3. LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT UMUM BUNDA JAKARTA
NOMOR : 000/SK/KEP/RSUBJ/I/2016
TANGGAL : 1 JANUARI 2016
PANDUAN
AKSES KE PELAYANAN RUMAH SAKIT
1. PENDAHULUAN
1.1. Ada tiga sumber utama akses untuk perawatan di Rumah Sakit X. Pasien diterima atau
didaftarkan untuk perawatan melalui Ruang Emergensi, Klinik Rawat Jalan atau langsung
diterima di ruang rawat inap dengan rujukan atau penerimaan emergensi.
1.2. RS X harus menyediakan skrining medis yang sesuai untuk setiap orang yang datang ke
rumah sakit yang meminta pemeriksaan atau pengobatan untuk suatu kondisi medis.
Skrining medis harus dapat digunakan untuk menentukan apakah pasien mempunyai
kondisi medis yang emergensi. Suatu kondisi medis yang emergensi berarti pasien
dengan gejala akut yang cukup berat dan tanpa perhatian medis yang segera dapat
diperkirakan akan mengakibatkan kesehatan pasien dalam bahaya yang serius, gangguan
fungsi tubuh yang serius, atau disfungsi yang serius dari organ tubuh atau bagian.
1.3. Pasien bukan emergensi akan mendapat perawatan yang kontinue sesuai dengan status
klinisnya dan sumber daya yang tersedia. Untuk pasien yang membutuhkan pelayanan
diluar dari yang tersedia di RS X, mereka akan dipindahkan/dirujuk ke fasilitas
perawatan kesehatan yang sesuai. RS X mempunyai perjanjian dan hubungan dengan
organisasi/fasilitas agar dapat memberikan pasien perawatan yang sesuai jika sumber
daya yang dibutuhkan tidak tersedia di RS X. Daftar dari fasilitas perawatan kesehatan
yang berafiliasi dapat dilihat di Ruang Emergensi.
1.4. Walaupun terdapat perbedaan dalam setiap aspek menurut persyaratan praktis dari
pelayanan, persyaratan tersebut akan mempunyai prinsip umum yang sama.
2. TUJUAN
Tujuan dari panduan ini adalah:
2.1. Untuk membangun repons yang sesuai oleh unit emergensi dalam menerima, menyaring
dan menstabilkan pasien yang datang dengan kondisi klinis darurat.
2.2. Untuk memastikan standarisasi penerimaan pasien rawat inap, dan pendaftaran
pelayanan pasien rawat jalan.
2.3. Untuk memberikan pedoman bagi semua staf petugas kesehatan dalam memberikan
perawatan untuk proses akses bagi pasien untuk mendapat perawatan, serta kontinuitas
perawatan.
3. RUANG LINGKUP
Dokumen ini berlaku untuk semua petugas kesehatan yang bekerja di RS X, termasuk
para manajer, perawat, dokter, dan petugas kesehatan yang berhubungan atau siapapun
Panduan Akses ke Pelayanan RS – RSU Bunda Jakarta 3
4. yang membuat kontak pertama dengan pasien dan melakukan penilaian mengenai
kebutuhan pasien tersebut
4. AKSES LAYANAN PERAWATAN
4.1. Pasien dapat melakukan akses untuk mendapat perawatan :
4.1.1. Rawat Jalan – Poliklinik dan one day care (ODC)
4.1.2. Unit Emergensi
4.1.3. VK
4.1.4. Pendaftaran langsung (Direct Admission) ke unit rawat inap (Booked admission)
sebagaiman diterangkan pada point 7.1 panduan ini.
4.2. Pasien dapat mengakses layanan perawatan di unit emergensi dan VK 24 jam/hari, 7
hari/minggu, 52 minggu/tahun. Pasien akan ditriase dan dikategorikan untuk penilaian
dan perawatan dapat dilakukan pada saat yang bersamaan.
4.3. Pasien dapat mengakses layanan perawatan di Poliklinik dengan membuat perjanjian atau
dengan datang langsung. Poliklinik dapat diakses mulai dari senin sampai sabtu mulai
dari jam 08.00 sampai 20.00
4.4. Mencocokkan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit tergantung
pada perolehan informasi tentang kebutuhan dan kondisi pasien melalui skrining
4.5. Skrining kebutuhan medis pasien dilakukan oleh dokter atau perawat dan bisa dilakukan
di UGD, di Poliklinik ataupun di tempat perujuk melalui komunikasi telp, sedangkan
skrining kebutuhan fasilitas bisa dilakukan oleh staf bagian pendaftaran atau perawat
atau dokter atau tenaga kesehatan lainnya
4.6. Apabila ternyata pasien membutuhkan fasilitas kesehatan yang tidak dimiliki RS X saat
itu, maka pasien tetap diberikan pertolongan dasar atas ijin keluarga/pasien dan
kemudian dirujuk ke rumah sakit lain yang memiliki fasilitas sesuai kebutuhan pasien
pada saat itu.
4.7. Pasien hanya dapat dilayani di RS X jika tersedia jenis layanan yang di butuhkan. Apabila
layanan yang di butuhkan tidak memadai atau tidak ada, maka pasien harus di rujuk ke
rumah sakit lain yang memiliki kebutuhan jenis layanan yang di butuhkan pasien saat itu
dengan sebelumnya dilakukan test pemeriksaan penunjang sebagai dasar pengambilan
keputusan sesuai standard pelayanan medis.
4.8. Pasien akan dipindahkan ke rumah sakit lain, untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai,
ketika tidak tersedianya pelayanan tersebut di RS X atau jika pasien ingin untuk
dipindahkan ke rumah sakit dikarenakan asuransi atau masalah lainnya (merujuk kepada
kebijakan transfer pasien).
4.9. Selama proses penerimaan, pasien dan keluarga memperoleh informasi yang cukup untuk
membuat keputusan yang tepat. Informasi diberikan mengenai usulan perawatan, hasil
yang diharapkan, dan semua perkiraan biaya yang harus ditanggung pasien atau
Panduan Akses ke Pelayanan RS – RSU Bunda Jakarta 4
5. keluarganya. Informasi demikian bisa dalam bentuk tertulis atau secara lisan, dan
mencatatnya dalam laporan pasien.
4.10. Pada pasien dengan hambatan/keterbatasan/kendala fisik / komunikasi / bahasa /
budaya, RS X memfasilitasi untuk menyelesaikan kendala tersebut.
4.11. Rumah sakit telah menetapkan kriteria untuk masuk dan/atau pindah bagi unit-unit atau
layanan-layanan khusus dan intensifnya, termasuk penelitian dan program lain untuk
memenuhi kebutuhan khusus pasien. Kriteria ini dikembangkan oleh staf yang kompeten
dan dikembangkan berdasarkan kriteria fisiologis
5. REGISTRASI UNTUK PASIEN RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP
5.1. Tujuan utama meregistrasi pasien untuk memastikan agar catatan pelayanan kesehatan
pasien sekarang, sebelumnya dan berikutnya terangkum di dalam satu catatan rekam
medis pasien yang sama.
5.2. Semua pasien yang mendapatkan pelayanan perawatan kesehatan, atau yang akan
mendapatkan pelayanan kesehatan, harus diregistrasikan di dalam data pasien dan
mendapatkan nomor rekam medis. Ini meliputi pasien rawat inap (termasuk bayi baru
lahir), pasien rawat jalan, dan pasien yang hanya memeriksakan spesimen (contoh:
sample darah) diregisterkan sebagai pasien.
5.3. Keberhasilan mengidentifikasi pasien menurunkan angka duplikasi registrasi. Jika pasien
tidak mempunyai satu identitas unik dan spesifik maka hal ini dapat mengganggu
pelayanan pasien.
5.4. Proses registrasi pasien yang menerima pelayanan kesehatan, terdiri dari langkah-
langkah:
5.4.1. Pasien datang langsung ke admission
5.4.2. Memasukkan informasi pasien ke dalam sistem
5.4.3. Mempertimbangkan apabila orang tersebut sudah pernah terdaftar dengan
mencarinya di dalam data dan melihat kembali kemungkinan kecocokan yang ada.
5.4.4. Mengkonfirmasi semua rincian untuk pasien yang sudah pernah mendaftar, dan
memperbaharui data jika diperlukan.
5.4.5. Membuat atau memastikan apakah pasien sudah mempunyai nomor rekam medis
di RS RS X.
5.5. Merujuk ke prosedur registrasi pasien rawat jalan dan rawat inap untuk informasi proses
yang lebih rinci.
6. PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP
6.1. Pasien dapat didaftarkan masuk ke rumah sakit oleh dokter spesialis yang memiliki Surat
Ijin Praktek di RS X. Dokter spesialis akan menjabarkan kondisi pasien dan diagnosis
sementara kepada admission dalam SPR. SPR tersebut berlaku tidak lebih dari 24 jam.
Jika lebih dari masa berlaku tersebut, pasien harus di kaji ulang.
Panduan Akses ke Pelayanan RS – RSU Bunda Jakarta 5
6. 6.2. Penerimaan pasien non-emergensi atau pasien rujukan ke RS X harus dilakukan verfikasi
terlebih dahulu mengenai kelayakan pasien serta kesediaan unit pelayanan sesuai
kebutuhan pasien untuk dirawat di RS X
6.3. Semua admission, tidak termasuk perinatologi, memerlukan kelengkapan lembar kerja
admission dari dokter spesialis atau dokter umum dengan instruksi dari dokter spesialis,
yaitu:
6.3.1. Lembar admission (Surat Pengantar Rawat ARM)
6.3.2. Diagnosis saat datang
6.4. Jenis-jenis pendaftaran
6.4.1. Pendaftaran yang direncanakan (elektif): Pendaftaran yang sudah direncanakan
merupakan pendaftaran rawat inap dari pasien yang sudah direncanakan sebagai
tindak lanjut untuk mendapatkan pelayanan rawat inap. Semua data akan
dikumpulkan sebelum tanggal yang sudah ditentukan. Pasien diinstruksikan
untuk melapor ke bagian pendaftaran.
6.4.2. Pendaftaran bagi pasien rawat jalan: Pasien mungkin didaftarkan secara langsung
dari poliklinik RS X. Dokumen yang diperlukan akan dikirimkan ke bagian
pendaftaran dan pasien akan mendapatkan kamar perawatan yang sesuai dan
tersedia di unit rawat inap.
6.4.3. Pendaftaran dari Unit Emergensi: Pasien dari Unit Emergensi memerlukan
pendaftaran rawat inap, harus mempunyai formulir dari pendaftaran dan
dikirimkan bagian pendaftaran dan pasien akan diberikan kamar rawat yang
tersedia di ruang rawat inap.
6.4.4. Pendaftaran pasien observasi: Pasien dapat di observasi di emergensi dan VK
maksimal 6 jam sejak pasien masuk rumah sakit, selanjutnya dokter harus
memutuskan apakah pasien masuk dalam perawatan RS, Rujuk ke rumah sakit
lain atau pasien di pulangkan dan di informasikan kepada pasien atau keluarga.
Selama observasi pasien di monitor secara berkala. Ketika pasien diobservasi dan
diputuskan oleh dokter memerlukan perawatan rawat inap, harus melengkapi
formulir dan dikirimkan ke bagian pendaftaran dan pasien akan diberikan kamar
rawat yang tersedia di ruang rawat inap.
6.4.5. Pasien transfer dari rumah sakit lain: Ketika permintaan transfer diterima oleh
bagian pendaftaran, selanjutnya dialihkan kepada dokter umum di Unit
Emergensi. Kemudian Unit Emergensi akan mengkoordinasikan transfer pasien
dengan bagian admission dan mengumpulkan data yang diperlukan. Pasien
dengan indikasi rawat ICU dari luar RS.X, harus dilakukan konfirmasi dengan
petugas ICU yang in charge mengenai ketersediaan bed dan tenaga.
6.5. Merujuk kepada prosedur di bawah ini:
6.5.1. Pendaftaran pasien- Pemesanan Kamar Rawat
6.5.2. Pendaftaran pasien- Rawat jalan dan Unit Emergensi
6.5.3. Pendaftaran pasien – Rawat Inap
6.5.4. Penerimaan pelayanan di Emergensi
6.5.5. Menerima pasien rujukan dari fasilitas kesehatan lain untuk perawatan
6.5.6. Observasi pasien di Unit Emergensi
6.5.7. Observasi pasien di VK
7. PENGATURAN KAMAR RAWAT
7.1. Alokasi kamar di RS X dibedakan berdasarkan:
7.1.1. Lantai 6 untuk perawatan pasien dengan kasus umum, yang terdiri dari;
i. Kamar Pediatrik (tersedia kelas 2 keatas)
ii. Kamar Kelas 3 untuk pasien pria
Panduan Akses ke Pelayanan RS – RSU Bunda Jakarta 6
7. iii. Kamar kelas 3 untuk pasien wanita
iv. Kamar kelas 2 untuk pasien wanita
v. Kelas 1 untuk pasien pria / wanita
7.1.2. Lantai 7 untuk perawatan pasien dengan kasus obstetric & ginekologi
i. Kelas 3 untuk pasien wanita dengan kasus umum
ii. Neonatus (nursery room)
7.2. Pengalokasian kamar dikendalikan oleh bagian pendaftaran. Pasien diperbolehkan untuk
memilih kelas ruangan yang diinginkan, terkecuali pasien dengan kebutuhan R. Isolasi
atau pelayanan intensive setelah dikaji /assessment oleh dokter
7.3. Kelas ruangan meliputi:
7.3.1. Suite
7.3.2. VIP
7.3.3. Kamar Isolasi
7.3.4. Kelas Satu
7.3.5. Kelas dua
7.3.6. Kelas tiga
7.4. Kamar tidak tersedia
Jika kelas kamar yang diminta tidak ada akan ditawarkan kelas yang tersedia.Jika pasien
tetap menolak, permintaan pasien akan disampaikan kepada Manajemen untuk
ditindaklanjuti.
7.5. Box neonatus
Dibagi menjadi 2 yaitu kelas dan kelas lain.
7.5.1. Neonatus dengan ibu kelas 3, maka tarif kamar bayi yang berlaku adalah kamar
bayi kelas 3 tapi jika ibu dirawat di kelas 2, kelas 1, VIP dan Suite maka tarif
kamar bayi yang berlaku adalah tarif VIP
7.5.2. Kamar bayi dibedakan menjadi 2 yaitu kamar bayi normal dan kamar bayi sakit.
Untuk bayi sakit (umur 0-28 hari) / bermasalah post discharged dari RS X dirawat
di kamar bayi sakit.
7.6. Apabila terjadi disaster:
7.6.1. Manajemen berhak mengambil alih kamar dari pasien yang cuti rawat tanpa harus
memberitahu pasien terlebih dahulu.
7.6.2. Manajer Perawatan pada setiap saat dapat mengadakan pertemuan tim Bed
Emergency agar menyetujui tindakan yang akan diambil untuk menempatkan
pasien dengan aman dan sesuai. Tim Bed Emergency terdiri dari:
i. Manajer Perawat
ii. Kepala Unit
iii. Dokter yang relevan
7.6.3. Peran dari tim ini adalah menyetujui tindakan yang akan diambil dalam waktu 24
jam kedepan atau lebih untuk mengakomodasi penerimaan dan mendukung
kebijakan akut eskalasi rumah sakit. Tim Bed Emergency akan berusaha
menyeimbangkan resiko klinis bagi semua pasien di semua pelayanan, dengan
memberi perhatian khusus untuk memprioritaskan perawatan yang sesuai dari
pasien di unit emergensi, dan pemulangan awal pada pasien setelah dilakukan
pertimbangan dengan DPJP
7.6.4. Pasien yang sudah tidak ada indikasi rawat disegerakan untuk dipulangkan dari
RS untuk berobat Jalan.
7.7. Rawat Gabung
Panduan Akses ke Pelayanan RS – RSU Bunda Jakarta 7
8. Pasien rawat gabung hanya bisa dilakukan di suite dan VIP dan salah satu dari pasien
akan dikenakan tarif 1 level dibawah
7.8. Jika rumah sakit menyediakan perawatan berkelanjutan dan pengobatan bagi pasien
rawat jalan, Sangat penting menyusun rangkuman terkini dari profil pasien agar supaya
perawatan berkelanjutan bisa dipermudah. Isi minimum rangkuman : Diagnosis yang
signifikan, Alergi obat, Obat (atau obat-obatan) yang sekarang diminum, Tindakan
pembedahan di masa lalu, Rawat inap di masa lalu.
7.9. Pasien yang memerlukan perawatan berkelanjutan yang dimaskud adalah sekurang-
kurangnya yaitu : pasien pasca operasi, pasien Haemodialisa, pasien stroke, pasien
diabetes.
7.10. Rangkuman terkini pasien rawat jalan dibuat setiap kunjungan ke 10
7.11. Untuk pendaftaran pelayanan ICU, merujuk kepada Kebijakan Pelayanan Intensive Unit
7.12. Pasien dengan suspek atau penyakit menular
7.12.1. Di dalam kebijakan rumah sakit, pasien yang diketahui atau diperkirakan dengan
penyakit menular harus (ketika dalam prakteknya) dirawat di satu ruangan
dengan tanda isolasi.
7.12.2. The Negative Pressure Isolation terdapat di lantai ….. (kriteria masuk ruang isolasi
merujuk pada Kebijakan Isolasi)
7.12.3. Semua kasus menular yang baru di dalam rumah sakit harus dilaporkan kepada
tim infection control secepatnya.
7.12.4. Jika jumlah pasien dengan diare dan/atau muntah- muntah meningkat di dalam
satu area bangsal, pertama tama harus dilaporkan ke tim infection control dan
dilakukan rapat tentang berjangkitnya penyakit tersebut mungkin diperlukan.
7.13. Pasien cuti dari perawatan
7.13.1. Pasien cuti harus membuat surat pernyataan yang ditandatangani oleh pasien dan
dicatat dalam catatan medis. Surat Pernyataan tersebut berisi bahwa pasien telah
meminta cuti dan telah diberitahu sebelumnya mengenai risiko terkait dengan
meninggalkan rumah sakit serta memahami bahwa rumah sakit atau dokter yang
merawat tidak bertanggung jawab segala akibat yang disebabkan dari sakit yang
di derita saat berada di luar rumah sakit
7.13.2. Surat ijin tersebut harus di setujui oleh dokter penanggung jawab pelayanan
7.13.3. Pasien dapat di berikan ijin keluar rumah (Patient cuti) pada keadaan yang
tertentu atau mendesak menurut pertimbangan pasien
7.13.4. Waktu maksimal pasien cuti yang diberikan adalah 48 jam Pasien yang tidak
kembali dalam waktu tersebut maka pasien di anggap pulang paksa
7.13.5. Perawat yang bertugas di kamar perawatan harus menginformasikan kepada
bagian pendaftaran dan kasir ketika pasien pulang.
7.13.6. Pasien akan diberikan petunjuk tentang kapan harus kembali ke rumah sakit, saat
jika terjadi emergensi serta tindakan apa yang harus dilakukan mengenai apapun
yang berkaitan kondisi pasien saat cuti dari rumah sakit
7.13.7. Tidak diperbolehkan pada pasien yang melakukan cuti perawatan dan sudah
kembali lagi ke rumah sakit setelah 48 jam dan kemudian melakukan cuti pulang
ke rumah kembali.
7.13.8. Jika pasien memerlukan perpanjangan waktu cuti perawatan di rumah, maka
harus dipulangkan.
7.13.9. Pasien juga harus diberitahukan untuk menghubungi ruang perawatan sebelum
kembali untuk mengkonfirmasi apakah ruangan masih kosong.
Panduan Akses ke Pelayanan RS – RSU Bunda Jakarta 8