Dokumen tersebut membahas pengembangan pembelajaran matematika SD dengan tiga pendekatan, yaitu: 1) mengubah nuansa pembelajaran dengan penemuan, penyelidikan, dan pemecahan masalah, 2) mengembangkan materi ajar, dan 3) mengembangkan model pembelajaran. Salah satu contoh pengembangan yang dijelaskan adalah menggabungkan model pembelajaran berbasis masalah dengan strategi metakognitif untuk meningkatkan ke
2. Tujuan Perkuliahan:
Agar mahasiswa dapat mengembangakan pembelajaran mat
SD:
1. Dengan nuansa pembelajaran (penemuan, penyelidikan dan
pemecahan masalah)
2. Dengan mengembangkan materi ajar
3. Dengan mengembangkan model pembelajaran
17. Pendahuluan
Materi ajar adalah materi yang disusun berdasarkan Kompetensi
Dasar yang bertujuan untuk mencapai Indikator Ketercapaian
Kompetensi (IPK)
Namun demikian pengembangan materi ajar dapat dilakukan
selain untuk mencapai IPK dapat juga digunakan untuk
mengembangkan hal-hal lain yang relevan dengan IPK dan
sangat dibutuhkan dalam kebutuhan siswa dimasa mendatang,
misalnya kecakapan abad 21 (collaboration, communication,
critical thinking, creativity, compassion )
19. Pendahuluan:
Pengembangan materi ajar ini digunakan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir relasional.
Kemampuan relasional, selain dapat digunakan untuk
membantu siswa SD terampil berhitung, juga dapat
digunakan untuk membangun kreativitas, yaitu dengan
mengembangkan ide ide dalam menemukan jawaban
tentang bilangan.
20. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika di SD lebih diarahkan ke
penguasaan akan bilangan (number sense).
Penguasan akan bilangan akan mengantar pada
penguasaan simbol (symbol sense) pada jenjang
pendidikan berikutnya.
Penguasaan simbol digunakan untuk mempelajari
matematika yang merupakan pengetahuan abstrak.
21. Latar Belakang Masalah
Pemahaman akan konsep kesamaan akan
membantu anak pada pembelajaran alajabar
di di tingkat lanjut, karena konsep kesamaan
dan pemahaman tanda “sama dengan” sangat
penting untuk memperoleh pemahaman
aljabar (Freiman & Lee, 2004; Knuth et al.,
2006). Disamping itu dasar perubahan berpikir
aritmatika ke berpikir aljabar terletak pada
bagaimana siswa dapat mengabstraksi konsep
kunci termasuk hal-hal yang berkaitan dengan
kesamaan dan relasi.
22. Latar Belakang Masalah
Pada pembelajaran matematika selama ini,
bila siswa diberikan soal seperti contoh
berikut: Hitunglah 169 + 289 =.. maka yang
dilakukan sebagian besar siswa adalah dengan
melakukan dengan cara bersusun ke bawah.
(Cara 1)
Biasanya hanya sedikit bahkan tidak ada siswa
yang mengerjakan 169 + 289 = … dengan
melakukan perhitungan sebagai berikut:
169 + 289 =170 + 290 – 2 = 460 – 2 = 458. (cara
2)
23. Latar Belakang Masalah
Dibandingkan dengan cara (1), penggunaan
cara (2) tersebut lebih mudah dan lebih akurat.
Proses pengerjaan dengan cara (1) melibatkan
proses berpikir komputasional (computational
thinking), karena menggunakan prosedur
formal, seperti cara bersusun ke panjang atau
cara bersusun bawah.. Penggunaan cara 2
membutuhkan pemahaman akan relasi antar
bilangan yang terlibat, jadi tidak hanya
sekedar kemampuan melakukan operasi.
Penggunaan cara kedua melibatkan
kemampuan berpikir relasional.
24. Latar Belakang Masalah
Di lain pihak, di dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat, seperti di pasar-pasar tradisional atau di
kegiatan sehari-hari di masyarakat, jarang kegiatan
hitung-menghitung dengan menggunakan cara-cara yang
diajarkan di sekolah. Sebagai contoh, misalnya
seseorang belanja di sebuah kios di pasar tradisional
dengan jumlah harga barang yang dibeli Rp 76.500,00.
Bila orang tersebut membayar dengan uang pecahan
100.000,00. Biasanya yang dilakukan pedagang adalah
memberikan uang Rp. 500,00 dulu kemudian
memberikan lembaran seribuan sebanyak tiga dan
memberikan pecahan Rp. 20.000,00. Artinya pedagang
tersebut menggunakan pemikiran relational sebagai
berikut: 76.500 + 500 + 3000 + 20.000 = 100.000
Cara ini termasuk cara berpikir relasional.
25. Latar Belakang Masalah
Dengan demikian mengajarkan operasi bilangan
pada siswa belajar dengan menggunakan cara
berpikir relasional selain akan meningkatkan
kemampuan operasi pada bilangan bulat juga akan
membantu menyelesaikan permasalahan
pembelajaran matematika yang sampai saat ini
masih dirasakan sulit, yaitu membawa anak dari
berpikir aritmatika ke berpikir aljabar
Stephens (2006) mendefinisikan berpikir relasional
sebagai kebergantungan apakah siswa dapat melihat
dan menggunakan berbagai kemungkinan antara
bilangan-bilangan pada suatu “kalimat bilangan”,
misalnya 8 + 4 = -- + 5
31. Pendahuluan
Model Pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli,
terkadang sifatnya umum, artinya mungkin untuk materi
tertentu atau dengan kondisi siswa tertentu atau kondisi
fasilitas sekolah tertentu mengharuskan memodifikasi atau
mengembangkan model yang dikembangkan para ahli
tersebut.
Pengembangan model dapat dilakukan dengan memodifikasi
model yang ada atau memadukan model dengan model lain
atau memadukan model dengan pendekatan tertentu.
32. Pendahuluan (lanjutan)
Pengembangan model harus diperoleh suatu sintaks
pembelajaran yang baru, walaupun mungkin
mengembangkan sintaks model yang sudah ada.
Hasil pengembangan model harus dapat dijelaskan secara
rasional, baik berkaitan dengan teori yang mendasari juga
pertimbangan efektif dan efisiensinya hasil pengembangan
33.
34. PENGANTAR
Contoh pengembangan model ini adalah menggabungkan model
pembelajaran berbasis masalah dengan strategi metakognitif
yang telah banyak dikemukakan oleh para ahli.
Diharapkan, hasil pengembangannya akan lebih efektif dalam
rangka meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SD
Oleh sebab itu harus ada penjelasan secara rasional yang
didasarkan pada teori belajar dan kevalidan model yang lain
35. PENDAHULUAN
Kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah:
Misalnya, masih banyak siswa yang kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita, walaupun siswa tersebut
mampu dalam operasi hitung.
Bila dicermati pada setiap langkah penyelesaian
masalah diperlukan situasi yang perlu dikontrol oleh
kognisi, salah satunya dengan strategi metakognitif.
Menurut Nur (1999) siswa dapat diajarkan strategi-
strategi untuk menilai pemahaman mereka sendiri,
memilih rencana yang efektif untuk belajar atau
memecahkan masalah.
36. PENDAHULUAN
Paris at al. (1987) dan King (1992) menemukan bahwa
penguasaan siswa lebih baik jika mereka diajarkan
untuk bertanya pada diri mereka sendiri pertanyaan-
pertanyaan siapa, apa, dimana, dan bagaimana pada
saat mereka memahami masalah
Strategi metakognitif tidak perlu diajarkan sebagai
suatu mata pelajaran atau strategi secara tersendiri.
Strategi metakognisi sepatutnya diajarkan secara infusi
yaitu dengan memasukkannya dalam kegiatan
pembelajaran.
Di samping itu strategi metakognitif dapat dimasukkan
dalam sintaks dari suatu model pembelajaran.
37. PENDAHULUAN
Di lain pihak, model pembelajaran berbasis masalah
merupakan model pembelajaran yang dipandang tepat untuk
digunakan dalam meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah.
Salah satu prinsip dalam pembelajaran berbasis masalah
adalah strategi yang berpusat pada siswa dan mampu
membangun ketrampilan berpikir kritis dan bernalar dan
dalam perkembangan lebih lanjut akan mengembangkan
kreativitas siswa.
Dari prinsip tersebut strategi metakognitif merupakan salah
satu strategi yang diharapkan dapat mengembangkan
ketrampilan kritis tersebut.
38. Metakognisi yaitu pengetahuan, kesadaran, dan kontrol
serta pengelolaan penggunaan pikiran kita terhadap
proses kognitif kita, sehingga seakan-akan kita berdiri
di luar kepala kita dan mencoba merenungkan cara kita
berpikir atau proses kognitif yang kita lakukan.
Strategi metakognitif merujuk kepada cara untuk
meningkatkan kesadaran mengenai proses berpikir dan
pembelajaran yang berlaku. Apabila kesadaran ini ada,
seseorang dapat mengontrol pikirannya dengan
merancang, memantau dan menilai apa yang dipelajari