Makalah ini membahas tentang teknik pengembangan bahan ajar dan jenis-jenisnya. Terdapat beberapa teknik pengembangan bahan ajar seperti teknik audio visual, visual, dan interaktif. Jenis bahan ajar yang dijelaskan meliputi bahan cetak, audio, visual, dan kombinasi.
1. MAKALAH
TEKNIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Media Pembelajaran
Dosen Pengampu :
Oban Sobandi, M.Ag.
Ambar Sri Lestari, Dr., S.E., M.Pd.
Disusun oleh :
Intan Nuraeni : 1172020114
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
2019
2.
3. i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkah dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul TEKNIK
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ini dengan sebaik-baiknya dan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Media Pembelajaran, sholawat beserta salam
semoga terlimpah curah kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam pembuatan makalah ini kami berusaha untuk melakukan yang terbaik.
Tetapi kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah kami yang akan datang.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Oban Sobandi, M.Ag. dan
Ibu Ambar Sri Lestari, Dr., S.E., M.Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah Media
Pembelajaran yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Terima
kasih pula kepada rekan-rekan kelompok atas kerjasamanya dalam penyusunan
makalah ini. Semoga hati kita ikhlas dalam mengerjakannya dan menjadi amal baik
serta bermanfaat di masa yang akan datang.
Bandung, Maret 2019
Penyusun
4. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. I
DAFTAR ISI .............................................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan ..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................3
1. Teknik ..............................................................................................................3
2. Bahan Ajar .......................................................................................................8
3. Soal ................................................................................................................15
BAB III SIMPULAN..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan
kehidupan manusia. Pendidikan tidak hanya mendidik peserta didiknya menjadi
manusia yang cerdas, tetapi juga membangun kepribadiannya agar berakhlak mulia.
Saat ini, pendidikan di Indonesia dinilai kurang berhasil dalam membangun
kepribadian peserta didiknya agar berakhlak mulia. Oleh karena itu pendidikan
karakter dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.1
Dunia pendidikan saat ini dituntut untuk dikembangkannya pendekatan
pembelajaran. Hal ini seiring dengan perkembangan psikologi peserta didik,
dinamika sosial, serta dinamika sistem pendidikan pada setiap negara yang terus
berubah2. Proses pembelajaran melibatkan berbagai pihak, tidak hanya melibatkan
pendidik dan siswa. Namun, peran dari bahan ajar juga sangat dibutuhkan dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran dimaksudkan untuk tercapainya suasana tertentu
dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik nyaman dalam belajar.
Hakikat belajar yaitu proses interaksi dari seluruh kondisi disekitar peserta didik.
Belajar diartikan suatu proses pengarahan untuk pencapaian tujuan dan proses
melakukan perbuatan melalui pengalaman yang diciptakan3. Bahan ajar adalah
seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang digunakan dalam
rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan.
Untuk mencapai kompetensi perlu ada pengukuaran/penilaian. Penilaian hasil belajar
memerlukan sebuah pengolahan dan analisis yang akurat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Teknik ?
2. Apa saja jenis-jenis Teknik ?
1 Ahmad Muhaimin Azzet, 2011. Urgensi Pendidikan Karakter Indonesia, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, hlm. 15.
2 M. Musfiqon dan Nurdyansyah. N. (2015). Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo:
Nizamia learning center., 41
3 Nurdyansyah. N., Eni fariyatul fahyuni, Inovasi Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013
(Sidoarjo: Nizamia learning center, 2016), 1.
6. 2
3. Apa yang dimaksud dengan Bahan Ajar ?
4. Apa saja jenis-jenis Bahan Ajar ?
5. apa yang dimaksud Teknik Bahan Ajar Audio Visual ?
6. Apa itu Teknik Bahan Ajar Visual ?
7. Apa itu Teknik Bahan Ajar Interaktif ?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian Teknik Pengembangan Bahan Ajar serta
mampu menyebutkan kekurangan dan kelebihan;
2. Mengetahui jenis-jenis media teknik pengembangan bahan ajar ;
3. Menjelaskan pengertian Bahan Ajar serta mampu menyebutkan
kekurangan dan kelebihan;
4. Mengetahui jenis-jenis Bahan Ajar ;
5. Menjelaskan pengertian Teknik Bahan Ajar Audio Visual dan
mengetahui fungsi dari Teknik Bahan ajar;
6. Mengetahui Teknik Bahan Ajar visual serta kegunaanya.
7. Mengetahui Teknik Bahan Ajar interaktif serta kegunaanya ;
7. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEKNIK
Proses kegiatan belajar mengajar tidaklah berdiri sendiri, melainkan terkait
dengan komponen materi dan waktu. Langkah pembelajaran memuat rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dan siswa secara berurutan sehingga cocok
dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Berbagai metode yang dikemukakan diatas selanjutnya perlu dikembangkan secara
rinci ke dalam teknik atau prosedur pembelajarannya.
Teknik pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kecakapan
kognitif banyak sekali. Diantaranya dengan ‘sorogan’ pada saat mengaji/menghafal
ayat-ayat al-Qur’an (biasanya diterapkan di pesantren-pesantren tradisisonal). Lalu
dengan teknik Mnmonic yaitu dengan menghafal bagian-bagian awal huruf/suku kata
dari beberapa poin-poin yang harus dihafal. Seperti menghafal huruf-huruf hijaiyah
yang termasuk kedalam 4hukum bacaan qalqalah : ba, jim, dal, tha, qaf dihafalkan
menjadi ‘baju di toko’ selain itu dapat pula dengan menggunakan surat dalam al-
Qur’an ‘ sesungguhnya telah kami buatkan berbagai macam perumpamaan dalam al-
Qur’an bagi manusia, supaya mereka dapat pelajaran ( Qs. az-zummar, 39 :27 ).
Contohnya seperti cerita berikut: disebuah perbukitan bernama at-Thur, sekitar 25
km dari negara al-Balad hiduplah keluarga lebah bernama al-Nahl yang berjumlah
128 ekor dan seterusnya.
Teknik pembelajaran yang berorientasi pada psikomotor diantaranya: drill
and practice, berlatih dan mempraktekan seperti pada materi melafalkan huruf al-
Qur’an, berwudlu dan praktek ibadah sholat.
Teknik pengembangan bahan ajar yang berorientasi pada nilai ( afektif ) ada
bermacam-macam, diantaranya ialah (1) teknik indoktrinasi ( 2 ) teknik moral
reasoning ( 3 ) teknik meramalkan konsekuensi ( 4 ) teknik klarifikasi,dan ( 5 )
teknik internalisasi. (Neong muhadjir, 1988).
4 Majid, Abdul. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Hal.160
8. 4
Berikut ini dijabarkan prosedur penggunaan teknik-teknik pembelajaran yang
berorientasi pada nilai sebagaimana diuraikan Muhaimin ( 2004 : 176-179 ) sebagai
berikut.
1. Teknik Indoktrinasi
Prosedur teknik ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu
1 ) tahap brainwashing, yakni pendidik memulai pendidikan nilai dengan
jalan merusak tata nilai yang sudah mapan dalam pribadi siswa untuk dikacaukan,
sehingga mereka menjadi tidak mempunyai pendirian lagi. Beberapa metode dapat
digunakan untuk mengacaukan pikiran siswa, misalnya dengan Tanya jawab,
wawancara mendalam dengan teknik dialektik, dan sebagainya. Pada saat pikirannya
sudah kosong dan kesadaran rasionalnya tidak lagi mampu mengontrol dirinya, serta
pendiriannya sudah hilang maka dilanjutkan dengan tahap kedua;
2) tahap menanamkan fanatisme, yakni pendidik berkewajiban menanamkan
ide-ide baru yang dianggap benar sehingga nilai-nilai yang ditanamkannya masuk
kepada anak tanpa melalui pertimbangan rasional yang mapan. Dalam menanamkan
fanatisme ini lebih banyak digunakan pendekatan 5emosional daripada pendekatan
rasional. Apabila siswa telah mau menerima nilai-nilai itu secara emosional, barulah
ditanamkan doktrin yang sesungguhnya.
3 ) tahap penanaman doktrin, pada tahap ini pendidik dapat menggunakan
pendekatan emosional; keteladanan. Pada saat penanaman doktrin itu hanya dikenal
adanya satu nilai kebenaran yang disajikan, dan tidak ada alterntaif lain., semua
siswa harus menerima kebenran itu tanpa harus memepertanyakan halkikat
kebenaran itu.
2. Teknik Moral Reasoning
Langkah-langkah teknik ini dillakikan dengan jalan :
1 ) penyajian dilemma moral, pada tahap ini siswa dihadapkan dengan
problematika nilai yang bersifat sederhana sampai kepada yang komppleks,cara
penyajiannya dapat melalui observasi, membaca Koran/majalah, mendengarkan
sandiwara, melihat film dan sebagainya;
5Ibid. Hal.161
9. 5
2) pembagian kelompok diskusi setelah disajikan problematic dilema moral
tersebut6;
3) hasil diskusi kelompok selanjutnya dibawa dalam diskusi kelas dengan
tujuan untuk mengadakan klarifikasi nilai, membuat alternatife dan konsekuensinya;
4) setelah siswa mendiskusikan secara intensif dan melakukan seleksi nilai
yang terpilih sesuai dengan alternative yang diajukan, selanjutnnya siswa
menggorganisasi nilai-nilai terpilih tersebut dalam dirinya. Hal ini bisa diketahui
lewat pendapat siswa, misalnya melalui karangan-karangannya yang disusun setelah
diskusi, atau tindakan follow up darikegiatan diskusi itu.
3. Teknik meramalkan konsekuensi
Teknik ini sebenarnya merupakan penerapan dari pendekatan rasional dalam
mengajarkan nilai. Dalam arti mengandalkan kemampuan berpikir ke depan bagi
siswa untuk membuat proyeksi tentang hal-hal yang akan terjadi dari penerapan
suatu nilai tertentu. Adaun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) siswa diberikan suatu kasus melalui cerita, membaca majalah, melihat
film, atau melihat kejadian konkret di lapangan;
2) siswa diberi beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan nilai-nilai
yang ia lihat, ketahui dan ia rasakan.pertanyaan itu adakalanya bersifat
memperdalam wawasan tentang nilai yang dilihat,alas an dan kemungkinan
yang akan terjadi dari nilai-nilai tersebut, atau menghubungkan kejadian itu
dengan kejadian-kejadian lain yang ada kaitannya dengan kasus tersebut;
3) upaya membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam kasus itu dengan
nilai-nilai yang bersifat kontradiktif;
4) kemampuan meramalkan konsekuensi yang akan terjadi dari pemilihan dan
penerapan suatu tata nilai tertentu.
4. Teknik Klarifikasi
Teknik ini merupakan salah satu cara untuk membantu anak dalam
menentukan nilai-nilai yang akan dipilihnya. Dalam teknik ini dapat
ditempuh lewat tiga tahap, yaitu :
6 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2015. Media Pembelajaran. Bandung. Sinar Baru
Algensindo. Hal.215
10. 6
1) tahap pemberian contoh : pada tahap ini guru memperkenalkan kepada
siswa nilai-nilai yang baik dan memberikan contoh penerapannya. Hal ini
bisa ditempuh dengan jalan observasi, melibatkan siswa dalam kegiatan
nyata, pemberian contoh secara langsung dari guru ke siswa dan sebagainya;
2) tahap menegnal kelebihan dan dan kekurangan nilai yang telah diketahui
oleh siswa lewat contoh-contoh tersebut di atas. Hal ini bisa juga ditempuh
melalui diskusi atau Tanya jawab, guna melihat kelebihan dan kekurangan
nilai tersebut. Dari kegiatan ini akhirnya siswa dapat memilih nilai-nilai yang
ia setujui dan yang dianggap paling baik dan benar;
3) tahap mengorganisasikan tata nilai pada diri siswa.
Setelah pemilihan nilai ditentukan maka siswa dapat mengorganisasikan
sistem nilai tersebut dalam dirinya dan menjadikan nilai itu sebagai diri
pribadinya.
5. Teknik Internalisasi
Kalau teknik-teknik diatas hanya terbatas pada pemilihan nilai dengan
disertai wawasan yang cukup luas dan mendalam maka dalam teknik internalisasi ini
sasarannya sampai kepada tahap pemilikan nilai yang menyatu dalam kepribadian
siswa, atau sampai pada taraf karakterisasi atau me-watakm. Tahap-tahap dari teknik
internalisasi ini adalah.
1) Tahap Transformasi nilai : pada tahap ini guru sekedar menginformasikan
nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik kepada siswa, yang semata-mata
merupakan komunikasi verbal;
2) Tahap Transaksi nilai, yakni suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan
melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara siswa dan guru bersifat
interaksi timbal balik. Kalau7 pada tahap transformasi, komunikasi masih
dalam bentuk satu arah, yakni guru yang aktif. Tetapi dalam transaksi ini
guru dan siswa sama-sama memiliki sifat yang aktif. Tekanan dari
komunikasi ini masih menampilkan sosok fisiknya daripada sosok
mentalnya. Dalam tahap ini guru tidak hanya menyajikan informasi tentang
nilai yang baik dan buruk, tetapi juga terlibat untuk melakasanakn dan
7 Hal.164
11. 7
memberikan respons yang sama, yakni menerima dan mengamalakan nilai
itu;
3) Tahap Transinternalisasi : tahap ini jauh lebih dalam dari sekadar
transaksi.dalam tahap ini penampilan guru dihadapan siswa bukan lagi sosok
fisiknya, melainkan sikap mentalnya ( kepribadiannya ). Demikian juga siswa
merespons kepada guru bukan hanya gerakan/penampilan fisiknya,
melainkan sikap mental dan kepribadiannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa dalam transinternalisasi ini adalah komunikasi dua kepribadian yang
masing-masing terlibat secara aktif.
Proses-proses dari transinternalisasi itu mulai dari yang sedrhana
sampai yang kompleks, yaitu mulai dari :
1) Menyimak ( receiving ), yakni kegiatan siswa untuk bersedia menerima
adanya stimulus yang berupa nilai-nilai baru yang dikembangkan dalam sikap
afektifnya;
2) menanggapi ( responding ), yakni kesediaan siswa untuk merespons nilai-
nilai yang ia terima dan sampai ke tahap memiliki kepuasaan untuk
merespons nilai tersebut
3) memeberi nilai ( valuing ), yakni sebgaai kelanjutan dan aktivitas
merespons nilai menjadi siswa mampu memberikan makna baruterhadap
nilai-nilai yang muncul dengan kriteria nilai-nilai yang diyakini
kebenarannya
4) mengorganisasi nilai ( 0rganization of value ), yakni aktivitas siswa untuk
mengatur keberlanjutan berlakunya sistem nilai yang ia yakini sebgai
kebenaran dalam laku kepribadiannya sendiri sehingga ia memiliki satu
sistem nilai yang berbeda dengan yang lain
5) karakteristik nilai yakni dengan membiasakan nilai-nilai yang benar yang
diyakini, dan yang telah diorganisir dalam pribadinya sehingga nilai tersebut
sudah menjadi watak kepribadiannya, yang tidak dapat dipisahkan lagi dari
kehidupannya. Nilai yang sudah mempribadi inilah yang dalam islam disebut
12. 8
dengan kepercayaan/keimanan yang istiqomah, yang sulit tergoyahkan oleh
situasi apapun.8
B. BAHAN AJAR
Bahan ajar menurut (Prastowo, 2013) adalah merupakan segala bahan (baik
informasi, alat maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan
sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam
proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran, misalnya buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket,
bahan ajar audio, bahan ajar interaktif dan sebagainya.9
Fakta dan kenyataan pendidikan di lapangan, banyak di jumpai pendidik /
guru yang masih menggunakan bahan ajar yang konvensional, yaitu bahan ajar yang
tinggal pakai, tinggal beli, instan serta tanpa upaya merencanakan, menyiapkan dan
menyusunnya sendiri. Dengan demikian, resikonya sangat dimungkinkan jika bahan
ajar yang di pakai itu tidak kontekstual, tidak menarik, monoton dan tidak sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Bentuk-bentuk bahan ajar konvensional tersebut
antara lain buku teks pelajaran, LKS yang dibeli melalui penyalur yang datang ke
sekolah-sekolah.
Maka perlunya bagi seorang guru untuk merealisasikan atau cakap dalam
menggunakan bahan ajar, secara profesional. Dan guru yang kreativitasnya tinggi,
mampu menyusun bahan ajar yang inovatif, variatif, menarik, kontekstual, dan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.
Pengelompokan bahan ajar menurut Faculte de Psychologie et des Science de
Education universete de geneve dalam website-nya adalah media tulis, audio visual,
elektronik, dan interaktif terintegrasi yang kemudian disebut sebgai medienverbund (
bahasa jerman yang berarti media integrasi ) atau mediamix.
Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain :
Petunjuk belajar ( petunjuk siswa/guru )
Kompetensi yang akan dicapai
Informasi pendukung
Latihan-latihan
8 Hal173
9 komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama Hal.
13. 9
Petunjuk kerja, dapat berupa lembar kerja ( lk )
Evaluasi
a. Jenis Bahan Ajar
Dari berbagai pendapat diatas dapat disarankan bahwa bahan ajar adalaah
seperangkat materi yang di susun secara sistematis sehingga tercipta
lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Dengan
demikian, bentuk bahan ajar paling tidak dapat dikelompokkan menjadi empat :
1. Bahan Cetak ( printed ) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja
siswa, brosur, leaflet, waalchart, foto/gambar, model/maket.
2. Bahan ajar dengan ( audio ) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk audio.
3. Bahan ajar pandang dengar ( audio visual ) seperti video, compact disk,
film.
4. Bahan ajar interaktif ( interactive teaching material ) seperti compact disk
interaktif.
1. Bahan Ajar Cetak
Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk, jika bahan ajar cetak
tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan
seperti yang dikemukakan oleh steffen petter ballstaedt. ( 1994 ), yaitu :
1. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan guru
untuk menunjukan kepeda peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari
2. Biaya untuk pengadaanya relatife sedikit
3. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah dipindah-pindahkan
4. Menawarkan kemudahan secara luas dan kreatifitas bagi individu
5. Bahan tertulis relative ringan dan dapat dibaca diamna saja
a. Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus oxford, hal.389, handout
adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara.
Handout biasanya diambilkan dari beberapa literature yang memiliki relevansi
dengan materi yang diajarkan/kompetensi dasar dan materi pokok yang harus
14. 10
dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara,
anatara lain dengan cara download dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.
b. Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengentahuan. Oleh
pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara misalnya : hasil penelitian, hasil
pengamatan, aktualisasi pengalaman, atau biografi atau hasil imajinasi seseorang
yang disebut sebgai fiksi. Menurut kamus oxford, hal.94, buku adalah jumlah lebaran
kertasbaik cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai bahan
ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap
kurikulum dalam bentuk tertulis.
c. Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik
dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul
berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan
sebelumnya.
Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah
menggunaknnya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik
yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu
atau lebih kompetensi dasar diabndingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan
demikian maka modul harus menggambarkan kompetensi dasar yang akan dicapai
oleh peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik
dilengkapi dengan ilustrasi.
d. Lembar kegiatan Siswa
Lembar kegiatan siswa ( student work sheet ) adalah lembaran-lembaran
berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya
berupa petunjuk, langkah-langkhah,untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas
yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan
dicapainya. Keuntungan adanya lembar kegiatan adaalah memudahkan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar secra mandiri dan belajar
memahamidan menjalankan suatu tugas tertulis dalam menyiapkannya guru harus
cermat dan memiliki pengetahuan dan keteraampilan yang memadai, karena sebuah
15. 11
lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan kriteria
yang berkaitan dengan tercapai atau tidaknya/ sebuah kompetensi dasar dikuasai oleh
peserta didik.
e.Brousur
Brousur adalah bahan informasi yang tertulis mengenai suatu masalah yang
disusun secara tersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman yang
dilipat tanpa jilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi
lengkap tenyang perusahaaan atau organisasi ( KBBI, edisi ke2, Balai pustaka, 1996
) dengan demikian, maka brousur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama
sajian brousur diturunkan dari potensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa.
Mungkin saja brousur dapa menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentiuknya
yang menarik dan praktis. Agar lembaran brousur tidak terlalu banyak, maka brousur
di desain hanya memuat satu kompetensi dasar saja. Ilustrasi dalam sebuah brousur
akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.
f. leaflet
Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan atau dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet di desain secara cermat
dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta
mudah untuk dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang
dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu/lebih kompetensi dasar.
g. wallchart
wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus atau proses atau
grafik yang bermakna menunjukan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih
menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata
warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori
alat bantu mengajar, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar.
Pernah di desain sebagai bahan ajar, wallchart harus memenuhi kriteria sebgai bahan
kue antara lain meiliki kejelasan tentang kompetensi dasar dan materi pokok yang
harus dikuasai oleh peserta didik, diajarakan untuk berapa lama, dan bagaimana cara
menggunaknnya. Sebgai contoh wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang
antara ular, tikus dan lingkungannya.
h.foto/gambar
16. 12
foto/gamabar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan
foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar
setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan
sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih kompetensi dasar; menurut
weidenment, dalam buku lehernmeet bil medien menggambarkan bahwa melihat
sebuah foto/gambar lebih tinggi makna daripada membaca atau mendengar. Melalui
membaca hanya dapat diingat 10% dari mendengar hanya diingat 20% dan dari
melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang desain secara baik dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik. Bahan jaar ini dalam menngunakannya harus dibantu
dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunkannya dan
atau bahan tes.
Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memilih kriteria sebagai berikut :
1) gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan
informasi/data. Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak
mengandung arti atau tidak ada yang dapat dipelajari.
2) gambar bermakna dan dapat dimengerti,sehingga si pembaca gambar
benar-benar mengerti, tidak salah pengertian
3) lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahananya
diambil dari sumber yang benar, sehingga jangan sampai gambar miskin
informasi yang berakibat penggunaannya tidak belajar apa-apa.
i) Model/maket
model/maket yang di desain secara baik akan memeberikan makana yang
hampir sama dengan benda aslinya. Weidermann mengemukakan bahwa dengan
melihat benda aslinya yang berarti dapat dipegang , maka peserta didik akan lebih
mudah dalam mempelajarinya. Misalnya dalam pelajaran biologi siswa dapat
melihat secara langsung bagian-bagian tubuh manusia melalu sebuahb model.
Biasanya model semacam ini dapat dibuat dengan skkala 1:1 artinya benda yang
dilihat memiliki besar yang sama persis dengan benda aslinya tau dapat juga dengan
skala yang lebih kecil, tergantung pada benda apa yang akan dibuat modelnya. Bahan
ajar semacam ini dapat berdiri sendiri melainkan harus dibantu dengan bahan tertulis
agar memudahkan guru dalam mengajar maupun siswa dalam belajar. Dalam
17. 13
memanfaatkan model/maket sebagai bahan ajar harus menggunakan kompetensi
dasar dalam kurikulum sebagai acuannya.
2. Bahan Ajar Dengar ( Audio )
1) kaset/piringan hitam/compact disk
Sebuah kaset yang direncanakan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah
program yang dapat dipergunakan sebagai bahan ajar. Media kaset dapat menyimpan
suara yang dapat secara dapat berulang-ulang diperdengarkan kepada peserta didik
yang mengggunakannya sebgai bahan ajar.bahan ajar kaset baisanya digunakan
untuk pembelajaran bahasa atau pembelajaraan music. Bahan ajar kaset tidak dapat
sendiri, dalam penggunaanya memerlukan bantuan alat dan bahan lainnya seperti
tape recorder dan lembar sekenario guru.
2) Radio
Radio broadcasting adalah media dengar yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan ajar, dengan radio peserta didik bisa belajar sesuatu. Radio juga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Program radio dapat dirancang sebagai bahan
ajar, misalnya mendengarkan berita siaran langsung suatu kejadian/fakta yang
sedang berlangsung.
a. Bahan Ajar Pandang Dengar ( audio visual )
1) video/film
Seperti halnya wallchart ,video/film juga alat bantu yang didesain sebagai
bahan aja. Program video/film biasanya di sebut sebagai alat bantu pandang
dengar ( audio visual aids/audio visual media ). Umumnya program video telah
dibuat dalam rancangan lengkap , sehingga setiap akhir dari penayangan video siswa
dapat menguasai satu atau atau lebih kompetensi dasar. Baik tidak tidaknya program
tentu saja tergantung pada desain awalnya, mulai analisi kurikulum, penentuan
media, skema yang menunjukan sekuensi ( dikenal dengan sekenario ) disebuah
program video/film, skrip, pengambilan gambar dan proses editingnya. Beberapa
keuntungan yang didapat jika bahan ajar disajikan dalam bentuk video/film, antara
lain :
1) dengan video/film seseorang dapat belajar sendiri .
2) sebagai media pandang dengar video/film menyajikan situasi yang
komunikatif dan dapat diulang-ulang.
18. 14
3) dapat menampilkan sesuatu yang detail dari benda yang bergerak,
kompleks yang sulit dilihat dengan mata.
Kekurangan dari program video adalah proses pembuatannya yang
memerlukan waktu relative lama dan biaya besar. Namun demikian jika diproduksi
oleh organisasi tertentu dan dalam jumlah yang besar, maka harganya akan menjadi
lebih murah apalagi dibandingkan dengan kemanfaatannya. Apalagi film yang
memerlukan proses lebih rumit dibandingkan dengan video. Saat ini film sudah
jarang digunakan bahkan pembuatan film untuk komersial pun sudah sangat
berkurang dibandingkan dengan program video.
2) orang/nara sumber
Orang sebagai sumber belajar dapat dikatakan sebagai bahan ajar yang dapat
dipandang dan didengar, karena dengan orang seseorang dapat belajar misalnya
karena orang tersebut memiliki keterampilan khusus tertentu. Melalui keterampilan-
keterampilan nya seseorang daapat dijadikan bahan ajar, bahkan seseorang guru
dapat dijadikan sebagai bahan ajar. Agar orang dapat dijadikan bahan secara baik,
maka rancangan tertulis diturunkan dari kompetensi dasar harus dibuat. Rancangan
yang baik akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula. Dengan demikian, dalam
menngunakan orang sebgai bahan ajar tidak dapat berdiri sendiri melainkan
dikombinasikan dengan bahan tertulis.
4. Bahan Ajar Interaktif
Bahan ajar interaktif menurut Guidelines for Bibliographic Description of
interactive Multimedia,p.1 dijelaskan sebgai berikut :
Multimedia imteraktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media ( audio,
teks,grafik,gambar,animasi, dan video ) yang oleh penggunaanya dimanipulasi untuk
mengendalikan perintah dan atau perilaku alami dari suatu persentasi. Saat ini sudah
mulai banyak orang memanfaatkan bahan ajar ini, karena di samping menarik juga
memudahkan bagi penggunanya dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Biasanya
bahan ajar multimedia dirancang secara lengkap mulai dari petunjuk penggunaanya
hingga penilaian.
19. 15
SOAL MEDIA PEMBELAJARAN
(TEKNIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR)
1. Apa saja proses transinternalisasi ?
a. Recording dan reserving
b. Responding dan gathering
c. Valuing dan responding
Jawaban : B
2. Bahan Ajar adalah ...
a. Untuk membantu guru/ instructor lebih mudah mengajar
b. Untuk membuat peserta didik mudah memahami pelajaran
c. Segala bentuk yang digunakan untuk membangun guru/ instructor
dalam melakukan belajar mengajar
Jawaban : C
3. Apa saja yang termasuk bahan ajar ?
a. Bahan cetak dan audio visual
b. Bahan ajar dan bahan ajar interaktif
c. Jawaban semua benar
Jawaban : A
4. Apa saja yang mencakup bahan ajar?
a. Informasi
b. Petunjuk
c. Informasi pendukung
Jawaban : C
5. Apa yang termasuk bahan ajar?
a. Kaset/ piringan hitam/ compact disk
b. Vidio/ film
c. Orang atau narasumber
Jwaban : A
6. Apa saja tahap pada teknik Indoktrinasi?
a. Tahap barinwashing, menanamkan fanatisme, penanaman doktrin
b. Tahap pemberian contoh, mengenalkelebihan dan kekurangan, tahap
pengorganisasian
c. Tahap transformasi nilai, transaksi nilai, dan transinternalisasi
Jawaban : A
7. Apa yang dimaksud dengan tahap penanaman doktrin?
20. 16
a. pendidik berkewajiban menanamkan ide-ide baru yang dianggap
benar
b. Pendidik dapat menggunakan pendekatan emosional
c. Pendidik memulai pendidikan nilai dengan jalan merusak nilai yang
sudah mapan dalam diri siswa untuk dikacaukan
Jawaban : B
8. Dibawah ini, mana yang termasuk kedalam bahan ajar cetak?
a. Handout, buku, modul, foto/ gambar
b. Kaset, radio, piringan hitam
c. Compact disk interaktif
Jawaban : A
9. Tahap transaksi nilai, termasuk kepada teknik?
a. Teknik klarifikasi
b. Teknik meramalkan konsekuensi
c. Teknik internalisasi
Jawaban : C
10. Teknik pembelajaran yang berorientasi pada psikomotor adalah ...
a. Drill dan practice
b. Wawasan yang luas
c. Keaktifan moral
Jawaban : A
21. 17
BAB III
KESIMPULAN
Proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang
dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah di rancang dalam rencana pembelajaran.
Prosesnya tersebut adalah menjalankan serangkaian komponen-komponen
pembelajaran dari mulai tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Berbicara pengembangan bahan ajar pada dasarnya hampir sama dengan
penentuan motede atau pun media pembelajaran yang akan digunakan. Tidak ada
bahan pembelajaran yang paling bagus atau paling jelek semuanya adalah berbicara
kesesuaian (oppropiatness), artinya untuk menentukan bahan pembelajaran apa yang
akan digunakan dalam sebuah proses pembelajaran tentu harus mengacu pada
rumusan kompetensi apa yang ingin dicapai, serta metode pembelajaran apa yang
akan digunakan.
22. 18
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Muhaimin Azzet, 2011. Urgensi Pendidikan Karakter Indonesia, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
M. Musfiqon dan Nurdyansyah. N. (2015). Pendekatan Pembelajaran Saintifik.
Sidoarjo: Nizamia learning center.
Majid, Abdul. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2015. Media Pembelajaran. Bandung. Sinar Baru
Algensindo.
Nurdyansyah. N., Eni fariyatul fahyuni, Inovasi Model Pembelajaran Sesuai
Kurikulum 2013 (Sidoarjo: Nizamia learning center, 2016).