SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan
dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik.
Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip dan beberapa kaidah
yang ada dalam psikoterapi ternyata juga digunakan, antara lain dalam
konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun pemasaran.
Dalam praktek, psikoterapi dilakukan dengan percakapan dan
observasi. Percakapan dengan seseorang dapat mengubah pandangan,
keyakinan serta perilakunya secara mendalam, dan hal ini sering tidak kita
sadari. Beberapa contohnya, antara lain seorang penakut, dapat berubah
menjadi berani, atau, dua orang yang saling bermusuhan satu sama lain,
kemudian dapat menjadi saling bermaafan, atau, seseorang yang sedih dapat
menjadi gembira setelah menjalani percakapan dengan seseorang yang
dipercayainya. Bila kita amati contoh-contoh itu, akan timbul pertanyaan,
apakah sebenarnya yang telah dilakukan terhadap mereka sehingga dapat
terjadi perubahan tersebut? Pada hakekatnya, yang dilakukan ialah pembujukan
atau persuasi. Caranya dapat bermacam-macam, antara lain dengan memberi
nasehat, memberi contoh, memberikan pengertian, melakukan otoritas untuk
mengajarkan sesuatu, memacu imajinasi, melatih, dsb. Pembujukan ini dapat
efektif asal dilakukan pada saat yang tepat, dengan cara yang tepat, oleh orang
2
yang mempunyai cukup pengalaman. Pada prinsipnya pembujukan ini terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai bidang, dan dapat dilakukan oleh
banyak orang.
Dalam dunia kedokteran, komunikasi antara dokter dengan pasien
merupakan hal yang penting oleh karena percakapan atau pembicaraan
merupakan hal yang selalu terjadi diantara mereka. Komunikasi berlangsung
dari saat perjumpaan pertama, yaitu sewaktu diagnosis belum ditegakkan
hingga saat akhir pemberian terapi. Apa pun hasil pengobatan, berhasil atau pun
tidak, dokter akan mengkomunikasikannya dengan pasien atau keluarganya; hal
itu pun dilakukan melalui pembicaraan. Dalam keseluruhan proses tatalaksana
pasien, hubungan dokter-pasien merupakan hal yang penting dan sangat
menentukan, dan untuk dapat membentuk dan membina hubungan dokter-
pasien tersebut, seorang dokter dapat mempelajarinya melalui prinsip-prinsip
psikoterapi.
Sejak berabad yang lalu, para ahli telah menyadari bahwa psikoterapi
berperan penting pada penyembuhan gangguan-gangguan pikiran dan perasaan,
dan dokter berperan penting dalam hal itu (A healer is a person to whom a
sufferer tells things; and out of his or her listening, the healer develops the basis
for therapeutic interventions. The good listener is the best physician for those
who are ill in thought and feeling). Oleh karena itu dahulu psikoterapi sering
disebut sebagai the talking cure. Psikoterapi diterima sebagai ilmu dan
ketrampilan tersendiri, sebagai pengembangan lebih lanjut dari prinsip-prinsip
3
the talking cure tersebut, oleh karena terdiri atas teknik-teknik dan metode
khusus yang dapat diajarkan dan dipelajari.
Mengapa psikoterapi penting dipelajari? Psikoterapi merupakan alat
yang dapat membantu dan penting dipelajari khususnya oleh dokter dan para
profesional lain yang berperan dalam kesehatan dan kesehatan jiwa, namun
perlu pula diingat bahwa teknik dan metodenya yang tertentu dan bermacam-
macam tersebut memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat dipelajari dan
dipraktekkan dengan baik. Tentunya, dengan hanya membaca buku ajar yang
singkat ini tidaklah mungkin mencakup keseluruhan hal mengenai psikoterapi,
namun setidaknya prinsip-prinsip dasar psikoterapi dapat dipahami, untuk
dapat diaplikasikan dalam praktek sehari-hari, sehingga dapat turut menunjang
upaya peningkatan mutu pelayanan kepada pasien.
Secara non spesifik, psikoterapi dapat menambah efektivitas terapi lain;
sebagai suatu yang spesifik atau khusus, sebagaimana telah disebutkan di atas,
psikoterapi merupakan rangkaian teknik yang digunakan untuk mengubah
perilaku (catatan: teknik merupakan rangkaian tindakan yang dibakukan untuk
mendapatkan perubahan tertentu, bukan urutan perubahan alamiah, sehingga
harus dilatih untuk mencapai ketrampilan optimal). Dengan psikoterapi,
seorang dokter akan dapat memanfaatkan teknik-teknik untuk meningkatkan
hasil yang ingin dicapainya. Bila seorang dokter tidak mengerti atau
memahaminya, sebetulnya bukan hanya tidak akan menambah efektivitas
terapinya, melainkan setidaknya dapat menghindarkan hal-hal yang dapat
merugikan pasiennya.
4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian psikoterapi?
2. Apa saja prinsip-prinsip umum psikoterapi?
3. Apa saja jenis-jenis psikoterapi?
4. Bagaimana proses psikoterapi praktis?
5. Bagaimana efektivitas psikoterapi?
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Psikoterapi
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Antara lain yaitu
bahwa psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara
psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin
hubungan kerjasama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan
untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan
penderitaan akibat penyakit. Definisi yang lain yaitu bahwa psikoterapi adalah
cara-cara atau pendekatan yang menggunakan teknik-teknik psikologik untuk
menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental.
Psikoterapi disebut sebagai pengobatan, karena merupakan suatu
bentuk intervensi, dengan berbagai macam cara dan metode – yang bersifat
psikologik – untuk tujuan yang telah disebutkan di atas, sehingga psikoterapi
merupakan salah satu bentuk terapi atau pengobatan disamping bentuk-bentuk
lainnya dalam ilmu kedokteran jiwa khususnya, dan ilmu kedokteran pada
umumnya.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, talking cures telah
digunakan orang sejak berabad yang lalu. Misalnya, Soranus dari Ephesus,
seorang dokter pada abad pertama Masehi, menggunakan percakapan atau
pembicaraan untuk pasien-pasiennya dan mengubah ide-ide yang irasional dari
6
pasien depresi. Kini, dalam terapi kognitif (salah satu jenis psikoterapi), terapis
menelusuri cara berpikir yang irasional pada pasien-pasien depresi dan
membimbing mereka agar kemudian dapat mengatasinya sendiri.
Bermula dari Sigmund Freud, pada akhir abad ke-sembilanbelas, yang
memaparkan teori psikoanalisisnya, psikoterapi kian berkembang hingga kini.
Teknik dan metode yang dicetuskan oleh Freud dapat dikatakan merupakan
dasar dari psikoterapi, yang tampaknya, dalam praktek sehari-hari masih tetap
digunakan sebagai dasar, apa pun teori yang dianut atau menjadi landasan atau
pegangan bagi seseorang yang melakukan psikoterapi .
B. Prinsip-prinsip umum psikoterapi
Seperti telah disebutkan, psikoterapi dilakukan dengan cara percakapan
atau wawancara (interview). Dalam suatu wawancara, tidak dapat dipisahkan
antara sifat terapeutik dan penegakan diagnosis. Biasanya, pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan mengandung kedua aspek tersebut, yaitu untuk
mengoptimalkan hubungan interpersonal dengan pasien (sifat terapeutik), dan
untuk melengkapi data dalam usaha menegakkan diagnosis. Dalam melakukan
psikoterapi, wawancara harus lebih mengutamakan aspek terapeutiknya; data
yang diperlukan akan berangsur terkumpul dengan kian membaiknya hubungan
interpersonal yang terjalin antara dokter dengan pasiennya, sehingga berartinya
suatu wawancara tergantung dari sifat hubungan terapis dengan pasiennya
tersebut.
7
Dalam melakukan wawancara, hendaknya kita juga melakukan
observasi secara menyeluruh dengan teliti. Sambil mengajukan pertanyaan, kita
juga mengamati dan turut serta (sebagai participant observer) dalam proses
yang sedang berlangsung pada saat dan situasi tersebut (“the here and now”).
Yang kita amati yaitu : (1). apa yang terjadi pada pasien, (2). apa yang terjadi
pada pewawancara atau terapis sendiri, serta (3). apa yang terjadi di antara
terapis dan pasiennya. Dalam berhadapan dengan pasien, dokter atau terapis
mempengaruhi pasien dengan sikap dan perkataannya, dari menit ke menit, saat
ke saat. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan sebetulnya bukan hanya (a).apa
yang kita bicarakan, tetapi juga (b). bagaimana cara kita melakukannya, (c).
kapan (saat atau waktu yang tepat) kita mengungkapkan hal tertentu yang ingin
kita sampaikan, serta (d).bagaimana hubungan antara si penolong (dokter atau
terapis) dan yang ditolong (pasien) tersebut. Hal-hal tersebut dapat membuat
pasien menjadi lebih tenang atau sebaliknya menjadi tegang, lebih terbuka atau
tertutup, lebih percaya atau pun curiga, sehingga dapat disimpulkan bahwa
selalu ada pengaruh terapeutik maupun kontraterapeutik, dan tidak pernah
netral sama sekali, karena setiap orang mempunyai latar belakang kepribadian
dan pengalaman hidup yang berbeda-beda, yang mempengaruhi cara pandang,
cara berpikir dan menghayati segala sesuatu.
Hal yang sebaliknya juga perlu diingat, bahwa wawancara bukan hanya
menghasilkan pengaruh dokter atau terapis atas pasien, namun juga pengaruh
pasien terhadap dokternya. Sang dokter, sadar atau tidak, akan terpengaruh oleh
sikap dan perkataan pasien, yang akan tercermin dalam sikap, perasaan dan
8
perilakunya sendiri. Dipacu oleh sikap dan perilaku pasien terhadapnya
(ditambah lagi dengan kehidupan fantasinya sendiri), dokter atau terapis dapat
menjadi tenang, tegang, santai, kuatir, terbuka, tertutup, bosan, sedih, kesal,
malu, terangsang, dll.; perasaan-perasaan tersebut turut menentukan apa yang
dikatakannya kepada pasien (atau tidak dikatakannya) dan bagaimana ia
mengatakannya. Untuk dapat mengatasi hal ini seorang dokter atau terapis perlu
belajar untuk memantau perasaan-perasaan reaktifnya tersebut, agar ucapan-
ucapan dan sikapnya terhadap pasien sedapat-dapatnya beralasan profesional
dan sedikit mungkin tercampur dengan unsur-unsur yang berasal dari respons
emosional subyektifnya sendiri.
Agar tujuan terapeutik tercapai, hendaknya senantiasa diusahakan agar
dokter dapat menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antara
dokter dan pasien. Dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien,
senantiasa harus dipertimbangkan bilamana dan bagaimana kita akan
menanyakan hal tersebut. Bila konteksnya kurang tepat, misalnya, pasien justru
dapat merasa tersinggung atau dipermalukan oleh pertanyaan kita (nyata atau
tidak nyata), pasien mungkin akan menolak atau menyangkal, atau akan
membuat-buat jawabannya.
C. Pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh seseorang yang ingin
melakukan psikoterapi
9
1. Mempunyai pengetahuan mengenai dasar-dasar ilmu psikologi dan
psikopatologi serta proses-proses mental. Hal ini dapat diperoleh dari
mengikuti kuliah, kursus, maupun membaca sendiri.
2. Dapat menarik suatu konklusi tentang keadaan mental pasien yang telah
diperiksa. Hal ini didapat dari latihan intensif dan supervisi, untuk
mempertajam fungsi pemeriksaan, terutama dalam hal mendengar dengan
cermat (listening).(A healer is one who listens in order to listen and to
understand). Dengan mendengar dengan teliti dan cermat, dibekali oleh
pengetahuan yang cukup, kita akan mendapat gambaran tepat tentang
pasien-pasien yang diwawancarai. Fungsi mendengar ini amat penting; dari
fungsi ini sedapat-dapatnya kita memperoleh apa yang dimaksud oleh
pasien, yang belum tentu sesuai dengan apa yang dikatakannya. Misalnya:
seorang pasien datang dengan keluhan nyeri di dadanya; hendaknya kita
memperhatikan bagaimana ia mengekspresikan keluhan tersebut dengan
cermat. Bila kita teliti, kita akan merasa dan mengetahui bahwa sebetulnya
pada saat itu pasien sedang dalam keadaan sangat cemas. Untuk mengatasi
hal itu, tugas pertama kita adalah mengurangi kecemasannya terlebih
dahulu. Barangkali dengan itu saja, sudah akan mengurangi intensitas
keluhannya. Untuk melakukan maksud ini pun kita harus lihat dan rasakan
dengan teliti; kadang, tujuan kita akan menurunkan kecemasannya tetapi
justru meningkatkannya. Jadi, kita harus mengetahui apa tujuan kita
mengajukan pertanyaan tertentu kepada pasien.
10
seorang pasien lain datang dengan keluhan sakit yang bermacam-macam
yang menimpa beberapa bagian atau organ tubuhnya. Biasanya kita
langsung berpikir: “Sakit apakah pasien ini?“ Padahal, mungkin yang ia
maksud saat itu adalah:“ Saya sedang sangat cemas, dokter!“ Dari sini dapat
kita ketahui bahwa tidak semua yang dikatakan oleh pasien itu tercermin
dari perkataannya; bila kita senantiasa teliti, kita akan merasa dan
mengetahui apa yang diucapkan dan diperagakan pasien secara
keseluruhan, baik yang tersurat maupun yang tersirat, karena biasanya
keluhan pasien merupakan suatu simbol atau representasi dari hal-hal yang
tidak dapat diungkapkan secara verbal, yang biasanya terjadi karena hal itu
tidak disadari (berada di alam nirsadar).
seorang pasien lain mengeluhkan rasa nyeri yang dialami sejak beberapa
waktu sebelumnya. Biasanya, kita lalu akan bertanya: “Nyerinya di sebelah
mana, ya?“ Dalam hal ini, kita harus mengetahui betul mengapa kita
mengajukan pertanyaan tersebut (apa maksud/tujuannya? apakah memang
hanya ingin mengetahui lokasi nyerinya, atau ingin memberi kesempatan
kepada pasien untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya?); sebaiknya,
pertanyaan kita tersebut mengandung makna bagi pasien (pertanyaan yang
logis, sensibel, dapat dimengerti maksud dan tujuannya oleh pasien).
Usahakan tidak mengungkapkan pertanyaan dengan kata-kata yang sulit
dimengerti, karena ini dapat mengakibatkan pasien merasa tidak mampu
(karena tidak mengerti pertanyaan kita), atau merasa bahwa ia tidak
11
dipahami. Kita juga sebaiknya mengetahui jawaban apa yang kita harapkan
dari pertanyaan yang kita ajukan tersebut.
3. Terampil dan berpengalaman dalam menerapkan teknik dan metode
penanganan fungsi-fungsi mental pasien. Terdapat teknik-teknik yang
biasanya digunakan, antara lain persuasi, desensitisasi, pemberian nasihat,
pemberian contoh (modelling), empati, penghiburan, interpretasi, reward &
punishment, dll. Pada dasarnya, terdapat manipulasi dasar yang dapat kita
lakukan, yaitu :
a. Cara mengontrol ansietas
b. Cara mengatasi depresi
c. Cara menghadapi psikosis
Mengenai lama pendidikan yang dijalani untuk menguasai teknik-teknik
tersebut amat bervariasi, tergantung dari latar belakang pendidikan serta
jenis psikoterapi yang ingin dimahiri (lihat pembagian jenis psikoterapi;
untuk konseling misalnya, minimal diperlukan waktu dua minggu untuk
dapat melakukannya sendiri, sedangkan untuk psikoterapi berorientasi
dinamik, diperlukan pendidikan intensif sekitar lima-enam tahun untuk
mendapatkan ilmu dan ketrampilan yang memadai).
4. Kepribadian:
merupakan variabel yang penting dalam psikoterapi (selain variabel pasien
dan teknik yang digunakan) yang berpengaruh penting dalam menentukan
arah dan hasil terapi. Seseorang yang ingin melakukan psikoterapi
12
hendaknya memiliki kepribadian dengan kualitas khusus yang
memungkinkan untuk membentuk dan memupuk hubungan yang tepat dan
patut dengan pasien-pasiennya, dengan ciri-ciri :
a. Sensitif / sensible
b. Obyektif dan jujur
c. Fleksibel
d. Dapat berempati
e. Relatif bebas dari problem emosional atau problem kepribadian,
yang serius.
Sebaliknya, ciri/unsur kepribadian yang merugikan keberhasilan terapi,
antara lain :
a. Kecenderungan untuk mendominasi, sombong/angkuh, otoriter
b. Kecenderungan untuk pasif dan submisif
c. Sulit untuk terlibat dalam hubungan personal yang bermakna
d. Tidak mampu untuk mentoleransi ekspresi impuls tertentu
e. Mempunyai kebutuhan untuk menggunakan pasien bagi pemuasan
impuls yang terpendam
f. Mempunyai sifat destruktif
5. Pengalaman
pengalaman yang diperoleh dalam menangani pasien, kekayaan
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, luasnya wawasan dalam
pengetahuan, budaya, agama, hal-hal spiritual, merupakan bekal yang
penting. Problem pribadi yang dialami tidak dapat menjadi ukuran dalam
13
menangani pasien. Yang menarik ialah bahwa tidak ada seorang pasien
pun yang sama, setiap pasien adalah unik. Pengalaman yang dimiliki akan
berguna dalam mengatur strategi dan teknik untuk mencapai tujuan terapi.
D. Jenis-jenis psikoterapi
1. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi dibedakan atas:
a. Psikoterapi Suportif:
Tujuan:
1) Mendukung funksi-funksi ego, atau memperkuat mekanisme
defensi yang ada
2) Memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang
baru dan lebih baik.
3) Perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.
Cara atau pendekatan: bimbingan, reassurance, katarsis emosional,
hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan,
terapi kelompok.
b. Psikoterapi Reedukatif:
Tujuan:
Mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits)
tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan.
Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi
keluarga, psikodrama, dll.
c. Psikoterapi Rekonstruktif:
Tujuan :
14
Dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar, dengan
usaha untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang.
Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler,
Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi
berorientasi psikoanalitik atau dinamik.
2. Menurut “dalamnya”, psikoterapi terdiri atas:
a. ”superfisial”, yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau proses pada
“permukaan”, yang tidak menyentuh hal-hal yang nirsadar atau materi
yang direpresi.
b. “mendalam” (deep), yaitu yang menangani hal atau proses yang
tersimpan dalam alam nirsadar atau materi yang direpresi.
3. Menurut teknik yang terutama digunakan, psikoterapi dibagi menurut teknik
perubahan yang digunakan, antara lain psikoterapi ventilatif, sugestif, katarsis,
ekspresif, operant conditioning, modeling, asosiasi bebas, interpretatif, dll.
4. Menurut konsep teoretis tentang motivasi dan perilaku, psikoterapi dapat
dibedakan menjadi: psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan mental-
emosional dianggap teratasi bila deviasi perilaku telah dikoreksi); psikoterapi
kognitif (problem diatasi dengan mengkoreksi sambungan kognitif automatis
yang “keliru”; dan psikoterapi evokatif, analitik, dinamik (membawa ingatan,
keinginan, dorongan, ketakutan, dll. yang nirsadar ke dalam kesadaran).
Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada teori belajar,
sedangkan psikoterapi dinamik berdasar pada konsep-konsep psikoanalitik
Freud dan pasca-Freud.
15
5. Menurut setting-nya, psikoterapi terdiri atas psikoterapi individual dan
kelompok (terdiri atas terapi marital/pasangan, terapi keluarga, terapi
kelompok)
Terapi marital atau pasangan diindikasikan bila ada problem di antara
pasangan, misalnya komunikasi, persepsi,dll. Terapi keluarga, dilakukan bila
struktur dan fungsi dalam suatu keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Bila salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa, akan
mempengaruhi keadaan dan interaksi dalam keluarga dan sebaliknya, keadaan
keluarga akan mempengaruhi gangguan serta prognosis pasien. Untuk itu
seluruh anggota keluarga diwajibkan hadir pada setiap sesi terapi. Terapi
kelompok, dilakukan terhadap sekelompok pasien (misalnya enam atau delapan
orang), oleh satu atau dua orang terapis. Metode dan caranya bervariasi; ada
yang suportif dan bersifat edukasi, ada yang interpretatif dan analitik.
Kelompok ini dapat terdiri atas pasien-pasien dengan gangguan yang berbeda,
atau dengan problem yang sama, misalnya gangguan makan, penyalahgunaan
zat, dll. Diharapkan mereka dapat saling memberikan dukungan dan harapan
serta dapat belajar tentang cara baru mengatasi problem yang dihadapi.
6. Menurut nama pembuat teori atau perintis metode psikoterapeutiknya,
psikoterapi dibagi menjadi psikoanalisis Freudian, analisis Jungian, analisis
transaksional Eric Berne, terapi rasional-emotif Albert Ellis, konseling non-
direktif Rogers, terapi Gestalt dari Fritz Perls, logoterapi Viktor Frankl, dll.
16
7. Menurut teknik tambahan khusus yang digabung dengan psikoterapi, misalnya
narkoterapi, hypnoterapi, terapi musik, psikodrama, terapi permainan dan
peragaan (play therapy), psikoterapi religius, dan latihan meditasi.
8. Yang belum disebutkan dalam pembagian di atas namun akhir-akhir ini banyak
dipakai antara lain: konseling, terapi interpersonal, intervensi krisis.
a. Konseling:
menurut para ahli sebetulnya tidak termasuk psikoterapi, oleh karena tidak
memenuhi kriteria dan batasannya, antara lain teknik, tujuan dan orang
yang melakukannya, walaupun hubungan yang terjadi di dalamnya juga
merupakan “the helping relationships”. Konseling bukan hanya hubungan
profesional antara dokter-pasien, tetapi dapat dilakukan dalam berbagai
bidang profesi, misalnya guru, pengacara, penasehat keuangan, dsb.
Merupakan proses membantu seseorang untuk belajar menyelesaikan masalah
interpersonal, emosional dan memutuskan hal tertentu.
Fokus pada masalah klien atau pasien.
Percakapannya merupakan percakapan dua arah.
Bentuknya terstruktur, yaitu terdiri atas: menyambut, membahas, membantu
menetapkan pilihan, mengingatkan.
Bertujuan membantu klien untuk mengenal dirinya, memahami
permasalahannya, melihat peluang dan mencari alternatif penyelesaiannya.
Memerlukan kemampuan melakukan komunikasi interpersonal. Konseling
dilakukan dalam suasana yang menjamin rasa aman dan nyaman
17
Tujuan:
1) Membantu kemampuan klien atau pasien untuk mengambil keputusan
yang bijaksana dan realistik.
2) Menuntun perilaku klien/pasien agar mampu mengemban
konsekuensinya
3) Memberikan informasi dan edukasi
Terdapat dua tipe konseling:
a.Pengarahan untuk mengatasi kesulitan pengambilan keputusan
b. Konseling untuk membantu seseorang dalam suatu pilihan yang
vital
b. Terapi interpersonal:
Dilakukan terhadap pasien yang mengalami konflik saat ini dengan
pihak-pihak lain yang bermakna sehingga ia mengalami kesulitan dalam
beradaptasi terhadap perubahan-perubahan dalam karier atau peran
sosial atau perubahan hidup lainnya. Banyak dilakukan terhadap depresi
sedang dan berat.
c. Intervensi krisis:
Dilakukan terhadap pasien yang sedang mengalami suatu krisis dan
memerlukan tindakan segera (catatan: krisis yaitu suatu respons
terhadap keadaan bahaya atau penuh risiko dan dirasakan/dihayati
sebagai keadaan yang menyakitkan, agar tercapai kembali keadaan
seimbang (emotional equilibrium). Dalam terapi ini kita harus
18
secepatnya membina hubungan interpersonal yang adekuat serta
mengerti peran psikodinamik dan hubungannya terhadap krisis yang
terjadi. Teknik yang dilakukan yaitu reassurance, sugesti, manipulasi
lingkungan dan medikasi psikotropik. Kita ajarkan kepada pasien untuk
menghindari situasi yang berbahaya untuk mencegah terjadinya
kembali krisis di masa yang akan datang.
E. Proses psikoterapi praktis
Dalam psikoterapi, begitu banyak variabel yang berperan sehingga kita
dapat kehilangan arah dan terhalang oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
proses, baik dari sisi pasien, dokter maupun sifat hubungan antara dokter-
pasien.
Dari sisi pasien, faktor yang dapat mempengaruhi proses, antara lain adanya
motivasi, fenomena transferensi, resistensi, mekanisme defensi, dsb.
Transferensi adalah suatu distorsi persepsi pada pasien, yang secara nirsadar
menganggap seorang terapis sebagai figur yang bermakna pada masa lalunya.
Bila hal ini diketahui/disadari oleh terapis, justru dapat digunakan sebagai alat
atau sarana untuk mencapai tujuan psikoterapi. Resistensi (berbeda dengan
definisi menurut ilmu kedokteran umum – yang berarti daya tahan organisme
terhadap penyakit) yaitu perlawanan pasien terhadap usaha-usaha untuk
mengubah pola perilakunya, memberikan suatu tilikan, membuat unsur nirsadar
menjadi sadar. Mekanisme defensi, yaitu mekanisme nirsadar untuk
19
mengelakkan pengetahuan sadar tentang konflik dan ansietas yang berkaitan
dengan hal itu.
Dari pihak dokter atau terapis, hal yang sama dapat pula dialami, yaitu
kontra-transferensi (salah persepsi terapis terhadap pasiennya), resistensi, dsb.,
disertai teknik dan ketrampilan yang dimiliki oleh sang terapis, turut
mempengaruhi proses terapi.
Secara garis besar, untuk psikoterapi yang terstruktur, terdapat kerangka umum
yang terencana, sehingga seseorang dapat lebih terarah dan mantap dalam usaha
untuk mencapai tujuan terapeutik yang bermakna. Kerangka kerja umum
tersebut hendaknya cukup luwes dan luas (holistik), yang dapat mencakup
berbagai orientasi dan disiplin. Adapun kerangka proses psikoterapi tersebut 2
:
1. Fase Awal:
Tujuannya membentuk hubungan kerja dengan pasien. Tugas Terapeutik :
a. Memotivasi pasien untuk menerima terapi.
b. Menjelaskan dan menjernihkan salah pengertian mengenai terapi (bila
ada).
c. Meyakinkan pasien bahwa terapis mengerti penderitaannya dan bahwa
terapis mampu membantunya.
d. Menetapkan secara tentatif mengenai tujuan terapi.
Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk:
a. Tidak ada motivasi terapi dan tidak dapat menerima fakta bahwa ia
dapat dibantu.
20
b. Penolakan terhadap arti dan situasi terapi.
c. Tidak dapat dipengaruhi, terdapat hostilitas dan agresi, dependensi yang
mendalam.
d. Berbagai resistensi lain yang menghambat terjalinnya hubungan yang
sehat dan hangat.
Masalah kontratransferensi dalam diri terapis, antara lain:
a. Tidak mampu bersimpati, berkomunikasi dan saling mengerti secara
timbal balik.
b. Timbul iritabilitas terhadap penolakan pasien untuk terapi dan terhadap
terapis.
c. Tidak mampu memberi kehangatan kepada pasien.
d. Tidak dapat menunjukkan penerimaan dan pengertian terhadap pasien
dan masalahnya.
2. Fase Pertengahan:
Tujuannya: menentukan perkiraan sebab dan dinamik gangguan yang
dialami pasien, menerjemahkan tilikan dan pengertian (bila telah ada),
menentukan langkah korektif. Tugas terapeutik:
a. Mengeksplorasi berbagai frustrasi terhadap lingkungan dan hubungan
interpersonal yang menimbulkan ansietas. Bila melakukan psikoterapi
dinamik, gunakan asosiasi, analsisi karakter, analisis transferensi,
interpretasi mimpi. Pada terapi perilaku, kita menilai faktor-faktor yang
perlu diperkuat dan gejala-gejala yang perlu dihilangkan.
21
b. Membantu pasien dalam mengatasi ansietas yang berhubungan dengan
problem kehidupan.
Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk:
a. Rasa bersalah terhadap pernyataan dan pengakuan adanya gangguan
dan kesulitan dalam hubungan interpersonal dengan lingkungan.
b. Tidak mau, atau tidak mampu (bila ego lemah), menghadapi dan
mengatasi ansietas yang berhubungan dengan konflik, keinginan dan
ketakutan
Masalah kontratransferensi dalam diri terapis dapat berupa:
a. Terapis mengelak dari problem pasien yang menimbulkan ansietas
dalam diri terapis.
b. Ingin menyelidiki terlalu dalam dan cepat pada fase permulaan.
c. Merasa jengkel terhadap resistensi pasien.
3. Fase akhir:
Tujuannya yaitu: terminasi terapi. Tugas terapeutiknya antara lain:
a. Menganalisis elemen-elemen dependensi hubungan terapis – pasien.
b. Mendefinisikan kembali situasi terapi untuk mendorong pasien
membuat keputusan, menentukan nilai dan cita-cita sendiri.
c. Membantu pasien mencapai kemandirian dan ketegasan diri yang
setinggi-tingginya.
Resistensi pada pasien dapat berupa:
a. Penolakan untuk melepaskan dependensi.
b. Ketakutan untuk mandiri dan asertif
22
Masalah kontratransferensi pada terapis:
a. Kecenderungan untuk mendominasi dan terlalu melindungi pasien.
b. Tidak mampu mengambil sikap/peran yang non direktif sebagai
terapis.
F. Efektivitas psikoterapi
Dari beragai penelitian statistik yang telah dilakukan, ternyata di antara sekian
banyak bentuk dan jenis psikoterapi yang ada, tidak satu pun terbukti lebih
unggul daripada yang lain. Perbaikan terapeutik yang dicapai, ditentukan oleh
faktor-faktor:
1. tujuan yang ingin dicapai
2. motivasi pasien
3. kepribadian dan ketrampilan terapis
4. teknik yang digunakan
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telah diuraikan dasar-dasar psikoterapi secara singkat dan terbatas.
Psikoterapi memang merupakan ilmu dan ketrampilan tersendiri yang bermanfaat
untuk pasien-pasien dengan problem kejiwaan khususnya dan problem kesehatan
pada umumnya. Ilmu dan ketrampilan ini dapat diajarkan dan dipelajari namun
memerlukan waktu yang tidak sedikit, ketekunan serta kepribadian terapis yang
juga tidak kalah pentingnya.
Untuk dokter umum yang bertugas sebagai ujung tombak dalam sistem
pelayanan kesehatan di tanah air, psikoterapi penting untuk dipelajari, walaupun
memerlukan waktu yang khusus dan cukup lama untuk mempelajari kembali
karena terdiri atas teknik-teknik dan metode tertentu. Oleh karena itu, minimal
konseling dan psikoterapi suportif hendaknya dapat dipahami dengan baik.
Psikoterapi dapat menambah efektivitas terapi lain; bila serang dokter tidak
memahaminya, bukan hanya tidak akan menambah efektivitas terapinya,
melainkan setidaknya diharapkan dapat menghindarkan hal-hal yang dapat
merugikan pasiennya.
Dalam melakukan wawancara dalam praktek sehari-hari dengan pasien,
beberapa hal yang perlu diingat antara lain bahwa wawancara mengandung
makna terapeutik selain untuk pengambilan data dalam upaya penegakan
diagnosis. Komunikasi antara dokter-pasien adalah penting. Dalam berhadapan
24
dengan pasien, hendaknya kita senantiasa membina hubungan interpersonal
dengan optimal, mengerti dan sadar apa yang kita bicarakan, bagaimana cara
penyampaiannya, bilamana, serta dalam konteks apa kita menyampaikan
pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan kita. Hendaknya kita perlu belajar
memantau hal-hal tersebut agar ucapan-ucapan dan sikap kita terhadap pasien
sedapat-dapatnya beralasan profesional dan sesedikit mungkin tercampur oleh
unsur-unsur yang berasal dari respons emosional subyektif kita.
Ketrampilan yang perlu dilatih terus-menerus ialah dalam mendengarkan
dengan cermat (empathic listening). Dengan mendengar dengan teliti, disertai
observasi yang cermat, serta didasari oleh pengetahuan yang memadai tentang
psikologi, psikopatologi dan proses-proses kejiwaan, kita akan mendapat
gambaran yang tepat dan menyeluruh tentang pasien.
Setelah melakukan wawancara dengan pasien, hendaknya kita dapat membuat
konklusi tentang keadaan mental pasien {seberapa cemas, apakah ia dalam
keadaan depresi, bingung (confuse), marah, atau bahkan tidak mengerti harus
berbuat apa}; setelah itu tentunya kita harus mengetahui langkah apa yang harus
kita perbuat untuk menolongnya.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Kami menyadari
bahwasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya
menanti kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca guna pembuatan makalah
saya selanjutnya agar lebih baik lagi. Aamiin
25
DAFTAR PUSTAKAN
Kaplan H.I. & Sadock BJ Psychotherapies, in Comprehensive Textbook of Psychiatry,
Chapter 31, Eight Edition, Vol.2, William & Wilkins, Baltimore, 2004, 1767-
70.
Gabbard G.O. Individual Psychotherapy, in Psychodynamic Psychiatry Clinical
Practice – The DSM – IV Edition, American Psychiatric Press, 2000, 91-5.
Lubis DB & Elvira SD. Penuntun Wawancara Psikodinamik dan Psikoterapi. Balai
Penerbit FKUI, 2005: 10-12
Elvira SD. Kumpulan Makalah Psikoterapi, Balai Penerbit FKUI, 2005: 5,7, 9.
Gabbard GO. Long-Term Dynamic Psychotherapy, American Psychiatric Press, 2004,
91-5.

More Related Content

What's hot

Makalah terapi aktivitas kelompok (tak) AKPER PEMKAB MUNA
Makalah terapi aktivitas kelompok (tak) AKPER PEMKAB MUNA Makalah terapi aktivitas kelompok (tak) AKPER PEMKAB MUNA
Makalah terapi aktivitas kelompok (tak) AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Trend issue pengobatan
Trend issue pengobatanTrend issue pengobatan
Trend issue pengobatan
Cahya
 
Ppt komter
Ppt komterPpt komter
Ppt komter
Cahya
 

What's hot (18)

Kesihatan mental dari perspektif Islam
Kesihatan mental dari perspektif IslamKesihatan mental dari perspektif Islam
Kesihatan mental dari perspektif Islam
 
Materi buku ajar tetes mata 1
Materi buku ajar tetes mata 1Materi buku ajar tetes mata 1
Materi buku ajar tetes mata 1
 
Kaedah Terapi
Kaedah TerapiKaedah Terapi
Kaedah Terapi
 
Pemulihan: Model Medis dan Model Konsumen
Pemulihan: Model Medis dan Model KonsumenPemulihan: Model Medis dan Model Konsumen
Pemulihan: Model Medis dan Model Konsumen
 
Teknik cbt
Teknik cbtTeknik cbt
Teknik cbt
 
Makalah terapi aktivitas kelompok (tak) AKPER PEMKAB MUNA
Makalah terapi aktivitas kelompok (tak) AKPER PEMKAB MUNA Makalah terapi aktivitas kelompok (tak) AKPER PEMKAB MUNA
Makalah terapi aktivitas kelompok (tak) AKPER PEMKAB MUNA
 
Free ebook semua orang bisa self healing
Free ebook semua orang bisa self healingFree ebook semua orang bisa self healing
Free ebook semua orang bisa self healing
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Trend issue pengobatan
Trend issue pengobatanTrend issue pengobatan
Trend issue pengobatan
 
Hypnotherapi
HypnotherapiHypnotherapi
Hypnotherapi
 
Komunikasi terapeut
Komunikasi terapeutKomunikasi terapeut
Komunikasi terapeut
 
Terapi tranpersonal by okta UNS Surakarta
Terapi tranpersonal by okta UNS SurakartaTerapi tranpersonal by okta UNS Surakarta
Terapi tranpersonal by okta UNS Surakarta
 
Teknik sentuhan&ketukan
Teknik sentuhan&ketukanTeknik sentuhan&ketukan
Teknik sentuhan&ketukan
 
Ppt komter
Ppt komterPpt komter
Ppt komter
 
Hubungan terapeutik perawat klien
Hubungan terapeutik perawat klien Hubungan terapeutik perawat klien
Hubungan terapeutik perawat klien
 
Terapi modalitas keperawatan jiwa
Terapi modalitas keperawatan jiwaTerapi modalitas keperawatan jiwa
Terapi modalitas keperawatan jiwa
 
Teknik hipnoterapi
Teknik hipnoterapiTeknik hipnoterapi
Teknik hipnoterapi
 
Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik
 

Viewers also liked

Anbefaling fra vejleder
Anbefaling fra vejlederAnbefaling fra vejleder
Anbefaling fra vejleder
Anne Timm
 

Viewers also liked (16)

учн. самовряд. 5клас
учн. самовряд. 5класучн. самовряд. 5клас
учн. самовряд. 5клас
 
Dhtic final work
Dhtic final workDhtic final work
Dhtic final work
 
081261704828(Tsel)Biaya umroh
081261704828(Tsel)Biaya umroh081261704828(Tsel)Biaya umroh
081261704828(Tsel)Biaya umroh
 
Last Week Ximena Llumiquinga
Last Week Ximena LlumiquingaLast Week Ximena Llumiquinga
Last Week Ximena Llumiquinga
 
Projet de rapport d’information présenté le mercredi 28 avril 2010
Projet de rapport d’information présenté le mercredi 28 avril 2010Projet de rapport d’information présenté le mercredi 28 avril 2010
Projet de rapport d’information présenté le mercredi 28 avril 2010
 
Mbb
MbbMbb
Mbb
 
AdMobilize
AdMobilizeAdMobilize
AdMobilize
 
Mappy/BVA Infographie commercants 2015
Mappy/BVA Infographie commercants 2015Mappy/BVA Infographie commercants 2015
Mappy/BVA Infographie commercants 2015
 
Apprendre Autrement
Apprendre AutrementApprendre Autrement
Apprendre Autrement
 
Met de nederlandse waterbouw kopje onder…...
Met de nederlandse waterbouw kopje onder…...Met de nederlandse waterbouw kopje onder…...
Met de nederlandse waterbouw kopje onder…...
 
Konsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan
Konsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan Konsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan
Konsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan
 
Fae emperors club
Fae emperors clubFae emperors club
Fae emperors club
 
Anbefaling fra vejleder
Anbefaling fra vejlederAnbefaling fra vejleder
Anbefaling fra vejleder
 
The History Boys
The History BoysThe History Boys
The History Boys
 
[Fr] le Marketing des TIC
[Fr] le Marketing des TIC[Fr] le Marketing des TIC
[Fr] le Marketing des TIC
 
20 SIFAT WAJIB BAGI ALLAH
20 SIFAT WAJIB BAGI ALLAH20 SIFAT WAJIB BAGI ALLAH
20 SIFAT WAJIB BAGI ALLAH
 

Similar to Eva jadi

Pengertian dan ruang lingkup
Pengertian dan ruang lingkupPengertian dan ruang lingkup
Pengertian dan ruang lingkup
andisgrasi
 
kelompok 7.pptx
kelompok 7.pptxkelompok 7.pptx
kelompok 7.pptx
hein30
 
Tera pi tingkah laku
Tera pi tingkah lakuTera pi tingkah laku
Tera pi tingkah laku
Hdyismi
 

Similar to Eva jadi (20)

Terapi Modalitas Kep Jiwa.pptx
Terapi Modalitas Kep Jiwa.pptxTerapi Modalitas Kep Jiwa.pptx
Terapi Modalitas Kep Jiwa.pptx
 
Pengertian dan ruang lingkup
Pengertian dan ruang lingkupPengertian dan ruang lingkup
Pengertian dan ruang lingkup
 
Makalah terapi kelompok
Makalah terapi kelompokMakalah terapi kelompok
Makalah terapi kelompok
 
PPT TAK KEL 5.pptx
PPT TAK KEL 5.pptxPPT TAK KEL 5.pptx
PPT TAK KEL 5.pptx
 
Strategi Menanggapi Emosi Pasien.pdf
Strategi Menanggapi Emosi Pasien.pdfStrategi Menanggapi Emosi Pasien.pdf
Strategi Menanggapi Emosi Pasien.pdf
 
kelompok 7.pptx
kelompok 7.pptxkelompok 7.pptx
kelompok 7.pptx
 
ps4156_07_061814.ppt
ps4156_07_061814.pptps4156_07_061814.ppt
ps4156_07_061814.ppt
 
Tera pi tingkah laku
Tera pi tingkah lakuTera pi tingkah laku
Tera pi tingkah laku
 
Hubungan BIMBINGAN KONSELING ,psikoterapi dan religioterapi matakuliah bimbin...
Hubungan BIMBINGAN KONSELING ,psikoterapi dan religioterapi matakuliah bimbin...Hubungan BIMBINGAN KONSELING ,psikoterapi dan religioterapi matakuliah bimbin...
Hubungan BIMBINGAN KONSELING ,psikoterapi dan religioterapi matakuliah bimbin...
 
Hubungan bk ,psikoterapi dan religioterapi matakuliah bimbingan konseling sta...
Hubungan bk ,psikoterapi dan religioterapi matakuliah bimbingan konseling sta...Hubungan bk ,psikoterapi dan religioterapi matakuliah bimbingan konseling sta...
Hubungan bk ,psikoterapi dan religioterapi matakuliah bimbingan konseling sta...
 
Makalah terapi aktivitas kelompok (tak)
Makalah terapi aktivitas kelompok (tak)Makalah terapi aktivitas kelompok (tak)
Makalah terapi aktivitas kelompok (tak)
 
3. Terapi Modalitas.pptx
3. Terapi Modalitas.pptx3. Terapi Modalitas.pptx
3. Terapi Modalitas.pptx
 
Asti dan inas
Asti dan inasAsti dan inas
Asti dan inas
 
Asti dan inas
Asti dan inasAsti dan inas
Asti dan inas
 
Kb 2
Kb 2Kb 2
Kb 2
 
Dasar-dasar Komunikasi Terapeutik
Dasar-dasar Komunikasi TerapeutikDasar-dasar Komunikasi Terapeutik
Dasar-dasar Komunikasi Terapeutik
 
Mengoptimalkan Perawatan Pasien.pdf
Mengoptimalkan Perawatan Pasien.pdfMengoptimalkan Perawatan Pasien.pdf
Mengoptimalkan Perawatan Pasien.pdf
 
Welas Asih untuk Peningkatan Kualitas Hidup.pdf
Welas Asih untuk Peningkatan Kualitas Hidup.pdfWelas Asih untuk Peningkatan Kualitas Hidup.pdf
Welas Asih untuk Peningkatan Kualitas Hidup.pdf
 
Model konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwaModel konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwa
 
MI.1.1.SIKAP PETUGAS DALAM KONSELING KEPATUHAN MINUM OBAT ppt.pdf
MI.1.1.SIKAP PETUGAS DALAM KONSELING KEPATUHAN MINUM OBAT ppt.pdfMI.1.1.SIKAP PETUGAS DALAM KONSELING KEPATUHAN MINUM OBAT ppt.pdf
MI.1.1.SIKAP PETUGAS DALAM KONSELING KEPATUHAN MINUM OBAT ppt.pdf
 

Recently uploaded

1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
EirinELS
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 

Recently uploaded (20)

MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDMateri Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxAksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
 

Eva jadi

  • 1. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata juga digunakan, antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun pemasaran. Dalam praktek, psikoterapi dilakukan dengan percakapan dan observasi. Percakapan dengan seseorang dapat mengubah pandangan, keyakinan serta perilakunya secara mendalam, dan hal ini sering tidak kita sadari. Beberapa contohnya, antara lain seorang penakut, dapat berubah menjadi berani, atau, dua orang yang saling bermusuhan satu sama lain, kemudian dapat menjadi saling bermaafan, atau, seseorang yang sedih dapat menjadi gembira setelah menjalani percakapan dengan seseorang yang dipercayainya. Bila kita amati contoh-contoh itu, akan timbul pertanyaan, apakah sebenarnya yang telah dilakukan terhadap mereka sehingga dapat terjadi perubahan tersebut? Pada hakekatnya, yang dilakukan ialah pembujukan atau persuasi. Caranya dapat bermacam-macam, antara lain dengan memberi nasehat, memberi contoh, memberikan pengertian, melakukan otoritas untuk mengajarkan sesuatu, memacu imajinasi, melatih, dsb. Pembujukan ini dapat efektif asal dilakukan pada saat yang tepat, dengan cara yang tepat, oleh orang
  • 2. 2 yang mempunyai cukup pengalaman. Pada prinsipnya pembujukan ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai bidang, dan dapat dilakukan oleh banyak orang. Dalam dunia kedokteran, komunikasi antara dokter dengan pasien merupakan hal yang penting oleh karena percakapan atau pembicaraan merupakan hal yang selalu terjadi diantara mereka. Komunikasi berlangsung dari saat perjumpaan pertama, yaitu sewaktu diagnosis belum ditegakkan hingga saat akhir pemberian terapi. Apa pun hasil pengobatan, berhasil atau pun tidak, dokter akan mengkomunikasikannya dengan pasien atau keluarganya; hal itu pun dilakukan melalui pembicaraan. Dalam keseluruhan proses tatalaksana pasien, hubungan dokter-pasien merupakan hal yang penting dan sangat menentukan, dan untuk dapat membentuk dan membina hubungan dokter- pasien tersebut, seorang dokter dapat mempelajarinya melalui prinsip-prinsip psikoterapi. Sejak berabad yang lalu, para ahli telah menyadari bahwa psikoterapi berperan penting pada penyembuhan gangguan-gangguan pikiran dan perasaan, dan dokter berperan penting dalam hal itu (A healer is a person to whom a sufferer tells things; and out of his or her listening, the healer develops the basis for therapeutic interventions. The good listener is the best physician for those who are ill in thought and feeling). Oleh karena itu dahulu psikoterapi sering disebut sebagai the talking cure. Psikoterapi diterima sebagai ilmu dan ketrampilan tersendiri, sebagai pengembangan lebih lanjut dari prinsip-prinsip
  • 3. 3 the talking cure tersebut, oleh karena terdiri atas teknik-teknik dan metode khusus yang dapat diajarkan dan dipelajari. Mengapa psikoterapi penting dipelajari? Psikoterapi merupakan alat yang dapat membantu dan penting dipelajari khususnya oleh dokter dan para profesional lain yang berperan dalam kesehatan dan kesehatan jiwa, namun perlu pula diingat bahwa teknik dan metodenya yang tertentu dan bermacam- macam tersebut memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat dipelajari dan dipraktekkan dengan baik. Tentunya, dengan hanya membaca buku ajar yang singkat ini tidaklah mungkin mencakup keseluruhan hal mengenai psikoterapi, namun setidaknya prinsip-prinsip dasar psikoterapi dapat dipahami, untuk dapat diaplikasikan dalam praktek sehari-hari, sehingga dapat turut menunjang upaya peningkatan mutu pelayanan kepada pasien. Secara non spesifik, psikoterapi dapat menambah efektivitas terapi lain; sebagai suatu yang spesifik atau khusus, sebagaimana telah disebutkan di atas, psikoterapi merupakan rangkaian teknik yang digunakan untuk mengubah perilaku (catatan: teknik merupakan rangkaian tindakan yang dibakukan untuk mendapatkan perubahan tertentu, bukan urutan perubahan alamiah, sehingga harus dilatih untuk mencapai ketrampilan optimal). Dengan psikoterapi, seorang dokter akan dapat memanfaatkan teknik-teknik untuk meningkatkan hasil yang ingin dicapainya. Bila seorang dokter tidak mengerti atau memahaminya, sebetulnya bukan hanya tidak akan menambah efektivitas terapinya, melainkan setidaknya dapat menghindarkan hal-hal yang dapat merugikan pasiennya.
  • 4. 4 B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian psikoterapi? 2. Apa saja prinsip-prinsip umum psikoterapi? 3. Apa saja jenis-jenis psikoterapi? 4. Bagaimana proses psikoterapi praktis? 5. Bagaimana efektivitas psikoterapi?
  • 5. 5 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Psikoterapi Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Antara lain yaitu bahwa psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerjasama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit. Definisi yang lain yaitu bahwa psikoterapi adalah cara-cara atau pendekatan yang menggunakan teknik-teknik psikologik untuk menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental. Psikoterapi disebut sebagai pengobatan, karena merupakan suatu bentuk intervensi, dengan berbagai macam cara dan metode – yang bersifat psikologik – untuk tujuan yang telah disebutkan di atas, sehingga psikoterapi merupakan salah satu bentuk terapi atau pengobatan disamping bentuk-bentuk lainnya dalam ilmu kedokteran jiwa khususnya, dan ilmu kedokteran pada umumnya. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, talking cures telah digunakan orang sejak berabad yang lalu. Misalnya, Soranus dari Ephesus, seorang dokter pada abad pertama Masehi, menggunakan percakapan atau pembicaraan untuk pasien-pasiennya dan mengubah ide-ide yang irasional dari
  • 6. 6 pasien depresi. Kini, dalam terapi kognitif (salah satu jenis psikoterapi), terapis menelusuri cara berpikir yang irasional pada pasien-pasien depresi dan membimbing mereka agar kemudian dapat mengatasinya sendiri. Bermula dari Sigmund Freud, pada akhir abad ke-sembilanbelas, yang memaparkan teori psikoanalisisnya, psikoterapi kian berkembang hingga kini. Teknik dan metode yang dicetuskan oleh Freud dapat dikatakan merupakan dasar dari psikoterapi, yang tampaknya, dalam praktek sehari-hari masih tetap digunakan sebagai dasar, apa pun teori yang dianut atau menjadi landasan atau pegangan bagi seseorang yang melakukan psikoterapi . B. Prinsip-prinsip umum psikoterapi Seperti telah disebutkan, psikoterapi dilakukan dengan cara percakapan atau wawancara (interview). Dalam suatu wawancara, tidak dapat dipisahkan antara sifat terapeutik dan penegakan diagnosis. Biasanya, pertanyaan- pertanyaan yang diajukan mengandung kedua aspek tersebut, yaitu untuk mengoptimalkan hubungan interpersonal dengan pasien (sifat terapeutik), dan untuk melengkapi data dalam usaha menegakkan diagnosis. Dalam melakukan psikoterapi, wawancara harus lebih mengutamakan aspek terapeutiknya; data yang diperlukan akan berangsur terkumpul dengan kian membaiknya hubungan interpersonal yang terjalin antara dokter dengan pasiennya, sehingga berartinya suatu wawancara tergantung dari sifat hubungan terapis dengan pasiennya tersebut.
  • 7. 7 Dalam melakukan wawancara, hendaknya kita juga melakukan observasi secara menyeluruh dengan teliti. Sambil mengajukan pertanyaan, kita juga mengamati dan turut serta (sebagai participant observer) dalam proses yang sedang berlangsung pada saat dan situasi tersebut (“the here and now”). Yang kita amati yaitu : (1). apa yang terjadi pada pasien, (2). apa yang terjadi pada pewawancara atau terapis sendiri, serta (3). apa yang terjadi di antara terapis dan pasiennya. Dalam berhadapan dengan pasien, dokter atau terapis mempengaruhi pasien dengan sikap dan perkataannya, dari menit ke menit, saat ke saat. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan sebetulnya bukan hanya (a).apa yang kita bicarakan, tetapi juga (b). bagaimana cara kita melakukannya, (c). kapan (saat atau waktu yang tepat) kita mengungkapkan hal tertentu yang ingin kita sampaikan, serta (d).bagaimana hubungan antara si penolong (dokter atau terapis) dan yang ditolong (pasien) tersebut. Hal-hal tersebut dapat membuat pasien menjadi lebih tenang atau sebaliknya menjadi tegang, lebih terbuka atau tertutup, lebih percaya atau pun curiga, sehingga dapat disimpulkan bahwa selalu ada pengaruh terapeutik maupun kontraterapeutik, dan tidak pernah netral sama sekali, karena setiap orang mempunyai latar belakang kepribadian dan pengalaman hidup yang berbeda-beda, yang mempengaruhi cara pandang, cara berpikir dan menghayati segala sesuatu. Hal yang sebaliknya juga perlu diingat, bahwa wawancara bukan hanya menghasilkan pengaruh dokter atau terapis atas pasien, namun juga pengaruh pasien terhadap dokternya. Sang dokter, sadar atau tidak, akan terpengaruh oleh sikap dan perkataan pasien, yang akan tercermin dalam sikap, perasaan dan
  • 8. 8 perilakunya sendiri. Dipacu oleh sikap dan perilaku pasien terhadapnya (ditambah lagi dengan kehidupan fantasinya sendiri), dokter atau terapis dapat menjadi tenang, tegang, santai, kuatir, terbuka, tertutup, bosan, sedih, kesal, malu, terangsang, dll.; perasaan-perasaan tersebut turut menentukan apa yang dikatakannya kepada pasien (atau tidak dikatakannya) dan bagaimana ia mengatakannya. Untuk dapat mengatasi hal ini seorang dokter atau terapis perlu belajar untuk memantau perasaan-perasaan reaktifnya tersebut, agar ucapan- ucapan dan sikapnya terhadap pasien sedapat-dapatnya beralasan profesional dan sedikit mungkin tercampur dengan unsur-unsur yang berasal dari respons emosional subyektifnya sendiri. Agar tujuan terapeutik tercapai, hendaknya senantiasa diusahakan agar dokter dapat menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antara dokter dan pasien. Dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien, senantiasa harus dipertimbangkan bilamana dan bagaimana kita akan menanyakan hal tersebut. Bila konteksnya kurang tepat, misalnya, pasien justru dapat merasa tersinggung atau dipermalukan oleh pertanyaan kita (nyata atau tidak nyata), pasien mungkin akan menolak atau menyangkal, atau akan membuat-buat jawabannya. C. Pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh seseorang yang ingin melakukan psikoterapi
  • 9. 9 1. Mempunyai pengetahuan mengenai dasar-dasar ilmu psikologi dan psikopatologi serta proses-proses mental. Hal ini dapat diperoleh dari mengikuti kuliah, kursus, maupun membaca sendiri. 2. Dapat menarik suatu konklusi tentang keadaan mental pasien yang telah diperiksa. Hal ini didapat dari latihan intensif dan supervisi, untuk mempertajam fungsi pemeriksaan, terutama dalam hal mendengar dengan cermat (listening).(A healer is one who listens in order to listen and to understand). Dengan mendengar dengan teliti dan cermat, dibekali oleh pengetahuan yang cukup, kita akan mendapat gambaran tepat tentang pasien-pasien yang diwawancarai. Fungsi mendengar ini amat penting; dari fungsi ini sedapat-dapatnya kita memperoleh apa yang dimaksud oleh pasien, yang belum tentu sesuai dengan apa yang dikatakannya. Misalnya: seorang pasien datang dengan keluhan nyeri di dadanya; hendaknya kita memperhatikan bagaimana ia mengekspresikan keluhan tersebut dengan cermat. Bila kita teliti, kita akan merasa dan mengetahui bahwa sebetulnya pada saat itu pasien sedang dalam keadaan sangat cemas. Untuk mengatasi hal itu, tugas pertama kita adalah mengurangi kecemasannya terlebih dahulu. Barangkali dengan itu saja, sudah akan mengurangi intensitas keluhannya. Untuk melakukan maksud ini pun kita harus lihat dan rasakan dengan teliti; kadang, tujuan kita akan menurunkan kecemasannya tetapi justru meningkatkannya. Jadi, kita harus mengetahui apa tujuan kita mengajukan pertanyaan tertentu kepada pasien.
  • 10. 10 seorang pasien lain datang dengan keluhan sakit yang bermacam-macam yang menimpa beberapa bagian atau organ tubuhnya. Biasanya kita langsung berpikir: “Sakit apakah pasien ini?“ Padahal, mungkin yang ia maksud saat itu adalah:“ Saya sedang sangat cemas, dokter!“ Dari sini dapat kita ketahui bahwa tidak semua yang dikatakan oleh pasien itu tercermin dari perkataannya; bila kita senantiasa teliti, kita akan merasa dan mengetahui apa yang diucapkan dan diperagakan pasien secara keseluruhan, baik yang tersurat maupun yang tersirat, karena biasanya keluhan pasien merupakan suatu simbol atau representasi dari hal-hal yang tidak dapat diungkapkan secara verbal, yang biasanya terjadi karena hal itu tidak disadari (berada di alam nirsadar). seorang pasien lain mengeluhkan rasa nyeri yang dialami sejak beberapa waktu sebelumnya. Biasanya, kita lalu akan bertanya: “Nyerinya di sebelah mana, ya?“ Dalam hal ini, kita harus mengetahui betul mengapa kita mengajukan pertanyaan tersebut (apa maksud/tujuannya? apakah memang hanya ingin mengetahui lokasi nyerinya, atau ingin memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya?); sebaiknya, pertanyaan kita tersebut mengandung makna bagi pasien (pertanyaan yang logis, sensibel, dapat dimengerti maksud dan tujuannya oleh pasien). Usahakan tidak mengungkapkan pertanyaan dengan kata-kata yang sulit dimengerti, karena ini dapat mengakibatkan pasien merasa tidak mampu (karena tidak mengerti pertanyaan kita), atau merasa bahwa ia tidak
  • 11. 11 dipahami. Kita juga sebaiknya mengetahui jawaban apa yang kita harapkan dari pertanyaan yang kita ajukan tersebut. 3. Terampil dan berpengalaman dalam menerapkan teknik dan metode penanganan fungsi-fungsi mental pasien. Terdapat teknik-teknik yang biasanya digunakan, antara lain persuasi, desensitisasi, pemberian nasihat, pemberian contoh (modelling), empati, penghiburan, interpretasi, reward & punishment, dll. Pada dasarnya, terdapat manipulasi dasar yang dapat kita lakukan, yaitu : a. Cara mengontrol ansietas b. Cara mengatasi depresi c. Cara menghadapi psikosis Mengenai lama pendidikan yang dijalani untuk menguasai teknik-teknik tersebut amat bervariasi, tergantung dari latar belakang pendidikan serta jenis psikoterapi yang ingin dimahiri (lihat pembagian jenis psikoterapi; untuk konseling misalnya, minimal diperlukan waktu dua minggu untuk dapat melakukannya sendiri, sedangkan untuk psikoterapi berorientasi dinamik, diperlukan pendidikan intensif sekitar lima-enam tahun untuk mendapatkan ilmu dan ketrampilan yang memadai). 4. Kepribadian: merupakan variabel yang penting dalam psikoterapi (selain variabel pasien dan teknik yang digunakan) yang berpengaruh penting dalam menentukan arah dan hasil terapi. Seseorang yang ingin melakukan psikoterapi
  • 12. 12 hendaknya memiliki kepribadian dengan kualitas khusus yang memungkinkan untuk membentuk dan memupuk hubungan yang tepat dan patut dengan pasien-pasiennya, dengan ciri-ciri : a. Sensitif / sensible b. Obyektif dan jujur c. Fleksibel d. Dapat berempati e. Relatif bebas dari problem emosional atau problem kepribadian, yang serius. Sebaliknya, ciri/unsur kepribadian yang merugikan keberhasilan terapi, antara lain : a. Kecenderungan untuk mendominasi, sombong/angkuh, otoriter b. Kecenderungan untuk pasif dan submisif c. Sulit untuk terlibat dalam hubungan personal yang bermakna d. Tidak mampu untuk mentoleransi ekspresi impuls tertentu e. Mempunyai kebutuhan untuk menggunakan pasien bagi pemuasan impuls yang terpendam f. Mempunyai sifat destruktif 5. Pengalaman pengalaman yang diperoleh dalam menangani pasien, kekayaan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, luasnya wawasan dalam pengetahuan, budaya, agama, hal-hal spiritual, merupakan bekal yang penting. Problem pribadi yang dialami tidak dapat menjadi ukuran dalam
  • 13. 13 menangani pasien. Yang menarik ialah bahwa tidak ada seorang pasien pun yang sama, setiap pasien adalah unik. Pengalaman yang dimiliki akan berguna dalam mengatur strategi dan teknik untuk mencapai tujuan terapi. D. Jenis-jenis psikoterapi 1. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi dibedakan atas: a. Psikoterapi Suportif: Tujuan: 1) Mendukung funksi-funksi ego, atau memperkuat mekanisme defensi yang ada 2) Memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik. 3) Perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif. Cara atau pendekatan: bimbingan, reassurance, katarsis emosional, hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan, terapi kelompok. b. Psikoterapi Reedukatif: Tujuan: Mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan. Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll. c. Psikoterapi Rekonstruktif: Tujuan :
  • 14. 14 Dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang. Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik. 2. Menurut “dalamnya”, psikoterapi terdiri atas: a. ”superfisial”, yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau proses pada “permukaan”, yang tidak menyentuh hal-hal yang nirsadar atau materi yang direpresi. b. “mendalam” (deep), yaitu yang menangani hal atau proses yang tersimpan dalam alam nirsadar atau materi yang direpresi. 3. Menurut teknik yang terutama digunakan, psikoterapi dibagi menurut teknik perubahan yang digunakan, antara lain psikoterapi ventilatif, sugestif, katarsis, ekspresif, operant conditioning, modeling, asosiasi bebas, interpretatif, dll. 4. Menurut konsep teoretis tentang motivasi dan perilaku, psikoterapi dapat dibedakan menjadi: psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan mental- emosional dianggap teratasi bila deviasi perilaku telah dikoreksi); psikoterapi kognitif (problem diatasi dengan mengkoreksi sambungan kognitif automatis yang “keliru”; dan psikoterapi evokatif, analitik, dinamik (membawa ingatan, keinginan, dorongan, ketakutan, dll. yang nirsadar ke dalam kesadaran). Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada teori belajar, sedangkan psikoterapi dinamik berdasar pada konsep-konsep psikoanalitik Freud dan pasca-Freud.
  • 15. 15 5. Menurut setting-nya, psikoterapi terdiri atas psikoterapi individual dan kelompok (terdiri atas terapi marital/pasangan, terapi keluarga, terapi kelompok) Terapi marital atau pasangan diindikasikan bila ada problem di antara pasangan, misalnya komunikasi, persepsi,dll. Terapi keluarga, dilakukan bila struktur dan fungsi dalam suatu keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Bila salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa, akan mempengaruhi keadaan dan interaksi dalam keluarga dan sebaliknya, keadaan keluarga akan mempengaruhi gangguan serta prognosis pasien. Untuk itu seluruh anggota keluarga diwajibkan hadir pada setiap sesi terapi. Terapi kelompok, dilakukan terhadap sekelompok pasien (misalnya enam atau delapan orang), oleh satu atau dua orang terapis. Metode dan caranya bervariasi; ada yang suportif dan bersifat edukasi, ada yang interpretatif dan analitik. Kelompok ini dapat terdiri atas pasien-pasien dengan gangguan yang berbeda, atau dengan problem yang sama, misalnya gangguan makan, penyalahgunaan zat, dll. Diharapkan mereka dapat saling memberikan dukungan dan harapan serta dapat belajar tentang cara baru mengatasi problem yang dihadapi. 6. Menurut nama pembuat teori atau perintis metode psikoterapeutiknya, psikoterapi dibagi menjadi psikoanalisis Freudian, analisis Jungian, analisis transaksional Eric Berne, terapi rasional-emotif Albert Ellis, konseling non- direktif Rogers, terapi Gestalt dari Fritz Perls, logoterapi Viktor Frankl, dll.
  • 16. 16 7. Menurut teknik tambahan khusus yang digabung dengan psikoterapi, misalnya narkoterapi, hypnoterapi, terapi musik, psikodrama, terapi permainan dan peragaan (play therapy), psikoterapi religius, dan latihan meditasi. 8. Yang belum disebutkan dalam pembagian di atas namun akhir-akhir ini banyak dipakai antara lain: konseling, terapi interpersonal, intervensi krisis. a. Konseling: menurut para ahli sebetulnya tidak termasuk psikoterapi, oleh karena tidak memenuhi kriteria dan batasannya, antara lain teknik, tujuan dan orang yang melakukannya, walaupun hubungan yang terjadi di dalamnya juga merupakan “the helping relationships”. Konseling bukan hanya hubungan profesional antara dokter-pasien, tetapi dapat dilakukan dalam berbagai bidang profesi, misalnya guru, pengacara, penasehat keuangan, dsb. Merupakan proses membantu seseorang untuk belajar menyelesaikan masalah interpersonal, emosional dan memutuskan hal tertentu. Fokus pada masalah klien atau pasien. Percakapannya merupakan percakapan dua arah. Bentuknya terstruktur, yaitu terdiri atas: menyambut, membahas, membantu menetapkan pilihan, mengingatkan. Bertujuan membantu klien untuk mengenal dirinya, memahami permasalahannya, melihat peluang dan mencari alternatif penyelesaiannya. Memerlukan kemampuan melakukan komunikasi interpersonal. Konseling dilakukan dalam suasana yang menjamin rasa aman dan nyaman
  • 17. 17 Tujuan: 1) Membantu kemampuan klien atau pasien untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan realistik. 2) Menuntun perilaku klien/pasien agar mampu mengemban konsekuensinya 3) Memberikan informasi dan edukasi Terdapat dua tipe konseling: a.Pengarahan untuk mengatasi kesulitan pengambilan keputusan b. Konseling untuk membantu seseorang dalam suatu pilihan yang vital b. Terapi interpersonal: Dilakukan terhadap pasien yang mengalami konflik saat ini dengan pihak-pihak lain yang bermakna sehingga ia mengalami kesulitan dalam beradaptasi terhadap perubahan-perubahan dalam karier atau peran sosial atau perubahan hidup lainnya. Banyak dilakukan terhadap depresi sedang dan berat. c. Intervensi krisis: Dilakukan terhadap pasien yang sedang mengalami suatu krisis dan memerlukan tindakan segera (catatan: krisis yaitu suatu respons terhadap keadaan bahaya atau penuh risiko dan dirasakan/dihayati sebagai keadaan yang menyakitkan, agar tercapai kembali keadaan seimbang (emotional equilibrium). Dalam terapi ini kita harus
  • 18. 18 secepatnya membina hubungan interpersonal yang adekuat serta mengerti peran psikodinamik dan hubungannya terhadap krisis yang terjadi. Teknik yang dilakukan yaitu reassurance, sugesti, manipulasi lingkungan dan medikasi psikotropik. Kita ajarkan kepada pasien untuk menghindari situasi yang berbahaya untuk mencegah terjadinya kembali krisis di masa yang akan datang. E. Proses psikoterapi praktis Dalam psikoterapi, begitu banyak variabel yang berperan sehingga kita dapat kehilangan arah dan terhalang oleh faktor-faktor yang mempengaruhi proses, baik dari sisi pasien, dokter maupun sifat hubungan antara dokter- pasien. Dari sisi pasien, faktor yang dapat mempengaruhi proses, antara lain adanya motivasi, fenomena transferensi, resistensi, mekanisme defensi, dsb. Transferensi adalah suatu distorsi persepsi pada pasien, yang secara nirsadar menganggap seorang terapis sebagai figur yang bermakna pada masa lalunya. Bila hal ini diketahui/disadari oleh terapis, justru dapat digunakan sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan psikoterapi. Resistensi (berbeda dengan definisi menurut ilmu kedokteran umum – yang berarti daya tahan organisme terhadap penyakit) yaitu perlawanan pasien terhadap usaha-usaha untuk mengubah pola perilakunya, memberikan suatu tilikan, membuat unsur nirsadar menjadi sadar. Mekanisme defensi, yaitu mekanisme nirsadar untuk
  • 19. 19 mengelakkan pengetahuan sadar tentang konflik dan ansietas yang berkaitan dengan hal itu. Dari pihak dokter atau terapis, hal yang sama dapat pula dialami, yaitu kontra-transferensi (salah persepsi terapis terhadap pasiennya), resistensi, dsb., disertai teknik dan ketrampilan yang dimiliki oleh sang terapis, turut mempengaruhi proses terapi. Secara garis besar, untuk psikoterapi yang terstruktur, terdapat kerangka umum yang terencana, sehingga seseorang dapat lebih terarah dan mantap dalam usaha untuk mencapai tujuan terapeutik yang bermakna. Kerangka kerja umum tersebut hendaknya cukup luwes dan luas (holistik), yang dapat mencakup berbagai orientasi dan disiplin. Adapun kerangka proses psikoterapi tersebut 2 : 1. Fase Awal: Tujuannya membentuk hubungan kerja dengan pasien. Tugas Terapeutik : a. Memotivasi pasien untuk menerima terapi. b. Menjelaskan dan menjernihkan salah pengertian mengenai terapi (bila ada). c. Meyakinkan pasien bahwa terapis mengerti penderitaannya dan bahwa terapis mampu membantunya. d. Menetapkan secara tentatif mengenai tujuan terapi. Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk: a. Tidak ada motivasi terapi dan tidak dapat menerima fakta bahwa ia dapat dibantu.
  • 20. 20 b. Penolakan terhadap arti dan situasi terapi. c. Tidak dapat dipengaruhi, terdapat hostilitas dan agresi, dependensi yang mendalam. d. Berbagai resistensi lain yang menghambat terjalinnya hubungan yang sehat dan hangat. Masalah kontratransferensi dalam diri terapis, antara lain: a. Tidak mampu bersimpati, berkomunikasi dan saling mengerti secara timbal balik. b. Timbul iritabilitas terhadap penolakan pasien untuk terapi dan terhadap terapis. c. Tidak mampu memberi kehangatan kepada pasien. d. Tidak dapat menunjukkan penerimaan dan pengertian terhadap pasien dan masalahnya. 2. Fase Pertengahan: Tujuannya: menentukan perkiraan sebab dan dinamik gangguan yang dialami pasien, menerjemahkan tilikan dan pengertian (bila telah ada), menentukan langkah korektif. Tugas terapeutik: a. Mengeksplorasi berbagai frustrasi terhadap lingkungan dan hubungan interpersonal yang menimbulkan ansietas. Bila melakukan psikoterapi dinamik, gunakan asosiasi, analsisi karakter, analisis transferensi, interpretasi mimpi. Pada terapi perilaku, kita menilai faktor-faktor yang perlu diperkuat dan gejala-gejala yang perlu dihilangkan.
  • 21. 21 b. Membantu pasien dalam mengatasi ansietas yang berhubungan dengan problem kehidupan. Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk: a. Rasa bersalah terhadap pernyataan dan pengakuan adanya gangguan dan kesulitan dalam hubungan interpersonal dengan lingkungan. b. Tidak mau, atau tidak mampu (bila ego lemah), menghadapi dan mengatasi ansietas yang berhubungan dengan konflik, keinginan dan ketakutan Masalah kontratransferensi dalam diri terapis dapat berupa: a. Terapis mengelak dari problem pasien yang menimbulkan ansietas dalam diri terapis. b. Ingin menyelidiki terlalu dalam dan cepat pada fase permulaan. c. Merasa jengkel terhadap resistensi pasien. 3. Fase akhir: Tujuannya yaitu: terminasi terapi. Tugas terapeutiknya antara lain: a. Menganalisis elemen-elemen dependensi hubungan terapis – pasien. b. Mendefinisikan kembali situasi terapi untuk mendorong pasien membuat keputusan, menentukan nilai dan cita-cita sendiri. c. Membantu pasien mencapai kemandirian dan ketegasan diri yang setinggi-tingginya. Resistensi pada pasien dapat berupa: a. Penolakan untuk melepaskan dependensi. b. Ketakutan untuk mandiri dan asertif
  • 22. 22 Masalah kontratransferensi pada terapis: a. Kecenderungan untuk mendominasi dan terlalu melindungi pasien. b. Tidak mampu mengambil sikap/peran yang non direktif sebagai terapis. F. Efektivitas psikoterapi Dari beragai penelitian statistik yang telah dilakukan, ternyata di antara sekian banyak bentuk dan jenis psikoterapi yang ada, tidak satu pun terbukti lebih unggul daripada yang lain. Perbaikan terapeutik yang dicapai, ditentukan oleh faktor-faktor: 1. tujuan yang ingin dicapai 2. motivasi pasien 3. kepribadian dan ketrampilan terapis 4. teknik yang digunakan
  • 23. 23 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Telah diuraikan dasar-dasar psikoterapi secara singkat dan terbatas. Psikoterapi memang merupakan ilmu dan ketrampilan tersendiri yang bermanfaat untuk pasien-pasien dengan problem kejiwaan khususnya dan problem kesehatan pada umumnya. Ilmu dan ketrampilan ini dapat diajarkan dan dipelajari namun memerlukan waktu yang tidak sedikit, ketekunan serta kepribadian terapis yang juga tidak kalah pentingnya. Untuk dokter umum yang bertugas sebagai ujung tombak dalam sistem pelayanan kesehatan di tanah air, psikoterapi penting untuk dipelajari, walaupun memerlukan waktu yang khusus dan cukup lama untuk mempelajari kembali karena terdiri atas teknik-teknik dan metode tertentu. Oleh karena itu, minimal konseling dan psikoterapi suportif hendaknya dapat dipahami dengan baik. Psikoterapi dapat menambah efektivitas terapi lain; bila serang dokter tidak memahaminya, bukan hanya tidak akan menambah efektivitas terapinya, melainkan setidaknya diharapkan dapat menghindarkan hal-hal yang dapat merugikan pasiennya. Dalam melakukan wawancara dalam praktek sehari-hari dengan pasien, beberapa hal yang perlu diingat antara lain bahwa wawancara mengandung makna terapeutik selain untuk pengambilan data dalam upaya penegakan diagnosis. Komunikasi antara dokter-pasien adalah penting. Dalam berhadapan
  • 24. 24 dengan pasien, hendaknya kita senantiasa membina hubungan interpersonal dengan optimal, mengerti dan sadar apa yang kita bicarakan, bagaimana cara penyampaiannya, bilamana, serta dalam konteks apa kita menyampaikan pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan kita. Hendaknya kita perlu belajar memantau hal-hal tersebut agar ucapan-ucapan dan sikap kita terhadap pasien sedapat-dapatnya beralasan profesional dan sesedikit mungkin tercampur oleh unsur-unsur yang berasal dari respons emosional subyektif kita. Ketrampilan yang perlu dilatih terus-menerus ialah dalam mendengarkan dengan cermat (empathic listening). Dengan mendengar dengan teliti, disertai observasi yang cermat, serta didasari oleh pengetahuan yang memadai tentang psikologi, psikopatologi dan proses-proses kejiwaan, kita akan mendapat gambaran yang tepat dan menyeluruh tentang pasien. Setelah melakukan wawancara dengan pasien, hendaknya kita dapat membuat konklusi tentang keadaan mental pasien {seberapa cemas, apakah ia dalam keadaan depresi, bingung (confuse), marah, atau bahkan tidak mengerti harus berbuat apa}; setelah itu tentunya kita harus mengetahui langkah apa yang harus kita perbuat untuk menolongnya. B. Saran Demikianlah makalah yang kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya menanti kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca guna pembuatan makalah saya selanjutnya agar lebih baik lagi. Aamiin
  • 25. 25 DAFTAR PUSTAKAN Kaplan H.I. & Sadock BJ Psychotherapies, in Comprehensive Textbook of Psychiatry, Chapter 31, Eight Edition, Vol.2, William & Wilkins, Baltimore, 2004, 1767- 70. Gabbard G.O. Individual Psychotherapy, in Psychodynamic Psychiatry Clinical Practice – The DSM – IV Edition, American Psychiatric Press, 2000, 91-5. Lubis DB & Elvira SD. Penuntun Wawancara Psikodinamik dan Psikoterapi. Balai Penerbit FKUI, 2005: 10-12 Elvira SD. Kumpulan Makalah Psikoterapi, Balai Penerbit FKUI, 2005: 5,7, 9. Gabbard GO. Long-Term Dynamic Psychotherapy, American Psychiatric Press, 2004, 91-5.