Dokumen ini membahas tentang disintegrasi bangsa khususnya disintegrasi bangsa Indonesia akibat pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS). RMS didirikan pada 1950 dengan tujuan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Upaya perdamaian pemerintah gagal sehingga operasi militer dilakukan untuk menumpas RMS. Pemberontakan RMS berdampak penyanderaan warga dan konflik antara pendukung RMS dan NKRI.
2. Disintegrasi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah hilangnya keutuhan dan
kesatuan.
Secara umum, disintegrasi bangsa adalah
suatu keadaan dimana suatu bangsa mengalami
perpecahan. Mulai dari kondisi tanah air yang
dihadapkan pada konflik dan pertikaian serta
masalah lain sebagai pemicu terjadinya
disintegrasi bangsa.
3.
4. Tujuan Pemberontakan RMS
Pemberontakan RMS yang didalangi oleh mantan
jaksa agung NIT, Soumokil bertujuan untuk melepaskan
wilayah Maluku dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebelum diproklamasikannya Republik Maluku Selatan
(RMS), Gubernur Sembilan Serangkai yang beranggotakan
pasukan KNIL dan partai Timur Besar terlebih dahulu
melakukan propaganda terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia untuk memisahkan wilayah Maluku dari Negara
Kesatuan RI.
Pada tanggal 25 April 1950, para anggota RMS
memproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan
(RMS), dengan J.H Manuhutu sebagai Presiden dan Albert
Wairisal sebagai Perdana Menteri.
Pada tanggal 27 April 1950 Dr.J.P. Nikijuluw ditunjuk
sebagai Wakil Presiden RMS untuk daerah luar negeri dan
5. Upaya Penumpasan RMS
Dalam upaya penumpasan, pemerintah berusaha
untuk mengatasi masalah ini dengan cara berdamai. Cara
yang dilakukan oleh pemerintah yaitu, dengan mengirim
misi perdamaian yang dipimpin oleh seorang tokoh asli
Maluku, yakni Dr. Leimena. Namun, misi yang diajukan
tersebut ditolak oleh Soumokil. Selanjutnya misi
perdamaian yang dikirim oleh pemerintah terdiri atas para
pendeta, politikus, dokter, wartawan pun tidak dapat
bertemu langsung dengan pengikut Soumokil.
Karena upaya perdamaian yang diajukan oleh
pemerintah tidak berhasil, akhirnya pemerintah melakukan
operasi militer untuk membersihkan gerakan RMS dengan
mengerahkan pasukan Gerakan Operasi Militer (GOM) III
yang dipimpin oleh seorang kolonel bernama A.E
Kawilarang, yang menjabat sebagai Panglima Tentara dan
Teritorium Indonesia Timur.
6. Dampak Pemberontakan RMS
• Pada Tahun 1978 anggota RMS menyandera
kurang lebih 70 warga sipil yang berada di
gedung pemerintahan Belanda di Assen-
Wesseran.
• Pada tahun 1975 kelompok ini pernah merampas
kereta api dan menyandera 38 penumpang kereta
api tersebut.
• Pada tahun 2002, pada saat peringatan proklamasi
RMS yang ke-15 dilakukan, diadakan acara
pengibaran bendera RMS di Maluku. Akibat dari
kejadian ini, 23 orang ditangkap oleh aparat
kepolisian.
7. • Aksi pengibaran bendera tersebut terus dilakukan, dan
pada tahun 2004, ratusan pendukung RMS mengibarkan
bendera RMS di Kudamati. Akibat dari pengibaran
bendera ini, sejumlah aktivis yang berada di bawah
naungan RMS ditangkap dan akibat dari penangkapan
tersebut, terjadilah sebuah konflik antara sejumlah
aktivis RMS dengan Kelompok Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
• Peristiwa paling parah terjadi pada tahun 2007, dimana
pada saat itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
sedang menghadiri hari Keluarga Nasional yang
berlangsung di Ambon, Maluku. Ironisnya, pada saat
penari Cakalele masuk ke dalam lapangan, mereka tidak
tanggung-tanggung untuk mengibarkan bendera RMS di
hadapan presiden SBY.