SlideShare a Scribd company logo
1 of 56
ANALISIS REAL I
Oleh:
Mardiyana
Jurusan Pendidikan Matematika
Kontrak Perkuliahan
Mata Kuliah : Analisis Real I
Beban : 2 sks
Pertemuan : 16 x 100 menit (min 75% wajib
hadir)
Materi :
sifat-sifat aljabar nilai multak dan sifat urutan serta sifat
kelengkapan bilangan real, barisan bilangan real,
kekonvegenan barisan bilangan real, Teorema Limit Barisan,
Barisan Monoton, Teorema Subbarisan, Barisan Monoton,
Teorema Cauchy, Sifat-sifat barisan divergen, Limit fungsi,
sifat-sifat limit fungsi, fungsi kontinu, kombinasi fungsi
kontinu, fungsi kontinu pada interval dan kontinu seragam.
Referensi
[1]. Bartle, R.G dan Sherbert, D.R. (2011). Introduction to
Real Analysis. John Wiley & Sons, Inc., Singapura.
[2]. Bartle, R.G. (1976). The Element of Real Analysis. John
Wiley & Sons, Inc., Singapura.
[3]. Bauldry, W.C., (2009), Introduction to Real Analysis,
John Wiley and Sons, USA
[4]. Goldberg, R.R., (1976), Methods of Real Analysis, John
Wiley and Sons, Inc., New York
[5]. Parzynski, W.R dan Zipse, P.W. (1987). Introduction to
Mathematical Analysis. McGraw-Hill International
Editions, Singapura.
[6]. Apostol, T.M.(1974). Mathematical Analysis. Second
Edition. Addison-Wesley Publishing Company,
California.
Penilaian
N = (T1 + 2N1 + T2 + 2N2)/6
Mahasiswa lulus jika N >= 60, dan konversi
nilainya sbb:
0 <= N < 40 : E (0)
40 <= N < 60 : D (1)
60 <= N < 70 : C (2)
70 <= N < 80 : B (3)
80 <= N <= 100 : A (4)
SISTEM BILANGAN
REAL (R)
Sifat-Sifat yang akan dikaji:
• Sifat Aljabar
• Sifat Urutan
• Sifat Kelengkapan
Operasi Biner
Yang dimaksud dengan operasi
biner pada himpunan A adalah
fungsi dari AxA ke A.
Contoh
+ : R x R  R
(x,y)  +(x,y) = x + y
Aksioma 1.1.1
(Sifat Aljabar dari R)
Untuk setiap a, b, c  R, dengan 2 operasi biner penjumlahan (+)
dan Perkalian (.) berlaku sifat:
(A1) a + b = b + a
(A2) (a + b) + c = a + (b + c)
(A3) terdapat 0  R, sehingga a + 0 = a = 0 + a;
(A4) terdapat -a  R, sehingga a + (-a) = 0 = (-a) + a;
(M1) a. b = b . a
(M2) (a.b).c = a.(b.c)
(M3) terdapat 1  R, 1  0, sehingga a.1 = a = 1.a
(M4) untuk a  0, terdapat 1/a  R, sehingga a.1/a = 1 = a.1/a;
(D) a.(b+c) = a.b + a.c
Selanjutnya (R,+.) disebut lapangan (field),
0 disebut elemen nol dan 1 disebut elemen satuan
Teorema 1.1.2
(1). Jika z, a  R sehingga z + a = a , maka z = 0
(2). Jika u, b  R; u.b = b dan b  0 , maka u = 1
Bukti (1) Diketahui bahwa z + a = a . Dengan menambahkan (-a)
pada kedua ruas diperoleh
(z + a) + (-a) = a + (-a)
Jika berturut-turut diaplikasikan (A2), (A4), dan (A3) pada
ruas kiri maka diperoleh
(z + a) + (-a) = z + (a + (-a)) sifat A2
= z + 0 sifat A4
= z sifat A3
Selanjutnya, jika diaplikasikan (A4) pada ruas kanan maka
diperoleh
a + (-a) = 0
Jadi disimpulkan bahwa z = 0.
Dari sifat ini berarti bahwa elemen nol tunggal.
Bukti: (2).
Diketahui u, b  R; u.b = b dan b  0. Berdasarkan (M4)
terdapat 1/b di R sedemikian hingga b.(1/b) = 1.
Jika kedua ruas dari u.b = b dikalikan dengan 1/b maka diperoleh:
(u.b).(1/b) = b.(1/b) (*)
Selanjutnya jika diaplikasikan berturut-turut (M2), (M4) dan
(M3) pada ruas kiri, maka diperoleh
(u.b).(1/b) = u.( b.(1/b)) sifat M2
= u.1 sifat M4
= u sifat M3
Jika diaplikasikan (M4) pada ruas kanan, maka diperoleh
b.(1/b) = 1
Jadi dari hubungan (*) disimpulkan bahwa u = 1.
Dari sifat ini berarti elemen satuan 1 tunggal.
Teorema 1.1.3
(1). Jika a, b  R sehingga a + b = 0 , maka b = -a
(2). Jika a, b  R; a  0 sehingga a.b = 1 , maka b = 1/a
Bukti (1) Diketahui bahwa a + b = 0 . Dengan
menambahkan -a pada kedua ruas, maka diperoleh
(-a) + (a + b) = (-a) + 0
Dengan (A2), (A4), dan (A3) pada ruas kiri, diperoleh
(-a) + (a + b) = ((-a) + a) + b = 0 + b = b
Jika diaplikasikan (A3) pada ruas kanan, maka
(-a) + 0 = -a
Jadi disimpulkan bahwa b = -a.
Dari sifat ini berarti elemen invers thd (+) tunggal
Teorema 1.1.4 Jika a, b  R, maka:
(1). Persamaan a + x = b mempunyai penyelesaian tunggal x = (-a) + b.
(2). Jika a  0 maka persamaan ax = b mempunyai penyelesaian
tunggal x = (1/a)b.
Bukti (1) Dengan mengaplikasikan (A2), (A4), (A3), diperoleh
a + (-a + b) = (a + (-a)) + b = 0 + b = b
yang berakibat(-a + b) penyelesaian dari a + x = b.
Selanjutnya ditunjukkan penyelesaian tersebut tunggal.
Misalkan z penyelesaian lain persamaan tersebut, maka a + z = b ,
dan jika ditambahkan (-a) pada kedua ruas, maka diperoleh
(-a) + (a + z) = (-a) + b
Selanjutnya dengan mengaplikasikan (A2), (A4), dan (A3) pada
ruas kiri, maka
(-a) + (a + z) = ((-a) + a) + z = 0 + z = z
•Jadi disimpulkan bahwa z = (-a) + b.
Teorema 1.1.5
Jika a  R; maka
(1). a.0 = 0 (2). (-1).a = -a
(3). –(-a) = a (4). (-1)(-1) = 1
Bukti (1) Dari (M3), a.1 = a, sehingga dengan
menambahkan a.0 dan menerapkan (D) dan (M3)
akan diperoleh
a + a.0 = a.1 + a.0 = a.(1+0) = a.1 = a .
Dengan Teorema 1.1.2 (1), disimpulkan a.0 = 0.
Teorema 1.1.6
Misalkan a, b, c  R,
(1). Jika a  0 , maka 1/a  0 dan 1/(1/a) = a.
(2). Jika ab = ac dan a  0 , maka b = c.
(3). Jika ab = 0 , maka a = 0 atau b = 0
Bukti: (1). Untuk a  0 , maka 1/a ada.
Jika 1/a = 0, maka 1 = a.(1/a) = a. 0 = 0, sehingga bertentangan
dengan (M3).
Jadi 1/a  0. Selanjutnya karena (1/a).a = 1, maka dengan
Teorema 1.1.3 (2) diperoleh 1/(1/a) = a.
Teorema 1.1.7
Tidak ada bilangan rasional r
sehingga r2 = 2.
Bukti: Andaikan terdapat bilangan rasional r sehingga r2 = 2 . Oleh
karena itu terdapat bilangan bulat p dan q dengan q  0 sehingga
(p/q)2 = 2. Tanpa mengurangi keumuman diasumsikan p, q bilangan
positif dengan faktor persekutuan terbesar 1. Karena p2 = 2q2 ,
maka p2 bilangan genap. Akibatnya p juga bilangan genap. Karena
jika p ganjil, maka p2 juga ganjil. Karena 2 bukan faktor
persekutuan dari p dan q, maka q bilangan ganjil. Selanjutnya,
karena p genap, maka p = 2m untuk suatu m  Z. Akibatnya 2m2 =
q2. Jadi q2 bilangan genap, sehingga q juga bilangan genap.
Terdapat kontradiksi bahwa q adalah bilangan asli yang genap
sekaligus ganjil. Jadi, pengandaian di atas salah.
Aksioma 1.2.1
(Sifat–Sifat Urutan dari R)
Terdapat himpunan bagian tak kosong P dari R
yang disebut himpunan bilangan real positif,
yang memenuhi sifat-sifat berikut :
 Jika a, b  P maka a + b  P.
 Jika a, b  P maka a.b  P.
 Jika a  R maka tepat satu dari di bawah
ini akan dipenuhi:
a  P, a = 0 -a  P
Definisi 1.2.2
•Jika a  P, maka dikatakan bahwa a bilangan
real positif dan ditulis a > 0.
•Jika a  P  {0} , maka dikatakan bahwa
a bilangan real nonnegatif dan ditulis a ≥ 0.
• Jika -a  P, maka dikatakan bahwa
a bilangan real negatif dan ditulis a < 0.
•Jika -a  P  {0} , maka dikatakan bahwa
a bilangan real nonpositif dan ditulis a ≤ 0.
Definisi 1.2.3
Misalkan a, b  R .
(a) Jika a – b  P, maka kita tulis a > b
atau b < a.
(b) Jika a – b  P  {0}, maka ditulis a ≥ b
atau b ≤ a.
Teorema 1.2.4
Misalkan a, b, c  R.
(a) Jika a > b dan b > c, maka a > c.
(b) Dipenuhi tepat satu dari:
a > b, a = b atau a < b.
(c) Jika a ≥ b dan a ≤ b, maka a = b.
Teorema 1.2.5
(a) Jika a  R dan a ≠ 0, maka a2 > 0.
(b) 1 > 0.
(c) Jika n  N, maka n > 0.
Teorema 1.2.6
Misalkan a, b,c, d  R.
(a) Jika a > b, maka a + c > b + c.
(b) Jika a > b dan c > d, maka a + c > b + d.
(c) Jika a > b dan c > 0, maka ca > cb
Jika a > b dan c < 0, maka ca < cb.
(d) Jika a > 0, maka 1/a > 0
Jika a < 0, maka 1/a < 0.
Teorema 1.2.7
Jika a, b   dan a < b, maka a < ½ (a + b) < b.
Akibat 1.2.8
Jika b   dan b > 0, maka 0 < ½ b < b.
Teorema 1.2.9
Jika a   dan 0  a <  untuk setiap  > 0,
maka a = 0.
Example 1
Show that for real numbers a > 0 and
b > 0, we have the inequality chain
min(a,b)    
 max(a,b).
b
a
ab

2
ab
2
b
a 
2
2
2
b
a 
Example 2
Bernaulli’s Inequality.
Prove that if x > -1, then
(1 + x)n  1 + nx, for all n  N.
Example 3
Cauchy’s Inequality.
Prove that if n  N and a1, a2, …, an and b1, b2,
…, bn are real numbers, then
(a1b1 + … + anbn)2  (a1
2 + … + an
2) (b1
2 + … + bn
2)
Definisi 1.3.1
Untuk a  R, harga mutlak dari a,
dinotasikan |a|, dan didefinisikan
dengan
|a| = a jika a ≥ 0 dan
= -a jika a < 0.
Teorema 1.3.2
(a) |a| = 0 jika dan hanya jika a = 0.
(b) |-a| = |a| untuk semua a  R.
(c) |ab| = |a| |b| untuk semua a, b  R .
(d) Jika c ≥ 0, maka |a| ≤ c jika dan
hanya jika –c ≤ a ≤ c.
(e) - |a| ≤ a ≤ |a| untuk semua a  R.
Bukti Teorema 1.3.2
(a) Dari definisi, jika a = 0, maka |a| = 0. Sebaliknya, jika a ≠ 0
maka –a ≠ 0, sehingga |a| ≠ 0. Jadi, jika |a| = 0, maka a = 0.
(b) Jika a = 0, maka |0| = 0 = |-0|. Jika a > 0, maka –a < 0
sehingga |a| = a = -(-a) = |-a|. Jika a < 0 maka –a > 0 sehingga
|a| = -a = |-a|.
(c) Jika salah satu dari a,b bernilai nol, maka baik |ab| maupun |a|
|b| sama-sama bernilai nol. Jika a > 0 dan b > 0 maka |ab| =
ab = |a| |b|. Jika a > 0 dan b < 0 maka ab < 0 sehingga |ab| =
-(ab) = a (-b) = |a| |b|, Sedangkan untuk dua kasus yang lain
dapat dikerjakan dengan cara yang sama.
(d) Jika |a| ≤ c, maka diperoleh a ≤ c dan –a ≤ c. Hasil ini
memberikan a ≤ c dan –c ≤ a, sehingga -c ≤ a ≤ c. Sebaliknya,
jika –c ≤ a ≤ c, maka a ≤ c dan –a ≤ c yang berarti |a| ≤ c.
(e) Substitusikan c = |a| ke dalam (d).
Teorema 1.3.3 Ketaksamaan Segitiga
Untuk sebarang bilangan real a dan b berlaku
|a + b| ≤ |a| + |b|
Bukti: Dari Teorema 1.3.2 (e), diperoleh
-|a| ≤ a ≤ |a| dan -|b| ≤ b ≤ |b|. Dengan
menjumlahkan keduanya dan menerapkan
Teorema 1.2.6 (b) akan diperoleh
-(|a| + |b|) ≤ a + b ≤ |a| + |b|
Dengan Teorema 1.3.2 (d), disimpulkan bahwa
|a + b| ≤ |a| + |b| 
Akibat 1.3.4
Jika a dan b sebarang bilangan real, maka
(a) ||a| - |b|| ≤ |a – b|
(b) |a – b| ≤ |a| + |b|
Bukti (a) Perhatikan a = a – b + b. Dengan Ketaksamaan
Segitiga diperoleh
|a| = |a – b + b| ≤ |a – b| + |b| atau |a| - |b| ≤ |a - b|.
Dengan cara yang sama
|b| = |b – a + a| ≤ |b – a| + |a|
Akibatnya
-|a – b| = -|b – a| ≤ |a| - |b|.
Dengan menggabungkan kedua ketaksamaan ini dan
menerapkan Teorema 1.3.2 (d), maka disimpulkan bahwa
||a| - |b|| ≤ |a – b|.
(b) Dengan mengganti b pada Ketaksamaan Segitiga
dengan –b maka dihasilkan |a – b| ≤ |a| + |-b|. Karena
|-b| = |b| maka disimpulkan |a – b| ≤ |a| + |b|.
Akibat 1.3.5
Untuk sebarang bilangan a1, a2, ..., an di dalam R berlaku
| a1 + a2 + ... + an| ≤ |a1| + |a2| + ... + |an|
Bukti : Diserahkan pembaca sebagai
latihan.
Definisi 1.3.7
Misalkan a  R dan  > 0. Persekitaran-  dari a
didefinisikan sebagai himpunan
V(a) = {x  R : |x – a| < }.
Teorema 1.3.8
Misalkan a  R. Jika x anggota dari persekitaran
V(a) untuk setiap  > 0, maka x = a.
Bukti: Jika x memenuhi |x – a| <  untuk setiap
 > 0, maka menurut Teorema 1.2.9 berlaku
|x – a| = 0, yaitu x = a.
1.4 Sifat Kelengkapan dari R
Definisi 1.4.1
Misalkan S himpunan bagian dari R.
(a) Bilangan u  R dikatakan batas atas dari S
jika berlaku s ≤ u untuk setiap s  S.
(b) Bilangan v  R dikatakan batas bawah dari S
jika berlaku v ≤ s untuk setiap s  S.
Definisi 1.4.2
Misalkan S himpunan bagian dari R.
(a) Jika S terbatas di atas, maka batas atas u
disebut supremum (batas atas terkecil) dari S
jika tidak ada bilangan yang lebih kecil dari u
yang merupakan batas atas dari S.
(b) Jika S terbatas di bawah, maka batas bawah v
adalah infimum (batas bawah terbesar) dari S
jika tidak ada bilangan yang lebih besar dari v
yang merupakan batas bawah dari S.
Lemma 1.4.3
Bilangan u adalah supremum dari himpunan tak
kosong S  R, jika dan hanya jika memenuhi:
(a) s ≤ u untuk setiap s  S.
(b) jika w < u,maka terdapat s’  S sehingga
w < s’.
Bukti : Bukti ditinggalkan bagi pembaca.
Lemma 1.4.4
(a) Batas atas u dari himpunan tak kosong
S  R, merupakan supremum dari S
jika dan hanya jika untuk setiap  > 0
terdapat s sehingga u -  < s.
(b) Batas bawah v dari himpunan tak
kosong S  R, merupakan infimum
dari S jika dan hanya jika untuk setiap 
> 0 terdapat s sehingga s < v + .
Asumsi 1.4.6 (Sifat Supremum dari )
Setiap himpunan tak kosong di dalam 
yang mempunyai batas atas pasti
mempunyai supremum di dalam .
Teorema 1.4.7 (Sifat Infimum dari )
Setiap himpunan tak kosong di dalam 
yang mempunyai batas bawah pasti
mempunyai infimum di dalam .
Contoh 1.4.8
Misalkan S himpunan bagian tak kosong di
dalam  yang terbatas dan misalkan a 
. Didefinisikan himpunan a + S = {a + s
: s  S}. Akan ditunjukkan bahwa
sup (a + S) = a + sup S
dan
inf (a + S) = a + inf S.
Soal 1
Misalkan S himpunan tak kosong terbatas di dalam .
(a) Jika a > 0 dan aS = {as : s  S}. Buktikan bahwa
inf aS = a inf S dan sup aS = a sup S.
(b) Jika b < 0 dan bS = {bs : s  S}. Buktikan bahwa
inf bS = b sup S dan sup bS = b inf S.
Soal 2
Misalkan X himpunan tak kosong dan f : X  
mempunyai range yang terbatas di dalam .
Jika a  , maka tunjukkan bahwa
sup {a + f(x) : x  X} = a + sup {f(x) : x  X}
dan
inf {a + f(x) : x  X} = a + inf {f(x) : x  X}.
Soal 3
Misalkan X himpunan tak kosong dan f, g : X  
mempunyai range yang terbatas di dalam . Tunjukkan
bahwa
sup{f(x) + g(x) : xX}  sup{f(x) : xX} + sup{g(x) : xX}
dan
inf {f(x) : xX} + inf {g(x) : xX}  inf {f(x) + g(x) : xX}.
Sifat Archimides
Teorema (Sifat Archimides)
Jika x  R maka terdapat nx  N
sehingga x < nx
Bukti (Sifat Archimides):
Andaikan teorema tidak benar, yaitu untuk
setiap n  N terdapat x  R sehingga n <= x.
Oleh karena itu x adalah batas atas dari N,
sehingga dengan sifat supremum, maka
himpunan tak kosong N mempunyai
supremum u di dalam R. Akibatnya terdapat
m  N sehingga u – 1 < m. Selanjutnya
diperoleh m + 1  N. Hal ini kontradiksi
dengan asumsi u adalah batas atas dari N.
Akibat Sifat Archimides
Jika y dan z bilangan real positif, maka :
(a) Terdapat n  N sehingga z < ny.
(b) Terdapat n  N sehingga 0 < 1/n < y.
(c) Terdapat n  N sehingga n – 1  z < n.
Bukti Akibat Sifat Archimides:
(a) Karena x = z/y > 0, maka terdapat n  N
sehingga z/y = x < n yang berarti z < ny.
(b) Dengan mengganti z = 1 pada (a), maka 1 < ny,
sehingga `1/n < y. Jadi 0 < 1/n < y.
(c) Sifat Archimides menjamin bahwa himpunan
bagian {m  N : z < m} di dalam N merupakan
himpunan tak kosong. Misalkan n adalah elemen
terkecil dari himpunan tersebut, maka n - 1
bukan anggota dari himpunan tersebut,
sehingga n – 1  z < n
Soal
1. Buktikan bahwa
inf{1/n : n  N} = 0!
2. Tentukan nilai
inf{1/n – 1/m : n, m  N}
dan
sup{1/n – 1/m : n, m  N}!
Eksistensi Bilangan 2
Teorema
Terdapat bilangan real positif x
sehingga x2 = 2.
Bukti :
Misalkan S = {s   : 0 ≤ s, s2 < 2}, karena 1
 S, maka S tidak kosong. Selanjutnya, jika t > 2
maka t2 > 2 , sehingga t  S. Jadi 2 merupakan
batas atas dari S. Dengan sifat supremum, maka
S mempunyai supremum di dalam R. Sekarang
dimisalkan x = sup S. Perhatikan bahwa x > 1.
Akan ditunjukkan bahwa x2 = 2, dengan
menunjukkan bahwa tidak dipenuhi x2 < 2
maupun x2 > 2.
Andaikan x2 < 2
Perhatikan bahwa untuk setiap n  N, berlaku
1/n2  1/n, sehingga
)
1
2
(
1
1
2
1 2
2
2
2












 x
n
x
n
n
x
x
n
x
Karena 0 < x dan x2 < 2, maka (2 - x2)/(2x + 1) > 0.
Akibatnya terdapat bilangan asli n sehingga
2
1 2
.
2 1
x
n x



Akibatnya untuk bilangan asli n berlaku
2 2 2
( 1/ ) (2 ) 2.
x n x x
    
Jadi (x + 1/n)  S. Kontradiksi dengan x = sup S
Andaikan x2 > 2
Perhatikan bahwa untuk sebarang bilangan asli m
2
2 2
2
1 2 1 2
.
x x
x x x
m m m
m
 
     
 
 
Selanjutnya karen x > 0 dan x2 > 2, maka (x2 – 2)/2x > 0.
Sehingga terdapat bilangan asli m sehingga
2
1 2
2
x
m x


Akibatnya untuk bilangan asli m ini berlaku
2 2 2
( 1/ ) ( 2) 2.
x m x x
    
Ini berarti (x – 1/m) merupakan batas atas S.
Kontradiksi dengan x = sup S.
Soal
1. Tunjukkan bahwa terdapat bilangan
real positif y sehingga y2 = 3 !
2. Tunjukkan bahwa terdapat bilangan
real positif u sehingga u3 = 2 !
Sifat Kerapatan Bilangan Real
Teorema (Kerapatan Bilangan Rasional)
Jika x dan y bilangan real dengan x < y,
maka terdapat bilangan rasional r sehingga
x < r < y.
Bukti:
Tanpa mengurangi keumuman bukti, diasumsikan
x > 0. Dengan Sifat Archimides, terdapat bilangan
asli n sehingga n > 1/(y-x). Untuk n yang
demikian, diperoleh (ny – nx) > 1. Selanjutnya,
karena nx > 0, maka terdapat bilangan asli m
sehingga m – 1  nx < m. Sehingga m  nx + 1
< ny. Akibatnya nx < m < ny. Jadi r = m/n
adalah bilangan rasional yang memenuhi kondisi
x < r < y.
Akibat
Jika x dan y bilangan real dengan x < y, maka
terdapat bilangan irrasional z sehingga x < z < y.
Bukti:
Dengan menggunakan Teorema Kerapatan
Bilangan Rasional, pada bilangan real x/2 dan
y/2, terdapat bilangan rasional r sehingga
x/2 < r < y/2
Jadi z = r2 adalah bilangan irrasional yang
memenuhi x < z < y.
Soal
 Buktikan bahwa jika u > 0 dan x < y,
maka terdapat bilangan rasional r
sehingga x < ru < y !
Sekian
Terima Kasih Atas Perhatiannya

More Related Content

Similar to Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk

Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfPengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfHamzaHamid27
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IFerry Angriawan
 
Masbied com-kumpulan-rumus-matematika-smp
Masbied com-kumpulan-rumus-matematika-smpMasbied com-kumpulan-rumus-matematika-smp
Masbied com-kumpulan-rumus-matematika-smpWayan Sudiarta
 
kumpulan-rumus-matematika-smp
kumpulan-rumus-matematika-smpkumpulan-rumus-matematika-smp
kumpulan-rumus-matematika-smpkandysaputra
 
Arrini ditta margarani (2016066155)
Arrini ditta margarani (2016066155)Arrini ditta margarani (2016066155)
Arrini ditta margarani (2016066155)arrinidittamargarani
 
Rangkuman materi smp kelas 2
Rangkuman materi smp kelas 2Rangkuman materi smp kelas 2
Rangkuman materi smp kelas 2Nasruddin-ona
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatAbdul Rais P
 
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...Agoeng Siswantara
 
2 Materi Besaran Skalar dan Vektor.pdf
2 Materi Besaran Skalar dan Vektor.pdf2 Materi Besaran Skalar dan Vektor.pdf
2 Materi Besaran Skalar dan Vektor.pdfFitrianiSultan
 
Kumpulan rumusmatematikasmp sesuaisklun2010lengkap
Kumpulan rumusmatematikasmp sesuaisklun2010lengkapKumpulan rumusmatematikasmp sesuaisklun2010lengkap
Kumpulan rumusmatematikasmp sesuaisklun2010lengkapWayan Sudiarta
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBHyronimus Lado
 
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomiMatriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomiRohantizani
 

Similar to Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk (20)

Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfPengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_I
 
Masbied com-kumpulan-rumus-matematika-smp
Masbied com-kumpulan-rumus-matematika-smpMasbied com-kumpulan-rumus-matematika-smp
Masbied com-kumpulan-rumus-matematika-smp
 
kumpulan-rumus-matematika-smp
kumpulan-rumus-matematika-smpkumpulan-rumus-matematika-smp
kumpulan-rumus-matematika-smp
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Arrini ditta margarani (2016066155)
Arrini ditta margarani (2016066155)Arrini ditta margarani (2016066155)
Arrini ditta margarani (2016066155)
 
Rangkuman materi smp kelas 2
Rangkuman materi smp kelas 2Rangkuman materi smp kelas 2
Rangkuman materi smp kelas 2
 
vektor
vektorvektor
vektor
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan Bulat
 
Trigonometri SMA
Trigonometri SMATrigonometri SMA
Trigonometri SMA
 
Smart solution
Smart solutionSmart solution
Smart solution
 
Lap individu siklus 1 arrini dm
Lap individu siklus 1 arrini dmLap individu siklus 1 arrini dm
Lap individu siklus 1 arrini dm
 
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...
 
2 Materi Besaran Skalar dan Vektor.pdf
2 Materi Besaran Skalar dan Vektor.pdf2 Materi Besaran Skalar dan Vektor.pdf
2 Materi Besaran Skalar dan Vektor.pdf
 
Bilangan bulat
Bilangan bulatBilangan bulat
Bilangan bulat
 
Kumpulan rumusmatematikasmp sesuaisklun2010lengkap
Kumpulan rumusmatematikasmp sesuaisklun2010lengkapKumpulan rumusmatematikasmp sesuaisklun2010lengkap
Kumpulan rumusmatematikasmp sesuaisklun2010lengkap
 
Matriks awal
Matriks awalMatriks awal
Matriks awal
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPB
 
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomiMatriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
 

Recently uploaded

Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanhormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanAprissiliaTaifany1
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 

Recently uploaded (10)

Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanhormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 

Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk

  • 2. Kontrak Perkuliahan Mata Kuliah : Analisis Real I Beban : 2 sks Pertemuan : 16 x 100 menit (min 75% wajib hadir) Materi : sifat-sifat aljabar nilai multak dan sifat urutan serta sifat kelengkapan bilangan real, barisan bilangan real, kekonvegenan barisan bilangan real, Teorema Limit Barisan, Barisan Monoton, Teorema Subbarisan, Barisan Monoton, Teorema Cauchy, Sifat-sifat barisan divergen, Limit fungsi, sifat-sifat limit fungsi, fungsi kontinu, kombinasi fungsi kontinu, fungsi kontinu pada interval dan kontinu seragam.
  • 3. Referensi [1]. Bartle, R.G dan Sherbert, D.R. (2011). Introduction to Real Analysis. John Wiley & Sons, Inc., Singapura. [2]. Bartle, R.G. (1976). The Element of Real Analysis. John Wiley & Sons, Inc., Singapura. [3]. Bauldry, W.C., (2009), Introduction to Real Analysis, John Wiley and Sons, USA [4]. Goldberg, R.R., (1976), Methods of Real Analysis, John Wiley and Sons, Inc., New York [5]. Parzynski, W.R dan Zipse, P.W. (1987). Introduction to Mathematical Analysis. McGraw-Hill International Editions, Singapura. [6]. Apostol, T.M.(1974). Mathematical Analysis. Second Edition. Addison-Wesley Publishing Company, California.
  • 4. Penilaian N = (T1 + 2N1 + T2 + 2N2)/6 Mahasiswa lulus jika N >= 60, dan konversi nilainya sbb: 0 <= N < 40 : E (0) 40 <= N < 60 : D (1) 60 <= N < 70 : C (2) 70 <= N < 80 : B (3) 80 <= N <= 100 : A (4)
  • 5. SISTEM BILANGAN REAL (R) Sifat-Sifat yang akan dikaji: • Sifat Aljabar • Sifat Urutan • Sifat Kelengkapan
  • 6. Operasi Biner Yang dimaksud dengan operasi biner pada himpunan A adalah fungsi dari AxA ke A. Contoh + : R x R  R (x,y)  +(x,y) = x + y
  • 7. Aksioma 1.1.1 (Sifat Aljabar dari R) Untuk setiap a, b, c  R, dengan 2 operasi biner penjumlahan (+) dan Perkalian (.) berlaku sifat: (A1) a + b = b + a (A2) (a + b) + c = a + (b + c) (A3) terdapat 0  R, sehingga a + 0 = a = 0 + a; (A4) terdapat -a  R, sehingga a + (-a) = 0 = (-a) + a; (M1) a. b = b . a (M2) (a.b).c = a.(b.c) (M3) terdapat 1  R, 1  0, sehingga a.1 = a = 1.a (M4) untuk a  0, terdapat 1/a  R, sehingga a.1/a = 1 = a.1/a; (D) a.(b+c) = a.b + a.c Selanjutnya (R,+.) disebut lapangan (field), 0 disebut elemen nol dan 1 disebut elemen satuan
  • 8. Teorema 1.1.2 (1). Jika z, a  R sehingga z + a = a , maka z = 0 (2). Jika u, b  R; u.b = b dan b  0 , maka u = 1 Bukti (1) Diketahui bahwa z + a = a . Dengan menambahkan (-a) pada kedua ruas diperoleh (z + a) + (-a) = a + (-a) Jika berturut-turut diaplikasikan (A2), (A4), dan (A3) pada ruas kiri maka diperoleh (z + a) + (-a) = z + (a + (-a)) sifat A2 = z + 0 sifat A4 = z sifat A3 Selanjutnya, jika diaplikasikan (A4) pada ruas kanan maka diperoleh a + (-a) = 0 Jadi disimpulkan bahwa z = 0. Dari sifat ini berarti bahwa elemen nol tunggal.
  • 9. Bukti: (2). Diketahui u, b  R; u.b = b dan b  0. Berdasarkan (M4) terdapat 1/b di R sedemikian hingga b.(1/b) = 1. Jika kedua ruas dari u.b = b dikalikan dengan 1/b maka diperoleh: (u.b).(1/b) = b.(1/b) (*) Selanjutnya jika diaplikasikan berturut-turut (M2), (M4) dan (M3) pada ruas kiri, maka diperoleh (u.b).(1/b) = u.( b.(1/b)) sifat M2 = u.1 sifat M4 = u sifat M3 Jika diaplikasikan (M4) pada ruas kanan, maka diperoleh b.(1/b) = 1 Jadi dari hubungan (*) disimpulkan bahwa u = 1. Dari sifat ini berarti elemen satuan 1 tunggal.
  • 10. Teorema 1.1.3 (1). Jika a, b  R sehingga a + b = 0 , maka b = -a (2). Jika a, b  R; a  0 sehingga a.b = 1 , maka b = 1/a Bukti (1) Diketahui bahwa a + b = 0 . Dengan menambahkan -a pada kedua ruas, maka diperoleh (-a) + (a + b) = (-a) + 0 Dengan (A2), (A4), dan (A3) pada ruas kiri, diperoleh (-a) + (a + b) = ((-a) + a) + b = 0 + b = b Jika diaplikasikan (A3) pada ruas kanan, maka (-a) + 0 = -a Jadi disimpulkan bahwa b = -a. Dari sifat ini berarti elemen invers thd (+) tunggal
  • 11. Teorema 1.1.4 Jika a, b  R, maka: (1). Persamaan a + x = b mempunyai penyelesaian tunggal x = (-a) + b. (2). Jika a  0 maka persamaan ax = b mempunyai penyelesaian tunggal x = (1/a)b. Bukti (1) Dengan mengaplikasikan (A2), (A4), (A3), diperoleh a + (-a + b) = (a + (-a)) + b = 0 + b = b yang berakibat(-a + b) penyelesaian dari a + x = b. Selanjutnya ditunjukkan penyelesaian tersebut tunggal. Misalkan z penyelesaian lain persamaan tersebut, maka a + z = b , dan jika ditambahkan (-a) pada kedua ruas, maka diperoleh (-a) + (a + z) = (-a) + b Selanjutnya dengan mengaplikasikan (A2), (A4), dan (A3) pada ruas kiri, maka (-a) + (a + z) = ((-a) + a) + z = 0 + z = z •Jadi disimpulkan bahwa z = (-a) + b.
  • 12. Teorema 1.1.5 Jika a  R; maka (1). a.0 = 0 (2). (-1).a = -a (3). –(-a) = a (4). (-1)(-1) = 1 Bukti (1) Dari (M3), a.1 = a, sehingga dengan menambahkan a.0 dan menerapkan (D) dan (M3) akan diperoleh a + a.0 = a.1 + a.0 = a.(1+0) = a.1 = a . Dengan Teorema 1.1.2 (1), disimpulkan a.0 = 0.
  • 13. Teorema 1.1.6 Misalkan a, b, c  R, (1). Jika a  0 , maka 1/a  0 dan 1/(1/a) = a. (2). Jika ab = ac dan a  0 , maka b = c. (3). Jika ab = 0 , maka a = 0 atau b = 0 Bukti: (1). Untuk a  0 , maka 1/a ada. Jika 1/a = 0, maka 1 = a.(1/a) = a. 0 = 0, sehingga bertentangan dengan (M3). Jadi 1/a  0. Selanjutnya karena (1/a).a = 1, maka dengan Teorema 1.1.3 (2) diperoleh 1/(1/a) = a.
  • 14. Teorema 1.1.7 Tidak ada bilangan rasional r sehingga r2 = 2. Bukti: Andaikan terdapat bilangan rasional r sehingga r2 = 2 . Oleh karena itu terdapat bilangan bulat p dan q dengan q  0 sehingga (p/q)2 = 2. Tanpa mengurangi keumuman diasumsikan p, q bilangan positif dengan faktor persekutuan terbesar 1. Karena p2 = 2q2 , maka p2 bilangan genap. Akibatnya p juga bilangan genap. Karena jika p ganjil, maka p2 juga ganjil. Karena 2 bukan faktor persekutuan dari p dan q, maka q bilangan ganjil. Selanjutnya, karena p genap, maka p = 2m untuk suatu m  Z. Akibatnya 2m2 = q2. Jadi q2 bilangan genap, sehingga q juga bilangan genap. Terdapat kontradiksi bahwa q adalah bilangan asli yang genap sekaligus ganjil. Jadi, pengandaian di atas salah.
  • 15. Aksioma 1.2.1 (Sifat–Sifat Urutan dari R) Terdapat himpunan bagian tak kosong P dari R yang disebut himpunan bilangan real positif, yang memenuhi sifat-sifat berikut :  Jika a, b  P maka a + b  P.  Jika a, b  P maka a.b  P.  Jika a  R maka tepat satu dari di bawah ini akan dipenuhi: a  P, a = 0 -a  P
  • 16. Definisi 1.2.2 •Jika a  P, maka dikatakan bahwa a bilangan real positif dan ditulis a > 0. •Jika a  P  {0} , maka dikatakan bahwa a bilangan real nonnegatif dan ditulis a ≥ 0. • Jika -a  P, maka dikatakan bahwa a bilangan real negatif dan ditulis a < 0. •Jika -a  P  {0} , maka dikatakan bahwa a bilangan real nonpositif dan ditulis a ≤ 0.
  • 17. Definisi 1.2.3 Misalkan a, b  R . (a) Jika a – b  P, maka kita tulis a > b atau b < a. (b) Jika a – b  P  {0}, maka ditulis a ≥ b atau b ≤ a.
  • 18. Teorema 1.2.4 Misalkan a, b, c  R. (a) Jika a > b dan b > c, maka a > c. (b) Dipenuhi tepat satu dari: a > b, a = b atau a < b. (c) Jika a ≥ b dan a ≤ b, maka a = b.
  • 19. Teorema 1.2.5 (a) Jika a  R dan a ≠ 0, maka a2 > 0. (b) 1 > 0. (c) Jika n  N, maka n > 0.
  • 20. Teorema 1.2.6 Misalkan a, b,c, d  R. (a) Jika a > b, maka a + c > b + c. (b) Jika a > b dan c > d, maka a + c > b + d. (c) Jika a > b dan c > 0, maka ca > cb Jika a > b dan c < 0, maka ca < cb. (d) Jika a > 0, maka 1/a > 0 Jika a < 0, maka 1/a < 0.
  • 21. Teorema 1.2.7 Jika a, b   dan a < b, maka a < ½ (a + b) < b. Akibat 1.2.8 Jika b   dan b > 0, maka 0 < ½ b < b. Teorema 1.2.9 Jika a   dan 0  a <  untuk setiap  > 0, maka a = 0.
  • 22. Example 1 Show that for real numbers a > 0 and b > 0, we have the inequality chain min(a,b)      max(a,b). b a ab  2 ab 2 b a  2 2 2 b a 
  • 23. Example 2 Bernaulli’s Inequality. Prove that if x > -1, then (1 + x)n  1 + nx, for all n  N.
  • 24. Example 3 Cauchy’s Inequality. Prove that if n  N and a1, a2, …, an and b1, b2, …, bn are real numbers, then (a1b1 + … + anbn)2  (a1 2 + … + an 2) (b1 2 + … + bn 2)
  • 25. Definisi 1.3.1 Untuk a  R, harga mutlak dari a, dinotasikan |a|, dan didefinisikan dengan |a| = a jika a ≥ 0 dan = -a jika a < 0.
  • 26. Teorema 1.3.2 (a) |a| = 0 jika dan hanya jika a = 0. (b) |-a| = |a| untuk semua a  R. (c) |ab| = |a| |b| untuk semua a, b  R . (d) Jika c ≥ 0, maka |a| ≤ c jika dan hanya jika –c ≤ a ≤ c. (e) - |a| ≤ a ≤ |a| untuk semua a  R.
  • 27. Bukti Teorema 1.3.2 (a) Dari definisi, jika a = 0, maka |a| = 0. Sebaliknya, jika a ≠ 0 maka –a ≠ 0, sehingga |a| ≠ 0. Jadi, jika |a| = 0, maka a = 0. (b) Jika a = 0, maka |0| = 0 = |-0|. Jika a > 0, maka –a < 0 sehingga |a| = a = -(-a) = |-a|. Jika a < 0 maka –a > 0 sehingga |a| = -a = |-a|. (c) Jika salah satu dari a,b bernilai nol, maka baik |ab| maupun |a| |b| sama-sama bernilai nol. Jika a > 0 dan b > 0 maka |ab| = ab = |a| |b|. Jika a > 0 dan b < 0 maka ab < 0 sehingga |ab| = -(ab) = a (-b) = |a| |b|, Sedangkan untuk dua kasus yang lain dapat dikerjakan dengan cara yang sama. (d) Jika |a| ≤ c, maka diperoleh a ≤ c dan –a ≤ c. Hasil ini memberikan a ≤ c dan –c ≤ a, sehingga -c ≤ a ≤ c. Sebaliknya, jika –c ≤ a ≤ c, maka a ≤ c dan –a ≤ c yang berarti |a| ≤ c. (e) Substitusikan c = |a| ke dalam (d).
  • 28. Teorema 1.3.3 Ketaksamaan Segitiga Untuk sebarang bilangan real a dan b berlaku |a + b| ≤ |a| + |b| Bukti: Dari Teorema 1.3.2 (e), diperoleh -|a| ≤ a ≤ |a| dan -|b| ≤ b ≤ |b|. Dengan menjumlahkan keduanya dan menerapkan Teorema 1.2.6 (b) akan diperoleh -(|a| + |b|) ≤ a + b ≤ |a| + |b| Dengan Teorema 1.3.2 (d), disimpulkan bahwa |a + b| ≤ |a| + |b| 
  • 29. Akibat 1.3.4 Jika a dan b sebarang bilangan real, maka (a) ||a| - |b|| ≤ |a – b| (b) |a – b| ≤ |a| + |b| Bukti (a) Perhatikan a = a – b + b. Dengan Ketaksamaan Segitiga diperoleh |a| = |a – b + b| ≤ |a – b| + |b| atau |a| - |b| ≤ |a - b|. Dengan cara yang sama |b| = |b – a + a| ≤ |b – a| + |a| Akibatnya -|a – b| = -|b – a| ≤ |a| - |b|. Dengan menggabungkan kedua ketaksamaan ini dan menerapkan Teorema 1.3.2 (d), maka disimpulkan bahwa ||a| - |b|| ≤ |a – b|. (b) Dengan mengganti b pada Ketaksamaan Segitiga dengan –b maka dihasilkan |a – b| ≤ |a| + |-b|. Karena |-b| = |b| maka disimpulkan |a – b| ≤ |a| + |b|.
  • 30. Akibat 1.3.5 Untuk sebarang bilangan a1, a2, ..., an di dalam R berlaku | a1 + a2 + ... + an| ≤ |a1| + |a2| + ... + |an| Bukti : Diserahkan pembaca sebagai latihan.
  • 31. Definisi 1.3.7 Misalkan a  R dan  > 0. Persekitaran-  dari a didefinisikan sebagai himpunan V(a) = {x  R : |x – a| < }. Teorema 1.3.8 Misalkan a  R. Jika x anggota dari persekitaran V(a) untuk setiap  > 0, maka x = a. Bukti: Jika x memenuhi |x – a| <  untuk setiap  > 0, maka menurut Teorema 1.2.9 berlaku |x – a| = 0, yaitu x = a.
  • 32. 1.4 Sifat Kelengkapan dari R Definisi 1.4.1 Misalkan S himpunan bagian dari R. (a) Bilangan u  R dikatakan batas atas dari S jika berlaku s ≤ u untuk setiap s  S. (b) Bilangan v  R dikatakan batas bawah dari S jika berlaku v ≤ s untuk setiap s  S.
  • 33. Definisi 1.4.2 Misalkan S himpunan bagian dari R. (a) Jika S terbatas di atas, maka batas atas u disebut supremum (batas atas terkecil) dari S jika tidak ada bilangan yang lebih kecil dari u yang merupakan batas atas dari S. (b) Jika S terbatas di bawah, maka batas bawah v adalah infimum (batas bawah terbesar) dari S jika tidak ada bilangan yang lebih besar dari v yang merupakan batas bawah dari S.
  • 34. Lemma 1.4.3 Bilangan u adalah supremum dari himpunan tak kosong S  R, jika dan hanya jika memenuhi: (a) s ≤ u untuk setiap s  S. (b) jika w < u,maka terdapat s’  S sehingga w < s’. Bukti : Bukti ditinggalkan bagi pembaca.
  • 35. Lemma 1.4.4 (a) Batas atas u dari himpunan tak kosong S  R, merupakan supremum dari S jika dan hanya jika untuk setiap  > 0 terdapat s sehingga u -  < s. (b) Batas bawah v dari himpunan tak kosong S  R, merupakan infimum dari S jika dan hanya jika untuk setiap  > 0 terdapat s sehingga s < v + .
  • 36. Asumsi 1.4.6 (Sifat Supremum dari ) Setiap himpunan tak kosong di dalam  yang mempunyai batas atas pasti mempunyai supremum di dalam .
  • 37. Teorema 1.4.7 (Sifat Infimum dari ) Setiap himpunan tak kosong di dalam  yang mempunyai batas bawah pasti mempunyai infimum di dalam .
  • 38. Contoh 1.4.8 Misalkan S himpunan bagian tak kosong di dalam  yang terbatas dan misalkan a  . Didefinisikan himpunan a + S = {a + s : s  S}. Akan ditunjukkan bahwa sup (a + S) = a + sup S dan inf (a + S) = a + inf S.
  • 39. Soal 1 Misalkan S himpunan tak kosong terbatas di dalam . (a) Jika a > 0 dan aS = {as : s  S}. Buktikan bahwa inf aS = a inf S dan sup aS = a sup S. (b) Jika b < 0 dan bS = {bs : s  S}. Buktikan bahwa inf bS = b sup S dan sup bS = b inf S.
  • 40. Soal 2 Misalkan X himpunan tak kosong dan f : X   mempunyai range yang terbatas di dalam . Jika a  , maka tunjukkan bahwa sup {a + f(x) : x  X} = a + sup {f(x) : x  X} dan inf {a + f(x) : x  X} = a + inf {f(x) : x  X}.
  • 41. Soal 3 Misalkan X himpunan tak kosong dan f, g : X   mempunyai range yang terbatas di dalam . Tunjukkan bahwa sup{f(x) + g(x) : xX}  sup{f(x) : xX} + sup{g(x) : xX} dan inf {f(x) : xX} + inf {g(x) : xX}  inf {f(x) + g(x) : xX}.
  • 42. Sifat Archimides Teorema (Sifat Archimides) Jika x  R maka terdapat nx  N sehingga x < nx
  • 43. Bukti (Sifat Archimides): Andaikan teorema tidak benar, yaitu untuk setiap n  N terdapat x  R sehingga n <= x. Oleh karena itu x adalah batas atas dari N, sehingga dengan sifat supremum, maka himpunan tak kosong N mempunyai supremum u di dalam R. Akibatnya terdapat m  N sehingga u – 1 < m. Selanjutnya diperoleh m + 1  N. Hal ini kontradiksi dengan asumsi u adalah batas atas dari N.
  • 44. Akibat Sifat Archimides Jika y dan z bilangan real positif, maka : (a) Terdapat n  N sehingga z < ny. (b) Terdapat n  N sehingga 0 < 1/n < y. (c) Terdapat n  N sehingga n – 1  z < n.
  • 45. Bukti Akibat Sifat Archimides: (a) Karena x = z/y > 0, maka terdapat n  N sehingga z/y = x < n yang berarti z < ny. (b) Dengan mengganti z = 1 pada (a), maka 1 < ny, sehingga `1/n < y. Jadi 0 < 1/n < y. (c) Sifat Archimides menjamin bahwa himpunan bagian {m  N : z < m} di dalam N merupakan himpunan tak kosong. Misalkan n adalah elemen terkecil dari himpunan tersebut, maka n - 1 bukan anggota dari himpunan tersebut, sehingga n – 1  z < n
  • 46. Soal 1. Buktikan bahwa inf{1/n : n  N} = 0! 2. Tentukan nilai inf{1/n – 1/m : n, m  N} dan sup{1/n – 1/m : n, m  N}!
  • 47. Eksistensi Bilangan 2 Teorema Terdapat bilangan real positif x sehingga x2 = 2.
  • 48. Bukti : Misalkan S = {s   : 0 ≤ s, s2 < 2}, karena 1  S, maka S tidak kosong. Selanjutnya, jika t > 2 maka t2 > 2 , sehingga t  S. Jadi 2 merupakan batas atas dari S. Dengan sifat supremum, maka S mempunyai supremum di dalam R. Sekarang dimisalkan x = sup S. Perhatikan bahwa x > 1. Akan ditunjukkan bahwa x2 = 2, dengan menunjukkan bahwa tidak dipenuhi x2 < 2 maupun x2 > 2.
  • 49. Andaikan x2 < 2 Perhatikan bahwa untuk setiap n  N, berlaku 1/n2  1/n, sehingga ) 1 2 ( 1 1 2 1 2 2 2 2              x n x n n x x n x Karena 0 < x dan x2 < 2, maka (2 - x2)/(2x + 1) > 0. Akibatnya terdapat bilangan asli n sehingga 2 1 2 . 2 1 x n x    Akibatnya untuk bilangan asli n berlaku 2 2 2 ( 1/ ) (2 ) 2. x n x x      Jadi (x + 1/n)  S. Kontradiksi dengan x = sup S
  • 50. Andaikan x2 > 2 Perhatikan bahwa untuk sebarang bilangan asli m 2 2 2 2 1 2 1 2 . x x x x x m m m m             Selanjutnya karen x > 0 dan x2 > 2, maka (x2 – 2)/2x > 0. Sehingga terdapat bilangan asli m sehingga 2 1 2 2 x m x   Akibatnya untuk bilangan asli m ini berlaku 2 2 2 ( 1/ ) ( 2) 2. x m x x      Ini berarti (x – 1/m) merupakan batas atas S. Kontradiksi dengan x = sup S.
  • 51. Soal 1. Tunjukkan bahwa terdapat bilangan real positif y sehingga y2 = 3 ! 2. Tunjukkan bahwa terdapat bilangan real positif u sehingga u3 = 2 !
  • 52. Sifat Kerapatan Bilangan Real Teorema (Kerapatan Bilangan Rasional) Jika x dan y bilangan real dengan x < y, maka terdapat bilangan rasional r sehingga x < r < y.
  • 53. Bukti: Tanpa mengurangi keumuman bukti, diasumsikan x > 0. Dengan Sifat Archimides, terdapat bilangan asli n sehingga n > 1/(y-x). Untuk n yang demikian, diperoleh (ny – nx) > 1. Selanjutnya, karena nx > 0, maka terdapat bilangan asli m sehingga m – 1  nx < m. Sehingga m  nx + 1 < ny. Akibatnya nx < m < ny. Jadi r = m/n adalah bilangan rasional yang memenuhi kondisi x < r < y.
  • 54. Akibat Jika x dan y bilangan real dengan x < y, maka terdapat bilangan irrasional z sehingga x < z < y. Bukti: Dengan menggunakan Teorema Kerapatan Bilangan Rasional, pada bilangan real x/2 dan y/2, terdapat bilangan rasional r sehingga x/2 < r < y/2 Jadi z = r2 adalah bilangan irrasional yang memenuhi x < z < y.
  • 55. Soal  Buktikan bahwa jika u > 0 dan x < y, maka terdapat bilangan rasional r sehingga x < ru < y !
  • 56. Sekian Terima Kasih Atas Perhatiannya