Dokumen tersebut membandingkan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) tahun 2014 dengan SAIPI tahun 2021. Perbandingan mencakup unsur standar, kelompok standar, dan substansi standar atribut dan kinerja. Beberapa pernyataan standar dihapus dan dimodifikasi, serta ditambahkan pernyataan baru dalam SAIPI 2021."
4. Unsur Standar
SAIPI 2014
• Nomor
• Judul
• Paragraf Standar/Pernyataan: persyaratan
pokok dalam praktik Pengawasan Intern
dan evaluasi efektivitas kinerjanya, yang
berlaku pada tingkatan organisasi dan
individual
• Paragraf Penjelasan/Interpretasi:
penjelasaan lebih lanjut istilah dan konsep
yang digunakan dalam Standar
SAIPI 2021
• Nomor
• Judul
• Paragraf Standar/Pernyataan: persyaratan
pokok dalam praktik Pengawasan Intern
dan evaluasi efektivitas kinerjanya, yang
berlaku pada tingkatan organisasi dan
individual
• Kerangka Penjelasan/Interpretasi:
penjelasaan lebih lanjut istilah dan konsep
yang digunakan dalam Standar
• Implementasi: rincian standar atribut dan
standar kinerja dengan menyajikan
persyaratan yang sesuai untuk setiap jenis
jasa audit internal, yaitu dengan kode
untuk asurans (A) dan konsultansi (K)
5. Kelompok Standar
SAIPI 2014
• Standar Atribut
•Terdiri dari Prinsip-prinsip Dasar dan Standar
Umum
•Mengatur atribut organisasi dan individu
yang melaksanakan audit intern.
•Terdiri dari 6 Pernyataan Standar (PPD = 3 &
SU = 3) dan 11 Interpretasi (PPD = 3 & SU = 8)
•Standar Kinerja
•Terdiri dari Standar Pelaksanaan AI dan Standar
Komunikasi AI
•Mengatur sifat pengawasan intern dan
menetapkan kriteria mutu
•Terdiri dari 6 Pernyataan Standar (SPAI = 4
& SKAI = 2) dan 27 Interpretasi (SPAI = 19 &
SKAI = 8)
SAIPI 2021
• Standar Atribut
•Mengatur atribut organisasi dan individu yang
melaksanakan pengawasan
•Terdiri dari 4 Pernyataan Standar dan 14
Interpretasi.
• Standar Kinerja
•Mengatur sifat pengawasan intern dan
menetapkan kriteria mutu
•Terdiri dari 7 Pernyataan Standar dan 28
Interpretasi
6. Perbandingan SAIPI Berdasarkan Kelompok Standar
SAIPI-2014
Standar Atribut
1000 =
Prinsip-prinsip
Dasar
2000 =
Standar
Umum
Standar
Pelaksanaan
3000 =
Standar
Pelaksanaan.
4000 =
Standar
Komunikasi.
SAIPI-2021
1000 =
Standar
Atribut
2000 =
Standar
Kinerja
7. Substansi Standar Atribut
No. Standar Standar
Prinsip-Prinsip Dasar
1000 Visi, Misi, Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung Jawab
APIP (Audit Charter)
1100 Independensi dan Objektivitas
1110 Independensi APIP
1120 Objetivitas Auditor
1130 Gangguan terhadap Independensi atau Objektivitas
1200 Kepatuhan terhadap Kode Etik
Standar Umum
2000 Kompetensi dan Kecermatan Profesional
2010 Kompetensi Auditor
2011 Latar Belakang Pendidikan Auditor
2012 Kompetensi Standar
2013 Sertifikasi Jabatan serta Pendidikan dan Pelatihan
Berkelanjutan
2014 Penggunaan Tenaga Ahli
2020 Kecermatan Profesional Auditor – Skeptisme
Profesional Auditor
2100 Kewajiban Auditor
2110 Mengikuti Standar Audit
2120 Meningkatkan Kompetensi
2200 Program Pengembangan dan Penjaminan Kualitas
SAIPI 2014
No. Standar Standar
1000 Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung Jawab
1010 Pengakuan Panduan yang Diwajibkan pada Piagam Pengawasan
Intern
1100 Independensi dan Objektivitas
1110 Independensi APIP
1111 Peran Pimpinan APIP di Luar Kegiatan Pengawasan Intern
1120 Objetivitas Auditor
1130 Pelemahan terhadap Independensi atau Objektivitas
1200 Kecakapan dan Kecermatan Profesional
1210 Kecakapan
1220 Kecermatan Profesional (Due Professional Care)
1230 Pengembangan Profesi Berkelanjutan
1300 Program Penjaminan dan Peningkatan Kualitas
1310 Persyaratan Program Penjaminan dan Peningkatan Kualitas
1311 Penilaian Intern
1312 Penilaian Ekstern
1320 Pelaporan Program Penjaminan dan Peningkatan Kualitas
1321 Pernyataan“Pengawasan Intern telah dilaksanakan sesuai
Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia”
1322 Pengungkapan Ketidaksesuaian
SAIPI 2021
MM
MM
MM
MM
MS
MM
MM
MS
MS
8. SAIPI
2014;
Substansi
Standar
Kinerja
SAIPI
2021;
Substansi
Standar
Kinerja
No. Standar Standar
3000 Mengelola Kegiatan Audit Intern
3010 Menyusun Rencana Kegiatan Audit Intern
3020 Mengomunikasikan dan Meminta Persetujuan Rencana Pengawasan
Tahunan
3030 Mengelola Sumber Daya
3040 Menetapkan Kebijakan dan Prosedur
3050 Melakukan Koordinasi
3060 Menyampaikan Laporan Berkala
3070 Menindaklanjuti Pengaduan dari Masyarakat
3100 Sifat Kerja Kegiatan Audit Intern
3110 Tata Kelola Sektor Publik
3120 Manajemen Risiko
3130 Pengendalian Intern Pemerintah
3200 Perencanaan Penugasan Audit Intern
3210 Pertimbangan Dalam Perencanaan
3220 Penetapan Sasaran, Ruang Lingkup, Metodolgi, dan Alokasi Sumber Daya
3230 Program Kerja Penugasan
3240 Evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Intern
3250 Evaluasi atas Ketidakpatuhan Auditi terhadap Peraturan Perundang-
undangan, Kecurangan, dan Ketidakpatutan (Abuse)
3300 Pelaksanaan Penugasan Audit Intern
3310 Mengidentifikasi Informasi
3320 Mengnalisis dan Mengevaluasi Informasi
3330 Mendokumentasikan Informasi
3340 Supervisi Penugasan
4000 Komunikasi Hasil Penugasan Audit Intern
4010 Kriteria Komunikasi
4011 Komunikasi atas Kelemahan Sistem Pengendalian Intern
4012 Komunikasi atas Ketidakpatuhan Auditi terhadap Peraturan Perundang-
undangan, Kecurangan, dan Ketidakpatutan (Abuse)
4020 Kualitas Komunikasi
4030 Metodologi, Bentuk, Isi, dan Frekuensi Komunikasi
4040 Tanggapan Auditi
4050 Kesesuaian dengan Standar Audit
4060 Pendistribusian Hasil Audit Intern
4100 Pemantauan Tindak Lanjut
No. Standar Standar
2000 Pengelolaan Pengawasan Intern
2010 Perencanaan
2020 Komunikasi dan Persetujuan
2030 Pengelolaan Sumber Daya
2040 Kebijakan dan Prosedur
2050 Koordinasi
2060 Pelaporan kepada Pimpinan K/L/D
2070 Tindak Lanjut atas Pengaduan Masyarakat
2080 Penyediaan Jasa Ekstern dan Tanggung Jawab APIP atas Pengawasan Intern
2100 Sifat Dasar Pengawasan Intern
2110 Tata Kelola
2120 Manajemen Risiko
2130 Pengendalian Intern
2200 Perencanaan Penugasan Pengawasan Intern
2201 Pertimbangan Perencanaan
2210 Tujuan Penugasan
2220 Ruang Limngkup Penugasan
2230 Alokasi Sumber Daya Penugasan
2240 Program Kerja Penugasan
2300 Pelaksanaan Penugasan
2310 Identifikasi Informasi
2320 Analisis dan Evaluasi
2330 Dokumentasi Informasi
2340 Supervisi Penugasan
2400 Komunikasi Hasil Penugasan
2410 Kriteria Komunikasi
2420 Kualitas Komunikasi
2421 Kesalahan dan Kelalaian
2422 Tanggapan Klien
2430 Pengungkapan atas Kesesuaian dengan Standar
2431 Pengungkapan atas Ketidaksesuaian
2440 Penyampaian Hasil Penugasan
2450 Opini Makro
2500 Pemantauan Tindak Lanjut
2600 Komunikasi Penerimaan Risiko
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MS
MS
MS
MS
MS
MS
MS
MS
9. Pernyataan SAIPI-2014
yang Dihapus
• 1200 - Kepatuhan
terhadap Kode Etik
• 2011 - Latar Belakang
Pendidikan Auditor
• 2012 - Kompetensi
Standar
• 2013 - Sertifikasi Jabatan
serta Pendidikan dan
Pelatihan Berkelanjutan
• 2014 - Penggunaan
Tenaga Ahli
• 2100 - Kewajiban Auditor
• 2110 - Mengikuti Standar
Audit
Modifikasi Substansi
atas Pernyataan SAIPI-
2014
• 1130 - Pelemahan
terhadap Independensi
atau Objektivitas
• 1311 - Penilaian Intern
• 1312 - Penilaian Ekstern
Pernyataan Tambahan
dalam SAIPI-2021
• 1010 - Pengakuan
Panduan yang Diwajibkan
pada Piagam Pengawasan
Intern.
• 1111 - Peran Pimpinan
APIP di Luar Kegiatan
Pengawasan Intern.
• 1320 - Pelaporan
Program Penjaminan dan
Peningkatan Kualitas
• 1321 – Pernyataan
“Pengawasan Intern
telah dilaksanakan sesuai
Standar Audit Intern
Pemerintah Indonesia”.
• 1322 - Pengungkapan
Ketidaksesuaian.
Substansi Standar Atribut; SAIPI-2014 vs SAIPI-2021
Selebihnya adalah
Modifikasi Minor
atas SAIPI-2014
10. Standar Atribut SAIPI 2014 yang Dihapus
Pernyataan Standar Keterangan
1200 - Kepatuhan terhadap Kode Etik
Auditor harus mematuhi Kode Etik yang telah ditetapkan.
22. Penugasan audit intern harus mengacu kepada Standar Audit ini, dan Auditor wajib mematuhi Kode Etik yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Audit ini.
23. Auditor diharapkan menerapkan dan menegakkan prinsip-prinsip etika, yaitu Integritas, Objektivitas,
Kerahasiaan, Kompetensi, Akuntabel, dan Perilaku Profesional.
2012 - Kompetensi Standar
Kompetensi standar yang harus dimiliki oleh auditor adalah kompetensi umum, kompetensi teknis audit intern, dan
kompetensi kumulatif.
2013 - Sertifikasi Jabatan serta Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan
Auditor harus mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) dan/atau sertifikasi lain di bidang pengawasan
intern pemerintah, dan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan (continuing professional
education).
08. Auditor wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) yang sesuai dengan
jenjangnya dan/atau sertifikasi lain di bidang pengawasan intern pemerintah. Pimpinan APIP wajib memfasilitasi
auditor untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan serta ujian sertifikasi sesuai dengan ketentuan. Dalam
pengusulan auditor untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan jenjangnya, pimpinan APIP
mendasarkan keputusannya pada formasi yang dibutuhkan dan persyaratan administrasi lainnya seperti
kepangkatan dan pengumpulan angka kredit yang dimilikinya.
09. Auditor wajib memiliki pengetahuan dan akses atas informasi teraktual dalam standar, metodologi, prosedur, dan
teknik. Pendidikan profesional berkelanjutan dapat diperoleh melalui keanggotaan dan partisipasi dalam asosiasi
profesi, pendidikan sertifikasi jabatan fungsional auditor, konferensi, seminar, kursus- kursus, program pelatihan di
kantor sendiri, dan partisipasi dalam proyek penelitian yang memiliki substansi di bidang pengawasan intern.
11. Standar Atribut SAIPI 2014 yang Dihapus
Pernyataan Standar Keterangan
2014 - Penggunaan Tenaga Ahli
Pimpinan APIP dapat menggunakan tenaga ahli apabila Auditor tidak mempunyai keahlian yang diharapkan untuk melaksanakan penugasan
audit intern.
10. Pendidikan dan pengalaman auditor memungkinkan ia menguasai atau memahami hal-hal bisnis secara umum, tetapi ia tidak
diharuskan memiliki keahlian sebagai seorang yang terlatih atau memenuhi syarat untuk melaksanakan praktik profesi atau pekerjaan
lain. Namun dalam audit intern, auditor mungkin menjumpai masalah-masalah yang kompleks dan subjektif, yang secara potensial
material terhadap pelaksanaan audit intern. Masalah- masalah seperti ini mungkin memerlukan keterampilan atau pengetahuan khusus dan
menurut pertimbangkan auditor memerlukan penggunaan pekerjaan tenaga ahli untuk mendapatkan bukti audit yang kompeten.
11. Pimpinan APIP harus memperoleh saran/nasihat dan bantuan dari pihak yang berkompeten dalam hal auditor tidak memiliki pengetahuan,
keahlian dan keterampilan, serta kompetensi lain yang diperlukan untuk melaksanakan penugasan audit intern.
12. Tenaga ahli yang dimaksud mencakup, namun tidak terbatas pada, aktuaris, penilai (appraiser), pengacara, insinyur, konsultan lingkungan,
profesi medis, ahli statistik maupun geologi. Tenaga ahli tersebut dapat berasal dari dalam maupun dari luar organisasi.
13. Dalam hal penggunaan tenaga ahli, auditor harus menilai kualifikasi profesional, kompetensi, dan pengalaman yang relevan, independensi,
dan proses pengendalian kualitas dari tenaga ahli tersebut sebelum menerima pekerjaan. Penggunaan tenaga ahli harus disupervisi
sebagaimana supervisi terhadap auditor.
14. Dalam hal tenaga ahli digunakan untuk penugasan audit intern, maka harus ada pemahaman dan komunikasi yang cukup antara Auditor
dengan tenaga ahli tersebut untuk meminimalkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan salah menafsirkan hasil pekerjaan dan/atau
informasi dari tenaga ahli tersebut.
15. Ketepatan dan kelayakan metode dan asumsi yang digunakan dan penerapannya merupakan tanggung jawab tenaga ahli,
sedangkan tanggung jawab auditor terbatas kepada simpulan dan fakta atas hasil audit intern. Auditor harus (1) memahami metode dan
asumsi yang digunakan oleh tenaga ahli, (2) melakukan pengujian semestinya atas data yang disediakan oleh tenaga ahli, dengan
memperhitungkan taksiran risiko pengendalian auditor, dan (3) mengevaluasi apakah fakta yang ditemukan tenaga ahli mendukung
pelaksanaan penugasan auditor. Biasanya auditor akan menggunakan pekerjaan tenaga ahli, kecuali jika prosedur auditor menyebabkan ia
yakin bahwa fakta yang ditemukan tenaga ahli tersebut tidak masuk akal dalam keadaan tersebut. Jika auditor yakin bahwa fakta yang
ditemukan tenaga ahli tidak masuk akal, ia harus menerapkan prosedur tambahan, yang dapat mencakup pemerolehan pendapat dari
tenaga ahli lain.
16. Pimpinan APIP harus menolak penugasan konsultansi atau memperoleh saran/nasehat dan bantuan yang kompeten jika auditor tidak
memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan, atau kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melakukan semua atau sebagian dari
penugasan
12. Standar Atribut SAIPI 2014 yang Dihapus
Pernyataan Standar Keterangan
2100 - Kewajiban Auditor
2110 - Mengikuti Standar Audit
Auditor harus mengikuti Standar Audit dalam segala pekerjaan audit intern yang dianggap material.
23. Agar pekerjaan auditor dapat dievaluasi, maka setiap auditor wajib untuk mengikuti Standar Audit
dalam melaksanakan pekerjaannya yang dianggap material. Suatu hal dianggap material
apabila pemahaman mengenai hal tersebut kemungkinan akan mempengaruhi pengambilan
keputusan oleh pengguna laporan hasil audit intern. Materialitas biasanya dikaitkan dengan
suatu nilai tertentu dan/atau peraturan perundang-undangan yang menghendaki agar hal
tersebut diungkapkan.
14. Pernyataan SAIPI-2014
yang Dihapus
• 3220 - …. Metodologi, ….
• 3240 - Evaluasi terhadap
Sistem Pengendalian
Intern
• 3250 - Evaluasi terhadap
Sistem Pengendalian
Intern
• 4011 - Komunikasi atas
Kelemahan Sistem
Pengendalian Intern
• 4012 - Komunikasi atas
Ketidakpatuhan Auditi
terhadap Peraturan
Perundang-undangan,
Kecurangan, dan
Ketidakpatutan (Abuse)
• 4030 - Metodologi,
Bentuk, Isi, dan
Frekuensi Komunikasi
Modifikasi Substansi
atas Pernyataan SAIPI-
2014
• 2010 - Perencanaan
• 2060 - Pelaporan kepada
Pimpinan K/L/D
• 2210 - Tujuan Penugasan
• 2220 - Ruang Limngkup
Penugasan
• 2330 - Dokumentasi
Informasi
• 2340 - Supervisi
Penugasan
• 2440 - Penyampaian
Hasil Penugasan
• 2500 - Pemantauan
Tindak Lanjut
Pernyataan Tambahan
dalam SAIPI-2021
• 2080 - Penyediaan Jasa
Ekstern dan Tanggung
Jawab APIP atas
Pengawasan Intern.
• 2431 - Pengungkapan
atas Ketidaksesuaian
• 2450 - Opini Makro
• 2600 - Komunikasi
Penerimaan Risiko
Substansi Standar Kinerja; SAIPI-2014 vs SAIPI-2021
Selebihnya adalah
Modifikasi Minor
atas SAIPI-2014
15. Standar Kinerja SAIPI 2014 yang Dihapus
Pernyataan Standar Keterangan
3220 - Penetapan Sasaran, Ruang Lingkup, Metodologi, dan Alokasi Sumber Daya Dalam membuat
rencana penugasan audit intern, Auditor harus menetapkan sasaran, ruang lingkup,
metodologi, dan alokasi sumber daya.
36. ….
37. …
38. ….
39. …
40. …
41. …
Metodologi
42. Untuk mencapai sasaran audit berdasarkan ruang lingkup audit yang telah ditetapkan,
auditor harus menggunakan metodologi audit yang meliputi antara lain:
a. penetapan waktu yang sesuai untuk melaksanakan prosedur audit intern tertentu;
b. penetapan jumlah bukti yang akan diuji;
c. penggunaan teknologi audit intern yang sesuai seperti teknik sampling dan
pemanfaatan komputer untuk alat bantu audit intern;
d. pembandingan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e. perancangan prosedur audit intern untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan, kecurangan dan, ketidakpatutan (abuse).
Dihapus dari
standar untuk
ditetapkan
terpisah dalam
setiap panduan
penugasan
pengawasan
16. Standar Kinerja SAIPI 2014 yang Dihapus
Pernyataan Standar Keterangan
3240 Evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Intern
Auditor harus memahami rancangan sistem pengendalian intern dan menguji penerapannya serta memberikan rekomendasi
yang diperlukan
10. Auditor harus mempunyai pemahaman atas sistem pengendalian intern auditi dan mempertimbangkan apakah prosedur-
prosedur sistem pengendalian intern telah dirancang dan diterapkan secara memadai. Pemahaman atas rancangan sistem
pengendalian intern digunakan untuk menentukan saat dan jangka waktu serta penentuan prosedur yang diperlukan dalam
pelaksanaan audit intern. Oleh karena itu, auditor harus memasukkan pengujian atas sistem pengendalian intern auditi
dalam prosedur audit internnya.
11. Pemahaman atas sistem pengendalian intern dapat dilakukan melalui permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi
catatan dan dokumen, atau mereviu laporan pihak lain.
Tidak semua jenis
pengawasan intern
dilakukan evaluasi
SPI dan dimasukkan
pada Standar 2240.
3250 Evaluasi atas Ketidakpatuhan Auditi terhadap Peraturan Perundangundangan, Kecurangan, dan Ketidakpatutan (Abuse)
Auditor harus merancang audit internnya untuk mendeteksi adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
kecurangan, dan ketidakpatutan (abuse).
10. Dalam merencanakan pengujian untuk mendeteksi adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
auditor harus mempertimbangkan dua faktor berikut: rumitnya peraturan perundang-undangan yang dimaksud dan masih
barunya peraturan perundang-undangan tersebut.
11. Auditor harus mempertimbangkan risiko terjadinya kecurangan (fraud) yang berpengaruh secara signifikan terhadap
tujuan audit intern. Faktor-faktor terjadinya kecurangan yang harus diperhatikan oleh auditor adalah keinginan atau
tekanan yang dialami seseorang untuk melakukan kecurangan, kesempatan yang memungkinkan terjadinya kecurangan,
dan sifat atau alasan seseorang untuk melakukan kecurangan.
12. Ketidakpatutan (abuse) bisa terjadi tetapi tidak ada pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan. Auditor harus
mempertimbangkan risiko terjadinya ketidakpatutan (abuse) yang berpengaruh secara signifikan terhadap tujuan audit
intern. Meskipun demikian, auditor harus mempertimbangkan secara hati-hati karena terjadinya ketidakpatutan (abuse) ini
bersifat subjektif.
13. Auditor harus menggunakan pertimbangan profesional untuk mendeteksi kemungkinan adanya ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, kecurangan, dan ketidakpatutan (abuse). Dalam kondisi tertentu, Auditor,
sesuaimekanisme intern APIP, diwajibkan untuk melaporkan indikasi terjadinya ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, kecurangan, dan ketidakpatutan (abuse) ini kepada pihak-pihak tertentu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Ketentuan ini sudah
tercantum dalam
2210 - Tujuan
Penugasan
17. Standar Kinerja SAIPI 2014 yang Dihapus
Pernyataan Standar Keterangan
4011 - Komunikasi atas Kelemahan Sistem Pengendalian Intern Auditor harus melaporkan adanya kelemahan
atas sistem pengendalian intern auditi.
06. Kelemahan atas sistem pengendalian intern yang dilaporkan adalah yang mempunyai pengaruh
signifikan. Sedangkan kelemahan yang tidak signifikan cukup disampaikan kepada auditi dalam bentuk
surat (management letter).
Berkaitan
dengan standar
2030 (tujuan
penugasan)
4012 - Komunikasi atas Ketidakpatuhan Auditi terhadap Peraturan Perundang-undangan, Kecurangan, dan
Ketidakpatutan (Abuse) Auditor harus melaporkan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan, kecurangan, dan ketidakpatutan (abuse).
07. Apabila berdasarkan informasi yang diperoleh, auditor menyimpulkan bahwa telah terjadi
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan, dan ketidakpatutan (abuse),
auditor harus mengomunikasikan hal tersebut.
08. Apabila peraturan perundang-undangan mengatur bahwa APIP harus segera melaporkan adanya
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan, dan ketidakpatutan (abuse)
maka auditor harus segera melaporkan sesuai dengan ketentuan internal APIP tanpa harus menunggu
laporan hasil audit diselesaikan.
09. Auditor dapat menggunakan bantuan konsultan hukum untuk menentukan apakah telah terjadi
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan kecurangan serta mekanisme
pelaporannya.
Berkaitan
dengan standar
2030 (tujuan
penugasan)
18. Standar Kinerja SAIPI 2014 yang Dihapus
Pernyataan Standar Keterangan
4030 - Metodologi, Bentuk, Isi, dan Frekuensi Komunikasi
Komunikasi audit harus dibuat secara tertulis berupa laporan dan harus segera, yaitu pada kesempatan pertama setelah
berakhirnya pelaksanaan audit.
28. Komunikasi audit intern harus dibuat secara tertulis untuk menghindari kemungkinan salah tafsir atas kesimpulan, fakta, dan
rekomendasi auditor. Keharusan membuat komunikasi secara tertulis tidak berarti membatasi atau mencegah komunikasi
lisan dengan auditi selama proses audit berlangsung.
29. Pembuatan komunikasi hasil audit secara tertulis dilakukan segera setelah selesainya pekerjaan lapangan, tanpa harus
ditunda.
30. Pembuatan komunikasi audit secara tertulis dapat dilakukan secara berkala (interim) sebelum selesainya
penugasan/pekerjaan lapangan untuk memenuhi kebutuhan informasi hasil pengawasan yang mendesak bagi stakeholders.
Komunikasi audit intern melalui laporan hasil audit intern, harus dibuat dalam bentuk dan isi yang dapat dimengerti oleh auditi
dan pihak lain yang terkait.
31. Bentuk laporan pada dasarnya bisa berbentuk surat atau bab. Bentuk surat digunakan apabila dari hasil audit tidak
diketemukan banyak fakta yang signifikan. Sedangkan bentuk bab digunakan apabila dari hasil audit ditemukan banyak fakta
dan/atau signifikan.
32. Laporan hasil penugasan audit intern, baik bentuk surat maupun bab, setidaknya harus memuat:
a. dasar melakukan audit intern;
b. identifikasi auditi;
c. tujuan/sasaran, lingkup, dan metodologi audit intern;
d. pernyataan bahwa penugasan dilaksanakan sesuai dengan standar audit;
e. kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi;
f. hasil audit intern berupa kesimpulan, fakta, dan rekomendasi;
g. tanggapan dari pejabat auditi yang bertanggung jawab;
h. pernyataan adanya keterbatasan dalam audit serta pihak-pihak yang menerima laporan;
i. pelaporan informasi rahasia apabila ada.
21. Standar
Atribut
No. Standar Standar
1000 Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung Jawab
1010 Pengakuan Panduan yang Diwajibkan pada Piagam Pengawasan
Intern
1100 Independensi dan Objektivitas
1110 Independensi APIP
1111 Peran Pimpinan APIP di Luar Kegiatan Pengawasan Intern
1120 Objetivitas Auditor
1130 Pelemahan terhadap Independensi atau Objektivitas
1200 Kecakapan dan Kecermatan Profesional
1210 Kecakapan
1220 Kecermatan Profesional (Due Professional Care)
1230 Pengembangan Profesi Berkelanjutan
1300 Program Penjaminan dan Peningkatan Kualitas
1310 Persyaratan Program Penjaminan dan Peningkatan Kualitas
1311 Penilaian Intern
1312 Penilaian Ekstern
1320 Pelaporan Program Penjaminandan PeningkatanKualitas
1321 Pernyataan“Pengawasan Intern telah dilaksanakan sesuai
Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia”
1322 Pengungkapan Ketidaksesuaian
No. Standar Standar
2000 Pengelolaan Pengawasan Intern
2010 Perencanaan
2020 Komunikasi dan Persetujuan
2030 Pengelolaan Sumber Daya
2040 Kebijakan dan Prosedur
2050 Koordinasi
2060 Pelaporan kepada Pimpinan K/L/D
2070 Tindak Lanjut atas Pengaduan Masyarakat
2080 Penyediaan Jasa Ekstern dan Tanggung Jawab APIP atas Pengawasan Intern
2100 Sifat Dasar Pengawasan Intern
2110 Tata Kelola
2120 Manajemen Risiko
2130 Pengendalian Intern
2200 Perencanaan Penugasan Pengawasan Intern
2201 Pertimbangan Perencanaan
2210 Tujuan Penugasan
2220 Ruang Limngkup Penugasan
2230 Alokasi Sumber Daya Penugasan
2240 Program Kerja Penugasan
2300 Pelaksanaan Penugasan
2310 Identifikasi Informasi
2320 Analisis dan Evaluasi
2330 Dokumentasi Informasi
2340 Supervisi Penugasan
2400 Komunikasi Hasil Penugasan
2410 Kriteria Komunikasi
2420 Kualitas Komunikasi
2421 Kesalahan dan Kelalaian
2422 Tanggapan Klien
2430 Pengungkapan atas Kesesuaian dengan Standar
2431 Pengungkapan atas Ketidaksesuaian
2440 Penyampaian Hasil Penugasan
2450 Opini Makro
2500 Pemantauan Tindak Lanjut
2600 Komunikasi Penerimaan Risiko
Standar
Kinerja
SAIPI 2021
23. Nomor
Standar
Judul dan Pernyataan Standar
1010
Mengakui Panduan yang Diwajibkan pada Piagam Pengawasan Intern
Sifat wajib dari Acuan Dasar Kerangka Praktik Profesional Pengawasan Intern Pemerintah (KP3IP) yang meliputi Definisi,
Prinsip Dasar, Standar, dan Kode Etik Pengawasan Intern harus dinyatakan dalam Piagam Pengawasan Intern. Pimpinan APIP
harus mendiskusikan misi Pengawasan Intern dan unsur-unsur yang diwajibkan dalam KP3IP dengan Pimpinan K/L/D dan
Komite Audit untuk K/L/D yang telah memiliki Komite Audit.
1100
Independensi dan Objektivitas
Aktivitas Pengawasan Intern harus independent dan auditor harus objektif dalam melaksanakan tugasnya.
Interpretasi
Independensi adalah kondisi bebas dari situasi yang dapat mengancam kemampuan APIP untuk dapat melaksanakan
tanggungjawabnya secara objektif. Untuk mencapai tingkat independensi yang dibutuhkan dalam rangka melaksanakan tugas
dan fungsi Pengawasan Intern, Pimpinan APIP harus memiliki akses langsung dan tak terbatas kepada Pimpinan K/L/D.
Ancaman terhadap independensi harus dikelola dari tingkat individu auditor, penugasan, fungsional, dan organisasi.
Objektivitas adalah suatu sikap mental tidak memihak yang memungkinkan auditor melaksanakan tugas sedemikian rupa
sehingga mereka memiliki keyakinan terhadap hasil kerja mereka dan tanpa kompromi dalam mutu. Objektivitas mensyaratkan
auditor untuk tidak mendasarkan penilaiannya terkait aktivitas pengawasan kepada penilaian pihak lain. Ancaman terhadap
objektivitas harusd ikelola pada tingkat individu auditor, penugasan, fungsional, dan organisasi.
24. Nomor
Standar
Judul dan Pernyataan Standar
1011
Peran Pimpinan APIP di Luar Kegiatan Pengawasan Intern
Dalam hal Pimpinan APIP memiliki atau diperkirakan memiliki peran dan/atau tanggung jawab di luar tugas dan fungsi
PengawasanIntern, harus dibuat mekanisme pengendalian untuk membatasi pelemahan independensi dan objektivitas.
Interpretasi
Pimpinan APIP dapat diberi peran dan tanggung jawab tambahan diluar tugas dan fungsi PengawasanI ntern. Peran dan
tanggung jawab ini dapat melemahkan independensi unit APIP dan/atau objektivitas auditor. Untuk menjaga independensi dan
objektivitas, Pimpinan K/L/D memastikan adanya pengendalian seperti evaluasi jalur pelaporan dan pertanggungjawaban
secara periodik, serta mengembangkan mekanisme alternatif untuk mendapatkan asurans terkait peran dan tanggung jawab
tambahan.
1120
Objektivitas Auditor
Auditor harus memiliki sikap netral dan tidak bias, serta senantiasa menghindarkan diri dari kemungkinan timbulnya benturan
kepentingan.
Interpretasi
Benturan kepentingan dalah suatu situasi dimana auditor yang dalam pelaksanaan tugasnya memiliki kepentingan pribadi yang
bertentangan dengan kepentingan profesional. Benturan kepentingan tersebut dapat mengganggu objektivitas auditor.
Benturan kepentingan dapat muncul, meski tidak ada pelanggaran standar.B enturan kepentingan dapat menimbulkans uatu
perilaku yang tidak pantas yang dapat merusak kepercayaan kepada auditor, APIP, dan profesi. Benturan kepentingan dapat
mempengaruhi kemampuan individu untuk melaksanakan tugasd an tanggungjawabnya secara objektif.
25. Nomor
Standar
Judul dan Pernyataan Standar
1130
Pelemahan terhadap Independensi atau Objektivitas
Jika terjadi pelemahan terhadap independensi atau objektivitas, baik secara faktual maupun penampilan, maka pelemahan
tersebut harus diungkapkan kepada Pimpinan K/L/D dan Komite Audit untuk K/L/D yang telah memiliki Komite Audit. Bentuk
pengungkapan tergantung pada pelemahan yang dihadapi.
Interpretasi
Pelemahan terhadap independensi organisasi dan objektivitas individu dapat mencakup, namun tidak terbatas pada, benturan
kepentingan personal, pembatasan uang lingkup, pembatasan akses terhadap catatan, personil, dan properti, serta
pembatasan sumber daya, seperti pendanaan.
Implementasi
1130.A1
Auditor harus menolak melaksanakan penugasan asurans yang sebelumnya pernah menjadi tanggung jawabnya.
Objektivitas auditor dianggap melemah apabila auditor memberikan jasa asurans atas kegiatan yang pernah
menjadi tanggung jawabnya pada tahun sebelumnya.
1130,A2
Penugasan asurans yang dilakukan terhadap aktivitas dan/atau unit kerja yang pernah menjadi tanggung jawab
Pimpinan APIP, harus diawasi oleh pihak lain di luar APIP.
1130.A3
APIP dapat memberikan jasa asurans meskipun sebelumnya telah melaksanakan jasa konsultansi, dengan syarat
pelaksanaan kegiatan konsultansi tersebut tidak mengganggu objektivitas dan jika terdapat pelemahan
objektivitas individual maka dilakukan pengaturan penugasan auditor.
1130.K1
Auditor dapat memberikan jasa konsultansi terhadap kegiatan yang sebelumnya pernah menjadi
tanggungjawabnya.
1130.K2
Jika auditor memiliki potensiyang dapat melemahkan independensi atau objektivitas pada penugasan jasa
konsultansi yang diusulkan, hal tersebut harus diungkapkan sebelum penugasan diterima.
26. Nomor
Standar
Judul dan Pernyataan Standar
1311
Penilaian Intern
Penilaian intern harus mencakup:
1. Pemantauan berkelanjutan atas kinerja Pengawasan Intern; dan
2. Penilaian berkala dilakukan secara mandiri atau oleh pihak lain dalam organisasi yang memiliki
pengetahuan memadai tentang praktik Pengawasan Intern.
Interpretasi
Pemantauan berkelanjutan merupakan bagian tidak terpisahkan dari supervisi, reviu dan penilaian kinerja
Pengawasan Intern. Pemantauan berkelanjutan dimasukkan dalam kebijakan dan praktik rutin yang digunakan
untuk mengelola kegiatan Pengawasan Intern serta menggunakan proses, alat, dan informasi yang dianggap
perlu dalam mengevaluasi kesesuaian terhadap Kode Etik dan Standar.
Penilaian berkala dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian terhadap Kode Etik dan Standar.
Pengetahuan memadai tentang praktik Pengawasan Intern mensyaratkan paling tidak adanya pemahaman
menyeluruh atas seluruh elemen KP3IP
27. Nomor
Standar
Judul dan Pernyataan Standar
1312
Penilaian Ekstern
Penilaian ekstern harus dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun oleh penilai atau tim penilai
yang memiliki kualifikasi memadai dan independen yang berasal dari luar organisasi. Pimpinan APIP harus
menginformasikan kepada atau mendiskusikan dengan Pimpinan K/L/D mengenai:
1. Bentuk, isi dan frekuensi penilaian ekstern;
2. Kualifikasi dan independensi tim atau penilai ekstern, termasuk kemungkinan terjadinya benturan
kepentingan.
Interpretasi
Penilaian ekstern dapat dilakukan sepenuhnya oleh penilai ekstern atau dilakukan secara mandiri dengan
validasi oleh penilai ekstern yang independen. Penilai ekstern harus memberikan kesimpulan mengenai
kesesuaian dengan Kode Etik dan Standar. Selain itu, penilai ekstern juga dapat memberikan masukan terkait
aspek operasional atau strategis Pengawasan Intern.
Penilai atau tim penilai yang memenuhi syarat memiliki kompetensi dalam praktik professional Pengawasan
Intern dan proses penilaian ekstern. Kompetensi dapat dibuktikan melalui gabungan dari pengalaman dan
pemahaman teori. Dalam hal terdapat anggota tim yang tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan, setidaknya
tim secara kolektif harus memiliki kompetensi yang disyaratkan. Pimpinan APIP menggunakan pertimbangan
profesionalnya ketika mengevaluasi, apakah seorang penilai/tim penilai memiliki kompetensi yang cukup untuk
dapat disebut memenuhi syarat.
Penilai atau tim penilai yang independen artinya, baik secara factual maupun penampilan, tidak memiliki
benturan kepentingan dan tidak menjadi bagian dari atau dibawah pengendalian APIP yang dinilai. Pimpinan
APIP mendorong pengawasan Pimpinan K/L/D dalam penilaian ekstern untuk mengurangi benturan
kepentingan yang telah atau berpotensi terjadi.
28. Nomor
Standar
Judul dan Pernyataan Standar
1320
Pelaporan Program Penjaminan dan Peningkatan Kualitas
Pimpinan APIP melaporkan program penjaminan dan peningkatan kualitas kepada Pimpinan K/L/D. Pelaporan mencakup:
1.Ruang lingkup dan frekuensi, baik atas penilaian intern dan ekstern;
2.Kualifikasi dan independensi penilai atau tim penilai, termasuk potensi benturan kepentingan;
3.Kesimpulan penilai atau tim penilai;
4.Rencana tindak perbaikan.
Interpretasi
Bentuk, Isi dan frekuensi komunikasi hasil Program Penjaminan dan Peningkatan Kualitas ditetapkan oleh Pimpinan APIP
dengan mempertimbangkan tanggung jawab Pengawasan Intern dan Pimpinan APIP sebagaimana ercantum pada Piagam
Pengawasan Intern.
Untuk menunjukkan kesesuaian terhadap Kode Etik dan Standar, hasil penilaian intern dan ekstern dikomunikasikan setelah
penugasan,serta hasil pemantauan berkelanjutan dikomunikasikan paling tidak setahun sekali
1321
Pernyataan “Pengawasan Intern telah dilaksanakan sesuai Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia”
Pernyataan bahwa “Pengawasan Intern telah dilaksanakan sesuai Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia”, dapat
diungkapkan jika didukung dengan hasil program penjaminan dan peningkatan kualitas.
Interpretasi
Pengawasan Intern telah sesuai dengan Kode Etik dan Standar, apabila simpulan penjaminan dan peningkatan kualitas sesuai
dengan Kode Etik dan Standar.
1322
Pengungkapan Ketidaksesuaian
Dalam hal terdapat ketidaksesuaian terhadap Kode Etik dan Standar yang mempengaruhi kegiatan Pengawasan Intern secara
keseluruhan, Pimpinan APIP harus mengungkapkan ketidaksesuaian tersebut dan dampaknya kepada Pimpinan K/L/D.
30. Nomor
Standar
Judul dan Pernyataan Standar
2010
Perencanaan
Pimpinan APIP harus menyusun perencanaan Pengawasan Intern berbasis risiko untuk menetapkan prioritas
Pengawasan Intern sesuai dengan tujuan organisasi.
Interpretasi
Dalam menyusun perencanaan berbasis risiko, Pimpinan APIP berkonsultansi kepada Pimpinan K/L/D dan
Pimpinan Unit Organisasi untuk memperoleh pemahaman strategi, tujuan, risiko, dan proses manajemen risiko
organisasi. Pimpinan APIP harus mereviu dan menyesuaikan perencanaan untuk merespon perubahan proses
bisnis, risiko, program, sistem, dan pengendalian organisasi.
Implementasi
2010.A1
Perencanaan Pengawasan Intern harus didasarkan pada penilaian risiko yang terdokumentasi
termasuk risiko kecurangan (fraud), yang dilakukan sekurang-kurangnya setahun sekali dan
memperhatikan masukan Pimpinan K/L/D dan Pimpinan Unit Organisasi.
2010,A2
Pimpinan APIP harus mengidentifikasi dan mempertimbangkan harapan Pimpinan K/L/D dan
Pimpinan Unit Organisasi dan pemangku kepentingan lain dalam memberikan opini atau
kesimpulan lainnya.
1210.K1
Pimpinan APIP harus mempertimbangkan untuk menerima permintaan konsultansi yang berpotensi
meningkatkan nilai tambah bagi organisasi. Penerimaan permintaan konsultansi harus
dicantumkan dalam perencanaan Pengawasan Intern.
31. Nomor
Standar
Judul dan Pernyataan Standar
2050
Koordinasi
Pimpinan APIP harus berbagi informasi, melakukan koordinasi, dan mempertimbangkan kegiatan asurans dan
konsultansi dari pihakekstern dan pihak intern lainnya untuk memastikan cakupan pengawasan yang memadai
dan meminimalkan duplikasi pengawasan.
Interpretasi
Pimpinan APIP harus menetapkan proses pemanfaatan hasil asurans dan konsultansi pihak ekstern dan pihak
intern lainnya dengan mempertimbangkan kompetensi, objektivitas, dan kecermatan professional pihak lain.
Pimpinan APIP juga harus memahami lingkup, tujuan dan hasil asurans dan konsultansi pihak lain. Pimpinan
APIP bertanggung jawab memastikan bahwa pemanfaatan pekerjaan dan hasil asurans dan konsultansi pihak
lain mendukung Pengawasan Intern.
2060
Pelaporan kepada Pimpinan K/L/D
Pimpinan APIP harus melaporkan secara berkala dalam setahun tentang tujuan, kewenangan, tanggung jawab,
dan kinerja Pengawasan Intern. Laporan juga harus mencakup risiko strategis, risiko fraud, kelemahan
pengendalian, isu tata kelola, dan hal lainnya yang perlu perhatian Pimpinan K/L/D.
Interpretasi
Pimpinan APIP menentukan periode berkala dan isi laporan. Pimpinan APIP mengomunikasikan laporan
kepada Pimpinan K/L/D yang mencantumkan informasi sebagai berikut:
1. Perencanaan audit dan progresnya.
2. Hasil Pengawasan Intern.
3. Respon manajemen terhadap risiko, yang menurut penilaian Pimpinan APIP seharusnya Organisasi tidak
dapat menerima risiko tersebut
32. Nomor
Standar
Judul dan Pernyataan Standar
2070
Tindak Lanjut atas Pengaduan Masyarakat
Pimpinan APIP harus menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat.
Interpretasi
Pengaduan masyarakat dapat berbentuk pengaduan tertulis atau bentuk lainnya. Pengaduan tersebut harus
ditangani dengan mekanisme dan prosedur yang jelas, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2080
Penyedia Jasa Ekstern dan Tanggung Jawab APIP atas Pengawasan Intern
Apabila Pengawasan Intern menggunakan pihak ekstern, Pimpinan APIP memiliki tanggung jawab untuk
memelihara aktivitas Pengawasan Intern yang efektif.
Interpretasi
Tanggungjawab tersebut ditunjukkan melalui program penjaminan dan peningkatan kualitas yang menilai
kesesuaian Pengawasan Intern yang mengguakan penyedia jasa ekstern terhadap Kode Etik dan Standar.
33. Nomor
Standar
Judul dan Pernyataan Standar
2210
Tujuan Penugasan
Tujuan harus ditetapkan untuk setiap penugasan.
Implementasi
2210.A1
Auditor harus melakukan penilaian terhadap risiko kegiatan. Hasil penilaian atas risiko tersebut
harus tercermin dalam tujuanpenugasan.
2210.A2
Auditor harusmempertimbangkankemungkinantimbulnyakesalahanyang signifikan, fraud,
ketidaktaatan, dan permasalahanlain pada saatmenyusuntujuanpenugasan.
2210.A3
Kriteria yang memadai diperlukan untuk mengevaluasi tata kelola, manajemen risiko, dan
pengendalian intern. Auditor harus memastikan apakah Pimpinan K/L/D, Pimpinan Unit Organisasi
atau Pimpinan Unit Kerja telah menetapkan kriteria yang memadai terkait pencapaian tujuan dan
sasaran. Apabila memadai, auditor harus menggunakan kriteria tersebut dalam penugasannya.
Apabila tidak memadai, auditor harus mengembangkan kriteria lain bersama Pimpinan K/L/D,
Pimpinan Unit Organisasi atau Pimpinan Unit Kerja.
Inter-
pretasi
Jenis-jenis kriteria dapat meliputi:
1.Intern (misalnya, kebijakan dan prosedur organisasi).
2.Ekstern(misalnya, hukum dan peraturan yang ditetapkan oleh lembaga-lembaga yang
berwenang).
3.Praktik terdepan (misalnya, panduan industri dan profesional).
2210.K1
Tujuan penugasan konsultansi harus diarahkan pada proses tata kelola, manajemen risiko, dan
pengendalian intern, sesuai dengan kesepakatan yang dibuat dengan klien.
2210.K2 Tujuan penugasan konsultansi harus konsisten dengan nilai, strategi, dan tujuan organisasi.
34. Nomor
Standar
Judul dan Pernyataan Standar
2220
Ruang Lingkup Penugasan
Ruang lingkup penugasan yang ditetapkan harus memadai untuk mencapai tujuan penugasan.
Implementasi
2220.A1
Ruang lingkup penugasan harus mempertimbangkan sistem, dokumen, sumber daya manusia, dan
aset yang relevan, termasuk yang berada di bawah pengelolaan pihak ketiga.
2220.A2
Jika timbul peluang dilakukan layanan konsultansi yang signifikan saat penugasan asurans, maka
dibuat kesepakatan yang mencakup tujuan, ruang lingkup, tanggungjawab masing-masing pihak,
dan maksud lain yang ingin dicapai, dan hasil penugasan konsultansi dikomunikasikan
berdasarkan standar penugasan konsultansi.
2220.K1
Dalam melaksanakan penugasan konsultansi, auditor harus memastikan bahwa ruang lingkup
penugasan yang disepakati telah memadai untuk mencapai tujuan penugasan. Jika terdapat
ketidaksepakatan atas ruang lingkup, auditor Bersama klien harus berdiskusi untuk menentukan
kelanjutan penugasan.
2220.K2
Selama penugasan konsultansi, auditor harus mendiskusikan pengendalian intern yang konsisten
dengan tujuan penugasan dan memperhatikan permasalahan pengendalian yang signifikan.
35. Nomor
Standar
Judul dan Pernyataan Standar
2320
Analisis dan Evaluasi
Auditor harus menyusun kesimpulan dan hasil penugasan berdasarkan analisis dan evaluasi yang memadai.
2330
Dokumentasi Informasi
Auditor harus mendokumentasikan informasi yang cukup, andal, relevan, dan bermanfaat untuk mendukung
kesimpulan dan hasil penugasan.
Implementasi
2330.A1
Pimpinan APIP harus mengendalikan akses atas hasil penugasan. Pimpinan APIP harus
memperoleh persetujuan dari Pimpinan Unit Organisasi dan/atau pendapat ahli hukum sebelum
memberikan hasil penugasan ke pihak ekstern sesuai kebutuhan.
2330.A2
Pimpinan APIP harus mengembangkan kebutuhan retensi penyimpanan hasil penugasan sesuai
ketentuan organisasi dan peraturan perundang-undangan.
2330.K1
Pimpinan APIP harus menetapkan kebijakan kustodian dan retensi hasil penugasan konsultansi,
sesuai dengan ketentuan organisasi dan peraturan perundang-undangan.
2340
Supervisi Penugasan
Penugasan audit harus disupervisi secara memadai untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya
kualitas, dan peningkatan kompetensi auditor.
Interpretasi
Tingkat supervisi yang diperlukan tergantung pada kemahiran dan pengalaman auditor dan kompleksitas
penugasan. Bukti kegiatan supervisi didokumentasikan dan disimpan.
36. Nomor
Standar
Judul dan Pernyataan Standar
2430
Pengungkapan atas kesesuaian dengan Standar
Auditor harus menyatakan dalam setiap laporan hasil penugasan bahwa Pengawasan Intern “dilaksanakan
sesuai dengan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia”.
2431
Pengungkapan atas ketidaksesuaian
Apabila terdapat ketidaksesuaian terhadap Kode Etik atau Standar yang mempengaruhi penugasan,
komunikasi hasil penugasan harus mengungkapkan:
a. Prinsip atau aturan perilaku pada Kode Etik atau Standar yang tidak sepenuhnya dilaksanakan;
b. Alasan ketidaksesuaian,
c. Dampak ketidaksesuaian tersebut terhadap penugasan dan hasil penugasan yang dikomunikasikan.
37. Nomor
Standar
Judul dan Pernyataan Standar
2440
Penyampaian Hasil Penugasan
Pimpinan APIP harus mengomunikasikan hasil penugasan kepada pihak yang tepat.
Inter-
pretasi
Pimpinan APIP bertanggung jawab atas komunikasi final penugasan serta menentukan metode dan tujuan distribusi. Apabila
Pimpinan APIP mendelegasikan wewenang tersebut, Pimpinan APIP tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas hal tersebut.
Implementasi
2440.A1
Pimpinan APIP bertanggung jawab mengomunikasikan hasil akhir penugasan kepada pihak-pihak yang terkait
dengan penugasan dan memastikan hasil penugasan akan ditindaklanjuti.
2440.A2
Apabila tidak ditentukan lain oleh ketentuan dan peraturan perundang-undangan, sebelum menyampaikan hasil
penugasan kepada pihak di luar organisasi, Pimpinan APIP harus:
1. Menilai potensi risiko yang dihadapi organisasi;
2. Berkonsultansi dengan Pimpinan K/L/D dan/atau Pimpinan Unit Organisasi dan/atau ahli hukum apabila
diperlukan; dan
3. Mengendalikan pemanfaatan hasil penugasan oleh pihak luar organisasi.
Inter-
pretasi
Dalam hal hasil penugasan disampaikan kepada pihak luar organisasi, Pimpinan APIP harus mengungkapkan
secara jelas tujuan pemanfaatannya dan meminta pihak luar untuk berkomunikasi dengan Pimpinan APIP apabila
akan memanfaatkan hasil penugasan selain untuk tujuan yang telah ditentukan.
2440.K1 Pimpinan APIP bertanggungjawab mengomunikasikan hasil akhir penugasan konsultansi kepada klien.
2440.K2
Dalam penugasan konsultansi, Pimpinan APIP agar mengidentifikasi permasalahan tata kelola, manajemen
risiko, dan pengendalian intern. Apabila permasalahan tersebut signifikan, Pimpinan APIP harus
mengomunikasikan kepada Pimpinan K/L/D dan/atau Pimpinan Unit Organisasi dan/atau Pimpinan Unit Kerja.
38. Nomor
Standar
Judul dan Pernyataan Standar
2450
Opini Makro
Apabila APIP memberikan opini makro, Pimpinan APIP harus memperhatikan strategi, sasaran,
dan risiko-risiko organisasi dan ekspektasi Pimpinan K/L/D dan/atau Pimpinan Unit Organisasi
serta pemangku kepentingan lainnya. Opini makro harus didukung dengan informasi yang relevan,
andal, cukup, dan bermanfaat.
Interpretasi
Komunikasi atas opini makro meliputi:
1. Ruang lingkup, termasuk periode waktu yang terkait dengan opini makro tersebut;
2. Batasan ruang lingkup;
3. Pertimbangan terhadap kegiatan terkait lainnya termasuk keterkaitannya dengan penyedia
jasa asurans lain;
4. Ikhtisar dari informasi yang mendukung opini;
5. Kerangka kerja risiko atau pengendalian, atau kriteria lain yang dipergunakan sebagai dasar
pengungkapan opini makro;
6. Opini, pendapat, atau kesimpulan yang diberikan.
Pimpinan APIP harus menjelaskan alasan atas opini makro yang tidak sesuai harapan Pimpinan
K/L/D dan/atau Pimpinan Unit Organisasi.
39. Nomor
Standar
Judul dan Pernyataan Standar
2500
Pemantauan Tindak Lanjut
Pimpinan APIP harus membangun sistem pemantauan tindak lanjut atas hasil penugasan yang telah
dikomunikasikan kepada klien.
Implementasi
2500.A1
Pimpinan APIP harus menetapkan proses tindak lanjut untuk memantau dan memastikan bahwa klien telah
melaksanakan tindakan perbaikan secara efektif, atau menerimar isiko untuk tidak melaksanakan tindakan
perbaikan.
2500.K1
Pengawasan Intern harus memantau tindak lanjut hasil penugasan konsultansi yang telah disepakati dengan
klien.
2600
Komunikasi Penerimaan Risiko
Dalam hal Pimpinan APIP menyimpulkan bahwa Pimpinan Unit Kerja dan/atau Pimpinan Unit Organisasi
menerima tingkat risiko yang tidak dapat diterima oleh organisasi, Pimpinan APIP harus membahas masalah
ini secara berjenjang dengan Pimpinan di atasnya. Jika Pimpinan APIP meyakini bahwa permasalahan
tersebut belum terselesaikan, maka Pimpinan APIP harus mengkomunikasikan hal tersebut kepada Pimpinan
K/L/D dan/atau Pimpinan Unit Organisasi.
Interpretasi
Identifikasi atas risiko yang diterima oleh Pimpinan Unit Kerja dan/atau Pimpinan Unit Organisasi dapat
dilakukan melalui penugasan asurans maupun konsultansi, pemantauan tindak lanjut atas hasil penugasan
sebelumnya, atau melalui kegiatan lainnya.
Keputusan untuk menerima atau tidak menerima risiko adalah tanggung jawab klien, bukan tanggung jawab
Pimpinan APIP.