Makalah ini membahas tentang manusia sebagai individu dan makhluk sosial dalam 3 poin utama:
1) Manusia sebagai individu memiliki karakteristik unik pribadi tetapi juga dipengaruhi lingkungan sosial.
2) Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan orang lain untuk tumbuh dan berkembang.
3) Manusia merupakan gabungan antara individu dan makhluk sosial, di mana keduanya saling
2. Assalamu’alaikum wr .wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan IPS 2 yang kami beri judul “ Manusia sebagai Individu dan Makhluk
Sosial “.
Tidak ada yang dapat kami perbuat untuk membalas budi semua pihak kecuali
mendoakan semoga amal baik yang telah diberikan kepada kami termasuk amal shaleh yang
diterima di sisi Allah SWT.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan kami. Semoga
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
DAFTAR ISI
4. A.Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari pengaruh orang lain. Kehidupan di
sekitar kita sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian suatu individu. Kita tidak
bisa seenaknya melakukan hal-hal menurut keinginan kita sendiri itu karena kita adalah
makhluk sosial. Makhluk yang membutuhkan bantuan dari orang lain. Hidup tanpa bantuan
dari orang lain tidak akan bisa berjalan dengan baik dan tidak akan bisa tercapai. Sering kita
lihat dan mungkin kita alami betapa sulitnya kita tanpa ada teman yang bisa membantu dan
menemani kita, kita tidak akan bisa berinteraksi dan bersosialisasi. Makhluk individu dan
makhluk sosial sangat berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, betapa
pentingnya peranan masyarakat di sekitar kita.
Melihat dari masalah itu kami dari penulis mencoba untuk membahas tentang
kehidupan individu dan makhluk sosial dan cara serta hal-hal yang yang menyebabkan
terjadinya masalah yang terjadi dalam kehidupan individu dan makhluk sosial.
Tidak terlepas dari hal ini semoga makalah ini bisa membantu kesulitan teman-teman dalam
menghadapi kehidupan di sekitar sehingga kehidupan yang aman dan tentram bisa
terciptakan dan terjadinya interaksi sosial dengan baik.
B.Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini akan membahas mengenai beberapa
masalah, antara lain :
1. Manusia sebagai Individu
2. Manusia sebagai Makhluk Sosial
3. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial
4. Paradigma Hubungan Sosial
BAB II
PEMBAHASAN
5. A. Manusia Sebagai Makhluk Individu
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak
terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang
berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan
suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan
psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-
unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka
seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan
rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Dapat dikatakan bahwa terdapat 3 aspek yang melekat sebagai individu yaitu :
1. Aspek organik jasmaniah.
2. Aspek psikis rohaniah
3. Aspek sosial
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang
persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan
tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor
genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan,
dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat
yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi
oleh faktor lingkungan (faktor fenotip).
Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas
dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan
di mana orang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan
anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang
memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip)dan
faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku
individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan
psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada
tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya jika mendapat rangsangan dari
lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang.
Secara teoritis, pemahaman tentang manusia dapat dilakukan dengan pendekatan sebagai
berikut :
a. Materialisme Antropologis
Bahwa manusia adalah materi yang terdiri dari material organis.
b. Materialisme Biologis
Manusia merupakan badan yang hidup dengan segala pembawaan dan kegiatan badan di
dalam dirinya.
c. Idealisme Antropologis
Manusia adalah makhluk yang memiliki unsur spiritual intelektual yang secara intrinsik
tergantung pada materi.
6. B. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat,
selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu
hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan
selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia
akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.
Manusia adalah makhluk sosial sehingga memiliki kecenderungan untuk bergaul dan
bekerja sama dengan manusia lainnya. Kecenderungan untuk berkelompok dan bekerja sama
dengan manusia lain juga didorong oleh naluri untuk memenuhi kebutuhannya baik secara
lahiriah maupun batiniah.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa
alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Karakteristik Manusia sebagai Makhluk sosial
Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitik beratkan
pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-unsur
keharusan biologis, yang terdiri dari:
1. Dorongan untuk makan
2. Dorongan untuk mempertahankan diri
3. Dorongan untuk melangsungkan jenis
Dari tahapan di atas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai
seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling
ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh
peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru
dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari :
1. penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk
pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah
pengetahuan.
2. penghematan tenaga, dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu
menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja manusia dalam masyarakat bisa
berjalan secara efektif dan efisien.
Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga
terjadi di dalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran di atas jelas bagaimana
manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk
dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya
konsep sebagai makhluk sosial.
Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu
bentuk interaksi sosial didalam hubungannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud
adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor
personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :
a. Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama
lain.
b. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang
direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain
7. karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih sayang orang
lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
c. Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham
atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
C. Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Disisi manapun (sebagai
makhluk sosial atau individu), ada pengaruh positif dan negatifnya.
a) Manusia dikatakan sebagai makhluk individu karena setiap manusia tercipta dengan
kepribadian, keunikan, serta kekurangan dan kelebihan masing-masing sehingga setiap
individu manusia berbeda-beda dan memiliki ciri khas masing-masing.
b) Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena manusia tidak dapat hidup sendiri dan
saling membutuhkan untuk dapat melangsungkan hidupnya.
Kata kunci dari keberhasilan sebagai makhluk sosial adalah memiliki tujuan luhur yang
digalang bersama secara disiplin dan mampu menahan diri, apabila terjadi benturan terhadap
kepentingan pribadi. Dengan cara itu, diharapkan mereka mampu menjalani hidup ini sebagai
makhluk sosial dan individu secara paripurna.
Dari konsep tersebut, maka manusia harus mampu menempatkan diri dalam
kedudukannya baik sebagai :
– Makhluk Individu, yang dibekali cipta, rasa, dan karsa agar sanggup berdiri sendiri serta
bertanggung jawab atas dirinya sehingga disadari / tidak, manusia akan senantiasa berusaha
mengembangkan kemampuannya guna memenuhi berbagai kebutuhannya.
– Makhluk Sosial, di mana setiap manusia sebagai zoon politicon ( binatang yang berakal
pikir) selalu ingin bergaul dengan manusia yang lain.
D. Paradigma Hubungan Sosial
Paradigma hubungan sosial adalah cara pandang, pola pikir kita dalam melihat suatu
fenomena dan fakta-fakta di sekitar kita dalam kehidupan sosial.
Bentuk dan elemen-elemen dari paradigma hubungan sosial :
1. Interaksi Sosial
Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal
balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat.
Interaksi adalah proses di mana orang-orang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi
dalam pikiran dan tindakannya. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-
hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.
Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai
pada saat itu mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin
berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial.
Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut
a. Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.
b. Sugesti adalah suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan
atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu. Yang dimaksud
sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari
orang lain yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam
hubungannya dengan interaksi sosial adalah hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang
yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan
pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
c. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan orang
lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
8. d. Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati
timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga
pada proses identifikasi.
2. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), akomodasi
(accomodation), persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat
dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari interaksi sosial
tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan
adanya kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertikaian
untuk akhirnya sampai pada akomodasi.
Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka
ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
a. Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu kerja sama, akomodasi, asimilasi,
dan akulturasi.
b. Proses Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi persaingan, kontraversi, dan
pertentangan atau pertikaian.
Adapun interaksi yang pokok proses-prosesnya adalah:
1) Bentuk Interaksi Asosiatif
a. Kerja sama (cooperation)
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan
kelompok lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama,
yaitu:
– Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua
organisasi atau lebih.
– Cooperation, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau
pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu carta untuk menghindari
terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
– Coalition, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang
sama.
b. Akomodasi (accomodation)
Akomodasi adalah usaha manusia untuk meredakan atau menghindari konflik dalam
rangka mencapai kestabilan. Adapun bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya:
– Coertion (koersi), yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena
adanya paksaan. Hal ini terjadi karena salah satu pihak berada dalam keadaan lemah sekali.
Contoh : perbudakan
– Compromise (kompromi), yaitu suatu bentuk akomodasi di mana pihak yang terlibat
masing-masing mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap
perselisihan yang ada.
Contoh : * kompromi antara sejumlah partai politik.
* perjanjian antar negara tentang batas wilayah perairan.
– Arbiration (arbitrasi), yaitu suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang
berhadapan tidak sanggup untuk mencapainya sendiri. Dengan cara meminta bantuan pihak
ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau badan yang kedudukannya lebih tinggi dari
pihak-pihak yang bertikai.
Contoh : konflik antara buruh dan pengusaha dengan bantuan suatu badan penyelesaian
perburuhan (Depnaker) sebagai pihak ketiga.
– Meditation (mediasi), yaitu suatu cara menyelesaikan konflik dengan jalan meminta
bantuan pihak ketiga yang netral, yang berfungsi sebagai penasihat dan tidak mempunyai
wewenang untuk memberikan keputusan.
– Conciliation (konsiliasi), yaitu suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang
9. berselisih, bagi tercapainya suatu tujuan bersama.
Contoh : pertemuan beberapa partai politik di dalam lembaga legislatif (DPR) untuk duduk
bersama menyelesaikan perbedaan-perbedaan sehingga tercapai kesepakatan bersama.
– Statlemate, yaitu suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang berkepentingan seimbang,
berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangan.
– Adjudication (adjukasi)¸ yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan.
– Toleration (toleransi), yaitu suatu bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan formal.
Contoh : * suku Jawa tepa selira (tenggang rasa) agar hubungan sesamanya bisa saling
menyadari kekurangan diri masing-masing.
* pada bulan puasa(Romadhon) umat yang tidak berpuasa, tidak makan di sembarang tempat.
c. Asimilasi
Asimilasi adalah bercampurnya 2 kebudayaan dalam masyarakat setempat.
Contoh : dalam 1 negara terjadi asimilasi sehingga tercipta kebudayaan baru.
d. Akulturasi
Akulturasi adalah proses masuknya kebudayaan asing yang mampu mempengaruhi
masyarakat tertentu.
Contoh : candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaam India dan
Indonesia.
2) Bentuk Interaksi Disosiatif
a. Persaingan (competition)
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang
bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian
atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekerasan.
b. Kontraversi (contaversion)
Kontraversi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan.
Kontaversi ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka
yang disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang. Akan tetapi, gejala-
gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
c. Pertentangan (conflict)
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial yang
berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau
kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan pribadi,
pertentangan rasional, pertentangan kelas sosial, dan pertentangan politik.
3. Sosialisasi
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak
belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam
teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan
tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat
lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized other.
Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil
peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang
harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang
lain dengan siapa ia berinteraksi.
Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-
peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran
generalized others. Ia telah mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena
telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia
10. berinteraksi.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalui
interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini
oleh Cooley diberi nama looking-glass self.
Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama
seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap
berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap
penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang
dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya.
Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-
208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa,
dan sistem pendidikan.
4. Bentuk dan Pola Sosialisasi
a. Bentuk-bentuk Sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam
kaitan inilah para pakar berbicara mengenai bentuk-bentuk proses sosialisasi seperti
sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup, atau pendidikan
berkesinambungan.
b. Pola-pola Sosialisasi
Pada dasarnya kita mengenal dua pola sosialisasi, yaitu:
1. pola represi merupakan pola yang menekankan pada penggunaan hukuman terhadap
kesalahan.
2. pola partisipatori merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakala
berperilaku baik dan anak menjadi pusat sosialisasi.
5. Masyarakat dan Komunitas
Masyarakat merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakukan hubungan
dan bersifat kekal. Masyarakat berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah
melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama.
Unsur-unsur masyarakat yaitu:
– kumpulan orang
– sudah terbentuk dengan lama
– sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri
– memiliki kepercayaan, kebudayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama
– adanya kesinambungan dan pertahanan diri.
Macam-macam masyarakat, yaitu :
a) Masyarakat Setempat (community)
Masyarakat setempat menunjukan pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di satu
wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu. Faktor utama yang menjadi
dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara anggota-anggotanya dibandingkan
interaksi dengan penduduk di luar batas wilayahnya.
b) Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota
Menurut Soerjono Soekamto, masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang berbeda,
khususnya terhadap perhatian keperluan hidup. Di desa, yang diutamakan adalah perhatian
khusus terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsi yang lain diabaikan. Lain dengan pandangan
orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, mereka melihat selain kebutuhan pokok,
pandangan sekitarnya sangat mereka perhatikan.
c) Masyarakat Multikultural
Perlu diketahui, ada tiga istilah yang digunakan secara bergantian untuk mengambarkan
11. masyarakat yang terdiri atas agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu pluralitas,
keragaman, dan multikultural.
Konsep pluralitas menekankan pada adanya hal-hal yang lebih dari satu (banyak).
Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih dari satu itu berbeda-beda,
heterogen, dan bahkan tidak dapat dipersamakan. Sementara itu, konsep multikultralisme
sebenarnya merupakan konsep yang relatif baru.
Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama
sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa ataupun
agama. Jadi, apabila pluralitas hanya menggambarkan kemajemukan, multikulturalisme
memberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka adalah sama di ruang
publik.
d) Pengaruh Multikultural Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara dan
Kehidupan Global
Problematika yang muncul dari keragaman yaitu munculnya berbagai kasus disintegrasi
bangsa dan bubarnya sebuah negara, dapat disimpulkan adanya lima faktor utama yang
secara gradual bisa menjadi penyebab utama proses itu, yaitu: kegagalan kepemimpinan,
krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama, krisis politik, krisis sosial, dan intervensi
asing.
Realitas keragaman budaya bangsa ini tentu membawa konsekuensi munculnya persoalan
gesekan antar budaya, yang mempengaruhi dinamika kehidupan bangsa sebagai kelompok
sosial, oleh sebab itu kita harus bersikap terbuka melihat semua perbedaan dalam keragaman
yang ada, meenjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, dan menjadikan keragaman sebagai
kekayaan bangsa, alat pengikat persatuan seluruh masyarakat dalam kebudayaan yang
beraneka ragam.
Individualitas manusia tampak pada keinginan untuk selalu tumbuh berkembang sebagai
sosok pribadi yang khas atau berbeda dengan lain.
Sedangkan sebagi mahkluk sosial adalah keinginan untuk selalu terlibat bersama orang
lain sebagi bagian dalam proses pembentukan jati diri. Di dalam perjumpaan dengan orang
lain itulah seorang mengalami perkembangan, sebab dengan perjumpaan akan terjadi
“dialog”. Dalam dialog tersebut bisa jadi merupakan bagian pertanggungjawaban pribadi
terhadap kehidupan bersama orang lain.
Jadi manusia sebagai mahkluk individu maupun mahkluk sosial merupakan dua sisi dari
satu mata uang / tak terpisah.
BAB III
PENUTUP
12. A.Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk individu dan sosial memiliki unsur jasmani dan rohani unsur
raga dan jiwa. Manusia dikatakan makhluk individu apabila unsur unsur tarsebut menyatu
dalam dirinya. Sedangkan manusia dikatakan sebagai makhluk sosial apabila di dalam hidup
nya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Jadi, seorang manusia tidak bisa
hidup tanpa ada hubungan sosial antar masyarakat. Karena rasa tergantung suatu individu
kepada lingkungan sekitarnya maka terciptalah hubungan sosial antar masyarakat.
B.Saran
Kami selaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan tentunya banyak
sekali kekurangan dalam pembutan makalah ini. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya
kemampuan kami.
Oleh karena itu, kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan makalah ini sangat bermanfaat untuk
kami khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mansyuri, Arif dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 2. Jakarta : Amanah Pustaka.