Presented by Agus Andrianto and Heru Komarudin, CIFOR-ICRAF at GCRF Trade Hub Webinar - Towards global green deals: Sustainable trade in palm oil, coffee and songbirds in Indonesia on 20 January 2022.
2. Kebun sawit swadaya: ’Too big to fail’
Luas perkebunan sawit nasional: 16,4 juta ha (2019)
Sawit rakyat mencapai 41% dari total kebun
Rantai ekonomi sawit rakyat berperan signifikan
Sumber: Kementerian Pertanian (2018)
Smallholders
35%
State-owned
company
5%
Private
company
60%
Produksi
Smallholders
41%
State-owned
company
4%
Private
company
55%
Luas kebun
-
5
10
15
20
25
30
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018
Produksi
(juta
ton)
Luas
(Juta
ha)
Luas PR Luas PBN Luas PBS
Produksi PR Produksi PBN Produksi PBS
3. Kebun sawit swadaya
Kab. Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah
Luas kebun sawit: 274.018 ha
20% berkontribusi pada PDRB kabupaten
Kebun sawit rakyat
• Luas: 42.700 ha (16%)
• Tersebar hampir di semua desa
• Jumlah pekebun: 14.225 keluarga
4. Memahami tipologi pekebun swadaya
• Tipologi → cluster analysis (15 variable)
• asset, social capital, keuangan, tenaga kerja
• Kinerja keberlanjutan → index composit
• Property right, Ekonomi, Pengelolaan kebun, Ekologi
Kinerja
Keberlanjuta
n Kebun
Swadaya
Hak
Kepemilikan
HPI 1.1
Legalitas Formal
KPI 1.1.1_Lgalitas lahan
KPI 1.1.2_ Registerasi kebun /STDB
HPI 1.2
Kesesuaian lahan
KPI 1.2.1_Kesesuaian lahan kawasan hutan
KPI 1.2.2_Kesesuaian kawasan lindung gambut
HP 1.3
Ikatan Sosial
KPI 1.3.1_Pengakuan dan
konflik
KPI 1.3.2_Keanggotaan kelembagaan pekebun
Ekonomi
HPI 2.1
Produktivitas
KPI 2.1.1_Produktivitaas
HPI 2.2
Pemasaran
KPI 2.2.1_Pemasaran tandan buah segar
KPI 2.2.2_Harga jual
tbs
KPI 2.2.3_Pembeli dan rantai pasar
Pengelolaan
Kebun
HPI 3.1
Perbenihan
KPI 3.1.1_Sumber benih
KPI 3.1.2_Varietas tanaman
HPI 3.2
Keleola Kebun
Terbaik
KPI 3.2.1_Pola tanam
KPI 3.2.2_Kondisi jalur panen
KPI 3.2.3_Pengelolaan pasar mati
KPI 3.2.4_Pengelolaan piringan
tanaman
KPI 3.2.5_Buah
busuk
KPI 3.2.6_Kutip brondolan
KPI 3.2.7_Pelaksanaan prunning
KPI 3.2.8_Populasi dan kesehatan
pohon
Ekologi
HPI 4.1
Lanskap asal
KPI 4.1.1_Trajecktori
lanskap
HPI 4.2 Air
KPI 4.2.1_Konservasi air
KPI 4.2.2_Bencana banjir
HPI 4.3
Hara Tanah
KPI 4.3.1_Konservasi tanah
KPI 4.3.2_Kekurangan hara tanah unsur Phospor (P)
KPI 4.3.3_Kekurangan hara tanah unsur Kalium (K)
KPI 4.3.4_Kekuranaan hara taha unsur Magnesium (Mg)
KPI 4.3.5_Kekurangan hara tan unsur Boron
(Br)
HPI 4.4
Kebakaran
KPI 4.4.1_Penggunaan api
5. Memahami tipologi & sustainability
Tipologi
Proporsi
tipologi (%)
Proporsi luas
kepemilikan (%)
1 Pekerja Migran 17,7 13
2 Pekebun Perintis 19,5 15
3 Pengusaha kebun 12,8 37
4 Pekebun Elit 15,6 20
5 Petani subsisten 11,7 5
6 Petani migran 22,7 11
Total 100 100%
• Pekebun sawit swadaya dapat diklasifikasikan ke
dalam 6 tipologi
• Kelompok dominan: petani migran, pekebun
perintis, dan pekerja migran
• Kelompok minor: petani subsisten, pekebun
elite dan pengusaha kebun
• Meskipun minor, pengusaha kebun menguasai
37% dari total kebun swadaya
• Terdapat gap yg lebar dalam praktek
keberlanjutan kelapa sawit
• Kinerja keberlanjutan terbaik berada pada
pengusaha kebun, sedangkan yg paling rendah
adalah pekebun elite
6. Temuan menarik
• Kepemilikan lahan terbanyak 3-15 ha
• Sebagian besar lahan diperoleh dengan membeli
• Legalitas lahan terbanyak: SKT
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Total T1 T2 T3 T4 T5 T6
Luas kepemilikan lahan
< 3 ha 3 - 15 ha 15 - 50 ha di atas 50 ha
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Total T1 T2 T3 T4 T5 T6
Legalitas lahan
SKT SKGR SHM Tidak ada
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Total T1 T2 T3 T4 T5 T6
Riwayat kebun
warisan beli plot sawit
beli plot belum ditanam sawit dari pemerintah
7. Temuan menarik
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Total T1 T2 T3 T4 T5 T6
Kelembagaan pekebun
ya tidak
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Total T1 T2 T3 T4 T5 T6
Domisili pekebun luar propinsi
luar kabupaten, satu propinsi
luar kecamatan, satu
kabupaten
di luar desa, satu kecamatan
di desa
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Total T1 T2 T3 T4 T5 T6
Tenaga kerja luar
pemanenan prunning weeding pupuk pengelolaan harian tidak ada kombinasi
• Kurang dari 20% pekebun yg terlibat dalam
kelompok pekebun
• Sekitar 40% tidak berdomisili di desa yg sama
dengan plot kebun
• Semua pekebun menggunakan jasa tenaga kerja
diluar rumah tangga
8. Aspek pembelajaran
• Kebun sawit swadaya terus berkembang sebagai indikasi sinyal
ekonomi positif untuk investasi di perkebunan sawit
• Secara umum legalitas lahan dan kebun kurang mendapat perhatian
• Lembaga pekebun tidak berkembang → Sinyal kelembagaan negatif
(e.g. kurang manfaat, aturan main tidak jelas dan kuat)
• Interaksi:
• Intra tipologi → solidaritas relatif kuat
• inter tipologi → melihat peluang/kesempatan/memanfaatkan
• Setiap tipologi dalam sistem pasar: bervariasi (client,
egaliter/setara)
• Terdapat variasi gap dengan praktek keberlanjutan →
mengindikasikan terbatasnya pemahaman dan kemampuan
mengadopsi konsep keberlanjutan
9. Dari tipologi menuju business case
Kab. Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah
• Jumlah pengepul: 2-5 pengepul di setiap desa
• penyedia saprodi disetiap desa
• Serapan tenaga kerja: > 10.000 HOK/hari
• 13% dari gap pasokan TBS di Kotawaringin Barat
berasal dari pekebun swadaya
• Pekebun swadaya bagian dari perdagangan sawit global
• Besarnya tuntutan pemenuhan standar produksi dan
perdagangan sawit yang berkelanjutan (global/NDPE,
RSPO, nasional/ISPO)
• Permasalahan utama pekebun sawit swadaya:
• Struktural
• Kegagalan mekanisme pasar sempurna
• Ketiadaan kelembagaan pekebun
• Kurangnya insentif dan lemahnya penegakan
peraturan
• Perlu mendorong praktek perkebunan dan perdagangan
berkelanjutan untuk pekebun swadaya melalui
pengembangan business case