SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
MAKALAH
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN COMBUSTIO (Luka Bakar)
Di susun untuk memenuhi tugas mata ajar keperawatan anak
Pembimbing : Ns. Dyah Restuning P, M.Kep,CWCS
Disusun Oleh :
1. Achmad Selamet Riyadi (1205001)
2. Budi sutaryanto (1205017)
3. Diyana Hidayah (1205023)
4. Nur Anis Syifaah (1205057)
AKADEMI KEPERAWATAN WIDYA HUSADA
SEMARANG TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kehadirat-Nya, akhirnya makalah “Konsep dasarAsuhan
Keperawatan pada Pasien denganLuka Bakar (Combustio)” dapat di susun. Makalah merupakan
kelengkapan bagi mahasiswa agar dapat memahami masalah keperawatan pada pasien luka
bakar. Makalah ini juga di harapkan dapat di gunakan oleh mahasiswa lain karena materi yang
ada di dalam makalah mencakup pokok bahasan yang dapat di pelajari oleh mahasiswa lain.
Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Ns. Dyah Restuning P, M.Kep,CWCS. Selaku
dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberi motivasi dalam proses pembelajaran
dan kami ucapkan pula kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini di buat untuk mahasiswa kesehatan maupun mahasiswa umum yang
nantinya bisa memberikan manfaat maupun pengetahuan tentang masalah Luka Bakar. Kami
tahu bahwa makalah ini mungkin tidak sempurna dan kami membuka diri untuk menerima saran
dan kritikan yang membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
Semarang, 20 Mei 2014
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
MAKALAH.....................................................................................................................................................i
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN COMBUSTIO (Luka Bakar)......................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................................................6
PENDAHULUAN............................................................................................................................................6
1.1Latar Belakang....................................................................................................................................6
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................................................7
BAB II...........................................................................................................................................................3
KONSEP DASAR TEORI.................................................................................................................................3
2.1 Pengertian.........................................................................................................................................3
2.2 Etiologi...............................................................................................................................................4
2.3 Patofisiologi.......................................................................................................................................5
2.4Pathways............................................................................................................................................8
2.5Manifestasi Klinik..............................................................................................................................10
2.6Pemeriksaan Penunjang...................................................................................................................16
2.7Komplikasi.........................................................................................................................................17
2.8Penkajian Fokus................................................................................................................................18
2.9Diagnosa Keperawatan.....................................................................................................................23
2.10Fokus Intervensi..............................................................................................................................24
2.11Penatalaksanaan.............................................................................................................................37
BAB III........................................................................................................................................................46
PENUTUP...................................................................................................................................................46
iii
3.1Kesimpulan.......................................................................................................................................46
3.2Saran.................................................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................47
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di amerika serikat setiap
tahunnya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan
100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12.000 orang meninggal setiap tahunnya
akibat luka bakar. Satu juta hari kerja hilang setiap tahunnya karena luka bakar. Lebih dari
separuh kasus-kasus luka bakar yang dirawat di rumah sakit seharusnya dapat dicegah.
Perawat dapat memainkan peran yang aktif dalam pencegahan kebakaran dan luka bakaar
dengan mengajarkan konsep-konsep pencegahan dan mempromosikan undang-undang
tentang pengamanan kebakaran.
Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk
mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam usia kerja juga lebih sering
menderita luka bakar ketimbang yang diperkirakan lewat repretasinya dalam total populasi.
Sebagian besar luka bakar terjadi di rumah. Memasak, memanaskan atau menggunakan alat-
alat listrik merupakan pekerjaan yang lazimnya terlibat dalam kejadian ini. Kecelakan
industry juga menyebabkan banyak kejadian luka bakar.
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi di mana saja baik di
rumah, di tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain. Anak-anak kecil dan orang
tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Penyebab luka
bakar pun bermacam-macam bisa berupa api, cairan panas, uap panas, bahan kimia, aliran
listrik dan lain-lain.
Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga
dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Perawatan luka bakar disesuaikan dengan
penyebab luka bakar, luas luka bakar dan bagian tubuh yang terkena. Luka bakar yang lebih
luas dan dalam memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan dengan luka bakar yang
hanya sedikit dan superfisial. Luka bakar yang terjadi karena tersiram air panas dengan luka
1
2
bakar karena terkena zat kimia atau radiasi membutuhkan penanganan yang berbeda
meskipun luas luka bakarnya sama.
Luka bakar masih merupakan problema yang berat. Perawatan dan rehabilitasnya
masih sukar dan memerlukan ketekunan serta biaya yang mahal, tenaga terlatih dan terampil.
Mengingat banyaknya masalah dan komplikasi yang dapat dialami pasien, maka pasien luka
bakar memerlukan penanganan yang serius.
(Brunner&suddart, 2002)
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu menjelaskan tentang penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan
masalah gangguan sistem integumen (combustio)
1.2.2 Tujuan Khusus
- Menjelaskan konsep dasar medis pada pasien dengan luka bakar mulai dari
definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologis, manifestasi, pemeriksaan diagostik,
kompilikasi dan penatalaksanaan medik.
- Menganalisa data serta merumuskan diagnosa pada klien dengan luka bakar dan
membuat patways luka bakar.
- Membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
2.1 Pengertian
Pengertian luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu
tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan
suhu rendah (frost-bite). Luka bakar ini dapat mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang
berkaitan dengan problem fungsi maupun estetik (Mansjoer, 2001).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh
energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek baik
memanaskan atau mendinginkan. Secara garis besar ada lima mekanisme penyebab
timbulnya luka bakar, yaitu terutama adalah sebagai berikut :
1. Api : kontak dengan kobaran api.
2. Luka bakar cair : kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas.
3. Luka bakar kimia : asam akan menimbulkan panas ketika kontak dengan jaringan
organik.
4. Luka bakar listrik : Bisa timbul dari sambaran petir atau aliran listrik. Luka bakar
listrik memiliki karakteristik yang unik, sebab sekalipun
sumber panas (listrik) berasal dari luar tubuh,
kebakaran/kerusakan yang parah justru terjadi di dalam tubuh.
5. Luka bakar kontak : kontak langsung dengan obyek panas, misalnya dengan wajan
panas atau knalpot sepeda motor (Brunner&suddart, 2002).
The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data-data statistic dari
berbagai pusat luka bakar diseluruh Amerika Serikat mencatat bahwa sebagian besar pasien
(75%) merupakan korban dari perbuatan dari mereka sendiri. Tersiram air mendidih pada
anak-anak yang baru belajar berjalan; bermain dengan korek api pada anak-anak uasia
sekolah; cedera karena arus listrik pada remaja laki-laki; dan penggunaan obat bius, alcohol
serta sigaret pada orang dewasa semuanya ini memberikan kontribusinya terhadap angka
statistic tersebut. Cobb, Maxwell dan silverstein. 1992 mengemukakan bahwa sekitar 13%
pasien luka bakar yang dirawat di rumah sakit atau pun anggota keluarganya sudaj pernah
3
4
dirawat sebelumnya karena luka bakar. Perawat harus menjadi alat untuk memutskan rantai
luka bakar ini.
Ada empat tujuan utama yang berhubungan dengan luka bakar :
1. Pencegahan
2. Implementasi tindakan untuk penyelamatan jiwa pada pasien-pasien luka bakar yang
berat
3. Pencegahan ketidakmampuan dan kecacatan melalui penganan dini, spesialistik serta
individual
4. Pemulihan atau rehabilitasi pasien melalui pembedahan rekonstruksi dan program
rehabilitasi.
Prediksi keberhasilan hidup : orang yang berusia sangat muda dan tua memiliki risiko
mertalitas yang tinggi sesudah mengalami luka bakar. Peluang untuk bertahan hidup lebih
besar pada anak-anak yang berusia di atas 5 tahun dan pada dewasa muda yang berusia
kurang dari 40 tahun. Cedera inhalasi yang menyertai luka bakar akan memperberat
prognosis pasien. Hasil akhirnya tergantung pada dalamnya dan luasnya luka bakar di
samping pada status kesehatan sebelum luka bakar serta usia pasien.
(Brunner&suddart, 2002)
2.2 Etiologi
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga dipengaruhi
oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misal suhu benda yang membakar, jenis
pakaian yang terbakar, sumber panas : api, air panas dan minyak panas), listrik, zat kimia,
radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup. Luka bakar
dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :
1. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api,
cairan panas atau objek-objek panas lainnya. ( gas, cairan, bahan padat/solid )
5
2. Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn)
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau
basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar
menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya
karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan
rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian
dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar
kimia.
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang
dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak,
tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber
radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari
akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
(Brunner&suddart, 2002) (Corwin, 2009) (Mansjoer, 2001) (Hudak, 2008)
2.3 Patofisiologi
1. Respon sistemik
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal
periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang
terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dan diikuti oleh fase hiperdinamik
serta hipermetabolik. Pasien yang luka bakarnya tidak mencapai 20% dari luas total
permukan tubuh akan memperlihatkan respons yang terutama bersifat local. Insideni,
intensitas dan durasi perubahan patofisiologik pada luka bakar sebanding dengan
luasnyaluka bakar dengan respon maksimal terlihat pada luka bakar yang mengenai
60% atau lebih dari luas permukaan tubuhnya. Kejadian sistemik awal sesudah luka
6
bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas
kapiler dan kemudian terjadinya perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruang interstisial. Ketidakstabilan hemodinamika bukan
hanya melibatkan mekanisme kardiovaskuler tetapi juga keseimbangan cairan serta
elektrolit, volume darah, mekanisme pulmoner dan berbagai mekanisme lainnya.
2. Respon kardiovaskuler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume
darah terlihat jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume
vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah.
Keadaan ini merupakan awitan syok luka bakar. Sebagai respon system saraf simpatik
akan melepaskan ketokolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokonstriksi)
dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokonstriksi pembuluh darah perifer
menurunkan curah jantung.
Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya
tekanan darah kisaran normal yang rendah sehingga curah jantung membaik.
Meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan yang adekuat, tekanan pengisian jantung-
tekanan vena sentral, tekanan arteri pulmonalis dan tekanan baji arteri pulmonalis
tetap rendah selama periode syok luka bakar. Jika resusitasi cairan tidak adekuat,
akan terjadi syok distributif.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang terbesar terjadi dalam 24 jam hingga
36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6 hingga 8
jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan
menghilang dan caira mengalir kembali kedalam kompertemen vaskuler setelah
cairan diabsorbsi kembali ke jaringan intertisial ke dalam kompartemen vaskuler,
volume darah akan meningkat. Jika fungsi renal dan kardiak masih memadai,
haluaran urin akan meningkat. Diuresis berlanjut selama beberapa hari hingga 2
minggu.
7
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, pada luka bakar yang kurang dari 30%
luas total permukaan tubuh, maka gangguan integritas kapiler dan perpidahan cairan
akan terbatas pada luka bakar itu sendiri sehingga pembentukan sehingga
pembentukan lepuh dan edema hanya terjadi di daerah luka bakar. Pasien dengan luka
baakar yang lebih parah akan mengalami edema sistemik yang massif.
3. Respons pulmoner
Sepertiga dari pasien-pasien luka bakar akan mengalami masalah pulmoner
yang berhubungan dengan luka bakar. Meskupun tidak terjadi cedera pulmoner,
hipoksia dapatdijumpai. Pada luka bakar yang berat , konsumsi oksigen oleh jaringan
tubuh pasien akan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat dari keadaan
hipermetabolisme dan respons local (white, 1993). Untuk memastikan tersedianya
oksigen bagi jaringan, mungkin diperlukan suplemen oksigen.
Cedera pulmoner diklasifikasikan menjadi beberapa kategori : cedera saluran
napas, cedera saluran napas di bawah glotis yang mencakup keracunan karbon
monoksida; dan defek restriksi. Cedera saluran napas atas terjadi akibat panas
langsung atau edema. Keadaan ini bermanifestasi pada sebagai obstruksi mekanis
saluran napas atas yang mencakup faring dan laring (Corwin, 2009)
(Brunner&suddart, 2002) (Hudak C. M., 2008).
8
2.4 Pathways
2
3
4
5
6
7
Thermal Burn
Saluran Napas
Destruksi Jaringan
Kulit
Denaturasi protein/
ionisasi sel
Koagulasi sel
Penguatan
meningkat
Electrical burn
Vasodilatasi
pembuluh darah
kapiler
Chemical Burn Radiasi
Saluran Napas
Keracunan gas
CO
Gangguan
perfusi jaringan
Kerusakan
mukosa saluran
napas
Inflamasi jalan
napas
Oedema laring
Saluran Napas
Obstruksi jalan
napas
Pengeluaran
secret
Bersihan jalan
napas tidak efektif
Penumpukan
secret
Hb tidak dapat
mengikat O2
Kelemahan
fisik
Hipoksia Jaringan
Suplai O2 ke
jaringan
Konsentrasi CO
dalam Hb
meningkat
Intoleransi
Aktivitas
Jaringan kulit
terbuka
Gangguan rasa
nyaman nyeri
Kehilangan
barrier kulit
Jaringan saraf
terbuka
Pembuluh
darah terbuka
Peningkatan
respon nyeri
Kerusakan
Integritas Kulit
Resiko Infeksi
Proses inflamasi
(Respon tubuh)
Respon
sistemik
Respon
pada
Hipotala
mus
Voltase Tinggi >
1000 Watt
Masuk jantung
Lisis Sel
Nekrosis
Jantung
Afterload
Kerusakanpertukaran gas
9
Ekstravasi/perpindahan
natrium, H2O, dan protein
dari ruang intravaskuler
ke ruang intersisial
Tekanan onkotik turun
Hipovolemia
Kekurangan Volume
Cairan
Syok luka bakar
Hormon Kortikoadrenal
pelepasan ketokolamin
Respon stress massif,
aktivitas system saraf
simpatis
Penurunan Peristaltik
Usus
Metabolisme
Gastrointestinal
menurun
Penurunan Curah
Jantung
Vasokontriksi perifer
Penurunan aliran
darah ke
Gastrointestinal
Konstipasi
Gangguan
Termoregulasi
Hipotermi
10
2.5 Manifestasi Klinik
1. Kedalaman luka bakar
Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut
sbagai luka bakar superficial partial thickness, deep partial thickness dan full thickness.
Respons lokal terhadap luka bakar bergantung pada dalamnya kerusakan kulit.
• Luka bakar derajat Satu, epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan
sebagian dermis turut cedera. Luka tersebut bisa terasa nyeri, tampak merah dan
kering seperti luka bakar matahari, atau mengalami lepuh/bulle.
Gambar Luka Bakar Derajat I
• Luka bakar derajat dua, meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan
cedera pada bagian dermis lebih dalam. Luka tersebut terasa nyeri, tampak merah
11
dan mengalami eksudasi cairan. Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti oleh
pengisiaan kembali kapiler; folikel rambut masih utuh.
Luka Bakar Derajat II Dibedakan atas 2 (dua) :
a. Derajat II Dangkal (Superficial) :
- Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh. (Moenadjat, 2001).
- Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar
pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat satu dan mungkin
terdiagnosa sebagai derajat dua superfisial setelah 12 sampai 24 jam.
- Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna pink dan basah.
- Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
- Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan
kurang dari 3 minggu (Schwarts et al, 1999).
Gambar Luka Bakar Derajat II
(superficial)
12
b. Derajat II Dalam (Deep)
- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang tersisa.
- Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tampak
berwarna pink dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplai
darah ke dermis (daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran
darah yang sedikit atau tidak ada sama sekali; daerah yang berwarna pink
mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah).
- Jika infeksi dicegah luka bakar akan sembuh dalam 3 sampai 9
minggu. (Schwarts et al, 1999)
• Luka bakar derajat tiga, meliputi destruksi total epidermis serta dermis, dan pada
sebagian kasus, jaringan yang berada dibawahnya. Warna putih hingga merah,
cokelat atau hitam. Daerah yang terbakar tidak terasa nyeri karena serabut-serabut
sarafnya hancur. Luka bakar tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut
dan kelenjar keringat turut hancur.
13
Gambar Luka Bakar Derajat III
(Brunner&suddart, 2002)
2. Berdasarkan Luasnya
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule
of nine atau rule of wallace yaitu:
Bagian
tubuh
1 th 5 th Dewasa
Kepala
leher
18% 14% 9%
Ekstrimitas
atas (kanan
dan kiri)
18% 18% 18 %
Badan
depan
18% 18% 18%
14
Badan
belakang
18% 18% 18%
Ektrimitas
bawah
(kanan dan
kiri)
32% 32% 36%
Genetalia 1% 1% 1%
(Hudak C. M., 2008)
3. Berdasarkan Berat-Ringannya luka bakar
Dalam menentukan berat luka bakar adalah berdasarkan pada luas ukuran dan kedalaman.
Ada terdapat tiga kategori dalam menentukan berat luka bakar; mayor, modrat, minor.
a. Luka bakar mayor
Terdapat satu atau lebih kriteria :
 Luka bakar derajat III lebih dari 10% luas permukaan tubuh
 Luka bakar derajat dua lebih dari 25% luas permukaan tubuh pada orang
dewasa dan lebih dari 20% pada anak anak.
 Luka bakar terdapat pada tangan, muka, kaki, atau genetalia.
 Luka bakar dengan komplikasi fraktur, atau gangguan pernapasan.
 Luka bakar elektrik.
b. Luka bakar Moderat
 Luka bakar 2% sampai 10% luas permukaan tubuh.
 Luka bakar derajat II 15% sampai 25% luas permukaan tubuh pada orang
dewasa dan lebih dari 10% samapi 20% pada anak.
c. Luka bakar minor
 Luka bakar derajat III kurang dari 2% luas permukaan tubuh.
 Luka bakar derajat II kurang dari 15% luas permukaan tubuh pada orang
dewasa dan lebih dari 10% pada anak.
15
Dalam melakukan pengkajian yang harus menjadi pertimbangan secara khusus adalah
lokasi luka bakar : muka, tangan, kaki, dan genetalia karena kemungkinan hilangnya
fungsi.
4. Fase Luka Bakar
- Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang
penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase
awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething
(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya
dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi
obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma.
Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan
kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan
respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan
hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.
- Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
- Fase lanjut.
16
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur (Corwin, 2009).
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosaadalah :
1. Hitung darah lengkap
Peningkatan MHT awal menunjukan hemokonsentrasi sehubung dengan perpindahan
atau kehilngan cairan. Selanjutnya menurunnya Hb dan Ht dapat terjadi sehubungan
dengan kerusakan oleh panas terhadap endothelium pembuluh darah.
2. Sel darah putih
Leukosit dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan respon
inflamasi terhadap cidera.
3. GDA
Dasar penting untuk kecurigaan cidera inhalasi.
4. CO Hbg
Peningkatan lebih dari 15 % mengindikasikan keracunan CO cidera inhalasi.
5. Elektrolit serum:
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cidera jaringan/ kerusakan SDm
dan penurunan fungsi ginjal.
6. Natrium urine random
Lebih besar dari 20 MEqL mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, kurang dari 10
MEq / L menduga ketidak adekuatan resusitasi cairan.
7. Glukosa serum
Rasio albumin / globulin mungkin terbalik sehubungan dengan kehilangan protein pada
edema cairan.
8. Albumin serum
Peningkatan glukosa serum menunjukan respon stress.
9. BUN kreatinin
17
Peningkatan BUN menujukan penuruna fungsi- fungai ginjal.
10. Urine
Adanya albumin, Hb dan mioglobulin menunjukan kerusakan jaringan dalam dan
kehilangan protein.
11. Foto roentgen dada
Dapat tampak normal pada pansca luka bakar dini meskipun dengan cidera inhalasi,
namun cidera inhalasi yang sesungguhnya akan ada pada saat progresif tanpa foto dada.
12. Bronkopi serat optic
Berguna dalam diagnosa luas cidera inhalasi, hasil dapat meliputi edema, perdarahan dan/
tukak pada saluran pernafasan atas
13. Loop aliran volume
Memberikan pengkajian non invasive terhadap efek / luasnya cidera inhalasi
14. Scan paru
Mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya xidera inhalasi
15. EKG
Tanda iskemia miokardiak disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik
16. Foto grafi luka bakar
Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.
(Hudak C. M., 2008)
2.7 Komplikasi
1. Infeksi
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami
sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi.
Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya tahan),
18
kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pda edema larings berat demi kepentingan
penyelamatan jiwa penderita.
2. Curling’s ulcer (ulkus Curling)
Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10. Terjadi ulkus pada
duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis. Antasida harus
diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada endoskopi
75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.
3. Gangguan Jalan nafas
Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi
karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan jalan
membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid
dosis tinggi dan antibiotika.
4. Konvulsi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin, aminofilin,
difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.
5. Kontraktur
Merupakan gangguan fungsi pergerakan.
6. Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut
2.8 Penkajian Fokus
a. Pengkajian
• Anamnesa
1. Identitas
2. Identitas klien
19
• Nama :
• Umur :
Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi
anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian
tinggi terhadap jumlah kematian.
• Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri
dapat disebabkan karena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri
harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul
beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakardan disebabkan karena
pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas,
bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
• Riwayat Kesehatan
- Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak,
pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan
perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase :
fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam
pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang).
- Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai
riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat
dan alkohol.
- Riwayat penyakit keluarga
20
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga,
kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah
kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan.
• Pola ADL (Activity Daily Living)
- Aktifitas/istirahat: Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang
gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
- Sirkulasi: Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik);
takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema
jaringan (semua luka bakar).
- Eliminasi: Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan
otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam
sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus
lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
- Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
- Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan, Tanda: perubahan orientasi; afek,
perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas;
aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan
ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik);
paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
21
- Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak
nyeri.
- Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan
nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema
laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);
sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
- Keamanan:
Tanda:
 Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan
kehilangan cairan/status syok.
 Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong;
mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema
lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
 Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin
coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus; lepuh; ulkus;
nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari
22
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72
jam setelah cedera.
 Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar
(eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan
luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot
tetanik sehubungan dengan syok listrik).
• Riwayat psiko-sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang
disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan.
Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga
mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa
cemas, dan takut.
• Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman
luka). Prinsip pengukuran persentase luas uka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine
lund and Browder) sebagai berikut :
Bagian 1 th 5 th Dewasa
23
tubuh
Kepala
leher
18% 14% 9%
Ekstrimitas
atas (kanan
dan kiri)
18% 18% 18 %
Badan
depan
18% 18% 18%
Badan
belakang
18% 18% 18%
Ektrimitas
bawah
(kanan dan
kiri)
32% 32% 36%
Genetalia 1% 1% 1%
2.9 Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan keracunan karbon monogsida,
inhalasi asap dan obstruksi saluran nafas atas.
2. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan edema dan efek
inhalasi asap .
3. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan
dan interupsi aliran darah arteri / vena.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.
5. Diangnosa keperawatan: hipotermia yang berhubungan dengan gangguan mikro
sirkulasi kulit dan luka yang terbuka.
24
6. Diangnos keperawatan: nyeri yang berhubungan dengan cedera jaringan dan syaraf
serta dampak emosional cedera.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan kehilangan barrier kulit dan terganggunya respon
imun.
8. Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi lapisan
kulit.
9. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan ketahanan dan kekuatan otot.
10. Konstipasi berhubungan dengan Penurunan peristaltic usus akibat penurunan aliran
darah ke gastrointestinal.
11. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan hipovelemia dan peningkatan afterload
akibat disfungsi konduksi listrik
2.10 Fokus Intervensi
1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan keracunan karbon monogsida,
inhalasi asap dan obstruksi saluran nafas atas.
Tujuan : pemeriharaan oksigenasi jaringan yang adekuat.
Kriteria Hasil :
• Tidak ada dipnea.
• Frekuensi respirasi antara 18-24x permenit.
• Paru bersih pada auskultasi selanjutnya.
25
• saturasi oksigen arteri lebih dari 96% denagn oksimetri nadi kadar gas darah arteri
dalam batas normal.
Intervensi Rasional
1. Berikan oksigen yang sudah
dilembabkan
2. Kaji bunyi nafas, frekuensi
pernafasan, irama dan
simetrisnyapernafasan. Pantau pasien
untuk mendeteksi tanda-tanda
hipoksia.
3. Amati hal-hal berikut:
a. Eritma pada mukosa bibir dan pipi.
b. Lubang hidung yang gosong.
c. Luka bakar pada muka
d. Bertambahnya keparauan suara.
e. Adanya hangus dan sputum atau
jaringan trakea dalam secret
respirasi.
4. Pantau hasil gas darah arteri, hasil
pemeriksaan oksimetri denyut nadi
dan kadar karboksi-hemoglobin.
5. Laporkan pernafasan yang berat,
penurunan dalamnya pernafasan, atau
tanda-tanda hipoksia dan segera
kepada dokter.
1. Oksigen yang dilembabkan akan
memberikan kelembapan pada
jaringan yang cedera; suplementasi
oksigen meningkatkan oksigenasi
alveoli.
2. Hasil pengkajian ini memberikan data
dasar untuk pengkajian selanjutnya
dan bukti peningkatan penurinan
pernafasan.
3. Tanda ini menunjukkan kemungkinan
cedera inhalasi dan resiko disfungsi
pernafasan.
4. Peningkatan PCO2 dan penurunan
PO2 serta saturasi O2 dapat menun
jukkan perlunya fentilasi mekanis.
5. Intervensi yang segera diperlukan
untuk mengatasi kesulitan
pernafasan.
26
6. Bersiap untuk membantu dokter dalam
intubasi dan eskarotomi.
7. Pantau dengan ketat keadaan pasien
yang menggunakan alat ventilator
mekanis.
6. Intubasi memungkinkan ventilasi
mekanis. Eskarotomi memudahkan
ekskursi dada pada luka bakar yang
melingkar.
7. Pemantauan memungkinkan deteksi
dini penurunan status respirasi atau
komplikasi pada ventilasi mekanis.
2. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan edema dan efek inhalasi
asap .
Tujuan : pemeliharaan saluran nafas yang peten dan bersihan saluran nafas adekuat.
Kriteria Hasil :
• Jalan nafas paten.
• Sekresi respirasi minimal, tidak berwarna dan encer.
• Frekuensi respirasi,pola dan bunyi nafas normal.
Intervensi Rasional
1. pertahanan kepatenan jalan nafas
melalui pemberian posisi pasien
yang tepat, pembuangan sekresi,
dan jalan nafas artificial bila
diperlukan.
2. Auskultasi paru, perhatikan
stridor, mengi/gemericik,
penurunan bunyi nafas, batuk
rejan.
3. Berikan oksigen yang sudah
dilembabkan.
1. Jalan nafas yang paten sangat krusial
untuk fungsi respirasi.
2. Obstruksi jalan nafas/distres pernafasan
dapat terjadi sangat cepat atau lambat
contoh sampai 48 jam setelah terbakar.
3. Kelembapan akan mengecerkan secret dan
mempermudah ekspektorasi.
27
4. Awasi frekuensi, irama,
kedalaman pernafasan ;
perhatikan adanya pucat/sianosis
dan sputum mengandung karbon
atau merah muda.
5. Dorong pasien agar mau
membalikkan tubuh,batuk dan
nafas dalam. Anjurkan agar
pasien menggunakan
spirometriinsentif. Tindakan
pengisapan jika diperlukan
4. Takipnea, penggunaan otot bantu, sianosis
dan perubahan sputum menunjukkan
terjadi distress pernafasan/edema paru dan
kebutuhan intervensi medik.
5. Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan
pembuanggan sekresi
3. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan dan
interupsi aliran darah arteri / vena.
Tujuan : aliran darah pasien ke jaringan perifer adekuat
Kriteria Hasil :
• nadi perifer teraba dengan kualitas dan kekuatan yang sama
• pengisian kapiler baik
• warna kulit normal tidak sianosis
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji warna, sensasi, gerakan, dan nadi
perifer.
2. Tinggikan ekstremitas yang sakit.
3. Ukur TD pada ektremitas yang
mengalami luka bakar.
1 Pembentukan edema dapat terjadi
secara cepat menekan PD sehingga
mempengaruhi sirkulasi PD ke jaringan
perifer.
2 Untuk meningkatkan aliran balik vena
dan dapat menurunkan edema.
3 Untuk mengetahui kekuatan aliran
darah ke daerah yang mengalami luka
28
4. Dorong latihan gerak aktif.
5. Lakukan kolaborasi dalam
mempertahankan penggantian cairan.
6. Kolaborasi dalam mengawasi elektrolit
terutama natrium, kalium, dan kalsium.
7. Lakukan kolaborasi untuk menghindari
injeksi IM atau SC.
bakar.
4 Untuk meningkatkan sirkulasi darah
lokal dan sistemik.
5 Untuk meningkatkan volume sirkulasi
dan perfusi jaringan.
6 Mengawasi terjadinya penurunan curah
jantung.
7 Perubahan perfusi jaringan dan
pembentukan edema mengganggu
absorpsi obat.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.
Tujuan : Pemeliharaan saluran nafas yang paten dan bersihan jalan nafas adekuat.
Kriteria hasil :
• Kadar elekrolit serum berada dalam batas normal.
• Haluaran urin berkisar antara 0,5 dan 1,0 ml/kg/jam.
• Frekuensi nadi normal 80x/menit
Intervensi Rasional
1. Amati tanda-tanda vital, haluaran
urine, dan waspada terhadap tanda-
tanda hipovelemia atau kelebihan
beban cairan.
2. Pantau haluaran urin sedikitnya setiap
jam sekali dan menimbang berat
badan pasien setiap hari.
1. Hipovelemia merupakan risiko utama
yang segera terdapat sesudah luka
bakar. Resusitasi berlebihan dapat
menyebabkan kelebihan beban cairan.
2. Haluaran urine dan berat badan
memberikan informasi tentang perfusi
renal, kecukupan penggantian cairan,
29
3. Pertahankan pemberian infus dan
mengatur tetesannya pada kecepatan
yang tepat sesuai dengan program
medik.
4. Amati gejala disifisiensi atau
kelebihan kadar natrium, kalsium,
fosfor dan bikarbonat.
5. Naikkan bagian kepala tempat tidur
pasien dan tinggikan ekstremitas yang
terbakar.
dan kebutuhan serta status cairan .
3. Pemberian cairan yang ade kuat di
perlukan untuk mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit
mungkin terjadi.
4. Perubahan yang cepat pada status
cairan dan elektrolit mungkin terjadi
dalam periode pasca luka bakar.
5. Peninggian akan meningkatkan aliran
balik darah vena.
5. Diangnosa keperawatan: hipotermia yang berhubungan dengan gangguan mikro sirkulasi
kulit dan luka yang terbuka.
Tujuan : pemeliharaan suhu tubuh yang adekuat.
Kritera Hasil :
• Suhu tubuh tetap pada rentang 36.1◦c-38,3◦c
• Tidak ada menggigil atau gemetar.
30
Intervensi Rasional.
1. Berikan lingkunggan yang hangat
dengan penggunaan perusal
pemanas, selimut beronga, lampu
atau selimut pemanas.
2. Bekerja dengan cepat kalo lukanya
terpajan udara dingin.
3. Kaji suhu inti tubuh dengan sering.
1. Lingkungan yang stabil
mengurangi kehilanggan panas
lewat evaporasi.
2. Pajanan yang minimal
menggurangi kehilanggan panas
dari luka.
3. Kaji suhu tubuh yang frekuen
membantu mendeteksi terjadinya
hipotermia.
6 Diangnos keperawatan: nyeri yang berhubungan dengan cedera jaringan dan syaraf
serta dampak emosional cedera.
Tujuan: pengendalian rasa nyeri.
Kriteria Hasil :
• Menyatakan tingkat nyeri menurun
• Tidak ada petunjuk non verbal tentang nyeri.
Intervensi Rasional
1. Gunakan skalanyeri untuk menilai
tingkat rasa nyeri (yaitu, 1-10)
bedakan dngan keadaan hipoksia.
2. Kaji tanda nonverbal nyeri
1. Tingkat nyeri memberikan data dasar
untuk mengevaluasi efektifitas
tindakan mengurangi nyeri. Hipoksia
dapat menimbulkan tanda-tanda
serupa dan harus disingkirkan terlebih
dahulu sebelu pengobtan nyeri
dilaksanakan.
2. Data-data hasil pengkajian nyeri akan
31
( gelisah, kening berkerut,
mengatupkan rahang, peningkatan
TD).
3. Berikan instruksi dan membantu
pasien dalam melaksanakan
tekhnik distraksi, relaksasi.
4. Berikan preparat analgetik opioit
menurut program medic. Amati
kemungkinan supresi pernafasan
pada pasien yang tidak memakai
ventilasi mekanis. Lakukan
penilaian respon pasien terhadap
pemberian analgetik.
5. Berikan dukungan emosional dan
menentramkan kekhawatiran
pasien.
memberikan informasi dasar untuk
mengkaji respon nyeri.
3. Tindakan non farmakologik untuk
mengatasi nyeri akan memberikan
berbagai cara intervensi yang dapat
mengurangi sensasi rasa nyeri.
4. Penyuntikan preparat analgetik intra
vena diperlukan karena terjadinya
perubahan perfusi jaringan akibat luka
bakar.
5. Dukungan emosional sangat penting
untuk mengurangi ketakutan dan
ansietas akibat luka bakar. Ketakuatn
dan ansietas akan meningkatkan
persepsi nyeri.
7 Resiko infeksi berhubungan dengan kehilangan barrier kulit dan terganggunya respon imun.
Tujuan: Tidak adanya infeksi yang lokal dan sistemik
Kriteria Hasil :
• Tidak adanya tanda dan gejala infeksi dan sepsis
• Nilai leukosit dalam batas normal
32
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda- tanda infeksi.
2. Batasi jumlah pengunjung.
3. Jaga asepsis selama pasien berisiko.
4. Sediakan perawatan kulit pada area
yang edema.
5. Inpeksi kulit dan membrane mukosa
selama kemerahan, panas tinggi atau
drainase.
6. Anjurkan intake nutrisi yang cukup.
7. Ajarkan pasien dan keluarga tentang
tanda dan gejala infeksi dan
melaporkan kepada petugas perwatan
ketika terdapat tanda dan gejala
infeksi.
Kolaborasi
8. Berikan antibiotic sesuai indikasi.
1. Mengetahui dini terjadinya infeksi
2. Mengurangi kontaminasi silang,
3. meminimalkan kesempatan untuk
kontaminasi.
4. Perawatan kulit pada area yang
edema dapat membantu mencegah
terjadinya infeksi yang lebih luas.
5. Apabila kulit kembali kemerahan
dan terdapat drainase purulen
menandakan terjadi prosesinflamasi
bakteri.
6. Mempertahankan keseimbangan
nutrisi untuk mendukung perpusi
jaringan dan memberikan nutrisi
yang perlu untuk regenerasi selular
dan penyembuhan jaringan.
7. Meningkatkan pengetahuan pasien
dan keluarga
8. Antibiotic dapat menghambat
proses infeksi.
33
9. Monitor absolute granulosit, WBC
,dan hasil normal.
9. WBC merupakan salah satu data
penunjang yang dapat
mengidentifikasi adanya bakteri di
dalam darah. Sel darah putih akan
meningkat sebagai kompensasi
untuk melawan bakteri yang
mnginvasi tubuh.
8 Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi lapisan
kulit.
Tujuan dan Kriteria Hasil : Memumjukkan regenerasi jaringan.
Kriteria hasil: Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.
Intervensi Rasional
1. Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman
luka, perhatikan jaringan nekrotik dan
kondisi sekitar luka.
2. Lakukan perawatan luka bakar yang
tepat dan tindakan kontrol infeksi.
3. Pertahankan penutupan luka sesuai
indikasi.
4. Tinggikan area graft bila
mungkin/tepat. Pertahankan posisi
yang diinginkan dan imobilisasi area
1. Memberikan informasi dasar tentang
kebutuhan penanaman kulit dan
kemungkinan petunjuk tentang
sirkulasi pada aera graft.
2. Menyiapkan jaringan untuk penanaman
dan menurunkan resiko
infeksi/kegagalan kulit.
3. Kain nilon/membran silikon
mengandung kolagen porcine peptida
yang melekat pada permukaan luka
sampai lepasnya atau mengelupas
secara spontan kulit repitelisasi.
4. Menurunkan pembengkakan
/membatasi resiko pemisahan graft.
Gerakan jaringan dibawah graft dapat
34
bila diindikasikan.
5. Pertahankan balutan diatas area graft
baru dan/atau sisi donor sesuai
indikasi.
6. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci,
dan minyaki dengan krim, beberapa
waktu dalam sehari, setelah balutan
dilepas dan penyembuhan selesai.
7. Lakukan program kolaborasi :
Siapkan / bantu prosedur
bedah/balutan biologis.
mengubah posisi yang mempengaruhi
penyembuhan optimal.
5. Area mungkin ditutupi oleh bahan
dengan permukaan tembus pandang tak
reaktif.
6. Kulit graft baru dan sisi donor yang
sembuh memerlukan perawatan khusus
untuk mempertahankan kelenturan.
7. Graft kulit diambil dari kulit orang itu
sendiri/orang lain untuk penutupan
sementara pada luka bakar luas sampai
kulit orang itu siap ditanam.
9 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan ketahanan dan kekuatan otot.
Tujuan : pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri dengan.
Kriteria hasil : Pasien mampu melakukan ADL secara mandiri.
Intervensi Rasional
1. Kaji kembali kemampuan dan keadaan
secara fungsional pada kerusakan yang
terjadi.
2. Monitor fungsi motorik dan sensorik setiap
hari.
3. Lakukan latihan ROM.
1. Mengidentifikasi masalah utama
terjadinya gangguan mobi;litas
fisik.
2. Menentukan kemampuan mobilisasi
mengidentifikasi masalah utama
terjadinya gangguan mobilitas fisik.
3. Mencegah terjadinya kontraktur.
4. Penekanan terus-menerus
35
4. Ganti posisi tiap 2 jam sekali. menimbulkan decubitus
10 Konstipasi berhubungan dengan Penurunan peristaltic usus akibat penurunan aliran
darah ke gastrointestinal.
Tujuan : Pasien tidak mengalami konstipasi dan pengeluaran urine lancar.
Kriteria hasil :
• Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan 1-2x sehari.
• Feses lunak dan berbentuk.
• Mengeluarkan feses tanpa bantuan.
Intervensi Rasional
1. Dapatkan data dasar mengenai
program defekasi, aktivitas,
pengobatan, dan pola kebiasaan.
2. Pantau tanda dan gejala rupture usus
atau peritonitis.
3. Jelaskan etiologi masalah dan
rasional tindakan kepada pasien.
4. Ajarkan pasien tentang efek
diet(misal cairan dan serat) pada
eliminasi.
1. Untuk menyusun intervensi sesuai
kebutuhan pasien.
2. Mencegah terjadinya rupture usus dan
peritonitis agar tidak terjadi infeksi
dalam.
3. Pemberian informasi yang tepat akan
membuat pasien tenang dan mampu
ikut berperan aktif dalam prosedur
keperawatan untuk mengatasi
konstipasi.
4. Meningkatkan keseimbangan cairan
dan serat untuk proses pembentukan
feses yang baik sehingga mencegah
komplikasi akibat cairan yang tidak
normal dan feces yang keras.
36
11 Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan hipovelemia dan peningkatan
afterload akibat disfungsi konduksi listrik
Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan, klien menunjukkan adanya
peningkatan curah jantung.
Kriteria Hasil:
• Frekuensi jantung meningkat
• Status Hemodinamik stabil
• Haluaran Urin adekuat
• Tidak terjadi dispnu
• Akral Hangat
Intervensi Rasional
- Auskultasi nadi apical, kaji
frekuensi, irama jantung.
- Catat bunyi jantung.
- Palpasi nadi perifer.
- Pantau tekanan darah.
- Pantau keluaran urine, catat
- Biasanya terjadi tachycardia untuk
mengkompensasi penurunan
kontraktilitas jantung.
- S1 dan s2 lemah, karena
menurunnya kerja pompa S3
sebagai aliran ke dalam serambi
yaitu distensi. S4 menunjukkan
inkopetensi atau stenosis katup.
- Untuk mengetahui fungsi pompa
jantung yang sangat dipengaruhi
oleh CO dan pengisisan jantung.
- Untuk mengetahui fungsi pompa
jantung yang sangat dipengaruhi
oleh CO dan pengisisan jantung.
- Dengan menurunnya CO
37
penurunan keluaran, dan kepekatan
atau konsentrasi urine.
- Kaji perubahan pada sensori
contoh: letargi, bingung,
disorientasi, cemas dan depresi.
- Berikan istirahat semi recumbent
(semi-fowler) pada tempat tidur.
- Kolaborasi dengan dokter untuk
terapi, oksigen, obat jantung, obat
diuretic dan cairan.
mempengaruhi suplai darah ke
ginjal yang juga mempengaruhi
pengeluaran hormone aldosteron
yang berfungsi pada proses
pengeluaran urine.
- Menunjukkan tidak adekuatnya
perfusi serebral sekunder terhadap
penurunan curah jantung.
- Memperbaiki insufisiensi kontraksi
jantung dan menurunkan kebutuhan
oksigen dan penurunan venous
return.
- Membantu dalam proses kimia
dalam tubuh.
2.11 Penatalaksanaan
b. Penatalaksanaan Luka Bakar Berdasarkan Berat Ringannya Luka Bakar
1. Luka Bakar Ringan
Dalam kasus luka bakar, ada 3 (tiga) derajat luka bakar berdasarkan tingkat
keparahannya. Derajat paling awal yaitu luka bakar ringan, dimana sebagian
epidermis (bagian teratas kulit) terbakar dalam kadar yang cukup ringan.
Biasanya luka bakar ringan disebabkan oleh terkena panas matahari berlebihan,
tersentuh benda panas misalnya setrika atau panci/wajan panas, tersiram air panas,
atau kena bahan kimia yang bersifat korosif.
Gejala luka bakar ringan adalah kulit memerah, ada pembengkakan, dan pada
beberapa kasus, bisa menyebabkan demam dan sakit kepala.
Walaupun tergolong ringan, luka bakar ringan tetap harus dirawat dengan baik.
Berikut adalah langkah-langkah perawatan luka bakar ringan :
38
- Dinginkan luka bakar dengan air dingin yang mengalir secara terus
menerus selama 15 menit. Hal ini bisa dilakukan dengan meletakkan
bagian yang mengalami luka bakar di bawah kran dengan air
yang terus mengalir, atau rendam dalam bak mandi atau ember yang
berisi air dingin. Tindakan ini berguna untuk mencegah atau
mengurangi bengkak yang disebabkan oleh kerusakan jaringan serta
mencegah kerusakan merembet ke lapisan kulit yang lebih dalam.
2. Jangan meletakkan es secara langsung pada luka bakar, karena dapat
menyebabkan frosbite, yaitu cedera atau kematian sel karena membeku.
3. Jangan mengoleskan apapun ke kulit yang mengalami luka bakar sebelum anda
melakukan tindakan diatas. Mengoleskan pasta gigi atau mentega bukanlah
tindakan yang tepat, bahkan akan memicu munculnya infeksi.
4. Setelah luka bakar dingin, oleskan lotion yang mengandung aloe vera atau
vitamin E. Hal ini bertujuan untuk mencegah kulit menjadi kering atau rusak.
5. Bila perlu anda dapat menutup kulit yang mengalami luka bakar dengan kasa
steril yang mengandung antibiotik ( Sofratulle atau Daryantulle) dan plester.
Tindakan ini dapat mencegah terjadinya infeksi dan juga mengurangi nyeri akibat
luka bakar bersentuhan dengan udara atau pakaian.
6. Selain kasa steril yg mengandung antibiotik anda juga bisa mengoleskan krim
antibiotik contohnya Bioplacenton ke luka bakar untuk mencegah infeksi.
7. Untuk mengurangi rasa nyeri atau demam minumlah pereda nyeri seperti
paracetamol atau aspirin.
8. Setelah luka bakar sembuh untuk mengurangi bekas luka dapat menggunakan
mederma gel yang bisa di beli di apotik-apotik terdekat.
9. Luka bakar sedang
Luka bakar sedang atau luka bakar tingkat II adalah luka bakar yang menyebabkan
kerusakan pada lapisan di bawah kulit. Contohnya adalah sengatan sinar matahari yang
berlebihan, cairan panas dan percikan api dari bensin atau bahan lain.
39
Menurut Stanley M. Zildo seperti dikutip dari bukunya yang berjudul 'First Aid,Cara
Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat', gejala luka bakar tingkat II ini
berupa kulit kemerahan, melepuh, bengkak yang tak hilang selama beberapa hari dan
kulit terlihat lembab.
Apabila terjadi luka bakar seperti ini, segera lakukan hal berikut:
10. Siram air dingin atau air es pada daerah luka atau beri kompres dengan
menggunakan handuk kecil. Bisa juga menggunakan saputangan yang
sebelumnya dicelupkan ke dalam air.
11. Keringkan luka menggunakan handuk besih atau bahan lain yang lembut.
12. Tutup dengan perban steril untuk menghindari infeksi.
13. Angkat bagian tangan atau kaki yang terluka lebih tinggi dari organ juantung.
14. Segera cari pertolongan medis jika korban mengalami luka bakar di sekitar bibir
atau kesulitan bernapas.
15. Jangan coba mengempiskan luka yang melepuh atau mengoleskan minyak,
semprotan atau ramuan lain tanpa sepengetahuan dokter.
PENATALAKSANAAN FASE RESUSITATIF
1. Perawatan di Tempat Kejadian
Prioritas pertama adalah menghentikan proses kebakaran dan mencegah mencederai
diri sendiri. Berikut prosedur emergensi tambahan :
 Mematikan api
 Mendinginkan luka bakar
 Melepaskan benda penghalang
 Menutup luka bakar
 Mengirigasi luka bakar kimia.
Meskipun efek lokal paling tampak nyata pada luka bakar, namun efek sistemik
merupakan ancaman yang lebih besar. Harus diingat ABC selama periode awal pasca
luka bakar, yaitu : Airway (saluran nafas), Breathing (pernafasan) dan
40
Circulation/sirkulasi darah (dan Cervical spine immobilization/fiksasi vertebra servikalis
jika diperlukan).
Breathing harus dinilai dan patensi saluraran nafas diciptakan pada perawatan
emergensi. Terapi yang segera ditujukan (immediate therapy) ditujukan penciptaan
saluran nafas lapang dan pemberian oksigen 100 % yang dilembabkan. Bila terjadi edema
saluran nafas dapat dipasang pipa endotrakeal dan memulai ventilasi manual.
Sistem sirkulasi dinilai pada denyut apikal dan tekanan darah yang harus dimonitor
dengan sering. Takikardi dan hipotensi ringan terjadi segera pasca luka bakar. Survai
sekunder dari kepala sampai kaki untuk menemukan cedera lainnya.
Pencegahan syok dengan pemberian cairan infus dan elektrolit. Selain itu tidak boleh
ada makanan atau minuman diberikan lewat mulut dan pasien diposisikan untuk
pencegahan aspirasi muntahan karena mual dan vomitus timbul akibat ileus paralitik
(Brunner&suddart, 2002).
2. Perawatan di Unit Gawat Darurat
Prioritas pertama di UGD tetap ABC. Untuk cedera paru ringan, udara pernafasan
dilembabkan dan pasien didorong batuk sehingga sekret bisa dikeluarkan dengan
penghisapan. Untuk situasi parah pengeluaran sekret dengan penghisapan bronkus dan
pemberian preparat bronkodilator serta mukolitik. Jika edema jalan nafas, intubasi
endotrakeal mungkin indikasi. Continuous positive airway pressure dan ventilasi mekanis
mungkin perlu untuk oksigenasi adekuat.
Kanula Intra Vena dipasang pada vena perifer atau dimulai aliran sentral. Untuk
LPTT di atas 20%-30% harus dipasang kateter pengukuran haluaran urine. NGT untuk
resiko ileus paralitik dengan LPTT lebih 25%. Untuk cedera inhalasi atau keracunan
monoksida diberikan oksigen 100% dilembabkan.
Booster toksoid tetanus diberikan bila sudah diimunisasi sebelumnya tapi belum
menerima lagi 5 tahun terakhir. Jika riwayat imunisasi tidak diketahui, diberikan 250 unit
41
globulin human imun-tetanus manusia dan pemberian pertama dari serangkaian imunisasi
aktif dengan toksoid tetanus.
Selimut tidak melekat dan tidak berbulu diberikan untuk kehangatan dan pencegahan
hipotermi serta pencegahan kontaminasi dan mengurangi nyeri (atau dengan air normal
salin dingin bukan air es karena dapat merusak jaringan)
Tanggung jawab keperawatan termasuk pemantauan terhadap cedera inhalasi,
pemantauan resusitasi cairan, pengkajian luka bakar, pemantauan tanda-tanda vital,
pengumpulan riwayat kesehatan yang akurat dan tindakan kedaruratan (Hudak C. M.,
2008).
3. Perawatan di Unit Perawatan Kritis
Resusitasi cairan adalah intervensi primer pada fase ini. Tujuan dari fase perawatan
ini adalah untuk :
a). Memperbaiki defisit cairan, elektrolit dan protein.
b). Menggantikan kehilangan cairan berlanjut dan mempertahankan keseimbangan
cairan.
c). Mencegah pembentukan edema berlebihan
d). Mempertahankan haluaran urine pada dewasa 30 sampai 70 ml/jam.
Formula untuk penggantian cairan secara umum dilakukan penggantian kehilangan
kristaloid ( RL: mendekati komposisi cairan ekstravaskuler, molekulnya besar dapat
mengembangkan volume plasma yang bersirkulasi ) dan koloid. Setelah 24 jam pertama
penggantian kehilangan air evaporatif dengan dekstrosa/air (5DW) 5% untuk
pertahankan natrium 140mEq/L.
Berikut pedoman dan rumus untuk penggantian cairan luka bakar :
a). Rumus Konsensus
Larutan Ringer Laktat (atau saline lainnya) : 2-4 ml x kg BB x % luas luka bakar.
Separuh diberikan dalam 8 jam pertama; sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
42
b). Rumus Evans
• Koloid : 1 ml x kg BB x % luas luka bakar
• Elektrolit (salin) : 1 ml x kg BBx % luas luka bakar
• Glukosa (5 % dalam air) : 2000 ml untuk kehilangan insensibel
Hari 1 : Separuh diberikan dalam 8 jam pertama; separuh sisanya dalam 16 jam
berikutnya.
Hari 2 : separuh dari cairan elektrolit dan koloid yang diberikan pada hari
sebelumya; seluruh penggantian cairan insensibel.
Maksimum 10.000 ml selama 24 jam. Luka bakar derajat dua dan tiga yang
melebihi 50 % luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan 50% luas permukaan
tubuh.
c). Rumus Brooke Army
Koloid : 0,5 ml x kg berat badan x % luka bakar
• Elektrolit ( larutan ringer laktat ): 1,5 ml x kg berat badan x % luas luka bakar
• Gukosa 5 % dalam air : 2000ml untuk kehilangan insensibel.
Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama; separuh sisanya dalam 16 jam
berikutnya.
Hari 2 : separuh dari cairan koloid yang diberikan pada hari sebelumnya; seluruh
pengantian cairan insensibel.
Luka bakar derajad dua dan tiga yang melebihi 50 % luas permukaan tubuh dihitung
berdasarkan 50 % luas permukaan tubuh.
d. Rumus Parkland/Baxter
Pada Dewasa
Larutan Ringer Laktat : 4 ml x kg BB x % luas luka bakar
43
Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama; separuh dalam 16 jam berikutnya.
Hari 2 : bervariasi. Ditambahkan koloid.
Berikan ½ dari total kebutuhan cairan dalam waktu 8 jam pertama, dan sisanya 16
jam berikutnya.
Contoh :
korban gawat darurat tersiram air panas pada tangan kanan dan kaki kanan, umur 42
tahun dengan BB 50 kg, luas luka bakar 20%. Maka korban gawat darurat akan
mendapat 50 x 20 x 4 cc / 24 jam = 4000 cc / 24 jam. Separuh 2000cc (4 kolf) dalam
8 jam pertama. kemudian 8 jam berikutnya diberikan dari ¼ x 4000 cc = 1000cc,
pada 8 jam terakhir diberikan sisanyanya yaitu 1000cc.
catatan: 2000 cc x 20 (tetes infus set) = 80 tetes/ menit
Pada Anak-anak
Resusuitasi : 2 cc x BB(kg) x LB = a cc
Kebutuhan faal :
< 1 th : BB x 100 cc
1-3 th : BB x 75 cc = b cc
44
3-5 th : BB x 50 cc
Kebutuhan Total = ∑ resusitasi + ∑ faal = a + b
Diberikan dalam keadaan tercampur
- RL : Dextran = 17 : 3
- 8 jam I = ½ (a + b) cc
- 16 jam II = ½ (a + b) cc
Contoh:
1. Untuk pasien dengan berat badan 20 kg dengan luka bakar 25% Total cairan
dalam waktu 24 jam pertama
= (60 ml/jam x 24 jam) + 4 ml x 20kg x 25% luka bakar
= 1440 ml + 2000 ml
= 3440 ml (1720 ml selama 8 jam pertama)
24 jam kedua: berikan ½ hingga ¾ cairan yang diperlukan selama hari pertama.
Awasi pasien dengan ketat selama resusitasi (denyut nadi, frekuensi napas, tekanan
darah dan jumlah air seni). Transfusi darah mungkin diberikan untuk memperbaiki
anemia atau pada luka-bakar yang dalam untuk mengganti kehilangan darah.
d). Larutan salin hipertonik
Larutan pekat natrium klorida ( NaCl ) dan laktat dengan konsentrasi 250-300 mEq
natrim per liter yang diberikan pada kecepatan yang cukup untuk mempertahankan
volume keluaran urin yang diinginkan. Jangan meningkatkan kecepatan infus selama
8 jam pertama pasca luka bakar. Kadar natrium serum harua dipantau dengan ketat,
tujuan : meningkatkan kadar natrium serum dan osmolalitas untuk mengurangi
edema dan mencegah komplikasi paru.
45
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadapkemungkinan
lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegahkehilangan cairan tubuh,
membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses
aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Lukabakar adalah hal yang umum, namun merupakan
bentukcederakulityangsebagianbesardapatdicegah
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cederaoleh sebab
lain.Biaya yangdibutuhkanjugacukupmahaluntukpenanganannnya. Penyebablukabakarselainkarenaapi
( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhutinggi dari matahari, listrik maupun
bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak
terjadipadakecelakaanrumahtangga.
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-
bahan kimia, serta sengatan matahari.
3.2 Saran
a. Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan kegawat daruratan luka bakar diharapkan mampu memahami konsep dasar
luka bakar serta konsep asuhan keperawatan.
b. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan
dengan penyakit ini.
c. Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan dan
ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakuan penanganan luka bakar dengan
cepat dan tepat.
44
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi edisi 3 . Jakarta: EGC.
Doenges, M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Gruendemann, Barbara J. (2005). Buku Ajar Keperawatan Periopratif, vol. 2. Jakarta: EGC.
Hudak, C. M. (2008). Keperawatan kritis pendekatan 1 edisi 8. Jakarta : EGC.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.
Suddarth, B. &. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC.
45

More Related Content

What's hot

Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
Abdul Ghony
 
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
zulindarisma
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
Mas Mawon
 

What's hot (20)

Askep Mastoiditis
Askep MastoiditisAskep Mastoiditis
Askep Mastoiditis
 
Askep ards
Askep ardsAskep ards
Askep ards
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Asuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan MeningitisAsuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan Meningitis
 
Lp anc benar
Lp anc benarLp anc benar
Lp anc benar
 
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
 
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitas
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
 
Prinsip prinsip etika keperawatan
Prinsip prinsip etika keperawatanPrinsip prinsip etika keperawatan
Prinsip prinsip etika keperawatan
 
Sp isolasi sosial
Sp isolasi sosialSp isolasi sosial
Sp isolasi sosial
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
 
Konsep dan-perspektif-kmb
Konsep dan-perspektif-kmbKonsep dan-perspektif-kmb
Konsep dan-perspektif-kmb
 
Tinea kruris
Tinea krurisTinea kruris
Tinea kruris
 
Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional
 
Askep pada pasien ringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ringitis AKPER PEMKAB MUNA Askep pada pasien ringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ringitis AKPER PEMKAB MUNA
 

Viewers also liked

Asuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakarAsuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakar
pt.cingursapi
 
Askep gadar luka bakar
Askep gadar luka bakarAskep gadar luka bakar
Askep gadar luka bakar
f' yagami
 
Asuhan keperawatan klien dengan combustio
Asuhan keperawatan klien dengan combustioAsuhan keperawatan klien dengan combustio
Asuhan keperawatan klien dengan combustio
AKPER PEMDA INDRAMAYU
 
Sindrom steven johnson (ssj)
Sindrom steven johnson (ssj)Sindrom steven johnson (ssj)
Sindrom steven johnson (ssj)
Kaze Va
 
Nanda nic noc psik fikes umm
Nanda nic noc psik fikes ummNanda nic noc psik fikes umm
Nanda nic noc psik fikes umm
Nanang Pujiatmoko
 

Viewers also liked (20)

Asuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakarAsuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakar
 
Askep Luka Bakar
Askep Luka BakarAskep Luka Bakar
Askep Luka Bakar
 
Askep gadar luka bakar
Askep gadar luka bakarAskep gadar luka bakar
Askep gadar luka bakar
 
Askep luka bakar
Askep luka bakarAskep luka bakar
Askep luka bakar
 
asuhan keperawatan pada Steven Johnson
asuhan keperawatan pada Steven Johnsonasuhan keperawatan pada Steven Johnson
asuhan keperawatan pada Steven Johnson
 
Asuhan keperawatan klien dengan combustio
Asuhan keperawatan klien dengan combustioAsuhan keperawatan klien dengan combustio
Asuhan keperawatan klien dengan combustio
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2
 
Askep luka bakar
Askep luka bakarAskep luka bakar
Askep luka bakar
 
Asuhan keperawatan HIV/AIDS
 Asuhan keperawatan HIV/AIDS Asuhan keperawatan HIV/AIDS
Asuhan keperawatan HIV/AIDS
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan saluran fitri ereke
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan saluran fitri erekeAsuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan saluran fitri ereke
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan saluran fitri ereke
 
Kb 1 asuhan keperawatan pada pasien dengan penyalahgunaan zat
Kb 1 asuhan keperawatan pada pasien dengan penyalahgunaan zatKb 1 asuhan keperawatan pada pasien dengan penyalahgunaan zat
Kb 1 asuhan keperawatan pada pasien dengan penyalahgunaan zat
 
Sindrom steven johnson (ssj)
Sindrom steven johnson (ssj)Sindrom steven johnson (ssj)
Sindrom steven johnson (ssj)
 
Nanda nic noc psik fikes umm
Nanda nic noc psik fikes ummNanda nic noc psik fikes umm
Nanda nic noc psik fikes umm
 
Gadar klompok AKPER PEMKAB MUNA
Gadar klompok AKPER PEMKAB MUNA Gadar klompok AKPER PEMKAB MUNA
Gadar klompok AKPER PEMKAB MUNA
 
Penanganan luka bakar dan luka kotor
Penanganan luka bakar dan luka kotorPenanganan luka bakar dan luka kotor
Penanganan luka bakar dan luka kotor
 
Konsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
Konsep Asuhan Keperawatan DermatitisKonsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
Konsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
 
Sistem ekskresi
Sistem ekskresiSistem ekskresi
Sistem ekskresi
 
Kb 2 asuhan keperawatan medikal bedah, luka bakar, keracunan
Kb 2 asuhan keperawatan medikal bedah, luka bakar, keracunanKb 2 asuhan keperawatan medikal bedah, luka bakar, keracunan
Kb 2 asuhan keperawatan medikal bedah, luka bakar, keracunan
 
Konsep keperawatan gawat darurat
Konsep keperawatan gawat daruratKonsep keperawatan gawat darurat
Konsep keperawatan gawat darurat
 

Similar to Askep luka bakar asli

Similar to Askep luka bakar asli (20)

Askep luka bakar
Askep luka bakarAskep luka bakar
Askep luka bakar
 
Kb 1 penanganan luka bakar
Kb 1 penanganan luka bakarKb 1 penanganan luka bakar
Kb 1 penanganan luka bakar
 
Makalah Luka Bakar (combustio)
Makalah Luka Bakar (combustio)Makalah Luka Bakar (combustio)
Makalah Luka Bakar (combustio)
 
Modul 4 kb 1 penanganan luka bakar
Modul 4 kb 1 penanganan luka bakarModul 4 kb 1 penanganan luka bakar
Modul 4 kb 1 penanganan luka bakar
 
Salinan xi fisika_kd_3_12_final
Salinan xi fisika_kd_3_12_finalSalinan xi fisika_kd_3_12_final
Salinan xi fisika_kd_3_12_final
 
K3RS PRESENTASI.ppt
K3RS PRESENTASI.pptK3RS PRESENTASI.ppt
K3RS PRESENTASI.ppt
 
Kb 1 radang dan mekanisme proses infeksi
Kb 1 radang dan mekanisme proses infeksiKb 1 radang dan mekanisme proses infeksi
Kb 1 radang dan mekanisme proses infeksi
 
Radang dan mekanisme proses Infeksi
Radang dan mekanisme proses InfeksiRadang dan mekanisme proses Infeksi
Radang dan mekanisme proses Infeksi
 
Keperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan iiKeperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan ii
 
asuhan keperawatan pada luka bakar
 asuhan keperawatan pada luka bakar asuhan keperawatan pada luka bakar
asuhan keperawatan pada luka bakar
 
Kb 2 proses penyembuhan luka
Kb 2 proses penyembuhan lukaKb 2 proses penyembuhan luka
Kb 2 proses penyembuhan luka
 
Proses Penyembuhan luka
Proses Penyembuhan lukaProses Penyembuhan luka
Proses Penyembuhan luka
 
RPS-NSA-736-Keperawatan-Bencana-S.-Ganjil-2017.docx
RPS-NSA-736-Keperawatan-Bencana-S.-Ganjil-2017.docxRPS-NSA-736-Keperawatan-Bencana-S.-Ganjil-2017.docx
RPS-NSA-736-Keperawatan-Bencana-S.-Ganjil-2017.docx
 
KB 1 Konsep Bencana
KB 1 Konsep BencanaKB 1 Konsep Bencana
KB 1 Konsep Bencana
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Kata pengantar
Kata pengantar  Kata pengantar
Kata pengantar
 
2015-training-on-disasater-risk-reduction--bahasa.pdf
2015-training-on-disasater-risk-reduction--bahasa.pdf2015-training-on-disasater-risk-reduction--bahasa.pdf
2015-training-on-disasater-risk-reduction--bahasa.pdf
 
Modul keperawatan gawat darurat dan man.bencana
Modul keperawatan gawat darurat dan man.bencanaModul keperawatan gawat darurat dan man.bencana
Modul keperawatan gawat darurat dan man.bencana
 
Rpp kd 3.1.
Rpp kd 3.1.Rpp kd 3.1.
Rpp kd 3.1.
 
Interaksi genetika dan lingkungan
Interaksi genetika dan lingkunganInteraksi genetika dan lingkungan
Interaksi genetika dan lingkungan
 

Recently uploaded

Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 

Recently uploaded (20)

Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 

Askep luka bakar asli

  • 1. MAKALAH KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN COMBUSTIO (Luka Bakar) Di susun untuk memenuhi tugas mata ajar keperawatan anak Pembimbing : Ns. Dyah Restuning P, M.Kep,CWCS Disusun Oleh : 1. Achmad Selamet Riyadi (1205001) 2. Budi sutaryanto (1205017) 3. Diyana Hidayah (1205023) 4. Nur Anis Syifaah (1205057) AKADEMI KEPERAWATAN WIDYA HUSADA SEMARANG TAHUN 2014
  • 2. KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kehadirat-Nya, akhirnya makalah “Konsep dasarAsuhan Keperawatan pada Pasien denganLuka Bakar (Combustio)” dapat di susun. Makalah merupakan kelengkapan bagi mahasiswa agar dapat memahami masalah keperawatan pada pasien luka bakar. Makalah ini juga di harapkan dapat di gunakan oleh mahasiswa lain karena materi yang ada di dalam makalah mencakup pokok bahasan yang dapat di pelajari oleh mahasiswa lain. Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Ns. Dyah Restuning P, M.Kep,CWCS. Selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberi motivasi dalam proses pembelajaran dan kami ucapkan pula kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di buat untuk mahasiswa kesehatan maupun mahasiswa umum yang nantinya bisa memberikan manfaat maupun pengetahuan tentang masalah Luka Bakar. Kami tahu bahwa makalah ini mungkin tidak sempurna dan kami membuka diri untuk menerima saran dan kritikan yang membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Semarang, 20 Mei 2014 Penyusun ii
  • 3. DAFTAR ISI MAKALAH.....................................................................................................................................................i KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN COMBUSTIO (Luka Bakar)......................i KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii DAFTAR ISI..................................................................................................................................................iii BAB I............................................................................................................................................................6 PENDAHULUAN............................................................................................................................................6 1.1Latar Belakang....................................................................................................................................6 1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................................................7 BAB II...........................................................................................................................................................3 KONSEP DASAR TEORI.................................................................................................................................3 2.1 Pengertian.........................................................................................................................................3 2.2 Etiologi...............................................................................................................................................4 2.3 Patofisiologi.......................................................................................................................................5 2.4Pathways............................................................................................................................................8 2.5Manifestasi Klinik..............................................................................................................................10 2.6Pemeriksaan Penunjang...................................................................................................................16 2.7Komplikasi.........................................................................................................................................17 2.8Penkajian Fokus................................................................................................................................18 2.9Diagnosa Keperawatan.....................................................................................................................23 2.10Fokus Intervensi..............................................................................................................................24 2.11Penatalaksanaan.............................................................................................................................37 BAB III........................................................................................................................................................46 PENUTUP...................................................................................................................................................46 iii
  • 5. v
  • 6. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di amerika serikat setiap tahunnya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar. Satu juta hari kerja hilang setiap tahunnya karena luka bakar. Lebih dari separuh kasus-kasus luka bakar yang dirawat di rumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peran yang aktif dalam pencegahan kebakaran dan luka bakaar dengan mengajarkan konsep-konsep pencegahan dan mempromosikan undang-undang tentang pengamanan kebakaran. Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam usia kerja juga lebih sering menderita luka bakar ketimbang yang diperkirakan lewat repretasinya dalam total populasi. Sebagian besar luka bakar terjadi di rumah. Memasak, memanaskan atau menggunakan alat- alat listrik merupakan pekerjaan yang lazimnya terlibat dalam kejadian ini. Kecelakan industry juga menyebabkan banyak kejadian luka bakar. Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi di mana saja baik di rumah, di tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain. Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Penyebab luka bakar pun bermacam-macam bisa berupa api, cairan panas, uap panas, bahan kimia, aliran listrik dan lain-lain. Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Perawatan luka bakar disesuaikan dengan penyebab luka bakar, luas luka bakar dan bagian tubuh yang terkena. Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan dengan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial. Luka bakar yang terjadi karena tersiram air panas dengan luka 1
  • 7. 2 bakar karena terkena zat kimia atau radiasi membutuhkan penanganan yang berbeda meskipun luas luka bakarnya sama. Luka bakar masih merupakan problema yang berat. Perawatan dan rehabilitasnya masih sukar dan memerlukan ketekunan serta biaya yang mahal, tenaga terlatih dan terampil. Mengingat banyaknya masalah dan komplikasi yang dapat dialami pasien, maka pasien luka bakar memerlukan penanganan yang serius. (Brunner&suddart, 2002) 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Mampu menjelaskan tentang penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah gangguan sistem integumen (combustio) 1.2.2 Tujuan Khusus - Menjelaskan konsep dasar medis pada pasien dengan luka bakar mulai dari definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologis, manifestasi, pemeriksaan diagostik, kompilikasi dan penatalaksanaan medik. - Menganalisa data serta merumuskan diagnosa pada klien dengan luka bakar dan membuat patways luka bakar. - Membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar
  • 8. BAB II KONSEP DASAR TEORI 2.1 Pengertian Pengertian luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost-bite). Luka bakar ini dapat mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi maupun estetik (Mansjoer, 2001). Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek baik memanaskan atau mendinginkan. Secara garis besar ada lima mekanisme penyebab timbulnya luka bakar, yaitu terutama adalah sebagai berikut : 1. Api : kontak dengan kobaran api. 2. Luka bakar cair : kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas. 3. Luka bakar kimia : asam akan menimbulkan panas ketika kontak dengan jaringan organik. 4. Luka bakar listrik : Bisa timbul dari sambaran petir atau aliran listrik. Luka bakar listrik memiliki karakteristik yang unik, sebab sekalipun sumber panas (listrik) berasal dari luar tubuh, kebakaran/kerusakan yang parah justru terjadi di dalam tubuh. 5. Luka bakar kontak : kontak langsung dengan obyek panas, misalnya dengan wajan panas atau knalpot sepeda motor (Brunner&suddart, 2002). The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data-data statistic dari berbagai pusat luka bakar diseluruh Amerika Serikat mencatat bahwa sebagian besar pasien (75%) merupakan korban dari perbuatan dari mereka sendiri. Tersiram air mendidih pada anak-anak yang baru belajar berjalan; bermain dengan korek api pada anak-anak uasia sekolah; cedera karena arus listrik pada remaja laki-laki; dan penggunaan obat bius, alcohol serta sigaret pada orang dewasa semuanya ini memberikan kontribusinya terhadap angka statistic tersebut. Cobb, Maxwell dan silverstein. 1992 mengemukakan bahwa sekitar 13% pasien luka bakar yang dirawat di rumah sakit atau pun anggota keluarganya sudaj pernah 3
  • 9. 4 dirawat sebelumnya karena luka bakar. Perawat harus menjadi alat untuk memutskan rantai luka bakar ini. Ada empat tujuan utama yang berhubungan dengan luka bakar : 1. Pencegahan 2. Implementasi tindakan untuk penyelamatan jiwa pada pasien-pasien luka bakar yang berat 3. Pencegahan ketidakmampuan dan kecacatan melalui penganan dini, spesialistik serta individual 4. Pemulihan atau rehabilitasi pasien melalui pembedahan rekonstruksi dan program rehabilitasi. Prediksi keberhasilan hidup : orang yang berusia sangat muda dan tua memiliki risiko mertalitas yang tinggi sesudah mengalami luka bakar. Peluang untuk bertahan hidup lebih besar pada anak-anak yang berusia di atas 5 tahun dan pada dewasa muda yang berusia kurang dari 40 tahun. Cedera inhalasi yang menyertai luka bakar akan memperberat prognosis pasien. Hasil akhirnya tergantung pada dalamnya dan luasnya luka bakar di samping pada status kesehatan sebelum luka bakar serta usia pasien. (Brunner&suddart, 2002) 2.2 Etiologi Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misal suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas : api, air panas dan minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup. Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi : 1. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn) Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. ( gas, cairan, bahan padat/solid )
  • 10. 5 2. Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn) Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia. 3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn) Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh. 4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury) Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi. (Brunner&suddart, 2002) (Corwin, 2009) (Mansjoer, 2001) (Hudak, 2008) 2.3 Patofisiologi 1. Respon sistemik Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Pasien yang luka bakarnya tidak mencapai 20% dari luas total permukan tubuh akan memperlihatkan respons yang terutama bersifat local. Insideni, intensitas dan durasi perubahan patofisiologik pada luka bakar sebanding dengan luasnyaluka bakar dengan respon maksimal terlihat pada luka bakar yang mengenai 60% atau lebih dari luas permukaan tubuhnya. Kejadian sistemik awal sesudah luka
  • 11. 6 bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadinya perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruang interstisial. Ketidakstabilan hemodinamika bukan hanya melibatkan mekanisme kardiovaskuler tetapi juga keseimbangan cairan serta elektrolit, volume darah, mekanisme pulmoner dan berbagai mekanisme lainnya. 2. Respon kardiovaskuler Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Keadaan ini merupakan awitan syok luka bakar. Sebagai respon system saraf simpatik akan melepaskan ketokolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokonstriksi) dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokonstriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung. Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya tekanan darah kisaran normal yang rendah sehingga curah jantung membaik. Meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan yang adekuat, tekanan pengisian jantung- tekanan vena sentral, tekanan arteri pulmonalis dan tekanan baji arteri pulmonalis tetap rendah selama periode syok luka bakar. Jika resusitasi cairan tidak adekuat, akan terjadi syok distributif. Umumnya jumlah kebocoran cairan yang terbesar terjadi dalam 24 jam hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6 hingga 8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan caira mengalir kembali kedalam kompertemen vaskuler setelah cairan diabsorbsi kembali ke jaringan intertisial ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Jika fungsi renal dan kardiak masih memadai, haluaran urin akan meningkat. Diuresis berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu.
  • 12. 7 Sebagaimana disebutkan sebelumnya, pada luka bakar yang kurang dari 30% luas total permukaan tubuh, maka gangguan integritas kapiler dan perpidahan cairan akan terbatas pada luka bakar itu sendiri sehingga pembentukan sehingga pembentukan lepuh dan edema hanya terjadi di daerah luka bakar. Pasien dengan luka baakar yang lebih parah akan mengalami edema sistemik yang massif. 3. Respons pulmoner Sepertiga dari pasien-pasien luka bakar akan mengalami masalah pulmoner yang berhubungan dengan luka bakar. Meskupun tidak terjadi cedera pulmoner, hipoksia dapatdijumpai. Pada luka bakar yang berat , konsumsi oksigen oleh jaringan tubuh pasien akan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respons local (white, 1993). Untuk memastikan tersedianya oksigen bagi jaringan, mungkin diperlukan suplemen oksigen. Cedera pulmoner diklasifikasikan menjadi beberapa kategori : cedera saluran napas, cedera saluran napas di bawah glotis yang mencakup keracunan karbon monoksida; dan defek restriksi. Cedera saluran napas atas terjadi akibat panas langsung atau edema. Keadaan ini bermanifestasi pada sebagai obstruksi mekanis saluran napas atas yang mencakup faring dan laring (Corwin, 2009) (Brunner&suddart, 2002) (Hudak C. M., 2008).
  • 13. 8 2.4 Pathways 2 3 4 5 6 7 Thermal Burn Saluran Napas Destruksi Jaringan Kulit Denaturasi protein/ ionisasi sel Koagulasi sel Penguatan meningkat Electrical burn Vasodilatasi pembuluh darah kapiler Chemical Burn Radiasi Saluran Napas Keracunan gas CO Gangguan perfusi jaringan Kerusakan mukosa saluran napas Inflamasi jalan napas Oedema laring Saluran Napas Obstruksi jalan napas Pengeluaran secret Bersihan jalan napas tidak efektif Penumpukan secret Hb tidak dapat mengikat O2 Kelemahan fisik Hipoksia Jaringan Suplai O2 ke jaringan Konsentrasi CO dalam Hb meningkat Intoleransi Aktivitas Jaringan kulit terbuka Gangguan rasa nyaman nyeri Kehilangan barrier kulit Jaringan saraf terbuka Pembuluh darah terbuka Peningkatan respon nyeri Kerusakan Integritas Kulit Resiko Infeksi Proses inflamasi (Respon tubuh) Respon sistemik Respon pada Hipotala mus Voltase Tinggi > 1000 Watt Masuk jantung Lisis Sel Nekrosis Jantung Afterload Kerusakanpertukaran gas
  • 14. 9 Ekstravasi/perpindahan natrium, H2O, dan protein dari ruang intravaskuler ke ruang intersisial Tekanan onkotik turun Hipovolemia Kekurangan Volume Cairan Syok luka bakar Hormon Kortikoadrenal pelepasan ketokolamin Respon stress massif, aktivitas system saraf simpatis Penurunan Peristaltik Usus Metabolisme Gastrointestinal menurun Penurunan Curah Jantung Vasokontriksi perifer Penurunan aliran darah ke Gastrointestinal Konstipasi Gangguan Termoregulasi Hipotermi
  • 15. 10 2.5 Manifestasi Klinik 1. Kedalaman luka bakar Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut sbagai luka bakar superficial partial thickness, deep partial thickness dan full thickness. Respons lokal terhadap luka bakar bergantung pada dalamnya kerusakan kulit. • Luka bakar derajat Satu, epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan sebagian dermis turut cedera. Luka tersebut bisa terasa nyeri, tampak merah dan kering seperti luka bakar matahari, atau mengalami lepuh/bulle. Gambar Luka Bakar Derajat I • Luka bakar derajat dua, meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan cedera pada bagian dermis lebih dalam. Luka tersebut terasa nyeri, tampak merah
  • 16. 11 dan mengalami eksudasi cairan. Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti oleh pengisiaan kembali kapiler; folikel rambut masih utuh. Luka Bakar Derajat II Dibedakan atas 2 (dua) : a. Derajat II Dangkal (Superficial) : - Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis. - Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. (Moenadjat, 2001). - Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat satu dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat dua superfisial setelah 12 sampai 24 jam. - Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna pink dan basah. - Jarang menyebabkan hypertrophic scar. - Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang dari 3 minggu (Schwarts et al, 1999). Gambar Luka Bakar Derajat II (superficial)
  • 17. 12 b. Derajat II Dalam (Deep) - Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. - Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh. - Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang tersisa. - Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tampak berwarna pink dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplai darah ke dermis (daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama sekali; daerah yang berwarna pink mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah). - Jika infeksi dicegah luka bakar akan sembuh dalam 3 sampai 9 minggu. (Schwarts et al, 1999) • Luka bakar derajat tiga, meliputi destruksi total epidermis serta dermis, dan pada sebagian kasus, jaringan yang berada dibawahnya. Warna putih hingga merah, cokelat atau hitam. Daerah yang terbakar tidak terasa nyeri karena serabut-serabut sarafnya hancur. Luka bakar tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan kelenjar keringat turut hancur.
  • 18. 13 Gambar Luka Bakar Derajat III (Brunner&suddart, 2002) 2. Berdasarkan Luasnya Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule of wallace yaitu: Bagian tubuh 1 th 5 th Dewasa Kepala leher 18% 14% 9% Ekstrimitas atas (kanan dan kiri) 18% 18% 18 % Badan depan 18% 18% 18%
  • 19. 14 Badan belakang 18% 18% 18% Ektrimitas bawah (kanan dan kiri) 32% 32% 36% Genetalia 1% 1% 1% (Hudak C. M., 2008) 3. Berdasarkan Berat-Ringannya luka bakar Dalam menentukan berat luka bakar adalah berdasarkan pada luas ukuran dan kedalaman. Ada terdapat tiga kategori dalam menentukan berat luka bakar; mayor, modrat, minor. a. Luka bakar mayor Terdapat satu atau lebih kriteria :  Luka bakar derajat III lebih dari 10% luas permukaan tubuh  Luka bakar derajat dua lebih dari 25% luas permukaan tubuh pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak anak.  Luka bakar terdapat pada tangan, muka, kaki, atau genetalia.  Luka bakar dengan komplikasi fraktur, atau gangguan pernapasan.  Luka bakar elektrik. b. Luka bakar Moderat  Luka bakar 2% sampai 10% luas permukaan tubuh.  Luka bakar derajat II 15% sampai 25% luas permukaan tubuh pada orang dewasa dan lebih dari 10% samapi 20% pada anak. c. Luka bakar minor  Luka bakar derajat III kurang dari 2% luas permukaan tubuh.  Luka bakar derajat II kurang dari 15% luas permukaan tubuh pada orang dewasa dan lebih dari 10% pada anak.
  • 20. 15 Dalam melakukan pengkajian yang harus menjadi pertimbangan secara khusus adalah lokasi luka bakar : muka, tangan, kaki, dan genetalia karena kemungkinan hilangnya fungsi. 4. Fase Luka Bakar - Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi. - Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: a. Proses inflamasi dan infeksi. b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional. c. Keadaan hipermetabolisme. - Fase lanjut.
  • 21. 16 Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur (Corwin, 2009). 2.6 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosaadalah : 1. Hitung darah lengkap Peningkatan MHT awal menunjukan hemokonsentrasi sehubung dengan perpindahan atau kehilngan cairan. Selanjutnya menurunnya Hb dan Ht dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap endothelium pembuluh darah. 2. Sel darah putih Leukosit dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan respon inflamasi terhadap cidera. 3. GDA Dasar penting untuk kecurigaan cidera inhalasi. 4. CO Hbg Peningkatan lebih dari 15 % mengindikasikan keracunan CO cidera inhalasi. 5. Elektrolit serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cidera jaringan/ kerusakan SDm dan penurunan fungsi ginjal. 6. Natrium urine random Lebih besar dari 20 MEqL mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, kurang dari 10 MEq / L menduga ketidak adekuatan resusitasi cairan. 7. Glukosa serum Rasio albumin / globulin mungkin terbalik sehubungan dengan kehilangan protein pada edema cairan. 8. Albumin serum Peningkatan glukosa serum menunjukan respon stress. 9. BUN kreatinin
  • 22. 17 Peningkatan BUN menujukan penuruna fungsi- fungai ginjal. 10. Urine Adanya albumin, Hb dan mioglobulin menunjukan kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein. 11. Foto roentgen dada Dapat tampak normal pada pansca luka bakar dini meskipun dengan cidera inhalasi, namun cidera inhalasi yang sesungguhnya akan ada pada saat progresif tanpa foto dada. 12. Bronkopi serat optic Berguna dalam diagnosa luas cidera inhalasi, hasil dapat meliputi edema, perdarahan dan/ tukak pada saluran pernafasan atas 13. Loop aliran volume Memberikan pengkajian non invasive terhadap efek / luasnya cidera inhalasi 14. Scan paru Mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya xidera inhalasi 15. EKG Tanda iskemia miokardiak disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik 16. Foto grafi luka bakar Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya. (Hudak C. M., 2008) 2.7 Komplikasi 1. Infeksi Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi. Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya tahan),
  • 23. 18 kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pda edema larings berat demi kepentingan penyelamatan jiwa penderita. 2. Curling’s ulcer (ulkus Curling) Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10. Terjadi ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis. Antasida harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum. 3. Gangguan Jalan nafas Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika. 4. Konvulsi Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui. 5. Kontraktur Merupakan gangguan fungsi pergerakan. 6. Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut 2.8 Penkajian Fokus a. Pengkajian • Anamnesa 1. Identitas 2. Identitas klien
  • 24. 19 • Nama : • Umur : Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian. • Keluhan utama Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabkan karena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru. • Riwayat Kesehatan - Riwayat penyakit sekarang Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang). - Riwayat penyakit masa lalu Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol. - Riwayat penyakit keluarga
  • 25. 20 Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan. • Pola ADL (Activity Daily Living) - Aktifitas/istirahat: Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus. - Sirkulasi: Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar). - Eliminasi: Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik. - Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah. - Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan, Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
  • 26. 21 - Nyeri/kenyamanan: Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri. - Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi). - Keamanan: Tanda:  Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.  Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.  Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari
  • 27. 22 tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.  Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik). • Riwayat psiko-sosial Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut. • Pemeriksaan kulit Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran persentase luas uka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine lund and Browder) sebagai berikut : Bagian 1 th 5 th Dewasa
  • 28. 23 tubuh Kepala leher 18% 14% 9% Ekstrimitas atas (kanan dan kiri) 18% 18% 18 % Badan depan 18% 18% 18% Badan belakang 18% 18% 18% Ektrimitas bawah (kanan dan kiri) 32% 32% 36% Genetalia 1% 1% 1% 2.9 Diagnosa Keperawatan 1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan keracunan karbon monogsida, inhalasi asap dan obstruksi saluran nafas atas. 2. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan edema dan efek inhalasi asap . 3. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan dan interupsi aliran darah arteri / vena. 4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar. 5. Diangnosa keperawatan: hipotermia yang berhubungan dengan gangguan mikro sirkulasi kulit dan luka yang terbuka.
  • 29. 24 6. Diangnos keperawatan: nyeri yang berhubungan dengan cedera jaringan dan syaraf serta dampak emosional cedera. 7. Resiko infeksi berhubungan dengan kehilangan barrier kulit dan terganggunya respon imun. 8. Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi lapisan kulit. 9. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan ketahanan dan kekuatan otot. 10. Konstipasi berhubungan dengan Penurunan peristaltic usus akibat penurunan aliran darah ke gastrointestinal. 11. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan hipovelemia dan peningkatan afterload akibat disfungsi konduksi listrik 2.10 Fokus Intervensi 1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan keracunan karbon monogsida, inhalasi asap dan obstruksi saluran nafas atas. Tujuan : pemeriharaan oksigenasi jaringan yang adekuat. Kriteria Hasil : • Tidak ada dipnea. • Frekuensi respirasi antara 18-24x permenit. • Paru bersih pada auskultasi selanjutnya.
  • 30. 25 • saturasi oksigen arteri lebih dari 96% denagn oksimetri nadi kadar gas darah arteri dalam batas normal. Intervensi Rasional 1. Berikan oksigen yang sudah dilembabkan 2. Kaji bunyi nafas, frekuensi pernafasan, irama dan simetrisnyapernafasan. Pantau pasien untuk mendeteksi tanda-tanda hipoksia. 3. Amati hal-hal berikut: a. Eritma pada mukosa bibir dan pipi. b. Lubang hidung yang gosong. c. Luka bakar pada muka d. Bertambahnya keparauan suara. e. Adanya hangus dan sputum atau jaringan trakea dalam secret respirasi. 4. Pantau hasil gas darah arteri, hasil pemeriksaan oksimetri denyut nadi dan kadar karboksi-hemoglobin. 5. Laporkan pernafasan yang berat, penurunan dalamnya pernafasan, atau tanda-tanda hipoksia dan segera kepada dokter. 1. Oksigen yang dilembabkan akan memberikan kelembapan pada jaringan yang cedera; suplementasi oksigen meningkatkan oksigenasi alveoli. 2. Hasil pengkajian ini memberikan data dasar untuk pengkajian selanjutnya dan bukti peningkatan penurinan pernafasan. 3. Tanda ini menunjukkan kemungkinan cedera inhalasi dan resiko disfungsi pernafasan. 4. Peningkatan PCO2 dan penurunan PO2 serta saturasi O2 dapat menun jukkan perlunya fentilasi mekanis. 5. Intervensi yang segera diperlukan untuk mengatasi kesulitan pernafasan.
  • 31. 26 6. Bersiap untuk membantu dokter dalam intubasi dan eskarotomi. 7. Pantau dengan ketat keadaan pasien yang menggunakan alat ventilator mekanis. 6. Intubasi memungkinkan ventilasi mekanis. Eskarotomi memudahkan ekskursi dada pada luka bakar yang melingkar. 7. Pemantauan memungkinkan deteksi dini penurunan status respirasi atau komplikasi pada ventilasi mekanis. 2. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan edema dan efek inhalasi asap . Tujuan : pemeliharaan saluran nafas yang peten dan bersihan saluran nafas adekuat. Kriteria Hasil : • Jalan nafas paten. • Sekresi respirasi minimal, tidak berwarna dan encer. • Frekuensi respirasi,pola dan bunyi nafas normal. Intervensi Rasional 1. pertahanan kepatenan jalan nafas melalui pemberian posisi pasien yang tepat, pembuangan sekresi, dan jalan nafas artificial bila diperlukan. 2. Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi/gemericik, penurunan bunyi nafas, batuk rejan. 3. Berikan oksigen yang sudah dilembabkan. 1. Jalan nafas yang paten sangat krusial untuk fungsi respirasi. 2. Obstruksi jalan nafas/distres pernafasan dapat terjadi sangat cepat atau lambat contoh sampai 48 jam setelah terbakar. 3. Kelembapan akan mengecerkan secret dan mempermudah ekspektorasi.
  • 32. 27 4. Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan ; perhatikan adanya pucat/sianosis dan sputum mengandung karbon atau merah muda. 5. Dorong pasien agar mau membalikkan tubuh,batuk dan nafas dalam. Anjurkan agar pasien menggunakan spirometriinsentif. Tindakan pengisapan jika diperlukan 4. Takipnea, penggunaan otot bantu, sianosis dan perubahan sputum menunjukkan terjadi distress pernafasan/edema paru dan kebutuhan intervensi medik. 5. Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pembuanggan sekresi 3. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan dan interupsi aliran darah arteri / vena. Tujuan : aliran darah pasien ke jaringan perifer adekuat Kriteria Hasil : • nadi perifer teraba dengan kualitas dan kekuatan yang sama • pengisian kapiler baik • warna kulit normal tidak sianosis Intervensi Rasional Mandiri 1. Kaji warna, sensasi, gerakan, dan nadi perifer. 2. Tinggikan ekstremitas yang sakit. 3. Ukur TD pada ektremitas yang mengalami luka bakar. 1 Pembentukan edema dapat terjadi secara cepat menekan PD sehingga mempengaruhi sirkulasi PD ke jaringan perifer. 2 Untuk meningkatkan aliran balik vena dan dapat menurunkan edema. 3 Untuk mengetahui kekuatan aliran darah ke daerah yang mengalami luka
  • 33. 28 4. Dorong latihan gerak aktif. 5. Lakukan kolaborasi dalam mempertahankan penggantian cairan. 6. Kolaborasi dalam mengawasi elektrolit terutama natrium, kalium, dan kalsium. 7. Lakukan kolaborasi untuk menghindari injeksi IM atau SC. bakar. 4 Untuk meningkatkan sirkulasi darah lokal dan sistemik. 5 Untuk meningkatkan volume sirkulasi dan perfusi jaringan. 6 Mengawasi terjadinya penurunan curah jantung. 7 Perubahan perfusi jaringan dan pembentukan edema mengganggu absorpsi obat. 4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar. Tujuan : Pemeliharaan saluran nafas yang paten dan bersihan jalan nafas adekuat. Kriteria hasil : • Kadar elekrolit serum berada dalam batas normal. • Haluaran urin berkisar antara 0,5 dan 1,0 ml/kg/jam. • Frekuensi nadi normal 80x/menit Intervensi Rasional 1. Amati tanda-tanda vital, haluaran urine, dan waspada terhadap tanda- tanda hipovelemia atau kelebihan beban cairan. 2. Pantau haluaran urin sedikitnya setiap jam sekali dan menimbang berat badan pasien setiap hari. 1. Hipovelemia merupakan risiko utama yang segera terdapat sesudah luka bakar. Resusitasi berlebihan dapat menyebabkan kelebihan beban cairan. 2. Haluaran urine dan berat badan memberikan informasi tentang perfusi renal, kecukupan penggantian cairan,
  • 34. 29 3. Pertahankan pemberian infus dan mengatur tetesannya pada kecepatan yang tepat sesuai dengan program medik. 4. Amati gejala disifisiensi atau kelebihan kadar natrium, kalsium, fosfor dan bikarbonat. 5. Naikkan bagian kepala tempat tidur pasien dan tinggikan ekstremitas yang terbakar. dan kebutuhan serta status cairan . 3. Pemberian cairan yang ade kuat di perlukan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit mungkin terjadi. 4. Perubahan yang cepat pada status cairan dan elektrolit mungkin terjadi dalam periode pasca luka bakar. 5. Peninggian akan meningkatkan aliran balik darah vena. 5. Diangnosa keperawatan: hipotermia yang berhubungan dengan gangguan mikro sirkulasi kulit dan luka yang terbuka. Tujuan : pemeliharaan suhu tubuh yang adekuat. Kritera Hasil : • Suhu tubuh tetap pada rentang 36.1◦c-38,3◦c • Tidak ada menggigil atau gemetar.
  • 35. 30 Intervensi Rasional. 1. Berikan lingkunggan yang hangat dengan penggunaan perusal pemanas, selimut beronga, lampu atau selimut pemanas. 2. Bekerja dengan cepat kalo lukanya terpajan udara dingin. 3. Kaji suhu inti tubuh dengan sering. 1. Lingkungan yang stabil mengurangi kehilanggan panas lewat evaporasi. 2. Pajanan yang minimal menggurangi kehilanggan panas dari luka. 3. Kaji suhu tubuh yang frekuen membantu mendeteksi terjadinya hipotermia. 6 Diangnos keperawatan: nyeri yang berhubungan dengan cedera jaringan dan syaraf serta dampak emosional cedera. Tujuan: pengendalian rasa nyeri. Kriteria Hasil : • Menyatakan tingkat nyeri menurun • Tidak ada petunjuk non verbal tentang nyeri. Intervensi Rasional 1. Gunakan skalanyeri untuk menilai tingkat rasa nyeri (yaitu, 1-10) bedakan dngan keadaan hipoksia. 2. Kaji tanda nonverbal nyeri 1. Tingkat nyeri memberikan data dasar untuk mengevaluasi efektifitas tindakan mengurangi nyeri. Hipoksia dapat menimbulkan tanda-tanda serupa dan harus disingkirkan terlebih dahulu sebelu pengobtan nyeri dilaksanakan. 2. Data-data hasil pengkajian nyeri akan
  • 36. 31 ( gelisah, kening berkerut, mengatupkan rahang, peningkatan TD). 3. Berikan instruksi dan membantu pasien dalam melaksanakan tekhnik distraksi, relaksasi. 4. Berikan preparat analgetik opioit menurut program medic. Amati kemungkinan supresi pernafasan pada pasien yang tidak memakai ventilasi mekanis. Lakukan penilaian respon pasien terhadap pemberian analgetik. 5. Berikan dukungan emosional dan menentramkan kekhawatiran pasien. memberikan informasi dasar untuk mengkaji respon nyeri. 3. Tindakan non farmakologik untuk mengatasi nyeri akan memberikan berbagai cara intervensi yang dapat mengurangi sensasi rasa nyeri. 4. Penyuntikan preparat analgetik intra vena diperlukan karena terjadinya perubahan perfusi jaringan akibat luka bakar. 5. Dukungan emosional sangat penting untuk mengurangi ketakutan dan ansietas akibat luka bakar. Ketakuatn dan ansietas akan meningkatkan persepsi nyeri. 7 Resiko infeksi berhubungan dengan kehilangan barrier kulit dan terganggunya respon imun. Tujuan: Tidak adanya infeksi yang lokal dan sistemik Kriteria Hasil : • Tidak adanya tanda dan gejala infeksi dan sepsis • Nilai leukosit dalam batas normal
  • 37. 32 Intervensi Rasional 1. Kaji tanda- tanda infeksi. 2. Batasi jumlah pengunjung. 3. Jaga asepsis selama pasien berisiko. 4. Sediakan perawatan kulit pada area yang edema. 5. Inpeksi kulit dan membrane mukosa selama kemerahan, panas tinggi atau drainase. 6. Anjurkan intake nutrisi yang cukup. 7. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan melaporkan kepada petugas perwatan ketika terdapat tanda dan gejala infeksi. Kolaborasi 8. Berikan antibiotic sesuai indikasi. 1. Mengetahui dini terjadinya infeksi 2. Mengurangi kontaminasi silang, 3. meminimalkan kesempatan untuk kontaminasi. 4. Perawatan kulit pada area yang edema dapat membantu mencegah terjadinya infeksi yang lebih luas. 5. Apabila kulit kembali kemerahan dan terdapat drainase purulen menandakan terjadi prosesinflamasi bakteri. 6. Mempertahankan keseimbangan nutrisi untuk mendukung perpusi jaringan dan memberikan nutrisi yang perlu untuk regenerasi selular dan penyembuhan jaringan. 7. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga 8. Antibiotic dapat menghambat proses infeksi.
  • 38. 33 9. Monitor absolute granulosit, WBC ,dan hasil normal. 9. WBC merupakan salah satu data penunjang yang dapat mengidentifikasi adanya bakteri di dalam darah. Sel darah putih akan meningkat sebagai kompensasi untuk melawan bakteri yang mnginvasi tubuh. 8 Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi lapisan kulit. Tujuan dan Kriteria Hasil : Memumjukkan regenerasi jaringan. Kriteria hasil: Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar. Intervensi Rasional 1. Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka. 2. Lakukan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi. 3. Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi. 4. Tinggikan area graft bila mungkin/tepat. Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi area 1. Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada aera graft. 2. Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan resiko infeksi/kegagalan kulit. 3. Kain nilon/membran silikon mengandung kolagen porcine peptida yang melekat pada permukaan luka sampai lepasnya atau mengelupas secara spontan kulit repitelisasi. 4. Menurunkan pembengkakan /membatasi resiko pemisahan graft. Gerakan jaringan dibawah graft dapat
  • 39. 34 bila diindikasikan. 5. Pertahankan balutan diatas area graft baru dan/atau sisi donor sesuai indikasi. 6. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan minyaki dengan krim, beberapa waktu dalam sehari, setelah balutan dilepas dan penyembuhan selesai. 7. Lakukan program kolaborasi : Siapkan / bantu prosedur bedah/balutan biologis. mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal. 5. Area mungkin ditutupi oleh bahan dengan permukaan tembus pandang tak reaktif. 6. Kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan perawatan khusus untuk mempertahankan kelenturan. 7. Graft kulit diambil dari kulit orang itu sendiri/orang lain untuk penutupan sementara pada luka bakar luas sampai kulit orang itu siap ditanam. 9 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan ketahanan dan kekuatan otot. Tujuan : pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri dengan. Kriteria hasil : Pasien mampu melakukan ADL secara mandiri. Intervensi Rasional 1. Kaji kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi. 2. Monitor fungsi motorik dan sensorik setiap hari. 3. Lakukan latihan ROM. 1. Mengidentifikasi masalah utama terjadinya gangguan mobi;litas fisik. 2. Menentukan kemampuan mobilisasi mengidentifikasi masalah utama terjadinya gangguan mobilitas fisik. 3. Mencegah terjadinya kontraktur. 4. Penekanan terus-menerus
  • 40. 35 4. Ganti posisi tiap 2 jam sekali. menimbulkan decubitus 10 Konstipasi berhubungan dengan Penurunan peristaltic usus akibat penurunan aliran darah ke gastrointestinal. Tujuan : Pasien tidak mengalami konstipasi dan pengeluaran urine lancar. Kriteria hasil : • Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan 1-2x sehari. • Feses lunak dan berbentuk. • Mengeluarkan feses tanpa bantuan. Intervensi Rasional 1. Dapatkan data dasar mengenai program defekasi, aktivitas, pengobatan, dan pola kebiasaan. 2. Pantau tanda dan gejala rupture usus atau peritonitis. 3. Jelaskan etiologi masalah dan rasional tindakan kepada pasien. 4. Ajarkan pasien tentang efek diet(misal cairan dan serat) pada eliminasi. 1. Untuk menyusun intervensi sesuai kebutuhan pasien. 2. Mencegah terjadinya rupture usus dan peritonitis agar tidak terjadi infeksi dalam. 3. Pemberian informasi yang tepat akan membuat pasien tenang dan mampu ikut berperan aktif dalam prosedur keperawatan untuk mengatasi konstipasi. 4. Meningkatkan keseimbangan cairan dan serat untuk proses pembentukan feses yang baik sehingga mencegah komplikasi akibat cairan yang tidak normal dan feces yang keras.
  • 41. 36 11 Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan hipovelemia dan peningkatan afterload akibat disfungsi konduksi listrik Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan, klien menunjukkan adanya peningkatan curah jantung. Kriteria Hasil: • Frekuensi jantung meningkat • Status Hemodinamik stabil • Haluaran Urin adekuat • Tidak terjadi dispnu • Akral Hangat Intervensi Rasional - Auskultasi nadi apical, kaji frekuensi, irama jantung. - Catat bunyi jantung. - Palpasi nadi perifer. - Pantau tekanan darah. - Pantau keluaran urine, catat - Biasanya terjadi tachycardia untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas jantung. - S1 dan s2 lemah, karena menurunnya kerja pompa S3 sebagai aliran ke dalam serambi yaitu distensi. S4 menunjukkan inkopetensi atau stenosis katup. - Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung. - Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung. - Dengan menurunnya CO
  • 42. 37 penurunan keluaran, dan kepekatan atau konsentrasi urine. - Kaji perubahan pada sensori contoh: letargi, bingung, disorientasi, cemas dan depresi. - Berikan istirahat semi recumbent (semi-fowler) pada tempat tidur. - Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, oksigen, obat jantung, obat diuretic dan cairan. mempengaruhi suplai darah ke ginjal yang juga mempengaruhi pengeluaran hormone aldosteron yang berfungsi pada proses pengeluaran urine. - Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung. - Memperbaiki insufisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan oksigen dan penurunan venous return. - Membantu dalam proses kimia dalam tubuh. 2.11 Penatalaksanaan b. Penatalaksanaan Luka Bakar Berdasarkan Berat Ringannya Luka Bakar 1. Luka Bakar Ringan Dalam kasus luka bakar, ada 3 (tiga) derajat luka bakar berdasarkan tingkat keparahannya. Derajat paling awal yaitu luka bakar ringan, dimana sebagian epidermis (bagian teratas kulit) terbakar dalam kadar yang cukup ringan. Biasanya luka bakar ringan disebabkan oleh terkena panas matahari berlebihan, tersentuh benda panas misalnya setrika atau panci/wajan panas, tersiram air panas, atau kena bahan kimia yang bersifat korosif. Gejala luka bakar ringan adalah kulit memerah, ada pembengkakan, dan pada beberapa kasus, bisa menyebabkan demam dan sakit kepala. Walaupun tergolong ringan, luka bakar ringan tetap harus dirawat dengan baik. Berikut adalah langkah-langkah perawatan luka bakar ringan :
  • 43. 38 - Dinginkan luka bakar dengan air dingin yang mengalir secara terus menerus selama 15 menit. Hal ini bisa dilakukan dengan meletakkan bagian yang mengalami luka bakar di bawah kran dengan air yang terus mengalir, atau rendam dalam bak mandi atau ember yang berisi air dingin. Tindakan ini berguna untuk mencegah atau mengurangi bengkak yang disebabkan oleh kerusakan jaringan serta mencegah kerusakan merembet ke lapisan kulit yang lebih dalam. 2. Jangan meletakkan es secara langsung pada luka bakar, karena dapat menyebabkan frosbite, yaitu cedera atau kematian sel karena membeku. 3. Jangan mengoleskan apapun ke kulit yang mengalami luka bakar sebelum anda melakukan tindakan diatas. Mengoleskan pasta gigi atau mentega bukanlah tindakan yang tepat, bahkan akan memicu munculnya infeksi. 4. Setelah luka bakar dingin, oleskan lotion yang mengandung aloe vera atau vitamin E. Hal ini bertujuan untuk mencegah kulit menjadi kering atau rusak. 5. Bila perlu anda dapat menutup kulit yang mengalami luka bakar dengan kasa steril yang mengandung antibiotik ( Sofratulle atau Daryantulle) dan plester. Tindakan ini dapat mencegah terjadinya infeksi dan juga mengurangi nyeri akibat luka bakar bersentuhan dengan udara atau pakaian. 6. Selain kasa steril yg mengandung antibiotik anda juga bisa mengoleskan krim antibiotik contohnya Bioplacenton ke luka bakar untuk mencegah infeksi. 7. Untuk mengurangi rasa nyeri atau demam minumlah pereda nyeri seperti paracetamol atau aspirin. 8. Setelah luka bakar sembuh untuk mengurangi bekas luka dapat menggunakan mederma gel yang bisa di beli di apotik-apotik terdekat. 9. Luka bakar sedang Luka bakar sedang atau luka bakar tingkat II adalah luka bakar yang menyebabkan kerusakan pada lapisan di bawah kulit. Contohnya adalah sengatan sinar matahari yang berlebihan, cairan panas dan percikan api dari bensin atau bahan lain.
  • 44. 39 Menurut Stanley M. Zildo seperti dikutip dari bukunya yang berjudul 'First Aid,Cara Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat', gejala luka bakar tingkat II ini berupa kulit kemerahan, melepuh, bengkak yang tak hilang selama beberapa hari dan kulit terlihat lembab. Apabila terjadi luka bakar seperti ini, segera lakukan hal berikut: 10. Siram air dingin atau air es pada daerah luka atau beri kompres dengan menggunakan handuk kecil. Bisa juga menggunakan saputangan yang sebelumnya dicelupkan ke dalam air. 11. Keringkan luka menggunakan handuk besih atau bahan lain yang lembut. 12. Tutup dengan perban steril untuk menghindari infeksi. 13. Angkat bagian tangan atau kaki yang terluka lebih tinggi dari organ juantung. 14. Segera cari pertolongan medis jika korban mengalami luka bakar di sekitar bibir atau kesulitan bernapas. 15. Jangan coba mengempiskan luka yang melepuh atau mengoleskan minyak, semprotan atau ramuan lain tanpa sepengetahuan dokter. PENATALAKSANAAN FASE RESUSITATIF 1. Perawatan di Tempat Kejadian Prioritas pertama adalah menghentikan proses kebakaran dan mencegah mencederai diri sendiri. Berikut prosedur emergensi tambahan :  Mematikan api  Mendinginkan luka bakar  Melepaskan benda penghalang  Menutup luka bakar  Mengirigasi luka bakar kimia. Meskipun efek lokal paling tampak nyata pada luka bakar, namun efek sistemik merupakan ancaman yang lebih besar. Harus diingat ABC selama periode awal pasca luka bakar, yaitu : Airway (saluran nafas), Breathing (pernafasan) dan
  • 45. 40 Circulation/sirkulasi darah (dan Cervical spine immobilization/fiksasi vertebra servikalis jika diperlukan). Breathing harus dinilai dan patensi saluraran nafas diciptakan pada perawatan emergensi. Terapi yang segera ditujukan (immediate therapy) ditujukan penciptaan saluran nafas lapang dan pemberian oksigen 100 % yang dilembabkan. Bila terjadi edema saluran nafas dapat dipasang pipa endotrakeal dan memulai ventilasi manual. Sistem sirkulasi dinilai pada denyut apikal dan tekanan darah yang harus dimonitor dengan sering. Takikardi dan hipotensi ringan terjadi segera pasca luka bakar. Survai sekunder dari kepala sampai kaki untuk menemukan cedera lainnya. Pencegahan syok dengan pemberian cairan infus dan elektrolit. Selain itu tidak boleh ada makanan atau minuman diberikan lewat mulut dan pasien diposisikan untuk pencegahan aspirasi muntahan karena mual dan vomitus timbul akibat ileus paralitik (Brunner&suddart, 2002). 2. Perawatan di Unit Gawat Darurat Prioritas pertama di UGD tetap ABC. Untuk cedera paru ringan, udara pernafasan dilembabkan dan pasien didorong batuk sehingga sekret bisa dikeluarkan dengan penghisapan. Untuk situasi parah pengeluaran sekret dengan penghisapan bronkus dan pemberian preparat bronkodilator serta mukolitik. Jika edema jalan nafas, intubasi endotrakeal mungkin indikasi. Continuous positive airway pressure dan ventilasi mekanis mungkin perlu untuk oksigenasi adekuat. Kanula Intra Vena dipasang pada vena perifer atau dimulai aliran sentral. Untuk LPTT di atas 20%-30% harus dipasang kateter pengukuran haluaran urine. NGT untuk resiko ileus paralitik dengan LPTT lebih 25%. Untuk cedera inhalasi atau keracunan monoksida diberikan oksigen 100% dilembabkan. Booster toksoid tetanus diberikan bila sudah diimunisasi sebelumnya tapi belum menerima lagi 5 tahun terakhir. Jika riwayat imunisasi tidak diketahui, diberikan 250 unit
  • 46. 41 globulin human imun-tetanus manusia dan pemberian pertama dari serangkaian imunisasi aktif dengan toksoid tetanus. Selimut tidak melekat dan tidak berbulu diberikan untuk kehangatan dan pencegahan hipotermi serta pencegahan kontaminasi dan mengurangi nyeri (atau dengan air normal salin dingin bukan air es karena dapat merusak jaringan) Tanggung jawab keperawatan termasuk pemantauan terhadap cedera inhalasi, pemantauan resusitasi cairan, pengkajian luka bakar, pemantauan tanda-tanda vital, pengumpulan riwayat kesehatan yang akurat dan tindakan kedaruratan (Hudak C. M., 2008). 3. Perawatan di Unit Perawatan Kritis Resusitasi cairan adalah intervensi primer pada fase ini. Tujuan dari fase perawatan ini adalah untuk : a). Memperbaiki defisit cairan, elektrolit dan protein. b). Menggantikan kehilangan cairan berlanjut dan mempertahankan keseimbangan cairan. c). Mencegah pembentukan edema berlebihan d). Mempertahankan haluaran urine pada dewasa 30 sampai 70 ml/jam. Formula untuk penggantian cairan secara umum dilakukan penggantian kehilangan kristaloid ( RL: mendekati komposisi cairan ekstravaskuler, molekulnya besar dapat mengembangkan volume plasma yang bersirkulasi ) dan koloid. Setelah 24 jam pertama penggantian kehilangan air evaporatif dengan dekstrosa/air (5DW) 5% untuk pertahankan natrium 140mEq/L. Berikut pedoman dan rumus untuk penggantian cairan luka bakar : a). Rumus Konsensus Larutan Ringer Laktat (atau saline lainnya) : 2-4 ml x kg BB x % luas luka bakar. Separuh diberikan dalam 8 jam pertama; sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
  • 47. 42 b). Rumus Evans • Koloid : 1 ml x kg BB x % luas luka bakar • Elektrolit (salin) : 1 ml x kg BBx % luas luka bakar • Glukosa (5 % dalam air) : 2000 ml untuk kehilangan insensibel Hari 1 : Separuh diberikan dalam 8 jam pertama; separuh sisanya dalam 16 jam berikutnya. Hari 2 : separuh dari cairan elektrolit dan koloid yang diberikan pada hari sebelumya; seluruh penggantian cairan insensibel. Maksimum 10.000 ml selama 24 jam. Luka bakar derajat dua dan tiga yang melebihi 50 % luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan 50% luas permukaan tubuh. c). Rumus Brooke Army Koloid : 0,5 ml x kg berat badan x % luka bakar • Elektrolit ( larutan ringer laktat ): 1,5 ml x kg berat badan x % luas luka bakar • Gukosa 5 % dalam air : 2000ml untuk kehilangan insensibel. Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama; separuh sisanya dalam 16 jam berikutnya. Hari 2 : separuh dari cairan koloid yang diberikan pada hari sebelumnya; seluruh pengantian cairan insensibel. Luka bakar derajad dua dan tiga yang melebihi 50 % luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan 50 % luas permukaan tubuh. d. Rumus Parkland/Baxter Pada Dewasa Larutan Ringer Laktat : 4 ml x kg BB x % luas luka bakar
  • 48. 43 Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama; separuh dalam 16 jam berikutnya. Hari 2 : bervariasi. Ditambahkan koloid. Berikan ½ dari total kebutuhan cairan dalam waktu 8 jam pertama, dan sisanya 16 jam berikutnya. Contoh : korban gawat darurat tersiram air panas pada tangan kanan dan kaki kanan, umur 42 tahun dengan BB 50 kg, luas luka bakar 20%. Maka korban gawat darurat akan mendapat 50 x 20 x 4 cc / 24 jam = 4000 cc / 24 jam. Separuh 2000cc (4 kolf) dalam 8 jam pertama. kemudian 8 jam berikutnya diberikan dari ¼ x 4000 cc = 1000cc, pada 8 jam terakhir diberikan sisanyanya yaitu 1000cc. catatan: 2000 cc x 20 (tetes infus set) = 80 tetes/ menit Pada Anak-anak Resusuitasi : 2 cc x BB(kg) x LB = a cc Kebutuhan faal : < 1 th : BB x 100 cc 1-3 th : BB x 75 cc = b cc
  • 49. 44 3-5 th : BB x 50 cc Kebutuhan Total = ∑ resusitasi + ∑ faal = a + b Diberikan dalam keadaan tercampur - RL : Dextran = 17 : 3 - 8 jam I = ½ (a + b) cc - 16 jam II = ½ (a + b) cc Contoh: 1. Untuk pasien dengan berat badan 20 kg dengan luka bakar 25% Total cairan dalam waktu 24 jam pertama = (60 ml/jam x 24 jam) + 4 ml x 20kg x 25% luka bakar = 1440 ml + 2000 ml = 3440 ml (1720 ml selama 8 jam pertama) 24 jam kedua: berikan ½ hingga ¾ cairan yang diperlukan selama hari pertama. Awasi pasien dengan ketat selama resusitasi (denyut nadi, frekuensi napas, tekanan darah dan jumlah air seni). Transfusi darah mungkin diberikan untuk memperbaiki anemia atau pada luka-bakar yang dalam untuk mengganti kehilangan darah. d). Larutan salin hipertonik Larutan pekat natrium klorida ( NaCl ) dan laktat dengan konsentrasi 250-300 mEq natrim per liter yang diberikan pada kecepatan yang cukup untuk mempertahankan volume keluaran urin yang diinginkan. Jangan meningkatkan kecepatan infus selama 8 jam pertama pasca luka bakar. Kadar natrium serum harua dipantau dengan ketat, tujuan : meningkatkan kadar natrium serum dan osmolalitas untuk mengurangi edema dan mencegah komplikasi paru.
  • 50. 45
  • 51. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadapkemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegahkehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Lukabakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentukcederakulityangsebagianbesardapatdicegah Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cederaoleh sebab lain.Biaya yangdibutuhkanjugacukupmahaluntukpenanganannnya. Penyebablukabakarselainkarenaapi ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhutinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadipadakecelakaanrumahtangga. Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan- bahan kimia, serta sengatan matahari. 3.2 Saran a. Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kegawat daruratan luka bakar diharapkan mampu memahami konsep dasar luka bakar serta konsep asuhan keperawatan. b. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan dengan penyakit ini. c. Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakuan penanganan luka bakar dengan cepat dan tepat. 44
  • 52. DAFTAR PUSTAKA Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi edisi 3 . Jakarta: EGC. Doenges, M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC. Gruendemann, Barbara J. (2005). Buku Ajar Keperawatan Periopratif, vol. 2. Jakarta: EGC. Hudak, C. M. (2008). Keperawatan kritis pendekatan 1 edisi 8. Jakarta : EGC. Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. Suddarth, B. &. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC. Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC. 45