“Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi, pen).” (HR Muslim No. 995)
“Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi, pen).” (HR Muslim No. 995)
"Jika) hamba Allah berkata,’Yang mana hartaku, yang mana hartaku,” sesungguhnya baginya tiga macam harta; apa yang dia makan lalu lenyap, apa yang dia pakai lalu lusuh, dan apa yang dia infakkan tapi akan tetap tersimpan. Apa saja selain itu, akan lenyap dan meninggalkan manusia.
"Jika) hamba Allah berkata,’Yang mana hartaku, yang mana hartaku,” sesungguhnya baginya tiga macam harta; apa yang dia makan lalu lenyap, apa yang dia pakai lalu lusuh, dan apa yang dia infakkan tapi akan tetap tersimpan. Apa saja selain itu, akan lenyap dan meninggalkan manusia.
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo'a, "Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan orang-orang yang wafat mendahului kami dengan membawa iman. Dan janganlah Engkau memberikan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.“ (QS. Al-Hasyr: 10)
"Sesungguhnya Allah Ta’ala membentangkan
tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima
taubat orang yang berdosa pada waktu siang dan
Dia membentangkan tangan-Nya pada waktu siang
untuk menerima taubat orang yang berdosa pada
waktu malam hingga terbitnya matahari dari
tempat terbenamnya"
1. 1
Mari Kita Segera Bersedekah1
Sedekah merupakan amalan sunah yang sangat umum dilakukan di kalangan umat Islam dan sudah selayaknya senantiasa diamalkan oleh setiap muslim, karena Rasulullah s.a.w. pun senantiasa mengamalkannya. Bahkan, dalam sebuah hadis dinyatakan,
“… Beliau (Rasulullah s.a.w.) adalah orang yang lebih lembut daripada angin yang bertiup, tidaklah beliau diminta sesuatu kecuali memberinya...” (Hadits Riwayat Ahmad bin Hanbal dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, Musnad Ahmad ibn Hanbal, juz I, halaman 230, hadits nomor 20142). Artinya, Rasulullah s.a.w. adalah seorang Ahli Sedekah.
Dan, jika kita perhatikan, ternyata di dalam al-Qur’an, Allah SWT berulang kali memberikan penekanan khusus terkait amal yang bisa memberikan kebahagiaan pada sesama ini. Sebagaimanan firman-Nya,
نفِقُوا
َ
وَأ مِن مَا رَزَ قْنَاكُم مِّن قَبْلِ ن
َ
أ ت
ْ
يَأ حَدَكُمُ
َ
أ الْمَوْتُ فَيَقُولَ
رَبِّ لَوْلَ خَّرْتَنِ
َ
أ إِىَل جَ ل
َ
أ قَرِي ب صَّدَقَ
َ
فَأ كُن
َ
وَأ مِّنَ الصَّالِِِيَ
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata, Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)-ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS al-Munâfiqûn/63: 10).
Ibnu Katsir, di dalam kitab tafsirnya “Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm”, menjelaskan maksud ayat tersebut. Menurutnya, seorang muslim hendaknya tidak berlebih-lebihan dalam menilai hartanya (sehingga menjadi kikir), yang akan menjadikan dirinya menyesal di kemudian hari di hadapan Allah SWT. (Abû al- Fidâ’ ‘Imâduddîn ‘Ismâ’îl ibn ‘Umar ibn Katsîr al-Qurasyiy al- Bushrawiy ad-Dimasyqiy, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, juz VIII, halaman 133)
1Disampaikan dalam acara Pengajian Malam Rabu, 7 Oktober 2014, PRM Giripeni, Wates, Kulon Progo.
2. 2
Sementara itu, pada ayat lain, Allah SWT memberikan perintah khusus kepada orang yang beriman,
يَا يُّهَا
َ
أ الََِّينَ آمَنُوا نفِقُوا
َ
أ مِمَا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ ن
َ
أ تَِ
ْ
يَأ يَوْ م لَ بَيْ ع
فِيهِ وَلَ خُّلَّ ة وَلَ شَفَاعَ ة وَالْكََفِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at2. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.” (QS al-Baqarah/2: 254).
Dengan demikian dapat dipahami, meskipun sedekah merupakan amalan sunah, pada hakikatnya sedekah merupakan perisai bagi umat Islam untuk menolak segala macam keburukan di dunia dan akhirat.
Dari sini dapat ditemukan alasan yang dapat dipahami mengapa pada saat tertentu, misalnya pada bulan Ramadhan, Rasulullah s.a.w. lebih bersikap dermawan.
Bahkan, sedekah dinyatakan oleh Rasulullha s.a.w. sangat efektif untuk menyelamatkan masa depan kita yang sesungguhnya, yakni kelak pada hari akhir kala berjumpa dengan Allah SWT. Sehingga, sangat pantas jika suatu ketika ada seorang laki-laki menemui Rasulullah s.a.w., kemudian bertanya tentang ‘sedekah terbaik’ (yang paling besar pahalanya).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia mengatakan,
2Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. Syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
3. 3
“Datang seorang laki-laki dan berkata kepada Nabi, Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling utama (terbaik)?” Nabi s.a.w. pun bersabda, “Engkau bersedekah dan engkau dalam keadaan sehat dan sangat menginginkan, engkau takut kefakiran dan menginginkan kekayaan, dan janganlah engkau lalai. Hingga apabila (napas) telah sampai di kerongkongan, engkau berkata: Untuk fulan sekian dan untuk Fulan (Si Anu) sekian, dan telah menjadi milik Fulan (Si Anu)!” (Hadits Riwayat al- Bukhari dari Abu Hurairah, Shahîh al-Bukhâriy, juz II, halaman 137, hadits nomor 1419). Artinya, sedekah yang paling utama itu ialah ketika kita dalam kondisi sangat berhajat terhadap harta, lantas kita merelakannya untuk orang lain demi membantu sesama atau tegaknya agama Allah.
Siapa pun di antara umat Islam yang bersedia untuk melakukan hal tersebut (bersedekah), maka insyâallâh baginya (balasan) surga yang luasnya seluas langit dan bumi, sebagaimana firman-Nya,
وَسَارِعُوا إِىَل مَغْفِرَ ة مِّن رَبِّكُمْ وَجَنَ ة عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ رْضُ
َْوَالْ
عِدَتْ
ُ
أ لِلّْمُتَّقِيَ ﴿ ٣١١ ﴾ الََِّينَ يُنفِقُونَ فِ السََّرَاءِ وَالضََّرَاءِ
وَالْكََظِمِيَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيَ عَنِ النَّاسِ وَالَلُّ يُُِبُ الْمُحْسِّنِيَ
﴾٣١١﴿
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Āli’Imrân/3: 133-134).
Dengan demikian, seorang muslim tidak semestinya berkeluh kesah meskipun dalam kesempitan. Sedekah tidak selalu harus diamalkan ketika kita dalam keadaan lapang (memiliki sesuatu yang banyak untuk kita sedekahkan). Sebab, sedekah dalam kesempitan (ketika kita tidak memiliki sesuatu yang cukup pantas untuk kita sedekahkan), ternyata justeru dinilai oleh Allah sebagai “sebaik-baik sedekah”.
Oleh karena itu, mari kita segera bersedekah tanpa harus menunggu saat diri kita menjadi orang yang memiliki berbagai kelebihan ‘sesuatu’ yang bisa kita sedekahkan. Sekecil apa pun sedekah yang kita berikan kepada siapa pun insyâallâh akan dinilai sebagai sebuah kebaikan oleh Allah SWT, dan mendapatkan pahala dari-Nya.