kata kerja intasyir adalah kata kerja dengan imbuhan alif atau hamzah di depan dan taa di tengah membuatnya beda makna dari kata kerja dasarnya nasyaro
Khutbah makna qs al jumah ayat 10, fantasyiruu fi l ardli bertebaran di muka bumi
1. ا
ُدﻣَُﺣﻟ
بﱢَر
ِﯾنﻣَﻟﺎَاﻟﻌ
ِيذﱠﻟا
َلَﻌَﺟ
َمَوﯾ
ِﺔَﻣﻌُاﻟﺟ
َدﱢﯾَﺳ
ِﱠﺎمﯾَ ْ
اﻻ
َعََرﺷ َ
و
َِﯾنﻣِﻠُﺳﻣْﻠِﻟ
ِﮫِﯾﻓ
ِﺎﻣِﺗ ِْﺟ ْ
اﻻ
َع
َﺔﻋﻣﺎَاﻟﺟ َ
و
.
وا
ُدﻣَُﺣﻟ
ِيذﱠﻟا
َﻧﺎﻠَﻌَﺟ
َِنﻣ
َِﯾنﻣِﻠُﺳﻣاﻟ
َِﯾنذﱠﻟا
ُمھَﻌَدَْﺳا
ِةََﺎدﮭﱠﺷِﺎﻟﺑ
َمَوﯾ
َﺔﻣَﺎﯾِﻘْﻟا
.
ُدﻣَاﻟﺣ َ
و
ِيذﱠﻟا
ََبھ َ
و
َﻧﺎﻟ
َﺔﱠﯾِﻌْﻣَﺟ
ِﺔَْﺿﮭَﻧ
ِءَﺎﻣَﻠُﻌْﻟا
ًﺔَظِﻋ
َﻰﻟِا
ِﺔَﻘﯾِرَط
ﺎةَﱠﺟﻧاﻟ
.
ُدَﮭَﺷا
َنا
ﱠ
ﻻ
َﮫِٰﻟا
ﱠ
ِﻻا
ُﷲ
ُهَﺣد َ
و
َ
ﻻ
َﯾكَِرﺷ
ُﮫَﻟ
َ
و
ُدَﮭَﺷا
َنﱠا
اًﱠدﻣَُﺣﻣ
ُهُدﺑَﻋ
َ
و
ُﮫُﻟُوﺳَر
ُﮫَﻠَﺳ َْرا
ُهَادُﮭِﺑ
.
ﱠمُﮭّٰﻠاﻟ
ﱢلَﺻ
ﻰٰﻠَﻋ
َﺎﻧِدﱢﯾَﺳ
ٍدﱠﻣَُﺣﻣ
َلَْﺿﻓَا
ِة َ
ﱠﻼﺻاﻟ
ْمﱢﻠَﺳ َ
و
ِﮫَﯾﻠَﻋ
ﱠمَﺗَا
ِِﯾمﻠْﱠﺳﺗاﻟ
ﻰٰﻠَﻋ َ
و
ِﮫِﻟٰا
َْنﻣ َ
و
َكَﻠَﺳ
ُهاَُدھ
ﻰَٰﻟا
ٍمَوﯾ
ُمُوﻘَﺗ
ﺔَﱠﺎﻋﺳاﻟ
ﱠﺎﻣَا
ُدَْﻌﺑ
َﺎﯾَﻓ
َﺎﮭﱠﯾَا
ُﱠﺎسﻧاﻟ
ْمُﻛﯾ ُِوﺻا
َ
و
ﻲِْﺳﻔَﻧ
ى َ
ْوﻘَﺗِﺑ
ِﷲ
َْدﻘَﻓ
ََﺎزﻓ
ُونﻘﱠﺗُﻣْﻟا
َلَﺎﻗ
ُﷲ
ﻰٰﺎﻟََﻌﺗ
ُذُوﻋَأ
َِنﻣ
ِنﺎَْطﯾﱠﺷاﻟ
ِﯾمﺟاﻟرﱠ
:
َﺎﯾ
َﺎﮭﱡﯾَا
َِﯾنذﱠﻟا
ُواﻧَﻣٰا
ُواﻘﱠﺗا
َﷲ
قﱠَﺣ
ِﮫِﺗُﻘﺎﺗ
َ
ﻻ َ
و
ُنﱠﺗُوﻣَﺗ
ﱠ
ِﻻا
َ
و
ْمُﺗْﻧَا
ُونﻣِﻠُْﺳﻣ
َلَﺎﻗ َ
و
ُلُوﺳَر
ِﷲ
ﱠﻰﻠَﺻ
ُﷲ
ِﮫَﯾﻠَﻋ
َمﱠﻠَﺳ َ
و
) :
َ
َﻻأ
ْمُﻛُِرﺑ ُْﺧأ
َْنﻣِﺑ
ُمَر ُْﺣﯾ
َﻰﻠَﻋ
،ﱠﺎرﻧاﻟ
َْنﻣِﺑ َ
و
ُمُر َْﺣﺗ
ُرﱠﺎﻧاﻟ
ِ؟ﮫَﯾﻠَﻋ
ٰ
ﻋَﻠﻰ
ﱢلُﻛ
ٍنﱢﯾَھ
ٍنﱢﯾَﻟ
ٍبﯾَِرﻗ
ٍْلﮭَﺳ
(
ِنَﻋ
ِنْﺑا
ٍدُوﻌَْﺳﻣ
َﻲ ِﺿَر
ُﷲ
ُﮫْﻧَﻋ
َﺎﻣِﯾﻓ
ُها َ
وَر
ِيذُﻣ ْﱡرﺗاﻟ
Pujaan dan pujian, tidak ada satupun terkecuali, semuanya milik Allah.
Shalawat dan salam, tak henti-hentinya, kita mohonkan untuk baginda Muhammad
Rosulullah.
Dan juga bagi para keluarganya, para sahabatnya, serta semua para pengikutnya, yang
istiqomah.
Aamiin yaa robb bal ‘aalamiin
Meningkat ke rukun khutbah ketiga adalah ajakan kepada takwa. Wahai kita semua, marilah
kita rawat taqwaa kita kepada Allah swt. Menjalankan apa yang diperintahkan Allah swt
sesuai dengan kadar kemampuan kita, tapi dengan sebaik-baik di level kadar kemampuan
kita tersebut. Dan menghindari segala apa yang dilarangNya segera, sesegera mungkin,
jangan ditunda-tunda.
Rukun khutbah keempat adalah membaca satu ayat, minimal, dari Alquranul Karim. Ayat
inipun menjadi bahasan pada khutbah ini.
ُذُوﻋَا
َِنﻣ
ِنَﺎطْﯾﱠﺷاﻟ
ِﯾمﺟاﻟرﱠ
ِِﺳمﺑ
ِﷲ
ِن ٰﺣﻣاﻟرﱠ
ِﯾمﺣاﻟرﱠ
َُونﺣِﻠْﻔُﺗ ْمُﻛ
Terjemahan AlQuran Departemen Agama pada ayat tersebut menuliskan:
“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah
dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”.
Ayat di atas memuat 3 kata perintah:
(1) Bertebaranlah di muka bumi, (2) carilah karunia, dan (3) ingatlah Allah banyak-banyak.
Ayat tersebut sepintas menyuruh kita bubar ke luar setelah shalat usai, lalu cari rejeki dan
ingat-ingat akan Allah.
Dari pemahaman yang sepintas ini maka sebagian orang berpikir dan menganjurkan untuk
“bubar setelah shalat, jangan duduk-duduk, untuk dzikir sekalipun”.
Benarkah demikian?
2. Tentu saja pikiran ini bertolak-belakang dengan amalan dan anjuran yang ada dari
Rosululllah saw. Seperti yang diceritakan para sahabat dalam hadits-hadits yang sahih,
seperti:
Cerita Tsauban: Nabi saw melakukan dzikir sesudah shalat, yaitu membaca istighfar dan
allaahumma antas salaam dan seterusnya (dst).
Cerita Mughiroh bn Syu’bah: Nabi saw membaca “laa ilaaha il-lallaahu wachdahuu laa
syariika lahu dst
Cerita Abdullah b Zubair: Nabi membaca: laa-ilaaha il-lallaahu wachdahu... laa chawla wa laa
quwwata il-laa billaaahi, laa ilaaha il-lallahu wa laa na’budu il-laa iy-yaah, lahun ni’mah wa
lahul fadh-l, wa lahuts-tsanaa-ul chasan, laa ilaaha il-laahu mukhlishiina lahu d-diina walaw
karihal kaafiruun
Cerita Sa’ad b Abi Waqqas, cerita Mu’adz b Jabal, cerita Abu Umamah Al bahili, cerita Uqbah
b Amir, cerita kaum faqir dari Muhajirin, cerita seorang sahabat Anshor, cerita Abu
Huroiroh.
Semua sahabat itu bercerita bahwa Nabi saw melakukan dan juga memberi saran kepada
sahabat membaca bacaan setelah usai shalat, bukan pergi bubar.
Apalagi cerita dari Ibnu Abbas, bahwa untuk mengetahui apakah mereka masih berdzikir di
masjid atau sudah selesai, diketahui dari suara dzikir mereka yang terdengar sampai keluar.
Ada 11 orang sahabat atau lebih yang menceritakan perihal amalan dzikir sesudah shalat.
Jumlah ini menunjukkan bahwa amalan dzikir sesudah shalat adalah berita yang mutawatir.
Yaitu berita yang tidak boleh diragukan kebenarannya.
Jadi apa makna ada perintah tetapi ada perbuatan yang tidak selaras dengan perintah?
Ini menunjukkan bahwa perintah di ayat tsb bukan perintah wajib, melainkan izin, atau
dispensasi, rukhsah istilah fiqihnya.
Izin perihal apa? Karena berita dari banyak sahabat menunjuk bahwa perbuatan dzikir
sesudah shalat itu perbuatan yang konsisten dilakukan, maka izin di situ bukan izin
menunjuk kepada perbuatan yang sesudah shalat, melainkan izin untuk berbuat sesudah
shalat.
Apa maksudnya? Berbuat sesudah shalat itu diizinkan, tidak lagi diharamkan. Sedangkan
berbuat selama masih dalam shalat dengan perbuatan yang bukan dari perbuatan shalat itu
dilarang, karena itu membatalkan shalat.
Setelah paham dengan maksud di atas, mari kita periksa maksud dari ayat tersebut dari
aspek ilmu kaji bahasa, agar menjadi jelas, mengapa perbuatan Nabi saw kok sepertinya
tidak selaras dengan terjemah dari ayat QS 62 AlJum’ah ayat 10?
Pertama kata perintah: “bertebaranlah kamu di muka bumi”
Catat, tidak dikatakan “bertebaranlah kamu KE muka bumi”, bukan digunakan kata depan
KE. Artinya, tidak disuruh ke luar dari tempat semula. Kalau tidak disuruh ke luar dari
tempat semula, lalu apa arti bertebaranlah ini? kalau tidak disuruh beranjak, lalu apa arti
bubar ini?
Untuk memahami maksud dari kata bertebaran ini harus kembali kepada kata yang aseli
dalam bahasa Arabnya, yaitu intasyiruu.
Intasyiruu adalah kata perintah kepada orang banyak yang diperintahnya, yaitu kamu
sekalian. Jika orang yang dikenai perintah itu tunggal, maka berbunyi intasyir.
3. Intasyir ini kata perintah, dari bentuk kata kerja lampau intasyara. Dari kata ini, istilah dalam
bidang biologi yang berarti ereksi juga diambil, yaitu intisyaar.
Intasyara ini adalah kata kerja dengan mendapat dua imbuhan, yaitu hamzah atau alif di
depan, dan ta di dalam. Kedua huruf imbuhan ini ditambahkan kepada kata kerja asal na-
sya-ro. Sebelum na diimbuhkan in, dan setelah na diimbuhkan ta, sehingga berbunyi in-ta-
sya-ro.
Na-sya-ro artinya menebarkan, menyebarkan, membubarkan, mengembangkan,
menyiarkan.
Pemberian imbuhan hamzah dan ta pada kata dasar na sya ro tentu untuk memberi makna
baru, dari makna dasarnya. Makna baru apa itu? Makna mu-tho-wa-‘ah. Apa itu? Kata kerja
sebagai hasil dari pekerjaan sebelumnya. Kata kerja yang menyatakan kegiatan sebagai
akibat dari pekerjaan sebelumnya.
Contoh: Orang menyerakkan kertas maka kertas itu berserakan.
Kata kerja berserakan adalah tentang peristiwa, kejadian atau keadaan akibat atau sesudah
kata kerja menyerakkan terjadi.
Perhatikan contoh kalimat berikut:
Kertas-kertas sudah selesai digunakan maka kertas-kertas itu berserakan.
Apa maksud berserakan? Bagi orang yang bekerja di bidang administrasi, tentu saja
berserakan ini berarti tidak perlu lagi dikemas dalam file yang khusus. Tidak lagi menjadi file
yang dijaga seperti menjaganya ketika file itu masih menjadi dokumen utama.
Sekarang buat kata kerja yang kedua dari kalimat di atas kepada kata kerja perintah:
Kertas-kertas jika sudah selesai digunakan maka biarlah berserakan
Atau: buatlah berserakan.
Atau: berserakanlah mereka semua.
Arti kalimat perintah ini tidak berarti suruhan membuat kertas kocar-kacir berserakan tidak
tertata. Melainkan berarti bahwa kertas ini tidak lagi ditempatkan pada tempat perawatan
dokumen yang sebelumnya. Jadi selanjutnya bagaimana? Ya tergantung sistem di kantor itu.
Ada yang langsung membakar. Ada yang dijual ke tukang barang bekas. Ada yang
membiarkan diambil oleh orang-orang.
Yang jelas, bukan berarti diserak-serak di atas meja.
Tidak berarti dibuat bertebaran di atas lantai.
Inilah arti dari kalimat “bertebaranlah kalian di muka bumi”
Bukan perintah bahwa setiap orang sesudah shalat disuruh bubar semau-mau, tanpa tujuan
yang tidak jelas.
Alquran tidak pernah mengajarkan perbuatan yang sia-sia. Alquran selalu menyuruh kita
melakukan amal baik, amal shaleh.
Jadi maksud dari perintah dalam ayat adalah, bahwa setiap orang yang selesai dari shalat
maka bolehlah ia melakukan amal-amal shaleh yang lain, yaitu amalan di luar shalat.
Sekarang meninjau kalimat yang kedua: “Carilah karunia Allah”
Kata “carilah” ini perlu diberi catatan, bagaimana kata aseli yang diberi terjemahan
“carilah”?
4. Wa-btaghuu. Wa dan ibtaghuu. Wa “dan” , ibtaghuu “carilah”. Kata “carilah” diterjemahkan
dari “ibtaghuu”. Begitukah maksud dari kata ini? Jawabnya: tidak mesti begitu. Mungkin ada
maksud yang lain. Mengapa begitu?
Dalam ayat yang lain :
Misal QS 28 Alqashash 77: (wa laa tabghi l fasaada fi l ardli)
اﻷرض ﻓﻲ اﻟﻔﺳﺎد ﺗﺑﻎ وﻻ
Artinya: “Dan janganlah kamu berharap, mengupayakan atau mencari kerusakan di muka
bumi”
Dan lagi ahli tafsir, yang bernama Ibnu Ktasir, di ayat yang lain yaitu َُونﻐْﺑَﯾ ِﺔﱠﯾِﻠِھﺎَْﺟﻟا َمْﻛُﺣَﻓَأ (afa
chukmal jaahiliyyati yabghuun), beliau memaksudkannya dengan
“Apakah kepada hukum jahiliah mereka berharap atau menginginkan?”
Artinya terjemah berharap, menginginkan, dan mencari dapat diberikan kepada kata
baghoo-yabghii. Padahal di QS AlJumah 10, kata perintahnya dari bentuk ibtaghoo-
yabtaghii, bukan baghoo-yabghii.
Baghoo yabghii adalah kata asal dari ibtaghoo-yabtaghii. Kata ini sama dengan kata
intasyaro yantasyiru. Yaitu mengimbuhkan hamzah dan taa kepada kata dasar untuk makna
mu-tho-wa-‘ah. Yaitu kata kerja sebagai hasil atau akibat dari pekerjaan sebelumnya.
Maka kalimat wabtaghuu min fadl-lillaah, dapat dimaksudkan:
Sebelum ini kita shalat, maka “Pastikanlah ada dari karunia Allah” sesudah shalat itu.
Sudahkah kita berusaha perbuatan shalat kita itu menjadi jaminan akan diberi karunia dari
Allah sesudah itu? Maka pastikanlah itu terjadi!!!
Jadi terjemahan yang beredar di kalangan kita selama ini, yang menyatakan bahwa shalat
dan kegiatan sesudah shalat itu tidak ada kait-mengait dengan shalat, bukanlah satu-
satunya terjemahan yang baku. Malahan, terjemahan tersebut berbau sekuler, yaitu
semangat yang memisahkan dunia dari agama, yang memisahkan shalat dari banyak
kegiatan kita di luar shalat.
Pembahasan di sini justeru menjelaskan makna bahwa kita harus memastikan bahwa shalat
kita memberi jaminan kepada kita akan dapat anugerah sesudahnya nanti. Jadi shalat kita
tadi itu semestinya berkaitan dengan ketercapaian cita-cita kita pada apa yang kita perbuat
sesudah shalat.
Hal ini relevan dan sejalan dengan pernyataan di ayat lain yang maksudnya: Jadikanlah sabar
dan shalat itu sebagai penolong.
ُواﻧِﯾﻌَﺗْاﺳ َ
و
ِْرﺑﱠﺻِﺎﻟﺑ
ة َ
ﱠﻼﺻاﻟ َ
و
Berikutnya, mari kita periksa kalimat yang ketiga; “Dan ingat-ingatlah Allah dengan banyak”.
Dari tiga kata kerja perintah, hanya satu ini yang berupa kata kerja dasar tanpa diberi
imbuhan. Dan hanya kata kerja ini yang menyuruh kita melakukan pekerjaan lagi setelah kita
selesai dari mengerjakan shalat.
Sedangkan dua kata kerja perintah sebelum ini tidak meminta kita melakukan pekerjaan
apapun yang berbeda dari pekerjaan sebelumnya. Melainkan hanya menyuruh untuk
5. memastikan bahwa kita tidak lagi dalam shalat, dan menyuruh memastikan ada buah dari
karunia Allah sesudah shalatnya.
Hadirin sekalian, marilah kita berhati-hati berbicara atau mengambil pembicaraan dengan
tanpa ilmu. Siapapun yang berbicara tanpa ilmu, pembicaraannya adalah hoax.
Jangan sampai ayat Alquran digunakan untuk mencegah diri kita dari perbuatan sia-sia
sesudah shalat.
Jangan sampai ayat Alquran digunakan sebagai alasan kita tidak melakukan dzikir sesudah
shalat.
Ayat QS 62 AlJum’ah 10 itu menyuruh kita untuk melakukan amal shaleh jika sudah terlepas
dari shalat. Di antara amal saleh itu adalah berdzikir. Menuntut ilmu. Berdagang demi
menafkahi keluarga. Bersilaturahmi. Menolong orang yang memerlukan pertolongan.
Tetapi jika sesudah shalat itu lari demi mengurusi hal-hal yang tidak berpahala, apalagi
berdosa, tentu saja jangan pernah gunakan ayat suci Alquran sebagai alasan. Alquran tidak
pernah mengajarkan hal-hal yang sia-sia.
Wahai kita-kita yang menggunakan ayat ini untuk melarang orang berdzikir, bertaubatlah
kepada Allah dari berkata-kata dengan tanpa ilmu dan pergilah menuntut ilmu kepada
orang yang memiliki ilmu.
Rosulullah saw justeru menyuruh orang melalukan dzikir setelah shalat.
Wahai kaum pemuda dan remaja, tetap dan duduklah setiap selesai shalat, barang 5 atau 10
menit, untuk melatih diri menanamkan kerinduan dalam diri kepada Allah.
Tunjukkan pada diri kita bahwa kita ada kerinduan kepada Allah, Tuhan sang maha pengasih
lagi penyayang.
Jika belum bisa berdzikir, maka gunakan prosesi dzikir oleh imam yang mengeraskan bacaan
itu sebagai alat belajar bagi kita.
Siapa yang menyempatkan duduk sebentar untuk belajar membetahkan diri bermunajat
kepada Allah dan belajar melafalkan kalimat-kalimat dzikir, tentu saja, ini adalah di antara
cara memastikan kita akan karunia Allah diberikan kepada kita. Ini juga di antara cermin
dari mengamalkan perintah: wabtaghuu min fadl-lillaah. Dan ini adalah pelaksanaan
langsung dari perintah wa-dz-kurullah katsiiron.
Walaahu a’lam
Semoga akhir hayat kita adalah chusnul khotimah.
َﺎﻧَﻘﱠﻓ َ
و
ُﷲ
ﻰِٰﻟا
َﺎﻣ
ِﮫِﯾﻓ
ُهﺎَﺿ ِر
َ
و
ﱠﺎﻧَﻋَا
َﺎﻣِﺑ
ِﮫِﯾﻓ
ُهاَُدھ
َﺎﻔَﻋ َ
و
َﺎﻧْﯾَﻠَﻋ
َ
و
َكََﺎرﺑ
َﺎﻧَﻟ
َ
و
ِِرﺋَﺎﺳِﻟ
َِﯾنﻣِﻠُْﺳﻣْﻟا
َﺎﻣِﺑ
ِﮫِﯾﻓ
َِنﻣ
ِتَﺎﯾٰ ْ
اﻻ
َ
و
ِرِْﻛذاﻟ
ِﯾمﻛَْﺣﻟا
ُﮫّﻧِا
َ
ُوھ
ُدا ﱠ
وَْﺟﻟا
ُمِﯾﺣاﻟرﱠ
Khutbah Kedua
ُﺪَﮭْﺷَاَو .ُهاَْﻮﻘَﺗَو ِﮫِﺗَدَﺎﺒِﻋ ِْﻲﻓ ِتَﺎﺒِﺟاَْﻮﻟِﺎﺑ
ﱠﻢُﮭاﻟﻠ .ُﮫُﻟُْﻮﺳَرَو ُهُﺪْﺒَﻋ ًاﺪﱠﻤَﺤُﻣ َﺎﻧَﺪﱢﯿَﺳ َنﱠا ُﺪَﮭْﺷَاَو ُﮫَﻟ َْﻚﯾِﺮَﺷ َﻻ ُهَﺪْﺣَو ُﷲ ﱠﻻِا َﮫَﻟِا َﻻ َْنا
َﻰﻠَﻋ ِْكرَﺎﺑَو ْﻢﱢﻠَﺳَو َﻞﱢﺻ
َاَو ِﮫِﻟَا َﻰﻠَﻋَو ٍﺪﱠﻤَُﺤﻣ َﺎﻧِﺪﱢﯿَﺳ
ُﺪْﻌَﺑ ﱠﺎﻣَا.ًاﺮْﯿِﺜﻛ ًﺎﻤْﯿِﻠْﺴَﺗ ْﻢﱢﻠَﺳَو ِﮫِﺑﺎَﺤْﺻ
َﺎِﻧﺪﱢﯿَﺳ ِآل َﻰﻠَﻋَو ٍﺪﱠﻤَُﺤﻣ َﺎﻧِﺪﱢﯿَﺳ َﻰﻠَﻋ ﻞﱢَﺻ ﱠﻢُﮭاﻟﻠ .َُﻮنﻤِﻠْﺴﱡﻣ ُﻢﺘَﻧأَو ﱠ
ِﻻإ ُﻦﱠﺗُﻮﻤَﺗ َ
ﻻَۦو
ُﮭَﻌَﻣ ﱠﺎﻨَﻋ َضْارَو ٍﺪﱠﻤَُﺤﻣ
.َْﻦﯿِﻤِﱠاﺣﺮاﻟ َﻢَﺣَْرا َﺎﯾ َِﻚﺘَﻤِْﺮَﺣﺑ ْﻢ
ِإ ِتاَْﻮﻣَﻻْاَو ْﻢُﮭْﻨِﻣ ُءﯿﺂَْﺣﻻَا ِتَﺎﻤِﻠْﺴُﻤْﻟاَو َْﻦﯿِﻤِﻠْﺴُﻤْﻟاَو ِتَﺎﻨِﻣُْﺆﻤْﻟاَو َْﻦﯿِﻨِﻣُْﺆﻤْﻠِﻟ ِْﺮﻔْﻏا ﱠﻢُﮭَﻟﻠا
ٌْﺐﯿُِﺠﻣ ٌْﺐﯾِﺮَﻗ ٌﻊْﯿِﻤَﺳ َﻚﱠﻧ
. ْاتََﻮﻋﱠﺪاﻟ
َو َءَﻼَﺒْﻟا ﱠﺎﻨَﻋ ْﻊَﻓْدا ﱠﻢُﮭاﻟﻠ
َﺎﻧِﺪَﻠَﺑ َْﻦﻋ ََﻦﻄَﺑ َﺎﻣَو َﺎﮭْﻨِﻣ ََﺮﮭَظ َﺎﻣ ِﺔَﻨْﺘِﻔْﻟا َءُْﻮﺳَو َﻦَِﺤﻤْﻟاَو َِلزَﻻﱠﺰاﻟَو َءَﺎﺑَْﻟﻮا