SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
TEKNIK
PENGAMATAN,
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN OPT
OLEH
H. BUN’YAMIN, SE
POPT PHP KEC. BARANTI
PENDAHULUAN
• Berdasarkan UU Nomor 12 Tahun1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman, setiap pengendalian OPT dilaksanakan dengan penerapan
Pengendalian Hama Terpadu.
• Pengamatan merupakan kegiatan yang sangat penting dan mendasar
dalam penerapan PHT terasebut, karena dari pengamatan dapat diperoleh
informasi tentang jenis, padat populasi dan serangan OPT. Faktor-faktor
lain yang mempengaruhi perkembangan OPT juga diamati antara lain
Iklim dan Bencana Alam
• Informasi hasil pengamatan selanjutnya dilaporkan untuk dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam penyususnan strategi/teknik
pengendalian OPT sesuai konsep PHT dan bahan rekomendasi tindakan
pengendalian yang harus diambil apabila piopulasi melampaui ambang
kendali yang dapat merugikan secara ekonomi.
PENGAMATAN
• ADALAH Kegiatan Perhitungan Dan Pengumpulan Informasi
Tentang Keadaan Populasi Atau Tingkat Serangan Opt Dan Faktor-
faktor Yang Mempengaruhinya Pada Tempat Dan Waktu Tertentu.
• PENGAMATAN MENGACU PADA TUJUANNYA
(PURPOSIVE) Dalam hal ini adalah untuk pelaporan yang akan
dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi dan perencanaan
perlindungan tanaman
• TEKNIK PENGAMATAN (OBSERVATION)
merupakan metode pengumpulan data dengan
cara melakukan pengamatan secara langsung
kepada objek yang diteliti sehingga dapat
dipahami cara kerja sistem yang berjalan.
METODE PENGAMATAN
• Berdasarkan sifatnya
Pengamatan Kualitatif : digunakan hanya untuk menyusun
laporan keadaan serangan OPT disuatu wilayahtertentu
Pengamatan Kuantitatif: digunakan untuk mengambil keputusan
pengendalian
• Berdasarkan kekerapannya
Pengamatan Tetap
Pengamatan keliling
• Berdasarkan jumlah sampel
Metode pengambilan sample
Terdapat 4 hal yang harus dipertimbangkan untuk menentukan besarnya sampel yaitu :
 Tingkat keseragaman dari populasi. Semakin homogen populasi, akan semakin kecil sampel yang diambil.
 Tingkat presisi (ketepatan, ketelitian) : semakin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, maka akan semakin besar
anggota sampel yang harus diambil.
 Rencana analisis; Terkadang jumlah sampel masih belum mencukupi kebutuhan analisis, sehingga mungkin
diperlukan sampel yang lebih besar lagi.
 Teknik penentuan sampel yang digunakan
Penentuan ukuran sampel dipengaruhi oleh teknik penentuan sampel yang digunakan. Jika teknik yang digunakan tepat
dan representatif, maka sampel juga terjaga. Teknik ini juga tergantung pada biaya, tenaga, dan waktu yang disediakan.
Teknik pengambilan sampel
 Secara Acak (Random)
Acak Sederhana
Acak Kelompok
Acak Sistematis
Acak berlapis
Acak Bertingkat
 Terpilih (purposive)
Wilayahnya luas, pengamatan ekstensif, kondisi ling
kungan yang sama, perlakuan yang sama
• Semua organisme yang dapat merusak,
mengganggu kehidupan atau menyebabkan
kematian tumbuhan.
• OPT terdiri dari :
HAMA
PENYAKIT dan
GULMA
PEMANTAUAN OPT
LALAT BIBIT
TIKUS
KEONGMAS
WBC
PB SUNDEP BELUK
ULAT GRAYAK
WALANG SANGIT
HDB/ KRESEK HAWAR DAUN
BLAS DAUN NECK BLAS
TUNGRO
LALAT BIBIT
Gejala :
Larva lalat bibit/lalat semai bergerak masuk ke dalam titik
tumbuh dan menggigit dasar daun dan titik tumbuh.
akibatnya adalah titik tumbuh mulai membusuk dan
jaringan lain pun ikut membusuk. massa yang membusuk
ini merupakan pakan yang cocok untuk larva. Larva
memerlukan banyak air hingga serangnya banyak terjadi
pada waktu musim hujan (kelembaban tinggi).
Gejala kerusakan akan nampak berupa bercak-bercak
kuning yang dapat dilihat di sepanjang tepi daun yang
baru muncul dan daun yang terserang mengalami
perubahan bentuk.
Larva mmenyerang pada bagian antara helai daun dan
pangkal tempat menempelnya daun. Larva juga
menyerang titik tumbuh dengan suplai makanan tinggi.
Akibat serangan larva tanaman padi menjadi seperti
tanaman bawang,
KONDISI LAPANGAN
• PETANI MENANAM DALAM KONDISI SAWAH
TERGENANG KARENA TAKUT SERANGAN TIKUS =
GERDAL PRA TANAM TIKUS
• BENIH YANG TIDAK TUMBUH (MENJADI BUSUK)
DISUKAI LARVA LALAT BIBIT = SELEKSI BENIH =
TABELA KERING
• PERLU SEED TREATMENT
TIKUS
FAKTA BIOLOGI TIKUS
PAKAN TIKUS
• Pemakan segala (omnivora)
• Utamanya serealia (biji-bijian)
Jumlah konsumsi pakan:
 10% bobot tubuh (tikus)
 20% bobot tubuh (mencit)
Minum:
 15 – 30 ml/hari (tikus)
 3 ml/hari (mencit)
PERILAKU MAKAN TIKUS
Proses mengenali dan mencicipi makanan
(tikus tidak dapat muntah)
Pre-baiting pada racun akut
Tidak perlu pre baiting untuk racun kronis
Neo phobia takut pada benda baru
Bait shyness jera umpan
Poison shyness jera racun
Trap hyness jera perangkap
Hoarding menyimpan
makanan
FAKTA SOSIALTIKUS
 Merawat tikus lain dalam kelompoknya yang sedang sakit atau terluka
 Tanpa persahabatan dengan tikus lain, seekor tikus merasa kesepian dan depresi
 Merasakan bahagia, maka tikus menggertakkan giginya dan matanya bervibrasi
 Membuat suara tertawa saat mereka sedang bermain
 Memiliki ingatan yang sangat baik, terutama dalam hal navigasi
 Mengalah/menyerah terhadap tekanan sesama tikus
 Mengabaikan perilaku pribadi untuk mengikuti perilaku tikus lain
 Menyesuaikan diri dgn begitu kuat sehingga tikus akan memilih untuk makan makanan
yang tidak enak, jika mereka bersama tikus lain yang memakannya
 Teritorial yaitu menjaga wilayah area kekuasaan yang dilakukan oleh tikus dengan
mengeluarkan tetes-tetes urin
 Hierarki yaitu menjaga kerajaan tikus yang umumnya dilakukan oleh tikus indoor
 Sosial – tikus lapangan – outdoor (tikus sawah, tikus pohon, tikus got)
 Soliter – tikus bangunan – indoor (tikus rumah)
 Kendaraan Dewa Ganesha dalam tradisi India
 Disembah di Kuil Karni Devi, pendeta dan peziarah memberi
makan sereal dan minum susu
 Tikus adalah yang pertama (I) dari 12 hewan zodiak Cina
 Orang yang lahir pada tahun ini dianggap memiliki ciri-ciri
yang diasosiasikan dengan tikus, yaitu: kreativitas,
kecerdasan, kejujuran, ambisi, dan kedermawanan
FAKTA SOSIAL DAN BIOMORF TIKUS
 Ingin tahu, tetapi tikus juga pemalu dan lebih suka menghindar
daripada menghadapi ancaman potensial
 Menjaga kebersihan, beberapa jam/hari untuk merawat diri sendiri
(grooming)
• dan anggota kelompoknya
 Dibandingkan kelelawar, lebih kecil peluangnya untuk menjadi reservoir
dan menularkan parasit dan patogen
 Tahan haus, tanpa minum air dibandingkan dengan mamalia lainnya
 Ekor tikus membantunya untuk menyeimbangkan tubuh
(balancing), berkomunikasi, dan mengatur suhu tubuhnya
FAKTA BIOLOGI TIKUS
1. Menggali (Digging) Terestrial (footpad kecil, ekor pendek) rerata dalam galian 50
cm, max 200 cm R. argentiventer, R. norvegicus, B. indica., B. bengalensis, M. caroli
2. Memanjat (Climbing) Arboreal (footpad besar, ekor panjang) pohon, tembok, pipa,
kawat, tali tambang R. rattus, R. tanezumi, R. tiomanicus, R. exulans, M.us musculus
3. Melompat (Jumping) 77 cm (vertikal), 240 cm (horizontal)
4. Mengerat (Gnawing) 5.5 skala kekerasan geologi
5. Berenang (Swimming) dan Menyelam (Diving)
50 – 72 jam, 1.4 km/jam (tikus), 0.7 km/jam (mencit)
Menyelam selama 30 detik
KEMAMPUAN INDERA
1. Penglihatan (vision) kurang berkembang, buta warna, < 10 m (Tikus), < 15 m (Mencit)
2. Penciuman (smell) sangat sensitif, predator, kelompok tikus, attractant, repellent
3. Pendengaran (hear) sangat sensitif, 40 – 100 kHz (tikus), 20 – 90 kHz (mencit)
4. Perasa (taste) sangat sensitif, 2 ppm (estrogen), 3 ppm (feniltiokarbamid)
5. Peraba (touch) sangat sensitif, misai dan vibrissae, thigmotaksis
Wereng Batang Coklat
• Wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) atau yang disingkat WBC merupakan hama
tanaman padi yang paling berbahaya dan merugikan petani karena dapat
mengakibatkan gagal panen.
• WBC juga menjadi vektor bagi penularan penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa.
• Siklus hidup WBC relatif pendek yaitu lebih kurang 35 hari dimana seekor WBC betina
mampu beranak sampai 300 ekor. Kemampuan terbang WBC yang bersayap selama 30
hari bisa mencapai 200 KM.
• WBC dapat menyerang tanaman padi pada semua umur, sehingga pengendaliannya harus
tuntas pada generasi I atau selambat-lambatnya pada generasi II.
• Terjadinya kemarau basah (La-Nina) yang menyebabkan suhu naik 1,9oC dan kelembaban
naik 25%, sangat cocok bagi perkembangan WBC dan tersedianya makanan sepanjang
tahun (3 kali tanam) menjadi pemicu perkembangan WBC.
WERENG BATANG COKLAT
Lanjutan........
• Pengendalian serangan WBC dapat dilakukan dengan
pengendalian preemtif dan responsif.
• Pengendalian preemtif meliputi penerapan PHT skala luas
(hamparan tanam serempak), pengolahan tanah sempurna,
penggunaan dekomposer, penggunaan benih bermutu,
perlakuan benih dengan air garam dan PGPR, pengembalian
jerami/pupuk kompos, pemupukan berimbang NPK,
penggunaan pupuk cair dengan kalium dan silikat.
• Pengendalian responsif dilakukan dengan aplikasi agens hayati
(Beauveria bassiana, Lecanicillium lecanii) bila ditemukan
populasi WBC pada pesemaian maupun pertanaman.
• Penggunaan insektisida anjuran merupakan pilihan terakhir
apabila populasi sangat tinggi dan disarankan tidak berulang-
ulang, harus dikombinasikan dengan agens hayati.
PENGGEREK BATANG PADI
Ada 6 jenis penggerek batang padi yaitu:
1. Pengerek Batang Padi Putih(Tryporyza innotata)
2. Pengerek Batang Padi Kuning (Scirpopaga incertulas)
3. Pengerek Batang Padi Merah Jambu (Sesamia inferen)
4. Pengerek Batang Padi Bergaris ( Chilo supressalis)
5. Pengerek Batang Padi Berkepala Hitam (Chilo polychrysus)
6. Pengerek Batang Padi Berkilat (Chilo auricilius)
Dari enam spesies tersebut hanya empat spesies yang banyak ditemukan atau hama
utama sebab, penggerek batang padi kepala hitam dan penggerek batang padi
berkilat jarang ditemukan karena populasinya rendah. Setiap spesies penggerek
batang padi memiliki sifat atau ciri yang berbeda dalam penyebaran dan bioekologi,
namun hampir sama dalam cara menyerang atau menggerek tanaman padi serta
kerusakan yang ditimbulkannya.
Lanjutan........
• Gejala serangan pada stadia vegetatif menyebabkan matinya
pucuk ditengah dan disebut sundep. Kehilangan hasil akibat
serangan penggerek batang padi pada stadia vegetatif tidak
terlalu besar karena tanaman masih dapat mengkompensasi
dengan membentuk anakan baru. Berdasarkan simulasi pada
stadia vegetatif, tanaman masih sanggup mengkompensasi
akibat kerusakan oleh penggerek sampai 30%. Gejala serangan
pada stadia generatif menyebabkan malai muncul putih dan
hampa yang disebut beluk. Kerugian hasil yang disebabkan
setiap persen gejala beluk berkisar 1-3% atau rata-rata 1,2%.
PERILAKU, BIOLOGI DAN DAUR HIDUP
• NGENGAT
 Ukuran tubuh dalam keadaan sayap tertutup berkisar 1,5 – 2 cm.
 Peletakan telur terjadi sejak malam pertama menjadi ngengat hingga 3-5 hari berikutnya
 Ngengat aktif malam hari
• TELUR
 Meletakkan telur secara massal sekitar 50 -150 butir/kelompok
 Ngengat betina mampu bertelur 100-600 butir
• LARVA
 Larva keluar dari samping atau atas kelompok telur.
 Biasanya menetas pada pagi hari
 Larva bergerak kepucuk tanaman kemudian menggantungkan diri dengan benang halus
teratun oleh angina lalu jatuh keair atau tanaman lain, menggerek kedalam tanaman
melalui pelepah daun
 Satu ekor larva dapat merusak 16 anakan,
Lama periode larva
28-35 hari. Larva
mengalami pergantian
kulit hingga 5-7 kali.
Telur diletakkan di
ujung daun. Lama
stadia telur 6 -8 hari
Kepompong di pangkal
batang. Lama stadia
kepompong 6-23 hari
Siklus hidup PBP
Umur serangga (klaper)
dewasa antara 6-7 hari
Lanjutan.......
TEKNIK PENGENDALIAN
A. Daerah Serangan Endemik
1. Pengaturan Pola Tanam
• Dilakukan penanaman serentak
• Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi.
• Pengelompokan persemaian dimaksudkan untuk memudahkan upaya pengumpulan telur penggerek secara massal.
• Pengaturan waktu tanam yaitu pada awal musim hujan berdasarkan penerbangan ngengat atau populasi larva di tunggul padi.
2 . Pengendalian Secara Fisik dan Mekanik
a. Cara fisik yaitu dengan penyabitan tanaman serendah mungkin sampai permukaan tanah pada saat panen
b. Cara mekanik dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur penggerek batang padi di persemaian
3 . Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami (parasitoid.)
Konservasi musuh alami dengan cara menghindari aplikasi insektisida secara semprotan. kelompok telur yang diambil dari tanaman dikumpulkan pada
satu wadah terbuka dan dibiarkan menetas, sehingga kalau ada parasitoid telur bisa lepas ke lapangan sebagai bagian dari konservasi.
4. Pengendalian Secara Kimiawi
• Ditemukan kelompok telur ratarata lebih dari satu kelompok telur/3 m2 atau intensitas serangan ratarata : > 5%. Bila tingkat parasitisasi kelompok telur
pada fase awal vegetatif >50% tidak perlu aplikasi insektisida.
• Penggunaan insektisida butiran di persemaian dilakukan jika disekitar pertanaman ada lahan sedang atau menjelang panen.. Insektisida butiran
diberikan terutama pada stadia vegetatif. Pada stadia generatif aplikasi dengan insektisida yang disemprotkan.
5.. Penggunaan Seks Feromon
• Dipakai untuk menentukan spesies dan memantau fluktuasi populasi penggerek batang berdasarkan ngengat yang tertangkap.
• Dapat dipakai untuk menentukan waktu aplikasi insektisida pada penggerek batang padi kuning (Bila tangkapan feromon sebanyak 100 ekor/minggu).
• Dapat dipakai untuk pengendalian penggerek batang padi putih yaitu dengan cara mass trapping (penangkapan massal): 9-16 perangkap/ha.
B. Daerah Serangan Sporadik
• Cara pengendalian selain menggunakan insektisida yang dapat diterapkan sesuai dengan keadaan setempat. Penyemprotan dengan insektisida
berdasarkan hasil pengamatan, yaitu apabila ditemukan rata-rata > 1 kelompok telur/3 m2 atau intensitas serangan penggerek batang padi (sundep) rata-
rata > 5% dan beluk rata-rata 10 % selambatlambatnya tiga minggu sebelum panen.
ULAT GRAYAK
• Ulat Grayak merupakan salah satu hama yang dapat menyerang
tanaman padi. Ulat ini sering disebut sebagai ulat tentara yang
menyerang tanaman padi pada semua stadia.
• Serangan terjadi biasanya pada malam hari, sedangkan siang
harinya larva ulat grayak bersembunyi pada pangkal tanaman,
dalam tanah atau di tempat-tempat yang tersembunyi.
• Serangan ulat ini memakan helai-helai daun, mulai dari ujung daun
dan tulang daun utama ditinggalkan sehingga tinggal tanaman padi
tanpa helai daun. Ulat grayak ini juga menyerang tanaman yang
telah membentuk malai dan padi yang sudah mulai menguning.
Serangan saat padi menguning atau keluar malai sangat merugikan
petani karena menyebabkan kehilangan hasil yang cukup tinggi.
SIKLUS HIDUP ULAT GRAYAK
Hasil yang menunjukkan bahwa umur imago sekitar 2 - 4 hari, telur 2 - 5 hari, umur
larva dari instar -1 sampai instar-6 sekitar 9 - 14 hari, dan umur pupa 8 - 12 hari.
Jadi siklus hidup ulat grayak dalam satu generasi sekitar 21 - 35 hari pada kondisi yang
lebih spesifik
WALANG SANGIT
LANJUTAN........
• Walang sangit adalah anggota ordo Hemiptera (bangsa kepik
sejati), menyerang tanaman padi pada fase pemasakan dengan
cara menghisap cairan bulir padi.
• Walang sangit mengisap cairan tanaman dari tangkai bunga
(paniculae) dan juga cairan buah padi yang masih pada tahap
masak susu sehingga menyebabkan bulir padi menjadi hampa
atau pengisiannya tidak sempurna.
• Lama periode bertelur rata-rata 57 hari sedangkan walang
sangit dapat hidup selama rata-rata 80 hari
Hawar Daun Bakteri
 Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Patogen ini
dapat mengenfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai
pesemaian sampai menjelang panen.
Gejala Serangan
Penyakit HDB menghasilkan dua gejala, yaitu kresek dan hawar.
• Kresek
Gejala terjadi pada tanaman yang berumur < 30 hari (pada saat persemaian atau tanaman baru
dipindah). Daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat dan menggulung. Dalam keadaan parah seluruh
daun menggulung, layu, dan mati. Gejala mirip tanaman yang terserang penggerek batang.
• Hawar
Gejala terjadi pada tanaman yang telah mencapai fase tumbuh anakan sampai fase pemasakan.
Tanaman mula-mula timbul bercak abu-abu kekuningan umumnya pada tepi daun, kemudian meluas,
membentuk hawar dan akhirnya daun mengering. Dalam keadaan lembab (terutama diwaktu pagi),
kelompok bakteri berupa butiran berwarna kuning keemasan dapat dengan mudah ditemukan pada
daun-daun yang menunjukkan gejala hawar. Dengan bantuan angin, gesekan antar daun, dan percikan
air hujan massa bakteri ini berfungsi sebagai alat penyebar penyakit HDB.
BLAS
• Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea. Awalnya
penyakit ini berkembang di pertanaman padi gogo, tetapi akhir-akhir
ini sudah menyebar di lahan sawah irigasi.
• Jamur P. grisea dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan
tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen.
• Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi, P.
grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang
berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun
• . Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas
berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher. Perkembangan
parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan
patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed
borne).
Lanjutan....
• Biologi dan Ekologi Penyakit Blas
• Jamur P. grisea mempunyai banyak ras, yang mudah berubah dan membentuk ras
baru dengan cepat.
• Pada kondisi lingkungan yang mendukung, satu siklus penyakit blas membutuhkan
waktu kurang lebih 1 mingghu, yaitu dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan
menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika jamur bersporulasi
(menghasilkan spora baru) yang siap disebarkan ke udara. Selanjutnya dari satu
bercak dapat menghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu malam dan dapat
terus menghasilkan spora selama lebih dari 20 hari.
• Penyakit blas lebih menyukai kondisi periode embun yang panjang, kelembaban yang
tinggi dan temperatur malam hari sekitar 22–25 OC. Faktor lain yang mendukung
perkembangan penyakit blas adalah pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, tanah
dalam kondisi aerobik dan stres kekeringan.
• Pengaruh nitrogen terhadap sel epidermis menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding sel dan menurunnya kadar unsur silika (Si), sehingga jamur
lebih mudah melakukan penetrasi. Pemberian Si cenderung membantu kekerasan dan
ketegakan daun. Sumber inokulum primer penyakit blas di lapang adalah jerami. Di
daerah tropis sumber inokulum selalu ada spanjang tahun karena adanya spora di udara
dan tanaman inang alternatif selain padi.
Teknologi Pengendalian Penyakit Blas
1. Penanaman Benih Sehat
• Jamur penyebab penyakit blas dapat ditularkan melalui benih, sehingga pengendalian dapat lebih
efektif bila dilakukan sedini mungkin
2. Perendaman (Soaking) benih
• Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam, dan selama periode perendaman, larutan
yang digunakan diaduk merata tiap 6 jam. Perbandingannya adalah 1 : 2 (1 kg benih direndam dalam
2 liter air larutan fungisida). Benih yang telah direndam dikering anginkan dalam suhu kamar diatas
kertas koran dan dibiarkan sampai saatnya gabah tersebut siap untuk disemaikan. Perendaman benih
padi sawah dalam larutan fungisida dilakukan sebelum pemeraman.
3. Cara pelapisan (Coating) benih
• Benih direndam dalam air selama beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi.
Fungisida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata,
kemudian gabah dikering anginkan dengan cara yang sama dengan metode perendaman, selanjutnya
benih siap disemaikan.
4. Cara tanam
• Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi
lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Kemudian didukung dengan cara
pengairan berselang (intermiten).
TUNGRO
• Tungro adalah penyakit virus pada padi yang menyebabkan tanaman
tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah anakan. Pelepah dan helaian
daun memendek dan daun yang terserang sering berwarna kuning
sampai kuning-oranye. Wereng hijau adalah serangga utama yang
menyebarkan virus tungro.
• Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh virus
setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah
dan mengisap tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh
vektor.
• Gejala utama penyakit tungro terlihat pada perubahan warna daun
terutama pada daun muda berwarna kuning oranye dimulai dari ujung
daun. Daun muda agak menggulung, jumlah anakan berkurang, tanaman
kerdil dan pertumbuhan terhambat.
OPT Pengendalian

More Related Content

Similar to OPT Pengendalian

Pengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatPengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatInoy Trisnaini
 
Pengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanPengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanAde Maiditasari
 
Vii pengendalian vektor
Vii  pengendalian vektorVii  pengendalian vektor
Vii pengendalian vektorAnNo ANdi
 
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptxRatyh
 
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdfPENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdfTazmanianDevilz
 
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.pptAhmadRasito
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaWarnet Raha
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumuloanisasptiany
 
MATERI TRAINING MIKA EVELIN-LALAT.pptx
MATERI TRAINING MIKA EVELIN-LALAT.pptxMATERI TRAINING MIKA EVELIN-LALAT.pptx
MATERI TRAINING MIKA EVELIN-LALAT.pptxMarcelTimothy
 
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptx
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptxMAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptx
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptxMaisaYuslena
 
[Radiokimia] Radioisotop dalam Bidang Pertanian
[Radiokimia] Radioisotop dalam Bidang Pertanian[Radiokimia] Radioisotop dalam Bidang Pertanian
[Radiokimia] Radioisotop dalam Bidang PertanianAtikah Jr.
 
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)Anjas Asmara, S.Si
 

Similar to OPT Pengendalian (20)

Pengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatPengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor Lalat
 
Pengendalian malaria smt3
Pengendalian malaria smt3Pengendalian malaria smt3
Pengendalian malaria smt3
 
Pengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanPengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewan
 
1. Hama Pada Ikan.pdf
1. Hama Pada Ikan.pdf1. Hama Pada Ikan.pdf
1. Hama Pada Ikan.pdf
 
Vii pengendalian vektor
Vii  pengendalian vektorVii  pengendalian vektor
Vii pengendalian vektor
 
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx
 
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdfPENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
 
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt
 
Biologi udang
Biologi udangBiologi udang
Biologi udang
 
Biologi Udang.pdf
Biologi Udang.pdfBiologi Udang.pdf
Biologi Udang.pdf
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
 
Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
 
MATERI TRAINING MIKA EVELIN-LALAT.pptx
MATERI TRAINING MIKA EVELIN-LALAT.pptxMATERI TRAINING MIKA EVELIN-LALAT.pptx
MATERI TRAINING MIKA EVELIN-LALAT.pptx
 
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptx
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptxMAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptx
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptx
 
Monyet sebagai hewan coba
Monyet sebagai hewan cobaMonyet sebagai hewan coba
Monyet sebagai hewan coba
 
KELELAWAR.ppt.pptx
KELELAWAR.ppt.pptxKELELAWAR.ppt.pptx
KELELAWAR.ppt.pptx
 
[Radiokimia] Radioisotop dalam Bidang Pertanian
[Radiokimia] Radioisotop dalam Bidang Pertanian[Radiokimia] Radioisotop dalam Bidang Pertanian
[Radiokimia] Radioisotop dalam Bidang Pertanian
 
Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanamanPemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman
 
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
 

Recently uploaded

Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 

Recently uploaded (20)

Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 

OPT Pengendalian

  • 1. TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT OLEH H. BUN’YAMIN, SE POPT PHP KEC. BARANTI
  • 2. PENDAHULUAN • Berdasarkan UU Nomor 12 Tahun1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, setiap pengendalian OPT dilaksanakan dengan penerapan Pengendalian Hama Terpadu. • Pengamatan merupakan kegiatan yang sangat penting dan mendasar dalam penerapan PHT terasebut, karena dari pengamatan dapat diperoleh informasi tentang jenis, padat populasi dan serangan OPT. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkembangan OPT juga diamati antara lain Iklim dan Bencana Alam • Informasi hasil pengamatan selanjutnya dilaporkan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyususnan strategi/teknik pengendalian OPT sesuai konsep PHT dan bahan rekomendasi tindakan pengendalian yang harus diambil apabila piopulasi melampaui ambang kendali yang dapat merugikan secara ekonomi.
  • 3. PENGAMATAN • ADALAH Kegiatan Perhitungan Dan Pengumpulan Informasi Tentang Keadaan Populasi Atau Tingkat Serangan Opt Dan Faktor- faktor Yang Mempengaruhinya Pada Tempat Dan Waktu Tertentu. • PENGAMATAN MENGACU PADA TUJUANNYA (PURPOSIVE) Dalam hal ini adalah untuk pelaporan yang akan dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi dan perencanaan perlindungan tanaman • TEKNIK PENGAMATAN (OBSERVATION) merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung kepada objek yang diteliti sehingga dapat dipahami cara kerja sistem yang berjalan.
  • 4. METODE PENGAMATAN • Berdasarkan sifatnya Pengamatan Kualitatif : digunakan hanya untuk menyusun laporan keadaan serangan OPT disuatu wilayahtertentu Pengamatan Kuantitatif: digunakan untuk mengambil keputusan pengendalian • Berdasarkan kekerapannya Pengamatan Tetap Pengamatan keliling • Berdasarkan jumlah sampel
  • 5. Metode pengambilan sample Terdapat 4 hal yang harus dipertimbangkan untuk menentukan besarnya sampel yaitu :  Tingkat keseragaman dari populasi. Semakin homogen populasi, akan semakin kecil sampel yang diambil.  Tingkat presisi (ketepatan, ketelitian) : semakin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, maka akan semakin besar anggota sampel yang harus diambil.  Rencana analisis; Terkadang jumlah sampel masih belum mencukupi kebutuhan analisis, sehingga mungkin diperlukan sampel yang lebih besar lagi.  Teknik penentuan sampel yang digunakan Penentuan ukuran sampel dipengaruhi oleh teknik penentuan sampel yang digunakan. Jika teknik yang digunakan tepat dan representatif, maka sampel juga terjaga. Teknik ini juga tergantung pada biaya, tenaga, dan waktu yang disediakan. Teknik pengambilan sampel  Secara Acak (Random) Acak Sederhana Acak Kelompok Acak Sistematis Acak berlapis Acak Bertingkat  Terpilih (purposive) Wilayahnya luas, pengamatan ekstensif, kondisi ling kungan yang sama, perlakuan yang sama
  • 6. • Semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian tumbuhan. • OPT terdiri dari : HAMA PENYAKIT dan GULMA
  • 7. PEMANTAUAN OPT LALAT BIBIT TIKUS KEONGMAS WBC PB SUNDEP BELUK ULAT GRAYAK WALANG SANGIT HDB/ KRESEK HAWAR DAUN BLAS DAUN NECK BLAS TUNGRO
  • 8. LALAT BIBIT Gejala : Larva lalat bibit/lalat semai bergerak masuk ke dalam titik tumbuh dan menggigit dasar daun dan titik tumbuh. akibatnya adalah titik tumbuh mulai membusuk dan jaringan lain pun ikut membusuk. massa yang membusuk ini merupakan pakan yang cocok untuk larva. Larva memerlukan banyak air hingga serangnya banyak terjadi pada waktu musim hujan (kelembaban tinggi). Gejala kerusakan akan nampak berupa bercak-bercak kuning yang dapat dilihat di sepanjang tepi daun yang baru muncul dan daun yang terserang mengalami perubahan bentuk. Larva mmenyerang pada bagian antara helai daun dan pangkal tempat menempelnya daun. Larva juga menyerang titik tumbuh dengan suplai makanan tinggi. Akibat serangan larva tanaman padi menjadi seperti tanaman bawang,
  • 9. KONDISI LAPANGAN • PETANI MENANAM DALAM KONDISI SAWAH TERGENANG KARENA TAKUT SERANGAN TIKUS = GERDAL PRA TANAM TIKUS • BENIH YANG TIDAK TUMBUH (MENJADI BUSUK) DISUKAI LARVA LALAT BIBIT = SELEKSI BENIH = TABELA KERING • PERLU SEED TREATMENT
  • 10. TIKUS
  • 11. FAKTA BIOLOGI TIKUS PAKAN TIKUS • Pemakan segala (omnivora) • Utamanya serealia (biji-bijian) Jumlah konsumsi pakan:  10% bobot tubuh (tikus)  20% bobot tubuh (mencit) Minum:  15 – 30 ml/hari (tikus)  3 ml/hari (mencit) PERILAKU MAKAN TIKUS Proses mengenali dan mencicipi makanan (tikus tidak dapat muntah) Pre-baiting pada racun akut Tidak perlu pre baiting untuk racun kronis Neo phobia takut pada benda baru Bait shyness jera umpan Poison shyness jera racun Trap hyness jera perangkap Hoarding menyimpan makanan
  • 12. FAKTA SOSIALTIKUS  Merawat tikus lain dalam kelompoknya yang sedang sakit atau terluka  Tanpa persahabatan dengan tikus lain, seekor tikus merasa kesepian dan depresi  Merasakan bahagia, maka tikus menggertakkan giginya dan matanya bervibrasi  Membuat suara tertawa saat mereka sedang bermain  Memiliki ingatan yang sangat baik, terutama dalam hal navigasi  Mengalah/menyerah terhadap tekanan sesama tikus  Mengabaikan perilaku pribadi untuk mengikuti perilaku tikus lain  Menyesuaikan diri dgn begitu kuat sehingga tikus akan memilih untuk makan makanan yang tidak enak, jika mereka bersama tikus lain yang memakannya  Teritorial yaitu menjaga wilayah area kekuasaan yang dilakukan oleh tikus dengan mengeluarkan tetes-tetes urin  Hierarki yaitu menjaga kerajaan tikus yang umumnya dilakukan oleh tikus indoor  Sosial – tikus lapangan – outdoor (tikus sawah, tikus pohon, tikus got)  Soliter – tikus bangunan – indoor (tikus rumah)  Kendaraan Dewa Ganesha dalam tradisi India  Disembah di Kuil Karni Devi, pendeta dan peziarah memberi makan sereal dan minum susu  Tikus adalah yang pertama (I) dari 12 hewan zodiak Cina  Orang yang lahir pada tahun ini dianggap memiliki ciri-ciri yang diasosiasikan dengan tikus, yaitu: kreativitas, kecerdasan, kejujuran, ambisi, dan kedermawanan
  • 13. FAKTA SOSIAL DAN BIOMORF TIKUS  Ingin tahu, tetapi tikus juga pemalu dan lebih suka menghindar daripada menghadapi ancaman potensial  Menjaga kebersihan, beberapa jam/hari untuk merawat diri sendiri (grooming) • dan anggota kelompoknya  Dibandingkan kelelawar, lebih kecil peluangnya untuk menjadi reservoir dan menularkan parasit dan patogen  Tahan haus, tanpa minum air dibandingkan dengan mamalia lainnya  Ekor tikus membantunya untuk menyeimbangkan tubuh (balancing), berkomunikasi, dan mengatur suhu tubuhnya
  • 14. FAKTA BIOLOGI TIKUS 1. Menggali (Digging) Terestrial (footpad kecil, ekor pendek) rerata dalam galian 50 cm, max 200 cm R. argentiventer, R. norvegicus, B. indica., B. bengalensis, M. caroli 2. Memanjat (Climbing) Arboreal (footpad besar, ekor panjang) pohon, tembok, pipa, kawat, tali tambang R. rattus, R. tanezumi, R. tiomanicus, R. exulans, M.us musculus 3. Melompat (Jumping) 77 cm (vertikal), 240 cm (horizontal) 4. Mengerat (Gnawing) 5.5 skala kekerasan geologi 5. Berenang (Swimming) dan Menyelam (Diving) 50 – 72 jam, 1.4 km/jam (tikus), 0.7 km/jam (mencit) Menyelam selama 30 detik KEMAMPUAN INDERA 1. Penglihatan (vision) kurang berkembang, buta warna, < 10 m (Tikus), < 15 m (Mencit) 2. Penciuman (smell) sangat sensitif, predator, kelompok tikus, attractant, repellent 3. Pendengaran (hear) sangat sensitif, 40 – 100 kHz (tikus), 20 – 90 kHz (mencit) 4. Perasa (taste) sangat sensitif, 2 ppm (estrogen), 3 ppm (feniltiokarbamid) 5. Peraba (touch) sangat sensitif, misai dan vibrissae, thigmotaksis
  • 15. Wereng Batang Coklat • Wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) atau yang disingkat WBC merupakan hama tanaman padi yang paling berbahaya dan merugikan petani karena dapat mengakibatkan gagal panen. • WBC juga menjadi vektor bagi penularan penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa. • Siklus hidup WBC relatif pendek yaitu lebih kurang 35 hari dimana seekor WBC betina mampu beranak sampai 300 ekor. Kemampuan terbang WBC yang bersayap selama 30 hari bisa mencapai 200 KM. • WBC dapat menyerang tanaman padi pada semua umur, sehingga pengendaliannya harus tuntas pada generasi I atau selambat-lambatnya pada generasi II. • Terjadinya kemarau basah (La-Nina) yang menyebabkan suhu naik 1,9oC dan kelembaban naik 25%, sangat cocok bagi perkembangan WBC dan tersedianya makanan sepanjang tahun (3 kali tanam) menjadi pemicu perkembangan WBC.
  • 17. Lanjutan........ • Pengendalian serangan WBC dapat dilakukan dengan pengendalian preemtif dan responsif. • Pengendalian preemtif meliputi penerapan PHT skala luas (hamparan tanam serempak), pengolahan tanah sempurna, penggunaan dekomposer, penggunaan benih bermutu, perlakuan benih dengan air garam dan PGPR, pengembalian jerami/pupuk kompos, pemupukan berimbang NPK, penggunaan pupuk cair dengan kalium dan silikat. • Pengendalian responsif dilakukan dengan aplikasi agens hayati (Beauveria bassiana, Lecanicillium lecanii) bila ditemukan populasi WBC pada pesemaian maupun pertanaman. • Penggunaan insektisida anjuran merupakan pilihan terakhir apabila populasi sangat tinggi dan disarankan tidak berulang- ulang, harus dikombinasikan dengan agens hayati.
  • 18. PENGGEREK BATANG PADI Ada 6 jenis penggerek batang padi yaitu: 1. Pengerek Batang Padi Putih(Tryporyza innotata) 2. Pengerek Batang Padi Kuning (Scirpopaga incertulas) 3. Pengerek Batang Padi Merah Jambu (Sesamia inferen) 4. Pengerek Batang Padi Bergaris ( Chilo supressalis) 5. Pengerek Batang Padi Berkepala Hitam (Chilo polychrysus) 6. Pengerek Batang Padi Berkilat (Chilo auricilius) Dari enam spesies tersebut hanya empat spesies yang banyak ditemukan atau hama utama sebab, penggerek batang padi kepala hitam dan penggerek batang padi berkilat jarang ditemukan karena populasinya rendah. Setiap spesies penggerek batang padi memiliki sifat atau ciri yang berbeda dalam penyebaran dan bioekologi, namun hampir sama dalam cara menyerang atau menggerek tanaman padi serta kerusakan yang ditimbulkannya.
  • 19. Lanjutan........ • Gejala serangan pada stadia vegetatif menyebabkan matinya pucuk ditengah dan disebut sundep. Kehilangan hasil akibat serangan penggerek batang padi pada stadia vegetatif tidak terlalu besar karena tanaman masih dapat mengkompensasi dengan membentuk anakan baru. Berdasarkan simulasi pada stadia vegetatif, tanaman masih sanggup mengkompensasi akibat kerusakan oleh penggerek sampai 30%. Gejala serangan pada stadia generatif menyebabkan malai muncul putih dan hampa yang disebut beluk. Kerugian hasil yang disebabkan setiap persen gejala beluk berkisar 1-3% atau rata-rata 1,2%.
  • 20. PERILAKU, BIOLOGI DAN DAUR HIDUP • NGENGAT  Ukuran tubuh dalam keadaan sayap tertutup berkisar 1,5 – 2 cm.  Peletakan telur terjadi sejak malam pertama menjadi ngengat hingga 3-5 hari berikutnya  Ngengat aktif malam hari • TELUR  Meletakkan telur secara massal sekitar 50 -150 butir/kelompok  Ngengat betina mampu bertelur 100-600 butir • LARVA  Larva keluar dari samping atau atas kelompok telur.  Biasanya menetas pada pagi hari  Larva bergerak kepucuk tanaman kemudian menggantungkan diri dengan benang halus teratun oleh angina lalu jatuh keair atau tanaman lain, menggerek kedalam tanaman melalui pelepah daun  Satu ekor larva dapat merusak 16 anakan,
  • 21. Lama periode larva 28-35 hari. Larva mengalami pergantian kulit hingga 5-7 kali. Telur diletakkan di ujung daun. Lama stadia telur 6 -8 hari Kepompong di pangkal batang. Lama stadia kepompong 6-23 hari Siklus hidup PBP Umur serangga (klaper) dewasa antara 6-7 hari
  • 22. Lanjutan....... TEKNIK PENGENDALIAN A. Daerah Serangan Endemik 1. Pengaturan Pola Tanam • Dilakukan penanaman serentak • Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi. • Pengelompokan persemaian dimaksudkan untuk memudahkan upaya pengumpulan telur penggerek secara massal. • Pengaturan waktu tanam yaitu pada awal musim hujan berdasarkan penerbangan ngengat atau populasi larva di tunggul padi. 2 . Pengendalian Secara Fisik dan Mekanik a. Cara fisik yaitu dengan penyabitan tanaman serendah mungkin sampai permukaan tanah pada saat panen b. Cara mekanik dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur penggerek batang padi di persemaian 3 . Pengendalian Hayati Pemanfaatan musuh alami (parasitoid.) Konservasi musuh alami dengan cara menghindari aplikasi insektisida secara semprotan. kelompok telur yang diambil dari tanaman dikumpulkan pada satu wadah terbuka dan dibiarkan menetas, sehingga kalau ada parasitoid telur bisa lepas ke lapangan sebagai bagian dari konservasi. 4. Pengendalian Secara Kimiawi • Ditemukan kelompok telur ratarata lebih dari satu kelompok telur/3 m2 atau intensitas serangan ratarata : > 5%. Bila tingkat parasitisasi kelompok telur pada fase awal vegetatif >50% tidak perlu aplikasi insektisida. • Penggunaan insektisida butiran di persemaian dilakukan jika disekitar pertanaman ada lahan sedang atau menjelang panen.. Insektisida butiran diberikan terutama pada stadia vegetatif. Pada stadia generatif aplikasi dengan insektisida yang disemprotkan. 5.. Penggunaan Seks Feromon • Dipakai untuk menentukan spesies dan memantau fluktuasi populasi penggerek batang berdasarkan ngengat yang tertangkap. • Dapat dipakai untuk menentukan waktu aplikasi insektisida pada penggerek batang padi kuning (Bila tangkapan feromon sebanyak 100 ekor/minggu). • Dapat dipakai untuk pengendalian penggerek batang padi putih yaitu dengan cara mass trapping (penangkapan massal): 9-16 perangkap/ha. B. Daerah Serangan Sporadik • Cara pengendalian selain menggunakan insektisida yang dapat diterapkan sesuai dengan keadaan setempat. Penyemprotan dengan insektisida berdasarkan hasil pengamatan, yaitu apabila ditemukan rata-rata > 1 kelompok telur/3 m2 atau intensitas serangan penggerek batang padi (sundep) rata- rata > 5% dan beluk rata-rata 10 % selambatlambatnya tiga minggu sebelum panen.
  • 23. ULAT GRAYAK • Ulat Grayak merupakan salah satu hama yang dapat menyerang tanaman padi. Ulat ini sering disebut sebagai ulat tentara yang menyerang tanaman padi pada semua stadia. • Serangan terjadi biasanya pada malam hari, sedangkan siang harinya larva ulat grayak bersembunyi pada pangkal tanaman, dalam tanah atau di tempat-tempat yang tersembunyi. • Serangan ulat ini memakan helai-helai daun, mulai dari ujung daun dan tulang daun utama ditinggalkan sehingga tinggal tanaman padi tanpa helai daun. Ulat grayak ini juga menyerang tanaman yang telah membentuk malai dan padi yang sudah mulai menguning. Serangan saat padi menguning atau keluar malai sangat merugikan petani karena menyebabkan kehilangan hasil yang cukup tinggi.
  • 24. SIKLUS HIDUP ULAT GRAYAK Hasil yang menunjukkan bahwa umur imago sekitar 2 - 4 hari, telur 2 - 5 hari, umur larva dari instar -1 sampai instar-6 sekitar 9 - 14 hari, dan umur pupa 8 - 12 hari. Jadi siklus hidup ulat grayak dalam satu generasi sekitar 21 - 35 hari pada kondisi yang lebih spesifik
  • 26. LANJUTAN........ • Walang sangit adalah anggota ordo Hemiptera (bangsa kepik sejati), menyerang tanaman padi pada fase pemasakan dengan cara menghisap cairan bulir padi. • Walang sangit mengisap cairan tanaman dari tangkai bunga (paniculae) dan juga cairan buah padi yang masih pada tahap masak susu sehingga menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna. • Lama periode bertelur rata-rata 57 hari sedangkan walang sangit dapat hidup selama rata-rata 80 hari
  • 27. Hawar Daun Bakteri  Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Patogen ini dapat mengenfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai pesemaian sampai menjelang panen. Gejala Serangan Penyakit HDB menghasilkan dua gejala, yaitu kresek dan hawar. • Kresek Gejala terjadi pada tanaman yang berumur < 30 hari (pada saat persemaian atau tanaman baru dipindah). Daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat dan menggulung. Dalam keadaan parah seluruh daun menggulung, layu, dan mati. Gejala mirip tanaman yang terserang penggerek batang. • Hawar Gejala terjadi pada tanaman yang telah mencapai fase tumbuh anakan sampai fase pemasakan. Tanaman mula-mula timbul bercak abu-abu kekuningan umumnya pada tepi daun, kemudian meluas, membentuk hawar dan akhirnya daun mengering. Dalam keadaan lembab (terutama diwaktu pagi), kelompok bakteri berupa butiran berwarna kuning keemasan dapat dengan mudah ditemukan pada daun-daun yang menunjukkan gejala hawar. Dengan bantuan angin, gesekan antar daun, dan percikan air hujan massa bakteri ini berfungsi sebagai alat penyebar penyakit HDB.
  • 28. BLAS • Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea. Awalnya penyakit ini berkembang di pertanaman padi gogo, tetapi akhir-akhir ini sudah menyebar di lahan sawah irigasi. • Jamur P. grisea dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. • Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi, P. grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun • . Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher. Perkembangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).
  • 29. Lanjutan.... • Biologi dan Ekologi Penyakit Blas • Jamur P. grisea mempunyai banyak ras, yang mudah berubah dan membentuk ras baru dengan cepat. • Pada kondisi lingkungan yang mendukung, satu siklus penyakit blas membutuhkan waktu kurang lebih 1 mingghu, yaitu dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika jamur bersporulasi (menghasilkan spora baru) yang siap disebarkan ke udara. Selanjutnya dari satu bercak dapat menghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu malam dan dapat terus menghasilkan spora selama lebih dari 20 hari. • Penyakit blas lebih menyukai kondisi periode embun yang panjang, kelembaban yang tinggi dan temperatur malam hari sekitar 22–25 OC. Faktor lain yang mendukung perkembangan penyakit blas adalah pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, tanah dalam kondisi aerobik dan stres kekeringan. • Pengaruh nitrogen terhadap sel epidermis menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding sel dan menurunnya kadar unsur silika (Si), sehingga jamur lebih mudah melakukan penetrasi. Pemberian Si cenderung membantu kekerasan dan ketegakan daun. Sumber inokulum primer penyakit blas di lapang adalah jerami. Di daerah tropis sumber inokulum selalu ada spanjang tahun karena adanya spora di udara dan tanaman inang alternatif selain padi.
  • 30. Teknologi Pengendalian Penyakit Blas 1. Penanaman Benih Sehat • Jamur penyebab penyakit blas dapat ditularkan melalui benih, sehingga pengendalian dapat lebih efektif bila dilakukan sedini mungkin 2. Perendaman (Soaking) benih • Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam, dan selama periode perendaman, larutan yang digunakan diaduk merata tiap 6 jam. Perbandingannya adalah 1 : 2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida). Benih yang telah direndam dikering anginkan dalam suhu kamar diatas kertas koran dan dibiarkan sampai saatnya gabah tersebut siap untuk disemaikan. Perendaman benih padi sawah dalam larutan fungisida dilakukan sebelum pemeraman. 3. Cara pelapisan (Coating) benih • Benih direndam dalam air selama beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata, kemudian gabah dikering anginkan dengan cara yang sama dengan metode perendaman, selanjutnya benih siap disemaikan. 4. Cara tanam • Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Kemudian didukung dengan cara pengairan berselang (intermiten).
  • 31. TUNGRO • Tungro adalah penyakit virus pada padi yang menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah anakan. Pelepah dan helaian daun memendek dan daun yang terserang sering berwarna kuning sampai kuning-oranye. Wereng hijau adalah serangga utama yang menyebarkan virus tungro. • Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh virus setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah dan mengisap tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh vektor. • Gejala utama penyakit tungro terlihat pada perubahan warna daun terutama pada daun muda berwarna kuning oranye dimulai dari ujung daun. Daun muda agak menggulung, jumlah anakan berkurang, tanaman kerdil dan pertumbuhan terhambat.