Kelompok 10 analisis process model tranformation dari model prosess bisnis pada pt adhi karya tbk (2)
1. ANALISIS PROCESS MODEL TRANSFORMATION DARI MODEL
BISNIS PROSES
PADA PT ADHI KARYA TBK.
Muhammad Ichsan,Giatama Istian,
Dinda Septiah Arini,Irma Suryani,Zaki Lazuardy
Manajemen Proses Bisnis,Fkultas Ekonomi dan Bisnis,Universitas Mercu Buana
Jl.Meruya Selatan No.31,Jakarta Barat 11610,telp.(021) 5840816
Abstrak
Tranformasi PT Adhi Karya Tbk Keinginan pemerintah agar PT Adhi Karya (Persero) Tbk tak
hanya menjadi kontraktor untuk proyek Light Rail Transit (LRT) tetapi juga menjadi investor,
secara tidak langsung memaksa Adhi Karya untuk memutar otak mencari modal di tengah
kondisi keuangannya yang terbilang negatif.
Berdasarkan laporan keuangan terakhir perusahaan pada kuartal III 2016 lalu, pendapatan Adhi
Karya memang berhasil tumbuh 5,13 persen menjadi Rp5,69 triliun dari periode yang sama
tahun 2015 sebesar Rp5,41 triliun. Tetapi laba bersih perusahaan berkode saham ADHI justru
turun hingga 16,06 persen dari sebelumnya Rp137 miliar menjadi Rp115 miliar.
Perolehan ini terbilang paling kecil jika dibandingkan dengan perusahaan konstruksi lainnya,
seperti PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT PP
(Persero) Tbk (PTPP). Ketiga perusahaan tersebut berhasil mencetak pertumbuhan, baik dari segi
pendapatan dan laba bersih. Waskita Karya memimpin kinerja keuangan dengan pertumbuhan
pendapatan hingga 88,72 persen dan laba bersih mencapai 133,5 persen.
Direktur Utama Waskita Karya M. Choliq menuturkan, perusahaannya telah melakukan
transformasi bisnis sejak tiga tahun lalu atau tepatnya 2014 lalu dalam beberapa proyek
pembangunan jalan tol.
Namun, tentu Waskita tak menanamkan modal 100 persen dalam proyek jalan tol yang
dibangunnya. Perusahaan tersebut menjalin kerja sama dengan perusahaan lain, baik swasta
maupun perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya. Misalnya saja, Waskita akan
bekerja sama dengan operator jalan tol PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR). Jika kerja sama
dengan Jasa Marga, maka Waskita akan bertindak sebagai investor minoritas. Namun, jika
dengan perusahaan swasta maka Waskita akan menjadi investor mayoritas atau setidaknya 60
persen.
Kata kunci : Analisis, Model Transformasi Bisnis
2. Pendahuluan
Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, yang tertuang dalam Akta No. 163 tanggal 28
Mei 2019, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan adalah melakukan usaha dalam
bidang konstruksi, serta menjalankan usaha di bidang jasa konstruksi, properti, industri, energi
dan investasi. Dengan dukungan sebelas kantor operasional yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia serta didukung enam anak usaha yang dimiliki, Perseroan menjalankan usahanya
secara berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Segmentasi pasar yang diambil Perseroan
berdasarkan sumber pendanaan meliputi proyek pemerintah (APBN/ APBD), swasta, dan
BUMN. Untuk jenis proyek yang dikerjakan yang Perseroan dikelompokkan menjadi proyek
infrastruktur dan energi, proyek properti, dan proyek lainnya.
Sejak tahun 2016, Perseroan mengedepankan penerapan teknologi diantaranya adalah e-
procurement, e-risk, u-shaped girder yang digunakan pada proyek LRT, dan Building
Information Modeling (BIM). E-procurement merupakan proses pengadaan barang dan jasa
tertentu di lingkungan Perseroan, di mana seluruh proses pengadaan dilakukan sesuai prosedur
yang telah ada namun diterapkan secara elektronik. E-risk merupakan aplikasi yang digunakan
untuk mendokumentasi tiap tahap manajemen risiko secara otomatis, yang meliputi risiko beserta
monitoring-nya. Sementara U-Shape girder merupakan struktur beton yang digunakan Perseroan
dalam membangun LRT. Untuk pertama kali U-Shape Girder lahir di Indonesia melalui Pabrik
Precast milik Perseroan di Sentul, Bogor, Jawa Barat. BIM merupakan proses yang didukung
oleh berbagai alat, teknologi, dan kontrak yang melibatkan pembangkitan dan pengelolaan
representasi digital dari karakteristik fisik dan fungsional tempat.
Selanjutnya, sesuai dengan rencana sebelumnya, pada tahun 2020, ADHI sudah mulai
menerapkan CSMS (Construction Safety Management System), yaitu kontraktor-kontraktor
lokal didorong untuk memiliki standar mutu dan keselamatan kerja yang tinggi sesuai dengan
standar yang diterapkan oleh Perseroan. Langkah itu perlu diambil untuk meningkatkan reputasi
kontraktor sehingga menjadi nilai tambah tersendiri bagi kontraktor dalam menangani suatu
proyek.
Dalam perkembangannya, dengan terbitnya Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara
Republik Indonesia Nomor PER-08/ MBU/12/2019 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara, maka pengadaan barang dan jasa di
ADHI merujuk pada peraturan tersebut. Sebagai salah satu BUMN, Perseroan mendukung spirit
dalam peraturan tersebut, yaitu “Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri, rancang
bangun dan perekayasaan nasional, serta perluasan kesempatan bagi usaha kecil sepanjang
kualitas, harga, dan tujuannya dapat dipertanggungjawabkan.”
3. Literatur Teori
* Elimination Versus Aggregation
Abstraksi model bisnis proses melibatkan aktifitas mencari jawaban (what and How):
• Bagian model proses mana yang memiliki significant rendah?
• Bagaimana merubah suatu model proses, sehingga bagian yang tidak significant tersebut
bisa dihilangkan?
How to membuat abstraksi model proses, berikut adalah dua teknik dalam melakukan
transformasi model proses menjadi abstraksi model proses;
• Elimination
• Aggregation Elimination Rules
• Elimination berarti bahwa element proses model yang tidak penting dihapuskan dalam
abstraksi model proses.
• Harus dipastikan bahwa model proses yang dihasilkan adalah well-formed, dan urutan proses
tetap terjaga. Aggregation Rules
• Element proses yang tidak penting pada proses model dikelompokkan (group) dengan
element lain.
• Informasi element-element proses tidak penting tetap dipertahankan dengan
menggabungkannya dalam satu element process (abstracted).
• Jika ada dua tugas sekuensial yang digabungkan (aggregated) manjadi satu, maka penamaan
tugas hasil dari penggabungan tersebut mengikuti tujuan atau fungsi dari tugas-tugas tersebut.
*Transformation Requirements
Abstraksi model proses seharusnya tidak memperkenalkan pemesanan baru atau mengubah
yang sudah ada. Misalnya, jika model proses asli menentukan untuk mengeksekusi baik
aktivitas A atau B, seharusnya tidak demikian dalam model abstrak kegiatan ini muncul secara
berurutan. Seseorang dapat menggunakan gagasan isotaktik (Polyvyanyy et al. 2012)
sebagai persyaratan untuk melestarikan proses logika eksekusi. Isotactics adalah hubungan
perilaku pada model proses yang mampu mewakili eliminasi dan agregasi logika eksekusi
proses dan, karenanya, disarankan untuk digunakan untuk menggambarkan hubungan perilaku
abstraksi pada proses model. Persyaratan abstraksi penting lainnya adalah model proses
yang terbentuk dengan baik harus dipertahankan. Dengan demikian, aturan transformasi harus
mempertimbangkan fitur-fitur dari notasi pemodelan.
Transformation Rules
Dua persyaratan yang berlaku pada abstraksi:
• Masalah urutan pada model proses harus dilestarikan.
• Absolute process effort mutlak harus dipertahankan.
4. Untuk memenuhi transformation requirement, diperlukan suatu pendekatan, pendekatan four
elementary abstractions;
• sequential,
• block,
• loop,
• dead end abstraction Sequential Abstraction Sekuensial (urutan) dari function dan event
dapat diganti dengan satu fungsi agregasi.
Definition 1:
Potongan proses dikatakan sequence jika;
dibentuk dari urutan;
function -> event -> function.
Contoh; Events : e0 , e1 , e2 .
Functions :
f1 , f2 Lakukan aggregasi terhadap sekuesial functions dan events tersebut!
Hasilnya; fs merupakan hasil aggregasi sekuensial functions, dimana di dalamnya
terdapat f1 , e1 dan f2 Block Abstraction
Untuk menggambarkan model paralel atau decision point dalam suatu proses, digunakan
konektor split dengan keluaran bercabang yang nantinya percabangan tersebut akan
bergabung lagi dengan konektor join.Alur keluaran mana yang dipilih tergantung pada
semantics (digambarkan dgn tipe connector yang sesuai;
AND, OR, or XOR).
Defenition 2 Potongan proses adalah block jika
• Dimulai dengan konektor split and ditutup dengan konektor join dengan tipe yang sama (tipe
C1 = tipe C2).
• Semua alur dari split bermuara ke konektor join.
• Hanya terdapat satu function pada setiap satu jalur.
• Setiap jalur hanya terdiri dari event dan function.
5. • Jumlah jalur yang keluar dari konektor split sama dengan jumlah jalur yang masuk ke konektor
join.
• Hanya ada satu koneksi yang masuk ke Konektor split dan hanya satu koneksi yang keluar
dari konektor join. Potongan proses parallel (bercabang) dimulai dari konektor split
sampai konektor join, dapat diganti dengan satu fungsi general perwakilannya.
Contoh; Generalisasi terhadap block proses bercabang:
Events : e11 , e21 , … ek1 -> e1
Functions : f1 , f2 , … fk -> fB
Events : e12 , e22 , … ek2 -> e2
Hasilnya; proses general yang berisi e1 , fB dan e2 .
Semantik fungsi dan event disesuaikan dengan tipe dari konektor (C1 dan C2). Jika tipe
konektor adalah XOR maka hanya satu fungsi yang dijalankan. Loop Abstraction Dalam
sebuah model proses, potongan yang akan diulang dimasukkan ke dalam konstruksi loop.
aliran kontrol memungkinkan pemodelan loop. Aplikas loop yang luas oleh pemodel membuat
dukungan abstraksi loop menjadi bagian penting dari pendekatan abstraksi.
Definition 3: Potongan proses adalah loop jika
• Dimulai dengan konektor join XOR dan ditutup dengan konektor split XOR.
• Potongan proses tidak mengandung konektor lain.
• Konektor join XOR hanya memiliki satu koneksi keluar dan dua koneksi masuk.
• Konektor split XOR hanya memiliki dua koneksi keluar dan satu koneksi masuk.
• Hanya terdapat satu jalur dari konektor split ke konektor join, demikian juga sebaliknya.
• Minimal terdapat satu fucntion pada potongan proses.
Contoh: Potongan proses loop dimulai dari konektor join XOR sampai konektor split XOR,
dapat diganti dengan satu fungsi agregasi (penggabungan). Penjelasan;
• Fungsi agregasi fL menggantikan potongan proses loop.
• Event e0 disisipkan di awal (sebelum fL ) untuk menjelaskan bahwa loop terjadi sesuai event
(dalam hal ini event e0 ).
6. • Fungsi agregasi (penggabungan) dari potongan proses loop berisi fungsi f1 dan f2 dan
menyatakan bahwa fungsi f1 dan f2 dijalankan secara iteratif (berulang).
Dead End abstraction; Model proses dengan beberapa kendali alur percabangan akan berujung
pada beberapa event yang mungkin akan berakhir pada dead end.
• Dead end abstraction bertujuan untuk menanggulangi percabangan yang berujung pada dead
end, dengan cara mengidentifikasi dan menspesifikasi alur dead end.
Abstraksi dead end akan menghilangkan cabang yang memiliki alur dead end.
• Fungsi agregasi fD menggantikan fungsi f0 Definition 4:
• Potongan proses dikatakan dead end jika berisi;
Function -> konektor split -> XOR -> event -> function -> end event.
Konektor split XOR hanya memiliki satu koneksi masukan Mekanisme abstraksi dead end,
pada proses awal potongan disajikan di sisi kiri gambar. Dead end dibentuk oleh fungsi f0 dan
fk, event ek dan ek+1, dan konektor split XOR. Pemisahan XOR memiliki k cabang keluar,
dan abstraksi menghapus cabang ke-k. yang diabstraksikan proses disajikan di sisi kanan.
Persegi panjang dengan batas putus-putus melampirkan potongan dead end dan penggantinya.
Dead end abstraction sepenuhnya menghapus cabang split XOR milik dead end. Fungsi
agregasi fD menggantikan fungsi f0.
Fungsi agregasi dalam abstraksi buntu memiliki semantik berikut: setelah terjadinya fungsi fD
dalam suatu proses, fungsi f0 dijalankan. Setelah itu, fungsi fk dapat dijalankan. Pada eksekusi
fungsi fk , cabang dihentikan dan fD tidak ditinggalkan. Jika tidak, eksekusi cabang dilanjutkan.
Ketika pemisahan XOR memiliki dua keluaran koneksi dalam model proses awal, pemisahan
XOR dalam model proses yang diabstraksi dapat dihilangkan. Koneksi baru dari fungsi
agregasi ke event, setelah pemisahan XOR yang dihilangkan.
7. Pembahasan
Tahun 2020 merupakan tahun pertama bagi ADHI sebagai perusahaan publik untuk
menerapkan keuangan berkelanjutan, sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan (POJK) No.51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi
Lembaga Jasa Keuangan, Emiten dan Perusahaan Publik. Isu penting dalam keuangan
berkelanjutan adalah terciptanya pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dengan
menyelaraskan kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
Sesuai peraturan tersebut, dukungan ADHI terhadap penerapan keuangan berkelanjutan
bisa diwujudkan dengan mengalokasikan sebagian dana Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) untuk mendukung kegiatan penerapan
keuangan berkelanjutan. Dalam hal ini, ADHI mewujudkannya melalui berbagai program
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan serta Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL).
Implementasi CSR dan PKBL oleh ADHI sekaligus merupakan kontribusi untuk terwujudnya
pembangunan berkelanjutan, yaitu proses membangun dengan memegang prinsip memenuhi
kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi mendatang. Di
Indonesia, pelaksanaan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable
Development Goals (SDGs) dituangkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59
Tahun 2017. Selaras dengan ketentuan yang berlaku, ADHI telah memetakan program CSR dan
PKBL dengan TPB. Berdasarkan pemetaan tersebut, Perseroan telah mendukung terwujudnya 6
dari 17 TPB, yaitu Tujuan ke-1: Tanpa Kemiskinan, ke-2: Tanpa Kelaparan, ke-3: Kehidupan
Sehat dan Sejahtera, ke-4: Pendidikan Bermutu, ke-8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan
Ekonomi, dan ke-11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan.
ADHI dan Kinerja Keberlanjutan
Implikasi lain dari penerapan POJK No.51/POJK.03/2017 per 1 Januari 2020 bagi ADHI adalah
adanya kewajiban untuk menerbitkan Laporan Keberlanjutan yang berisi pencapaian kinerja
ekonomi, keuangan, sosial dan lingkungan selama tahun pelaporan. Dengan demikian, laporan
tahun 2020 ini merupakan penerbitan pertama sejak pemberlakuan peraturan OJK tersebut.
Namun demikian, sebelum peraturan tersebut berlaku, ADHI telah menerbitkan laporan secara
sukarela sejak tahun 2016, dan laporan ini merupakan laporan kelima.
Selain mengikuti format dan ketentuan POJK No.51/POJK.03/2017 sebagai rujukan baru,
laporan ini disusun dengan merujuk panduan global, yaitu Standar GRI. Sesuai dengan kedua
rujukan, laporan ini berisi tentang kebijakan, strategi dan pencapaian kinerja ekonomi, keuangan,
sosial dan lingkungan beserta dampaknya selama tahun 2020.
Kinerja Ekonomi
Pandemi COVID-19 secara nyata telah melumpuhkan berbagai sektor perekonomian di
Indonesia, termasuk sektor usaha konstruksi. Badan Pusat Statistik mencatat, sektor ini tumbuh -
3,26%, turun signifikan dibanding tahun 2019 yang mencapai 5,76%. Adapun sektor real estat,
termasuk di dalamnya industri properti, masih tumbuh 2,32%, namun terkoreksi separuhnya
8. dibanding tahun 2019 yang tumbuh sebesar 5,76%. Sebagai korporasi yang bidang usahanya
antara lain di bidang konstruksi dan properti, kinerja ADHI turut terdampak dengan merosotnya
kinerja di sektor konstruksi dan properti tersebut.
Sebagaimana korporasi pada umumnya, ADHI telah mencanangkan berbagai target pada tahun
2020. Dalam perkembangannya, target-target tersebut mengalami revisi
sejalan dengan terjadinya Pandemi COVID-19. Revisi dilakukan bersamaan dengan revisi target-
target dalam RKAP 2020. Adapun kebijakan strategis yang ditetapkan Perseroan dibagi dalam
dua strategi besar, yaitu operasional dan keuangan.
Rincian dari kedua strategi besar tersebut adalah sebagai berikut:
Strategi Operasional :
1. Pemberlakukan protokol COVID-19 baik di Kantor maupun di Proyek.
2. Selektif dalam pemilihan proyek investasi yang sesuai dengan core business ADHI
dengan porsi minoritas dan penerapan exit strategi yang tepat.
3. Penciptaan recurring income, seperti yang kami tengah dalami saat ini seperti SPAM,
pengelolaan air, dan pengelolaan limbah.
4. Penguatan pengelolaan manajemen bisnis Properti seperti bekerja sama dengan pihak
kampus, bekerja sama dengan perbankan untuk mendapatkan potongan kredit, dan
sebagainya.
Strategi Keuangan :
1. Efisiensi Internal.
2. Relaksasi Perbankan.
3. Berkoordinasi untuk pembayaran proyek besar seperti LRT Jabodebek dan Jalan Tol
Aceh Sigli.
4. Menyeleksi CAPEX dengan ketat.
Di tengah situasi yang sangat menantang akibat pandemi COVID-19, manajemen
didukung seluruh karyawan telah berupaya secara maksimal untuk mewujudkan
targettarget revis yang telah ditetapkan Perseroan. Upaya tersebut membawa hasil, antara
lain, ADHI berhasil membukukan kontrak baru senilai Rp19,7 triliun, naik sebesar34,0%
dibandingkan dengan perolehan kontrak baru tahun 2019, yang mencapai Rp14,7 triliun.
Di luar itu, ADHI berhasil membukukan pendapatan sebesarRp10,8 triliun, atau 81,2%
dari RKAP 2020 (Revisi), laba kotor sebesarRp1,7 triliun, atau 93,7% dari RKAP 2020
(Revisi). Adapun realisasi margin laba kotor (gross profit margin) ADHI sebesar16,0%,
jauh melebihi target pada RKAP 2020 (Revisi) sebesar13,9% Setelah dikurangi dengn
berbagai biaya dan kewajiban, ADHI membukukan laba bersih sebesarRp23,70 miliar,
atau 31,7% dari RKAP 2020 (Revisi).
Kinerja Lingkungan
Sebagai bentuk dan dukungan terhadap kelestarian lingkungan, ADHI berkomitmen
untuk mematuhi semua regulasi terkait lingkungan hidup. Komitmen itu dibangun karena
9. Perseroan meyakini bahwa lingkungan hidup yang baik merupakan hak asasi bagi setiap
warga negara. Selain mengikuti semua regulasi dalam pengerjaan proyek, langkah nyata
ADHI dalam mewujudkan lingkungan yang baik adalah menerapkan operasional yang
ramah lingkungan. Kebijakan ini dilakukan dengan menjalankan prinsip reduce, reuse,
and recycle, antara lain, dalam pengelolaan energi, air, emisi dan limbah.
Sejalan dengan kebijakan efisiensi, ADHI berhasil mengurangi penggunaan energi listrik
Kantor Pusat dari 439.886 kWh pada tahun 2019 menjadi 341.468 kWh pada tahun 2020.
Pengurangan ini otomatis menurunkan emisi gas rumah kaca (Cakupan 2) tidak langsung
dari penggunaan listrik, yaitu sebesar318.931,11 kgCO2eq, turun dibandingkan tahun
2019, yang mencapai 410.853,524 KgCO2eq. Pengurangan juga berhasil diwujudkan
dalam penggunaan air, yaitu dari 9.065 meter kubik pada tahun 2019 menjadi 4.503 meter
kubik pada tahun 2020, atau turun separuhnya.
Komitmen terhadap lingkungan juga ditunjukkan ADHI dengan tidak membangun kantor
yang berada di dekat atau di daerah konservasi atau memiliki keanekaragaman hayati
tinggi. Dengan demikian, operasional Perseroan tidak berdampak negatif terhadap
keanekaragaman hayati. Di sisi lain, untuk mewujudkan keanekaragaman hayati, selama
tahun 2020, Perseroan menanam 1.634 bibit tanaman berbagai jenis. Kepatuhan ADHI
terhadap berbagai regulasi terkait lingkungan membawa hasil dengan tidak adanya sanksi
atau denda, baik material maupun non material, terkait ketidakpatuhan terhadap regulasi
lingkungan selama tahun 2020. Selain tidak mendapatkan sanksi atau denda, selama tahun
pelaporan, Perseroan juga tidak menerima pengaduan terkait lingkungan hidup.
Komitmen ADHI terhadap prinsip keberlanjutan lingkunganjuga ditunjukkan dengan
keikutsertaannya dalam program SRI KEHATI yang diselenggarakan oleh Bursa Efek
Indonesia dan Yayasan Kehati. Program ini diadakan untuk mendorong kepatuhan
terhadap prinsip keberlanjutan, keuangan, dan tata kelola yang baik, serta kepedulian
terhadap lingkungan hidup. ADHI meyakini bahwa kolaborasi tersebut akan memberikan
andil besar dalam penyelamatan lingkungan, yang pada gilirannya bisa mengurangi
potensi terjadinya bencana.
Kinerja Sosial
Keberhasilan ADHI melalui tahun 2020 yang penuh tantangan tak lepas dari kemampuan
Perseroan memenuhi tanggung jawab terhadap para pemangku kepentingan, baik internal
maupun eksternal. Pemangku kepentingan internal di antaranya adalah pemegang saham,
pekerja lintas divisi dan level jabatan, serta manajemen; sedangkan pemangku
kepentingan eksternal di antaranya konsumen/pelanggan, vendor/pemasok, pemerintah
(pusat maupun daerah), serta masyarakat di sekitar perusahaan beroperasi.
Pemenuhan tanggung jawab kepada karyawan, selain memperlakukan secara setara, tidak
mempekerjakan anak, tidak ada kerja paksa, dan memberikan upah dan tunjangan sesuai
ketentuan yang berlaku, ADHI secara berkala melakukan pengembangan kompetensi
untuk meningkatkan kapasitas mereka. Selama tahun 2020, Perseroan mengalokasikan
dana untuk pengembangan kompetensi sebesarRp5,10 miliar. Dengan alokasi dana
10. tersebut, jam pendidikan dan pelatihan mengalami peningkatan signifikan, yaitu dari
9.646 jam pada tahun 2019 menjadi 21.938 jam pada tahun 2020. Peningkatan tersebut
diikuti dengan bertambahnya karyawan yang ikut pengembangan kompetensi, dari 1.378
orang pada tahun 2019 menjadi 2.346 orang pada tahun 2020.
Selaras dengan upaya meningkatkan kapasitas dan kapabilitas pegawai, ADHI juga
mengoptimalkan terwujudnya lingkungan kerja yang sehat dan aman dengan tujuan akhir
adalah tidak adanya kecelakaankerja (zero accident). Merujuk pada kinerja K3 tahun
2020, severity rate, frequency rate dan implementasi SMK3L telah mencapai target yang
telah ditetapkan Perseroan. Komitmen ADHI terhadap K3 juga telah membuahkan
apresiasi dari pihak eksternal dengan diperolehnya enam penghargaan di bidang K3
selama tahun 2020.
Secara khusus, kepada pelanggan sebagai salah satu pemangku kepentingan utama, ADHI
terus berupaya untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan sehingga mereka
meraih kepuasan maksimal. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan, Perseroan
secara berkala melakukan survei kepuasan pelanggan, khususnya untuk proyek-proyek
yang tengah berjalan dan telah mencapai progres pekerjaaan minimal 50%. Hasil survei
kepuasan pelanggan tahun 2020 menunjukkan sebanyak89,07% pelanggan menyatakan
puas terhadap produk dan layanan ADHI, naik dibanding tahun sebelumnya, yang
mencapai 88,61%.
Sementara itu, bagi masyarakat, ADHI memenuhi tanggung jawab sosial dengan
melibatkan mereka dalam berbagaikegiatan pemberdayaan melalui CSR dan PKBL.
Selama tahun 2020, ADHI mengeluarkan biaya pelaksanaan CSR sebesar
Rp5.766.837.940, Program Kemitraan sebesarRp4.196.000.000 dan Program Bina
Lingkungan sebesarRp4.501.452.734. Sejalan dengan pelibatan masyarakat melalui
program CSR dan PKBL, ADHI juga membuka diri kepada masyarakat jikaada keluhan
atau dampak negatif yang timbul akibat dari operasional perusahaan. Untuk itu,
Perseroan membuka saluran pengaduan dari masyarakat. Per 31 Desember 2020,
pengaduan masyarakat yang masuk sebanyak 25 pengaduan, dan seluruhnya telah
diselesaikan dengan baik.
11. Kesimpulan
Implementasi CSR dan PKBL oleh ADHI sekaligus merupakan kontribusi untuk terwujudnya
pembangunan berkelanjutan, yaitu proses membangun dengan memegang prinsip memenuhi
kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi mendatang. Di
Indonesia, pelaksanaan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable
Development Goals (SDGs) dituangkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59
Tahun 2017. Selaras dengan ketentuan yang berlaku, ADHI telah memetakan program CSR dan
PKBL dengan TPB. Berdasarkan pemetaan tersebut, Perseroan telah mendukung terwujudnya 6
dari 17 TPB, yaitu Tujuan ke-1: Tanpa Kemiskinan, ke-2: Tanpa Kelaparan, ke-3: Kehidupan
Sehat dan Sejahtera, ke-4: Pendidikan Bermutu, ke-8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan
Ekonomi, dan ke-11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan.
Secara khusus, kepada pelanggan sebagai salah satu pemangku kepentingan utama, ADHI terus
berupaya untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan sehingga mereka meraih kepuasan
maksimal. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan, Perseroan secara berkala melakukan
survei kepuasan pelanggan, khususnya untuk proyek-proyek yang tengah berjalan dan telah
mencapai progres pekerjaaan minimal 50%.
12. Daftar Pustaka
Bidang Usaha. Retrieved from PT ADHI KARYA Tbk Laporan Keberlanjutan 2020
Dokumen proyek PT. Adhi Karya (Persero), Tbk Divisi VI Makassar.
Putra, Y. M., (2021). Process Model Transformation. Modul Kuliah Manajemen Proses
Bisnis. Jakarta : FEB-Universitas Mercu Buana.
Haryono, A., & Rimawan, E. Improvement of Business Process Modeling in Small and Medium
Industries (Smis) to Sustain in Global Economic Competition. Operations Excellence, 9(1), 34-
43.
Nugroho, A., & Kusumah, L.H. (2021). Analisis Pelaksanaan Quality Control untuk Mengurangi
Defect Produk di Perusahaan Pengolahan Daging Sapi Wagyu dengan Pendekatan Six Sigma.
Jurnal Manajemen Teknologi 20 (1), 56-78.
Nusraningrum, D., Jaswati, J., & Thamrin, H. (2020). The Quality of IT Project Management:
The Business Process and The Go Project Lean Aplication. Manajemen Bisnis, 10(1), 10-23.
Saryanto, S., Purba, H., & Trimarjoko, A. (2020). Improve quality remanufacturing welding and
machining process in Indonesia using six sigma methods. J. Eur. SystèMes Autom, 53, 377-384
Vidianto, A. S., & Haji, W. H. (2020). Sistem Informasi Manajemen Proyek Berbasis Kanban
(Studi Kasus: PT. XYZ). Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK), 7(2).