Laporan praktikum mengenai studi jalur penemuan dominan pada hewan. Metode transek digunakan untuk mengamati perilaku kompetisi dan makan pada dua spesies, yaitu semut Formica sp dan kumbang Delichoderus sp. Hasilnya menunjukkan Formica sp hadir dalam jumlah terbanyak dan berusaha mempertahankan wilayahnya, sementara Delichoderus sp mulai memakan dan bersaing untuk sumber daya makanan.
1. LAPORAN PRAKTIKUM 3
JALUR PENEMUAN DOMINAN
Penyusun:
Kelompok V
Kukuh Budi Sampurno (2013184205B0034)
Yussi Tri Achir Wulan (2011184205B0058)
Sofi Safitri (2013184205B0008)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PGRI JEMBER
2015
2. BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap mahluk hidup akan melakukan interaksi baik dengan sesamanya
maupun dengan lingkungan sejak dia dilahirkan kajian perilaku hewan dapat
dijadikan suatu kunci untuk memahami bagaimana hewan itu dapat terus
bertahan hidup.
Untuk mempelajari suatu kelompok dalam satu teritorial dan belum
diketahui keadaan sebelumnya paling baik digunakan dengan cara jalur atau
transek. Teritori adalah suatu daerah yang dipertahankan oleh seekor individu
hewan yang umumnya mengusir anggota lain dari spesiesnya sendiri. Teritori
secara khusus digunakan untuk pencarian makanan, perkawinan,
membesarkan anak, atau kombinasi aktivitas tersebut. umumnya lokasi
teritori sudah tetap, dan ukurannya bervariasi menurut spesies, fungsi-fungsi
teritori, dan jumlah sumber daya yang tersedia.
Metode Transek Jalur ini merupakan salah satu cara yang sering
digunakan dalam pengumpulan data jenis dan jumlah individu satwaliar.
Panjang dan lebar jalur yang digunakan disesuaikan dengan kondisi topografi
dan kerapatan tegakan di lokasi pengamatan. Data dicatat dari perjumpaan
langsung dengan hewan yang berada dalam lebar jalur pengamatan. Cara ini
paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan perilaku menurut
keadaan lingkungannya. Jalur-jalur contoh dibuat memotong garis topografi.
Transek merupakan garis sampling yang ditarik menyilang pada sebuah
bentukan atau beberapa bentukan.
Ukurannya tregantung pada beberapa kondisi. Transek bertujuan untuk
mengetahui hubungan suatu perubahanyang terjadi pada makhluk hidup
tersebut dan perubahan lingkungannya, serta untuk mengetahui hubungan
perilaku apa saja yang dilakukan oleh sekelompok makhluk hidup yang ada
disuatu teritorial secara cepat. Perilaku yang dapat diamati misalnya perilaku
kompetisi, perilaku makan dan lain sebagainya.
3. 1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui perilaku kompetisi
2. Untuk mengetahui perilaku makan
1.3 Hipotesis
1. Semakin lama waktu umpan dipasang maka spesies yang datang semakin
bertambah.
2. Hewan yang dating paling banyak akan berusaha menguasai makanan
yang ada.
3. Hewan melakukan kompetisi dalam mempertahankan sumber
makanannya.
4. BAB 2. KAJIAN PUSTAKA
3.1 Metode Transek
Metode ini biasanya digunakan untuk sensus burung dan juga
satwa liar. Garis transek merupakan suatu petak contoh dimana seorang pengamat
dan pencatat berjalan sepanjang garis transek dan mencatat setiap jenis burung
yang dilihat baik jumlah maupun jaraknya dengan pengamat. Metode transek ini
dapat sekaligus untuk mencatat data dan jumlah jenis burung. Wilayah yang
dijadikan dengan tiap jalur itu berjarak 1 km.
Metode transek ini dapat sekaligus untuk mencatat data dan beberapa jenis
satwa. Wilayah yang dijadikan sampling dibagi menjadi beberapa jalur dengan
jarak tiap jalur 1 km. Garis transek pada wilayah sensus biasanya dipetakan dalam
peta topografi berskala 1 : 50.000. Petugas sensus berjalan secara serentak sesuai
dengan arah jalurnya masing-masing. Pada saat berjalan, petugas mencatat jumlah
satwa liar, jaraknya dengan petugas, umur, jenis kelamin dan perilakunya. Hasil
yang diperoleh dibuat peta persebarannya.
Asumsi-asumsi yang harus dipegang dalam penggunaan metode ini
adalah:
a. Satwa dan garis transek terletak secara random
b. Satwa tidak bergerak/pindah sebelum terdeteksi
c. Tidak ada satwa yang terhitung dua kali
d. Seekor satwa atau kelompok satwa berbeda satu sama lainnya. Seekor satwa
yang terbang tidak mempengaruhi kegiatan satwa yang lainnya.
e. Respon tingkah laku satwa terhadap kedatangan pengamat tidak berubah
selama dilakukan sensus.
5. 3.2 Perilaku Hewan
Sejak pertama kali dilahirkan atau pertama kali menjadi individu baru
suatu individu tidak akan lepas dari individu lain yang akan berinteraksi dengan
individu itu sendiri ini membuktikan bahwa suatu oranisme / individu tidak akan
bisa hidup tanpa interaksi dengan individu lain , namun interaksi ini bisa menjadi
suatu hal yan positif atau pun negative.
Interaksi dapat terjadi di antara sesama individu dalam suatu populasi,
yang dikenal dengan istilah interaksi intra spesifik. Biasanya interaksi ini terjadi
dalam memperebutkan sumber daya atau makanan sejenis yang keberadaannya
terbatas. Kompetisi ini sangat ketat dikarenakan kebutuhan sumberdaya yang
diperebutkan diantara individu dalam populasi tersebut, dan tidak dapat
digantikan dengan yang lain.
2.2.1 Perilaku Berkunjung
Perilaku berkunjung ke suatu tempat pada hewan terjadi setiap hari.
Sebagian hewan kegiatan sehari-harinya tidak hanya setiap ada mangsa
langsung mereka makan, tetapi mereka juga hanya mengamatinya saja
sehingga hanya berkunjung pada mangsa tersebut. Salah satu yang
dilakukan hanya mengendus mangsa tersebut, memutari mangsa, bahkan
ada yang hanya melihatnya saja dari jarak jauh padahal mereka tahu bahwa
ada mangsa disekitar mereka. Halini terjadi karena ada beberapa faktor,
salah satunya adalah :
1. Dalam keadaan kenyang
2. Baik buruknya keadaan mangsa.
3. Faktor lingkungan
6. 2.2.2 Perilaku Makan
Perilaku Makan Hewan beragam dalam keluasan cita rasanya. Dari
yang sangat khusus hingga ke pemakan umum yang dapat memilih di antara
sekumpulan spesies yang dapat dimakan. Tujuan makan ialah menghasilkan
energi, tetapi energi diperlukan untuk mencari makanan. Jadi hewan
berperilaku sedemikian rupa untuk memaksimumkan perbandingan
kerugian atau keuntungan dari pencarian makanan itu. Kerugian energi dari
mencari makanan diusahakan seminimum mungkin melalui perkembangan
“citra mencari” untuk macam makanan yang, untuk sementara,
menghasilkan keuntungan yang besar. Untuk beberapa spesies, citra
mencari itu mungkin bukan perwujudan makannya saja, melainkan
tempatnya yang khusus. Banyak pula hewan yang menggunakan energinya
untuk membangun perangkap, daya tarik dan sejenisnya untuk menarik
mangsanya agar berada dalam jangkauannya. Sebagian besar kehidupan
hewan sosial berkisar pada makan bersama.
Perilaku makan berbeda-beda pada masing-masing spesies hewan.
Contohnya pada Monyet rhesus. Monyet rhesus adalah binatang siang
(diurnal) yang hidup di pohon-pohon maupun di permukaan tanah.
Umumnya ia herbivora dan memakan daun-daunan dan daun pinus, akar-
akaran, dan kadang-kadang serangga atau binatang-binatang kecil. Monyet
ini mempunyai pipi yang khusus seperti kantung, yang memungkinkannya
menimbun makanannya. Bahan makanan yang sudah dikumpulkan akan
dimakannya belakangan di daerah yang aman. Selain itu, Monyet-monyet
yang menemukan makanan biasanya akan mengumumkan hal ini dengan
panggilan-panggilan yang khas, meskipun ada yang mengatakan bahwa
monyet-monyet muda atau yang rendahan kadang-kadang akan berusaha
menghindari hal itu apabila temuan mereka tidak diketahui.
7. 2.2.3 Perilaku Kompetisi
Kompetisi menunjukan suatu tipe interaksi dimana dua individu atau
lebih bersaing untuk mendapatkan makanan yang jumlahnya terbatas,
tempat hidup, dan lain-lain.Kompetisi inter spesifik bukanlah suatu
kompetisi yang sederhana karena melibatkan berbagai tipe organisme
sehingga memungkinkan terjadi hasil yang berbeda-beda. Jika dua spesies
atau lebi terlibat dalam kompetisi secara langsung untuk memperebutkan hal
yang sama, salah satu dari semuanya, lebih efisien dalam memanfaatkan
sesuatu yang diperebutkan tadi akan punah. Kompetisi interspesifik dapat
menghasilkan penyesuaian keseimbangan oleh dua spesies atau dari suatu
populasi mengganti yang lain. Berdasarkan kebutuhan tersebut kompetisi
dibagi menjadi:
1. Kompetisi teritorial yaitu kompetisi untuk memperebutkan wilayah
atau teritori tempat tinggal organisme, hal ini berkaitan dengan
kompetisi selanjutnya.
2. Kompetisi makanan yaitu kompetisi untuk memperebutkan mangsa
atau makanan dari wilayah-wilayah buruan.
Berdasarkan lawan nya kompetisi juga dapat dibagi menjadi
1. kompetisi internal adalah kompetisi pada organisme dalam satu
spesies
2. kompetisi eksternal adalah kompetisi pada organisme yang berbeda
spesiesnya.
Kompetisi dapat berakibat positif atau negatif bagi salah satu pihak
organisme atau bahkan berakibat negatif bagi keduanya.Kompetisi tidak
selalu salah dan diperlukan dalam ekosistem, untuk menunjang daya dukung
lingkungan dengan mengurangi ledakan populasi hewan yang berkompetisi.
Kompetisi terjadi jika dalam suatu ekosistem terdapat ketidakseimbangan,
misalnya kekurangan air, makanan, pasangan kawin, dan ruang. Contoh,
persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang
rumput.persaingan antar pejantan kumbang bapak memperebutkan betina
ketika musim kawin tiba.
8.
9. BAB 3. METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
1. Kertas putih berukuran 7,5 cm x 6,25 cm.
2. Umpan makanan, berupa: coklat, pisang, dan ikan asin.
3. Tali rafia untuk mengukur panjang transek.
4. Stopwatch untuk penanda waktu.
5. Buku dan alat tulis untuk mencatat pengamatan.
6. Kamera sebagai dokumentasi.
3.2 Cara Kerja
1. Membuat transek dengan panjang total (80 m) dibagi dengan setiap 10 m
terdapat stasiun.
2. Umpan diletakkan pada setiap stasiun diatas kertas putih, dimana fungsi
kertas putih iniuntuk mempermudah pengamatan.
3. Pengamatan dilakukan selama 40 menit.
4. Hal-hal yang dicatat yaitu waktu memulai pengamatan, jenis hewan yang
datang besertaaktivitas yang dilakukan, soliter/berkelompok, pada menit
keberapa hewan melakukanaktivitasnya.
5. Dianalisis jenis hewan yang pertama kali datang dan yang
mendominasi beserta usaha - usaha yang dilakukan hewan untuk
mempertahankan sumber makanannya.
6. Parameter:
Berkunjung : mendekati umpan minimal 1 detik
Makan : menempelkan mandibula pada umpan minimal 10 detik
Membawa makanan : membawa potongan umpan keluar dari daerah
pengamatan
10. BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Jenis Spesies
Frekuensi Kehadiran
10 Menit
I
10 Menit
II
10 Menit
III
10 Menit
1V
1. Delichoderus sp
(htm)
15 ekor 35 ekor 53 ekor 75 ekor
2. Formica sp
(mrh)
120 ekor 157 ekor 183 ekor 273 ekor
3. Coccinelidae sp - 1 ekor - -
4. Musca
domestica
2 ekor 3 ekor - -
Aktivitas Aktivitas
10 Menit I 10 Menit II 10 Menit III 10 Menit IV
Makan - + + +
Berkunjung + + + +
Kompetisi - + + +
4.2 Pembahasan
Pada spesies Delichoderus sp pada 10 menit pertama sudah banyak
seklai yang mendekat yaitu 15 ekor , lalu pada 10 menit ke 2 bertambah
menjadi 35 ekor selanjutnya pada 10 menit ke 3 dan 4, Delichoderus sp
bertambah secara signifikan yaitu 53 ekor dan 75 ekor, tak hanya
berkunjung namun Delichoderus sp juga mulai memakan ketiga umpan
yang diberikan yaitu pisang , ikan asin and coklat untuk selanjutnya pada
10 menit ke 2 sampai ke 4 , pada kumpulan Delichoderus sp yang
mengerumuni mangsa tidak terlihat adanya kompetisi anta sesama
11. Delichoderus sp melainkan terlihat saling mempertahankan makanan nya
dari spesies lain yaitu Musa domestica.
Pada Formica sp frekuensi kehadiranya malah lebih banyak lagi
yaitu pada 10 menit pertama terlihat ada 120 ekor Formica sp mulai
mengerubuti umpan yang kami berikan , lalu pada 10 menit ke 2 bertambah
menjadi 157 ekor , lalu pada 10 menit ke 3 dan ke 4 bertambah menjadi
183 ekor dan 273 ekor , disini menunjukan bahwa populasi Formica sp
disekitar area transek banyak dan sesuai mahluk sosial Formica sp
memberitahukan sumber makanan kepada semut-semut yang lainya
sehingga mereka cepat sekali berkumpul , tak hanya sampai disitu Formica
sp juga berusaha mempertahankan territory nya dari Musa domestica dan
Concinelidae sp , bahkan terlihat pada 10 menit ke 3 Formica sp juga
membawa Concinelidae sp ke sarang nya .
Pada Concinelidae sp terlihat mendekati umpan pada 10 menit ke 2
namun tak lama setelah itu Delichoderus sp langsung berusaha
mengusirnya sehingga dia berusaha lari dari makanan namun karena sudah
terljur di kerubuti / digigit oleh Delichoderus sp sehingga Concinelidae sp
tidak bisa lari dan malah menjadi mangsa .
Pada Musa domestica terlihat mendekat pada 10 menit pertama dan
memakan umpan pisang dan coklat yang telah kami berikan namun Musa
domestica pun berusaha di usir oleh Delichoderus sp sehingga Musa
domestica berpindah pindah dari umpan coklat ke umpan pisang dan ikan
asin , tetapi lama kelamaan pada 10 menit ke 3 sudah tidak ditemukan lagi
adanya Musa domestica , ini menunjukan dominansi di kuasai oleh spesies
semut karena jumlah mereka yang banyak dan memiliki sifat sosial yang
sangat erat dalam bekerja sama.
12. BAB 5. KESIMPULAN
1. Pada setiap stasiun yang kami berikan terlihat di dominasi oleh
semut yaitu Formica sp dan Delichoderus sp , terlihat dalam setiap
stasiun semut ini memakan umpan dan sebagian ada yang
membawa umpan .
2. Semakin lama umpan di diamkan maka akan semakin banyak pula
hewan yang mendekat, pada Formica sp dan Delichoderus sp
namun tidak terjadi pada Musa domestica dan Concinelidae sp, ini
terjadi karena umpan telah di kuasai oleh semut .
3. Pada Musa domestica dan Concinelidae sp yang datang hanya
sampai pada 10 menit ke 2 mereka berdua di usir oleh Formica sp
yang berusaha menguasai umpan.