SlideShare a Scribd company logo
Pemimpin sebagai Khâdim al-Ummah

                          Oleh: Muhsin Hariyanto

      "Pemimpin yang mampu dalam memenangkan pertarungan kehidupan
      yang hakiki adalah pemimpin yang mampu menjadi pelayan bagi
      rakyatnya untuk mendekatkan dirinya kepada Allah, sehingga
      rakyatnya mampu menjadi komunitas manusia penuh kemuliaan."
      (Dikutip dan diselaraskan dari Jurnal MQ Vol.2/No.1/Mei 2002))
        Sejarah Islam mencatat betapa besarnya perhatian para khalifah
sebagai pemimpin umat terhadap urusan mereka. Sebut saja nama: "Umar
bin Abdul Aziz". Sejak dibaiat menjadi khalifah, beliau bertekad untuk
mengabdikan segenap hidupnya untuk mengurus rakyatnya. Ada sebuah
kisah yang dipaparkan oleh Atha' bin Abi Rabah yang menceritakan bahwa
isteri Umar bin Abdul Aziz, 'Fathimah', pernah menemui suaminya saat
berada di ruang shalat rumahnya. Fathimah menemukan suaminya -- Umar
bin Abdul Aziz -- tengah menangis tersedu-sedu hingga air matanya
membasahi janggutnya. Ia pun segera bertanya kepada suaminya itu,
“Wahai suamiku, kenapa kau menangis? Adakah sesuatu yang telah terjadi?”
Umar bin Abdul Aziz pun menjawab, “Fathimah, isteriku tercinta, sungguh
di pundakku ada urusan umat Muhammad s.a.w. baik yang berkulit hitam
maupun putih. Karenanya, aku berpikir tentang mereka kaum fakir yang
lapar, orang sakit yang tak punya biaya, orang 'telanjang' yang terpinggirkan,
orang yang dizalimi lagi dicengkeram, orang yang terasingkan dan ditawan,
para manula yang sudah 'tua-renta', keluarga yang banyak anak tetapi sedikit
hartanya, dan urusan lain mereka di setiap jengkal bumi dan negeri. Padahal,
aku tahu bahwa Tuhanku pasti meminta pertanggungjawabanku kelak pada
hari kiamat. Aku takut kelak tak memiliki hujjah (argumentasi) di hadapan-
Nya. Itulah sebabnya aku menangis. Kalau akau menangis karena takut
kepada Allah karena kesalahan-kesalahanku, salahkah aku?
       Inilah, kesadaran spiritual yang langka dimiliki orang para pemimpin
kita. Bahkan, tidak sedikit yang sudah 'jelas-jelas bersalah' pun masih tidak
mau mengaku bersalah!
       Berkaitan dengan hal ini, penulis mempunyai cerita yang menarik
tentang seorang perempuan tua yang tak mau menyebutkan nama aslinya.
Sebut saja "Mbok Darmo" (bukan nama sebenarnya), isteri almarhum pak
Darmo, yang setiap hari mengais sampah di kampus kami (Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta) tak pernah sekali pun mengenal dunia kampus
secara formal. Namun "Dia" bukanlah sosok yang sama sekali 'buta' terhadap
dunia kampus. Bahkan dalam beberapa hal dia 'terlihat' lebih cerdas dari
pada orang-orang kampus. Pernah suatu hari dia bercerita bahwa 'ada' yang
hilang di kampus ini. Dan saya pun bertanya: "Apa yang hilang, Mbok?"
Dengan tersenyum, dia menjawab: "tiyang wonten mriki kirang saget ngajeni
tiyang sanes" (sikap saling-menghargai sudah tidak ada lagi). Lha, para
pemimpin kita ugi sampun sami manja, nyuwunipun dipun ladosi. Kedahipun, para
pemimpin punika ingkang kedah ngladosi rakyatipun. Lha mbok menawi tata-laku


                                      1
para pemimpin kita punika ingkang sami dipun tuladani dening para mahasiswa?
(Pemimpin kita sudah manja, selalu meminta untuk dilayani. Seharusnya
merekalah yang melayani rakyatnya. Mungkin perilaku para pemimpin kita
itulah yang banyak dicontoh oleh para mahasiswa). Itulah sepenggal
ucapannya yang selalu penulis ingat. Orang seperti inilah yang seharusnya
menjadi bagian dari keprihatinan para pemimpin kita, yang seharusnya bisa
belajar dari keseharian "mBok Darmo" dari sejarah kepemimpinan Umar bin
Abdul Aziz.
        Para pemimpin kita – memang -- sering mengucapkan kalimat indah:
"Seorang pemimpin pada hakikatnya adalah "Seorang Pelayan". Itulah
ucapan 'klise' yang sering kita dengar dari para pemipin kita. Siapa pun
mereka, ucapan itu sering kita dengan dari 'lisan' mereka. Namun,
pertanyaan yang perlu kita lontarkan kepada mereka: "Apakah ucapan itu
muncul dari lubuk hati mereka yang terdalam? Jangan-jangan cuma sekadar
lip-service (ucapan pemanis bibir)!".
        Penulis masih ragu, apakah mereka masih ingat pada sabda Rasulullah
s.a.w.: “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka yang kalian cintai dan mereka
pun mencintai kalian, mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka.
Seburuk-buruk pemimpin adalah mereka yang kalian benci dan mereka pun
membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian”. (Hadis
Riwayat Muslim, Ahmad dan al-Dârimi, dari ‘Auf bin Mâlik al-Asyja‘i). Bukti
kecintaan pemimpin terhadap rakyatnya yakni dia sangat peduli terhadap
nasib rakyatnya, senantiasa mendoakannya dan sama sekali tidak mau
menyusahkan rakyatnya. Begitu bencinya Nabi s.a.w. terhadap pejabat publik
yang senang menyusahkan rakyatnya sehingga beliau mendoakan mereka:
"Ya Allah, barang siapa yang memegang suatu urusan umatku, lantas ia
menyusahkan mereka, maka timpakan kesusahan padanya. Barang siapa yang
memegang urusan umatku dan memberikan kemudahan pada mereka, maka berilah
kemudahan padanya.” (Hadis Riwayat Muslim dari Abdurrahman bin
Syumamah). Sebaliknya, jika seseorang banyak membantu dan membebaskan
kesulitan orang lain maka ganjarannya tidak sebatas ketika di dunia tapi juga
berlanjut hingga di akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.: "Dan
barangsiapa yang membebaskan kesulitan seorang muslim maka Allah akan pasti
membebaskan berbagai kesulitannya pada hari kiamat." (Hadis Riwayat Bukhari-
Muslim dari Abdullah bin Umar)
       Belajarlah pada Umar bin al-Khaththab tentang kecepatan dan
ketepatan pengambilan keputusannya di kala didatangi seorang 'Perempuan
Badui Miskin, yang sudah tampak putus asa karena merasa diabaikan aparat
pembagi zakat, hingga mendatanginya (Umar bin al-Khaththab, Sang
Khalifah) di Madinah.

        Pada saat itu Sang Khalifah yang tidak dikenal dan mengenalnya
sedang duduk di luar rumah, hingga dia menemuinya dan mengadukan
persoalan ketidakadilan itu kepadanya. Sang Perempuan itu berkata: ''Saya
seorang perempuan miskin dan memiliki banyak anak. Dan setahu saya,


                                       2
Yang Mulia (Umar bin al-Khaththab) telah memerintahkan Muhammad bin
Maslamah (sebagai 'amil zakat) untuk membagikan zakat. Namun, dia tidak
pernah memberikannya pada kami se keluarga.''

         Berpijak pada pernyataan si perempuan itu, Umar pun menjawab,
''Panggil dia (Muhammad bin Maslamah) kemari.'' Setelah Muhammad bin
Maslamah datang, Umar pun kemudian menasihatinya hingga air matanya
bercucuran karena takut untuk mempertanggungjawabkan kelalaian dalam
memerintah. Lalu Ia memerintahkan kepada Muhammad bin Maslamah
untuk menunaikan hak zakat perempuan itu dan keluarganya. Bahkan,
diperintahkan kepadanya (Muhammad bin Maslamah) untuk membayarkan
haknya (perempuan dan keluarganya) pada tahun-tahun sebelumnya.

          Di saat yang lain, ketika beliau (Umar bin al-Khaththab) melalukan
"kunker" (kunjungan kerja) ke Suriah, Beliau melihat seorang pengemis tua.
Umar pun menanyakan tetang alasannya, kenapa ia mengemis. Kala
mengetahui si kakek melakukan aktivitas 'mengemis' itu untuk membayar
jizyah (semacam pajak bagi non-muslim), maka Umar pun segera
memerintahkan kepada petugas pajak untuk mencabut kewajiban itu, bahkan
memerintahkan kepada wazir (pejabat setingkat menteri)-nya untuk
memberinya subsidi kepada pengemis tua itu.

         Bayangkan, pemimpin Islam – seperti Umar bin al-Khaththab – yang
begitu sigap memenuhi hak rakyatnya, meskipun yang meminta hanya
seorang warga negara biasa. Bahkan dikisahkan bahwa atas nama
'pemerintah' Umar selalu memberi lebih daripada permintaan rakyatnya
selama permintaannya tidak bertentangan dengan al-Quran dan Sunnah Nabi
s.a.w.. Padahal, cerita ini terjadi pada negara yang belum mampu
menambang emas, minyak, dan gas bumi seperti 'negeri kita tercinta' ini.
Mereka pun belum berkuasa untuk memroduksi pangan, pakaian,
perumahan, dan kebutuhan lain seperti sekarang. Namun, para pemimpin
negerin itu selalu bertindak efektif dan dan bersegera untuk berbuat sesuatu
yang terbaik bagi rakyatnya. Oleh karena itu, tidak diperlukan demontrasi-
demonstrasi, apalagi melakukan kekerasan atau perusakan. Islam yang
diamlkan oleh para pemimpin negeri itu telah membuat rakyat paham bahwa
'negara' ini adalah milik mereka. Sebaliknya para pemimpin paham bahwa
mereka digaji untuk mengurus rakyat dan negara, dan semuanya akan
dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat. Mereka benar-benar paham
bahwa membiarkan tidak dipenuhinya hak dan kebutuhan seorang miskin
saja, termasuk non-muslim, cukup untuk mendekatkan diri ke neraka.
Apalagi, bila sengaja mengurangi hak rakyat atas penghasilan dan
kesejahteraannya demi terpenuhinya kantong-kantong pribadi dan para
kroninya.

        "Pemimpin (imam) itu adalah penggembala, dan ia akan ditanya tentang
gembalaannya itu,” begitu kata Nabi s.a.w., dalam hadis yang diriwayatkan
oleh Imam al-Bukhari dari Abdullah bin Umar. Pemimpin sejati adalah


                                      3
pemimpin yang benar-benar menjaga umatnya, mulai dari akidah hingga
kesejahteraannya. Fungsi pemimpin adalah menjadi benteng. Nabi s.a.w.
juga pernah menyatakan “Pemimpin (imam) adalah laksana benteng, umat
berperang di belakangnya dan dilindungi olehnya” (Hadis Riwayat Muslim).
Itulah sebabnya, para ulama mendudukkan pemimpin sebagai penjaga Islam
dan umatnya. Hingga Imam al-Ghazali pun menyatakan: "Agama (Islam) ini
adalah pondasi, sementara itu para pemimpin adalah penjaganya". Apapun
yang tidak memiliki pondasi akan roboh, dan apapun yang tanpa penjaga
niscaya hilang".
       Nah, pertanyaan yang perlu dilontarkan sekarang adalah: "siapkah
para pemimpin kita saat ini menjadi penjaga umat, dan bersedia untuk
menjadi yang utama dan pertama sebagai Khâdim al-Ummah (pelayan umat)
seperti halnya "Dua-Umar" yang prestasi kepemimpinannya dicatat dengan
tinta emas dalam sejarah kepemimpinan umat Islam (yang masing-masing
memiliki hubungan nasab), Umar bin Abdul Aziz (salah seorang khalifah dari
Bani Umayyah) dan Umar bin al-Khaththab (Khalifah Kedua) ? Semoga!
Penulis adalah Dosen Tetap FAI-UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap
STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta




                                    4

More Related Content

What's hot

PERANG UNTA, PERANG SAUDARA PERTAMA DALAM ISLAM
PERANG UNTA, PERANG SAUDARA PERTAMA DALAM ISLAMPERANG UNTA, PERANG SAUDARA PERTAMA DALAM ISLAM
PERANG UNTA, PERANG SAUDARA PERTAMA DALAM ISLAM
primagraphology consulting
 
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.inddAsbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
elra
 
Sirah Umar bin Abdul Aziz (singkat)
Sirah Umar bin Abdul Aziz (singkat)Sirah Umar bin Abdul Aziz (singkat)
Sirah Umar bin Abdul Aziz (singkat)
salma banin
 
Jawapan kpd artikel cinta asyura dan karbala - ustaz aizam mas'ud
Jawapan kpd artikel cinta asyura dan karbala - ustaz aizam mas'udJawapan kpd artikel cinta asyura dan karbala - ustaz aizam mas'ud
Jawapan kpd artikel cinta asyura dan karbala - ustaz aizam mas'ud
Imran
 
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) editedBab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Muhammad Fathan Ali Husaini
 
Biografi Utsman bin Affan (bagian 02)
Biografi Utsman bin Affan (bagian 02)Biografi Utsman bin Affan (bagian 02)
Biografi Utsman bin Affan (bagian 02)Berbagi Semangat
 
Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)
Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)
Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)Berbagi Semangat
 
Muhammad Teladanku Jilid 2 (Masa Muda)
Muhammad Teladanku Jilid 2 (Masa Muda)Muhammad Teladanku Jilid 2 (Masa Muda)
Muhammad Teladanku Jilid 2 (Masa Muda)
tsaqafahpemuda.wordpress.com
 
Tolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslimTolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslim
Muhammad Idris
 
Ppt hamzah
Ppt hamzahPpt hamzah
Ppt hamzah
Wakiahkiah
 
PERANG SIFFIN
PERANG SIFFINPERANG SIFFIN
Sistem Dajjal
Sistem DajjalSistem Dajjal
Sistem Dajjal
Ruang Terang
 
Ekonomi, Kesejahteraan dan Etos Kerja Dalam Islam
Ekonomi, Kesejahteraan dan Etos Kerja Dalam IslamEkonomi, Kesejahteraan dan Etos Kerja Dalam Islam
Ekonomi, Kesejahteraan dan Etos Kerja Dalam IslamIfwhar Yuhono
 
03.Kitab Ilmu.
03.Kitab Ilmu.03.Kitab Ilmu.
03.Kitab Ilmu.
Arifuddin Ali.
 
Pengantar studi islam
Pengantar studi islamPengantar studi islam
Pengantar studi islam
EdoSeptianto99
 
Materi Surat Yunus Tentang Toleransi
Materi Surat Yunus Tentang ToleransiMateri Surat Yunus Tentang Toleransi
Materi Surat Yunus Tentang Toleransi
samiul12
 
Power poin umar bin abdul aziz
Power poin umar bin abdul azizPower poin umar bin abdul aziz
Power poin umar bin abdul aziz
Khusnul huda
 
Buletin 37
Buletin 37Buletin 37
Buletin 37
Yusuf Sukandar
 

What's hot (20)

PERANG UNTA, PERANG SAUDARA PERTAMA DALAM ISLAM
PERANG UNTA, PERANG SAUDARA PERTAMA DALAM ISLAMPERANG UNTA, PERANG SAUDARA PERTAMA DALAM ISLAM
PERANG UNTA, PERANG SAUDARA PERTAMA DALAM ISLAM
 
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.inddAsbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
 
Sirah Umar bin Abdul Aziz (singkat)
Sirah Umar bin Abdul Aziz (singkat)Sirah Umar bin Abdul Aziz (singkat)
Sirah Umar bin Abdul Aziz (singkat)
 
Jawapan kpd artikel cinta asyura dan karbala - ustaz aizam mas'ud
Jawapan kpd artikel cinta asyura dan karbala - ustaz aizam mas'udJawapan kpd artikel cinta asyura dan karbala - ustaz aizam mas'ud
Jawapan kpd artikel cinta asyura dan karbala - ustaz aizam mas'ud
 
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) editedBab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
 
Biografi Utsman bin Affan (bagian 02)
Biografi Utsman bin Affan (bagian 02)Biografi Utsman bin Affan (bagian 02)
Biografi Utsman bin Affan (bagian 02)
 
As syamail
As syamailAs syamail
As syamail
 
Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)
Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)
Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)
 
Muhammad Teladanku Jilid 2 (Masa Muda)
Muhammad Teladanku Jilid 2 (Masa Muda)Muhammad Teladanku Jilid 2 (Masa Muda)
Muhammad Teladanku Jilid 2 (Masa Muda)
 
Tolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslimTolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslim
 
Ppt hamzah
Ppt hamzahPpt hamzah
Ppt hamzah
 
PERANG SIFFIN
PERANG SIFFINPERANG SIFFIN
PERANG SIFFIN
 
Sistem Dajjal
Sistem DajjalSistem Dajjal
Sistem Dajjal
 
Ekonomi, Kesejahteraan dan Etos Kerja Dalam Islam
Ekonomi, Kesejahteraan dan Etos Kerja Dalam IslamEkonomi, Kesejahteraan dan Etos Kerja Dalam Islam
Ekonomi, Kesejahteraan dan Etos Kerja Dalam Islam
 
03.Kitab Ilmu.
03.Kitab Ilmu.03.Kitab Ilmu.
03.Kitab Ilmu.
 
Pengantar studi islam
Pengantar studi islamPengantar studi islam
Pengantar studi islam
 
Materi Surat Yunus Tentang Toleransi
Materi Surat Yunus Tentang ToleransiMateri Surat Yunus Tentang Toleransi
Materi Surat Yunus Tentang Toleransi
 
Mengapa harus mengemis
Mengapa harus mengemisMengapa harus mengemis
Mengapa harus mengemis
 
Power poin umar bin abdul aziz
Power poin umar bin abdul azizPower poin umar bin abdul aziz
Power poin umar bin abdul aziz
 
Buletin 37
Buletin 37Buletin 37
Buletin 37
 

Similar to Khadimul ummah

Sang pemimpin, siapakah mereka
Sang pemimpin, siapakah merekaSang pemimpin, siapakah mereka
Sang pemimpin, siapakah merekaMuhsin Hariyanto
 
Parlemen IBLIS
Parlemen IBLISParlemen IBLIS
Parlemen IBLIS
Parlemen IBLISParlemen IBLIS
Parlemen IBLIS
Parlemen IBLISParlemen IBLIS
Umar ibn khattab by Muhamad Husain Haekal
Umar ibn khattab by Muhamad Husain HaekalUmar ibn khattab by Muhamad Husain Haekal
Umar ibn khattab by Muhamad Husain HaekalNasrullah Ismail
 
Makalah sejarah perkembangan tasawuf
Makalah sejarah perkembangan tasawufMakalah sejarah perkembangan tasawuf
Makalah sejarah perkembangan tasawufAinul Mukarrob
 
Umar bin abdul aziz
Umar bin abdul azizUmar bin abdul aziz
Umar bin abdul aziz
ahfa42
 
Parlemen IBLIS
Parlemen IBLISParlemen IBLIS
Jangan memandang rendah (revisi)
Jangan memandang rendah (revisi)Jangan memandang rendah (revisi)
Jangan memandang rendah (revisi)Muhsin Hariyanto
 
Juwairiyah.docx
Juwairiyah.docxJuwairiyah.docx
Juwairiyah.docx
EmmaKazeFull
 
Khalifah Umar bin Abdul Aziz.pptx
Khalifah Umar bin Abdul Aziz.pptxKhalifah Umar bin Abdul Aziz.pptx
Khalifah Umar bin Abdul Aziz.pptx
Tsaqib2
 
Kitab 40 tanda akhir zaman
Kitab 40 tanda akhir zamanKitab 40 tanda akhir zaman
Kitab 40 tanda akhir zaman
Riez Sullivan
 
Emansipasi wanita(new)
Emansipasi wanita(new)Emansipasi wanita(new)
Emansipasi wanita(new)Fajar Hidayat
 

Similar to Khadimul ummah (20)

Khadimul ummah
Khadimul ummahKhadimul ummah
Khadimul ummah
 
Sang pemimpin, siapakah mereka
Sang pemimpin, siapakah merekaSang pemimpin, siapakah mereka
Sang pemimpin, siapakah mereka
 
Parlemen IBLIS
Parlemen IBLISParlemen IBLIS
Parlemen IBLIS
 
Parlemen IBLIS
Parlemen IBLISParlemen IBLIS
Parlemen IBLIS
 
Parlemen IBLIS
Parlemen IBLISParlemen IBLIS
Parlemen IBLIS
 
Umar ibn khattab by Muhamad Husain Haekal
Umar ibn khattab by Muhamad Husain HaekalUmar ibn khattab by Muhamad Husain Haekal
Umar ibn khattab by Muhamad Husain Haekal
 
Makalah sejarah perkembangan tasawuf
Makalah sejarah perkembangan tasawufMakalah sejarah perkembangan tasawuf
Makalah sejarah perkembangan tasawuf
 
Umar bin abdul aziz
Umar bin abdul azizUmar bin abdul aziz
Umar bin abdul aziz
 
Parlemen IBLIS
Parlemen IBLISParlemen IBLIS
Parlemen IBLIS
 
Biografi Umar bin Khattab
Biografi Umar bin KhattabBiografi Umar bin Khattab
Biografi Umar bin Khattab
 
Itsar seorang pemimpin
Itsar seorang pemimpinItsar seorang pemimpin
Itsar seorang pemimpin
 
Kartini Tanpa Konde
Kartini Tanpa KondeKartini Tanpa Konde
Kartini Tanpa Konde
 
Sifat umar ibn al
Sifat umar  ibn alSifat umar  ibn al
Sifat umar ibn al
 
Jangan memandang rendah (revisi)
Jangan memandang rendah (revisi)Jangan memandang rendah (revisi)
Jangan memandang rendah (revisi)
 
Juwairiyah.docx
Juwairiyah.docxJuwairiyah.docx
Juwairiyah.docx
 
Khalifah Umar bin Abdul Aziz.pptx
Khalifah Umar bin Abdul Aziz.pptxKhalifah Umar bin Abdul Aziz.pptx
Khalifah Umar bin Abdul Aziz.pptx
 
Abu jahal modern
Abu jahal modernAbu jahal modern
Abu jahal modern
 
Kitab 40 tanda akhir zaman
Kitab 40 tanda akhir zamanKitab 40 tanda akhir zaman
Kitab 40 tanda akhir zaman
 
Emansipasi wanita(new)
Emansipasi wanita(new)Emansipasi wanita(new)
Emansipasi wanita(new)
 
Umar bin abdul aziz
Umar bin abdul azizUmar bin abdul aziz
Umar bin abdul aziz
 

More from Muhsin Hariyanto

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
Muhsin Hariyanto
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Khadimul ummah

  • 1. Pemimpin sebagai Khâdim al-Ummah Oleh: Muhsin Hariyanto "Pemimpin yang mampu dalam memenangkan pertarungan kehidupan yang hakiki adalah pemimpin yang mampu menjadi pelayan bagi rakyatnya untuk mendekatkan dirinya kepada Allah, sehingga rakyatnya mampu menjadi komunitas manusia penuh kemuliaan." (Dikutip dan diselaraskan dari Jurnal MQ Vol.2/No.1/Mei 2002)) Sejarah Islam mencatat betapa besarnya perhatian para khalifah sebagai pemimpin umat terhadap urusan mereka. Sebut saja nama: "Umar bin Abdul Aziz". Sejak dibaiat menjadi khalifah, beliau bertekad untuk mengabdikan segenap hidupnya untuk mengurus rakyatnya. Ada sebuah kisah yang dipaparkan oleh Atha' bin Abi Rabah yang menceritakan bahwa isteri Umar bin Abdul Aziz, 'Fathimah', pernah menemui suaminya saat berada di ruang shalat rumahnya. Fathimah menemukan suaminya -- Umar bin Abdul Aziz -- tengah menangis tersedu-sedu hingga air matanya membasahi janggutnya. Ia pun segera bertanya kepada suaminya itu, “Wahai suamiku, kenapa kau menangis? Adakah sesuatu yang telah terjadi?” Umar bin Abdul Aziz pun menjawab, “Fathimah, isteriku tercinta, sungguh di pundakku ada urusan umat Muhammad s.a.w. baik yang berkulit hitam maupun putih. Karenanya, aku berpikir tentang mereka kaum fakir yang lapar, orang sakit yang tak punya biaya, orang 'telanjang' yang terpinggirkan, orang yang dizalimi lagi dicengkeram, orang yang terasingkan dan ditawan, para manula yang sudah 'tua-renta', keluarga yang banyak anak tetapi sedikit hartanya, dan urusan lain mereka di setiap jengkal bumi dan negeri. Padahal, aku tahu bahwa Tuhanku pasti meminta pertanggungjawabanku kelak pada hari kiamat. Aku takut kelak tak memiliki hujjah (argumentasi) di hadapan- Nya. Itulah sebabnya aku menangis. Kalau akau menangis karena takut kepada Allah karena kesalahan-kesalahanku, salahkah aku? Inilah, kesadaran spiritual yang langka dimiliki orang para pemimpin kita. Bahkan, tidak sedikit yang sudah 'jelas-jelas bersalah' pun masih tidak mau mengaku bersalah! Berkaitan dengan hal ini, penulis mempunyai cerita yang menarik tentang seorang perempuan tua yang tak mau menyebutkan nama aslinya. Sebut saja "Mbok Darmo" (bukan nama sebenarnya), isteri almarhum pak Darmo, yang setiap hari mengais sampah di kampus kami (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) tak pernah sekali pun mengenal dunia kampus secara formal. Namun "Dia" bukanlah sosok yang sama sekali 'buta' terhadap dunia kampus. Bahkan dalam beberapa hal dia 'terlihat' lebih cerdas dari pada orang-orang kampus. Pernah suatu hari dia bercerita bahwa 'ada' yang hilang di kampus ini. Dan saya pun bertanya: "Apa yang hilang, Mbok?" Dengan tersenyum, dia menjawab: "tiyang wonten mriki kirang saget ngajeni tiyang sanes" (sikap saling-menghargai sudah tidak ada lagi). Lha, para pemimpin kita ugi sampun sami manja, nyuwunipun dipun ladosi. Kedahipun, para pemimpin punika ingkang kedah ngladosi rakyatipun. Lha mbok menawi tata-laku 1
  • 2. para pemimpin kita punika ingkang sami dipun tuladani dening para mahasiswa? (Pemimpin kita sudah manja, selalu meminta untuk dilayani. Seharusnya merekalah yang melayani rakyatnya. Mungkin perilaku para pemimpin kita itulah yang banyak dicontoh oleh para mahasiswa). Itulah sepenggal ucapannya yang selalu penulis ingat. Orang seperti inilah yang seharusnya menjadi bagian dari keprihatinan para pemimpin kita, yang seharusnya bisa belajar dari keseharian "mBok Darmo" dari sejarah kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz. Para pemimpin kita – memang -- sering mengucapkan kalimat indah: "Seorang pemimpin pada hakikatnya adalah "Seorang Pelayan". Itulah ucapan 'klise' yang sering kita dengar dari para pemipin kita. Siapa pun mereka, ucapan itu sering kita dengan dari 'lisan' mereka. Namun, pertanyaan yang perlu kita lontarkan kepada mereka: "Apakah ucapan itu muncul dari lubuk hati mereka yang terdalam? Jangan-jangan cuma sekadar lip-service (ucapan pemanis bibir)!". Penulis masih ragu, apakah mereka masih ingat pada sabda Rasulullah s.a.w.: “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian, mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka. Seburuk-buruk pemimpin adalah mereka yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian”. (Hadis Riwayat Muslim, Ahmad dan al-Dârimi, dari ‘Auf bin Mâlik al-Asyja‘i). Bukti kecintaan pemimpin terhadap rakyatnya yakni dia sangat peduli terhadap nasib rakyatnya, senantiasa mendoakannya dan sama sekali tidak mau menyusahkan rakyatnya. Begitu bencinya Nabi s.a.w. terhadap pejabat publik yang senang menyusahkan rakyatnya sehingga beliau mendoakan mereka: "Ya Allah, barang siapa yang memegang suatu urusan umatku, lantas ia menyusahkan mereka, maka timpakan kesusahan padanya. Barang siapa yang memegang urusan umatku dan memberikan kemudahan pada mereka, maka berilah kemudahan padanya.” (Hadis Riwayat Muslim dari Abdurrahman bin Syumamah). Sebaliknya, jika seseorang banyak membantu dan membebaskan kesulitan orang lain maka ganjarannya tidak sebatas ketika di dunia tapi juga berlanjut hingga di akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.: "Dan barangsiapa yang membebaskan kesulitan seorang muslim maka Allah akan pasti membebaskan berbagai kesulitannya pada hari kiamat." (Hadis Riwayat Bukhari- Muslim dari Abdullah bin Umar) Belajarlah pada Umar bin al-Khaththab tentang kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusannya di kala didatangi seorang 'Perempuan Badui Miskin, yang sudah tampak putus asa karena merasa diabaikan aparat pembagi zakat, hingga mendatanginya (Umar bin al-Khaththab, Sang Khalifah) di Madinah. Pada saat itu Sang Khalifah yang tidak dikenal dan mengenalnya sedang duduk di luar rumah, hingga dia menemuinya dan mengadukan persoalan ketidakadilan itu kepadanya. Sang Perempuan itu berkata: ''Saya seorang perempuan miskin dan memiliki banyak anak. Dan setahu saya, 2
  • 3. Yang Mulia (Umar bin al-Khaththab) telah memerintahkan Muhammad bin Maslamah (sebagai 'amil zakat) untuk membagikan zakat. Namun, dia tidak pernah memberikannya pada kami se keluarga.'' Berpijak pada pernyataan si perempuan itu, Umar pun menjawab, ''Panggil dia (Muhammad bin Maslamah) kemari.'' Setelah Muhammad bin Maslamah datang, Umar pun kemudian menasihatinya hingga air matanya bercucuran karena takut untuk mempertanggungjawabkan kelalaian dalam memerintah. Lalu Ia memerintahkan kepada Muhammad bin Maslamah untuk menunaikan hak zakat perempuan itu dan keluarganya. Bahkan, diperintahkan kepadanya (Muhammad bin Maslamah) untuk membayarkan haknya (perempuan dan keluarganya) pada tahun-tahun sebelumnya. Di saat yang lain, ketika beliau (Umar bin al-Khaththab) melalukan "kunker" (kunjungan kerja) ke Suriah, Beliau melihat seorang pengemis tua. Umar pun menanyakan tetang alasannya, kenapa ia mengemis. Kala mengetahui si kakek melakukan aktivitas 'mengemis' itu untuk membayar jizyah (semacam pajak bagi non-muslim), maka Umar pun segera memerintahkan kepada petugas pajak untuk mencabut kewajiban itu, bahkan memerintahkan kepada wazir (pejabat setingkat menteri)-nya untuk memberinya subsidi kepada pengemis tua itu. Bayangkan, pemimpin Islam – seperti Umar bin al-Khaththab – yang begitu sigap memenuhi hak rakyatnya, meskipun yang meminta hanya seorang warga negara biasa. Bahkan dikisahkan bahwa atas nama 'pemerintah' Umar selalu memberi lebih daripada permintaan rakyatnya selama permintaannya tidak bertentangan dengan al-Quran dan Sunnah Nabi s.a.w.. Padahal, cerita ini terjadi pada negara yang belum mampu menambang emas, minyak, dan gas bumi seperti 'negeri kita tercinta' ini. Mereka pun belum berkuasa untuk memroduksi pangan, pakaian, perumahan, dan kebutuhan lain seperti sekarang. Namun, para pemimpin negerin itu selalu bertindak efektif dan dan bersegera untuk berbuat sesuatu yang terbaik bagi rakyatnya. Oleh karena itu, tidak diperlukan demontrasi- demonstrasi, apalagi melakukan kekerasan atau perusakan. Islam yang diamlkan oleh para pemimpin negeri itu telah membuat rakyat paham bahwa 'negara' ini adalah milik mereka. Sebaliknya para pemimpin paham bahwa mereka digaji untuk mengurus rakyat dan negara, dan semuanya akan dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat. Mereka benar-benar paham bahwa membiarkan tidak dipenuhinya hak dan kebutuhan seorang miskin saja, termasuk non-muslim, cukup untuk mendekatkan diri ke neraka. Apalagi, bila sengaja mengurangi hak rakyat atas penghasilan dan kesejahteraannya demi terpenuhinya kantong-kantong pribadi dan para kroninya. "Pemimpin (imam) itu adalah penggembala, dan ia akan ditanya tentang gembalaannya itu,” begitu kata Nabi s.a.w., dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Abdullah bin Umar. Pemimpin sejati adalah 3
  • 4. pemimpin yang benar-benar menjaga umatnya, mulai dari akidah hingga kesejahteraannya. Fungsi pemimpin adalah menjadi benteng. Nabi s.a.w. juga pernah menyatakan “Pemimpin (imam) adalah laksana benteng, umat berperang di belakangnya dan dilindungi olehnya” (Hadis Riwayat Muslim). Itulah sebabnya, para ulama mendudukkan pemimpin sebagai penjaga Islam dan umatnya. Hingga Imam al-Ghazali pun menyatakan: "Agama (Islam) ini adalah pondasi, sementara itu para pemimpin adalah penjaganya". Apapun yang tidak memiliki pondasi akan roboh, dan apapun yang tanpa penjaga niscaya hilang". Nah, pertanyaan yang perlu dilontarkan sekarang adalah: "siapkah para pemimpin kita saat ini menjadi penjaga umat, dan bersedia untuk menjadi yang utama dan pertama sebagai Khâdim al-Ummah (pelayan umat) seperti halnya "Dua-Umar" yang prestasi kepemimpinannya dicatat dengan tinta emas dalam sejarah kepemimpinan umat Islam (yang masing-masing memiliki hubungan nasab), Umar bin Abdul Aziz (salah seorang khalifah dari Bani Umayyah) dan Umar bin al-Khaththab (Khalifah Kedua) ? Semoga! Penulis adalah Dosen Tetap FAI-UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta 4