Dokumen ini membahas tentang Republik Maluku Selatan (RMS) yang diproklamasikan oleh Chris Soumokil pada 25 April 1950. RMS bertujuan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Indonesia berupaya menyelesaikan secara damai melalui misi perdamaian tetapi gagal, sehingga akhirnya menumpas RMS secara militer dengan operasi yang dipimpin Kolonel A.E. Kawilarang.
7. PENYEBAB/LATAR BELAKANG
Pemberontakan Andi Azis, Westerling, dan Soumokil
memiliki kesamaan tujuan yaitu, mereka tidak puas
terhadap proses kembalinya RIS ke Negara Kesatuan
Republik Indoneisa (NKRI). Pemberontakan yang mereka
lakukan mengunakan unsur KNIL yang merasa bahwa
status mereka tidak jelas dan tidak pasti setelah KMB.
8. Tujuan
Pemberontakan RMS yang didalangi
oleh mantan jaksa agung NIT, Soumokil
bertujuan untuk melepaskan wilayah
Maluku dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sebelum diproklamasikannya
Republik Maluku Selatan (RMS), Gubernur
Sembilan Serangkai yang beranggotakan
pasukan KNIL dan partai Timur Besar
terlebih dahulu melakukan propaganda
terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia untuk memisahkan wilayah
Maluku dari Negara Kesatuan RI
9. JALAN NYA PEMBERONTAKAN
Keberhasilan APRIS mengatasi keadaan
membuat para pemuda semakin bersemangat untuk
kembali ke NKRI. Akan tetapi terjadi banyak terror
dan intimidasi kepada para pemuda terlebih setelah
teror dibantu oleh anggota polisi yang telah dibantu
KNIL bagian dari Korp Speciale Troepen yang
dibentuk oleh Kapten Raymond Westerling di
Batujajar dekat Bandung. Teror tersebut bahkan
menyebabkan terjadinya pembunuhan. Benih
sparatisme muncul dari para birokrat pemerintah
daerah yang memprovokasi seperti dengan
penggabungan wilayah Ambon ke NKRI mengandung
bahaya sehingga seluruh rakyat Ambon diingatkan
akan bahaya tersebut.
10. Pada 20 April 1950, diajukan mosi tidak percaya
dalam parlemen NIT sehingga kabinet NIT meletakkan
jabatannya dan akhirnya NIT dibubarkan dan bergabung
ke dalam wilayah NKRI. Kegagalan pemberontakan Andi
Aziz, menyebabkan berakhirlah pula Negara Indonesia
Timur. Tetapi Soumokil tidak pantang menyerah untuk
melepaskan Maluku Tengah dari wilayah NKRI. Bahkan
dalam rapat di Ambon dengan pemuka KNIL dan Ir.
Manusama, ia mengusulkan agar daerah Maluku Selatan
dijadikan sebagai daerah merdeka. Jika perlu seluruh
anggota Dewan Maluku Selatan dibunuh. Usul tersebut
ditolak, karena anggota mengusulkan agar yang
melakukan proklamasi kemerdekaan Maluku Selatan
adalah Kepala Daerah Maluku Selatan, yaitu J. Manuhutu.
11. Sebelum diproklamasikannya “RMS” terlebih
dahulu telah dilakukan propaganda pemisahan diri
dari NKRI yang dilakukan oleh gubernur Sembilan
Serangkai yang beranggotakan KNIL dan Partai
Timur Besar. Sementara menjelang proklamasi
RMS, Soumokil telah berhasil menghimpun
kekuatan di lingkungan Maluku Tengah. Sementara
itu, orang-orang yang menyatakan dukungannya
terhadap NKRI diancam dan dipenjarakan.
Akhirnya pada tanggal 25 April 1950 di Ambon
diproklamasikan Republik Maluku Selatan (RMS) oleh
Mr. Dr. Ch. R.S. Soumokil.
12. Pada 1942, penjajahan Jepang dimulai dan Soumokil
ditangkap oleh tentara Jepang dan diasingkan ke Burma
dan Thailand. Setelah perang usai, ia kembali ke
Indonesia dan menjadi Jaksa Agung dalam pemerintahan
Negara Indonesia Timur (NIT). Ia kemudian mendirikan
RMS, menjadi Menteri Luar Negeri RMS pada 25 April
1950, dan menjadi presiden pada 3 Mei 1950.
Pendirian Republik Maluku Selatan ini kemudian
ditentang oleh pemerintah pusat. RMS dianggap
memberontak.
13. Pemerintah Pusat yang mencoba menyelesaikan
secara damai, mengirim tim yang diketuai Dr. J.
Leimena sebagai misi perdamaian ke Ambon.
Tapi kemudian, misi yang terdiri dari para politikus,
pendeta, dokter dan wartawan, gagal dan
pemerintah pusat memutuskan untuk menumpas
RMS, lewat kekuatan senjata. Dibentuklah pasukan
di bawah pimpinan Kolonel A.E. Kawilarang. Mereka
kemudian menyerbu Maluku dan menumpas habis
RMS.
14.
15. PENYELESAIAN
• Pemerintah berusaha mengatasi
masalah ini secara damai yaitu
dengan mengirimkan misi damai yang
dipimpin oleh tokoh asli Maluku, yaitu
dr. Leimena. Namun misi ini ditolak
oleh Soumokil. Misi damai yang
dikirim selanjutnya terdiri dari para
politikus, pendeta, dokter, wartawan
pun tidak dapat bertemu dengan
pengikut Soumokil.
16. Karena upaya damai mengalami jalan buntu maka
pemerintah melakukan operasi militer untuk menumpas
gerakan RMS yaitu Gerakan Operasi Militer (GOM)III yang
dipimpin oleh Kolonel A.E. Kawilarang, Panglima Tentara
dan Teritorium Indonesia Timur. Operasi berlangsung dari
tanggal 14 Juli 1950, berhasil menguasai pos-pos penting di
Pulau Buru, 19 Juli 1950 pasukan APRIS berhasil menguasai
Pulau Seram. Pada tanggal 28 September 1950 Ambon
bagian utara berhasil dikuasai. 3 November 1950 benteng
Nieuw Victoria berhasil dikuasai. Dengan jatuhnya Ambon
maka perlawanan RMS dapat dipatahkan dan sisa-sisa
kekuatan RMS banyak yang melarikan diri ke Pulau Seram
dan dalam beberapa tahun membuat serangkaian
kekacauan.