1. Etika bisnis dan periklanan sangat penting dalam menjalankan bisnis. Prinsip-prinsip etika bisnis seperti kejujuran dan keadilan penting untuk menjaga integritas perusahaan dan kepercayaan konsumen.
2. Periklanan harus mematuhi etika agar pesan yang disampaikan tidak menyesatkan atau merugikan konsumen. Prinsip-prinsip etika bisnis berlaku untuk memastikan periklanan memberikan informasi yang benar tentang produk.
Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business for advertising company, universitas mercu buana, 2017(2)
1. 1
ETIKA BISNIS PERIKLANAN
Dibuat Oleh :
Ririen Eka Dinyati
55116120156
Dosen : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
2017
2. 2
NILAI ETIKA BISNIS PERIKLANAN
ABSTRAK
Periklanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dunia bisnis, dan selalu
mendapatkan perhatian dari masyarakat luas. Akan tetapi muncul kekhawatiran bahwa iklan yang
setiap hari di komunikasikan melalui media massa itu pada umumnya tidak mendidik, tetapi
justru menyebarluaskan selera yang rendah. Dari segi moral, iklan tidak mempunyai nilai nilai
informatif, karena semata-mata hanya demi keuntungan para produsen saja.
1. PENDAHULUAN
Saat ini perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang periklanan semakin bertumbuh dan
berkembang sangat gencar dalam melakukan promosi produknya. Pembangunan ekonomi telah
banyak memberikan dorongan untuk pertumbuhan perusahaan periklanan berkualitas di
Indonesia. Hampir setiap hari kita terpapar dengan gencarnya promosi produk melalui iklan yang
dapat dilihat dimana saja beberapa contoh produk iklan yang sering dijumpai di luar ruangan
adalah papan reklame,baliho, spanduk maupun banner iklan. Untuk produk iklan yang berada di
dalam ruangan seperti pada pusat perbelanjaan, contoh iklan yang dapat ditemui adalah
lembaran-lembaran leaflet dapat kita jumpai dandapatkan. Didalam rumah melalui media televisi,
iklan pun hadir silih berganti. Selain itu di era digital saat ini, iklan pun dapat kita temui melalui
telepon seluler ataupun internet. Dengan banyaknya iklan yang menyebar di segala bentuk media
promosi, maka semakin sering kita terpapar dengan informasi dari iklan produk tersebut. Namun
kita perlu cermati pula, informasi yang terkandung dalam iklan yang disajikan tersebut sudah
sesuaikah dengan etika yang ada
Informasi melalui iklan yang kita temui tiap harinya, ada yang memenuhi nila-nilai etika, adapula
yang tidak. Kita sebagai, calon konsumen,harus kritis terhadap materi iklan yang ditampilkan.
Materi iklan yang baikadalah materi yang dengan mudah dikenalidansecara tidak
langsungtersimpandalamalambawah sadarkitamengenai produk yang diiklankantersebut.
Dapat kita temui berbagai macam iklan yang materinya tidak sesuai dengan etika dan moral.Baik
itu melalui media cetak, elektronik dan sebagainya. Pesan yang disampaikan agak berlebihan dan
bisa multi tafsir, sehingga dapat menjerumuskan.Terkadang pesan tersebut seharusnya tidak
dapat dikonsumsi semua usia.
3. 3
2. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa etika sangat penting dalam menjalankan sebuah bisnis perusahaan.
2. Bagaimana kaitan antara etika bisnis dan periklanan. Periklanan yang disebutkan pada
penulisan ini adalah iklan-iklan komersial dan yang divisualkan melalui papan reklame.
Dalam penyusunan penulisan ini, penulis membatasi menjadi beberapa sub pokok bahasan
meliputi :
1. Pengertian etika bisnis
2. Prinsip-prinsip etika bisnis
3. Manfaat etika bisnis bagi perusahaan iklan
3. LANDASAN TEORI
3.1 ETIKA
Pengertian etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” berarti adat istiadat atau kebiasaan.hal ini
berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan
segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain atau dari satu generasi
ke generasi lainnya.
Menurut Magnis Suseno (1987) etika adalah sebuah ilmu dan bukan ajaran, yang menurutnya
adalah etika dalam pengertian kedua. Sebagai ilmu yang terutama menitikberatkan refleksi kritis
dan rasional, etika dalam kedua ini mempersoalkan apakah nilai dan norma moral tertentu harus
dilaksanakan dalam situasi konkret tertentu yang dihadapi seseorang.
Dalam bahasa Kant, etika berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara
otonomdan bukan secara heteronom. Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara
bebas, tetapi dapat dipertanggungjawabkan. Bebas dan tanggung jawab adalah unsur pokok dari
otonomi moral yang merupakan salah satu prinsip utama moralitas.
3.2 BISNIS
Pengertian bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan
dana menjual barang ataupun jasa agar mendapatkan keuntungan dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat dan ada di dalam industri. Para pelaku bisnis ini biasanya disebut entrepreneur.
4. 4
Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris yaitu Business ( Plural Business). Mengandung sejumlah
arti diantaranya : Commercial activity involving the exchange of moner for goods or services –
usaha komersial yang menyangkut soal penukaran uang bagi produsen dan distributor ( goods )
atau bidang jasa (services).
Pengertian bisnis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
- Kegiatan dengan mengarahkan tenaga pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud.
- Kegiatan dibidang perdagangan atau perbisnisan.
Bisnis dapat pula diartikan berdasarkan konteks organisasi atau perusahaan yaitu: usaha yang
dilakukan organisasi atau perusahaan dengan menyediakan produk barang atau jasa dengan
tujuan memperoleh nilai lebih (value added) karena organisasi (perusahaan) yang menyediakan
produk barang atau jasa tentu dengan tujuan memperoleh laba selalu memperhitungkan
perbedaan penerimaan bisnis dengan biaya yang dikeluarkan. Maka laba disini merupakan
pemicu (driver) bagi pebisnis untuk memulai dan mengembangkan bisnis. Bagaimanapun juga
pebisnis mendapatkan laba dari resiko yang diambil ketika menginvetasikan sumber daya (modal,
skill keahlian, dan waktu) mereka.
3.3 ETIKA BISNIS
Etika bisnis merupakan salah satu bagian dari prinsip etika yang diterapkan dalam dunia bisnis
(Lozano,1996). Istilah etika bisnis mengandung pengertian bahwa etika bisnis merupakan sebuah
rentang aplikasi etika yang khusus mempelajari tindakan yang diambil oleh bisnis dan pelaku
bisnis. Menurut David (1998), etika bisnis adalah aturan main prinsip dalam organisasi yang
menjadi pedoman membuat keputusan dan tingkah laku. Etika bisnis adalah etika pelaku bisnis.
Pelaku bisnis tersebut bisa saja manajer, karyawan, konsumen, dan masyarakat.
Pada dasarnya etika bisnis menyoroti moral perilaku manusia yang mempunyai profesi dibidang
bisnis dan dimiliki secara global oleh perusahaan secara umum, sedangkan perwujudan dari etika
bisnis yang ada pada masing-masing perusahaan akan terbentuk dan terwujud sesuai dengan
kebudayaan perusahaan yang bersangkutan. Tujuan etika bisnis disini adalah mengunggah
kesadaran moral para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis dengan “baik dan bersih” (Erni,
2011)
Menurut Bartens etika bisnis adalah studi tentang aspek-aspek moral dari kegiatan ekonomi dan
bisnis. Etika bisnis dapat dijalankan pada tiga taraf : taraf makro, meso, dan mikro. Tiga taraf ini
berkaitan dengan tiga kemungkinan yang berbeda untuk menjalankan kegiatan ekonomi dan
bisnis. Pada taraf makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi
5. 5
keseluruhan. Jadi disini masalah etika disoroti pada skala besar. Pada taraf meso, etika bisnis
menyelidiki masalah-masalah etis di bidang organisasi. Organisasi disini berarti perusahaan,
serikat buruh, lembaga konsumen, perhimpunan profesi, dan lain-lain. Sedangkan pada taraf
mikro, yang difokuskan adalah individu dalam hubungan dengan ekonomi dan bisnis. Disini
dipelajari tanggung jawab etis dari karyawan dan majikan, bawahan dan manajer, produsen dan
konsumen, pemasok dan investor.
3.4 IKLAN
Iklan ialah pesan komunikasi pemasaran atau komunikasi publik tentang sesuatu produk yang
disampaikan melalui sesuatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan
kepada sebagian atau seluruh masyarakat (Etika Pariwara Indonesia, 2007); iklan adalah semua
bentuk penyajian non personal dan promosi ide-ide, barang atau jasa yang dilakukan oleh sponsor
tertentu (American Marketing Association dalam Kotler, 1994: 596 dalam Hartono, 2000:66);
dan iklan juga mengarahkan seseorang untuk membeli (Jefkins, 1982: 111 dalam
Hartono,2000:65-66). Pengertian iklan tersebut dipakai sebagai dasar analisis penelitian
ini.Dengan demikian iklan dapat dibatasi sebagai bentuk-bentuk komunikasi non-personal untuk
menyampaikan pesan yang menawarkan suatu produk barang/ jasa yangditujukan kepada
masyarakat melalui suatu media. Dengan kata lain, iklan merupakan salah satu sarana
penghubung (connecting tool) antara produsen dan konsumen.
4. METODOLOGI PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek penulisan ini adalah etika bisnis pada perusahaan iklan
Data yang digunakan
Data yang digunakan adalah data langsung dari perusahaan tempat penulis bekerja dan data
sekunder yaitu data yang diperoleh penulis secara tidak langsung (melalui media perantara).
Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data menggunakan studi lapangan dan kepustakaan yaitu mengadakan
penelaahan terhadap pengaplikasian pada kegiatan yang terjadi dan berjalan pada perusahaan
dan buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya
dengan masalah yang dipecahkan serta menggunakan metode searching di internet, yaitu
dengan membaca referensi-referensi berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam tugas ini.
5. PEMBAHASAN
6. 6
5.1 PRINSIP ETIKA BISNIS
Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis yang baik sesungguhnya tidak bisa
dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia, dan prinsip-prinsip ini sangat erat terkait dengan
sistem nilai yang dianut oleh masing-masing masyarakat.Sonny Keraf (1998) menjelaskan,
bahwa prinsip etika bisnis sebagai berikut;
1. Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas
keputusan yang diambil.
2. Prinsip Kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskankejujuran karena
kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (missal,kejujuran dalam pelaksanaan
kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujurandalam hubungan kerja dan lain-lain).
3. Prinsip Keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuanyang sesuai
dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang bolehdirugikan haknya.
4. Prinsip Saling Mengutungkan, agar semua pihak berusaha untuk salingmenguntungkan,
demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.
5. Prinsip Integritas Moral, prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para pelaku
bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar tetap
dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik
Dari berbagai pandangan tentang etika bisnis, beberapa indikator yang dapat dipakai untuk
menyatakan apakah seseorang dan suatu perusahaan telah melaksanakan etika bisnis dalam
kegiatan usahanya antara lain adalah indikator ekonomi, indikator peraturan khusus yang berlaku,
indikator hukum, indikator ajaran agama, indikator budaya dan indikator etik dari masing-masing
pelaku bisnis.
1. Indikator Etika bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis telah
melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara efisien tanpa
merugikan masyarakat lain.
2. Indikator etika bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan indikator ini
seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya apabila masing-masing pelaku
bisnis mematuhi aturan-aturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.
3. Indikator etika bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hukum seseorang atau suatu
perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis apabila seseorang pelaku bisnis atau
suatu perusahaan telah mematuhi segala norma hukum yang berlaku dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya.
4. Indikator etika berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika bilamana dalam
pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai- nilai ajaran agama yang dianutnya.
7. 7
5. Indikator etika berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara individu maupun
kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan mengakomodasi nilai-nilai budaya
dan adat istiadat yang ada disekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
6. Indikator etika bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masing-masing pelaku
bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.
5.2 ETIKA PERIKLANAN
Perusahaan akan melakukan aktivitas pemasaran dalam menjalankan roda bisnisnya. Aktivitas
pemasaran muncul dalam semua bentuk. Dalam literatur, Manajemen Pemasaran
(Koller&Kotler), McCarthy mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas ini sebagai sarana bauran
pemasaran dari empat jenis yang luas, yang disebutnya sebagai 4P dari pemasaran. 4P terdiri dari
produk (product ), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion).Perusahaan harus
melakukan bauran pemasaran ini agar produknya bisa sampai kepada konsumen. Perusahaan
harus memperhatikan produk yang dijual baik, produk dijual pada tempat yang tepat dan harga
yang tepat, serta promosi produk yang cocok.
Sasaran dari promosi adalah meningkatkan penjualan, memelihara atau meningkatkan pangsa
pasar, menciptakan atau meningkatkan pengenalan merk, menciptakan iklim yang
menguntungkan untuk penjualan mendatang, menginformasikan dan mengedukasi pasar, serta
menciptakan keuntungan kompetitif. Media promosi meliputi iklan, penjualan langsung, sales
promotion, public relation dan publisitas, personal selling dan iklan secara online.
Ada dua pendekatan dalam melakukan promosi sebuah produk, yaitu above the line dan below
the line Promosi above the line, biasanya merupakan bentuk yang biasa dalam mengiklankan
sebuah produk. Media promosi ini meliputi surat kabar, majalah, televisi, film, radio, papan
reklame. Tipe ini dapat menjangkau untuk konsumen yang lebih luas, namun biasanya
membutuhkan biaya yang lebih mahal dan sulit juga untuk mengetahui efektivitas dari pesan
yang dibawa. Promosi below the line merupakan cara promosi yang memungkinkan untuk
berkomunikasi langsung dengan konsumen dan lebih terarah obyek promosinya.
Dapat disimpulkan bahwa iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari pada
informasi tentang keunggulan suatu produk sehingga mengubah pikiran konsumen untuk
melakukan pembelian. Iklan berfungsi sebagai pemberi informasi tentang produk yang
ditawarkan dipasar dan juga sebagai pembentuk pendapat umum tentang sebuah produk. Sebagai
pemberi informasi, maka diharapkan informasi yang diharapkan adalah informasi yang jelas,
benar dan jujur sesuai dengan hak konsumen yang terdapat pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 tahun 1999. Perusahaaan dalam menetapkan sebuah keputusan untuk memilih
jenis iklan yang dibutuhkan, harus mempertimbangkan 5 M dalam dunia periklanan 5 M tersebut
adalah :
8. 8
Mision
Kita harus mengetahui tujuan dari penjualan dan sasaran dari iklan tersebut.
Money
Hal ini terkait dengan harapan dalam product life cyle-nya , pangsa pasar, dan basis
konsumen, suasana kompetisi, frekuensi iklan, kemampuan substitusi produk
Message
Pemunculan pesan, evaluasi, dan seleksi pesan, pelaksanaan pesan, dan review tanggung
jawab sosial.
Media
Terkait dengan jangkauan, frekuensi, dampak, tipe media mayoritas, waktu iklan
Measurement
Terkait dengan dampak komunikasi dan dampak penjualan
Dalam periklanan kita tidak dapat lepas dari etika. Dimana di dalam iklan itu sendiri mencakup
pokok-pokok bahasan yang menyangkut reaksi kritis masyarakat Indonesia tentang iklan yang
dapat dipandang sebagai kasus etika periklanan. Iklan mempunyai unsur promosi, merayu
konsumen, iklan ingin mengiming-imingi calon pembeli. Karena itu bahasa periklanan
mempergunakan retorika sendiri. Masalah manipulasi yang utama berkaitan dengan segi
persuasive dari iklan (tapi tidak terlepas juga dari segi informatifnya). Karena dimanipulasi,
seseorang mengikuti motivasi yang tidak berasal dari dirinya sendiri, tapi ditanamkan dalam
dirinya dari luar. Maka di dalam bisnis periklanan perlulah adanya kontrol tepat yang dapat
mengimbangi kerawanan tersebut
Aktivitas periklanan (advertising) menjadi salah satu hal yang penting dilakukan perusahaan
demi meningkatkan penjulan dari produknya. Promosi dilakukan dengan strategi yang tepat agar
target penjualan didapatkan semaksimal mungkin.
Branding atau merk juga merupakan hal penting dalam aktivitas sebuah perusahaan untuk
mencapai target penjulan. Dengan penempatan merk yang baik maka akan mendukung sebuah
periklanan yang dibuat dan pada akhirnya meningkatkan target penjualan.
Bisnis yang baik adalah bisnis yang menghasilkan untung, dan diperbolehkan oleh sistem hukum,
serta sesuai moral. Beriklan adalah salah satu proses bisnis, sehingga dalam beriklan pun harus
mematuhi hukum dan sesuai moral. Etika yang baik dalam periklanan sesuai dengan aturan
hukum contohnya adalah mematuhi segala regulasi yang ada seperti yang diatur dalam Etika
Pariwara Indonesia (EPI) .Sebagai masyarakat kita harus memahami regulasi mengenai
periklanan apakah sudah sesuai hukum yang berlaku atau belum, maupun sudah sesuai moralkah
iklan yang ada. Masyarakat harus proaktif untuk melaporkan setiap pelanggaran yang ada,
sehingga terjadi check and balances.
Asas utama periklanan di dalam kitab Etika Pariwara Indonesia, disebutkan 3 asas utama
periklanan; yaitu:
9. 9
Iklan dan pelaku periklanan harus:
Jujur, benar, dan bertanggungjawab.
Bersaing secara sehat.
Melindungi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, negara, dan
golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Menurut Cunningham (1999) Etika periklanan didefinisikan sebagai apa yang benar atau baik
dalam melakukan fungsi periklanannya. Hal ini berhubungan dengan pertanyaan apa yang
seharusnya dilakukan, bukanhanya dengan secara hukum dilakukan. (Drumwright, 2009) Ini
sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen dimana salah satu hak konsumen adalah mendapatkan informasi yang jelas, benar dan
jujur. Iklan-iklan yang beredar di tengah-tengah masyarakat terkadang ada yang menyalahi nilai-
nilai etika di masyarakat. Aturan-aturan mengenai etika periklanan sudah tercantum dalam Etika
Pariwara Indonesia. Yang terbaru adalah hasil amandemen 2014. Tata krama dalam periklanan
sesuai Etika Pariwara Indonesia, hasil amandemen 2014 meliputiisi iklan, ragam iklan, pemeran
iklan, wahana iklan.
Hal-hal yang diatur dalam isi iklan adalah hak kekayaan intelektual; bahasa; tanda asteris (*);
pencantuman harga; garansi; janji pengembalian uang; budaya; rasa takut; dan takhayul
; kekerasan; keselamatan; perlindungan hak-hak pribadi; hiperbolisasi; waktu tenggang;
penampilan pangan; penampilan uang; kesaksian konsumen; anjuran (endorsement);
perbandingan; perbandingan harga; merendahkan; peniruan; istilah ilmiah dan statistik; ketiadaan
produk; ketaktersediaan hadiah; syarat dan ketentuan; pornografi dan pornoaksi; manfaat produk;
dan khalayak anak.
Ragam iklan yang diatur adalah minuman keras, rokok dan produk tembakau, obat-obatan,
produk pangan, vitamin, mineral dan suplemen, produk peningkatan kemampuan seks, kosmetika
dan produk perawatan tubuh, alat dan perlengkapan kesehatan di rumah tangga, dll.
Etika memiliki beberapa sifat dasar yang berlaku universal, yaitu:
Punya nilai moral (baik buruk, benar salah)
Punya nilai sosial (melindungi kepentingan orang yang lebih banyak)
Bersifat relati (sesuatu yang dianggap baik/ benar pada kelompok/ era tertentu belum tentu
baik/ benar pada kelompok/ era lainnya)
Buatan manusia (dibuat karena suatu kebutuhan untuk mengatur perilaku sesama demi
kepentingan masyarakat banyak)
Melestarikan tujuan bersama (kelanggengan eksistensi kebersamaan untuk mencapai tujuan
kelompok)
10. 10
Dalam Etika Pariwara Indonesia (EPI) disepakati Organisasi Periklanan dan Media Massa,
berikut ini kutipan beberapa etika periklanan yang terdapat dalam kitab EPI.
Tata Krama Isi Iklan
1. Hak Cipta: Penggunaan materi yang bukan milik sendiri, harus atas ijin tertulis dari pemilik
atau pemegang merek yang sah.
2. Bahasa:
a) Iklan harus disajikan dalam bahasa yang bisa dipahami oleh khalayak sasarannya, dan
tidak menggunakan persandian (enkripsi) yang dapat menimbulkan penafsiran selain
dari yang dimaksudkan oleh perancang pesan iklan tersebut.
b) Tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti “paling”, “nomor satu”, ”top”,
atau kata-kata berawalan “ter“.
c) Penggunaan kata ”100%”, ”murni”, ”asli” untuk menyatakan sesuatu kandungan harus
dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang
otentik.
d) Penggunaan kata ”halal” dalam iklan hanya dapat dilakukan oleh produk-produk yang
sudah memperoleh sertifikat resmi dari Majelis Ulama Indonesia, atau lembaga yang
berwenang.
3. Tanda Asteris (*):
a) Tanda asteris tidak boleh digunakan untuk menyembunyikan, menyesatkan,
membingungkan atau membohongi khalayak tentang kualitas, kinerja, atau harga
sebenarnya dari produk yang diiklankan, ataupun tentang ketidaktersediaan sesuatu
produk.
b) Tanda asteris hanya boleh digunakan untuk memberi penjelasan lebih rinci atau
sumber dari sesuatu pernyataan yang bertanda tersebut.
4. Penggunaan Kata ”Satu-satunya”: Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata “satusatunya”
atau yang bermakna sama, tanpa secara khas menyebutkan dalam hal apa produk tersebut
menjadi yang satu-satunya dan hal tersebut harus dapat dibuktikan dan
dipertanggungjawabkan.
5. Pemakaian Kata “Gratis”: Kata “gratis” atau kata lain yang bermakna sama tidak boleh
dicantumkan dalam iklan, bila ternyata konsumen harus membayar biaya lain. Biaya
pengiriman yang dikenakan kepada konsumen juga harus dicantumkan dengan jelas.
6. Pencantum Harga: Jika harga sesuatu produk dicantumkan dalam iklan, maka ia harus
ditampakkan dengan jelas, sehingga konsumen mengetahui apa yang akan diperolehnya
dengan harga tersebut.
7. Garansi: Jika suatu iklan mencantumkan garansi atau jaminan atas mutu suatu produk, maka
dasar-dasar jaminannya harus dapat dipertanggung- jawabkan.
8. Janji Pengembalian Uang (warranty):
11. 11
Syarat-syarat pengembalian uang tersebut harus dinyatakan secara jelas dan lengkap,
antara lain jenis kerusakan atau kekurangan yang dijamin, dan jangka waktu berlakunya
pengembalian uang.
Pengiklan wajib mengembalikan uang konsumen sesuai janji yang telah diiklankannya.
9. Rasa Takut dan Takhayul: Iklan tidak boleh menimbulkan atau mempermainkan rasa takut,
maupun memanfaatkan kepercayaan orang terhadap takhayul, kecuali untuk tujuan positif.
10. Kekerasan: Iklan tidak boleh – langsung maupun tidak langsung -menampilkan adegan
kekerasan yang merangsang atau memberi kesan membenarkan terjadinya tindakan
kekerasan.
11. Keselamatan: Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang mengabaikan segi-segi
keselamatan, utamanya jika ia tidak berkaitan dengan produk yang diiklankan.
12. Perlindungan Hak-hak Pribadi: Iklan tidak boleh menampilkan atau melibatkan seseorang
tanpa terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari yang bersangkutan, kecuali dalam
penampilan yang bersifat massal, atau sekadar sebagai latar, sepanjang penampilan tersebut
tidak merugikan yang bersangkutan.
13. Hiperbolisasi: Boleh dilakukan sepanjang ia semata-mata dimaksudkan sebagai penarik
perhatian atau humor yang secara sangat jelas berlebihan atau tidak masuk akal, sehingga
tidak menimbulkan salah persepsi dari khalayak yang disasarnya.
14. Waktu Tenggang (elapse time): Iklan yang menampilkan adegan hasil atau efek dari
penggunaan produk dalam jangka waktu tertentu, harus jelas mengungkapkan memadainya
rentang waktu tersebut.
15. Penampilan Pangan: Iklan tidak boleh menampilkan penyia-nyiaan, pemborosan, atau
perlakuan yang tidak pantas lain terhadap makanan atau minuman.
16. Penampilan Uang:
Penampilan dan perlakuan terhadap uang dalam iklan haruslah sesuai dengan norma-
norma kepatutan, dalam pengertian tidak mengesankan pemujaan ataupun pelecehan yang
berlebihan.
Iklan tidak boleh menampilkan uang sedemikian rupa sehingga merangsang orang untuk
memperolehnya dengan cara-cara yang tidak sah.
Iklan pada media cetak tidak boleh menampilkan uang dalam format frontal dan skala 1:1,
berwarna ataupun hitam-putih.
Penampilan uang pada media visual harus disertai dengan tanda “specimen” yang dapat
terlihat Jelas.
17. Kesaksian Konsumen (testimony):
Pemberian kesaksian hanya dapat dilakukan atas nama perorangan, bukan mewakili
lembaga, kelompok, golongan, atau masyarakat luas.
Kesaksian konsumen harus merupakan kejadian yang benar-benar dialami, tanpa maksud
untuk melebih-lebihkannya.
Kesaksian konsumen harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditanda
tangani oleh konsumen tersebut.
12. 12
Identitas dan alamat pemberi kesaksian jika diminta oleh lembaga penegak etika, harus
dapat diberikan secara lengkap. Pemberi kesaksian pun harus dapat dihubungi pada hari
dan jam kantor biasa.
18. Anjuran (endorsement):
Pernyataan, klaim atau janji yang diberikan harus terkait dengan kompetensi yang
dimiliki oleh penganjur.
Pemberian anjuran hanya dapat dilakukan oleh individu, tidak diperbolehkan
mewakili lembaga, kelompok, golongan, atau masyarakat luas.
19. Perbandingan:
Perbandingan langsung dapat dilakukan, namun hanya terhadap aspek-aspek teknis
produk, dan dengan kriteria yang tepat sama.
Jika perbandingan langsung menampilkan data riset, maka metodologi, sumber dan
waktu penelitiannya harus diungkapkan secara jelas. Pengggunaan data riset tersebut
harus sudah memperoleh persetujuan atau verifikasi dari organisasi penyelenggara
riset tersebut.
Perbandingan tak langsung harus didasarkan pada kriteria yang tidak menyesatkan
khalayak.
20. Perbandingan Harga: Hanya dapat dilakukan terhadap efisiensi dan kemanfaatan penggunaan
produk, dan harus diserta dengan penjelasan atau penalaran yang memadai.
21. Merendahkan: Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak
langsung.
22. Peniruan:
a) Iklan tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk pesaing sedemikian rupa sehingga
dapat merendahkan produk pesaing, ataupun menyesatkan atau membingungkan
khalayak. Peniruan tersebut meliputi baik ide dasar, konsep atau alur cerita, setting,
komposisi musik maupun eksekusi. Dalam pengertian eksekusi termasuk model,
kemasan, bentuk merek, logo, judul atau subjudul, slogan, komposisi huruf dan gambar,
komposisi musik baik melodi maupun lirik, ikon atau atribut khas lain, dan properti.
b) Iklan tidak boleh meniru ikon atau atribut khas yang telah lebih dulu digunakan oleh
sesuatu iklan produk pesaing dan masih digunakan hingga kurun dua tahun terakhir.
23. Istilah Ilmiah dan Statistik: Iklan tidak boleh menyalahgunakan istilah-istilah ilmiah dan
statistik untuk menyesatkan khalayak, atau menciptakan kesan yang berlebihan.
24. Ketiadaan Produk: Iklan hanya boleh dimediakan jika telah ada kepastian tentang tersedianya
produk yang diiklankan tersebut.
25. Ketaktersediaan Hadiah: Iklan tidak boleh menyatakan “selama persediaan masih ada” atau
kata-kata lain yang bermakna sama.
26. Pornografi dan Pornoaksi: Iklan tidak boleh mengeksploitasi erotisme atau seksualitas dengan
cara apa pun, dan untuk tujuan atau alasan apa pun.
27. Khalayak Anak-anak:
13. 13
a) Iklan yang ditujukan kepada khalayak anakanak tidak boleh menampilkan hal-hal
yang dapat mengganggu atau merusak jasmani dan rohani mereka, memanfaatkan
kemudahpercayaan, kekurangpengalaman, atau kepolosan mereka.
b) Film iklan yang ditujukan kepada, atau tampil pada segmen waktu siaran khalayak
anakanak dan menampilkan adegan kekerasan, aktivitas seksual, bahasa yang tidak
pantas, dan atau dialog yang sulit wajib mencantumkan kata-kata
“BimbinganOrangtua” atau simbol yang bermakna sama.
Selain mengatur Tata Krama Isi Iklan EPI juga mengatur:
1. Tata Krama Ragam Iklan
Iklan minuman keras maupun gerainya hanya boleh disiarkan di media nonmassa; Iklan
rokok tidak boleh dimuat pada media periklanan yang sasaran utama khalayaknya berusia di
bawah 17 tahun; dll. Contohnya adalah pemasangan papan reklame untuk iklan rokok
dilarang untuk pada lokasi lokasi yang berdekatan dengan sekolah.
2. Tata Krama Pemeran Iklan
Iklan tidak boleh memperlihatkan anak-anak dalam adegan-adegan yang berbahaya ; Iklan
tidak boleh melecehkan, mengeksploitasi, mengobyekkan, atau mengornamenkan perempuan
sehingga memberi kesan yang merendahkan kodrat, harkat, dan martabat mereka; dll.
3. Tata Krama Wahana Iklan
Iklan untuk berlangganan apa pun melalui SMS harus juga mencantumkan cara untuk
berhenti berlangganan secara jelas, mudah dan cepat; Iklan-iklan rokok dan produk khusus
dewasa hanya boleh disiarkan mulai pukul 21.30 hingga pukul 05.00 waktu setempat, dll
Etika Periklanan diperlukan dalam mengatur perilaku individu agar lebih mengutamakan
kepentingan orang banyak, sedangkan aktivitas periklanan suatu dampak sosial budaya dan
ekonomi tertentu bagi khalayaknya. Sebab itu agar dampaknya tidak negatif, maka diperlukan
pengaturan membuat iklan itu tidak semena- mena baik berita dan gambarnya harus mengacu
nilai moralitas yang berlaku pada kalangan masyarakat.
Ciri-ciri iklan yang baik
1. Etis
Etis yang dimaksudkan adalah berkaitan dengan kepantasan.
Contohnya apakah gambar yang ditayangkan pantas untuk ditayangkan di area umum.
2. Estetis
Berkaitan dengan kelayakan (target market, target audiennya, kapan harus ditayangkan?).
14. 14
Contohnya tayangan gambar yang berkaitan dengan bola dipasang saat demam piala
dunia
3. Artistik
Gambar yang ditayangkan bernilai seni sehingga mengundang daya tarik khalayak.
ETIKA PERIKLANAN SECARA UMUM
1. Jujur : tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan kondisi produk
2. Tidak memicu konflik SARA
3. Tidak mengandung pornografi
4. Tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
5. Tidak melanggar etika bisnis, ex: saling menjatuhkan produk tertentu dan sebagainya.
6. Tidak plagiat
Beberapa contoh penerapan Etika dalam Perusahaan Periklanan adalah
Iklan rokok: Tidak menampakkan secara eksplisit orang merokok.
Iklan pembalut wanita: Tidak memperlihatkan secara realistis dengan memperlihatkan
daerah kepribadian wanita tersebut
Iklan sabun mandi: Tidak dengan memperlihatkan orang mandi secara utuh.
Sanksi Pelanggaran
Sanksi hukum terhadap pelanggaran etika periklanan di Indonesia tercantum dalam Undang
Undang Republik Indonesia No. 8/1999 tentang perlindungan konsumen pasal 17 ayat 1.f yang
berbunyi: “pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang melanggar etika dan atau
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai periklanan”. Sanksi pelanggaran terhadap
terhadap etika periklanan menurut undang-undang tersebut pada pasal 17 ayat 2 dinyatakan
bahwa pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah melanggar
ketentuan ayat 1. Sedangkan pada pasal 62 ayat 3 undang undang yang sama menyebutkan bahwa
pelanggar dapat dikenakan sanksi berupa pidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun
atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00[10].
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Aktivitas periklanan (advertising) menjadi salah satu hal yang penting dilakukan perusahaan
demi meningkatkan penjulan dari produknya. Promosi dilakukan dengan strategi yang tepat agar
target penjualan didapatkan semaksimal mungkin.
15. 15
Branding atau merk juga merupakan hal penting dalam aktivitas sebuah perusahaan untuk
mencapai target penjulan. Dengan penempatan merk yang baik maka akan mendukung sebuah
periklanan yang dibuat dan pada akhirnya meningkatkan target penjualan.
Bisnis yang baik adalah bisnis yang menghasilkan untung, dan diperbolehkan oleh sistem hukum,
serta sesuai moral. Beriklan adalah salah satu proses bisnis, sehingga dalam beriklan pun harus
mematuhi hukum dan sesuai moral. Etika yang baik dalam periklanan sesuai dengan aturan
hukum contohnya adalah mematuhi segala regulasi yang ada seperti yang diatur dalam Etika
Pariwara Indonesia (EPI) .Sebagai masyarakat kita harus memahami regulasi mengenai
periklanan apakah sudah sesuai hukum yang berlaku atau belum, maupun sudah sesuai moralkah
iklan yang ada. Masyarakat harus proaktif untuk melaporkan setiap pelanggaran yang ada,
sehingga terjadi check and balances.
Sanksi pelanggaran periklanan diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 8/1999
tentang perlindungan konsumen pasal 17 ayat 1.f yang berbunyi: “pelaku usaha periklanan
dilarang memproduksi iklan yang melanggar etika dan atau ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai periklanan”.
6.2 SARAN
Regulasi terhadap dunia periklanan harus benar-benar tersosialisasi kepada pelaku bisnis maupun
masyarakat sebagaikonsumennya. Dengan adanya regulasi yang dipahami kedua belahpihak,
maka proses etika dalam berbisnis akan tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Sonny,1998. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta : Kanisius
Annonim,2015,http://www.academia.edu/8398801/makalah_etika_bisnis (10 April 2017 jam
21.00)
Annonim,2013,http://aloupe.blogspot.co.id/2013/01/etika-bisnis-pemasaran-produk.html (10
April 2017, jam 21.00)
Kotler,Philip dan Kevin Lane Keller,. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisike 13, Jilid
1.Jakarta:Penerbit Erlangga.
Anonim,2014 http://rohimahs33.blogspot.co.id/2014/08/etika-bisnis-periklanan.html (10 April
jam 21.00)
Anonim,2013, http://kusmianto.mhs.narotama.ac.id/2013/11/15/tugas-etika-bisnis-periklanan (10
April 2017, jam 21.00)