SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
LAPORAN PRAKTIKUM 3
JALUR PENEMUAN DOMINAN
Penyusun:
Kelompok V
Kukuh Budi Sampurno (2013184205B0034)
Yussi Tri Achir Wulan (2011184205B0058)
Sofi Safitri (2013184205B0008)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PGRI JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap mahluk hidup akan melakukan interaksi baik dengan sesamanya
maupun dengan lingkungan sejak dia dilahirkan kajian perilaku hewan dapat
dijadikan suatu kunci untuk memahami bagaimana hewan itu dapat terus
bertahan hidup.
Untuk mempelajari suatu kelompok dalam satu teritorial dan belum
diketahui keadaan sebelumnya paling baik digunakan dengan cara jalur atau
transek. Teritori adalah suatu daerah yang dipertahankan oleh seekor individu
hewan yang umumnya mengusir anggota lain dari spesiesnya sendiri. Teritori
secara khusus digunakan untuk pencarian makanan, perkawinan,
membesarkan anak, atau kombinasi aktivitas tersebut. umumnya lokasi
teritori sudah tetap, dan ukurannya bervariasi menurut spesies, fungsi-fungsi
teritori, dan jumlah sumber daya yang tersedia.
Metode Transek Jalur ini merupakan salah satu cara yang sering
digunakan dalam pengumpulan data jenis dan jumlah individu satwaliar.
Panjang dan lebar jalur yang digunakan disesuaikan dengan kondisi topografi
dan kerapatan tegakan di lokasi pengamatan. Data dicatat dari perjumpaan
langsung dengan hewan yang berada dalam lebar jalur pengamatan. Cara ini
paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan perilaku menurut
keadaan lingkungannya. Jalur-jalur contoh dibuat memotong garis topografi.
Transek merupakan garis sampling yang ditarik menyilang pada sebuah
bentukan atau beberapa bentukan.
Ukurannya tregantung pada beberapa kondisi. Transek bertujuan untuk
mengetahui hubungan suatu perubahanyang terjadi pada makhluk hidup
tersebut dan perubahan lingkungannya, serta untuk mengetahui hubungan
perilaku apa saja yang dilakukan oleh sekelompok makhluk hidup yang ada
disuatu teritorial secara cepat. Perilaku yang dapat diamati misalnya perilaku
kompetisi, perilaku makan dan lain sebagainya.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui perilaku kompetisi
2. Untuk mengetahui perilaku makan
1.3 Hipotesis
1. Semakin lama waktu umpan dipasang maka spesies yang datang semakin
bertambah.
2. Hewan yang dating paling banyak akan berusaha menguasai makanan
yang ada.
3. Hewan melakukan kompetisi dalam mempertahankan sumber
makanannya.
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA
3.1 Metode Transek
Metode ini biasanya digunakan untuk sensus burung dan juga
satwa liar. Garis transek merupakan suatu petak contoh dimana seorang pengamat
dan pencatat berjalan sepanjang garis transek dan mencatat setiap jenis burung
yang dilihat baik jumlah maupun jaraknya dengan pengamat. Metode transek ini
dapat sekaligus untuk mencatat data dan jumlah jenis burung. Wilayah yang
dijadikan dengan tiap jalur itu berjarak 1 km.
Metode transek ini dapat sekaligus untuk mencatat data dan beberapa jenis
satwa. Wilayah yang dijadikan sampling dibagi menjadi beberapa jalur dengan
jarak tiap jalur 1 km. Garis transek pada wilayah sensus biasanya dipetakan dalam
peta topografi berskala 1 : 50.000. Petugas sensus berjalan secara serentak sesuai
dengan arah jalurnya masing-masing. Pada saat berjalan, petugas mencatat jumlah
satwa liar, jaraknya dengan petugas, umur, jenis kelamin dan perilakunya. Hasil
yang diperoleh dibuat peta persebarannya.
Asumsi-asumsi yang harus dipegang dalam penggunaan metode ini
adalah:
a. Satwa dan garis transek terletak secara random
b. Satwa tidak bergerak/pindah sebelum terdeteksi
c. Tidak ada satwa yang terhitung dua kali
d. Seekor satwa atau kelompok satwa berbeda satu sama lainnya. Seekor satwa
yang terbang tidak mempengaruhi kegiatan satwa yang lainnya.
e. Respon tingkah laku satwa terhadap kedatangan pengamat tidak berubah
selama dilakukan sensus.
3.2 Perilaku Hewan
Sejak pertama kali dilahirkan atau pertama kali menjadi individu baru
suatu individu tidak akan lepas dari individu lain yang akan berinteraksi dengan
individu itu sendiri ini membuktikan bahwa suatu oranisme / individu tidak akan
bisa hidup tanpa interaksi dengan individu lain , namun interaksi ini bisa menjadi
suatu hal yan positif atau pun negative.
Interaksi dapat terjadi di antara sesama individu dalam suatu populasi,
yang dikenal dengan istilah interaksi intra spesifik. Biasanya interaksi ini terjadi
dalam memperebutkan sumber daya atau makanan sejenis yang keberadaannya
terbatas. Kompetisi ini sangat ketat dikarenakan kebutuhan sumberdaya yang
diperebutkan diantara individu dalam populasi tersebut, dan tidak dapat
digantikan dengan yang lain.
2.2.1 Perilaku Berkunjung
Perilaku berkunjung ke suatu tempat pada hewan terjadi setiap hari.
Sebagian hewan kegiatan sehari-harinya tidak hanya setiap ada mangsa
langsung mereka makan, tetapi mereka juga hanya mengamatinya saja
sehingga hanya berkunjung pada mangsa tersebut. Salah satu yang
dilakukan hanya mengendus mangsa tersebut, memutari mangsa, bahkan
ada yang hanya melihatnya saja dari jarak jauh padahal mereka tahu bahwa
ada mangsa disekitar mereka. Halini terjadi karena ada beberapa faktor,
salah satunya adalah :
1. Dalam keadaan kenyang
2. Baik buruknya keadaan mangsa.
3. Faktor lingkungan
2.2.2 Perilaku Makan
Perilaku Makan Hewan beragam dalam keluasan cita rasanya. Dari
yang sangat khusus hingga ke pemakan umum yang dapat memilih di antara
sekumpulan spesies yang dapat dimakan. Tujuan makan ialah menghasilkan
energi, tetapi energi diperlukan untuk mencari makanan. Jadi hewan
berperilaku sedemikian rupa untuk memaksimumkan perbandingan
kerugian atau keuntungan dari pencarian makanan itu. Kerugian energi dari
mencari makanan diusahakan seminimum mungkin melalui perkembangan
“citra mencari” untuk macam makanan yang, untuk sementara,
menghasilkan keuntungan yang besar. Untuk beberapa spesies, citra
mencari itu mungkin bukan perwujudan makannya saja, melainkan
tempatnya yang khusus. Banyak pula hewan yang menggunakan energinya
untuk membangun perangkap, daya tarik dan sejenisnya untuk menarik
mangsanya agar berada dalam jangkauannya. Sebagian besar kehidupan
hewan sosial berkisar pada makan bersama.
Perilaku makan berbeda-beda pada masing-masing spesies hewan.
Contohnya pada Monyet rhesus. Monyet rhesus adalah binatang siang
(diurnal) yang hidup di pohon-pohon maupun di permukaan tanah.
Umumnya ia herbivora dan memakan daun-daunan dan daun pinus, akar-
akaran, dan kadang-kadang serangga atau binatang-binatang kecil. Monyet
ini mempunyai pipi yang khusus seperti kantung, yang memungkinkannya
menimbun makanannya. Bahan makanan yang sudah dikumpulkan akan
dimakannya belakangan di daerah yang aman. Selain itu, Monyet-monyet
yang menemukan makanan biasanya akan mengumumkan hal ini dengan
panggilan-panggilan yang khas, meskipun ada yang mengatakan bahwa
monyet-monyet muda atau yang rendahan kadang-kadang akan berusaha
menghindari hal itu apabila temuan mereka tidak diketahui.
2.2.3 Perilaku Kompetisi
Kompetisi menunjukan suatu tipe interaksi dimana dua individu atau
lebih bersaing untuk mendapatkan makanan yang jumlahnya terbatas,
tempat hidup, dan lain-lain.Kompetisi inter spesifik bukanlah suatu
kompetisi yang sederhana karena melibatkan berbagai tipe organisme
sehingga memungkinkan terjadi hasil yang berbeda-beda. Jika dua spesies
atau lebi terlibat dalam kompetisi secara langsung untuk memperebutkan hal
yang sama, salah satu dari semuanya, lebih efisien dalam memanfaatkan
sesuatu yang diperebutkan tadi akan punah. Kompetisi interspesifik dapat
menghasilkan penyesuaian keseimbangan oleh dua spesies atau dari suatu
populasi mengganti yang lain. Berdasarkan kebutuhan tersebut kompetisi
dibagi menjadi:
1. Kompetisi teritorial yaitu kompetisi untuk memperebutkan wilayah
atau teritori tempat tinggal organisme, hal ini berkaitan dengan
kompetisi selanjutnya.
2. Kompetisi makanan yaitu kompetisi untuk memperebutkan mangsa
atau makanan dari wilayah-wilayah buruan.
Berdasarkan lawan nya kompetisi juga dapat dibagi menjadi
1. kompetisi internal adalah kompetisi pada organisme dalam satu
spesies
2. kompetisi eksternal adalah kompetisi pada organisme yang berbeda
spesiesnya.
Kompetisi dapat berakibat positif atau negatif bagi salah satu pihak
organisme atau bahkan berakibat negatif bagi keduanya.Kompetisi tidak
selalu salah dan diperlukan dalam ekosistem, untuk menunjang daya dukung
lingkungan dengan mengurangi ledakan populasi hewan yang berkompetisi.
Kompetisi terjadi jika dalam suatu ekosistem terdapat ketidakseimbangan,
misalnya kekurangan air, makanan, pasangan kawin, dan ruang. Contoh,
persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang
rumput.persaingan antar pejantan kumbang bapak memperebutkan betina
ketika musim kawin tiba.
BAB 3. METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
1. Kertas putih berukuran 7,5 cm x 6,25 cm.
2. Umpan makanan, berupa: coklat, pisang, dan ikan asin.
3. Tali rafia untuk mengukur panjang transek.
4. Stopwatch untuk penanda waktu.
5. Buku dan alat tulis untuk mencatat pengamatan.
6. Kamera sebagai dokumentasi.
3.2 Cara Kerja
1. Membuat transek dengan panjang total (80 m) dibagi dengan setiap 10 m
terdapat stasiun.
2. Umpan diletakkan pada setiap stasiun diatas kertas putih, dimana fungsi
kertas putih iniuntuk mempermudah pengamatan.
3. Pengamatan dilakukan selama 40 menit.
4. Hal-hal yang dicatat yaitu waktu memulai pengamatan, jenis hewan yang
datang besertaaktivitas yang dilakukan, soliter/berkelompok, pada menit
keberapa hewan melakukanaktivitasnya.
5. Dianalisis jenis hewan yang pertama kali datang dan yang
mendominasi beserta usaha - usaha yang dilakukan hewan untuk
mempertahankan sumber makanannya.
6. Parameter:
 Berkunjung : mendekati umpan minimal 1 detik
 Makan : menempelkan mandibula pada umpan minimal 10 detik
 Membawa makanan : membawa potongan umpan keluar dari daerah
pengamatan
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Jenis Spesies
Frekuensi Kehadiran
10 Menit
I
10 Menit
II
10 Menit
III
10 Menit
1V
1. Delichoderus sp
(htm)
15 ekor 35 ekor 53 ekor 75 ekor
2. Formica sp
(mrh)
120 ekor 157 ekor 183 ekor 273 ekor
3. Coccinelidae sp - 1 ekor - -
4. Musca
domestica
2 ekor 3 ekor - -
Aktivitas Aktivitas
10 Menit I 10 Menit II 10 Menit III 10 Menit IV
Makan - + + +
Berkunjung + + + +
Kompetisi - + + +
4.2 Pembahasan
Pada spesies Delichoderus sp pada 10 menit pertama sudah banyak
seklai yang mendekat yaitu 15 ekor , lalu pada 10 menit ke 2 bertambah
menjadi 35 ekor selanjutnya pada 10 menit ke 3 dan 4, Delichoderus sp
bertambah secara signifikan yaitu 53 ekor dan 75 ekor, tak hanya
berkunjung namun Delichoderus sp juga mulai memakan ketiga umpan
yang diberikan yaitu pisang , ikan asin and coklat untuk selanjutnya pada
10 menit ke 2 sampai ke 4 , pada kumpulan Delichoderus sp yang
mengerumuni mangsa tidak terlihat adanya kompetisi anta sesama
Delichoderus sp melainkan terlihat saling mempertahankan makanan nya
dari spesies lain yaitu Musa domestica.
Pada Formica sp frekuensi kehadiranya malah lebih banyak lagi
yaitu pada 10 menit pertama terlihat ada 120 ekor Formica sp mulai
mengerubuti umpan yang kami berikan , lalu pada 10 menit ke 2 bertambah
menjadi 157 ekor , lalu pada 10 menit ke 3 dan ke 4 bertambah menjadi
183 ekor dan 273 ekor , disini menunjukan bahwa populasi Formica sp
disekitar area transek banyak dan sesuai mahluk sosial Formica sp
memberitahukan sumber makanan kepada semut-semut yang lainya
sehingga mereka cepat sekali berkumpul , tak hanya sampai disitu Formica
sp juga berusaha mempertahankan territory nya dari Musa domestica dan
Concinelidae sp , bahkan terlihat pada 10 menit ke 3 Formica sp juga
membawa Concinelidae sp ke sarang nya .
Pada Concinelidae sp terlihat mendekati umpan pada 10 menit ke 2
namun tak lama setelah itu Delichoderus sp langsung berusaha
mengusirnya sehingga dia berusaha lari dari makanan namun karena sudah
terljur di kerubuti / digigit oleh Delichoderus sp sehingga Concinelidae sp
tidak bisa lari dan malah menjadi mangsa .
Pada Musa domestica terlihat mendekat pada 10 menit pertama dan
memakan umpan pisang dan coklat yang telah kami berikan namun Musa
domestica pun berusaha di usir oleh Delichoderus sp sehingga Musa
domestica berpindah pindah dari umpan coklat ke umpan pisang dan ikan
asin , tetapi lama kelamaan pada 10 menit ke 3 sudah tidak ditemukan lagi
adanya Musa domestica , ini menunjukan dominansi di kuasai oleh spesies
semut karena jumlah mereka yang banyak dan memiliki sifat sosial yang
sangat erat dalam bekerja sama.
BAB 5. KESIMPULAN
1. Pada setiap stasiun yang kami berikan terlihat di dominasi oleh
semut yaitu Formica sp dan Delichoderus sp , terlihat dalam setiap
stasiun semut ini memakan umpan dan sebagian ada yang
membawa umpan .
2. Semakin lama umpan di diamkan maka akan semakin banyak pula
hewan yang mendekat, pada Formica sp dan Delichoderus sp
namun tidak terjadi pada Musa domestica dan Concinelidae sp, ini
terjadi karena umpan telah di kuasai oleh semut .
3. Pada Musa domestica dan Concinelidae sp yang datang hanya
sampai pada 10 menit ke 2 mereka berdua di usir oleh Formica sp
yang berusaha menguasai umpan.
DAFTAR PUSTAKA
 http://www.biodiversitywariors.org/isi-katalog.php diakses tanggal 30
november 2015
 http://entnemdept.ufl.edu/creatures/urban/files/house_fly.HTM diakses
tanggal 30 november 2015

More Related Content

What's hot

Bab 3. populasi dalam ekosistem
Bab 3. populasi dalam ekosistem Bab 3. populasi dalam ekosistem
Bab 3. populasi dalam ekosistem Syarifah Algadri
 
Roy ibrahim (a352140041)
Roy ibrahim (a352140041)Roy ibrahim (a352140041)
Roy ibrahim (a352140041)3838cinta
 
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...Kalisthiana Yi Ku
 
keanekaragaman hayati
keanekaragaman hayati keanekaragaman hayati
keanekaragaman hayati Roiyul Mufidah
 
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)RaissaMaulidya
 
Ppt keragaman hayati med tek
Ppt keragaman hayati med tekPpt keragaman hayati med tek
Ppt keragaman hayati med tekAnni Mujahidah
 
Penyebaran populasi ekologi umum
Penyebaran populasi ekologi umumPenyebaran populasi ekologi umum
Penyebaran populasi ekologi umumJun Mahardika
 
Bab 6 keanekaragaman hayati
Bab 6 keanekaragaman hayatiBab 6 keanekaragaman hayati
Bab 6 keanekaragaman hayatikawidian_putri
 
Makanan dan hubungannya
Makanan dan hubungannya Makanan dan hubungannya
Makanan dan hubungannya Nursidiq 92
 
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6 Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6 Pujiati Puu
 
Modul tentang rantai makanan (mirnawati)
Modul tentang rantai makanan (mirnawati)Modul tentang rantai makanan (mirnawati)
Modul tentang rantai makanan (mirnawati)Mirnawatimpi
 
Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayatiKeanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayatidenotsudiana
 

What's hot (20)

Ekosistem bag 2
Ekosistem bag 2Ekosistem bag 2
Ekosistem bag 2
 
Bab 3. populasi dalam ekosistem
Bab 3. populasi dalam ekosistem Bab 3. populasi dalam ekosistem
Bab 3. populasi dalam ekosistem
 
Laporan populasi
Laporan populasiLaporan populasi
Laporan populasi
 
Rantai Makanan
Rantai MakananRantai Makanan
Rantai Makanan
 
Roy ibrahim (a352140041)
Roy ibrahim (a352140041)Roy ibrahim (a352140041)
Roy ibrahim (a352140041)
 
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...
 
Ekologi umum- populasi-bio35-d1.
Ekologi umum- populasi-bio35-d1.Ekologi umum- populasi-bio35-d1.
Ekologi umum- populasi-bio35-d1.
 
keanekaragaman hayati
keanekaragaman hayati keanekaragaman hayati
keanekaragaman hayati
 
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
 
Ppt keragaman hayati med tek
Ppt keragaman hayati med tekPpt keragaman hayati med tek
Ppt keragaman hayati med tek
 
Penyebaran populasi ekologi umum
Penyebaran populasi ekologi umumPenyebaran populasi ekologi umum
Penyebaran populasi ekologi umum
 
Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman Hayati
 
Keanekaragaman hewan
Keanekaragaman hewanKeanekaragaman hewan
Keanekaragaman hewan
 
Bab 6 keanekaragaman hayati
Bab 6 keanekaragaman hayatiBab 6 keanekaragaman hayati
Bab 6 keanekaragaman hayati
 
Makanan dan hubungannya
Makanan dan hubungannya Makanan dan hubungannya
Makanan dan hubungannya
 
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6 Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6
 
Modul tentang rantai makanan (mirnawati)
Modul tentang rantai makanan (mirnawati)Modul tentang rantai makanan (mirnawati)
Modul tentang rantai makanan (mirnawati)
 
Aicis mataram2013
Aicis mataram2013Aicis mataram2013
Aicis mataram2013
 
Hubungan makan memakan
Hubungan makan memakanHubungan makan memakan
Hubungan makan memakan
 
Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayatiKeanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati
 

Viewers also liked

An Act to Make UW Madison a Sanctuary Campus
An Act to Make UW Madison a Sanctuary CampusAn Act to Make UW Madison a Sanctuary Campus
An Act to Make UW Madison a Sanctuary CampusKatherine Kerwin
 
Facebook-Bim Wiener Linien
Facebook-Bim Wiener LinienFacebook-Bim Wiener Linien
Facebook-Bim Wiener LinienClaudia Riegler
 
Social media strategy Wiener Linien
Social media strategy Wiener LinienSocial media strategy Wiener Linien
Social media strategy Wiener LinienClaudia Riegler
 
MKT 6301 GROUP 1 PPT FINAL
MKT 6301 GROUP 1 PPT FINALMKT 6301 GROUP 1 PPT FINAL
MKT 6301 GROUP 1 PPT FINALAmogh Trimbakkar
 
La construction de l’État Libéral en Espagne (1833-1868).
La construction de l’État Libéral en Espagne (1833-1868).La construction de l’État Libéral en Espagne (1833-1868).
La construction de l’État Libéral en Espagne (1833-1868).Marcel Duran
 
Unit 3 I love animals
Unit 3 I love animalsUnit 3 I love animals
Unit 3 I love animalsmarianf_m
 

Viewers also liked (13)

world cup 2010
world cup 2010world cup 2010
world cup 2010
 
Autumn
AutumnAutumn
Autumn
 
Review_Dingus
Review_DingusReview_Dingus
Review_Dingus
 
An Act to Make UW Madison a Sanctuary Campus
An Act to Make UW Madison a Sanctuary CampusAn Act to Make UW Madison a Sanctuary Campus
An Act to Make UW Madison a Sanctuary Campus
 
Final portfolio
Final portfolioFinal portfolio
Final portfolio
 
Esclerosis sistémica
Esclerosis sistémicaEsclerosis sistémica
Esclerosis sistémica
 
Presentaciónfinal
PresentaciónfinalPresentaciónfinal
Presentaciónfinal
 
Facebook-Bim Wiener Linien
Facebook-Bim Wiener LinienFacebook-Bim Wiener Linien
Facebook-Bim Wiener Linien
 
Social media strategy Wiener Linien
Social media strategy Wiener LinienSocial media strategy Wiener Linien
Social media strategy Wiener Linien
 
MKT 6301 GROUP 1 PPT FINAL
MKT 6301 GROUP 1 PPT FINALMKT 6301 GROUP 1 PPT FINAL
MKT 6301 GROUP 1 PPT FINAL
 
DCVG rev (d)
DCVG rev  (d)DCVG rev  (d)
DCVG rev (d)
 
La construction de l’État Libéral en Espagne (1833-1868).
La construction de l’État Libéral en Espagne (1833-1868).La construction de l’État Libéral en Espagne (1833-1868).
La construction de l’État Libéral en Espagne (1833-1868).
 
Unit 3 I love animals
Unit 3 I love animalsUnit 3 I love animals
Unit 3 I love animals
 

Similar to Laporan praktikum 3 proses Penemuan dominan

makalah-POPULASI-160428044647.pdf-makalah-POPULASI-160428044647.pdf
makalah-POPULASI-160428044647.pdf-makalah-POPULASI-160428044647.pdfmakalah-POPULASI-160428044647.pdf-makalah-POPULASI-160428044647.pdf
makalah-POPULASI-160428044647.pdf-makalah-POPULASI-160428044647.pdfAgathaHaselvin
 
Keanekaragaman Makhluk hidup
Keanekaragaman Makhluk hidupKeanekaragaman Makhluk hidup
Keanekaragaman Makhluk hidupAzizatul Zainia
 
KLP 9_EKOLOGI UMUM.pptx
KLP 9_EKOLOGI UMUM.pptxKLP 9_EKOLOGI UMUM.pptx
KLP 9_EKOLOGI UMUM.pptxNisaTansa
 
TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptx
TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptxTEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptx
TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptxBunyaminSidrap
 
Pengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanPengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanAde Maiditasari
 
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.pptAhmadRasito
 
Manusia Sebagai Bagian dari Ekosistem PPT
Manusia Sebagai Bagian dari Ekosistem PPTManusia Sebagai Bagian dari Ekosistem PPT
Manusia Sebagai Bagian dari Ekosistem PPTErsa Nabela
 
JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdf
JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdfJOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdf
JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdfAgathaHaselvin
 
Tugas_Ekwan_Devi Karisna Putri_E1A020017_6A.pdf
Tugas_Ekwan_Devi Karisna Putri_E1A020017_6A.pdfTugas_Ekwan_Devi Karisna Putri_E1A020017_6A.pdf
Tugas_Ekwan_Devi Karisna Putri_E1A020017_6A.pdfDeviKarisnaPutri017
 
manusiasebagaibagiandariekosistem-180321135617.pptx
manusiasebagaibagiandariekosistem-180321135617.pptxmanusiasebagaibagiandariekosistem-180321135617.pptx
manusiasebagaibagiandariekosistem-180321135617.pptxRendyStevanusLembong2
 
Pengendalian tikus
Pengendalian tikusPengendalian tikus
Pengendalian tikusDian Saputra
 
Pertemuan 5 sistem reproduksi pada hewan
Pertemuan 5 sistem reproduksi pada hewanPertemuan 5 sistem reproduksi pada hewan
Pertemuan 5 sistem reproduksi pada hewanAhmad Nawawi, S.Kom
 
EKTUM Populasi Tumbuhan
EKTUM Populasi Tumbuhan EKTUM Populasi Tumbuhan
EKTUM Populasi Tumbuhan QORYANI
 
PPT Perkuliahan Sesi 7.ppt
PPT Perkuliahan Sesi 7.pptPPT Perkuliahan Sesi 7.ppt
PPT Perkuliahan Sesi 7.pptPeniKusumastuti1
 
BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx-BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx
BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx-BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptxBAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx-BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx
BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx-BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptxAgathaHaselvin
 

Similar to Laporan praktikum 3 proses Penemuan dominan (20)

Ekologi Hewan
Ekologi HewanEkologi Hewan
Ekologi Hewan
 
makalah-POPULASI-160428044647.pdf-makalah-POPULASI-160428044647.pdf
makalah-POPULASI-160428044647.pdf-makalah-POPULASI-160428044647.pdfmakalah-POPULASI-160428044647.pdf-makalah-POPULASI-160428044647.pdf
makalah-POPULASI-160428044647.pdf-makalah-POPULASI-160428044647.pdf
 
Keanekaragaman Makhluk hidup
Keanekaragaman Makhluk hidupKeanekaragaman Makhluk hidup
Keanekaragaman Makhluk hidup
 
KLP 9_EKOLOGI UMUM.pptx
KLP 9_EKOLOGI UMUM.pptxKLP 9_EKOLOGI UMUM.pptx
KLP 9_EKOLOGI UMUM.pptx
 
TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptx
TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptxTEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptx
TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptx
 
Pengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanPengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewan
 
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt
 
Manusia Sebagai Bagian dari Ekosistem PPT
Manusia Sebagai Bagian dari Ekosistem PPTManusia Sebagai Bagian dari Ekosistem PPT
Manusia Sebagai Bagian dari Ekosistem PPT
 
JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdf
JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdfJOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdf
JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdf
 
Tugas_Ekwan_Devi Karisna Putri_E1A020017_6A.pdf
Tugas_Ekwan_Devi Karisna Putri_E1A020017_6A.pdfTugas_Ekwan_Devi Karisna Putri_E1A020017_6A.pdf
Tugas_Ekwan_Devi Karisna Putri_E1A020017_6A.pdf
 
manusiasebagaibagiandariekosistem-180321135617.pptx
manusiasebagaibagiandariekosistem-180321135617.pptxmanusiasebagaibagiandariekosistem-180321135617.pptx
manusiasebagaibagiandariekosistem-180321135617.pptx
 
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan IkanBiologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
 
Seleksi Alam.pptx
Seleksi Alam.pptxSeleksi Alam.pptx
Seleksi Alam.pptx
 
LINGKUNGAN TERNAK 1.pptx
LINGKUNGAN TERNAK 1.pptxLINGKUNGAN TERNAK 1.pptx
LINGKUNGAN TERNAK 1.pptx
 
Pengendalian tikus
Pengendalian tikusPengendalian tikus
Pengendalian tikus
 
Pertemuan 5 sistem reproduksi pada hewan
Pertemuan 5 sistem reproduksi pada hewanPertemuan 5 sistem reproduksi pada hewan
Pertemuan 5 sistem reproduksi pada hewan
 
EKTUM Populasi Tumbuhan
EKTUM Populasi Tumbuhan EKTUM Populasi Tumbuhan
EKTUM Populasi Tumbuhan
 
PPT Perkuliahan Sesi 7.ppt
PPT Perkuliahan Sesi 7.pptPPT Perkuliahan Sesi 7.ppt
PPT Perkuliahan Sesi 7.ppt
 
BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx-BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx
BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx-BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptxBAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx-BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx
BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx-BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx
 
4 ekosistem
4 ekosistem4 ekosistem
4 ekosistem
 

Recently uploaded

Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 

Recently uploaded (20)

Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 

Laporan praktikum 3 proses Penemuan dominan

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM 3 JALUR PENEMUAN DOMINAN Penyusun: Kelompok V Kukuh Budi Sampurno (2013184205B0034) Yussi Tri Achir Wulan (2011184205B0058) Sofi Safitri (2013184205B0008) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PGRI JEMBER 2015
  • 2. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap mahluk hidup akan melakukan interaksi baik dengan sesamanya maupun dengan lingkungan sejak dia dilahirkan kajian perilaku hewan dapat dijadikan suatu kunci untuk memahami bagaimana hewan itu dapat terus bertahan hidup. Untuk mempelajari suatu kelompok dalam satu teritorial dan belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik digunakan dengan cara jalur atau transek. Teritori adalah suatu daerah yang dipertahankan oleh seekor individu hewan yang umumnya mengusir anggota lain dari spesiesnya sendiri. Teritori secara khusus digunakan untuk pencarian makanan, perkawinan, membesarkan anak, atau kombinasi aktivitas tersebut. umumnya lokasi teritori sudah tetap, dan ukurannya bervariasi menurut spesies, fungsi-fungsi teritori, dan jumlah sumber daya yang tersedia. Metode Transek Jalur ini merupakan salah satu cara yang sering digunakan dalam pengumpulan data jenis dan jumlah individu satwaliar. Panjang dan lebar jalur yang digunakan disesuaikan dengan kondisi topografi dan kerapatan tegakan di lokasi pengamatan. Data dicatat dari perjumpaan langsung dengan hewan yang berada dalam lebar jalur pengamatan. Cara ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan perilaku menurut keadaan lingkungannya. Jalur-jalur contoh dibuat memotong garis topografi. Transek merupakan garis sampling yang ditarik menyilang pada sebuah bentukan atau beberapa bentukan. Ukurannya tregantung pada beberapa kondisi. Transek bertujuan untuk mengetahui hubungan suatu perubahanyang terjadi pada makhluk hidup tersebut dan perubahan lingkungannya, serta untuk mengetahui hubungan perilaku apa saja yang dilakukan oleh sekelompok makhluk hidup yang ada disuatu teritorial secara cepat. Perilaku yang dapat diamati misalnya perilaku kompetisi, perilaku makan dan lain sebagainya.
  • 3. 1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui perilaku kompetisi 2. Untuk mengetahui perilaku makan 1.3 Hipotesis 1. Semakin lama waktu umpan dipasang maka spesies yang datang semakin bertambah. 2. Hewan yang dating paling banyak akan berusaha menguasai makanan yang ada. 3. Hewan melakukan kompetisi dalam mempertahankan sumber makanannya.
  • 4. BAB 2. KAJIAN PUSTAKA 3.1 Metode Transek Metode ini biasanya digunakan untuk sensus burung dan juga satwa liar. Garis transek merupakan suatu petak contoh dimana seorang pengamat dan pencatat berjalan sepanjang garis transek dan mencatat setiap jenis burung yang dilihat baik jumlah maupun jaraknya dengan pengamat. Metode transek ini dapat sekaligus untuk mencatat data dan jumlah jenis burung. Wilayah yang dijadikan dengan tiap jalur itu berjarak 1 km. Metode transek ini dapat sekaligus untuk mencatat data dan beberapa jenis satwa. Wilayah yang dijadikan sampling dibagi menjadi beberapa jalur dengan jarak tiap jalur 1 km. Garis transek pada wilayah sensus biasanya dipetakan dalam peta topografi berskala 1 : 50.000. Petugas sensus berjalan secara serentak sesuai dengan arah jalurnya masing-masing. Pada saat berjalan, petugas mencatat jumlah satwa liar, jaraknya dengan petugas, umur, jenis kelamin dan perilakunya. Hasil yang diperoleh dibuat peta persebarannya. Asumsi-asumsi yang harus dipegang dalam penggunaan metode ini adalah: a. Satwa dan garis transek terletak secara random b. Satwa tidak bergerak/pindah sebelum terdeteksi c. Tidak ada satwa yang terhitung dua kali d. Seekor satwa atau kelompok satwa berbeda satu sama lainnya. Seekor satwa yang terbang tidak mempengaruhi kegiatan satwa yang lainnya. e. Respon tingkah laku satwa terhadap kedatangan pengamat tidak berubah selama dilakukan sensus.
  • 5. 3.2 Perilaku Hewan Sejak pertama kali dilahirkan atau pertama kali menjadi individu baru suatu individu tidak akan lepas dari individu lain yang akan berinteraksi dengan individu itu sendiri ini membuktikan bahwa suatu oranisme / individu tidak akan bisa hidup tanpa interaksi dengan individu lain , namun interaksi ini bisa menjadi suatu hal yan positif atau pun negative. Interaksi dapat terjadi di antara sesama individu dalam suatu populasi, yang dikenal dengan istilah interaksi intra spesifik. Biasanya interaksi ini terjadi dalam memperebutkan sumber daya atau makanan sejenis yang keberadaannya terbatas. Kompetisi ini sangat ketat dikarenakan kebutuhan sumberdaya yang diperebutkan diantara individu dalam populasi tersebut, dan tidak dapat digantikan dengan yang lain. 2.2.1 Perilaku Berkunjung Perilaku berkunjung ke suatu tempat pada hewan terjadi setiap hari. Sebagian hewan kegiatan sehari-harinya tidak hanya setiap ada mangsa langsung mereka makan, tetapi mereka juga hanya mengamatinya saja sehingga hanya berkunjung pada mangsa tersebut. Salah satu yang dilakukan hanya mengendus mangsa tersebut, memutari mangsa, bahkan ada yang hanya melihatnya saja dari jarak jauh padahal mereka tahu bahwa ada mangsa disekitar mereka. Halini terjadi karena ada beberapa faktor, salah satunya adalah : 1. Dalam keadaan kenyang 2. Baik buruknya keadaan mangsa. 3. Faktor lingkungan
  • 6. 2.2.2 Perilaku Makan Perilaku Makan Hewan beragam dalam keluasan cita rasanya. Dari yang sangat khusus hingga ke pemakan umum yang dapat memilih di antara sekumpulan spesies yang dapat dimakan. Tujuan makan ialah menghasilkan energi, tetapi energi diperlukan untuk mencari makanan. Jadi hewan berperilaku sedemikian rupa untuk memaksimumkan perbandingan kerugian atau keuntungan dari pencarian makanan itu. Kerugian energi dari mencari makanan diusahakan seminimum mungkin melalui perkembangan “citra mencari” untuk macam makanan yang, untuk sementara, menghasilkan keuntungan yang besar. Untuk beberapa spesies, citra mencari itu mungkin bukan perwujudan makannya saja, melainkan tempatnya yang khusus. Banyak pula hewan yang menggunakan energinya untuk membangun perangkap, daya tarik dan sejenisnya untuk menarik mangsanya agar berada dalam jangkauannya. Sebagian besar kehidupan hewan sosial berkisar pada makan bersama. Perilaku makan berbeda-beda pada masing-masing spesies hewan. Contohnya pada Monyet rhesus. Monyet rhesus adalah binatang siang (diurnal) yang hidup di pohon-pohon maupun di permukaan tanah. Umumnya ia herbivora dan memakan daun-daunan dan daun pinus, akar- akaran, dan kadang-kadang serangga atau binatang-binatang kecil. Monyet ini mempunyai pipi yang khusus seperti kantung, yang memungkinkannya menimbun makanannya. Bahan makanan yang sudah dikumpulkan akan dimakannya belakangan di daerah yang aman. Selain itu, Monyet-monyet yang menemukan makanan biasanya akan mengumumkan hal ini dengan panggilan-panggilan yang khas, meskipun ada yang mengatakan bahwa monyet-monyet muda atau yang rendahan kadang-kadang akan berusaha menghindari hal itu apabila temuan mereka tidak diketahui.
  • 7. 2.2.3 Perilaku Kompetisi Kompetisi menunjukan suatu tipe interaksi dimana dua individu atau lebih bersaing untuk mendapatkan makanan yang jumlahnya terbatas, tempat hidup, dan lain-lain.Kompetisi inter spesifik bukanlah suatu kompetisi yang sederhana karena melibatkan berbagai tipe organisme sehingga memungkinkan terjadi hasil yang berbeda-beda. Jika dua spesies atau lebi terlibat dalam kompetisi secara langsung untuk memperebutkan hal yang sama, salah satu dari semuanya, lebih efisien dalam memanfaatkan sesuatu yang diperebutkan tadi akan punah. Kompetisi interspesifik dapat menghasilkan penyesuaian keseimbangan oleh dua spesies atau dari suatu populasi mengganti yang lain. Berdasarkan kebutuhan tersebut kompetisi dibagi menjadi: 1. Kompetisi teritorial yaitu kompetisi untuk memperebutkan wilayah atau teritori tempat tinggal organisme, hal ini berkaitan dengan kompetisi selanjutnya. 2. Kompetisi makanan yaitu kompetisi untuk memperebutkan mangsa atau makanan dari wilayah-wilayah buruan. Berdasarkan lawan nya kompetisi juga dapat dibagi menjadi 1. kompetisi internal adalah kompetisi pada organisme dalam satu spesies 2. kompetisi eksternal adalah kompetisi pada organisme yang berbeda spesiesnya. Kompetisi dapat berakibat positif atau negatif bagi salah satu pihak organisme atau bahkan berakibat negatif bagi keduanya.Kompetisi tidak selalu salah dan diperlukan dalam ekosistem, untuk menunjang daya dukung lingkungan dengan mengurangi ledakan populasi hewan yang berkompetisi. Kompetisi terjadi jika dalam suatu ekosistem terdapat ketidakseimbangan, misalnya kekurangan air, makanan, pasangan kawin, dan ruang. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.persaingan antar pejantan kumbang bapak memperebutkan betina ketika musim kawin tiba.
  • 8.
  • 9. BAB 3. METODE KERJA 3.1 Alat dan Bahan 1. Kertas putih berukuran 7,5 cm x 6,25 cm. 2. Umpan makanan, berupa: coklat, pisang, dan ikan asin. 3. Tali rafia untuk mengukur panjang transek. 4. Stopwatch untuk penanda waktu. 5. Buku dan alat tulis untuk mencatat pengamatan. 6. Kamera sebagai dokumentasi. 3.2 Cara Kerja 1. Membuat transek dengan panjang total (80 m) dibagi dengan setiap 10 m terdapat stasiun. 2. Umpan diletakkan pada setiap stasiun diatas kertas putih, dimana fungsi kertas putih iniuntuk mempermudah pengamatan. 3. Pengamatan dilakukan selama 40 menit. 4. Hal-hal yang dicatat yaitu waktu memulai pengamatan, jenis hewan yang datang besertaaktivitas yang dilakukan, soliter/berkelompok, pada menit keberapa hewan melakukanaktivitasnya. 5. Dianalisis jenis hewan yang pertama kali datang dan yang mendominasi beserta usaha - usaha yang dilakukan hewan untuk mempertahankan sumber makanannya. 6. Parameter:  Berkunjung : mendekati umpan minimal 1 detik  Makan : menempelkan mandibula pada umpan minimal 10 detik  Membawa makanan : membawa potongan umpan keluar dari daerah pengamatan
  • 10. BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Jenis Spesies Frekuensi Kehadiran 10 Menit I 10 Menit II 10 Menit III 10 Menit 1V 1. Delichoderus sp (htm) 15 ekor 35 ekor 53 ekor 75 ekor 2. Formica sp (mrh) 120 ekor 157 ekor 183 ekor 273 ekor 3. Coccinelidae sp - 1 ekor - - 4. Musca domestica 2 ekor 3 ekor - - Aktivitas Aktivitas 10 Menit I 10 Menit II 10 Menit III 10 Menit IV Makan - + + + Berkunjung + + + + Kompetisi - + + + 4.2 Pembahasan Pada spesies Delichoderus sp pada 10 menit pertama sudah banyak seklai yang mendekat yaitu 15 ekor , lalu pada 10 menit ke 2 bertambah menjadi 35 ekor selanjutnya pada 10 menit ke 3 dan 4, Delichoderus sp bertambah secara signifikan yaitu 53 ekor dan 75 ekor, tak hanya berkunjung namun Delichoderus sp juga mulai memakan ketiga umpan yang diberikan yaitu pisang , ikan asin and coklat untuk selanjutnya pada 10 menit ke 2 sampai ke 4 , pada kumpulan Delichoderus sp yang mengerumuni mangsa tidak terlihat adanya kompetisi anta sesama
  • 11. Delichoderus sp melainkan terlihat saling mempertahankan makanan nya dari spesies lain yaitu Musa domestica. Pada Formica sp frekuensi kehadiranya malah lebih banyak lagi yaitu pada 10 menit pertama terlihat ada 120 ekor Formica sp mulai mengerubuti umpan yang kami berikan , lalu pada 10 menit ke 2 bertambah menjadi 157 ekor , lalu pada 10 menit ke 3 dan ke 4 bertambah menjadi 183 ekor dan 273 ekor , disini menunjukan bahwa populasi Formica sp disekitar area transek banyak dan sesuai mahluk sosial Formica sp memberitahukan sumber makanan kepada semut-semut yang lainya sehingga mereka cepat sekali berkumpul , tak hanya sampai disitu Formica sp juga berusaha mempertahankan territory nya dari Musa domestica dan Concinelidae sp , bahkan terlihat pada 10 menit ke 3 Formica sp juga membawa Concinelidae sp ke sarang nya . Pada Concinelidae sp terlihat mendekati umpan pada 10 menit ke 2 namun tak lama setelah itu Delichoderus sp langsung berusaha mengusirnya sehingga dia berusaha lari dari makanan namun karena sudah terljur di kerubuti / digigit oleh Delichoderus sp sehingga Concinelidae sp tidak bisa lari dan malah menjadi mangsa . Pada Musa domestica terlihat mendekat pada 10 menit pertama dan memakan umpan pisang dan coklat yang telah kami berikan namun Musa domestica pun berusaha di usir oleh Delichoderus sp sehingga Musa domestica berpindah pindah dari umpan coklat ke umpan pisang dan ikan asin , tetapi lama kelamaan pada 10 menit ke 3 sudah tidak ditemukan lagi adanya Musa domestica , ini menunjukan dominansi di kuasai oleh spesies semut karena jumlah mereka yang banyak dan memiliki sifat sosial yang sangat erat dalam bekerja sama.
  • 12. BAB 5. KESIMPULAN 1. Pada setiap stasiun yang kami berikan terlihat di dominasi oleh semut yaitu Formica sp dan Delichoderus sp , terlihat dalam setiap stasiun semut ini memakan umpan dan sebagian ada yang membawa umpan . 2. Semakin lama umpan di diamkan maka akan semakin banyak pula hewan yang mendekat, pada Formica sp dan Delichoderus sp namun tidak terjadi pada Musa domestica dan Concinelidae sp, ini terjadi karena umpan telah di kuasai oleh semut . 3. Pada Musa domestica dan Concinelidae sp yang datang hanya sampai pada 10 menit ke 2 mereka berdua di usir oleh Formica sp yang berusaha menguasai umpan.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA  http://www.biodiversitywariors.org/isi-katalog.php diakses tanggal 30 november 2015  http://entnemdept.ufl.edu/creatures/urban/files/house_fly.HTM diakses tanggal 30 november 2015