SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
D R . N U R H I D A Y A T I , M . P D
TADABBUR SURAT AL MAUN
SURAT AL MAUN

‫الرحيم‬ ‫الرحمن‬ ‫هللا‬ ‫بسم‬

ِ‫ين‬ِ‫الد‬ِ‫ب‬ ُ‫ب‬ِ‫ذ‬َ‫ك‬ُ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ َ‫ْت‬‫ي‬َ‫أ‬َ‫ر‬َ‫أ‬

َ‫يم‬ِ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ال‬ ُّ‫ع‬ُ‫د‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬ََٰ‫ذ‬َ‫ف‬

ِ‫ين‬ِ‫ك‬ْ‫س‬ِ‫م‬ْ‫ال‬ ِ‫ام‬َ‫ع‬َ‫ط‬ َٰ
‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُّ‫ض‬ُ‫ح‬َ‫ي‬ َ
‫َل‬ َ‫و‬

َ‫ين‬ِ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ٌ‫ل‬ْ‫ي‬ َ‫و‬َ‫ف‬

َ‫ون‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫س‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َ
‫َل‬َ‫ص‬ ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬

َ‫ون‬ُ‫ء‬‫ا‬َ‫ر‬ُ‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬

َ‫ون‬ُ‫ع‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ون‬ُ‫ع‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ي‬ َ‫و‬
 Surat Al-Ma’un adalah surat ke 107 dari Al-Qur’an
yang terdiri dari 7 ayat;
 menurut jumhur ulama ia tergolong surat
Makkiyah—sedangkan menurut Ibnu Abbas dan
Qatadah ia adalah surat Madaniyyah—turun sesudah
surat at-Takatsur.
 Sebagian ulama berpendapat bahwa bagian awal
surat ini (ayat 1-3) menyinggung Al-‘Ash bin Wail
(kafir Quraisy) dan bagian akhir surat ini (ayat 4-7)
menyinggung Abdullah bin Ubay (orang munafiq).
 Surat ini dinamai pula surat ad-din, surat at-
Takdzib, surat al-Yatim, surat Ara’aita, dan surat
Ara’aita al-ladzi.
 Al-Thabari menyebutnya surat Ara’aita. Al-
Qurthubi, Ibnu Katsir, dan Sayyid Quthub,
menyebutnya Al-Ma‘un.
 Sedangkan Asy-Syaukani menyebutnya dengan
surat Al-Yatim.
Ayat 1:
 ِ‫ين‬ِ‫الد‬ِ‫ب‬ ُ‫ب‬ِ‫َذ‬‫ك‬ُ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫أ‬َ‫ر‬َ‫أ‬
 “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?”
 As-Syaukani berpendapat, pertanyaan di ayat ini adalah
untuk menunjukkan rasa heran atas sikap orang yang
mendustakan ad-din. Sedangkan ara’aita yang akar
katanya adalah ru’yah mempunyai arti ma’rifah (tahu).
 Berkenaan dengan ayat ini, At-Thabari mengatakan
bahwa yang dimaksud adalah, “Tahukah kamu
Muhammad orang yang mendustakan pahala dan siksa
Allah, sehingga tidak mematuhi perintah dan menjauhi
larangannya?”
 At-Thabari memaknai yukadzibu bid-din dengan
mendustai pahala Allah, hukuman Allah, tidak taat
terhadap perintah dan dan tidak meninggalkan
larangan-Nya. Sebuah riwayat dari Ibnu Abbas yang
disitir oleh At-Thabari mengungkapkan bahwa
yukazzibu bi al-din berarti yukazzibu bihukmillahi,
yang berarti mendustakan hukum Allah Ta’ala.
Riwayat dari Ibnu Juraij yang dikutipnya juga
menyatakan bahwa ad-din di dalam ayat ini berarti
hari perhitungan.
 Mereka selalu mengatakan,
 َ‫ون‬ُ‫ث‬‫و‬ُ‫ع‬ْ‫ب‬َ‫م‬َ‫ل‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫أ‬ ‫ا‬ً‫م‬‫ا‬َ‫ظ‬ِ‫ع‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ب‬‫ا‬َ‫ر‬ُ‫ت‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ُ‫ك‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ت‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫ئ‬َ‫أ‬
 “Apakah apabila kami mati dan menjadi tanah dan
tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-
benar akan dibangkitkan kembali?” (QS. Al-Waqi’ah:
47)
 Mereka juga berkata,
 ‫يم‬ِ‫م‬َ‫ر‬ َ‫ي‬ِ‫ه‬َ‫و‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ظ‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ي‬ْ‫ح‬ُ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬
 “Siapakah yang dapat menghidupkan
tulang belulang, yang telah hancur luluh?” (QS. Yasin:
78)
Ayat 2:
 َ‫م‬‫ي‬ِ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُّ‫ع‬ُ‫د‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬ََٰ‫ذ‬َ‫ف‬
 “Itulah orang yang menghardik anak yatim.”
 Di dalam Lisan al-‘Arab disebutkan bahwa kata yadu‘u
berarti mendorong dengan cara kasar, tidak ramah,
kejam, dan keji. Fadzalika al-lazi yadu’u al-yatim
berarti memperlakukan anak yatim dengan keras, kejam,
dengan penolakan serta kemarahan, teguran dan celaan.
 Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi menyebutkan bahwa
yatim adalah anak yang bapaknya telah meninggal dan
dia di bawah usia baligh baik lelaki atau wanita.
 Asy-Syaukani menyebutkan kata yadu‘u berarti
menolak dengan cara kekerasan dan kekasaran,
yaitu menolak memberikan hak-hak yatim dengan
penolakan yang sangat.
 Sayyid Quthub menyebutkan bahwa makna yadu’u
al-yatim adalah meremehkan, merendahkan
yatim, serta menyakitinya.
 Ad-Dhahhak yang dikutip oleh Al-Qurthubi yadu’u
al-yatim berarti: menunda-nunda dan
memperlambat pemenuhan hak yatim.
 Ibnu Katsir menyebutkan bahwa yadu’u al-yatim
berarti membuat susah anak-anak yatim,
menzalimi hak-hak mereka, tidak memberi makan
mereka, dan tidak berbuat baik kepada mereka.
 Hal ini didukung oleh sebuah riwayat dari Ibnu Abbas:

‫د‬ْ‫ع‬َ‫س‬ ‫ن‬ْ‫ب‬ ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬
,
َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
:
‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ث‬‫حد‬
,
َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
:
َ
‫ي‬ِ‫َم‬‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ث‬‫حد‬
,
َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
:
‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ث‬‫حد‬
,
ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫َن‬‫ع‬
,
‫اس‬َّ‫ب‬َ‫ع‬ ‫ن‬ْ‫ب‬ِ‫ا‬ ْ‫َن‬‫ع‬
,
ِ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ُع‬‫د‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬َ‫ف‬
‫يم‬
َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
:
‫يم‬ِ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ق‬َ‫ح‬ ‫ع‬َ‫ف‬ْ‫د‬َ‫ي‬
 “Muhammad bin sa‘d telah bercerita kepadaku. Dia
berkata: Ayahku telah bercerita kepadaku. Dia berkata:
Pamanku telah bercerita kepadaku. Dia berkata:
Ayahku telah bercerita kepadaku, dari ayahnya, dari
Ibnu Abbas: fazalika al-lazi yadu’u al-yatim. Dia
berkata: maksudnya adalah menahan hak-hak yatim.”
Ayat 3:
 ِ‫ين‬ِ‫ك‬ْ‫س‬ِ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ام‬َ‫ع‬َ‫ط‬ َٰ
‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُّ‫ض‬ُ‫ح‬َ‫ي‬ َ
‫َل‬َ‫و‬
“dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”
 Sebagaimana yang diungkapkan Al-Qurthubi, Dr. Amin
bin Abdullah asy-Syaqawi berkata bahwa maksud ayat
ini adalah tidak memerintahkan untuk memberi
makan orang miskin karena didasari
kebakhilan atau karena mendustakan hari pembalasa
n. Disebutkan di dalam firman Allah Ta’ala:
َ‫ط‬ َٰ
‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ون‬ُّ‫ض‬‫ا‬َ‫ح‬َ‫ت‬ َ
‫َل‬َ‫و‬ َ‫م‬‫ي‬ِ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ون‬ُ‫م‬ ِ
‫ر‬ْ‫ك‬ُ‫ت‬ َ
‫َل‬ ْ‫ل‬َ‫ب‬ ۖ َّ
‫ََّل‬‫ك‬
ِ‫ين‬ِ‫ك‬ْ‫س‬ِ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ام‬َ‫ع‬
 “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak
memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling
mengajak memberi makan orang miskin.” (QS. Al-Fajr:
17-18).
 Kata al-miskin dalam Lisan al-‘Arab diartikan
dengan kondisi di mana seseorang dalam keadaan
rendah, hina, terkalahkan, dan dipaksa (meskipun
sebenarnya seseorang tersebut kaya).
 Menurut Ibnu Katsir miskin adalah al-faqir, yakni
seseorang yang tidak punya sesuatu apapun untuk
memenuhi dan mencukupi biaya hidupnya.
Ayat 4:
 َ‫ين‬ِ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ‫ل‬ْ‫ي‬َ‫و‬َ‫ف‬
 “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat.”
 Di dalam Lisan al-‘Arab dijelaskan bahwa ada tiga
pendapat mengenai kata wail:
 Pertama, menurut Ibnu Mas‘ud, wail adalah nama salah
satu jurang di neraka jahanam.
 Kedua, menurut Al-Kilabi, wail adalah azab yang sangat
kuat dan sangat pedih.
 Ketiga, menurut Al-Farra’ pada asalnya kata wail adalah
ditujukan untuk setan, artinya kesusahan untuk setan.
Ayat 5:
 َ‫ون‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫س‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َ
‫َّل‬َ‫ص‬ ْ‫َن‬‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬
 “(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya”,
 Ibnu al-Asir berkata bahwa kata al-sahwu yang didahului/diikuti
oleh fi berarti meninggalkan sesuatu karena didasari oleh
ketidaktahuan tentang sesuatu tersebut. Sedangkan al-sahwu yang
didahului/ diikuti oleh ‘an berarti meninggalkan sesuatu dengan
disertai pengetahuan bahwa sesuatu itu tidak boleh ditinggalkan,
atau meninggalkan sesuatu dengan sengaja.
 Al-Qurthubi mengemukakan pendapat mengenai alladzina hum ‘an
shalatihim sahun,
 Pertama, mereka adalah orang-orang yang ketika mengerjakan
shalat tidak mengharapkan pahala, dan ketika meninggalkan shalat
tidak merasa takut atau khawatir terhadap siksa.
 Kedua, mereka adalah orangorang yang
mengakhirkan shalat dari waktunya.
 Berikut ini komentar para ulama tentang ayat ini
sebagaimana dihimpun dalam Tafsir Ibnu Katsir,
 Muhammad bin Kaab Al Quraan Al Qurdly, Ibnu
Zaid bim Aslam dan As-Sady menyatakan yang
disebut meremehkan sholat adalah meninggalkan
shalat (tidak shalat).
 Al Auz, Ibnu Maasud, Ibnu jarir, dan Ibnu Juraih
menyebutkan makna meremehkan sholat adalah
meremehkan waktunya.
 Al Hasan Al-Bashri menyatakan makna meremehkan shalat
adalah meninggalkan masjid. (Tafsir Ibnu katsir 3 / 21 )
 Ibnu Abbas berkata: “Pengertian meninggalkan shalat
berarti meninggalkan shalat itu sama sekali.”
 Said bin Musayyib berkata: “Orang itu tidak shalat Ashar,
Dzuhur kecuali hingga datangnya waktu maghrib, tidak
shalat maghrib hingga datangnya waktu Isya dan tidak
shalat Isya hingga datangnya Fajar (shubuh).”
 Saad bin Abi Waqash berkata: “Aku telah bertanya kepada
Rasulullah tentang mereka yang melalaikan sholatnya, maka
beliau menjawab: ‘Yaitu Mengakhirkan waktu , yakni
mengakhirkan waktu sholat.’”
 Sayyid Quthub menjelaskan bahwa al-mushallin
tersebut mengerjakan shalat, akan tetapi mereka
tidak benar-benar mendirikan shalat. Mereka
melakukan gerakan shalat, melafalkan doa-doanya,
akan tetapi hatinya tidak hidup bersama apa yang
dilakukan dan apa yang dilafalkan. Ruhnya tidak
bisa menghadirkan hakikat shalat dan hakikat
bacaan-bacaan serta doa-doa yang ada di dalam
shalat. Mereka shalat karena riya’ kepada manusia
dan tidak ikhlas karena Allah. Shalatnya tidak
meninggalkan bekas di dalam jiwa.
 Sedangkan pendapat yang dianggap benar dan
dipilih oleh At-Thabari adalah pendapat yang
menyatakan bahwa sahun berarti memalingkan
perhatian, melupakan, dan melalaikan shalat, baik
karena menyibukkan diri dengan urusan-urusan
selain shalat sehingga shalat menjadi terabaikan,
ataupun dengan mengabaikan waktu shalat sehingga
shalat dilaksanakan tidak tepat pada waktunya.
 Ayat 6:
 َ‫ون‬ُ‫ء‬‫ا‬َ‫ر‬ُ‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬
 “Orang-orang yang berbuat riya,”
 Menurut At-Thabari, alladzina hum yura’un adalah
orang-orang yang memperlihatkan shalatnya kepada
manusia bukan karena mengharap pahala dan takut
akan siksa.
 Shalat yang mereka laksanakan bertujuan agar
orang-orang mukmin melihatnya sehingga
menganggap bahwa mereka adalah bagian dari
orang mukmin.
 Pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, shalat yang didasari oleh riya’ banyak
dilakukan oleh orang-orang munafik. Mereka
menyembunyikan kekufurannya, dan sebaliknya
mereka menampakkan keislamannya. Shalat yang
mereka lakukan didasari oleh suatu kepentingan,
yaitu agar orang-orang mukmin berprasangka baik
kepada mereka sehingga darah mereka terlindungi.
 Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 « َ‫ك‬ْ‫ل‬ِ‫ت‬ ،ِ‫ق‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ن‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ة‬ َ
‫َّل‬َ‫ص‬ َ‫ك‬ْ‫ل‬ِ‫ت‬ ،ِ‫ق‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ن‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ة‬ َ
‫َّل‬َ‫ص‬ َ‫ك‬ْ‫ل‬ِ‫ت‬
ُ‫ب‬ُ‫ق‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ ُ‫س‬ِ‫ل‬ْ‫ج‬َ‫ي‬ ،ِ‫ق‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ن‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ة‬ َ
‫َّل‬َ‫ص‬
َ‫ق‬ ِ‫ان‬َ‫ط‬ْ‫ي‬َّ‫ش‬‫ال‬ ِ‫ي‬َ‫ن‬ْ‫ر‬َ‫ق‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ت‬َ‫ن‬‫َا‬‫ك‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ َ
‫س‬ْ‫َّم‬‫ش‬‫ال‬
‫ي‬ِ‫ف‬ ُ َّ
‫َّللا‬ ُ‫ُر‬‫ك‬ْ‫ذ‬َ‫ي‬ َ
‫َل‬ ‫ا‬ً‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ َ‫ر‬َ‫ق‬َ‫ن‬َ‫ف‬ َ‫م‬‫ا‬
َّ
‫َل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َ‫ه‬
ً
‫يَّل‬ِ‫ل‬َ‫ق‬»
 “Itu adalah salatnya orang munafik, itu adalah
salatnya orang munafik, itu adalah salatnya orang
munafik. Dia duduk menunggu matahari; dan
manakala matahari telah berada di antara kedua
tanduk setan (yakni akan tenggelam), maka bangkitlah
ia (untuk salat) dan mematuk (salat dengan cepat)
sebanyak empat kali, tanpa menyebut Allah di
dalamnya melainkan hanya sedikit.”
 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan
umatnya mengenai bahaya riya dalam beribadah,
 “ ِ‫ف‬ ‫ِي‬‫د‬‫ا‬َ‫و‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫م‬َّ‫ن‬َ‫ه‬َ‫ج‬ ُ‫ذ‬‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ت‬ ‫ا‬ً‫ي‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ل‬ َ‫م‬َّ‫ن‬َ‫ه‬َ‫ج‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬
ِ‫ل‬َ‫ذ‬ َّ‫د‬ِ‫ع‬ُ‫أ‬ ،ٍ‫ة‬َّ‫ر‬َ‫م‬ ِ‫ة‬َ‫ئ‬‫ا‬ِ‫م‬َ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ ٍ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ ِ‫ُل‬‫ك‬ ‫ي‬
َ‫ك‬
َ‫ِي‬‫د‬‫ا‬َ‫و‬ْ‫ل‬‫ا‬
ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ِ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ين‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ر‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬
:
ِ َّ
‫َّللا‬ ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ ِ‫ل‬ِ‫ام‬َ‫ح‬ِ‫ل‬
.
ِ‫د‬َّ‫ص‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬َ‫و‬
ِ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ِ‫اج‬َ‫ح‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬َ‫و‬ ،ِ َّ
‫َّللا‬ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ذ‬ ِ
‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ِ‫ق‬
،ِ َّ
‫َّللا‬
ِ َّ
‫َّللا‬ ِ‫ل‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫س‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ِ‫ج‬ ِ
‫ار‬َ‫خ‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬َ‫”و‬
 “Sesungguhnya di dalam neraka Jahanam benar-benar terdapat
sebuah lembah yang neraka Jahanam sendiri meminta
perlindungan kepada Allah dari (keganasan) lembah itu setiap
harinya sebanyak empat ratus kali. Lembah itu disediakan bagi
orang-orang yang riya (pamer)dari kalangan umat Muhammad
yang hafal Kitabullah dan suka bersedekah, tetapi bukan karena
Zat Allah, dan juga bagi orang yang berhaji ke Baitullah dan
orang yang keluar untuk berjihad(tetapi bukan karena Allah).”
(HR. Thabrani)
Ayat ke 7
‫الماعون‬ ‫يمنعون‬ ‫و‬
 Al-Qurthubi menyebutkan sedikitnya dua belas
pemaknaan terhadap kata Al-Ma‘un:
 Zakat harta benda. Hal ini berdasar riwayat Al-Dhahak
dari Ibnu Abbas dan Ali bin Abi Thalib. Dan yang
dimaksud adalah orang-orang munafik yang tidak mau
mengeluarkan zakat mereka. Zakat dinamakan al-Ma‘un
(sesuatu yang sedikit) karena zakat diambil dari
seperempat puluh dari harta (2.5%), dan itu merupakan
jumlah yang kecil dari sesuatu yang banyak.
 Pemaknaan ini sesuai dengan bahasa suku Quraisy. Hal
ini berdasar sebuah riwayat dari Ibnu syihab dan Sa‘id
bin al-Musayyab.
Makna lain kata “al Maun”
 Sesuatu yang dikenal sebagai hal penting yang diberikan
kepada sesama manusia.
 Air dan rerumputan.
 Air saja, karena sebagian orang Arab mengatakan al-
Ma‘un dengan maksud untuk menyebut air.
 Mencegah sesuatu yang hak / benar.
 Manfaat dari harta.
 Ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan.
 Sesuatu yang ringan untuk dikerjakan, akan tetapi Allah
melipatgandakan (pahalanya). Pada masa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, al-Ma‘un diartikan dengan
orang yang meminjamkan ember dan periuk.
Intisari Surat
 Pertama: Ayat ini menjelaskan tentang anjuran
memberi makan kepada orang miskin dan anak
yatim.
 َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضي‬ ٍ‫د‬ْ‫ع‬َ‫س‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ‫ل‬ْ‫ه‬َ‫س‬ ْ‫َن‬‫ع‬
:
ِ َّ َ
‫َّللا‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬
:
‫ا‬َ‫ن‬َ‫أ‬
َ‫ب‬‫ا‬َّ‫ب‬َّ‫س‬‫ال‬ِ‫ب‬ َ‫َار‬‫ش‬َ‫أ‬َ‫و‬ ،َ‫ذ‬َ‫ك‬‫ه‬ ِ‫ة‬َّ‫ن‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ِ‫يم‬ِ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ل‬ِ‫ف‬‫َا‬‫ك‬َ‫و‬
ْ‫ي‬َ‫ش‬ ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ َ‫ج‬َّ‫ر‬َ‫ف‬َ‫و‬ ‫ى‬َ‫ط‬‫س‬ُ‫و‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ ِ‫ة‬
ً‫ا‬
 Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dia berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‘Aku dan orang yang menanggung anak yatim
(kedudukannya) di surga seperti ini’, kemudian beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari
telunjuk dan jari tengah beliau, serta agak
merenggangkan keduanya.” (HR al-Bukhari no. 4998
dan 5659)
 Dari Abu Hurairah, berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
 ِ‫د‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫َا‬‫ك‬ ،ِ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ك‬‫ا‬َ‫س‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ ِ‫ة‬َ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ر‬َ‫أل‬ْ‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ع‬‫ا‬َّ‫س‬‫ال‬
ْ‫و‬ُ‫ص‬َ‫ي‬ ‫ِي‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫َا‬‫ك‬َ‫و‬ ،ِ‫هللا‬ ِ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫س‬ ‫ي‬ِ‫ف‬
ُ‫م‬
َ‫ل‬ْ‫ي‬َّ‫ل‬‫ال‬ ُ‫م‬ ْ‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬َ‫و‬ َ‫ار‬َ‫ه‬َّ‫ن‬‫ال‬
 “Orang yang berusaha menghidupi para janda dan
orang-orang miskin laksana orang yang berjuang
di jalan Allah. Dia juga laksana orang yang
berpuasa di siang hari dan menegakkan shalat di
malam hari.”(HR. Bukhari no. 5353 dan Muslim no.
2982)
 Kedua: Anjuran untuk menunaikan shalat pada waktunya.
 Allah Ta’ala berfirman,
 ‫ا‬ً‫ت‬‫و‬ُ‫ق‬ ْ‫و‬َ‫م‬ ‫ا‬ً‫ب‬‫ا‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ َ‫ين‬ِ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ن‬‫َا‬‫ك‬ َ‫ة‬ َ
‫َّل‬َّ‫ص‬‫ال‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬
 “Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Nisa’: 103)

ٍ‫د‬ ْ‫و‬ُ‫ع‬ْ‫س‬َ‫م‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬‫ا‬ ْ‫َن‬‫ع‬ َ‫و‬
–
ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ‫ي‬ ِ
‫ض‬َ‫ر‬
–
َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ،
:
ُ‫س‬َ‫ر‬ ُ‫ت‬ْ‫ل‬َ‫أ‬َ‫س‬
ِ‫هللا‬ َ‫ل‬ ْ‫و‬
–
َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬
َ‫م‬
–
ُّ‫ي‬َ‫أ‬
َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫؟‬ ُ‫ل‬َ‫ض‬ْ‫ف‬َ‫أ‬ ِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫أل‬‫ا‬
:
‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫و‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ة‬َ‫َّل‬َّ‫ص‬‫ال‬
ُ‫ت‬ْ‫ل‬ُ‫ق‬
:
َّ‫م‬ُ‫ث‬
َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫؟‬ ‫ي‬َ‫أ‬
:
ُ‫ت‬ْ‫ل‬ُ‫ق‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫د‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫الو‬ ُّ‫ر‬ِ‫ب‬
:
َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫؟‬ ‫أي‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬
:
ِ ِ‫هللا‬ ِ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫س‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫د‬‫ا‬َ‫ه‬ ِ‫الج‬
 Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku bertanya
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Amal apakah yang
paling utama?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku
berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbuat baik kepada
orang tua.” Aku berkata lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab,
“Jihad di jalan Allah.” (Muttafaqun ‘alaih). (HR. Bukhari, no. 7534
dan Muslim, no. 85)
 Ketiga: Anjuran untuk mengerjakan kebajikan, dan berbuat
baik kepada orang lain.
 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Ibnu Amr
bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 َ
‫َّْل‬‫ع‬َ‫أ‬ ً‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ص‬َ‫خ‬ َ‫ون‬ُ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ
‫َّللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َّ
‫َّللا‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
َ‫ي‬ ٍ‫ل‬ِ‫َام‬‫ع‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫م‬ ِ
‫ز‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ة‬َ‫ح‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬
ٍ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ص‬َ‫خ‬ِ‫ب‬ ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬
‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬
َ‫ق‬ َ‫ة‬َّ‫ن‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ َّ
‫َّللا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫خ‬ْ‫د‬َ‫أ‬ َّ
‫َل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫د‬‫ُو‬‫ع‬ ْ‫و‬َ‫م‬ َ‫ِيق‬‫د‬ْ‫ص‬َ‫ت‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ث‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬َ‫ر‬
ِ‫ن‬َ‫م‬ َ‫ُون‬‫د‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫د‬َ‫د‬َ‫ع‬َ‫ف‬ ُ‫ان‬َّ‫س‬َ‫ح‬ َ‫ل‬‫ا‬
َ‫ر‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ
‫ز‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ة‬َ‫ح‬‫ي‬
ِ‫د‬
َ‫م‬َ‫ف‬ ِ‫ه‬ِ‫و‬ْ‫ح‬َ‫ن‬َ‫و‬ ِ‫يق‬ ِ
‫ر‬َّ‫ط‬‫ال‬ ْ‫َن‬‫ع‬ ‫ى‬َ‫ذ‬َ ْ
‫األ‬ ِ‫ة‬َ‫ط‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ِ
‫س‬ِ‫اط‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ت‬‫ي‬ِ‫ْم‬‫ش‬َ‫ت‬َ‫و‬ ِ‫م‬ َ
‫َّل‬َّ‫س‬‫ال‬
َ‫ْر‬‫ش‬َ‫ع‬ َ
‫س‬ْ‫م‬َ‫خ‬ َ‫غ‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ع‬َ‫ط‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ‫ا‬
ً‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ص‬َ‫خ‬ َ‫ة‬
 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada empat puluh
kebiasaan baik, yang tertingginya adalah memberi seekor kambing.
Tidaklah seseorang beramal dari perbuatan-perbuatan kebaikan tersebut
dengan harapan dia mengharap pahala darinya dan membenarkan apa
yang dijanjikan padanya, melainkan Allah memasukkannya dengan
amalnya ke dalam surga”. Hassan berkata: “Maka kami menghitung
kebiasaan baik itu setelah pemberian kambing mulai dari menjawab
salam, menjawab orang yang bersin, menyingkirkan halangan dari jalan
dan yang semisalnya namun kami tidak sanggup untuk sampai pada
lima belas kebiasaan baik tersebut”. (HR. Bukhari No. 2438)
 Keempat: Anjuran untuk berbuat ikhlas dalam
beramal dan waspada terhadap riya dan sum’ah.
 Allah Ta’ala berfirman,
 َ‫و‬ ‫ا‬ً‫م‬‫ي‬ِ‫ت‬َ‫ي‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ن‬‫ي‬ِ‫ك‬ْ‫س‬ِ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ُ‫ح‬ َٰ
‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ع‬َّ‫ط‬‫ال‬ َ‫ون‬ُ‫م‬ِ‫ع‬ْ‫ط‬ُ‫ي‬َ‫و‬
ِ َّ
‫َّللا‬ ِ‫ه‬ْ‫ج‬َ‫و‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫م‬ِ‫ع‬ْ‫ط‬ُ‫ن‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ا‬ً‫ير‬ِ‫س‬َ‫أ‬
ُ‫د‬‫ي‬ ِ
‫ر‬ُ‫ن‬ َ
‫َل‬
‫ا‬ً‫ُور‬‫ك‬ُ‫ش‬ َ
‫َل‬َ‫و‬ ً‫ء‬‫ا‬َ‫ز‬َ‫ج‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬
 “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya
kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang
ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan
kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan
Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan
tidak pula (ucapan) terima kasih. (QS. Al-Insan: 8-9)
MAKNA TERJEMAH DAN TAFSIR KATA-KATA
UTAMA /inti
 َ‫ْت‬‫ي‬َ‫أ‬َ‫ر‬َ‫“أ‬Apakah kamu tahu” Maksudnya untuk menarik perhatian
pendengar
 ِ‫ِين‬‫لد‬ “ balasan dan perhitungan
 “ ِ‫ين‬ِ‫ك‬ْ‫س‬ِ‫م‬ْ‫ال‬ ِ‫ام‬َ‫ع‬َ‫ط‬ َٰ
‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُّ
‫ض‬ُ‫ح‬َ‫ي‬ َ
‫َل‬ َ‫“و‬ dan tidak menganjurkan memberi makan
orang miskin” Tidak mendorong dirinya dan orang – orang yang
shalat untuk memberi makan orang miskin.
 َ‫ين‬ِ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ٌ‫ل‬ْ‫ي‬ َ‫و‬َ‫ف‬“ maka kecelakaanlah bagi orang – orang yang shalat”
Kehinaan dan azab pedih bagi orang – orang yang shalat namun
lalai dari shalat mereka.
 َ‫ون‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫س‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َ
‫َل‬َ‫ص‬ ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫م‬“ yang lupa dari shalat mereka “ Mengakhirkan
shalat hingga lewat waktunya.
 َ‫ون‬ُ‫ء‬‫ا‬َ‫ر‬ُ‫ي‬ ‫هم‬ “ orang – orang yang berbuat riya’ “ Memamerkan pada
manusia shalat dan amalan dan tidak ikhlas pada Allah dalam
melakukanya,
 َ‫ون‬ُ‫ع‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ون‬ُ‫ع‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ي‬ َ‫“و‬barang – barang yang berguna
TIGA PENDUSTA AGAMA
(menurut Syeh An Nawawi)
 Pertama, siapa saja yang mengaku cinta Allah tanpa
sikap wara’ dari yang diharamkan, maka ia
pendusta.
 Kedua, siapa saja yang mengaku cinta Nabi
Muhammad SAW tanpa sikap zuhud, maka ia
pendusta.
 Ketiga, siapa saja yang mengaku cinta surga tanpa
menginfakkan hartanya, maka ia pendusta,’”
 (Lihat Syekh M Nawawi Banten dalam Syarah
Qami'ut Thughyan, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil
Arabiyyah: tanpa catatan tahun], halaman 5).
MAKNA SECARA GLOBAL
 Surat ini membicarakan tentang dua kelompok
manusia , yaitu :
 1. Orang kafir, mereka yang menyangkal akan
nikmat Allah serta mendustakan hari perhitungan
dan balasan
 2. Orang munafik mereka yang tidak ditujukan
amalannya untuk Allah tetapi hanya riya’ dalam
amalan dan shalatnya.
 A dapun kelompok yang pertama, maka Allah telah menyebutkan
sifat-sifat mereka yang tercela. Mereka menghinakan anak yatim,
menghardiknya dengan kasar tanpa sikap mendidik dan enggan
melakukan kebaikan walaupun sekedar mengingatkan orang lain
akan hak orang – orang miskin dan faqir. Jadi, mereka tidak
berbuat baik dalam hubungan mereka dengan Rabb, tidak juga
dalam hubungan mereka dengan hambaNya dengan yang lain.
 Adapun kelompok yang kedua, maka mereka adalah orang – orang
yang munafik yang lalai dari shalatnya, mereka adalah orang –
orang yang tidak menunaikan shalat waktunya dan mereka adalah
orang yang dilahiriyahnya berdiri melakukan shalat namun tanpa
ruhnya, serta pamer dengan amalanya.
Sumber Artikel: https://salafy.or.id/blog/2012/12/08/pelajaran-
surat-al-maun-barang-barang-yang-berguna/ | Salafy.or.id
FAEDAH SURAT INI
 Dorongan untuk memberi makan anak yatim dan orang
miskin serta menganjurkan hal itu.
 Penetapan kepercayaan tentang hari kebangkitan,
perhitungan, dan balasan.
 Menjaga shalat dan memelihara waktunya serta ikhlas
dalam melakukannya, begitu pula dalam melakukan
amalan yang lain.
 Dorongan untuk melakukan kebaikan dan
mengeluarkan barang yang biasa digunakan. Karena
Allah mencela siapa saja yang tidak melakukanya.
Peringatan dari sifat-sifat orang munafiq
 Alhamdulillah
 Sumber Artikel: https://salafy.or.id/blog/2012/12/08/pelajaran-
surat-al-maun-barang-barang-yang-berguna/ | Salafy.or.id
 Sumber Bacaan:
 Pendusta Agama dalam Perspektif Alquran: Analisis Surat Al-
Ma’un Menurut Mufasir Klasik dan Kontemporer, Achmad Jazuli.
 Waqfah Ma’a Surah Al-Ma’un, Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi.
 Tafsir Jalalain.
 Tafsir Ibnu Katsir.
 Slide Tafsir Surat Al-Ma’un, Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah.




More Related Content

What's hot

What's hot (20)

2.1 ahammiyyatusy syahadatain
2.1 ahammiyyatusy syahadatain2.1 ahammiyyatusy syahadatain
2.1 ahammiyyatusy syahadatain
 
Kepribadian Muslimah
Kepribadian MuslimahKepribadian Muslimah
Kepribadian Muslimah
 
Boros
BorosBoros
Boros
 
3.5 tauhidullah
3.5 tauhidullah3.5 tauhidullah
3.5 tauhidullah
 
6.4 nafsul insan
6.4 nafsul insan6.4 nafsul insan
6.4 nafsul insan
 
2.7 syuruthu qabuulisy syahadatain
2.7 syuruthu qabuulisy syahadatain2.7 syuruthu qabuulisy syahadatain
2.7 syuruthu qabuulisy syahadatain
 
Syaksiyyah da’iyah
Syaksiyyah da’iyahSyaksiyyah da’iyah
Syaksiyyah da’iyah
 
Darimana Kita Berasal?
Darimana Kita Berasal?Darimana Kita Berasal?
Darimana Kita Berasal?
 
Islam Jalan Hidup Sempurna
Islam Jalan Hidup SempurnaIslam Jalan Hidup Sempurna
Islam Jalan Hidup Sempurna
 
12 Rizki, Keyakinan dan Amalan - Nasihat Ustadz.ppt
12 Rizki, Keyakinan dan Amalan - Nasihat Ustadz.ppt12 Rizki, Keyakinan dan Amalan - Nasihat Ustadz.ppt
12 Rizki, Keyakinan dan Amalan - Nasihat Ustadz.ppt
 
HIDAYAH DAN KESASATAN
HIDAYAH DAN KESASATANHIDAYAH DAN KESASATAN
HIDAYAH DAN KESASATAN
 
Makna dan Konsekuensi Syahadat
Makna dan Konsekuensi SyahadatMakna dan Konsekuensi Syahadat
Makna dan Konsekuensi Syahadat
 
Proses Menuju Keimanan
Proses Menuju KeimananProses Menuju Keimanan
Proses Menuju Keimanan
 
Ihsanul amal
Ihsanul amalIhsanul amal
Ihsanul amal
 
TA'RIF (ILMU MANTIQ)
TA'RIF (ILMU MANTIQ)TA'RIF (ILMU MANTIQ)
TA'RIF (ILMU MANTIQ)
 
Agar hidayah menjadi lebih mudah felix siauw
Agar hidayah menjadi lebih mudah felix siauwAgar hidayah menjadi lebih mudah felix siauw
Agar hidayah menjadi lebih mudah felix siauw
 
Mensyukuri Nikmat Al-Qur'an
Mensyukuri Nikmat Al-Qur'anMensyukuri Nikmat Al-Qur'an
Mensyukuri Nikmat Al-Qur'an
 
Kedudukan doa dalam islam
Kedudukan doa dalam islamKedudukan doa dalam islam
Kedudukan doa dalam islam
 
Kunci Kebahagiaan.ppt
Kunci Kebahagiaan.pptKunci Kebahagiaan.ppt
Kunci Kebahagiaan.ppt
 
Menjadikan Hidup Punya Makna
Menjadikan Hidup Punya MaknaMenjadikan Hidup Punya Makna
Menjadikan Hidup Punya Makna
 

Similar to TADABBUR SURAT AL MAUN.pptx

Hadits Shohih, Hasan, Dha'if
Hadits Shohih, Hasan, Dha'ifHadits Shohih, Hasan, Dha'if
Hadits Shohih, Hasan, Dha'ifJimatul Arrobi
 
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'manAnta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'manEdi Awaludin
 
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir BolanoTakhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir BolanoAswin Wyn
 
12 dalil sholat berjama'ah by Ibnul Qoyyim
12 dalil sholat berjama'ah by Ibnul Qoyyim12 dalil sholat berjama'ah by Ibnul Qoyyim
12 dalil sholat berjama'ah by Ibnul QoyyimMuhammad Reza Kahar Aziz
 
33 macam jenis shalat sunnah
33 macam jenis shalat sunnah33 macam jenis shalat sunnah
33 macam jenis shalat sunnahnandarramdani1
 
Kebersihan bagian dari iman
Kebersihan bagian dari imanKebersihan bagian dari iman
Kebersihan bagian dari imanrushdan23
 
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhanGua Syed Al Yahya
 
Sholat 5 waktu
Sholat 5 waktuSholat 5 waktu
Sholat 5 waktunadia
 
Bab ii siap!
Bab ii siap!Bab ii siap!
Bab ii siap!yogzz05
 
Bhan hadis palsu
Bhan hadis palsuBhan hadis palsu
Bhan hadis palsuMawar Pink
 
Khutbah ttg qurban
Khutbah ttg qurbanKhutbah ttg qurban
Khutbah ttg qurbanalfatfatoha
 
Polemik seputar shalat tasbih
Polemik seputar shalat tasbihPolemik seputar shalat tasbih
Polemik seputar shalat tasbihMuhsin Hariyanto
 
Sifat tarawih-nabi
Sifat tarawih-nabiSifat tarawih-nabi
Sifat tarawih-nabiandriishaq
 
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ah
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ahQunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ah
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ahRa Hardianto
 
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ah
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ahQunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ah
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ahRa Hardianto
 

Similar to TADABBUR SURAT AL MAUN.pptx (20)

Hadits Shohih, Hasan, Dha'if
Hadits Shohih, Hasan, Dha'ifHadits Shohih, Hasan, Dha'if
Hadits Shohih, Hasan, Dha'if
 
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'manAnta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
 
Tafsir surat al ma'un-01
Tafsir surat al ma'un-01Tafsir surat al ma'un-01
Tafsir surat al ma'un-01
 
Tafsir surat al ma'un
Tafsir surat al ma'unTafsir surat al ma'un
Tafsir surat al ma'un
 
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir BolanoTakhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
 
12 dalil sholat berjama'ah by Ibnul Qoyyim
12 dalil sholat berjama'ah by Ibnul Qoyyim12 dalil sholat berjama'ah by Ibnul Qoyyim
12 dalil sholat berjama'ah by Ibnul Qoyyim
 
33 macam jenis shalat sunnah
33 macam jenis shalat sunnah33 macam jenis shalat sunnah
33 macam jenis shalat sunnah
 
Kebersihan bagian dari iman
Kebersihan bagian dari imanKebersihan bagian dari iman
Kebersihan bagian dari iman
 
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
 
Fadhilah Yasin
Fadhilah YasinFadhilah Yasin
Fadhilah Yasin
 
Sholat 5 waktu
Sholat 5 waktuSholat 5 waktu
Sholat 5 waktu
 
Bab ii siap!
Bab ii siap!Bab ii siap!
Bab ii siap!
 
Al ghurbah (keterasingan)
Al ghurbah (keterasingan)Al ghurbah (keterasingan)
Al ghurbah (keterasingan)
 
Bhan hadis palsu
Bhan hadis palsuBhan hadis palsu
Bhan hadis palsu
 
Takhrijul hadits
Takhrijul haditsTakhrijul hadits
Takhrijul hadits
 
Khutbah ttg qurban
Khutbah ttg qurbanKhutbah ttg qurban
Khutbah ttg qurban
 
Polemik seputar shalat tasbih
Polemik seputar shalat tasbihPolemik seputar shalat tasbih
Polemik seputar shalat tasbih
 
Sifat tarawih-nabi
Sifat tarawih-nabiSifat tarawih-nabi
Sifat tarawih-nabi
 
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ah
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ahQunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ah
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ah
 
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ah
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ahQunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ah
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ah
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 

TADABBUR SURAT AL MAUN.pptx

  • 1. D R . N U R H I D A Y A T I , M . P D TADABBUR SURAT AL MAUN
  • 2. SURAT AL MAUN  ‫الرحيم‬ ‫الرحمن‬ ‫هللا‬ ‫بسم‬  ِ‫ين‬ِ‫الد‬ِ‫ب‬ ُ‫ب‬ِ‫ذ‬َ‫ك‬ُ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ َ‫ْت‬‫ي‬َ‫أ‬َ‫ر‬َ‫أ‬  َ‫يم‬ِ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ال‬ ُّ‫ع‬ُ‫د‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬ََٰ‫ذ‬َ‫ف‬  ِ‫ين‬ِ‫ك‬ْ‫س‬ِ‫م‬ْ‫ال‬ ِ‫ام‬َ‫ع‬َ‫ط‬ َٰ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُّ‫ض‬ُ‫ح‬َ‫ي‬ َ ‫َل‬ َ‫و‬  َ‫ين‬ِ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ٌ‫ل‬ْ‫ي‬ َ‫و‬َ‫ف‬  َ‫ون‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫س‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َ ‫َل‬َ‫ص‬ ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬  َ‫ون‬ُ‫ء‬‫ا‬َ‫ر‬ُ‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬  َ‫ون‬ُ‫ع‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ون‬ُ‫ع‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ي‬ َ‫و‬
  • 3.  Surat Al-Ma’un adalah surat ke 107 dari Al-Qur’an yang terdiri dari 7 ayat;  menurut jumhur ulama ia tergolong surat Makkiyah—sedangkan menurut Ibnu Abbas dan Qatadah ia adalah surat Madaniyyah—turun sesudah surat at-Takatsur.  Sebagian ulama berpendapat bahwa bagian awal surat ini (ayat 1-3) menyinggung Al-‘Ash bin Wail (kafir Quraisy) dan bagian akhir surat ini (ayat 4-7) menyinggung Abdullah bin Ubay (orang munafiq).
  • 4.  Surat ini dinamai pula surat ad-din, surat at- Takdzib, surat al-Yatim, surat Ara’aita, dan surat Ara’aita al-ladzi.  Al-Thabari menyebutnya surat Ara’aita. Al- Qurthubi, Ibnu Katsir, dan Sayyid Quthub, menyebutnya Al-Ma‘un.  Sedangkan Asy-Syaukani menyebutnya dengan surat Al-Yatim.
  • 5. Ayat 1:  ِ‫ين‬ِ‫الد‬ِ‫ب‬ ُ‫ب‬ِ‫َذ‬‫ك‬ُ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫أ‬َ‫ر‬َ‫أ‬  “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?”  As-Syaukani berpendapat, pertanyaan di ayat ini adalah untuk menunjukkan rasa heran atas sikap orang yang mendustakan ad-din. Sedangkan ara’aita yang akar katanya adalah ru’yah mempunyai arti ma’rifah (tahu).  Berkenaan dengan ayat ini, At-Thabari mengatakan bahwa yang dimaksud adalah, “Tahukah kamu Muhammad orang yang mendustakan pahala dan siksa Allah, sehingga tidak mematuhi perintah dan menjauhi larangannya?”
  • 6.  At-Thabari memaknai yukadzibu bid-din dengan mendustai pahala Allah, hukuman Allah, tidak taat terhadap perintah dan dan tidak meninggalkan larangan-Nya. Sebuah riwayat dari Ibnu Abbas yang disitir oleh At-Thabari mengungkapkan bahwa yukazzibu bi al-din berarti yukazzibu bihukmillahi, yang berarti mendustakan hukum Allah Ta’ala. Riwayat dari Ibnu Juraij yang dikutipnya juga menyatakan bahwa ad-din di dalam ayat ini berarti hari perhitungan.
  • 7.  Mereka selalu mengatakan,  َ‫ون‬ُ‫ث‬‫و‬ُ‫ع‬ْ‫ب‬َ‫م‬َ‫ل‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫أ‬ ‫ا‬ً‫م‬‫ا‬َ‫ظ‬ِ‫ع‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ب‬‫ا‬َ‫ر‬ُ‫ت‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ُ‫ك‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ت‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫ئ‬َ‫أ‬  “Apakah apabila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar- benar akan dibangkitkan kembali?” (QS. Al-Waqi’ah: 47)  Mereka juga berkata,  ‫يم‬ِ‫م‬َ‫ر‬ َ‫ي‬ِ‫ه‬َ‫و‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ظ‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ي‬ْ‫ح‬ُ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬  “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?” (QS. Yasin: 78)
  • 8. Ayat 2:  َ‫م‬‫ي‬ِ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُّ‫ع‬ُ‫د‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬ََٰ‫ذ‬َ‫ف‬  “Itulah orang yang menghardik anak yatim.”  Di dalam Lisan al-‘Arab disebutkan bahwa kata yadu‘u berarti mendorong dengan cara kasar, tidak ramah, kejam, dan keji. Fadzalika al-lazi yadu’u al-yatim berarti memperlakukan anak yatim dengan keras, kejam, dengan penolakan serta kemarahan, teguran dan celaan.  Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi menyebutkan bahwa yatim adalah anak yang bapaknya telah meninggal dan dia di bawah usia baligh baik lelaki atau wanita.
  • 9.  Asy-Syaukani menyebutkan kata yadu‘u berarti menolak dengan cara kekerasan dan kekasaran, yaitu menolak memberikan hak-hak yatim dengan penolakan yang sangat.  Sayyid Quthub menyebutkan bahwa makna yadu’u al-yatim adalah meremehkan, merendahkan yatim, serta menyakitinya.  Ad-Dhahhak yang dikutip oleh Al-Qurthubi yadu’u al-yatim berarti: menunda-nunda dan memperlambat pemenuhan hak yatim.  Ibnu Katsir menyebutkan bahwa yadu’u al-yatim berarti membuat susah anak-anak yatim, menzalimi hak-hak mereka, tidak memberi makan mereka, dan tidak berbuat baik kepada mereka.
  • 10.  Hal ini didukung oleh sebuah riwayat dari Ibnu Abbas:  ‫د‬ْ‫ع‬َ‫س‬ ‫ن‬ْ‫ب‬ ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ , َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ : ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ث‬‫حد‬ , َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ : َ ‫ي‬ِ‫َم‬‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ث‬‫حد‬ , َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ : ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ث‬‫حد‬ , ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫َن‬‫ع‬ , ‫اس‬َّ‫ب‬َ‫ع‬ ‫ن‬ْ‫ب‬ِ‫ا‬ ْ‫َن‬‫ع‬ , ِ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ُع‬‫د‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬َ‫ف‬ ‫يم‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ : ‫يم‬ِ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ق‬َ‫ح‬ ‫ع‬َ‫ف‬ْ‫د‬َ‫ي‬  “Muhammad bin sa‘d telah bercerita kepadaku. Dia berkata: Ayahku telah bercerita kepadaku. Dia berkata: Pamanku telah bercerita kepadaku. Dia berkata: Ayahku telah bercerita kepadaku, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas: fazalika al-lazi yadu’u al-yatim. Dia berkata: maksudnya adalah menahan hak-hak yatim.”
  • 11. Ayat 3:  ِ‫ين‬ِ‫ك‬ْ‫س‬ِ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ام‬َ‫ع‬َ‫ط‬ َٰ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُّ‫ض‬ُ‫ح‬َ‫ي‬ َ ‫َل‬َ‫و‬ “dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”  Sebagaimana yang diungkapkan Al-Qurthubi, Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi berkata bahwa maksud ayat ini adalah tidak memerintahkan untuk memberi makan orang miskin karena didasari kebakhilan atau karena mendustakan hari pembalasa n. Disebutkan di dalam firman Allah Ta’ala: َ‫ط‬ َٰ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ون‬ُّ‫ض‬‫ا‬َ‫ح‬َ‫ت‬ َ ‫َل‬َ‫و‬ َ‫م‬‫ي‬ِ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ون‬ُ‫م‬ ِ ‫ر‬ْ‫ك‬ُ‫ت‬ َ ‫َل‬ ْ‫ل‬َ‫ب‬ ۖ َّ ‫ََّل‬‫ك‬ ِ‫ين‬ِ‫ك‬ْ‫س‬ِ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ام‬َ‫ع‬  “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin.” (QS. Al-Fajr: 17-18).
  • 12.  Kata al-miskin dalam Lisan al-‘Arab diartikan dengan kondisi di mana seseorang dalam keadaan rendah, hina, terkalahkan, dan dipaksa (meskipun sebenarnya seseorang tersebut kaya).  Menurut Ibnu Katsir miskin adalah al-faqir, yakni seseorang yang tidak punya sesuatu apapun untuk memenuhi dan mencukupi biaya hidupnya.
  • 13. Ayat 4:  َ‫ين‬ِ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ‫ل‬ْ‫ي‬َ‫و‬َ‫ف‬  “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat.”  Di dalam Lisan al-‘Arab dijelaskan bahwa ada tiga pendapat mengenai kata wail:  Pertama, menurut Ibnu Mas‘ud, wail adalah nama salah satu jurang di neraka jahanam.  Kedua, menurut Al-Kilabi, wail adalah azab yang sangat kuat dan sangat pedih.  Ketiga, menurut Al-Farra’ pada asalnya kata wail adalah ditujukan untuk setan, artinya kesusahan untuk setan.
  • 14. Ayat 5:  َ‫ون‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫س‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َ ‫َّل‬َ‫ص‬ ْ‫َن‬‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬  “(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya”,  Ibnu al-Asir berkata bahwa kata al-sahwu yang didahului/diikuti oleh fi berarti meninggalkan sesuatu karena didasari oleh ketidaktahuan tentang sesuatu tersebut. Sedangkan al-sahwu yang didahului/ diikuti oleh ‘an berarti meninggalkan sesuatu dengan disertai pengetahuan bahwa sesuatu itu tidak boleh ditinggalkan, atau meninggalkan sesuatu dengan sengaja.  Al-Qurthubi mengemukakan pendapat mengenai alladzina hum ‘an shalatihim sahun,  Pertama, mereka adalah orang-orang yang ketika mengerjakan shalat tidak mengharapkan pahala, dan ketika meninggalkan shalat tidak merasa takut atau khawatir terhadap siksa.
  • 15.  Kedua, mereka adalah orangorang yang mengakhirkan shalat dari waktunya.  Berikut ini komentar para ulama tentang ayat ini sebagaimana dihimpun dalam Tafsir Ibnu Katsir,  Muhammad bin Kaab Al Quraan Al Qurdly, Ibnu Zaid bim Aslam dan As-Sady menyatakan yang disebut meremehkan sholat adalah meninggalkan shalat (tidak shalat).  Al Auz, Ibnu Maasud, Ibnu jarir, dan Ibnu Juraih menyebutkan makna meremehkan sholat adalah meremehkan waktunya.
  • 16.  Al Hasan Al-Bashri menyatakan makna meremehkan shalat adalah meninggalkan masjid. (Tafsir Ibnu katsir 3 / 21 )  Ibnu Abbas berkata: “Pengertian meninggalkan shalat berarti meninggalkan shalat itu sama sekali.”  Said bin Musayyib berkata: “Orang itu tidak shalat Ashar, Dzuhur kecuali hingga datangnya waktu maghrib, tidak shalat maghrib hingga datangnya waktu Isya dan tidak shalat Isya hingga datangnya Fajar (shubuh).”  Saad bin Abi Waqash berkata: “Aku telah bertanya kepada Rasulullah tentang mereka yang melalaikan sholatnya, maka beliau menjawab: ‘Yaitu Mengakhirkan waktu , yakni mengakhirkan waktu sholat.’”
  • 17.  Sayyid Quthub menjelaskan bahwa al-mushallin tersebut mengerjakan shalat, akan tetapi mereka tidak benar-benar mendirikan shalat. Mereka melakukan gerakan shalat, melafalkan doa-doanya, akan tetapi hatinya tidak hidup bersama apa yang dilakukan dan apa yang dilafalkan. Ruhnya tidak bisa menghadirkan hakikat shalat dan hakikat bacaan-bacaan serta doa-doa yang ada di dalam shalat. Mereka shalat karena riya’ kepada manusia dan tidak ikhlas karena Allah. Shalatnya tidak meninggalkan bekas di dalam jiwa.
  • 18.  Sedangkan pendapat yang dianggap benar dan dipilih oleh At-Thabari adalah pendapat yang menyatakan bahwa sahun berarti memalingkan perhatian, melupakan, dan melalaikan shalat, baik karena menyibukkan diri dengan urusan-urusan selain shalat sehingga shalat menjadi terabaikan, ataupun dengan mengabaikan waktu shalat sehingga shalat dilaksanakan tidak tepat pada waktunya.
  • 19.  Ayat 6:  َ‫ون‬ُ‫ء‬‫ا‬َ‫ر‬ُ‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬  “Orang-orang yang berbuat riya,”  Menurut At-Thabari, alladzina hum yura’un adalah orang-orang yang memperlihatkan shalatnya kepada manusia bukan karena mengharap pahala dan takut akan siksa.  Shalat yang mereka laksanakan bertujuan agar orang-orang mukmin melihatnya sehingga menganggap bahwa mereka adalah bagian dari orang mukmin.
  • 20.  Pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, shalat yang didasari oleh riya’ banyak dilakukan oleh orang-orang munafik. Mereka menyembunyikan kekufurannya, dan sebaliknya mereka menampakkan keislamannya. Shalat yang mereka lakukan didasari oleh suatu kepentingan, yaitu agar orang-orang mukmin berprasangka baik kepada mereka sehingga darah mereka terlindungi.
  • 21.  Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  « َ‫ك‬ْ‫ل‬ِ‫ت‬ ،ِ‫ق‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ن‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ة‬ َ ‫َّل‬َ‫ص‬ َ‫ك‬ْ‫ل‬ِ‫ت‬ ،ِ‫ق‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ن‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ة‬ َ ‫َّل‬َ‫ص‬ َ‫ك‬ْ‫ل‬ِ‫ت‬ ُ‫ب‬ُ‫ق‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ ُ‫س‬ِ‫ل‬ْ‫ج‬َ‫ي‬ ،ِ‫ق‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ن‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ة‬ َ ‫َّل‬َ‫ص‬ َ‫ق‬ ِ‫ان‬َ‫ط‬ْ‫ي‬َّ‫ش‬‫ال‬ ِ‫ي‬َ‫ن‬ْ‫ر‬َ‫ق‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ت‬َ‫ن‬‫َا‬‫ك‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ َ ‫س‬ْ‫َّم‬‫ش‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ َّ ‫َّللا‬ ُ‫ُر‬‫ك‬ْ‫ذ‬َ‫ي‬ َ ‫َل‬ ‫ا‬ً‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ َ‫ر‬َ‫ق‬َ‫ن‬َ‫ف‬ َ‫م‬‫ا‬ َّ ‫َل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ ً ‫يَّل‬ِ‫ل‬َ‫ق‬»  “Itu adalah salatnya orang munafik, itu adalah salatnya orang munafik, itu adalah salatnya orang munafik. Dia duduk menunggu matahari; dan manakala matahari telah berada di antara kedua tanduk setan (yakni akan tenggelam), maka bangkitlah ia (untuk salat) dan mematuk (salat dengan cepat) sebanyak empat kali, tanpa menyebut Allah di dalamnya melainkan hanya sedikit.”
  • 22.  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan umatnya mengenai bahaya riya dalam beribadah,  “ ِ‫ف‬ ‫ِي‬‫د‬‫ا‬َ‫و‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫م‬َّ‫ن‬َ‫ه‬َ‫ج‬ ُ‫ذ‬‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ت‬ ‫ا‬ً‫ي‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ل‬ َ‫م‬َّ‫ن‬َ‫ه‬َ‫ج‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ِ‫ل‬َ‫ذ‬ َّ‫د‬ِ‫ع‬ُ‫أ‬ ،ٍ‫ة‬َّ‫ر‬َ‫م‬ ِ‫ة‬َ‫ئ‬‫ا‬ِ‫م‬َ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ ٍ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ ِ‫ُل‬‫ك‬ ‫ي‬ َ‫ك‬ َ‫ِي‬‫د‬‫ا‬َ‫و‬ْ‫ل‬‫ا‬ ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ِ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ين‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ر‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ : ِ َّ ‫َّللا‬ ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ ِ‫ل‬ِ‫ام‬َ‫ح‬ِ‫ل‬ . ِ‫د‬َّ‫ص‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬َ‫و‬ ِ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ِ‫اج‬َ‫ح‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬َ‫و‬ ،ِ َّ ‫َّللا‬ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ذ‬ ِ ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ِ‫ق‬ ،ِ َّ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫َّللا‬ ِ‫ل‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫س‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ِ‫ج‬ ِ ‫ار‬َ‫خ‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬َ‫”و‬  “Sesungguhnya di dalam neraka Jahanam benar-benar terdapat sebuah lembah yang neraka Jahanam sendiri meminta perlindungan kepada Allah dari (keganasan) lembah itu setiap harinya sebanyak empat ratus kali. Lembah itu disediakan bagi orang-orang yang riya (pamer)dari kalangan umat Muhammad yang hafal Kitabullah dan suka bersedekah, tetapi bukan karena Zat Allah, dan juga bagi orang yang berhaji ke Baitullah dan orang yang keluar untuk berjihad(tetapi bukan karena Allah).” (HR. Thabrani)
  • 23. Ayat ke 7 ‫الماعون‬ ‫يمنعون‬ ‫و‬  Al-Qurthubi menyebutkan sedikitnya dua belas pemaknaan terhadap kata Al-Ma‘un:  Zakat harta benda. Hal ini berdasar riwayat Al-Dhahak dari Ibnu Abbas dan Ali bin Abi Thalib. Dan yang dimaksud adalah orang-orang munafik yang tidak mau mengeluarkan zakat mereka. Zakat dinamakan al-Ma‘un (sesuatu yang sedikit) karena zakat diambil dari seperempat puluh dari harta (2.5%), dan itu merupakan jumlah yang kecil dari sesuatu yang banyak.  Pemaknaan ini sesuai dengan bahasa suku Quraisy. Hal ini berdasar sebuah riwayat dari Ibnu syihab dan Sa‘id bin al-Musayyab.
  • 24. Makna lain kata “al Maun”  Sesuatu yang dikenal sebagai hal penting yang diberikan kepada sesama manusia.  Air dan rerumputan.  Air saja, karena sebagian orang Arab mengatakan al- Ma‘un dengan maksud untuk menyebut air.  Mencegah sesuatu yang hak / benar.  Manfaat dari harta.  Ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan.  Sesuatu yang ringan untuk dikerjakan, akan tetapi Allah melipatgandakan (pahalanya). Pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, al-Ma‘un diartikan dengan orang yang meminjamkan ember dan periuk.
  • 25. Intisari Surat  Pertama: Ayat ini menjelaskan tentang anjuran memberi makan kepada orang miskin dan anak yatim.  َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضي‬ ٍ‫د‬ْ‫ع‬َ‫س‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ‫ل‬ْ‫ه‬َ‫س‬ ْ‫َن‬‫ع‬ : ِ َّ َ ‫َّللا‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ : ‫ا‬َ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫ب‬‫ا‬َّ‫ب‬َّ‫س‬‫ال‬ِ‫ب‬ َ‫َار‬‫ش‬َ‫أ‬َ‫و‬ ،َ‫ذ‬َ‫ك‬‫ه‬ ِ‫ة‬َّ‫ن‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ِ‫يم‬ِ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ل‬ِ‫ف‬‫َا‬‫ك‬َ‫و‬ ْ‫ي‬َ‫ش‬ ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ َ‫ج‬َّ‫ر‬َ‫ف‬َ‫و‬ ‫ى‬َ‫ط‬‫س‬ُ‫و‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ ِ‫ة‬ ً‫ا‬  Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini’, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau, serta agak merenggangkan keduanya.” (HR al-Bukhari no. 4998 dan 5659)
  • 26.  Dari Abu Hurairah, berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  ِ‫د‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫َا‬‫ك‬ ،ِ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ك‬‫ا‬َ‫س‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ ِ‫ة‬َ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ر‬َ‫أل‬ْ‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ع‬‫ا‬َّ‫س‬‫ال‬ ْ‫و‬ُ‫ص‬َ‫ي‬ ‫ِي‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫َا‬‫ك‬َ‫و‬ ،ِ‫هللا‬ ِ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫س‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫م‬ َ‫ل‬ْ‫ي‬َّ‫ل‬‫ال‬ ُ‫م‬ ْ‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬َ‫و‬ َ‫ار‬َ‫ه‬َّ‫ن‬‫ال‬  “Orang yang berusaha menghidupi para janda dan orang-orang miskin laksana orang yang berjuang di jalan Allah. Dia juga laksana orang yang berpuasa di siang hari dan menegakkan shalat di malam hari.”(HR. Bukhari no. 5353 dan Muslim no. 2982)
  • 27.  Kedua: Anjuran untuk menunaikan shalat pada waktunya.  Allah Ta’ala berfirman,  ‫ا‬ً‫ت‬‫و‬ُ‫ق‬ ْ‫و‬َ‫م‬ ‫ا‬ً‫ب‬‫ا‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ َ‫ين‬ِ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ن‬‫َا‬‫ك‬ َ‫ة‬ َ ‫َّل‬َّ‫ص‬‫ال‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬  “Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Nisa’: 103)  ٍ‫د‬ ْ‫و‬ُ‫ع‬ْ‫س‬َ‫م‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬‫ا‬ ْ‫َن‬‫ع‬ َ‫و‬ – ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ‫ي‬ ِ ‫ض‬َ‫ر‬ – َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ، : ُ‫س‬َ‫ر‬ ُ‫ت‬ْ‫ل‬َ‫أ‬َ‫س‬ ِ‫هللا‬ َ‫ل‬ ْ‫و‬ – َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ َ‫م‬ – ُّ‫ي‬َ‫أ‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫؟‬ ُ‫ل‬َ‫ض‬ْ‫ف‬َ‫أ‬ ِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫أل‬‫ا‬ : ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫و‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ة‬َ‫َّل‬َّ‫ص‬‫ال‬ ُ‫ت‬ْ‫ل‬ُ‫ق‬ : َّ‫م‬ُ‫ث‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫؟‬ ‫ي‬َ‫أ‬ : ُ‫ت‬ْ‫ل‬ُ‫ق‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫د‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫الو‬ ُّ‫ر‬ِ‫ب‬ : َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫؟‬ ‫أي‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ : ِ ِ‫هللا‬ ِ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫س‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫د‬‫ا‬َ‫ه‬ ِ‫الج‬  Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Amal apakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbuat baik kepada orang tua.” Aku berkata lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.” (Muttafaqun ‘alaih). (HR. Bukhari, no. 7534 dan Muslim, no. 85)
  • 28.  Ketiga: Anjuran untuk mengerjakan kebajikan, dan berbuat baik kepada orang lain.  Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Ibnu Amr bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  َ ‫َّْل‬‫ع‬َ‫أ‬ ً‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ص‬َ‫خ‬ َ‫ون‬ُ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ ‫َّللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َّ ‫َّللا‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫ي‬ ٍ‫ل‬ِ‫َام‬‫ع‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫م‬ ِ ‫ز‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ة‬َ‫ح‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ ٍ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ص‬َ‫خ‬ِ‫ب‬ ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ق‬ َ‫ة‬َّ‫ن‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ َّ ‫َّللا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫خ‬ْ‫د‬َ‫أ‬ َّ ‫َل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫د‬‫ُو‬‫ع‬ ْ‫و‬َ‫م‬ َ‫ِيق‬‫د‬ْ‫ص‬َ‫ت‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ث‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬َ‫ر‬ ِ‫ن‬َ‫م‬ َ‫ُون‬‫د‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫د‬َ‫د‬َ‫ع‬َ‫ف‬ ُ‫ان‬َّ‫س‬َ‫ح‬ َ‫ل‬‫ا‬ َ‫ر‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ ‫ز‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ة‬َ‫ح‬‫ي‬ ِ‫د‬ َ‫م‬َ‫ف‬ ِ‫ه‬ِ‫و‬ْ‫ح‬َ‫ن‬َ‫و‬ ِ‫يق‬ ِ ‫ر‬َّ‫ط‬‫ال‬ ْ‫َن‬‫ع‬ ‫ى‬َ‫ذ‬َ ْ ‫األ‬ ِ‫ة‬َ‫ط‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ِ ‫س‬ِ‫اط‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ت‬‫ي‬ِ‫ْم‬‫ش‬َ‫ت‬َ‫و‬ ِ‫م‬ َ ‫َّل‬َّ‫س‬‫ال‬ َ‫ْر‬‫ش‬َ‫ع‬ َ ‫س‬ْ‫م‬َ‫خ‬ َ‫غ‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ع‬َ‫ط‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ‫ا‬ ً‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ص‬َ‫خ‬ َ‫ة‬  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada empat puluh kebiasaan baik, yang tertingginya adalah memberi seekor kambing. Tidaklah seseorang beramal dari perbuatan-perbuatan kebaikan tersebut dengan harapan dia mengharap pahala darinya dan membenarkan apa yang dijanjikan padanya, melainkan Allah memasukkannya dengan amalnya ke dalam surga”. Hassan berkata: “Maka kami menghitung kebiasaan baik itu setelah pemberian kambing mulai dari menjawab salam, menjawab orang yang bersin, menyingkirkan halangan dari jalan dan yang semisalnya namun kami tidak sanggup untuk sampai pada lima belas kebiasaan baik tersebut”. (HR. Bukhari No. 2438)
  • 29.  Keempat: Anjuran untuk berbuat ikhlas dalam beramal dan waspada terhadap riya dan sum’ah.  Allah Ta’ala berfirman,  َ‫و‬ ‫ا‬ً‫م‬‫ي‬ِ‫ت‬َ‫ي‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ن‬‫ي‬ِ‫ك‬ْ‫س‬ِ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ُ‫ح‬ َٰ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ع‬َّ‫ط‬‫ال‬ َ‫ون‬ُ‫م‬ِ‫ع‬ْ‫ط‬ُ‫ي‬َ‫و‬ ِ َّ ‫َّللا‬ ِ‫ه‬ْ‫ج‬َ‫و‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫م‬ِ‫ع‬ْ‫ط‬ُ‫ن‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ا‬ً‫ير‬ِ‫س‬َ‫أ‬ ُ‫د‬‫ي‬ ِ ‫ر‬ُ‫ن‬ َ ‫َل‬ ‫ا‬ً‫ُور‬‫ك‬ُ‫ش‬ َ ‫َل‬َ‫و‬ ً‫ء‬‫ا‬َ‫ز‬َ‫ج‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬  “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. (QS. Al-Insan: 8-9)
  • 30. MAKNA TERJEMAH DAN TAFSIR KATA-KATA UTAMA /inti  َ‫ْت‬‫ي‬َ‫أ‬َ‫ر‬َ‫“أ‬Apakah kamu tahu” Maksudnya untuk menarik perhatian pendengar  ِ‫ِين‬‫لد‬ “ balasan dan perhitungan  “ ِ‫ين‬ِ‫ك‬ْ‫س‬ِ‫م‬ْ‫ال‬ ِ‫ام‬َ‫ع‬َ‫ط‬ َٰ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُّ ‫ض‬ُ‫ح‬َ‫ي‬ َ ‫َل‬ َ‫“و‬ dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin” Tidak mendorong dirinya dan orang – orang yang shalat untuk memberi makan orang miskin.  َ‫ين‬ِ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ٌ‫ل‬ْ‫ي‬ َ‫و‬َ‫ف‬“ maka kecelakaanlah bagi orang – orang yang shalat” Kehinaan dan azab pedih bagi orang – orang yang shalat namun lalai dari shalat mereka.  َ‫ون‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫س‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َ ‫َل‬َ‫ص‬ ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫م‬“ yang lupa dari shalat mereka “ Mengakhirkan shalat hingga lewat waktunya.  َ‫ون‬ُ‫ء‬‫ا‬َ‫ر‬ُ‫ي‬ ‫هم‬ “ orang – orang yang berbuat riya’ “ Memamerkan pada manusia shalat dan amalan dan tidak ikhlas pada Allah dalam melakukanya,  َ‫ون‬ُ‫ع‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ون‬ُ‫ع‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ي‬ َ‫“و‬barang – barang yang berguna
  • 31. TIGA PENDUSTA AGAMA (menurut Syeh An Nawawi)  Pertama, siapa saja yang mengaku cinta Allah tanpa sikap wara’ dari yang diharamkan, maka ia pendusta.  Kedua, siapa saja yang mengaku cinta Nabi Muhammad SAW tanpa sikap zuhud, maka ia pendusta.  Ketiga, siapa saja yang mengaku cinta surga tanpa menginfakkan hartanya, maka ia pendusta,’”  (Lihat Syekh M Nawawi Banten dalam Syarah Qami'ut Thughyan, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], halaman 5).
  • 32. MAKNA SECARA GLOBAL  Surat ini membicarakan tentang dua kelompok manusia , yaitu :  1. Orang kafir, mereka yang menyangkal akan nikmat Allah serta mendustakan hari perhitungan dan balasan  2. Orang munafik mereka yang tidak ditujukan amalannya untuk Allah tetapi hanya riya’ dalam amalan dan shalatnya.
  • 33.  A dapun kelompok yang pertama, maka Allah telah menyebutkan sifat-sifat mereka yang tercela. Mereka menghinakan anak yatim, menghardiknya dengan kasar tanpa sikap mendidik dan enggan melakukan kebaikan walaupun sekedar mengingatkan orang lain akan hak orang – orang miskin dan faqir. Jadi, mereka tidak berbuat baik dalam hubungan mereka dengan Rabb, tidak juga dalam hubungan mereka dengan hambaNya dengan yang lain.  Adapun kelompok yang kedua, maka mereka adalah orang – orang yang munafik yang lalai dari shalatnya, mereka adalah orang – orang yang tidak menunaikan shalat waktunya dan mereka adalah orang yang dilahiriyahnya berdiri melakukan shalat namun tanpa ruhnya, serta pamer dengan amalanya. Sumber Artikel: https://salafy.or.id/blog/2012/12/08/pelajaran- surat-al-maun-barang-barang-yang-berguna/ | Salafy.or.id
  • 34. FAEDAH SURAT INI  Dorongan untuk memberi makan anak yatim dan orang miskin serta menganjurkan hal itu.  Penetapan kepercayaan tentang hari kebangkitan, perhitungan, dan balasan.  Menjaga shalat dan memelihara waktunya serta ikhlas dalam melakukannya, begitu pula dalam melakukan amalan yang lain.  Dorongan untuk melakukan kebaikan dan mengeluarkan barang yang biasa digunakan. Karena Allah mencela siapa saja yang tidak melakukanya. Peringatan dari sifat-sifat orang munafiq
  • 36.  Sumber Artikel: https://salafy.or.id/blog/2012/12/08/pelajaran- surat-al-maun-barang-barang-yang-berguna/ | Salafy.or.id  Sumber Bacaan:  Pendusta Agama dalam Perspektif Alquran: Analisis Surat Al- Ma’un Menurut Mufasir Klasik dan Kontemporer, Achmad Jazuli.  Waqfah Ma’a Surah Al-Ma’un, Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi.  Tafsir Jalalain.  Tafsir Ibnu Katsir.  Slide Tafsir Surat Al-Ma’un, Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah.   