2. Dalil 1 (Al Quran)
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka
(sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan bersama-
sama, maka hendaklah segolongan dari mereka
berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata,
kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu)
sujud (telah menyempurnakan rakaat), maka
hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk
menghadapi musuh) dan hendaklah datang
segolongan yang kedua yang belum sholat, lalu
sholatlah mereka denganmu….” (QS. An-Nisa: 102).
3. Dalil 2 (Al Quran)
“Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil
untuk bersujud, maka mereka tidak kuasa, (dalam
keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi
mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka
dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud dan mereka
dalam keadaan sejahtera. ” (QS. Al-Qalam: 42-43)
4. Dalil 3 (Al Quran)
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
ruku’lah beserta orang-orang yang ruku” (QS. Al-
Baqarah: 43)
5. Dalil 4 (Hadist)
Yang ditetapkan di dalam kitab Shahihain – dengan lafadz Bukhari –
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Demi
Dzat yang mana jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya aku
sangat ingin memerintahkan (orang-orang) untuk mengumpulkan
kayu bakar lalu dinyalakan, kemudian aku memerintahkan shalat
sehingga dikumandangkanlah adzan untuk itu, lalu aku
memerintahkan seseorang laki-laki untuk mengimami mereka,
sementara aku mencari orang-orang (yang tidak mengikuti shalat
berjama’ah) dan aku bakar rumah mereka. Demi Dzat yang mana
jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya seseorang di antara mereka
mengetahui bahwa ia akan mendapatkan potongan daging yang gemuk
atau dua binatang buruan yang baik, niscaya ia akan mengikuti
jama’ah shalat Isya.” (HR. Shahih Bukhari dalam “Adzan” 744, Muslim
dalam “Al-Masajid” 751, dan ‘Arq = tulang dan daging, atau memotong
daging, sedang “marmatami” mempunyai pengertian antaranya: yang
ada di antara dua kuku kambing yang dibuang atau selainnya).
6. Dalil 4 (Hadist)
”Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang
munafiq adalah shalat isya (berjama’ah) dan shalat subuh
(berjama’ah), seandainya merek mengetahui (hikmah) yang
ada dalam keduanya niscaya mereka akan mendatanginya
meskipun dengan merangkak. Sungguh, aku ingin
memerintahkan (orang-orang) untuk melaksanakan shalat
sehingga shalat itu didirikan, kemudian aku memerintahkan
seseorang untuk mengimami mereka, kemudian aku
berangkat bersama beberapa orang yang membawa ikatan
kayu bakar (yang menyala) menuju kepada orang-orang yang
tidak mengikuti shalat (berjama’ah), lalu aku membakar
rumah mereka dengan api itu.” (Kedua Imam, Muslim dan
Bukhari, sepakat atas keshahihan hadits ini, dan lafadz dari
Muslim. Dari hadits yang sama pendapat keduanya dan
Bukhari berpendapat seperti itu, 657).
7. Dalil 4 (Hadist)
Dari Imam Ahmad dari Nabi Muhammad saw, “Kalau
di rumah itu tidak ada wanita dan anak-anak, aku
melaksanakan shalat isya, dan aku perintahkan para
pemuda untuk membakar apa yang ada di dalam
rumah itu. ” (HR. Musnad Imam Ahmad, 2/367).
8. Dalil 5 (Hadist)
Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitab
“Shahih”-nya: Bahwa seorang laki-laki buta berkata,
“Wahai Rasulullah, aku tidak memilki
seorangpun yang dapat menuntunku ke masjid. Lalu
ia meminta Rasulullah saw untuk memberikan
keringanan baginya. Ketika ia berpaling, dipanggilnya
ia oleh Rasulullah saw dan berkata, “Apakah engkau
mendengar adzan?” Ia berkata, “Ya.” Rasulullah saw
menjawab, “Penuhilah (datanglah untuk
shalat)”. Orang ini adalah Ibnu Ummi Maktum dan
ada perbedaan pendapat mengenai namanya, kadang
disebut Abdullah dan kadang disebut Amru.
9. Dalil 5 (Hadist)
Dalam “Musnad” Imam Ahmad, dan “Sunan” Abu
Dawud dari Amru bin Ummi Maktum berkata, “Aku
berkata wahai Rasulullah aku orang lemah yang jauh
dari masjid dan aku punya pemimpin tapi tidak
melindungiku, apakah ada keringanan buatku untuk
shalat di rumahku?” Rasulullah saw bersabda,
“Apakah engkau mendengar adzan?” Ia berkata, “Ya.”
Rasulullah saw berkata lagi, “Tidak ada keringanan
bagimu”.
10. Dalil 6 (Hadist)
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Abu
Hatim dan Ibnu Hibban dalam hadits shahihnya dari
Abbas berkata, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa
mendengar adzan dan tidak ada udzur apapun yang
menghalanginya dari keikutsertaannya.” Mereka
berkata, “Udzur apa?” Nabi saw bersabda, “Ketakutan
atau sakit, maka shalat yang sudah dilaksanakannya
tidak akan diterima.”
11. Dalil 7 (Hadist)
Apa yang diriwayatkan Muslim dalam Kitab Shahihnya dari Abdullah bin
Mas’ud r.a. ia berkata, “Barang siapa yang merasa senang untuk dipertemukan
pada hari kiamat dalam keadaan muslim, maka hendaknya menjaga shalat
lima waktu yang selalu diserukan (di-adzan-i), karena shalat-shalat itu
termasuk jalan-jalan petunjuk, dan sesungguhnya kalau engkau shalat di
rumah-rumah kalian seperti halnya yang dilakukan oleh orang-orang yang
tidak mau berjama’ah berarti engkau meninggalkan sunnah Nabi kalian, kalau
engkau meninggakan sunnah Nabi berarti engkau sesat. Seseorang yang
bersuci kemudian memperbaiki kesuciannya, kemudian menuju masjid dari
masjid-masjid yang ada, tiada lain baginya kecuali Allah akan menulis setiap
langkahnya dengan kebaikan dan derajatnya ditingkatkan, dan dilihangkan
darinya kejelekan. Dan engkau telah menyaksikan orang-orang yang tidak
suka berjama’ah adalah orang yang munafik yang nyata kemunafikannya. Dan
tidaklah seseorang telah didatangi dan diberi petujunjuk di antara dua orang
sehingga ia berdiri di shaf (dalam shalat berjama’ah). ” [Muslim dalam Al-
Masajid dan Mawadi Al Shalah 654].
12. Dalil 7 (Hadist)
Dalam lafadz: “Sesungguhnya Rasulullah mengajari
kita jalan untuk mencapai hidayah, dan
sesungguhnya salah satu jalan itu adalah shalat di
masjid yang di dalamnya dikumandangkan adzan.”
[Hadits ini diriwayatkan oleh riwayat Muslim
sebagaimana dikemukakan sebelumnya].
13. Dalil 8 (Hadist)
Apa yang diriwayatkn Muslim dalam Kitab
Shahihnya dari Abi Sa’id Al Khudzry, ia berkata,
Rasulullah saw bersabda, “Jika mereka bertiga, maka
hendaknya salah seorang di antara mereka menjadi
imam, dan yang pling berhak menjadi imam adalah
orang yang paling baik bacaannya.” [Muslim dalam
Al-Masajid wa Mawadli 627].
14. Dalil 9 (Hadist)
Bahwa Rasulullah menyuruh seseorang yang shalat
sendirian di belakang shaf untuk mengulangi
shalatnya. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan para
ahli sunnah, Abu Hatim ibnu Hibban dalam hadits
shahihnya dan diperbaiki At-Tirmidzi. [Ahmad 2/228,
Abu Dawud 682, Turmudzi 230 dan 231, dan
dihasankan, Ibnu Majah1004, dan Ibnu Hibban 2198
dan 2199, semuanya dalam masalah shalat].
15. Dalil 9 (Hadist)
Dari Ali bin Syaiban berkata, “Kami keluar hingga menghadap
Rasululllah saw dan kami mengucapkan sumpah setia kami kepada
beliau lalu kami shalat di belakang beliau.” Ia berkata, “Kemudian kami
shalat di belakangnya shalat yang lain lalu beliau mengqadha shalat,
kemudian beliau lihat seseorang shalat sendirian di belakang shaf,
kemudia ia berhenti mendekatinya sampai ia menghadapinya
kemudian berkata, “Ulangi shalatmu, tidak shalat bagi seseorang yang
shalat di belakang shaf”.” Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibnu
Hibban dan pada Riwayat Imama Ahmad diriwayatkan, “Saya shalat di
belakang Rasulullah saw, kemudian Rasulullah saw melihat seorang
shalat sendirian di belakang shaf, maka beliau berhenti sehingga
menemuinya dan bekata kepadanya, “Ulangi shalatmu, karena tidak
ada shalat bagi orang yang shalat sendirian di belakang shaf.” [Ahmad
4/23, Ibnu Hibban 1003, dalam Az-Zawaid disebutkan, sanadnya shahih
dan rawi-rawinya dapat dipercaya, serta dibenarkan pula oleh Ibnu
Khuzaimah 1569]. Ibnu Mundzir berkata, “Hadits ini ditetapkan oleh
Ahmad dan Ishak.
16. Dalil 10 (Hadist)
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam
kitab sunannya,dan Imam Ahmad dalam kitab
Musnadnya, dari haditsnya Abi Darda, dia berkata,
“Rasulullah saw bersabda, “Tiada terdapat tiga orang
berkumpul di kampung yang tidak dikumandangkan
adzan dan tidak didirikan shalat berjama’ah,
melainkan mereka telah dijajah oleh Syaithan, maka
kerjakanlah olehmu shalat berjama’ah, karena
serigala itu hanya dapat menerkam binatang
(kambing) yang terpisah jauh dari kawan-
kawannya.” (Abu Dawud “Bab Shalat” 574, Imam
Ahmad 5/196, dan An-Nasa’i “Bab Imamah” 2/106-
107).
17. Dalil 11 (Hadist)
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan beliau
menganggap hadits ini shahih, dari haditsnya Abi
Sya’tsail Maharibi, dia berkata, “Kami duduk di masjid,
kemudian seorang muadzin mengumandangkan adzan.
Seorang laki-laki berdiri dan berjalan keluar dari masjid,
kemudian pandangan Abu Hurairah mengikutinya
sampai orang tersebut keluar dari masjid. Abu Hurairah
berkata, “Orang itu benar-benar telah berdosa kepada
Abal Qasim (Rasulullah saw).” Dalam satu riwayat
dikatakan, “Saya mendengar Abu Hurairah berkata ketika
dia melihat seseorang yang dengan tergesa-gesa keluar
dari masjid setelah dikumandangkan adzan: “Orang itu
benar-benar telah berdosa kepada Abal Qasim
(Rasulullah saw).
18. Dalil 12 (Ijma' Para Sahabat r.a)
Imam Ahmad berkata, Waki’ telah menceritakan
kepada kami, Sulaiman bin Al-Mughirah telah
menceritakan kepada kami, dari Abu Mus Al-Hilali,
dari Ibnu Mas’ud, dia berkata, “Barangsiapa yang
mendengar panggilan shalat (adzan), kemudian dia
tidak memenuhi pangilan tersebut itu tanpa alasan
syar’i, maka tidak ada shalat baginya.” (Ibnu Hazm,
dalam “Al-Mahali” 4/195).
19. Dalil 12 (Ijma' Para Sahabat r.a)
Imam Ahmad berkata, Waki’ telah menceritakan
kepada kami, Mas’ar telah menceritakan kepada
kami, dari Abi Al-Hushain, dari Ai Burdah, dari Abi
Musa Al-Asy’ari, dia berkata, “Barangsiapa yang
mendengar panggilan shalat (adzan), kemudian dia
tidak memenuhi panggilan tersebut, maka tidak ada
shalat baginya”.(Hadits riwayat Al-Hakim 1/246, dia
telah menshahihkan hadits ini, Imam Adz-Dzahabi
dan Imam Baihaqi telah menyepakatinya sebagai
hadits marfu’ (sanadnya sampai kepada Nabi saw)
dan mauquf(sanadnya sampai kepada sahabat) 3/174
dan lihat kitab “Majmu’uz Zawaid” 2/32).
20. Dalil 12 (Ijma' Para Sahabat r.a)
Imam Ahmad berkata, Waki’ telah menceritakan
kepada kami dari Sufyan dari Abi Hayan at-Taimi dari
bapaknya dari Ali r.a, dia berkata, “Tidak ada shalat
bagi orang yang bertetangga dengan masjid, kecuali
di masjid“. Dikatakan, “Siapakah yang dimaksud
dengan orang yang bertetangga dengan masjid itu?”
Ali menjawab, “Orang yang mendengar panggilan
shalat (adzan)”. (Hadits Riwayat Abdur Razzaq 1/497,
Baihaqi 3/57 dan 174, dan Al-Hafizh telah
mendha’ifkan hadits tersebut dalam kitab “Takhlishul
Habir” 2/32).
21. Dalil 12 (Ijma' Para Sahabat r.a)
Sa’id bin Manshur berkata, Hasyim telah
menceritakan kepada kami, Manshur telah
mengabarkan kepada kami dari Hasan bin Ali, dia
berkata, “Barangsiapa yang mendengar panggilan
shalat (adzan), kemudian dia tidak mendatanginya,
maka shalatnya tidak akan melewati kepalanya (tidak
akan diterima), kecuali bagi orang yang mempunyai
alasan syar’i.”
22. Dalil 12 (Ijma' Para Sahabat r.a)
Abdur Razzaq berkata, dari Anas, dari Abi Ishaq, dari
Harits, dari Ali, dia berkata, “Barangsiapa yang
mendengar panggilan shalat (adzan), dan dia
termasuk orang yang bertetangga dengan masjid
serta dalam keadaan sehat, tidak ada alasan syar’i,
maka tidak ada shalat baginya (kecuali di
masjid).” (Abdur Razzaq 11/498, Ad-Daaruquthni
1/420 dan Al-Baihaqi 3/57).
23. Dalil 12 (Ijma' Para Sahabat r.a)
Waki’ berkata, Dari Abdir Rahman bin Hushain, dari
Abi Najih Al Maki, dari Abi Hurairah, dia berkata,
“Dua telinga keturunan Adam yang dimasuki peluru
yang menyakitkan lebih baik daripada orang yang
mendengar panggilan adzan kemudian dia tidak
memenuhi panggilan tersebut.” (Al-Mahali 4/195).
24. Dalil 12 (Ijma' Para Sahabat r.a)
Imam Ahmad berkata, Waki’ telah menceritakan
kepada kami dari Sufyan dari Manshur dari ‘Adi bin
Tsabit dari ‘Aisyah Ummil Mu’minin r.a. dia berkata,
“Barangsiapa yang mendengar panggilan shalat
(adzan) kemudian dia tidak memenuhi panggilan
tersebut tanpa adanya alasan syar’i, maka dia tidak
menemukan kebaikan dan dia tidak termasuk orang
yang menghendaki kebaikan tersebut”. (Abdur
Razzaq 1/498, dan Al-Baihaqi 3/57).
25. Dalil 12 (Ijma' Para Sahabat r.a)
Waki’ berkata, Syu’bah telah menceritakan kepada
kami, dari ‘Adi bin Tsabit, dari Sa’id bin Jabir, dari
Ibnu Abbas, dia berkata, “Barangsiapa yang
mendengar panggilan shalat (adzan), kemudian dia
tidak memenuhi panggilan tersebut tanpa adanya
alasan syar’i, maka tidak ada shalat baginya.” (Ibnu
Majah 793, Ibnu Hibban 2064, Ad-Daruquthni 1/420,
dan Al-Baihaqi 3/57).
26. Penjelasan Detail
Penjelasan detail mengenai 12 dalil ini oleh Ibnul
Qoyyim telah disalin dari buku Al Jauziyah, Ibnul
Qoyyim. Kitabush-shalah wa hukmu tarikiha,
Terjemahan Bahasa Indonesia: Rahasia dibalik Shalat.
Hal: 119-150. Jakarta: Pustaka Azzam, Cetakan
Kesembilan Agustus 2005.
Silahkan kunjungi salinan tersebut di
http://rezakahar.wordpress.com/kumpulan-hadist/bab-sh