Dokumen tersebut membahas tentang teknik pengamatan, pencegahan, dan pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Metode pengamatan mencakup pengamatan kualitatif dan kuantitatif secara tetap atau berkeliling. Pengendalian dilakukan secara preemptif dan responsif, termasuk menggunakan agen hayati untuk hama seperti wereng batang coklat.
2. PENDAHULUAN
• Berdasarkan UU Nomor 12 Tahun1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman, setiap pengendalian OPT dilaksanakan dengan penerapan
Pengendalian Hama Terpadu.
• Pengamatan merupakan kegiatan yang sangat penting dan mendasar
dalam penerapan PHT terasebut, karena dari pengamatan dapat diperoleh
informasi tentang jenis, padat populasi dan serangan OPT. Faktor-faktor
lain yang mempengaruhi perkembangan OPT juga diamati antara lain
Iklim dan Bencana Alam
• Informasi hasil pengamatan selanjutnya dilaporkan untuk dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam penyususnan strategi/teknik
pengendalian OPT sesuai konsep PHT dan bahan rekomendasi tindakan
pengendalian yang harus diambil apabila piopulasi melampaui ambang
kendali yang dapat merugikan secara ekonomi.
3. PENGAMATAN
• ADALAH Kegiatan Perhitungan Dan Pengumpulan Informasi
Tentang Keadaan Populasi Atau Tingkat Serangan Opt Dan Faktor-
faktor Yang Mempengaruhinya Pada Tempat Dan Waktu Tertentu.
• PENGAMATAN MENGACU PADA TUJUANNYA
(PURPOSIVE) Dalam hal ini adalah untuk pelaporan yang akan
dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi dan perencanaan
perlindungan tanaman
• TEKNIK PENGAMATAN (OBSERVATION)
merupakan metode pengumpulan data dengan
cara melakukan pengamatan secara langsung
kepada objek yang diteliti sehingga dapat
dipahami cara kerja sistem yang berjalan.
4. METODE PENGAMATAN
• Berdasarkan sifatnya
Pengamatan Kualitatif : digunakan hanya untuk menyusun
laporan keadaan serangan OPT disuatu wilayahtertentu
Pengamatan Kuantitatif: digunakan untuk mengambil keputusan
pengendalian
• Berdasarkan kekerapannya
Pengamatan Tetap
Pengamatan keliling
• Berdasarkan jumlah sampel
5. Metode pengambilan sample
Terdapat 4 hal yang harus dipertimbangkan untuk menentukan besarnya sampel yaitu :
Tingkat keseragaman dari populasi. Semakin homogen populasi, akan semakin kecil sampel yang diambil.
Tingkat presisi (ketepatan, ketelitian) : semakin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, maka akan semakin besar
anggota sampel yang harus diambil.
Rencana analisis; Terkadang jumlah sampel masih belum mencukupi kebutuhan analisis, sehingga mungkin
diperlukan sampel yang lebih besar lagi.
Teknik penentuan sampel yang digunakan
Penentuan ukuran sampel dipengaruhi oleh teknik penentuan sampel yang digunakan. Jika teknik yang digunakan tepat
dan representatif, maka sampel juga terjaga. Teknik ini juga tergantung pada biaya, tenaga, dan waktu yang disediakan.
Teknik pengambilan sampel
Secara Acak (Random)
Acak Sederhana
Acak Kelompok
Acak Sistematis
Acak berlapis
Acak Bertingkat
Terpilih (purposive)
Wilayahnya luas, pengamatan ekstensif, kondisi ling
kungan yang sama, perlakuan yang sama
6. • Semua organisme yang dapat merusak,
mengganggu kehidupan atau menyebabkan
kematian tumbuhan.
• OPT terdiri dari :
HAMA
PENYAKIT dan
GULMA
8. LALAT BIBIT
Gejala :
Larva lalat bibit/lalat semai bergerak masuk ke dalam titik
tumbuh dan menggigit dasar daun dan titik tumbuh.
akibatnya adalah titik tumbuh mulai membusuk dan
jaringan lain pun ikut membusuk. massa yang membusuk
ini merupakan pakan yang cocok untuk larva. Larva
memerlukan banyak air hingga serangnya banyak terjadi
pada waktu musim hujan (kelembaban tinggi).
Gejala kerusakan akan nampak berupa bercak-bercak
kuning yang dapat dilihat di sepanjang tepi daun yang
baru muncul dan daun yang terserang mengalami
perubahan bentuk.
Larva mmenyerang pada bagian antara helai daun dan
pangkal tempat menempelnya daun. Larva juga
menyerang titik tumbuh dengan suplai makanan tinggi.
Akibat serangan larva tanaman padi menjadi seperti
tanaman bawang,
9. KONDISI LAPANGAN
• PETANI MENANAM DALAM KONDISI SAWAH
TERGENANG KARENA TAKUT SERANGAN TIKUS =
GERDAL PRA TANAM TIKUS
• BENIH YANG TIDAK TUMBUH (MENJADI BUSUK)
DISUKAI LARVA LALAT BIBIT = SELEKSI BENIH =
TABELA KERING
• PERLU SEED TREATMENT
11. FAKTA BIOLOGI TIKUS
PAKAN TIKUS
• Pemakan segala (omnivora)
• Utamanya serealia (biji-bijian)
Jumlah konsumsi pakan:
10% bobot tubuh (tikus)
20% bobot tubuh (mencit)
Minum:
15 – 30 ml/hari (tikus)
3 ml/hari (mencit)
PERILAKU MAKAN TIKUS
Proses mengenali dan mencicipi makanan
(tikus tidak dapat muntah)
Pre-baiting pada racun akut
Tidak perlu pre baiting untuk racun kronis
Neo phobia takut pada benda baru
Bait shyness jera umpan
Poison shyness jera racun
Trap hyness jera perangkap
Hoarding menyimpan
makanan
12. FAKTA SOSIALTIKUS
Merawat tikus lain dalam kelompoknya yang sedang sakit atau terluka
Tanpa persahabatan dengan tikus lain, seekor tikus merasa kesepian dan depresi
Merasakan bahagia, maka tikus menggertakkan giginya dan matanya bervibrasi
Membuat suara tertawa saat mereka sedang bermain
Memiliki ingatan yang sangat baik, terutama dalam hal navigasi
Mengalah/menyerah terhadap tekanan sesama tikus
Mengabaikan perilaku pribadi untuk mengikuti perilaku tikus lain
Menyesuaikan diri dgn begitu kuat sehingga tikus akan memilih untuk makan makanan
yang tidak enak, jika mereka bersama tikus lain yang memakannya
Teritorial yaitu menjaga wilayah area kekuasaan yang dilakukan oleh tikus dengan
mengeluarkan tetes-tetes urin
Hierarki yaitu menjaga kerajaan tikus yang umumnya dilakukan oleh tikus indoor
Sosial – tikus lapangan – outdoor (tikus sawah, tikus pohon, tikus got)
Soliter – tikus bangunan – indoor (tikus rumah)
Kendaraan Dewa Ganesha dalam tradisi India
Disembah di Kuil Karni Devi, pendeta dan peziarah memberi
makan sereal dan minum susu
Tikus adalah yang pertama (I) dari 12 hewan zodiak Cina
Orang yang lahir pada tahun ini dianggap memiliki ciri-ciri
yang diasosiasikan dengan tikus, yaitu: kreativitas,
kecerdasan, kejujuran, ambisi, dan kedermawanan
13. FAKTA SOSIAL DAN BIOMORF TIKUS
Ingin tahu, tetapi tikus juga pemalu dan lebih suka menghindar
daripada menghadapi ancaman potensial
Menjaga kebersihan, beberapa jam/hari untuk merawat diri sendiri
(grooming)
• dan anggota kelompoknya
Dibandingkan kelelawar, lebih kecil peluangnya untuk menjadi reservoir
dan menularkan parasit dan patogen
Tahan haus, tanpa minum air dibandingkan dengan mamalia lainnya
Ekor tikus membantunya untuk menyeimbangkan tubuh
(balancing), berkomunikasi, dan mengatur suhu tubuhnya
14. FAKTA BIOLOGI TIKUS
1. Menggali (Digging) Terestrial (footpad kecil, ekor pendek) rerata dalam galian 50
cm, max 200 cm R. argentiventer, R. norvegicus, B. indica., B. bengalensis, M. caroli
2. Memanjat (Climbing) Arboreal (footpad besar, ekor panjang) pohon, tembok, pipa,
kawat, tali tambang R. rattus, R. tanezumi, R. tiomanicus, R. exulans, M.us musculus
3. Melompat (Jumping) 77 cm (vertikal), 240 cm (horizontal)
4. Mengerat (Gnawing) 5.5 skala kekerasan geologi
5. Berenang (Swimming) dan Menyelam (Diving)
50 – 72 jam, 1.4 km/jam (tikus), 0.7 km/jam (mencit)
Menyelam selama 30 detik
KEMAMPUAN INDERA
1. Penglihatan (vision) kurang berkembang, buta warna, < 10 m (Tikus), < 15 m (Mencit)
2. Penciuman (smell) sangat sensitif, predator, kelompok tikus, attractant, repellent
3. Pendengaran (hear) sangat sensitif, 40 – 100 kHz (tikus), 20 – 90 kHz (mencit)
4. Perasa (taste) sangat sensitif, 2 ppm (estrogen), 3 ppm (feniltiokarbamid)
5. Peraba (touch) sangat sensitif, misai dan vibrissae, thigmotaksis
15. Wereng Batang Coklat
• Wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) atau yang disingkat WBC merupakan hama
tanaman padi yang paling berbahaya dan merugikan petani karena dapat
mengakibatkan gagal panen.
• WBC juga menjadi vektor bagi penularan penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa.
• Siklus hidup WBC relatif pendek yaitu lebih kurang 35 hari dimana seekor WBC betina
mampu beranak sampai 300 ekor. Kemampuan terbang WBC yang bersayap selama 30
hari bisa mencapai 200 KM.
• WBC dapat menyerang tanaman padi pada semua umur, sehingga pengendaliannya harus
tuntas pada generasi I atau selambat-lambatnya pada generasi II.
• Terjadinya kemarau basah (La-Nina) yang menyebabkan suhu naik 1,9oC dan kelembaban
naik 25%, sangat cocok bagi perkembangan WBC dan tersedianya makanan sepanjang
tahun (3 kali tanam) menjadi pemicu perkembangan WBC.
17. Lanjutan........
• Pengendalian serangan WBC dapat dilakukan dengan
pengendalian preemtif dan responsif.
• Pengendalian preemtif meliputi penerapan PHT skala luas
(hamparan tanam serempak), pengolahan tanah sempurna,
penggunaan dekomposer, penggunaan benih bermutu,
perlakuan benih dengan air garam dan PGPR, pengembalian
jerami/pupuk kompos, pemupukan berimbang NPK,
penggunaan pupuk cair dengan kalium dan silikat.
• Pengendalian responsif dilakukan dengan aplikasi agens hayati
(Beauveria bassiana, Lecanicillium lecanii) bila ditemukan
populasi WBC pada pesemaian maupun pertanaman.
• Penggunaan insektisida anjuran merupakan pilihan terakhir
apabila populasi sangat tinggi dan disarankan tidak berulang-
ulang, harus dikombinasikan dengan agens hayati.
18. PENGGEREK BATANG PADI
Ada 6 jenis penggerek batang padi yaitu:
1. Pengerek Batang Padi Putih(Tryporyza innotata)
2. Pengerek Batang Padi Kuning (Scirpopaga incertulas)
3. Pengerek Batang Padi Merah Jambu (Sesamia inferen)
4. Pengerek Batang Padi Bergaris ( Chilo supressalis)
5. Pengerek Batang Padi Berkepala Hitam (Chilo polychrysus)
6. Pengerek Batang Padi Berkilat (Chilo auricilius)
Dari enam spesies tersebut hanya empat spesies yang banyak ditemukan atau hama
utama sebab, penggerek batang padi kepala hitam dan penggerek batang padi
berkilat jarang ditemukan karena populasinya rendah. Setiap spesies penggerek
batang padi memiliki sifat atau ciri yang berbeda dalam penyebaran dan bioekologi,
namun hampir sama dalam cara menyerang atau menggerek tanaman padi serta
kerusakan yang ditimbulkannya.
19. Lanjutan........
• Gejala serangan pada stadia vegetatif menyebabkan matinya
pucuk ditengah dan disebut sundep. Kehilangan hasil akibat
serangan penggerek batang padi pada stadia vegetatif tidak
terlalu besar karena tanaman masih dapat mengkompensasi
dengan membentuk anakan baru. Berdasarkan simulasi pada
stadia vegetatif, tanaman masih sanggup mengkompensasi
akibat kerusakan oleh penggerek sampai 30%. Gejala serangan
pada stadia generatif menyebabkan malai muncul putih dan
hampa yang disebut beluk. Kerugian hasil yang disebabkan
setiap persen gejala beluk berkisar 1-3% atau rata-rata 1,2%.
20. PERILAKU, BIOLOGI DAN DAUR HIDUP
• NGENGAT
Ukuran tubuh dalam keadaan sayap tertutup berkisar 1,5 – 2 cm.
Peletakan telur terjadi sejak malam pertama menjadi ngengat hingga 3-5 hari berikutnya
Ngengat aktif malam hari
• TELUR
Meletakkan telur secara massal sekitar 50 -150 butir/kelompok
Ngengat betina mampu bertelur 100-600 butir
• LARVA
Larva keluar dari samping atau atas kelompok telur.
Biasanya menetas pada pagi hari
Larva bergerak kepucuk tanaman kemudian menggantungkan diri dengan benang halus
teratun oleh angina lalu jatuh keair atau tanaman lain, menggerek kedalam tanaman
melalui pelepah daun
Satu ekor larva dapat merusak 16 anakan,
21. Lama periode larva
28-35 hari. Larva
mengalami pergantian
kulit hingga 5-7 kali.
Telur diletakkan di
ujung daun. Lama
stadia telur 6 -8 hari
Kepompong di pangkal
batang. Lama stadia
kepompong 6-23 hari
Siklus hidup PBP
Umur serangga (klaper)
dewasa antara 6-7 hari
22. Lanjutan.......
TEKNIK PENGENDALIAN
A. Daerah Serangan Endemik
1. Pengaturan Pola Tanam
• Dilakukan penanaman serentak
• Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi.
• Pengelompokan persemaian dimaksudkan untuk memudahkan upaya pengumpulan telur penggerek secara massal.
• Pengaturan waktu tanam yaitu pada awal musim hujan berdasarkan penerbangan ngengat atau populasi larva di tunggul padi.
2 . Pengendalian Secara Fisik dan Mekanik
a. Cara fisik yaitu dengan penyabitan tanaman serendah mungkin sampai permukaan tanah pada saat panen
b. Cara mekanik dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur penggerek batang padi di persemaian
3 . Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami (parasitoid.)
Konservasi musuh alami dengan cara menghindari aplikasi insektisida secara semprotan. kelompok telur yang diambil dari tanaman dikumpulkan pada
satu wadah terbuka dan dibiarkan menetas, sehingga kalau ada parasitoid telur bisa lepas ke lapangan sebagai bagian dari konservasi.
4. Pengendalian Secara Kimiawi
• Ditemukan kelompok telur ratarata lebih dari satu kelompok telur/3 m2 atau intensitas serangan ratarata : > 5%. Bila tingkat parasitisasi kelompok telur
pada fase awal vegetatif >50% tidak perlu aplikasi insektisida.
• Penggunaan insektisida butiran di persemaian dilakukan jika disekitar pertanaman ada lahan sedang atau menjelang panen.. Insektisida butiran
diberikan terutama pada stadia vegetatif. Pada stadia generatif aplikasi dengan insektisida yang disemprotkan.
5.. Penggunaan Seks Feromon
• Dipakai untuk menentukan spesies dan memantau fluktuasi populasi penggerek batang berdasarkan ngengat yang tertangkap.
• Dapat dipakai untuk menentukan waktu aplikasi insektisida pada penggerek batang padi kuning (Bila tangkapan feromon sebanyak 100 ekor/minggu).
• Dapat dipakai untuk pengendalian penggerek batang padi putih yaitu dengan cara mass trapping (penangkapan massal): 9-16 perangkap/ha.
B. Daerah Serangan Sporadik
• Cara pengendalian selain menggunakan insektisida yang dapat diterapkan sesuai dengan keadaan setempat. Penyemprotan dengan insektisida
berdasarkan hasil pengamatan, yaitu apabila ditemukan rata-rata > 1 kelompok telur/3 m2 atau intensitas serangan penggerek batang padi (sundep) rata-
rata > 5% dan beluk rata-rata 10 % selambatlambatnya tiga minggu sebelum panen.
23. ULAT GRAYAK
• Ulat Grayak merupakan salah satu hama yang dapat menyerang
tanaman padi. Ulat ini sering disebut sebagai ulat tentara yang
menyerang tanaman padi pada semua stadia.
• Serangan terjadi biasanya pada malam hari, sedangkan siang
harinya larva ulat grayak bersembunyi pada pangkal tanaman,
dalam tanah atau di tempat-tempat yang tersembunyi.
• Serangan ulat ini memakan helai-helai daun, mulai dari ujung daun
dan tulang daun utama ditinggalkan sehingga tinggal tanaman padi
tanpa helai daun. Ulat grayak ini juga menyerang tanaman yang
telah membentuk malai dan padi yang sudah mulai menguning.
Serangan saat padi menguning atau keluar malai sangat merugikan
petani karena menyebabkan kehilangan hasil yang cukup tinggi.
24. SIKLUS HIDUP ULAT GRAYAK
Hasil yang menunjukkan bahwa umur imago sekitar 2 - 4 hari, telur 2 - 5 hari, umur
larva dari instar -1 sampai instar-6 sekitar 9 - 14 hari, dan umur pupa 8 - 12 hari.
Jadi siklus hidup ulat grayak dalam satu generasi sekitar 21 - 35 hari pada kondisi yang
lebih spesifik
26. LANJUTAN........
• Walang sangit adalah anggota ordo Hemiptera (bangsa kepik
sejati), menyerang tanaman padi pada fase pemasakan dengan
cara menghisap cairan bulir padi.
• Walang sangit mengisap cairan tanaman dari tangkai bunga
(paniculae) dan juga cairan buah padi yang masih pada tahap
masak susu sehingga menyebabkan bulir padi menjadi hampa
atau pengisiannya tidak sempurna.
• Lama periode bertelur rata-rata 57 hari sedangkan walang
sangit dapat hidup selama rata-rata 80 hari
27. Hawar Daun Bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Patogen ini
dapat mengenfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai
pesemaian sampai menjelang panen.
Gejala Serangan
Penyakit HDB menghasilkan dua gejala, yaitu kresek dan hawar.
• Kresek
Gejala terjadi pada tanaman yang berumur < 30 hari (pada saat persemaian atau tanaman baru
dipindah). Daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat dan menggulung. Dalam keadaan parah seluruh
daun menggulung, layu, dan mati. Gejala mirip tanaman yang terserang penggerek batang.
• Hawar
Gejala terjadi pada tanaman yang telah mencapai fase tumbuh anakan sampai fase pemasakan.
Tanaman mula-mula timbul bercak abu-abu kekuningan umumnya pada tepi daun, kemudian meluas,
membentuk hawar dan akhirnya daun mengering. Dalam keadaan lembab (terutama diwaktu pagi),
kelompok bakteri berupa butiran berwarna kuning keemasan dapat dengan mudah ditemukan pada
daun-daun yang menunjukkan gejala hawar. Dengan bantuan angin, gesekan antar daun, dan percikan
air hujan massa bakteri ini berfungsi sebagai alat penyebar penyakit HDB.
28. BLAS
• Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea. Awalnya
penyakit ini berkembang di pertanaman padi gogo, tetapi akhir-akhir
ini sudah menyebar di lahan sawah irigasi.
• Jamur P. grisea dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan
tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen.
• Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi, P.
grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang
berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun
• . Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas
berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher. Perkembangan
parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan
patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed
borne).
29. Lanjutan....
• Biologi dan Ekologi Penyakit Blas
• Jamur P. grisea mempunyai banyak ras, yang mudah berubah dan membentuk ras
baru dengan cepat.
• Pada kondisi lingkungan yang mendukung, satu siklus penyakit blas membutuhkan
waktu kurang lebih 1 mingghu, yaitu dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan
menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika jamur bersporulasi
(menghasilkan spora baru) yang siap disebarkan ke udara. Selanjutnya dari satu
bercak dapat menghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu malam dan dapat
terus menghasilkan spora selama lebih dari 20 hari.
• Penyakit blas lebih menyukai kondisi periode embun yang panjang, kelembaban yang
tinggi dan temperatur malam hari sekitar 22–25 OC. Faktor lain yang mendukung
perkembangan penyakit blas adalah pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, tanah
dalam kondisi aerobik dan stres kekeringan.
• Pengaruh nitrogen terhadap sel epidermis menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding sel dan menurunnya kadar unsur silika (Si), sehingga jamur
lebih mudah melakukan penetrasi. Pemberian Si cenderung membantu kekerasan dan
ketegakan daun. Sumber inokulum primer penyakit blas di lapang adalah jerami. Di
daerah tropis sumber inokulum selalu ada spanjang tahun karena adanya spora di udara
dan tanaman inang alternatif selain padi.
30. Teknologi Pengendalian Penyakit Blas
1. Penanaman Benih Sehat
• Jamur penyebab penyakit blas dapat ditularkan melalui benih, sehingga pengendalian dapat lebih
efektif bila dilakukan sedini mungkin
2. Perendaman (Soaking) benih
• Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam, dan selama periode perendaman, larutan
yang digunakan diaduk merata tiap 6 jam. Perbandingannya adalah 1 : 2 (1 kg benih direndam dalam
2 liter air larutan fungisida). Benih yang telah direndam dikering anginkan dalam suhu kamar diatas
kertas koran dan dibiarkan sampai saatnya gabah tersebut siap untuk disemaikan. Perendaman benih
padi sawah dalam larutan fungisida dilakukan sebelum pemeraman.
3. Cara pelapisan (Coating) benih
• Benih direndam dalam air selama beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi.
Fungisida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata,
kemudian gabah dikering anginkan dengan cara yang sama dengan metode perendaman, selanjutnya
benih siap disemaikan.
4. Cara tanam
• Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi
lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Kemudian didukung dengan cara
pengairan berselang (intermiten).
31. TUNGRO
• Tungro adalah penyakit virus pada padi yang menyebabkan tanaman
tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah anakan. Pelepah dan helaian
daun memendek dan daun yang terserang sering berwarna kuning
sampai kuning-oranye. Wereng hijau adalah serangga utama yang
menyebarkan virus tungro.
• Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh virus
setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah
dan mengisap tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh
vektor.
• Gejala utama penyakit tungro terlihat pada perubahan warna daun
terutama pada daun muda berwarna kuning oranye dimulai dari ujung
daun. Daun muda agak menggulung, jumlah anakan berkurang, tanaman
kerdil dan pertumbuhan terhambat.