Kelompok 8:
Muhamad Abdul Aziz 1172020139
Muhamad Multajimi 1172020143
Raji Rahma Muhammad 1172020174
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
1. Teknik Pengembangan Bahan Ajar
Dosen pengampu: Dr. Ambar Sri Lestari, M.Pd
Kelompok 8:
Muhamad Abdul Aziz 1172020139
Muhamad Multajimi 1172020143
Raji Rahma Muhammad 1172020174
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAN DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
2. ABSTRAK
Guru dalam menyampaikan materi memerlukan alat bantu dalam metode pembelajaran
dengan menggunakan Research and Development (R & D) yang diawali dengan studi
pendahuluan dilanjutkan tahap pengembangan. Subjek metode ditentukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling yang terdiri dari tiga orang expert judgement.
Pengumpulan data dengan teknik studi dokumentasi, wawancara dan kuesioner berupa
angket.
Prosedur metode ini adalah proses penyusunan bahan ajar dasar melalui tahap-tahap sebagai
berikut: (a) Studi pendahuluan, dengan melakukan wawancara terhadap ketua program dan
guru. Studi analisis silabus dan menganalisa kompetensi dasar dalam penyusunan bahan ajar
(b) Mengumpulkan sumber belajar dan literatur serta pokok-pokok materi yang akan
disusun. (c) Penyusunan draft bahan ajar dasar. (d) Pengolahan data dan evaluasi.
Kesimpulan metode ini adalah pengembangan bahan ajar mata pelajaran dasar.
Kata Kunci: Teknik pengembangan bahan ajar
3. A. Pendahuluan
Mutu pendidikan merupakan konsekuensi langsung dari satu perubahan dan
perkembangan berbagai aspek kehidupan. Tuntutan terhadap mutu pendidikan
tersebut menjadi syarat terpenting untuk dapat menjawab tantangan perubahan dan
perkembangan itu. Hal itu diperlukan untuk mendukung terwujudnya manusia
Indonesia yang cerdas dan berkehidupan yang damai, terbuka, dan berdemokrasi,
serta mampu bersaing secara terbuka di era global. Untuk itu, pembenahan dan
penyempurnaan kinerja pendidikan menjadi hal yang pokok. Pendidikan di
Indonesia diarahkan untuk membentuk peserta didik agar menjadi warga negara
Indonesia guna mencapai bangsa Indonesia yang bermartabat.
Guru diharapkan mampu untuk merancang ataupun menyusun bahan ajar
yang berperan dalam menentukan keberhasilan proses belajar dan pembelajaran
melalui sebuah bahan ajar. Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat
pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, dalam rangka mencapai
tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan
segala kompleksitas. Pengembangan bahan pembelajaran atau bahan ajar disusun
untuk menjadi salah satu referensi yang akan mendukung perkembangan peserta
didik agar ada keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani. Alat bantu
belajar termasuk salah satu unsur dinamis dalam belajar. Kedudukan alat bantu
memiliki peranan yang penting karena dapat membantu proses belajar siswa.
4. B. Pembahasan
a. TEKNIK
teknik-teknik pembelajaran yang berorientasi pada nilai
sebagaimana diuraikan Muhaimin ( 2004 : 176-179 ) sebagai berikut.
1. Teknik Indoktrinasi
Prosedur teknik ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu
1 ) tahap brainwashing, yakni pendidik memulai pendidikan nilai dengan
jalan merusak tata nilai yang sudah mapan dalam pribadi siswa untuk
dikacaukan, sehingga mereka menjadi tidak mempunyai pendirian lagi.
Beberapa metode dapat digunakan untuk mengacaukan pikiran siswa,
misalnya dengan Tanya jawab, wawancara mendalam dengan teknik
dialektik, dan sebagainya. Pada saat pikirannya sudah kosong dan kesadaran
rasionalnya tidak lagi mampu mengontrol dirinya, serta pendiriannya sudah
hilang maka dilanjutkan dengan tahap kedua;
2) tahap menanamkan fanatisme, yakni pendidik berkewajiban menanamkan
ide-ide baru yang dianggap benar sehingga nilai-nilai yang ditanamkannya
masuk kepada anak tanpa melalui pertimbangan rasional yang mapan. Dalam
menanamkan fanatisme ini lebih banyak digunakan pendekatan 1emosional
daripada pendekatan rasional. Apabila siswa telah mau menerima nilai-nilai itu
secara emosional, barulah ditanamkan doktrin yang sesungguhnya.
3 ) tahap penanaman doktrin, pada tahap ini pendidik dapat menggunakan
pendekatan emosional; keteladanan. Pada saat penanaman doktrin itu hanya
dikenal adanya satu nilai kebenaran yang disajikan, dan tidak ada alterntaif
lain., semua siswa harus menerima kebenran itu tanpa harus
memepertanyakan halkikat kebenaran itu.
2. Teknik Moral Reasoning
Langkah-langkah teknik ini dillakikan dengan jalan :
1 ) penyajian dilemma moral, pada tahap ini siswa dihadapkan dengan
1Ibid.Hal.161
5. problematika nilai yang bersifat sederhana sampai kepada yang
komppleks,cara penyajiannya dapat melalui observasi, membaca
Koran/majalah, mendengarkan sandiwara, melihat film dan sebagainya;
2) pembagian kelompok diskusi setelah disajikan problematic dilema moral
tersebut2;
3) hasil diskusi kelompok selanjutnya dibawa dalam diskusi kelas dengan
tujuan untuk mengadakan klarifikasi nilai, membuat alternatife dan
konsekuensinya;
4) setelah siswa mendiskusikan secara intensif dan melakukan seleksi nilai
yang terpilih sesuai dengan alternative yang diajukan, selanjutnnya siswa
menggorganisasi nilai-nilai terpilih tersebut dalam dirinya. Hal ini bisa
diketahui lewat pendapat siswa, misalnya melalui karangan-karangannya
yang disusun setelah diskusi, atau tindakan follow up darikegiatan diskusi
itu.
3. Teknik meramalkan konsekuensi
Teknik ini sebenarnya merupakan penerapan dari pendekatan rasional dalam
mengajarkan nilai. Dalam arti mengandalkan kemampuan berpikir ke depan
bagi siswa untuk membuat proyeksi tentang hal-hal yang akan terjadi dari
penerapan suatu nilai tertentu. Adaun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) siswa diberikan suatu kasus melalui cerita, membaca majalah,
melihat film, atau melihat kejadian konkret di lapangan;
2) siswa diberi beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan nilai-nilai
yang ia lihat, ketahui dan ia rasakan.pertanyaan itu adakalanya bersifat
memperdalam wawasan tentang nilai yang dilihat,alas an dan kemungkinan
yang akan terjadi dari nilai-nilai tersebut, atau menghubungkan kejadian itu
dengan kejadian-kejadian lain yang ada kaitannya dengan kasus tersebut;
2 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2015. Media Pembelajaran.Bandung.Sinar Baru Algensindo.
Hal.215
6. 3) upaya membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam kasus itu dengan
nilai-nilai yang bersifat kontradiktif;
4) kemampuan meramalkan konsekuensi yang akan terjadi dari pemilihan
dan penerapan suatu tata nilai tertentu.
4. Teknik Klarifikasi
Teknik ini merupakan salah satu cara untuk membantu anak dalam
menentukan nilai-nilai yang akan dipilihnya. Dalam teknik ini dapat
ditempuh lewat tiga tahap, yaitu :
1) tahap pemberian contoh : pada tahap ini guru memperkenalkan kepada siswa
nilai-nilai yang baik dan memberikan contoh penerapannya. Hal ini bisa
ditempuh dengan jalan observasi, melibatkan siswa dalam kegiatan nyata,
pemberian contoh secara langsung dari guru ke siswa dan sebagainya;
2) tahap menegnal kelebihan dan dan kekurangan nilai yang telah diketahui
oleh siswa lewat contoh-contoh tersebut di atas. Hal ini bisa juga ditempuh
melalui diskusi atau Tanya jawab, guna melihat kelebihan dan kekurangan
nilai tersebut. Dari kegiatan ini akhirnya siswa dapat memilih nilai-nilai yang
ia setujui dan yang dianggap paling baik dan benar;
3) tahap mengorganisasikan tata nilai pada diri siswa.
Setelah pemilihan nilai ditentukan maka siswa dapat
mengorganisasikan sistem nilai tersebut dalam dirinya dan menjadikan
nilai itu sebagai diri pribadinya.
5. Teknik Internalisasi
Kalau teknik-teknik diatas hanya terbatas pada pemilihan nilai dengan
disertai wawasan yang cukup luas dan mendalam maka dalam teknik
internalisasi ini sasarannya sampai kepada tahap pemilikan nilai yang
menyatu dalam kepribadian siswa, atau sampai pada taraf karakterisasi
atau me-watakm. Tahap-tahap dari teknik internalisasi ini adalah.
7. 1) Tahap Transformasi nilai : pada tahap ini guru sekedar menginformasikan
nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik kepada siswa, yang semata-mata
merupakan komunikasi verbal;
2) Tahap Transaksi nilai, yakni suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan
melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara siswa dan guru
bersifat interaksi timbal balik. Kalau3 pada tahap transformasi, komunikasi
masih dalam bentuk satu arah, yakni guru yang aktif. Tetapi dalam transaksi
ini guru dan siswa sama-sama memiliki sifat yang aktif. Tekanan dari
komunikasi ini masih menampilkan sosok fisiknya daripada sosok
mentalnya. Dalam tahap ini guru tidak hanya menyajikan informasi tentang
nilai yang baik dan buruk, tetapi juga terlibat untuk melakasanakn dan
memberikan respons yang sama, yakni menerima dan mengamalakan nilai
itu;
3) Tahap Transinternalisasi : tahap ini jauh lebih dalam dari sekadar
transaksi.dalam tahap ini penampilan guru dihadapan siswa bukan lagi sosok
fisiknya, melainkan sikap mentalnya ( kepribadiannya ). Demikian juga siswa
merespons kepada guru bukan hanya gerakan/penampilan fisiknya,
melainkan sikap mental dan kepribadiannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa dalam transinternalisasi ini adalah komunikasi dua kepribadian yang
masing-masing terlibat secara aktif.
Proses-proses dari transinternalisasi itu mulai dari yang
sedrhana sampai yang kompleks, yaitu mulai dari :
1) Menyimak ( receiving ), yakni kegiatan siswa untuk bersedia menerima
adanya stimulus yang berupa nilai-nilai baru yang dikembangkan dalam
sikap afektifnya;
2) menanggapi ( responding ), yakni kesediaan siswa untuk merespons nilai-
nilai yang ia terima dan sampai ke tahap memiliki kepuasaan untuk
merespons nilai tersebut
3 Hal.164
8. 3) memeberi nilai ( valuing ), yakni sebgaai kelanjutan dan aktivitas
merespons nilai menjadi siswa mampu memberikan makna baruterhadap
nilai-nilai yang muncul dengan kriteria nilai-nilai yang diyakini
kebenarannya
4) mengorganisasi nilai ( 0rganization of value ), yakni aktivitas siswa untuk
mengatur keberlanjutan berlakunya sistem nilai yang ia yakini sebgai
kebenaran dalam laku kepribadiannya sendiri sehingga ia memiliki satu
sistem nilai yang berbeda dengan yang lain
5) karakteristik nilai yakni dengan membiasakan nilai-nilai yang benar yang
diyakini, dan yang telah diorganisir dalam pribadinya sehingga nilai tersebut
sudah menjadi watak kepribadiannya, yang tidak dapat dipisahkan lagi dari
kehidupannya. Nilai yang sudah mempribadi inilah yang dalam islam
disebut dengan kepercayaan/keimanan yang istiqomah, yang sulit
tergoyahkan oleh situasi apapun.
b. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang tertulis seperti buku,
majalah, koran, LCD proyektor, maupun bahan yang tidak tertulis seperti
kaset, radio, film dan lain sebagainya yang digunakan oleh para guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar. Menurut Tim Siosialisasi KTSP, bahan ajar
adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.4 Sedangkan
menurut Ahmad Sudrajat, bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun
secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta
lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.
4 Slide Sosialisasai KTSP, Depdiknas, 2009.
9. Bahan ajar atau materi pelajaran secara garis besar terdiri dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam
rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci,
jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, prinsip,
konsep, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus dipelajari
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.5
Menurut Tim Sosialisasi KTSP Bahan ajar terdiri dari beberapa jenis,
diantaranya yaitu
Bahan ajar pandang (visual) yang terdiri atas bahan cetak (printed)
seperti buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, wallchart,
foto/gambar, dan non cetak seperti model/market Bahan ajar dengar
(audio) seperti kaset, radio, piringan hitam dan compact disk audio
Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti film dan VCD
(video compact disk)
Bahan ajar multimedia interaktif (interactive learning material) seperti
CAI ( Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia
pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based
learning materials)
Jadi bahan ajar itu bisa berupa apa saja yang digunakan guru dalam
kegiatan transfer informasi kepada siswa. Bahan ajar bisa berupa,
Media yang mengandalkan indera penglihatan (visual) seperti buku,
modul, koran, LKS, brosur, foto dan lain sebagainya.
Media yang mengandalkan indera pendengaran (audio) seperti kaset,
radio, piringan hitam, CD audio.
Media yang menggabungkan antara audio dan visual (audio-visual)
seperti film dan VCD. Dan,
5 Tim Pustaka Y ustia, Panduan Penyusunan KTSP Lengkap Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan SD, SMP, SMA, (Jakarta:Buku Kita,2007), hlm. 194
10. Bahan ajar multimedia interaktif seperti CD multimedia pembelajaran
interaktif dan internet.
Pemilihan materi pelajaran harus disesuaikan dengan ukuran-
ukuran (kriteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang
studi yang bersangkutan. Kriteria pemilihan materi pelajaran yang
akan dikembangkan dalam sistem instruksional dan yang mendasari
penentuan strategi belajar mengajar diantaranya yaitu:
a. Kriteria tujuan instruksional (SK/KD)
Materi pelajaran yang dipilih hendaknya sejalan dengan tujuan-
tujuan instruksional yang telah dirumuskan.
b. Materi pelajaran
Ada keterkaitan antara tujuan yang ingin dicapai dengan materi
pelajaran.
c. Relevan dengan kebutuhan siswa
Setiap materi pelajaran yang disajikan hendaknya sesuai dengan
usaha untuk mengembangkan pribadi siswa sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Oleh karena itu materi pelajaran yang disajikan hendaknya
memuat pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan.
d. Sesuai dengan kondisi masyarakat
Materi pelajaran yang dipilih hendaknya turut membantu siswa
dalam memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi
perkembangan siswa menjadi manusia yang mudah menyesuaikan diri
dan berguna di masyarakat.
e. Materi pelajaran mengandung segi-segi etik
Materi pelajaran yang dipilih hendaknya mempertimbangkan
perkembangan moral siswa. Pengetahuan dan keterampilan yang akan
mereka dapat dari materi pelajaran yang telah mereka
terima hendaknya diarahkan untuk mengembangkan dirinya sebagai
11. manusia yang etik sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang
berlaku di masyarakat.
f. Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang
sistematik dan logis
Setiap materi pelajaran disusun secara bulat dan menyeluruh,
terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topik masalah
tertentu. Materi disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan
faktor perkembangan psikologis siswa. Dengan begitu materi
pelajaran akan lebih mudah diserap oleh siswa dan dapat segera
dilihat keberhasilannnya.
g. Materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru
yang ahli, dan masyarakat.6
Buku sumber yang baku umumnya disusun oleh para ahli dalam
bidangnya dan disusun berdasarkan GBPP yang berlaku. Guru yang
ahli penting karena sumber utama memanglah guru itu sendiri. Guru
dapat mengatur apa yang dianggapnya perlu atau tidak untuk
disampaikan kepada siswa. Masyarakat juga merupakan sumber
belajar yang luas, bahkan dapat dikatakan sebagai materi belajar yang
paling besar.
Hamalik dalam Harjanto (2008: 220)7 mengatakan bahwa di dalam
pengembangan bahan ajar berbagai aspek-aspek yang dapat jadi patokan,
antara lain:
(1) Konsep adalah suatu ide atau gagasan.
(2) Prinsip adalah suatu kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir
6 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,
2005), hlm. 222.
7 Harjanto. 2008. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
12. (3) Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi atau yang telah dikerjakan.
(4) Proses adalah serangkaian dari perubahan, gerakan perkembangan.
(5) Nilai adalah suatu pola, ukuran atau merupakan suatu tipe atau model.
(6) Keterampilan adalah kemampuan berbuat sesuatu yang baik.
SOAL MEDIA PEMBELAJARAN
TEKNIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
1. Dibawah ini, mana yang termasuk kedalam bahan ajar cetak?
a. Kaset, radio, piringan hitam
b. Compact disk interaktif
c. Handout, buku, modul, foto/ gambar
Jawaban : C
2. Apa saja yang termasuk bahan ajar ?
a. Bahan ajar dan bahan ajar interaktif
b. Bahan cetak dan audio visual
c. Jawaban semua benar
Jawaban : B
3. Apa saja tahap pada teknik Indoktrinasi?
a. Tahap barinwashing, menanamkan fanatisme, penanaman doktrin
b. Tahap pemberian contoh, mengenalkelebihan dan kekurangan, tahap
pengorganisasian
c. Tahap transformasi nilai, transaksi nilai, dan transinternalisasi
Jawaban : A
13. 4. Apa yang termasuk bahan ajar?
a. Kaset/ piringan hitam/ compact disk
b. Vidio/ film
c. Orang atau narasumber
Jawaban : A
5. Tahap transaksi nilai, termasuk kepada teknik?
a. Teknik klarifikasi
b. Teknik internalisasi
c. Teknik meramalkan konsekuensi
Jawaban : B
6. Apa yang dimaksud dengan tahap penanaman doktrin?
a. pendidik berkewajiban menanamkan ide-ide baru yang dianggap benar
b. Pendidik dapat menggunakan pendekatan emosional
c. Pendidik memulai pendidikan nilai dengan jalan merusak nilai yang
sudah mapan dalam diri siswa untuk dikacaukan
Jawaban : B
7. Apa saja yang mencakup bahan ajar?
a. Informasi
b. Petunjuk
c. Informasi pendukung
Jawaban : C
8. Bahan Ajar adalah ...
a. Segala bentuk yang digunakan untuk membangun guru/ instructor dalam
melakukan belajar mengajar
b. Untuk membantu guru/ instructor lebih mudah mengajar
c. Untuk membuat peserta didik mudah memahami pelajaran
14. Jawaban : A
9. Apa saja proses transinternalisasi ?
a. Recording dan reserving
b. Responding dan gathering
c. Valuing dan responding
Jawaban : B
10. Teknik pembelajaran yang berorientasi pada psikomotor adalah ...
a. Wawasan yang luas
b. Keaktifan moral
c. Drill dan practice
Jawaban : C
C. KESIMPULAN
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan tertulis maupun tidak tertulis yang
dapat digunakan guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Bahan
yang ada bisa berupa buku paket, modul, koran, majalah, televisi, internet,
lingkungan alam sekitar dan lain sebagainya yang dapat digunakan sebagai
sumber belajar.
Bahan ajar ada beberapa macam yaitu bahan ajar pandang (visual), bahan
ajar dengar (aodio), bahan ajar pandang dan dengan (audiovisual), dan bahan
ajar multimedia interaktif.
Kriteria pemilihan materi pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
tingkat kemampuan pemahaman peserta didik, keterkaitan dengan SK-KD,
relevan dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan.
Teknik penyusunan bahan ajar meliputi analisis SK-KD-Indikator, analisis
sumber belajar, pemilihan dan penentuan bahan ajar, dan mengembangkan bahan
ajar. Sebuah bahan ajar paling tidak mencaku petunjuk belajar
15. (petunjuk siswa/guru), kompetensi yang akan dicapai, content atau isi materi
pembelajaran, informasi pendukung, dan latihan-latihan.
D. Daftar Referensi
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2015. Media Pembelajaran. Bandung.
Sinar Baru Algensindo.
Slide Sosialisasai KTSP, Depdiknas, 2009.
Tim Pustaka Yustia, Panduan Penyusunan KTSP Lengkap Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan SD, SMP, SMA, (Jakarta: Buku Kita, 2007),
hlm. 194.
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm.
222.
Harjanto. 2008. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta