a. Merangkum istilah gender dan seks, serta ketidaksetaraan status dan kedudukan antara pria dan wanita yang ditentukan secara sosial, bukan biologis.
b. Menjelaskan bahwa penilaian rendah terhadap peran wanita memarginalisasikan mereka dari hak atas harta dan sumber daya lainnya.
c. Mengakui interaksi antar gender dan kelas sosial lainnya, serta kepercayaan bahwa ketidaksetaraan gender
2. Gender (asal kata gen): perbedaan peran, tugas, fungsi dan
tanggung jawab serta kesempatan antara laki-laki dan perempuan karena
dibentuk oleh tata nilai sosial budaya (konstruksi sosial) yang dapat diubah
dan berubah sesuai kebutuhan atau perubahan zaman (menurut waktu dan
ruang). Dalam bahasa inggris disebut masculine : feminin.
1. Kesenjangan Gender (Gender Gap)
2. Aspek Gender
a. Identitas Gender
b. Peran gender
3. Kesetaraan Gender (Gender Equality)
4. Kepekaan Gender (Gender Responsiveness)
3. Kekerasan, menurut kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S.
Poerwadarminta,berarti sifat atau hal yang keras, kekuatan dan
paksaan. Dalam bahasa Inggris, yang lebih lazim dipakai orang
Indonesia, disebut ”violence”. Istilah violence berasal dari dua kata
bahasa Latin : vis yang berarti daya atau kekuatan; dan latus (bentuk
perfektum dari kata kerja ferre) yang berarti (telah) membawa.
Menurut R. Audi, kekerasan dilukiskan sebagai serangan
atau penyalahgunaan fisik terhadap seseorang atau binatang atau
serangan penghancuran, pengrusakan yang sangat keras, kasar,
kejam dan ganas atas milik atau sesuatu yang sangat potensial dapat
menjadi milik seseorang
4. Aksi kekerasan yang sering terjadi disekitar kita dilihat dari jenisnya
dapat diklasifikasikan kedalam empat jenis yaitu:
1. Kekerasan Langsung => merujuk pada tindakan yang menyerang
fisik atau psikologi seseorang secara langsung.
2. Kekerasan tidak langsung => adalah tindakan yang membahayakan
manusia, bahkan kadang-kadang sampai ancaman kematian, tetapi
tidak melibatkan hubungan langsung antara korban dan pihak yang
bertanggung jawab atas kekerasan tersebut.
3. Kekerasan represif => berkaitan dengan pencabutan hak dasar
untuk bertahan hidup dan untuk dilindungi dari kesakitan dan
penderitaan.
4. Kekerasan alienatif => adalah kekerasan yang merujuk pada
pencabutan hak-hak individu yang lebih tinggi, misalnya hak
pertumbuhan kejiwaan, budaya atau intelektual.
5. Beberapa contoh kasus kekerasan atas
perempuan dapat dikategorikan dalam :
a. kategori kekerasan fisik, adalah perbuatan
yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit,
atau luka berat.
b. Kategori kekerasan psikis, adalah perbuatan
yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya
rasa percaya diri hilangnya kemampuan
untuk bertindak, rasa tidak berdaya, atau
penderitaan psikis berat pada seseorang.
6. Salah satu indikasi permasalahan sosial yang
berdampak negatif pada keluarga adalah kekerasan
dalam kelurga.
Situasi yang demikian, adalah konteks
kekerasan yang terjadi atas perempuan dan anak-
anak, tentu saja sangat merugikan korban
Keluarga adalah tempat perempuan telah
diterima dari generasi ke generasi melalui sejarah.
7. Kekerasan berbasis Gender terjadi sepanjang siklus hidup manusia
tetapi data kuantitatif secara pasti sangat sulit diperoleh karena faktor
subyektif korban (enggan melapor) dan kondisi sosial budaya masyarakat
(kekerasan berbasis gender hanya tindakan anti sosial bukan kriminal, Aib
dsb).
Kekerasan Berbasis Gender merupakan salah satu bentuk
diskriminasi yang menghambat kesempatan perempuan dalam melaksanakan
kewajiban/ tanggung jawab dan memperoleh hak-haknya sebagai warga
Negara.
Kekerasan Berbasis Gender mengakibatkan perempuan (anak-
anak) mengalami penderitaan secara fisik, psikososial, ekonomi sehingga
membutuhkan penanganan secara komprehensif dan berkesinambungan.
Kekerasan Berbasis Gender secara langsung maupun tidak
langsung akan mempengaruhi Perkembangan dan Produktivitas Negara
karena Tujuan Pembangunan Nasional yang merupakan Komitmen
Negara untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat berdasarkan
keadilan sosial.
8. a. Membedakan antara istilah “seks”yaitu pembedaan biologis dan kodrati antara
pria dan wanita, sedangkan “gender” yaitu pembedaan peran, atribut, dan sikap
tindak atau perilaku, yang dianggap masyarakat pantas untuk pria dan wanita.
b. Mengacu dan merujuk pada status dan kedudukan pria dan wanita, serta
ketidaksetaraan yang merugikan wanita dalam kebanyakan masyarakat, dan
bahwa kenyataan ini bukan hanya ditentukan secara biologis tetapi secara sosial.
c. Mengakui bahwa penilaian rendah atau kurang terhadap peran-peran wanita,
memarginalisasi wanita dari hak memiliki, mengakses, menikmati dan mengontrol
atas harta keluarga atau harta benda perkawinan seperti tanah, rumah, dan
penghasilan, serta sumber non-material seperti waktu untuk mengembangkan diri
sendiri, partisipasi dalam bidang politik.
d. Mempertimbangkan interaksi antar gender dan kategori sosial lain, seperti kelas,
suku.
e. Meyakini bahwa karena ketidaksetaraan gender terkondisi secara sosial, oleh
karena itu dapat diubah baik dalam tingkat individual maupun dalam tingkat
sosial, ke arah keadilan (justice), kesebandingan atau kepatutan (equity) dan
kemitraan antara pria dan wanita.