SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Download to read offline
A. KETERBAGIAN
Posisi himpunan bilangan bulat dalam himpunan bilangan dapat
digambarkan dalam diagram Venn berikut ini:
A = himpunan semua bilangan asli = {1,2,3, … }, C = himpunan semua bilangan
cacah = {0,1,2,3, … }, B = himpunan semua bilangan bulat = { …,-2,-1,0,1,2, …},
Q = himpunan semua bilangan rasional = {
q
p
p dan q bilangan bulat dengan q 
0}, dan R = himpunan semua bilangan real. Di antara Q dan R ada himpunan
bilangan irasional. Sehingga dapat dikatakan, himpunan bilangan real adalah
gabungan antara himpunan bilangan rasional (Q) dengan himpunan semua bilangan
irasional.
Dalam himpunan bilangan bulat, dapat dikenai relasi keterbagian. Sifat-sifat
keterbagian pada bilangan bulat merupakan dasar pengembangan teori bilangan.
Pengertian relasi keterbagian disajikan pada Definisi 2.1.1.
Definisi 2.1.1
Bilangan bulat a membagi habis bilangan bulat b (ditulis ab) apabila terdapat
bilangan bulat k sehingga b = ak. Jika a tidak membagi habis b maka dituliskan
Contoh 2.1.1
B
C
A
R
Q
a b.
1
321 karena terdapat bilangan bulat yakni 7 sehingga 21 = 3.7
karena tidak ada bilangan bulat k sehingga 12 = 5.k
-80 karena terdapat bilangan bulat yakni 0 sehingga 0 = -8.0
Istilah-istilah lain yang mempunyai arti sama dengan ab adalah “a faktor dari b”
atau “a pembagi b” atau “b kelipatan a”.
Relasi keterbagian pada bilangan bulat memenuhi sifat-sifat antara lain
sebagai berikut:
Teorema 2.1.1
Jika ab dan bc maka ac.
Bukti:
Diketahui ab dan bc. Karena ab dan bc maka terdapat bilangan bulat m dan n
sehingga b = ma dan c = nb. Dengan mensubstitusikan b = ma ke dalam c = nb
diperoleh c = n(ma) = (nm)a. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat bilangan bulat
mn sehingga berlaku c = (mn)a. Jadi dapat disimpulkan bahwa ac.
Teorema 2.1.2
Jika ab dan a(b + c) maka ac.
Bukti:
Diketahui ab dan a(b + c). Berarti terdapat bilangan bulat m dan n sehingga b =
ma dan b + c = na. Akibatnya b + c – b = na – ma.
b + c – b = (n-m)a  c = (n – m)a.
Karena terdapat bilangan bulat (n – m) sehingga c = (n – m)a maka ac.
Teorema 2.1.3
Jika p|q, maka p|qr untuk semua rZ
Bukti:
5 12
2
Diketahui bahwa p|q. Berarti terdapat suatu kZ sehingga q = pk.
Ambil sebarang rZ.
Diperoleh q = pk  qr = pkr
 qr = p(k.r).
Karena qr = p(k.r) untuk suatu krZ, maka p|qr.
Teorema 2.1.4
Jika p | q dan p | r, maka p | q + r
Bukti:
Karena p|q dan p|r, maka terdapat x,y  Z sehingga q = px dan r = py.
Diperoleh q + r = px + py = p(x + y).
Kerena ada bilangan bulat (x+y) sehingga q + r = p(x + y), maka dapat disimpulkan
p | q + r.

More Related Content

What's hot (19)

peluang
peluangpeluang
peluang
 
kelompok 3 x ipa 2
 kelompok 3 x ipa 2 kelompok 3 x ipa 2
kelompok 3 x ipa 2
 
soal relasi fungsi
soal relasi fungsisoal relasi fungsi
soal relasi fungsi
 
1
11
1
 
3 Vektor Posisi
3 Vektor Posisi3 Vektor Posisi
3 Vektor Posisi
 
proving and disproving in logic
proving and disproving in logicproving and disproving in logic
proving and disproving in logic
 
Eldin soal jawab
Eldin soal jawabEldin soal jawab
Eldin soal jawab
 
Matematika : Operasi Vektor Secara Aljabar
Matematika : Operasi Vektor Secara AljabarMatematika : Operasi Vektor Secara Aljabar
Matematika : Operasi Vektor Secara Aljabar
 
Matriks
MatriksMatriks
Matriks
 
Peluang
PeluangPeluang
Peluang
 
Materi ajar-geometri-transformasi
Materi ajar-geometri-transformasiMateri ajar-geometri-transformasi
Materi ajar-geometri-transformasi
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Vektor - Albert & Carina
Vektor - Albert & CarinaVektor - Albert & Carina
Vektor - Albert & Carina
 
Induksi matematika teobil
Induksi matematika teobilInduksi matematika teobil
Induksi matematika teobil
 
himpunan vektor resiprokal dan hasil kali triple
himpunan vektor resiprokal dan hasil kali triple himpunan vektor resiprokal dan hasil kali triple
himpunan vektor resiprokal dan hasil kali triple
 
Geseran dan Pencerminan >>> PMT VI B UIN Suska Riau
Geseran dan Pencerminan >>> PMT VI B UIN Suska RiauGeseran dan Pencerminan >>> PMT VI B UIN Suska Riau
Geseran dan Pencerminan >>> PMT VI B UIN Suska Riau
 
Soal uji kd logika mat
Soal uji kd logika matSoal uji kd logika mat
Soal uji kd logika mat
 
vektor di r3
vektor di r3vektor di r3
vektor di r3
 
Pertemuan ke 6 induksi matematika
Pertemuan ke 6   induksi matematikaPertemuan ke 6   induksi matematika
Pertemuan ke 6 induksi matematika
 

Similar to 1. keterbagian

Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBHyronimus Lado
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilNailul Hasibuan
 
Kel 1 bilangan
Kel 1 bilanganKel 1 bilangan
Kel 1 bilanganMas Becak
 
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERFAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERRarasenggar
 
Pengurangan dan Pembagian Bilangan Cacah
Pengurangan dan Pembagian Bilangan CacahPengurangan dan Pembagian Bilangan Cacah
Pengurangan dan Pembagian Bilangan CacahDesy Aryanti
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cUmmu Zuhry
 
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtkSistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtkRestuAdji5
 
kumpulan soal dan pembahasan matematika kombinatorik, relasi biner, dan himpunan
kumpulan soal dan pembahasan matematika kombinatorik, relasi biner, dan himpunankumpulan soal dan pembahasan matematika kombinatorik, relasi biner, dan himpunan
kumpulan soal dan pembahasan matematika kombinatorik, relasi biner, dan himpunansiska sri asali
 
Ruas Garis Berarah
Ruas Garis Berarah Ruas Garis Berarah
Ruas Garis Berarah MuhSyahrul10
 
Materi Semester 2
Materi Semester 2Materi Semester 2
Materi Semester 2Surya Surya
 
Bab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarahBab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarahNia Matus
 

Similar to 1. keterbagian (20)

Analisis Real
Analisis RealAnalisis Real
Analisis Real
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPB
 
vektor.pptx
vektor.pptxvektor.pptx
vektor.pptx
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
 
Kel 1 bilangan
Kel 1 bilanganKel 1 bilangan
Kel 1 bilangan
 
Pendahulan teori bilangan
Pendahulan teori bilanganPendahulan teori bilangan
Pendahulan teori bilangan
 
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERFAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
 
Pengurangan dan Pembagian Bilangan Cacah
Pengurangan dan Pembagian Bilangan CacahPengurangan dan Pembagian Bilangan Cacah
Pengurangan dan Pembagian Bilangan Cacah
 
Uh 3 vektor&deret
Uh 3 vektor&deretUh 3 vektor&deret
Uh 3 vektor&deret
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtkSistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
 
kumpulan soal dan pembahasan matematika kombinatorik, relasi biner, dan himpunan
kumpulan soal dan pembahasan matematika kombinatorik, relasi biner, dan himpunankumpulan soal dan pembahasan matematika kombinatorik, relasi biner, dan himpunan
kumpulan soal dan pembahasan matematika kombinatorik, relasi biner, dan himpunan
 
Ruas Garis Berarah
Ruas Garis Berarah Ruas Garis Berarah
Ruas Garis Berarah
 
Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1
 
vektor
vektorvektor
vektor
 
Materi Semester 2
Materi Semester 2Materi Semester 2
Materi Semester 2
 
Bab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarahBab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarah
 
Sistem pers.tak linear
Sistem pers.tak linearSistem pers.tak linear
Sistem pers.tak linear
 
Ppt induksi matematika
Ppt induksi matematikaPpt induksi matematika
Ppt induksi matematika
 
3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdf3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdf
 

1. keterbagian

  • 1. A. KETERBAGIAN Posisi himpunan bilangan bulat dalam himpunan bilangan dapat digambarkan dalam diagram Venn berikut ini: A = himpunan semua bilangan asli = {1,2,3, … }, C = himpunan semua bilangan cacah = {0,1,2,3, … }, B = himpunan semua bilangan bulat = { …,-2,-1,0,1,2, …}, Q = himpunan semua bilangan rasional = { q p p dan q bilangan bulat dengan q  0}, dan R = himpunan semua bilangan real. Di antara Q dan R ada himpunan bilangan irasional. Sehingga dapat dikatakan, himpunan bilangan real adalah gabungan antara himpunan bilangan rasional (Q) dengan himpunan semua bilangan irasional. Dalam himpunan bilangan bulat, dapat dikenai relasi keterbagian. Sifat-sifat keterbagian pada bilangan bulat merupakan dasar pengembangan teori bilangan. Pengertian relasi keterbagian disajikan pada Definisi 2.1.1. Definisi 2.1.1 Bilangan bulat a membagi habis bilangan bulat b (ditulis ab) apabila terdapat bilangan bulat k sehingga b = ak. Jika a tidak membagi habis b maka dituliskan Contoh 2.1.1 B C A R Q a b.
  • 2. 1 321 karena terdapat bilangan bulat yakni 7 sehingga 21 = 3.7 karena tidak ada bilangan bulat k sehingga 12 = 5.k -80 karena terdapat bilangan bulat yakni 0 sehingga 0 = -8.0 Istilah-istilah lain yang mempunyai arti sama dengan ab adalah “a faktor dari b” atau “a pembagi b” atau “b kelipatan a”. Relasi keterbagian pada bilangan bulat memenuhi sifat-sifat antara lain sebagai berikut: Teorema 2.1.1 Jika ab dan bc maka ac. Bukti: Diketahui ab dan bc. Karena ab dan bc maka terdapat bilangan bulat m dan n sehingga b = ma dan c = nb. Dengan mensubstitusikan b = ma ke dalam c = nb diperoleh c = n(ma) = (nm)a. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat bilangan bulat mn sehingga berlaku c = (mn)a. Jadi dapat disimpulkan bahwa ac. Teorema 2.1.2 Jika ab dan a(b + c) maka ac. Bukti: Diketahui ab dan a(b + c). Berarti terdapat bilangan bulat m dan n sehingga b = ma dan b + c = na. Akibatnya b + c – b = na – ma. b + c – b = (n-m)a  c = (n – m)a. Karena terdapat bilangan bulat (n – m) sehingga c = (n – m)a maka ac. Teorema 2.1.3 Jika p|q, maka p|qr untuk semua rZ Bukti: 5 12
  • 3. 2 Diketahui bahwa p|q. Berarti terdapat suatu kZ sehingga q = pk. Ambil sebarang rZ. Diperoleh q = pk  qr = pkr  qr = p(k.r). Karena qr = p(k.r) untuk suatu krZ, maka p|qr. Teorema 2.1.4 Jika p | q dan p | r, maka p | q + r Bukti: Karena p|q dan p|r, maka terdapat x,y  Z sehingga q = px dan r = py. Diperoleh q + r = px + py = p(x + y). Kerena ada bilangan bulat (x+y) sehingga q + r = p(x + y), maka dapat disimpulkan p | q + r.