya.
f. leaflet
Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan atau dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet di desain secara cermat
dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta
mudah untuk dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang
dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu/lebih kompetensi dasar.
g. wallchart
wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus atau proses atau
grafik yang bermakna menunjukan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih
menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata
warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori
alat bantu mengajar, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar.
Pernah di desain sebagai bahan ajar, wallchart harus memenuhi kriteria sebgai bahan
kue antara lain meiliki kejelasan tentang kompetensi dasar dan materi pokok yang
harus dikuasai oleh peserta didik, diajarakan untuk berapa lama, dan bagaimana cara
menggunaknnya. Sebgai contoh wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang
antara ular, tikus dan lingkungannya.
h.foto/gambar
foto/gamabar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan
foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar
setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan
12. sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih kompetensi dasar; menurut
weidenment, dalam buku lehernmeet bil medien menggambarkan bahwa melihat
sebuah foto/gambar lebih tinggi makna daripada membaca atau mendengar. Melalui
membaca hanya dapat diingat 10% dari mendengar hanya diingat 20% dan dari melihat
yang diingat 30%. Foto/gambar yang desain secara baik dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik. Bahan jaar ini dalam menngunakannya harus dibantu
dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunkannya dan
atau bahan tes.
Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memilih kriteria sebagai berikut :
1) gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan
informasi/data. Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak
mengandung arti atau tidak ada yang dapat dipelajari.
2) gambar bermakna dan dapat dimengerti,sehingga si pembaca gambar benar-
benar mengerti, tidak salah pengertian
3) lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahananya
diambil dari sumber yang benar, sehingga jangan sampai gambar miskin
informasi yang berakibat penggunaannya tidak belajar apa-apa.
i) Model/maket
model/maket yang di desain secara baik akan memeberikan makana yang
hampir sama dengan benda aslinya. Weidermann mengemukakan bahwa dengan
melihat benda aslinya yang berarti dapat dipegang , maka peserta didik akan lebih
mudah dalam mempelajarinya. Misalnya dalam pelajaran biologi siswa dapat melihat
secara langsung bagian-bagian tubuh manusia melalu sebuahb model. Biasanya model
semacam ini dapat dibuat dengan skkala 1:1 artinya benda yang dilihat memiliki besar
yang sama persis dengan benda aslinya tau dapat juga dengan skala yang lebih kecil,
tergantung pada benda apa yang akan dibuat modelnya. Bahan ajar semacam ini dapat
berdiri sendiri melainkan harus dibantu dengan bahan tertulis agar memudahkan guru
dalam mengajar maupun siswa dalam belajar. Dalam memanfaatkan model/maket
sebagai bahan ajar harus menggunakan kompetensi dasar dalam kurikulum sebagai
acuannya.
13. 2. Bahan Ajar Dengar ( Audio )
1) kaset/piringan hitam/compact disk
Sebuah kaset yang direncanakan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah
program yang dapat dipergunakan sebagai bahan ajar. Media kaset dapat menyimpan
suara yang dapat secara dapat berulang-ulang diperdengarkan kepada peserta didik
yang mengggunakannya sebgai bahan ajar.bahan ajar kaset baisanya digunakan untuk
pembelajaran bahasa atau pembelajaraan music. Bahan ajar kaset tidak dapat sendiri,
dalam penggunaanya memerlukan bantuan alat dan bahan lainnya seperti tape recorder
dan lembar sekenario guru.
2) Radio
Radio broadcasting adalah media dengar yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan ajar, dengan radio peserta didik bisa belajar sesuatu. Radio juga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Program radio dapat dirancang sebagai bahan
ajar, misalnya mendengarkan berita siaran langsung suatu kejadian/fakta yang sedang
berlangsung.
a. Bahan Ajar Pandang Dengar ( audio visual )
1) video/film
Seperti halnya wallchart ,video/film juga alat bantu yang didesain sebagai
bahan aja. Program video/film biasanya di sebut sebagai alat bantu pandang dengar
( audio visual aids/audio visual media ). Umumnya program video telah dibuat dalam
rancangan lengkap , sehingga setiap akhir dari penayangan video siswa dapat
menguasai satu atau atau lebih kompetensi dasar. Baik tidak tidaknya program tentu
saja tergantung pada desain awalnya, mulai analisi kurikulum, penentuan media,
skema yang menunjukan sekuensi ( dikenal dengan sekenario ) disebuah program
video/film, skrip, pengambilan gambar dan proses editingnya. Beberapa keuntungan
yang didapat jika bahan ajar disajikan dalam bentuk video/film, antara lain :
1) dengan video/film seseorang dapat belajar sendiri .
2) sebagai media pandang dengar video/film menyajikan situasi yang
komunikatif dan dapat diulang-ulang.
3) dapat menampilkan sesuatu yang detail dari benda yang bergerak, kompleks
yang sulit dilihat dengan mata.
14. Kekurangan dari program video adalah proses pembuatannya yang
memerlukan waktu relative lama dan biaya besar. Namun demikian jika diproduksi
oleh organisasi tertentu dan dalam jumlah yang besar, maka harganya akan menjadi
lebih murah apalagi dibandingkan dengan kemanfaatannya. Apalagi film yang
memerlukan proses lebih rumit dibandingkan dengan video. Saat ini film sudah jarang
digunakan bahkan pembuatan film untuk komersial pun sudah sangat berkurang
dibandingkan dengan program video.
2) orang/nara sumber
Orang sebagai sumber belajar dapat dikatakan sebagai bahan ajar yang dapat
dipandang dan didengar, karena dengan orang seseorang dapat belajar misalnya karena
orang tersebut memiliki keterampilan khusus tertentu. Melalui keterampilan-
keterampilan nya seseorang daapat dijadikan bahan ajar, bahkan seseorang guru dapat
dijadikan sebagai bahan ajar. Agar orang dapat dijadikan bahan secara baik, maka
rancangan tertulis diturunkan dari kompetensi dasar harus dibuat. Rancangan yang
baik akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula. Dengan demikian, dalam
menngunakan orang sebgai bahan ajar tidak dapat berdiri sendiri melainkan
dikombinasikan dengan bahan tertulis.
4. Bahan Ajar Interaktif
Bahan ajar interaktif menurut Guidelines for Bibliographic Description of
interactive Multimedia,p.1 dijelaskan sebgai berikut :
Multimedia imteraktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media ( audio,
teks,grafik,gambar,animasi, dan video ) yang oleh penggunaanya dimanipulasi untuk
mengendalikan perintah dan atau perilaku alami dari suatu persentasi. Saat ini sudah
mulai banyak orang memanfaatkan bahan ajar ini, karena di samping menarik juga
memudahkan bagi penggunanya dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Biasanya
bahan ajar multimedia dirancang secara lengkap mulai dari petunjuk penggunaanya
hingga penilaian.
15. SOAL MEDIA PEMBELAJARAN
(TEKNIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR)
1. Apa saja proses transinternalisasi ?
a. Recording dan reserving
b. Responding dan gathering
c. Valuing dan responding
Jawaban : B
2. Bahan Ajar adalah ...
a. Untuk membantu guru/ instructor lebih mudah mengajar
b. Untuk membuat peserta didik mudah memahami pelajaran
c. Segala bentuk yang digunakan untuk membangun guru/ instructor
dalam melakukan belajar mengajar
Jawaban : C
3. Apa saja yang termasuk bahan ajar ?
a. Bahan cetak dan audio visual
b. Bahan ajar dan bahan ajar interaktif
c. Jawaban semua benar
Jawaban : A
4. Apa saja yang mencakup bahan ajar?
a. Informasi
b. Petunjuk
c. Informasi pendukung
Jawaban : C
5. Apa yang termasuk bahan ajar?
a. Kaset/ piringan hitam/ compact disk
b. Vidio/ film
c. Orang atau narasumber
Jwaban : A
6. Apa saja tahap pada teknik Indoktrinasi?
a. Tahap barinwashing, menanamkan fanatisme, penanaman doktrin
b. Tahap pemberian contoh, mengenalkelebihan dan kekurangan, tahap
pengorganisasian
c. Tahap transformasi nilai, transaksi nilai, dan transinternalisasi
Jawaban : A
7. Apa yang dimaksud dengan tahap penanaman doktrin?
16. a. pendidik berkewajiban menanamkan ide-ide baru yang dianggap benar
b. Pendidik dapat menggunakan pendekatan emosional
c. Pendidik memulai pendidikan nilai dengan jalan merusak nilai yang
sudah mapan dalam diri siswa untuk dikacaukan
Jawaban : B
8. Dibawah ini, mana yang termasuk kedalam bahan ajar cetak?
a. Handout, buku, modul, foto/ gambar
b. Kaset, radio, piringan hitam
c. Compact disk interaktif
Jawaban : A
9. Tahap transaksi nilai, termasuk kepada teknik?
a. Teknik klarifikasi
b. Teknik meramalkan konsekuensi
c. Teknik internalisasi
Jawaban : C
10. Teknik pembelajaran yang berorientasi pada psikomotor adalah ...
a. Drill dan practice
b. Wawasan yang luas
c. Keaktifan moral
Jawaban : A
C. KESIMPULAN
Proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang
dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah di rancang dalam rencana
pembelajaran. Prosesnya tersebut adalah menjalankan serangkaian komponen-
komponen pembelajaran dari mulai tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Berbicara pengembangan bahan ajar pada dasarnya hampir sama dengan
penentuan motede atau pun media pembelajaran yang akan digunakan. Tidak
ada bahan pembelajaran yang paling bagus atau paling jelek semuanya adalah
berbicara kesesuaian (oppropiatness), artinya untuk menentukan bahan
pembelajaran apa yang akan digunakan dalam sebuah proses pembelajaran
tentu harus mengacu pada rumusan kompetensi apa yang ingin dicapai, serta
metode pembelajaran apa yang akan digunakan.
17. D. DAFTAR REFERENSI
1. Majid, Abdul. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
2. Ahmad Muhaimin Azzet, 2011. Urgensi Pendidikan Karakter Indonesia,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
3. M. Musfiqon dan Nurdyansyah. N. (2015). Pendekatan Pembelajaran
Saintifik. Sidoarjo: Nizamia learning center.
4. Nurdyansyah. N., Eni fariyatul fahyuni, Inovasi Model Pembelajaran Sesuai
Kurikulum 2013 (Sidoarjo: Nizamia learning center, 2016).
5. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2015. Media Pembelajaran. Bandung.
Sinar Baru Algensindo.